Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakognosi merupakan bagian biokimia, dan kimia sintesis sehingga ruang
lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger, yaitu
penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh
segala segi yang perlu diketahui tentang obat. Sejalan dengan kemajuan teknologi,
kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang farmasis harus semakin
mengenal tentang morfologi, kandungan, serta variabilitas dan faktor yang
mempengaruhi kualitas dari tanaman khususnya simplisia yang dapat dijadikan
sebagai obat. Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang,
mengenai jaringan didalam didalam suatu simplisia

Untuk mengetahui morfologi dari tanaman yang dijadikan sebagai simplisia,


maka dalam pembuatannya kita harus mengetahui klasifikasi dari simplisia tersebut.
Pengklasifikasian makhluk hidup didasarkan pada banyaknya persamaan dan
perbedaan, baik morfologi, fisiologi maupun anatominya. Untuk
dapatmengklasifikasikan, perlu dilakukan determinasi ataupun identifikasi agar
mengatahui morfologi dari simplisia. Kunci determinasi dibuat secara bertahap,
sampai bangsa saja, suku, marga atau jenis dan seterusnya untuk mengetahui ciri-ciri
tumbuhan
Setelah mengetahaui morfologi dari suatu simplisia tentunya harus dilakukan
pengamatan secara mikroskospis untuk mengenal lebih jauh tentang jaringan-jaringan
dari suatu simplisia yang dapat dilakukan pengamatannya dengan menggunakan
bantuan mikroskop. Pola kehidupan masyarakat kini cenderung kembali kealam
termasuk dalam penggunaan obat-obatan. Orang kini cenderung beralih ke tumbuhan
obat karena memiliki beberapa kelebihan untuk mengobati suatu penyakit. Salah
satunya yang kita akan bahas pada makalah ini adalah simplisia dari daun seledri,
termasuk morfolologi, gambaran mikroskopis, kandungan metabolit tanaman serta
variabilitas dan factor yang mempengaruhi kualitas dari daun seledri.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang diatas yaitu sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah determinasi dari tanaman daun seledri ?
2. Bagaimanakah morfologi bagian tanaman daun seledri ?
3. Bagaimana gambaran mikroskopis dari tanaman daun seledri ?
4. Apa sajakah kandungan metabolit dalam daun seledri ?
5. Apa yang mempengaruhi variabilitas dan faktor yang mempengaruhi kualitas
simplisia daun seledri ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu, untuk mengetahui determinasi,
morfologi serta gambaran mikroskopis dari tanaman seledri, dan kandungan
metabolit tanaman seledri, variabilitas serta faktor yang mempengaruhi kualitas
simplisa dari daun seledri.
BAB II
ISI

2.1 Determinasi Tanaman Daun Seledri


Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali yang perlu dilakukan adalah
adalah mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut. Cirri-ciri morfologis yang
digunakan dalam klasifikasi ialah bagian vegetatif atau bagian yang ada
kaitannya dengan reproduksi. Contoh bagian vegetatif antara lain yaitu ada
tidaknya jaringan pembuluh, macam serta kedudukan daun, dn cirri-ciri organ
lainnya. Biasanya, proses determinasi akan lebih mudah jika menggunakan kunci
determinasi. Kunci determinasi merupakan suatu alat yang diciptakan khusus
untuk memperlancar pelaksanaan pendeterminasian tumbuh-tumbuhan.

Kunci determinasi daun seledri


1b : Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari
dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga………………………..……2.
2b : Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit
(dengan batang, poros daun atau tangkai)………………………………..…3.
3b : Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di
atas…………………………………………………………………………..4.
4b : Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga
berlainan dengan yang diterangkan di atas…………………………………6.
6b : Dengan daun yang jelas………………………………………………….…7.
7b : Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya………..9.
9a : Tumbuh-tumbuhan memanjat dan membelit………………………..……..41
41b : Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dengan akar udara. Daun tidak
cylindris…………………………………………………..…….42
42b : Tumbuhan tidak demikian………………………………………………...43
43a : Daun berhadapan atau dalam karangan……………………………………44
44b : Daun tunggal………………………………………………………………45
45b : Bertulang menyirip………………………………………………………..48
48b : Tumbuh-tumbuhan tak berduri dan tak berduri tempel…………………...49
49b : Kelopak lain……………………………………………………………….50
50b : Daun bertepi rata atau bergerigi tak jelas, bergerigi atau beringgit. Karangan
bunga berbentuk lain……………………………………………………….51
51a : Tumbuh-tumbuhan bergetah (ditusuk atau diiris)…………………………52
52a : Bunga kuning emas, besar……………………………….105. Apocynaceae
1b : Daun berhadapan atau dalam karangan…………………………………….4
4b : . Bunga dalam rangkaian yang rasemos, mayoritas berbilangan 5, aktinomorf
atau zigomorf………………………………………………..5
5a : akal buah hampir selalu tenggelam, beruang 1-5. Tiap ruang terdapat satu
sampai banyak bakal biji 5.Apium

Kunci determinasi daun seledri : 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9a-41b-42b-43a-44b-45b-48b-


49b-50b-51a-52a-1b-1b-4b-5a

2.2 Morfologi Tanaman Daun Seledri


2.2.1 Klasifikasi

Klasifikasi tanaman seledri (Apium graveolens L.) adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L. (Backer C.A, 1995)

2.2.2 Morfologi Tanaman Seledri


Tanaman seledri (Apium graveolens L.) termasuk tanaman dikotil (biji
berkeping dua) dan merupakan tanaman setahun atau dua tahun, yang berbentuk
rumput atau semak. Morfologi dari tanaman seledri (Apium graveolens L.) dapat
dilihat pada Gambar.

Gambar 2.1 Morfologi Tanaman Seledri (Apium graveolens L. )


Tanaman seledri tidak bercabang, susunan tubuhnya terdiri dari akar, batang,
daun, bunga dan buah.
1. Akar
Akar tanaman seledri (Apium graveolens L.) yaitu akar tunggang dan
memiliki serabut akar yang menyebar kesamping dengan radius sekitar 5-9 cm
dari pangkal batang dan akar dapat menembus tanah sampai kedalaman 30 cm,
berwarna putih kotor (Haryoto, 2009).
2. Batang
Batang Seledri (Apium graveolens L.) memiliki batang tidak berkayu,
memiliki bentuk bersegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak, dan
berwarna hijau.

3. Daun
Daun tanaman seledri (Apium graveolens L.) daun majemuk menyirip
ganjil dengan anak daun 3-7 helai, anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7
cm tangkai daun berwarna hijau keputih- putihan, helaian daun tipis dan rapat
pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit, panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5
cm, pertulangan daun menyirip, daun berwarna hijau muda sampai hijau tua.

4. Bunga
Bunga tanaman seledri (Apium graveolens L.) adalah bunga majemuk
berbentuk payung berjumlah 8-12 buah kecil-kecil berwarna putih tumbuh
dipucuk tanaman tua. Pada setiap ketiak daun dapat tumbuh sekitar 3-8 tangkai
bunga, pada ujung tangkai bunga ini membetuk bulatan. Setelah bunga dibuahi
akan terbentuk bulatan kecil hijau sebagai buah muda, setelah tua buah berubah
warna menjadi coklat muda (Haryoto, 2009).

5. Buah
Buah tanaman seledri berbentuk bulatan kecil hijau sebagai buah muda,
setelah tua buah berubah warna menjadi coklat muda.

2.3 Gambar Mikroskopis Dari Tanaman Daun Seledri

Keterangan gambar :
1. Hablur kalsium oksalat
2. Fragmen xylem dan floem
3. Fragmen xylem dengan
penebalan cincin
4. Fragmen lamina daun
5. Fragmen parenkim
6. Fragmen epidermis atas
terpotong tangensial
7. Fragmen epidermis bawah
terpotog
Gambar 2.2 gambar mikroskopis simplisa seledri

Anatomi jaringan yang teramati secara mikroskopis dari tanaman daun seledri yaitu
stomata, kristal kalsium oksalat, fragmen xilem dengan floem dan dengan penebalan cincin
Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas dan epidermis bawah dengan
stomata tipe anomositik dan dinding samping berkelok-kelok, hablur kalsium oksalat
berbentuk roset, fragmen pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan cincin,
fragmen lamina, fragmen floem dan xylem tanpa membujur, fragmen parenkim
Gambar 2.3 kolenkim pada daun seledri

Kolenkim pada batang seledri (Apium gravolens) mempunyai bentuk bulat


dengan penebalan pada sudut-sudutnya,hal tersebut menjadi lebih jelas ketika sel
tersebut berbatasan dengan sel lainnya. Kolenkim yang seperti ini disebut juga
kolenkim tipe angular. Kolenkim tipe angular (sudut), merupakan tipe kolenkim yang
mengalami penebalan dinding sel terdapat pada sudut sel yang memanjang mengikuti
sumbu sel. Pada penampang melintang, penebalan sudut terlihat ditempat pertemuan
tiga sel atau lebih.

2.4 Kandungan Metabolit Dalam Daun Seledri


2.4.1 Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Seledri
Kandungan herba seledri tiap 100 g berisi 93 ml air, 0.9 g protein, 0.1 g
lemak, 4 g karbohidrat 0.9 g serat, 1.7 g abu, 130 IU vitamin A, 0.08 mg
vitamin B1, 0.12 mg vitamin B2, 0,6 mg niacin, 15 mg vitamin C, 50 mg Ca, 40
mg P, 1 mg Fe, 151 mg Na, 85 g Mg, dan 400 mg K. Nilai energinya adalah 113
kJ/100 g (Dalimartha 2000). Seledri juga mengandung glukosida apiin, flavonoid
(berupa apigenin, apiin dan diosmin), saponin, tanin, minyak atsiri, kolin, lipase,
asparaginase, tirosin, glutamin, (Siesonsma 1994, Sya’bana 2005, Nurhidayah
2005, dan Martaningtyas 2005).
Terdapat juga sejumlah flavonoid seperti graveobiosid A (1-2%)dan B (0,1 –
0,7%), serta senyawa golongan fenol. Komponen lainnya adalah apiin,
isokuersitrin, furanokumarin, serta isoimperatorin. Kandungan asam lemak
utama adalah asam petroselin (40-60%). Daun dan tangkai daun seledri
mengandung steroid seperti stigmasterol dan sitosterol.
1. Apigenin
Apigenin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam seledri dan dapat
digunakan sebagai obat asam urat (Duke, 1999). Apigenin pada seledri memiliki
sifat antibakteri. Apigenin juga dapat mencegah penyempitan pembuluh darah
dan Phthalides yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau membuat rileks
pembuluh darah. Kandungan itulah yang mengatur aliran darah yang
memungkinkan pembuluh darah membesar dan mengurangi tekanan darah.
Sebuah skripsi di UNDIP membuktikan bahwa flavonoid (apigenin), senyawa
butil phthalide, dan kalium pada seledri (Apium graveolens Linn) dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Apigenin merupakan komponen flavonoid utama dari seledri yang termasuk ke
dalam golongan flavon (Harborne 1986). Rumus molekulnya adalah C15H10O5
dengan bobot molekul 270,23 g/mol. Nama internasionalnya adalah 5,7-
dihidroksi-2-(4-hidroksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on
2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang dikandungnya memberikan aroma yang khas pada tanaman
seledri. Minyak atsiri ini memiliki berbagai macam unsur yang kaya antimikroba,
antioksidan, antiinfectious dan detoksifikasi serta asam Komponen utama yang
berperan sebagai pembawa aroma adalah butilftalida dan butilidftalida.
Cineole, salah satu dari 11 unsur minyak esensial dan assal linoleat pada seledri
memiliki sifat anti tematik dan anti artritik. Dapat membantu untuk mengurangi
pembengkakan yang disebabkanoleh dua kondisi misalnya pembengkakan akibat
kerusakan ginjal atau anemia. Unsur borneol dan linalol pada minyak esensial
seledri dapat membantu pencernaan, fungsi hati dan ikatan perut. Sedangkan
unsur cironelol merupakan antiseptik yang sangat baik.
3. Tanin
Daun seledri mengandung tanin sebayak 2,09-7,42 %, sedangkan pada tangkai
daun lebih banyak.
4. Kumarin
Senyawa kumarin yang banyak ditemukan dalam biji yaitu bergapten, seselin,
isoimperatorin, astenol, isopimpinelin dan apigrafin. Senyawa bergapten yang
dapat digunakan sebagai tabir surya.kandungan kumarin fitokimia dalam seledri
mampu mencegah pembentukan dan perkembangan kanker usus dan perut.

2.5 Variabilitas Dan Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia Daun


Seledri
1. Metabolit sekunder tidak mensuport tumbuhan tetapi lebih berpengaruh pada
kepertahanan diri.
Contoh: terpen, alkaloid, glycoside,pigment, tanin.
2. Botanical drug: obat yang langsung dari tanaman atau simplisia
Drug from botanical: senyawa yang diambil dari tanaman
3. Faktor yang mempengaruhi metabolit sekunder
a. Genetic Factor
• Varietas tanaman, varietas tanaman dibukit berbeda dengan tanaman di
denpasar
• Jenis tanaman (tanaman liar atau tanaman budidaya)
• Mutasi gen
b. Land Preparation
• Pemupukan organic/ anorganic
• Jarak tanam
c. Geofisika
• Temperatur
• Cahaya
• Hujan
• Ketinggian
• Angin
• Tanah; sifat fisika dan kimia tanah, ada atau tidaknya microbial tanah seperti
Rhizobium, serta keberadaan pestisida.
• Nutrisi; seperti mineral tanah
d. Biotik
• Virus; karena terinfeksi virus , tanaman menghasilkan metabolit sekunder untuk
mempertahankan diri
• Bakteri; sama seperti halnya jika terinfeksi virus, tanaman yang terserang
bakteri juga akan menghasilkan metabolit sekunder untuk mempertahankan diri.
• Keberadaan serangga; telur serangga dapat menutupi daun, sehingga
mengganggu jalannya proses respirasi dan fotosintesis
• Kerapatan tanaman
• Kompetisi dengan tanaman lain
4. Faktor Bahan Baku Simplisia
Tanaman obat atau sumber simplisia dapat berasal dari:
a. Tanaman Liar: merupakan tanaman yang diperoleh dari hutan, lahan liar,
tanaman pagar, atau tanaman hias, jadi dapat juga merupakan tanaman yang
ditanam dan dipelihara, tetapi tidak dengan tujuan untuk dijadikan sebagai bahan
baku simplisia
b. Tanaman Budidaya: merupakan tanaman yang memang sengaja ditanam dan
dibudidayakan untuk dijadikan sebagai bahan baku simplisia
5. Faktor Proses Pembuatan Simplisia
a) Pengumpulan bahan baku
Pengumpulan bahan baku dipengaruhi oleh waktu pengumpulan, dan juga teknik
pengumpulan.
b) Sortasi basah
Sortasi basah memiliki tujuan untuk membersihkan dari benda-benda asing
seperti tanah, kerikil, rumput, bagian tanamn lain dan bahan yang rusak.
c) Pencucian
Pencucian simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya meperhatikan sumber
air, agar diketahui sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak.
d) Pengubahan bentuk
Pengubahan bentuk simplisa seperti perajangan, pengupasan, pemiprilan,
pemecahan, penyerutan, pemotongan
e) Pengeringan
Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa katif
dalam simplisia. Tujuan pengeringan yaitu agar simplisia awet, dan dapat
digunakan dalam jangga waktu yang lama.
f) Sortasi kering
Pada sortasi kering, benda-benda asing yang masih tertinggal, dipisahkan, agar
simplisia bersih sebelum dilakukan pengepakan
g) Pengepakan dan penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk mencegah terjadinya penurunan mutu
simplisia
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai