Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

PUSDIKLAT MIGAS CEPU

(18 - 20 FEBRUARI 2014) GELOMBANG II

SEMESTER GANJIL 2013-2014

Nama Kelompok:

1. Annisa Dwiyanti (071001300029)


2. Cynthia Tehuayo (071001300
3. Luciana (071001300117)

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat-Nya , kami dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah kuliah lapangan

dengan baik . Adapun tugas ini diberikan tertanggal 21-27 Februari 2014. Dan

akhirnya terselesaikan tanggal 26 Februari 2014. Meskipun sedikit banyak kami

merasa masih terdapat kekurangan , tetapi kami sudah mengerjakan dengan

semaksimal mungkin.

Adapun kami mengucapkan terimakasih kepada kakak pembimbing kami,

yang telah banyak membantu selama proses di lapangan maupun dalam penulisan

karya ilmiah ini. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada para dosen,

teman-teman mahasiswa, dan para staf yang juga sudah memberi kontribusi baik

langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang

berguna bagi kita bersama.

Jakarta, 26 Februari 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR v

BAB I GEOLOGI TRIP 1

1.1 Survey Geologi Permukaan 1

1.2 Petroleum System 1

1.2.1 Batuan Induk (Source Rocks) 1

1.2.2 Migrasi (Migrations) 2

1.2.3 Batuan Reservoir (Reservoir Rocks) 2

1.2.4 Perangkap (Trap) 2

1.2.5 Batuan Penutup (Cap Rocks) 2

1.3 Cekungan Jawa Timur Utara 3

1.3.1 Struktur Geologi Cekungan Jawa Timur Utara 3

1.3.2 Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara 3

1.3.2.1 Formasi Ngimbang 4

1.3.2.2 Formasi Kujung 4

1.3.2.3 Formasi Prupuh 4

1.3.2.4 Formasi Tuban dan Tawun 4

1.3.2.5 Formasi Ngrayong 4

1.3.2.6 Formasi Bulu 5

1.3.2.7 Formasi Wonocolo 5

iii
1.3.2.8 Formasi Ledok 5

1.3.2.9 Formasi Mundu 5

1.3.2.10 Formasi Selorejo 5

1.3.2.11 Formasi Lidah 5

1.3.2.12 Formasi Paciran 5

BAB II OPERASI KEGIATAN PEMBORAN 6

2.1 Casing dan Cementing 6

2.1.1 Macam-Macam Casing 6

2.1.1.1 Conductor Casing 6

2.1.1.2 Surface Casing 7

2.1.1.3 Intermidiate Casing 8

2.1.1.4 Production Casing 9

2.1.2 Tujuan Cementing 9

2.2 Rig dan Bagian-Bagiannya 11

2.3 Fungsi Fluida (Lumpur) Pemboran 14

BAB III OPERASI KEGIATAN PRODUKSI 15

3.1 Metoda Produksi 15

3.1.1 Natural Flowing Well 15

3.1.2 Artificial Lift 15

3.1.2.1 Gas Lift 15

3.1.2.2 Pump 16

3.2 Proses Produksi 20

DAFTAR PUSTAKA 22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cekungan Jawa Timur Utara 3

Gambar 2. Surface Casing sebagai Dudukan BOP 8

Gambar 3. Intermediate Casing untuk Menutup Formasi 9

Bertekanan Tinggi

Gambar 4. Rig dan Bagian-bagiannya 13

Gambar 5. SRP 16

Gambar 6. ESP 18

Gambar 7. PCP 19

Gambar 8. Skema Produksi 21

v
BAB I

GEOLOGI TRIP

1.1 Survey Geologi Permukaan

Survey Geologi permukaan merupakan tahapan awal eksplorasi migas.

Kegiatan eksplorasi migas terbagi menjadi dua metoda yaitu survey

pendahuluan, dengan berdasarkan singkapan (out crop) dan kondisi geologi

permukaan, survey ini dilakukan melalui proses pengumpulan, pendeskripsian,

dan plotting data. Singkapan (out crop) merupakan bagian dari tubuh batuan

yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat adanya erosi lapisan tanah

penutupnya yang posisinya masih sama dengan posisi pengendapan awal. Metode

kedua dengan melakukan Survey Geologi, yaitu kegiatan pengumpulan data dan

informasi geologi daerah secara sistematik berdasarkan data surface dan

subsurface mapping.

1.2 Petroleum System

Petroleum system merupakan parameter yang menjadi syarat mutlak

terperangkapnya minyak dan gas bumi.

1.2.1 Batuan Induk (Source Rocks)

Merupakan batuan yang bersifat matang (mature) dan kaya akan material

organik, biasanya berwarna gelap dan bertekstur halus misalnya lempung dan

serpih. Contoh batuan induk yaitu black shale.

1
2

1.2.1 Migrasi (Migrations)

Migrasi merupakan proses pergerakan minyak dan gas bumi dari tekanan

tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Migrasi terbagi menjadi dua yaitu : Migrasi

Primer, merupakan pindahnya minyak dan gas bumi dari batuan induk masuk ke

batuan reservoir, dan Migrasi sekunder yaitu pindahnya minyak dalam lapisan

reservoir menuju ke tempat akumulasi.

1.2.2 Batuan Reservoir (Reservoir Rocks)

Merupakan batuan tempat terakumulasinya minyak, biasanya berupa

batuan sedimen berbutir kasar,dan memiliki porositas yang baik agar mampu

menyimpan fluida, serta memiliki permeabilitas yang baik agar dapat mengalirkan

minyak dan gas bumi.

1.2.3 Perangkap (Trap)

Merupakan zona yang mempunyai tekanan dan temperatur lebih kecil

daripada lingkungan batuan induk, sehingga minyak dan gas bumi sudah tidak

dapat berpindah tempat atau bergerak lagi. Trap terdiri dari trap structural

(antiklin, sinklin, patahan, sesar, dll), trap stratigrafi

(unconformity/ketidakselarasan), trap campuran, dan trap hidrodinamik (rembesan

air hujan).

1.2.4 Batuan Penutup (Cap Rocks)

Batuan yang bersifat impermeable agar dapat bertindak sebagai

penghalang yang tidak dapat ditembus fluida. Contoh : green shale


3

1.3 Cekungan Jawa Timur Utara

Gambar 1. Cekungan Jawa Timur Utara

Cekungan Jawa Timur Utara termasuk dalam cekungan busur belakang

(back arc basin). Ketebalan sedimentasi cekungan ini mencapai 5000-6000 meter.

1.3.1 Struktur Geologi Cekungan Jawa Timur Utara

Cekungan Jawa Timur Utara merupakan zona penunjaman antara

lempeng Eurasia dengan lempeng Hindia-Australia. Cekungan ini mengalami dua

masa tektonik yaitu Regangan (Tension) yang menyebabkan dasar cekungan

turun sehingga sedimentasinya akan tebal. Regangan menghasilkan sesar normal

pada batuan dasar, struktur tinggi (horst) dan struktur rendah (graben). Dan proses

Tekanan (Compression) yang menyebabkan sedimentasi pada dasar cekungan

akan terlipat sehingga morfologi permukaannya akan membentuk perbukitan.

Proses ini menghasilkan sesar normal dan sesar anjak pada batuan sedimen,

perlipatan (antiklin dan sinklin), dan pengangkatan (orogenesa).

1.3.2 Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara

Cekungan Jawa Timur merupakan cekungan yang paling struktural dan

memiliki stratigrafi yang kompleks dari cekungan belakang busur Indonesia.


4

Menurut Harsono (1983) ,rincian stratigrafi Cekungan Jawa Timur

bagian Utara Rembang terbagi menjadi:

1.3.2.1 Formasi Ngimbang

F o r m a s i N g i m b a n g terdiri atas perulangan antara batupasir, serpih

dan lanau dengan sisipan tipis b a t u b a r a . Umur formasi ini adalah oligosen

awal dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.

1.3.2.2 Formasi Kujung

Litologinya terdiri napal pada bagian bawah dan batu lempung

pada bagian atas yang disisipi batu gamping bioklastik. Umur formasi

ini adalah oligosen atas .

1.3.2.3 Formasi Prupuh

Litologi batuannya terdiri dari batu gamping (terumbu) dan

napal. Umur formasi ini adalah oligosen awal -miosen bawah.

1.3.2.4 Formasi Tuban dan Tawun

Formasi Tuban terdiri dari batuan lempung dengan sisipan batu

gamping pada bagian bawah, terendapkan pada Miosen awal di zona

neritik luar. Sedangkan formasi Tawun bagian bawah terdiri dari batu

lempung, batu gamping pasiran, batu pasir dan lignit, dan pada bagian atas berupa

batu pasir yang kaya akan moluska, lignit , dan batu pasir kwarsa. Formasi Tawun

berumur Miosen Awal bagian Atas sampai Miosen Tengah.

1.3.2.5 Formasi Ngrayong

Batuan yang terdiri dari perselingan batu gamping, lempung, dan pasir.
5

1.3.2.6 Formasi Bulu

Batuannya terdiri dari perselingan batu gamping dengan kalkarenit.

Formasi Bulu diperkirakan berumur Miosen Tengah bagian atas.

1.3.2.7 Formasi Wonocolo

Batuannya terdiri atas perulangan napal pasiran dan batu gamping

kalkarenit. Formasi ini berumur Miosen akhir bagian bawah sampai Miosen akhir

bagian tengah.

1.3.2.8 Formasi Ledok

Batuannya terdiri dari batu pasir dengan sisipan kalkarenit atau batu

lempung. Formasi ini berumur Miosen akhir bagian atas.

1.3.2.9 Formasi Mundu

Litologinya berupa batuan napal massive yang banyak mengandung

foraminifera. Umur formasi ini sekitar Miosen atas sampai dengan Pliosen.

1.3.2.10 Formasi Selorejo

Litologinya berupa batu pasir gampingan dan gamping pasiran. Umur

formasi ini adalah Pliosen Akhir.

1.3.2.11 Formasi Lidah

Litologinya berupa batu lempung biru massive, dengan perselingan

antara napal dan batu pasir. Formasi ini berumur Pleistosen.

1.3.2.12 Formasi Paciran Litologinya berupa batu gamping terumbu yang

terendapkan pada umur Pliosen


BAB II

OPERASI KEGIATAN PEMBORAN

2.1 Casing dan Cementing

Casing adalah pipa selubung yang terbuat dari baja campuran yang

mempunyai spesifikasi, jenis, dan fungsi untuk menjaga kemungkinan-

kemungkinan problem yang akan timbul dalam suatu operasi pemboran seperti

runtuhnya lubang bor, hilang lumpur, terjepitnya pipa bor dan bahaya yang

mungkin timbul dari operasi tersebut seperti blow out.

Setelah pemboran minyak dan gas mencapai kedalaman tertentu, maka

kedalam sumur tersebut perlu dipasang casing yang dilanjutkan dengan proses

penyemenan. Cementing (proses penyemenan) adalah proses pencampuran dan

pendesakan bubur semen melalui casing sehingga mengalir ke atas melewati

annulus di belakang casing dan menyebabkan casing terikat formasi.

2.1.1 Macam-Macam Casing

2.1.1.1 Conductor Casing

Conductor casing adalah casing yang pertama kali dipasang pada

konstruksi sumur. Casing ini dipasang pada kedalaman yang masih cukup

dangkal, biasanya sampai kedalaman ± 200 ft. Diameter conductor casing

sekitar 20´´ sampai dengan 30´´. dan biasanya digunakan untuk kondisi

6
7

lunak atau mudah gugur. Apabila lubang sumur berdiameter 26”, maka

conductor casing yang dipasang berdiameter 20”. Fungsi dari conductor

casing antara lain :

1) Khusus di offshore adalah untuk melindungi drill string dari air laut,

dipasang dari platform hingga dasar laut,

2) Pada onshore fungsinya yaitu menutup formasi permukaan yang

mudah runtuh, seperti rawa-rawa, gambut dan sebagainya,

3) Mencegah kontaminasi air tawar oleh lumpur pemboran,

4) Melengkapi sistem pengaliran lumpur untuk trayek pemboran

selajutnya.

2.1.1.2 Surface Casing

Surface casing adalah casing yang dipasang setelah conductor

casing. Kedalaman surface casing ditentukan dari unconsolided sand (pasir

lepas) serta kedalaman lapisan air tawar yang dilindungi. Untuk daerah-

daerah yang mempunyai lapisan batuan lunak atau pada sumur-sumur

eksplorasi yang dapat timbul gas bertekanan. Casing ini disemen hingga

kepermukaan. Apabila lubang sumur berdiameter 17 1/2 ”, maka surface

casing yang dipasang berdiameter 13 3/8 ”. Fungsi dari surface casing

antara lain :

1) Melindungi air tanah dari kontaminasi oleh lumpur pemboran,

2) Sebagai tempat dudukan BOP dan wellhead,


8

3) Menyangga seluruh berat beban casing berikutnya yang telah

masuk ke dalam lubang sumur.

Makin dalam formasi yang ditembus umunya tekanan formasinya

makin besar, dan juga sering dijumpai formasi bertekanan abnormal, yang

dapat menimbulkan kick. Untuk mencegah agar tidak blow out, maka

sumur harus dilengkapi dengan blow out preventer (BOP) yang dipasang

pada ujung atas surface casing.

Gambar 2. Surface Casing sebagai Dudukan BOP

2.1.1.3 Intermediate Casing

Intermediate casing berfungsi untuk menutup zona-zona yang

menimbulkan kesulitan dalam operasi pemboran dan menghindari pipa

terjepit pada saat pemboran formasi dengan interval yang terlalu panjang.

Apabila lubang sumur berdiameter 121/4”, maka intermediate casing yang

dipasang berdiameter 95/8”.


9

Gambar 3. Intermediate Casing untuk Menutup Formasi Bertekanan Tinggi

2.1.1.4 Production Casing

Merupakan casing yang menghubungkan formasi produktif ke

permukaan. Production casing ada yang dipasang hanya di atas lapisan

produktif dan ada pula yang dipasang hingga menembus lapisan

produktifnya. Fungsi dari production casing adalah sebagai berikut:

1) Menyekat lapisan produktif yang satu dengan lapisan produktif yang

lainnya agar tidak saling berhubungan.

2) Melindungi alat-alat produksi yang terdapat dibawah permukaan

2.1.2 Tujuan Cementing

Berdasarkan tujuannya, cementing terdiri dari Primary Cementing

(penyemenan pertama) dan Secondary Cementing (Penyemenan Kedua).


10

Pada primary cementing, penyemenan casing pada dinding lubang sumur

dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen, seperti:

 Pada conductor casing untuk mencegah terjadinya kontaminasi fluida

pemboran (lumpur pemboran) dengan formasi.

 Pada surface casing untuk melindungi air tanah agar tidak tercemar dari

fluida pemboran, memperkuat kedudukan surface casing sebagai tempat

dipasangnya alat BOP, menahan beban casing yang terdapat dibawahnya,

dan untuk mencegah aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan

melalui surface casing.

 Pada intermediate casing untuk menutup tekanan formasi abnormal atau

untuk mengisolasi daerah cost circulation.

 Pada production casing untuk mencegah terjadinya aliran antarformasi

ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan yang akan memasuki

sumur, mengisolasi zona produktif yang akan diproduksikan fluida

formasi, dan juga untuk mencegah terjadinya korosi pada casing yang

disebabkan oleh material-material korosif.

Secondary cementing dilakukan setelah ditemukan adanya kerusakan pada

primary cementing dan untuk menutup kembali zona produksi yang telah di

perforasi jika pemboran gagal mendapatkan minyak bumi. Secondary cementing

terdiri dari:
11

 Squeeze cementing yang dilakukan selama operasi pemboran berlangsung,

Tujuannya adalah mengurangi wáter oil ratio, wáter gas ratio, dan

menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif.

 Re-cementing yang dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing

yang gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.

2.2 Rig dan Bagian-Bagiannya

Rig adalah kumpulan peralatan pengeboran resevoir dalam tanah untuk

memperoleh air, minyak, dan gas bumi. Peralatan yang terdapat pada rig dibagi

menjadi dua yaitu subsurface (bawah permukaan) equpment dan surface (di atas

permukaan) equipment.

Pada bagian bawah permukaan (subsurface equipment) dari Rig,

terdapat:

a. Bit, merupakan alat yang terletak paling bawah dari rangkaian pipa yang

langsung berhadapan dengan formasi atau batuan yang dibor.

b. Drill Collar, merupakan pipa yang berbentuk seperti drill pipe yang

terletak pada rangkaian pipa bor bagian bawah tepatnya berada di atas

mata bor, dan berfungsi sebagai pemberat agar pada saat pemboran tidak

terjadi pembelokan lubang.

c. Drill Pipe, merupakan rangkaian pipa bor terpanjang untuk mencapai

kedalaman lubang bor yang diinginkan.

d. Casing, merupakan pipa yang terbuat dari baja campuran untuk

melindungi sumur baik selama pemboran maupun produksi.


12

Pada bagian atas permukaan (surface equipment) dari rig, terdapat:

a. Rotary Table, merupakan tempat yang menyediakan kekuatan rotasi ke

drill string sehingga mempermudah proses pengeboran lubang bor,

Dipasang pada lantai bor dengan posisi tegak lurus traveling block, bagian

tengahnya terdapat lubang tempat master bushing dipasang.

b. Draw works, merupakan otak dari unit pengeboran, dihubungkan

dengan prime mover dan diletakkan didekat meja putar.

c. Mud pump, berfungsi untuk mensirkulasikan lumpur pemboran di dalam

lubang.

d. Master bushing, merupakan bantalan utama yang dimasukkan kedalam

rotary table. Ia meneruskan gaya putar yang dihasilkan oleh rotary table ke

Kelly bushing.

e. Kelly, merupakan rangkaian pipa bor yang berbentuk irisan segiempat,

segitiga, dan segienam.

f. Swivel, merupakan penghubung antara rotary hose (pipa karet) dengan

Kelly sehingga memungkinkan lumpur bor bersirkulasi tanpa mengalami

kebocoran.

g. Hook, merupakan alat yang berbentuk kait yang besar dan terletak

dibawah traveling block yang digunakan untuk mendukung pengangkatan

dan penurunan swivel dan Kelly.

h. Travelling block, merupakan susunan roda (sheaves) dibawah crown block

tempat drilling line dililitkan dari roda crown block ke traveling block
13

sehingga memungkinkan traveling block naik turun membentuk system

pengerek diatas lantai bor.

i. Crown block, merupakan rangkaian dari roda-roda (sheaves) yang terletak

di puncak menara.

Gambar 4. Bagian-Bagian Rig


14

2.3 Fungsi Lumpur Pemboran

 Mengangkat cutting ke permukaan

 Mengontrol tekanan formasi

 Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string

 Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake

 Menahan cutting saat sirkulasi dihentikan

 Mengurangi sebagian berat rangkain pipa bor (buoyancy effect)

 Melepas cutting dan pasir dipermukaan

 Mendapatkan informasi (mud logging, sample log)

 Sebagai media logging


BAB III

OPERASI KEGIATAN PRODUKSI

3.1 Metoda Produksi

Metoda produksi adalah cara mengangkat fluida dari bawah permukaan

sampai ke permukaaan.

3.1.1 Natural Flowing Well (Metoda Sembur Alam)

Metoda ini diterapkan jika tenaga dorong (tekanan) reservoir cukup besar

sehingga mampu mengatasi semua hambatan yang harus dilalui dari reservoir

sampai ke separator (Pr > Pwf > Pt > Pfl > Psep).

3.1.2 Artificial Lift

Metoda ini diterapkan apabila tekanan reservoir tidak mampu lagi

mengatasi hambatan yang terdapat dalam sistem atau dengan maksud peningkatan

produksi. Metoda ini menggunakan tenaga tambahan yang terdiri dari gas lift dan

pompa.

3.1.2.1 Gas Lift

Pada metoda ini, gas diinjeksikan melalui anulus dan masuk ke dalam tubing.

Saat gas masuk melalui anulus, gas mendorong fluida. Saat gas naik ke tubing,

gas bercampur dengan fluida dan menurunkan berat jenis fluida agar tekanan

mengecil sehingga fluida bisa naik ke permukaan.

Berdasarkan ketinggiannya, instalasi gas lift terbagi menjadi:

15
16

a. Instalasi Terbuka, dengan dilengkapi dengan katup gas lift, tidak

menggunakan packer dan standing valve. Digunakan pada sumur dengan PI

dan BHP yang tinggi.

b. Instalasi Setengah Tertutup, yang dilengkapi dengan katup gas lift dan

packer namun tidak menggunakan standing valve. Digunakan pada sumur

dengan PI tinggi dan BHP rendah.

c. Instalasi Tertutup, dengan menggunakan katup gas lift, packer, dan standing

valve. Digunakan pasa sumur dengan PI dan BHP rendah.

3.1.2.2 Pompa

a. Sucker Rod Pump (SRP)

 Prinsip Kerja: Gambar 5. SRP

Prime mover menghasilkan gerak rotasi,

gerakan ini diubah menjadi gerakan naik turun

oleh pumping unit terutama oleh system pitman

assembly crank. Kemudian gerak angguk naik

turun ini oleh horse head dijadikan gerak angguk

naik-turun yang selanjutnya

menggerakan plunger yang berada didalam sumur.

Instalasi pumping unit di permukaan dihubungkan dengan pompa yang ada

di dalam sumur oleh sucker rod, sehingga gerak lurus naik-turun dari horse

head dipindahkan ke plunger pompa, danplunger ini bergerak naik turun dalam

barrel pompa.
17

Pada saat upstroke, plunger bergerak ke atas (up-stroke) dimana traveling

valve menjauh standing valve, maka traveling valve akan tertutup dikarenakan

adanya tekanan dari fluida yang ada di atasnya, sehingga fluida tersebut dapat

terangkat dan keluar melalui pipa. Pada saat plunger bergerak ke atas, tekanan

dalam barrel akan berkurang atau vacuum, sehingga tekanan formasi akan

membuka standing valve dan fluida masuk ke dalam barrel.

Pada saat down stroke, standing valve menutup karena tekanan cairan yang

diatasnya dan pengaruh berat bola-bola itu sendiri. Sedangkan travelling

valve akan membuka dan terdorong oleh cairan yang ada dalam barrel,

kemudian liquid tersebut mengisi tubing. Proses ini akan berlanjut (kontinu) sesuai

dengan gerakan yang diberikan oleh unit pompa dipermukaan (surface pumping

unit) sampai pipa terisi oleh fluida dan akan bergerak ke permukaan.

 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan Kerugian

1. Tidak mudah rusak dan 1. Berat dan butuh tempat


mudah diperbaiki di luas, transportasi sulit.
lapangan 2. Tidak baik untuk sumur
2. Mudah dioperasikan dan miring/Offshore
lebih ekonomis untuk 3. Untuk sumur dalam
penggunaan jangka
butuh unit besar karena
panjang
3. Fleksibel terhadap laju laju produksi besar.
produksi, jenis fluida dan
kecepatan bisa diganti
4. Monitoring dari jauh dapat
dilakukan bila pompa mati
5. Harga relative murah (+/-
$ 40.000 untuk 3000 ft)
18

b. Electric Submersible Pump (ESP)

 Prinsip Kerja:

Sistem kerja dari ESP adalah dengan mengalirkan energi listrik

dari transformer (step down )melalui switch board. Pada switch board, semua

kinerja dari ESP dan kabel dikontrol atau dimonitor. Kemudian energi listrik akan

diteruskan dari switch board ke motor melalui kabel yang diletakkan

disepanjang tubing dari rangkaian ESP. Selanjutnya melalui motor, energi listrik

akan diubah menjadi energi mekanik berupa tenaga putar. Putaran akan diteruskan

ke protector dan pump melalui shaft yang dihubungkan dengancoupling.

Pada saat shaft dari pompa

berputar, impeller akan ikut berputar dan mendorong

fluida masuk melalui pump intake atau gas separator

ke permukaan. Fluida yang didorong secara perlahan

akan memasuki tubing dan terus menuju ke

permukaan sampai gathering system (SPU).

Gambar 6. ESP

 Keuntungan dan Kerugian:

Keuntungan Kerugian

1. Kemampuan 1. Harga yang cukup


menghasilkan laju mahal
produksi tinggi .
19

c. Progressive Cavity Pump (PCP)

 Prinsip Kerja:

PC Pump bekerja dengan mengandalkan 2 elemen utama yang telah

dijelaskan seperti diatas. Adapun Motor drive sebagai prime mover (penggerak)

berada di permukaan yang menggerakkan rotor di lubang sumur. Pompa (rotor &

stator) berada dibawah lubang perforasi untuk memastikan bahwa pompa berada

dibawah fluid level untuk mengantisipasi loss

flow yang terjadi. Fluida mengalir kedalam

stator dan terus mengair melalui tubing hingga

ke permukaan.

Gambar 7. PCP

 Keuntungan dan Kerugian:

Keuntungan Kerugian

1. Tingginya efisiensi 1. Rentannya dengan


volumetric yang mencapai temperature yang tinggi
80%. (Batas maksimum suhu
2. Sangat baik dalam tertinggi adalah 250 F)
mengatasi masalah 2. Sensitif terhadap tekanan
kepasiran dan paraffin. yang berlebihan
3. Desain pemasangan
peralatan yang cukup
sederhana
Tidak terjadi gas lock
4. Mampu mengangkat
hampir keseluruhan jenis
oil (sekitar 5-42 0API)
5. Penggunaaan energy yang
efisien
20

3.2 Proses Produksi

Dari Wellhead, fluida dialirkan ke SP (Stasiun Pengumpul) melalui flowline.

Produksi dari masing-masing sumur perlu dikelompokkan terlebih dahulu ke suatu

pemusatan well centre. Manifold merupakan kumpulan dari valve-valve yang

berfungsi untuk mengatur aliran fluida produksi untuk mengatur aliran fluida

produksi dari masing-masing sumur.

Kemudian fluida produksi dari beberapa gate valve pada suatu unit manifold

ditampung oleh header (pipa berukuran lebih besar dari flowline yang berfungsi

untuk menyatukan fluida produksi dan membantu terjadinya suatu proses pemisahan

dengan adanya penginjeksian chemical demulsifier). Terdapat tiga

macam header yaitu header produksi, header test dan header cadangan.

Lalu, fluida dialirkan ke separator untuk memisahkan antara air, minyak dan

gas. Menurut fasenya, separator terbagi atas separator dua fasa dan tiga fasa.

Sedangkan menurut bentuk, separator terbagi atas separator vertikal dan horizontal.

Setelah itu minyak mentah dialirkan ke tangki kemudian ke SPU (Stasiun

Pengumpul Utama), yang merupakan pusat pengumpulan minyak mentah dari

beberapa sumur di suatu daerah. Setelah itu barulah minyak mentah dialirkan ke PPP

(Pusat Penampungan Produksi) untuk kemudian di salurkan ke konsumen maupun

refinery.
21

Gambar 8. Skema Produksi

Well

Stasiun Pengumpul (SP)

Stasiun Pengumpul Utama (SP)

Pusat Penampungan Produksi (PPP)

Konsumen Refinery
DAFTAR PUSTAKA

Susilo,Joko.2014.Pelatihan Pengantar Operasi Lapangan Migas.Cepu:Pusdiklat

Migas.

http://geoenviron.blogspot.com/2012/01/pemetaan-

geologialterasi.html/22/02/2014

http://id.scribd.com/doc/59733314/Cekungan-Jawa-Timur-Utara/22/02/2014

http://pitbudie.wordpress.com/2009/10/18/geologi-zona-rembang/24/02/2014

http://www.academia.edu/4787471/Cekungan_jawa_timur_1/24/02/2014

http://www.aryadhani.blogspot.com/2010/05/cekungan-jawa.html/24/02/2014

http://lubaucity.blogspot.com/2013/05/nama-dan-fungsi-casing.html/24/02/2014

http://cepumerah.blogspot.com/p/komponen-drlling-rig-3.html/25/02/2014

http://rigknowledge.wordpress.com/2009/06/02/gambaran-rig/25/02/2014

22

Anda mungkin juga menyukai