Anda di halaman 1dari 45

Bab PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan gedung adalah suatu wadah tempat manusia melakukan aktivitasnya, baik aktivitas
sosial dan budaya maupun aktivitas ekonomi. Wadah ini pula merupakan salah satu kebutuhan
dasar (basic need) dari makhluk “manusia”, dimana manusia semakin bertambah banyak dan
kebutuhan dasar ini semakin saja diperlukan. Dengan bertambah banyaknya manusia dan
kebutuhan dasar yang semakin meningkat,sangat dibutuhkan suatu program pembangunan yang
berkelanjutan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam mewujudkan pembangunan wilayahnya, Kabupaten Karimun memiliki kerangka
pembangunan berupa visi pembangunan yaitu mewujudkan Kabupaten Karimun menjadi
Kabupaten yang maju, mandiri, dan berbudaya yang dilandasi Iman dan taqwa tahun 2015.
Dengan misi pokok pembangunan Kabupaten Karimun yaitu mengembangkan sektor industri,
mengembangkan sektor pertanian dalam arti luas.
Untuk menjamin dan mendukung kelancaran visi dan misi tersebut berbagai strategi yang akan
dilakukan dalam hal ini adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat serta menyediakan fasilitas
untuk menunjang hal tersebut, salah satunya menata dan menyiapkan infrastruktur pembangunan
dan sarana/prasarana pendukungnya di Kabupaten Karimun.
Dalam rangka menyiapkan infrastruktur pembangunan sebagai wujud nyata perhatian dimaksud
maka pemerintah Karimun akan membangun Perpusatakaan Daerah beserta fasilitas
penunjangnya. Gedung atau ruangan perpustakaan adalah bangunan yang sepenuhnya
diperuntukkan bagi seluruh aktivitas sebuah perpustakaan. Disebut gedung apabila merupakan
bangunan besar dan permanent, terpisah dari gedung lain sedangkan apabila hanya menempati
sebagian dari sebuah gedung atau hanya sebuah bangunan (penggunan ruang kelas), relatif kecil
disebut ruangan perpustakaan.

1.2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran


Maksud dari pekerjaan ini adalah penyusunan perencanaan teknis DED Perpustakaan Kabupaten
Karimun.
Tujuan penyusunan DED Perpustakaan Kabupaten adalah penyusunan dokumen perencanaan
baik gambar, perhitungan biaya, penyusunan rencana kerja dan syarat untuk pekerjaan fisik yang
akan dilaksanakan.
Sasaran kegiatan yaitu terwujudnya fasilitas berupa gedung perpustakaan beserta fasilitas
penunjangnya untuk dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, tersimpannya arsip-arsip dengan
benar dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan rekreasi yang sehat

1.3 Lingkup Kegiatan


Pekerjaan Penyusunan DED Perpustakaan Kabupaten Karimun memiliki lingkup kegiatan secara
umum, sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pondasi / Basement / Pekerjaan Struktur Bawah, meliputi :
• Pekerjaan galian,
• Pekerjaan Pilecap, Tiebeam & Kolom.
• Pekerjaan Tiang pancang.

2. Pekerjaan Struktur Atas


• Pekerjaan kendali ketinggian (level) bangunan dan letak as bangunan/
• Pekerjaan galian/urugan pada bagian-bagian tertentu yang ditentukan sesuai dengan gambar;
• Pekerjaan struktur atas.

3. Pekerjaan Arsitek
• Penzoningan
• Bangunan
• Utilitas

4. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal


5. Pekerjaan Lansekap / Taman / Halaman
1.4 Keluaran (Output)
Keluaran yang harus dikeluarkan oleh konsultan berisi panduan perencanaan teknis/DED
perpustakaan Kabupaten Karimun, meliputi:
A. Gambar Kerja, harus jelas dan harus sesuai bentuk, serta ukuran dengan kondisi dilapangan,
minimal mencakup :
1. Gambar makro kawasan
2. Gambar Lay Out
3. Gambar Aristektur Bangunan dan Lingkungan/Lansekap
4. Gambar Struktur
5. Gambar Elektrikal
6. Gambar Utilitas
B. Estimate Engineer, berisi item-item pekerjaan yang harus dikerjakan dilapangan oleh
kontraktor dan akan berbentuk Rencana Anggaran Biaya, minimal meliputi :
1. Standar Harga Satuan Kabupaten Karimun
2. Analisa biaya
3. Rencana Anggaran Biaya

C. Rencana Kerja dan Syarat (RKS), sebagai pedoman kontraktor dalam pelaksanaan
pembangunan fisik, khususnya masalah mutu bangunan, minimal mencakup :
1. Dokumen lelang
2. Spesifikasi teknis
3. Peraturan-peraturan terkait bangunan gedung dan utilitasnya

1.5 Sistematika Pekerjaan


Sistematika penyajian laporan Antara penyusunan DED Perpustakaan Kabupaten Karimun ini,
terdiri dari 6 (enam) bab yang dipaparkan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan, fungsi dan sasaran, lingkup kegiatan, output (keluaran) dan
sistematika penyajian pada penyusunan laporan pendahuluan pekerjaan DED Gedung DPRD
Kabupaten Karimun.
BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Bab ini berisi gambaran umum Kabupaten Karimun dan kondisi eksisiting lokasi pekerjaan DED
Gedung Perpustakaan Kabupaten Karimun.
BAB 3 PENDEKATAN PEKERJAAN DAN METODOLOGI
Bab ini memaparkan metode pendekatan pekerjaan dan Metodologi atau teknis yang dilakukan
dalam penyusunan DED Perpustakaan Kabupaten Karimun yang disesuaikan setelah
dilaksanakan survey lokasi pekerjaan.
BAB 4 KAJIAN KONDISI EKSISTING LOKASI DAN ANALISA RUANG
Bab ini berisi uraian mengenai kajian kondisi eksting berupa analisa tata guna lahan sekitar
lokasi, analisa aksesibilitas, analisa fisik dasar serta analisa kebutuhan ruang gedung
perpustakaan Kabupaten Karimun.
BAB 5 KONSEP PENATAAN LINGKUNGAN DAN RANCANG GEDUNG
Bab ini memaparkan konsep yang akan direncanakan pada lokasi perencanaan berupa konsep
penataan lingkungan, dalam hal ini ruang luar bangunan gedung dan konsep rancang gedung
yaitu ruang dalam bangunan gedung.
BAB 6 RENCANA GEDUNG DAN RUANG TERBUKA PERPUSTAKAAN
Bab ini berisi rencana gedung dan ruang terbuka berupa ukuran, ruang, kapasitas ruang, fungsi
ruang dan penzoningan ruang.

Bab

Pada Bab 2 ini akan diuraikan mengenai gambaran umum Kabupaten Karimun dan Kondisi
Eksisting Lokasi Perencanaan Gedung Perpustakaan Kabupaten Karimun.

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Karimun

2.1.1 Kondisi Fisik


Secara umum Kabupaten Karimun mempunyai daratan yang datar dan landai dengan ketinggian
antara 2 sampai 500 meter dari permukaan laut. Namun ada juga bagian yang berbukit bukit
dengan kemiringan sampai 40%.
Perubahan angin mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap iklim di Kabupaten Karimun.
Musim kemarau terjad pada bulan Februari dan Juni, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan
lainnya. Secara rata-rata suhu udara di Karimun atau tepatnya di Tanjung Balai Karimun sebesar
27,6o Celcius dengan kelembaban udara sebesar 83%. Curah hujan rata-rata pertahun mencapai
193,4 milimeter. Curah hujan tertinggi terjadi bulan agustus sebesar 375,1 milimeter dan
terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 33,5 milimeter.

2.1.2 Letak Geografis dan Administrasi


Kabupaten Karimun dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999. Pada awal
terbentuknya wilayah Kabupaten Karimun terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan
Karimun, Kecamatan Moro dan Kecamatan Kundur. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Karimun nomor 16 tahun 2001, maka wilayah Kabupaten Karimun dimekarkan
menjadi 8 (delapan) kecamatan, dan akhirnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun
nomor 10 tahun 2004 dimekarkan lagi menjadi 9 (sembilan) kecamatan dan jumlah kelurahan
sebanyak 22 kelurahan dan 22 desa, 327 RW (Rukun Warga) dan 945 RT (Rukun Tetangga).
Tahun 2006 jumlah desa menjadi 52 desa. Berdasarkan luas wilayahnya, Kabupaten Karimun
merupakan Daerah kepulauan yang mempunyai luas 7.984 kilometer persegi yang terdiri dari
wilayah daratan seluas 1.524 kilometer persegi dan wilayah perairan seluas 6.460 kilometer
persegi (Tabel 3.1).
Secara astronomis terletak antara 00º 24’ 36” LU – 01 º 13’ 12” LU dan 103 º 13’ 12” BT – 104 º
00’ 36” BT . Kabupaten ini berbatasan langsung dengan:
Utara : Philip Channel (Singapore Strait), Semenanjung Malaysia dan Selat Malaka.
Barat : Kecamatan Rangsang dan Kecamatan Tebing Tinggi (Kabupaten Bengkalis), Kecamatan
Kuala Kampar (Kabupaten Pelalawan)
Timur : Pulau Batam
Selatan : Kecamatan Kateman (Kabupaten Indragiri Hilir)

Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Karimun

No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Kelurahan Desa Pulau

1 Moro Moro 1 6 87
2 Durai Durai 0 4 44
3 Kundur Tanjung Batu 3 5 26
4 Karimun Tanjung Balai 4 2 24
5 Kundur Utara Tanjung Berlian 1 7 23
6 Kundur Barat Sawang 1 4 12
7 Buru Buru 2 2 6
8 Meral Meral 4 1 23
9 Tebing Meral 6 1 6
Jumlah 22 32 251
Sumber : RTRW Kabupaten Karimun 2008 -2027

2.1.3 Jumlah Penduduk


Jumlah penduduk Kabupaten Karimun setiap tahun mengalami pola pertumbuhan yang tidak
stabil atau cenderung naik turun. Dari tahun 2002 sebelum adanya pemekaran sebesar 190.499
jiwa, pada tahun 2003 turun sebesar 3.024 jiwa (1,6%). Setelah pemekaran tahun 2005
meningkat menjadi sebesar 200.704 jiwa (6,6%), sedangkan tahun 2006 meningkat menjadi
209.875 jiwa (4,4%). Kecamatan yang mengalami peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2002
sampai 2006 adalah Kecamatan Tebing. Rata-rata peningkatan yang terjadi di Kecamatan Tebing
sebesar 3,4%. Jumlah penduduk tertinggi tahun 2006 ditempati oleh Kecamatan Meral sebesar
41.334 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Durai sebesar 6.504 jiwa.
Kecamatan Durai ini merupakan hasil dari pemekaran Kecamatan Moro pada tahun 2004.
Pada tahun 2003 Kabupaten Karimun mengalami penurunan jumlah penduduk sebesar 3.042
jiwa (1,62%). Adapun kecamatan yang mengalami penurunan adalah Kecamatan Karimun
sebesar 3.844 jiwa (11,2%), Kecamatan Kundur Utara sebesar 2.602 jiwa (15,4%), Kecamatan
Buru sebesar 426 jiwa (4.6%), dan Kecamatan Meral sebesar 2.204 jiwa (6%). Sedangkan
Kecamatan Moro, Kecamatan Kundur, Kecamatan Kundur Barat, dan Kecamatan Tebing
mengalami peningkatan jumlah penduduk. Rata-rata pertumbuhan penduduk di Kabupaten
Karimun dari tahun ke tahun adalah sebesar 3,2%.
Adapun pertambahan penduduk paling tinggi pada tahun 2006 sebesar 20.421 jiwa (9,7%) di
Kecamatan Karimun. Namun pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kundur Barat mengalami
penurunan sebesar 20.269 jiwa (9,65%).
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2002 – 2006
No. Kecamatan Tahun
2002 2003 2004 2005 2006
1 Moro 22,443 22,712 23,663 18,097 18,924
2 Durai 0 0 0 6,220 6,504
3 Kundur 28,008 31,749 19,732 33,993 35,546
4 Karimun 38,205 34,361 30,411 18,049 38,470
5 Kundur Utara 19,460 16,858 13,685 15,798 18,874
6 Kundur Barat 13,424 14,755 38,663 36,789 16,520
7 Buru 9,629 9,203 9,778 9,853 10,304
8 Meral 39,123 36,919 39,777 39,528 41,334
9 Tebing 20,207 20,900 21,913 22,377 23,399
Jumlah 190,499 187,457 197,622 200,704 209,875
Sumber : RTRW Kabupaten Karimun 2008 -2027

2.1.4 Jumlah Murid


Pada tahun 2003, jumlah murid SD negeri terbanyak terdapat di Kecamatan Kundur sebesar
3.808 siswa (18%), sedangkan jumlah murid SD negeri terendah terdapat di Kecamatan Buru
sebesar 1.336 siswa (6,3%). Jumlah murid SD swasta terbanyak terdapat di Kecamatan Karimun
sebesar 2.084 siswa (46%), sedangkan jumlah murid SD swasta terendah terdapat di Kecamatan
Moro sebesar 197 siswa (4,4%). Jumlah murid SMP negeri terbanyak terdapat di Kecamatan
Karimun sebesar 1.392 siswa (20%), sedangkan jumlah murid SMP negeri terendah terdapat di
Kecamatan Buru sebesar 408 siswa (6%). Jumlah murid SMP swasta terbanyak terdapat di
Kecamatan Karimun sebesar 754 siswa (66%), sedangkan jumlah murid SMP swasta terendah
terdapat di Kecamatan Kundur Barat sebesar 23 siswa (2%). Jumlah murid SMU negeri
terbanyak terdapat di Kecamatan Kundur sebesar 900 siswa (27%), sedangkan jumlah murid
SMU negeri terendah terdapat di Kecamatan Kundur Barat sebesar 81 siswa (2%). Jumlah murid
SMU swasta hanya terdapat di Kecamatan Karimun sebesar 238 siswa. Jumlah murid SMK
negeri hanya terdapat di Kecamatan Tebing sebesar 514 siswa. Sedangkan jumlah murid SMK
swasta terbanyak di Kecamatan Karimun sebesar 698 siswa (64%) dan jumlah terendah terdapat
di Kecamatan Kundur sebesar 390 siswa (36%).
Tabel. 2.3
Jumlah Murid dan Status Sekolah di Kabupaten Karimun Tahun 2003

No. Kecamatan 2003


SD MI SMP MTs SMU MA SMK
NSNSNSNSNSNSNS
1 Moro 3,132 197 0 0 612 0 0 59 207 0 0 0 0 0
2 Durai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Kundur 3,808 0 125 392 1,200 0 366 171 900 0 0 82 0 390
4 Karimun 2,845 2,084 0 591 1,392 754 0 225 734 281 0 120 0 698
5 Kundur Utara 2,179 0 0 70 893 0 0 0 327 0 0 0 0 0
6 Kundur Barat 2,434 0 0 0 485 23 0 0 81 0 0 0 0 0
7 Buru 1,336 0 0 0 408 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Meral 2,941 1,983 0 202 1,200 286 0 265 224 0 0 53 0 0
9 Tebing 2,480 262 0 0 736 86 0 103 888 0 0 0 514 0
Jumlah 21,155 4,526 125 1,255 6,926 1,149 366 823 3,361 281 0 255 514 1,088
Sumber : RTRW Kabupaten Karimun 2008 -2027

Pada tahun 2004, jumlah murid SD negeri terbanyak terdapat di Kecamatan Kundur sebesar
3.878 siswa (18,2%), sedangkan jumlah murid SD negeri terendah terdapat di Kecamatan Buru
sebesar 1.354 siswa (6,3%). Jumlah murid SD swasta terbanyak terdapat di Kecamatan Karimun
sebesar 2.116 siswa (47%), sedangkan jumlah murid SD swasta terendah terdapat di Kecamatan
Moro sebesar 197 siswa (4%). Jumlah murid SMP negeri terbanyak terdapat di Kecamatan
Karimun sebesar 1.333 siswa (22%), sedangkan jumlah murid SMP negeri terendah terdapat di
Kecamatan Buru sebesar 402 siswa (7%). Jumlah murid SMP swasta terbanyak terdapat di
Kecamatan Karimun sebesar 757 siswa (66%), sedangkan jumlah murid SMP swasta terendah
terdapat di Kecamatan Kundur Barat sebesar 24 siswa (2%). Jumlah murid SMU negeri
terbanyak terdapat di Kecamatan Tebing sebesar 906 siswa (24%), sedangkan jumlah murid
SMU negeri terendah terdapat di Kecamatan Buru sebesar 89 siswa (2%). Jumlah murid SMU
swasta hanya terdapat di Kecamatan Karimun sebesar 330 siswa. Jumlah murid SMK negeri
hanya terdapat di Kecamatan Tebing sebesar 513 siswa. Sedangkan jumlah murid SMK swasta
terbanyak di Kecamatan Karimun sebesar 698 siswa (64%) dan jumlah terendah terdapat di
Kecamatan Kundur sebesar 386 siswa (36%).

Tabel. 2.4
Jumlah Murid dan Status Sekolah di Kabupaten Karimun Tahun 2004

No. Kecamatan 2004


SD MI SMP MTs SMU MA SMK
NSNSNSNSNSNSNS
1 Moro 3,140 197 0 54 645 0 0 59 257 0 0 0 0 0
2 Durai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Kundur 3,878 0 77 406 1,210 0 367 159 900 0 0 84 0 386
4 Karimun 2,765 2,116 0 572 1,333 757 0 143 788 330 0 119 0 698
5 Kundur Utara 2,310 0 0 0 70 827 0 0 0 333 0 0 0 0
6 Kundur Barat 2,450 0 0 0 517 24 0 0 204 0 0 0 0 0
7 Buru 1,354 0 0 0 402 0 0 0 89 0 0 0 0 0
8 Meral 2,930 1,928 0 198 405 286 0 269 284 0 0 53 0 0
9 Tebing 2,508 258 0 0 730 85 0 132 906 0 0 0 513 0
Jumlah 21,335 4,499 77 1,230 5,312 1,979 367 762 3,428 663 0 256 513 1,084
Sumber : RTRW Kabupaten Karimun 2008 -2027

Pada tahun 2005, jumlah murid SD negeri terbanyak terdapat di Kecamatan Kundur sebesar
4.299 siswa (19%), sedangkan jumlah murid SD negeri terendah terdapat di Kecamatan Durai
sebesar 875 siswa (4%). Jumlah murid SD swasta terbanyak terdapat di Kecamatan Karimun
sebesar 2.279 siswa (51,1%), sedangkan jumlah murid SD swasta terendah terdapat di
Kecamatan Tebing sebesar 218 siswa (5%). Jumlah murid SMP negeri terbanyak terdapat di
Kecamatan Karimun sebesar 1.458 siswa (20%), sedangkan jumlah murid SMP Negeri terendah
terdapat di Kecamatan Durai sebesar 234 siswa (3,2%). Jumlah murid SMP swasta terbanyak
terdapat di Kecamatan Karimun sebesar 944 siswa (67,8%), sedangkan jumlah murid SMP
swasta terendah terdapat di Kecamatan Tebing sebesar 67 siswa (4,8%). Jumlah murid SMU
negeri terbanyak terdapat di Kecamatan Tebing sebesar 995 siswa (24,4%), sedangkan jumlah
murid SMU negeri terendah terdapat di Kecamatan Buru sebesar 90 siswa (2,2%). Jumlah murid
SMU swasta hanya terdapat di Kecamatan Karimun sebesar 364 siswa (91%) dan Kecamatan
Kundur Barat sebesar 34 siswa (9%). Jumlah murid SMK negeri hanya terdapat di Kecamatan
Tebing sebesar 577 siswa (94%) dan Kecamatan Moro 39 siswa (6%). Jumlah murid SMK
swasta hanya terdapat di Kecamatan Karimun sebesar 555 siswa (57%) dan Kecamatan Kundur
421 siswa (43%).

Tabel. 2.5
Jumlah Murid dan Status Sekolah di Kabupaten Karimun Tahun 2005

No. Kecamatan 2005


SD MI SMP MTs SMU MA SMK
NSNSNSNSNSNSNS
1 Moro 2,426 0 0 60 677 0 0 95 299 0 0 0 39 0
2 Durai 875 0 0 0 234 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Kundur 4,299 0 115 447 1,118 0 372 221 857 0 0 60 0 421
4 Karimun 2,984 2,279 0 722 1,458 944 0 311 810 364 0 327 0 555
5 Kundur Utara 2,336 0 0 81 805 0 28 0 316 0 0 0 0 0
6 Kundur Barat 2,626 0 0 0 581 145 0 0 347 34 0 0 0 0
7 Buru 1,358 0 0 0 508 0 0 0 90 0 0 0 0 0
8 Meral 3,226 1,967 0 188 954 237 0 247 360 0 0 43 0 0
9 Tebing 2,623 218 0 0 1,017 67 0 86 995 0 0 0 577 0
Jumlah 22,753 4,464 115 1,498 7,352 1,393 400 960 4,074 398 0 430 616 976
Sumber : RTRW Kabupaten Karimun 2008 -2027

Pada tahun 2006, jumlah murid SD negeri terbanyak terdapat di Kecamatan Kundur sebesar
4.006 siswa (18,6%), sedangkan jumlah murid SD negeri terendah terdapat di Kecamatan Durai
sebesar 749 siswa (3,5%). Jumlah murid SD swasta terbanyak terdapat di Kecamatan Karimun
sebesar 2.196 siswa (49,1%), sedangkan jumlah murid SD swasta
terendah terdapat di Kecamatan Moro sebesar 157 siswa (3,5%). Jumlah murid SMP negeri
terbanyak terdapat di Kecamatan Karimun sebesar 1.451 siswa (20%), sedangkan jumlah murid
SMP negeri terendah terdapat di Kecamatan Moro sebesar 157 siswa (3%).
Jumlah murid SMP swasta terbanyak terdapat di Kecamatan Karimun sebesar 937 siswa (68%),
sedangkan jumlah murid SMP swasta terendah terdapat di Kecamatan Tebing sebesar 67 siswa
(5%). Jumlah murid SMU negeri terbanyak terdapat di Kecamatan Kundur sebesar 927 siswa
(23%), sedangkan jumlah murid SMU negeri terendah terdapat di Kecamatan Durai sebesar 141
siswa (3%). Jumlah murid SMU swasta hanya terdapat di
Kecamatan Karimun sebesar 393 siswa (90%) dan Kecamatan Kundur Barat sebesar 34 siswa
(10%). Jumlah murid SMK negeri hanya terdapat di Kecamatan Tebing sebesar 579 siswa (90%)
dan Kecamatan Moro 42 siswa (10%). Jumlah murid SMK swasta hanya terdapat di Kecamatan
Karimun sebesar 671 siswa (82%) dan Kecamatan Kundur 145 siswa (18%).

Tabel. 2.6
Jumlah Murid dan Status Sekolah di Kabupaten Karimun Tahun 2006
No. Kecamatan 2006
SD MI SMP MTs SMU MA SMK
NSNSNSNSNSNSNS
1 Moro 2,191 157 0 54 767 0 0 114 337 0 0 0 42 0
2 Durai 749 0 0 0 249 0 0 0 141 0 0 0 0 0
3 Kundur 4,006 0 89 576 1,111 0 379 224 927 0 0 67 0 145
4 Karimun 2,854 2,196 0 698 1,451 937 0 312 794 493 0 167 0 671
5 Kundur Utara 2,248 0 0 71 787 0 0 27 312 0 0 0 0 0
6 Kundur Barat 2,448 0 0 94 580 145 0 0 407 34 0 0 0 0
7 Buru 1,273 0 0 0 499 0 0 0 268 0 0 0 0 0
8 Meral 3,151 1,902 0 188 941 231 0 257 370 0 0 66 0 0
9 Tebing 2,595 215 0 0 1,011 67 0 85 507 0 0 0 579 0
Jumlah 21,515 4,470 89 1,681 7,396 1,380 379 1,019 4,063 527 0 300 621 816
Sumber : RTRW Kabupaten Karimun 2008 -2027

2.1.5 Transportasi

2.1.5.1 Sistem Transportasi Darat


Pembangunan sektor perhubungan mempunyai fungsi yang sangat penting untuk memperlancar
arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen, serta mobilitas manusia di seluruh daerah
terutama pada daerah pusat-pusat pengembangan dan produksi, wilayah pedesaan dan daerah
terpencil. Adanya fasilitas perhubungan yang memadai memberikan daya tarik yang sangat
diperhitungkan bagi investor untuk menanamkan modalnya, karena kegiatan ekonomi pada
dasarnya juga tergantung pada ketersediaan prasarana dan sarana perhubungan yang memadai.

A. Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan serangkaian simpul atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang
lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan system jaringan untuk keperluan penyelenggaraan
lalu lintas dan angkutan jalan.
Pola jaringan jalan utama di Pulau Karimun Besar pada dasarnya adalah berbentuk koridor linier
yang menghubungkan kawasan Utara dan Selatan (Pasir Panjang-Tanjung Balai Karimun).
Namun saat ini telah terjadi cenderung pergeseran pola jalan dari arah yang linier, menjadi
berpola konsentris seiring dengan meningkatnya perkembangan pembangunan di kawasan pesisir
bagian Barat-Timur Pulau Karimun Besar.
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.375 tahun 2004 secara
umum ruas jaringan jalan di Kabupaten Karimun dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Jalan Kolektor Kelas 2 yang menghubungkan Pasir Panjang dengan Ibu kota Kabupaten yaitu
ruas jalan Tanjung Balai Karimun – Pasir Panjang (26 kilometer).
2. Jalan Kolektor Kelas 3 yang menghubungkan kolektor primer dengan Ibu kota Kabupaten
yang melayani pergerakkan di dalam kota.
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No.38 tahun 2004 tentang Jalan, menurut fungsinya
jalan dikelompokkan ke dalam empat macam yaitu jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan
jalan lingkungan.
1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Pada saat ini sedang dikembangkan jalan pesisir dari Tanjung Rambut – Tanjung Sebatak sejauh
9,8 kilometer dan tahap selanjutnya dari Tanjung Sebatak – Malarko sebagai prasarana
pendukung industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan di Pulau Kundur.
Persebaran jaringan jalan secara umum di Kabupaten Karimun, mempunyai karakteristik yaitu
merupakan akses permukiman – permukiman menuju pelabuhan atau dermaga, sehubungan
dengan jalur distribusi barang dan perpindahan moda transportasi darat ke laut.
Pada saat ini panjang jalan di Kabupaten Karimun dilihat dari fungsi jalannya adalah sepanjang
809,04 kilometer yang terdiri dari jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Pembangunan jalan
arteri saat ini hanya terdapat di Pulau Karimun (Kecamatan Meral dan Tebing) atau 4% dari
seluruh panjang jalan yang ada. Jalan arteri ini merupakan akses dari pusat kota menuju
Pelabuhan Tanjung Balai Karimun. Sedangkan untuk jalan arteri di Pulau Kundur merupakan
jalur linier yang menghubungkan Pelabuhan Berlian dan Pelabuhan Tanjung Batu.
Pada Kecamatan Moro, Durai dan Buru hanya terdapat jalan lokal yang menghubungkan
permukiman-permukiman penduduk daerah pesisir.

B. Prasarana Transportasi Darat


Kelancaran, kenyamanan serta keamanan dalam pelaksanaan angkutan umum sangat tergantung
beberapa prasarana transportasi yang menunjang prasarana yaitu terminal. Prasarana transportasi
perhubungan darat di Kabupaten Karimun sangat minim karena hanya ada satu terminal yaitu
terminal angkutan umum berupa bus dan oplet di Kecamatan Meral, dengan rute melalui
Kecamatan Karimun,Kecamatan Meral, dan Kecamatan Tebing.

Tabel 2.7
Banyaknya Angkutan Umum Menurut Trayek

Trayek Oplet Bus


Balai – Meral PP 135 19
Balai – Tebing PP 54 33
Meral – Pasir Panjang PP 9 3
Meral – Pangke PP – 26
Balai – Batu Lipai – Via Kapling PP 30 -
Meral – Teluk Paku PP – 2
Balai – Pongkar PP – 2
Tebing – Pongkar PP – 1
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Karimun 2007

Pada umumnya sebaran angkutan umum adalah oplet, taksi, bus, pick-up dan truk hanya
beroperasi dalam Pulau Karimun Besar, untuk akses menuju ke Pulau lain dalam wilayah
kabupaten Karimun hanya dapat ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi laut.
2.1.5.2 Sistem Transportasi Laut
Aksesibilitas Kabupaten Karimun baik lingkup internalmaupun eksternal, untuk saat ini hanya
dimungkinkan melalui sistem transportasi laut dengan prasarana trasportasi laut berupa
pelabuhan dan dermaga. Pelabuhan yang dapat berhubungan langsung dengan negara lain
adalah: Pelabuhan Tanjung Balai Karimun (Pulau Karimun Besar) dan Pelabuhan Tanjung Batu
(Kundur), sedangkan pelabuhan lain merupakan pelabuhan pengumpan.

A. Pelabuhan
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No.53 tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhan
Nasional, definisi pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Dalam
perkembangannya Pelabuhan Tanjung Balai Karimun dan Tanjung Batu (Kundur), yang selain
berfungsi sebagai pelayanan jalur transportasi regional, juga memiliki peranan cukup penting
dalam jalur pelayaran internasional. Hal ini menjadikan Pelabuhan Tanjung Balai Karimun
sebagai tumpuan jalur transportasi dengan dukungan pelabuhan lain sebagai pelabuhan
pengumpan. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun (Pulau Karimun Besar) dan dengan
meningkatnya kegiatan Bongkat Muat barang di Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, saat ini
sedang dibangun pelabuhan barang dan pelabuhan Roro untuk penumpang di Desa Parit Rampak
Tanjung Balai Karimun.

Tabel 2.8
Simpul Kegiatan Transportasi Laut Regional

Nama Pelabuhan Jenjang Fungsi Angkutan /Jenis Pelabuhan Pelayanan


Tanjung Balai Karimun PUT Penumpang/Konvesional Domestik Internasional
Tanjung Batu PPR Penumpang dan Barang/Konvesional Domestik Internasional
Parit Rampak PUT Penumpang dan Barang/Konvesional Domestik
Moro PPR Penumpang dan Barang/Konvesional Domestik Internasional
Tanjung Berlian PPR Penumpang dan Barang Domestik
Keterangan:
PUT : Pelabuhan Utama Tersier
PPR : Pelabuhan Pengumpan Regional
Sumber : PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Tanjung Balai Karimun

Pada tahun 2001-2002 arus penumpang mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,28 %. Pada
tahun 2002-2003 arus penumpang mengalami penurunan yaitu sebesar 0,32%. Pada tahun 2003-
2004 arus penumpang mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,66%. Pada tahun 2004 – 2005
arus penumpang mengalami penurunan yaitu sebesar 1,11%.

B. Ship to Ship Transfer Area (SST)


Saat ini alur pelayaran yang terdapat di Selat Malaka merupakan aktivitas pelayaran yang paling
sibuk di dunia. Pada kawasan ini terdapat berbagai aktivitas pelayaran yang menangani kegiatan
perdagangan yaitu ekspor dan impor, dan juga sistem perangkutan transportasi bagi penumpang.
Perairan Karimun berperan penting sebagai area labuh kapal, selain itu juga berperan sebagai
asset ruang kelautan untuk kepentingan alih muatan dari kapal ke kapal (Ship to Ship Transfer).
Kawasan ini difungsikan sebagai kawasan tempat kapal-kapal dengan kapasitas besar yang tidak
dapat bersandar tetap dapat melakukan bongkar muat barang di sisi perairan sehingga
mengurangi kepadatan di sekitar kawasan pelabuhan.
Kawasan STS diarahkan pada bagian Timur Pulau Karimun Besar. Selain kawasan Ship to Ship
kawasan pelabuhan di perairan Pulau Karimun juga terdapat kawasan khusus kapal rusak atau
mati yang dilengkapi docking kapal. Kawasan kapal rusak atau mati di Kabupaten Karimun
terletak di bagian Selatan dan Barat Pulau Karimun. Kawasan tersebut berada pada kawasan
perairan yang dalam sehingga tidak mengganggu alur serta rute pelayaran yang ada.

2.1.5.3 Sistem Transportasi Udara


Aksesibilitas eksternal antar kota atau kabupaten di Propinsi Kepulauan Riau selain
menggunakan moda transportasi laut juga menggunakan moda transportasi udara yang berupa
pesawat terbang. Dalam sistem transportasi udara pesawat terbang memerlukan bandar udara
untuk mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat kargo atau pos, serta
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar
moda transportasi.
Sarana transportasi udara yang ada di Kabupaten Karimun pada saat ini adalah Bandar Udara
Domestik Sei Bati yang terletak di Kecamatan Tebing (Pulau Karimun Besar) yang berjarak ±
11,9 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Balai Karimun (melalui jalur pesisir timur daerah
Tebing) dan ± 10,5 kilometer dari Terminal Meral. Bandara Udara Sei Bati melayani rute
penerbangan ke Batam dan Tanjung Pinang.
Bandar Udara Sei Bati saat ini memiliki landasan pacu 30 x 1.400 meter (42.000 m2) yang
merupakan Bandar Udara Tipe Domestik IV.

2.1.6 Kondisi Sosial Budaya


Percampuran suku bangsa dan golongan etnik yang membentuk masyarakat di kawasan
perencanaan seperti golongan asli setempat Melayu, Bugis, Makasar, Jawa, Nusa Tenggara dan
Cina dapat hidup berdampingan saling membantu dan saling mempengaruhi sehingga
membentuk suatu kesatuan baik secara sosial maupun budaya.
Setiap kelompok etnis cenderung menempati tempat-tempat tertentu yang tergantung pada
budaya dan tradisinya :
- Suku Melayu cenderung hidup berkelompok di sepanjang pinggir pantai dan sungai, dimana
tradisi mereka adalah berdagang dan nelayan.
- Suku Jawa bertempat tinggal jauh dari pantai, dimana usaha mereka di sektor pertanian dan
perkebunan (petani pemilik dan petani penggarap).
- Cina cenderung tingal di pusat kota atau di sepanjang sungai, dimana tradisi mereka berdagang.
Namun ada juga usaha mereka di sektor pertanian (petani pemilik dan petani penggarap).
- Suku Bugis, mereka terampil dalam bertani (kelapa) dan bertambak ikan.

2.1.7 Potensi Kabupaten Karimun


Sebagai daerah kabupaten yang baru, Kabupaten Karimun sangat potensial untuk berkembang
setara dengan kabupaten atau daerah-daerah lainnya, hal ini didukung oleh beberapa hal seperti
adanya kesepakan segitiga pertumbuhan asean seperti : SIJORI (Singapura, Johor, Riau),
Indonesia – Malaysia – Thailand dan adanya Kerjasama Pengembangan Energi Asean (Pipa
Minyak dan Gas), dimana Karimun tumbuh dan berkembang ditengah-tengah segitiga
pertumbuhan tersebut. Adanya kemungkinan relokasi industri, sarana perdagangan dan
pariwisata dari Singapura ke kabupaten Karimun.
Beberapa potensi daerah dan peluang investasi pengembangan daerah yang ditawarkan adalah:
1. Pariwisata
Karimun pada saat ini merupakan daerah tujuan wisata dari negara – negara lain khususnya agi
masyarakat singapura dan Malaysia. Jumlah turis yang cukup besar ini memberikan peluang
untuk dikembangkannya objek-objek wisata serta fasilitas wisata lainnya. Sebagai daerah
sebagai daerah tujuan wisata maka pariwisata merupakan peluang bisnis / usaha yang sangat baik
untuk dikembangkan. Pemda Karimun akan menata sarana kepariwisataan yang dialokasikan
diwilayah pantai sehingga menjadi zona pariwisata laut beserta sarana penunjang lainnya. Obyek
pariwisata yang potensial untuk dikembangkan adalah:
• Pantai Pongkar
• Pantai Pelawan
• Air terjun
• Sumber air panas
• Pantai Lubuk

Air Terjun Pongkar Patai Pongkar


2. Industri
Untuk menopang relokasi industri menengah – besar dari Singapura, kabupaten Karimun telah
mengembangkan kawasan industri galangan kapal, industri pengalengan minuman, air mineral,
industri pembuatan tepung ikan dan lain sebagainya.
Kabupaten Karimun terdiri dari beberapa pulau yang diantaranya pulau kundur. Pulau ini
memiliki lahan yang subur sehinga potensi untuk dikembangkan sebagai daerah perkebunan,
pertanian dan perikanan maupun peternakan atau agrobisnis.
Wilayah Kabupaten karimun sebagai daerah perlintasan angkutan BBM global, angkutan Crude
Oil dan Pipa Gas Maka Sangat Memungkinkan Pengembangan di Sektor Industri seperti Industri
Petro Kimia, dan industri penopang lainnya seperti bunker penampung gas alam cair, dermaga,
galangan kapal, garmen dan tekstil, furniture, elektronik serta industri lainnya. Industri yang
potensial untuk dikembangkan adalah:
• Industri perkapalan
• Industri manufaktur
• Industri konveksi
• Home industri
• Agro industry

3. Pertanian
Disamping memiliki lahan yang subur, 87% atau seluas 5.469 km2 wilayah Kabupaten Karimun
dikelilingi oleh laut, sehingga sangat potensial untuk pengembangan industri yang berbasis
perikanan. Sebagian hasil laut yang dihasilkan sangat mendukung untuk pengembangan
peternakan guna kelangsungan pakan ternak itik di Kabupaten Karimun.
Kabupaten Karimun terdiri dari beberapa pulau yang diantaranya pulau Kundur. Pulau ini
memiliki lahan yang subur sehingga potensi untuk dikembangkan sebagai daerah perkebunan
dan pertanian seperti:
• Holtikultura dan palawija
• Berbagai jenis peternakan
• Budaya perikanan dan rumput laut

Holtikultura dan Palawija Peternakan Sapi

Budaya Ikan dan Rumput Laut

4. Perdagangan
Besarnya jumlah penduduk Karimun dan tingginya kedatangan turis memberikan peluang dalam
transaksi perdagangan. Hal ini juga memberikan peluang untuk dikembangkan pusat – pusat
perbelanjaan dan perdagangan lainnya.
Sebagai daerah yang berada pada jalur internasional, maka pembangunan pusat-pusat belanja
perkotaan central bussines district, real estate, perkantoran, pasar modern, pusat perbelanjaan
merupakan peluang bisnis dimasa depan. Sektor perdagangan dan perekonomian yang potensial
untuk dikembangkan adalah:
• Business Centre
• Dermaga peti kemas Oiling
5. Pertambangan
Potensi pertambangan yang ada di wilayah kabupaten Karimun adalah bahan galian yang
meliputi : granit, pasir, batu pasir weeke, pasir kuarsa, ocker, kaolin, kuarsit dan timah.

Grafik Produksi Timah (ton) per Bulan Grafik Produksi Granit (m3) per Bulan
di Kabupaten Karimun di Kabupaten Karimun

Tambang Granit

Sumber : RTRW Kabupaten Karimun 2008 -2027


6. Prasarana Dasar
Pengembangan wilayah Karimun yang paling penting adalah optimalisasi penyediaan prasarana
dasar lainnya seperti : pelabuhan, telekomunikasi, tenaga listrik, dan transportasi udara akan
mendukung pengembangan diberbagai sektor usaha seperti manufaktur, pergudangan,
perdagangan, jasa, pariwisata dan kelengkapan fasilitas umum, fasilitas sosial serta perumahan.
Oleh karena itu sektor infrastruktur merupakan sektor yang potensial dikembangkan pada masa
kini dan yang akan datang.

2.2 Kondisi Eksisting Lokasi Perencanaan


2.3.1 Letak dan Luas Wilayah
Berdasarkan RTRW Kabupaten Karimun Tahun 2001 (RTRW yang telah direvisi Tahun 2007
belum di Perdakan dan dipublikasikan karena masih dalam proses revisi) bahwa lokasi
perencanaan berada pada Wilayah Pengembangan (WP) I Pulau Karimun. Disamping itu, Sesuai
arahan RDTR Pulau Karimun, lokasi perencanaan berada pada Sub Kawasan Perencanaan (SKP)
I Kota Lama. Berikut disajikan dalam bentuk gambar mengenai letak lokasi perencanaan.

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan dan didukung data luas lahan dari Kantor
BPN Kabupaten Karimun diperoleh luas lahan adalah ± 3054.54 m2. Berikut disajikan dalam
Gambar 2.2, Hasil pengukuran luas lahan perencanaan :
2.3.2 Kondisi Fisik Dasar
Lokasi perencanaan secara administrasi berada di Kecamatan Karimun, maka kondisi iklim
sama. Kondisi iklim di Kecamatan Karimun bercorak kepulauan beriklim basah dengan curah
hujan pertahun rata-rata 2.214 milimeter dengan hari hujan sebanyak 110 hari. Curah hujan
berkisar antara 1.500 mm sampai 3.000 mm setiap tahunnya dengan jumlah hari hujan kurang
lebih 110 hari. Suhu rata-rata terendah 30° C dengan suhu tertinggi 32°C dengan kelembaban
udara rata-rata 85%.
Sedangkan kondisi topografi pada lokasi perencanaan adalah datar, dimana Berdasarkan Peta
topografi yang dikeluarkan oleh Bako Surtanal, keadaan topografi Kecamatan Karimun
bervariasi dari 0 meter sampai 478 meter diatas permukaan air laut rata-rata (MSL). Keadaan
topografi pada umumnya rendah dan tidak memiliki gunung saja yang tidak begitu tinggi,
sehingga dapat dimafaatkan menjadi lahan terbangun.
Arah aliran air menuju daerah yang permukaannya lebih rendah yaitu kearah laut, dimana pada
lokasi perencanaan terdapat saluran primer. Sedangkan berdasarkan batuannya, kawasan
perencanaan merupakan bahagian dari Paparan Sunda (Sundaland). Batuan di kawasan
perencanaan berdasarkan proses pembentukannya terbagi menjadi tiga bahagian yaitu batuan
endapan permukaan sedimen/metasedimen, batuan malihan dan batuan terobosan.
Sesuai arahan dalam KAK dan mempertimbangkan standard perencanaan bangunan, maka telah
dilakukan survey terhadap kondisi tanah dan kemampuan tanah dengan 2 cara yaitu soil
investigasi dan teknik sondir.
Karakteristik tanah di lokasi pekerjaan DED Perpustakaan Kabupaten Karimun berdasarkan
survey yang dilakukan melalui soil investigasi sebagai berikut:
1. Dari muka tanah setempat sampai kedalaman -1,95 m adalah tanah lanau, pasir, humus, abu-
abu, coklat, konsistensi lunak dengan nilai SPT/N = 6
2. Dari elevasi 1,95 s/d -3,45 meter terdiri dari lanau, pasir lempungan, abu-abu konsistensi
lunak dengan nilai SPT/N = 20
3. Dari elevasi -3,45 s/d -4,95 meter terdiri dari lanau, pasir lempungan, abu-abu konsistensi
medium dengan nilai STP/N = 29
4. Dari elevasi -4,95 s/d -6,45 meter terdiri dari lanau, pasir lempungan, abu-abu konsistensi
lunak dengan nilai SPT/N = 12
5. Dari elevasi -7,95 s/d -9,45 meter terdiri dari lanau, pasir lempungan, abu-abu konsistensi
padat dengan nilai SPT/N = 60.
6. Dari elevasi -9.45 s/d -10.75 terdiri dari lanau, pasir lempungan, abu-abu konsistensi padat
dengan nilai SPT/N > 60.
7. Dari elevasi -10.75 s/d -12.40 meter terdiri dari lanau, pasir lempungan, abu-abu konsistensi
padat dengan nilai SPT/N > 60.

Kemudian, karakteristik tanah di lokasi pekerjaan DED Perpustakaan Kabupaten Karimun ini
dalam mendukung perhitungan atau rencana bangunan yang akan dibebankan pada tanah di
lokasi pekerjaan dilakukan survey lapangan berupa penyondiran dengan data sebagai berikut:
1. Titik pengamatan 1 diperoleh besarnya PK (perlawanan konus) yaitu 175 kg/cm2 dan JHL
(Jumlah Hambatan Lekat) 1.005,10 kg/cm2 .
2. Titik pengamatan 2 diperoleh besarnya PK (perlawanan konus) yaitu 175 kg/cm2 dan JHL
(Jumlah Hambatan Lekat) 778,92 kg/cm2 .
3. Titik pengamatan 1 diperoleh besarnya PK (perlawanan konus) yaitu 200 kg/cm2 dan JHL
(Jumlah Hambatan Lekat) 564,78 kg/cm2 .
4. Titik pengamatan 1 diperoleh besarnya PK (perlawanan konus) yaitu 200 kg/cm2 dan JHL
(Jumlah Hambatan Lekat) 821,74 kg/cm2 .

2.3.3 Kondisi Tata Bangunan dan Lingkungan


Lokasi perencanaan pada kawasan kota lama dengan ciri kawasan antara lain : intensitas
bangunan tinggi atau kepadatan relative tinggi, fungsi bangunan heterogen (dominan
perdagangan, permukiman, fasilitas umum), kondisi bangunan relative bangunan tua dengan
kondisi bangunan yang sudah rapuh dan tidak terawat dan merupakan bangunan bersejarah,
intensitas kegiatan masyarakat tinggi dan beragam.

Kondisi lingkungan sekitar bangunan masih terdapat ruang terbuka yang saat ini dijadikan
sebagai lapangan olah raga. Vegetasi yang ada seperti tanaman pelindung, tanaman hias dan
tanaman belukar lainnya

Sehubungan dengan lokasi yang berada di Kawasan Kota Lama, maka perlu menyesuaikan
dengan master plan kota lama karimun. Sebagai contoh, adalah rencana Koefisien Lantai
Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis
Muka Bangunan (GMB), Ragam serta Langgam Bangunan, dan lain-lain.

2.3.4 Kondisi Sirkulasi Sekitar Lokasi


Lokasi perencanaan memiliki aksesbilitas yang tinggi baik dalam pulau Karimun maupun
dengan kawasan diluar pulau karimun. Hal ini ditunjang karena lokasi berdekatan dengan
pelabuhan (laut) penumpang yang menghubungkan kota tanjungbalai karimun dengan pulau –
pulau sebagai daerah hinterlandnya. Disamping itu, lokasi berada pada jalur transportasi utama
kota tanjung balai karimun. Yang menghubungkan kota lama dengan kota baru maupun dengan
kawasan lainnya di Pulau Karimun. Lokasi perencanaan berada pada pertemuan 3 jalur jalan,
sehingga akses ke lokasi perencanaan dapat melalui 3 pintu masuk/keluar.

2.3 Gambaran Umum Aktifitas Perpustakaan Kabupaten Karimun Saat ini

2.3.1 Jumlah Pengunjung dan Anggota Perpustakaan

Pengujung perpustakaan Kabupaten Karimun ini, dimaksudkan sebagai bahan masukan dalam
menentukan kebutuhan ruang akan ruang baca yang dibutuhkan dalam membangun gedung
perpustakaan Kabupaten Karimun. Penurunan pengunjung perpustakaan di Karimun dari tahun
2003 – 2007 cukup signifikan, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.12
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Kabupaten Karimun
Tahun 2003 – 2007

No. Jenis Koleksi/Klas Tahun


2003 2004 2005 2006 2007
1 Anak-anak 35 53 65 79 20
2 Pelajar 2,135 400 399 303 459
3 Mahasiswa 30 61 69 26 36
4 Guru 45 27 79 72 7
5 Pegawai 120 65 81 69 45
6 Swasta/umum 515 268 398 334 66
Jumlah 2,880 874 1,091 883 633
Sumber : Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008

Anggota perpustakaan Kabupaten Karimun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 terjadi
kenaikan secara jumlah dan menurun pada tahun 2007. Secara persentase terjadi penurunan
untuk rata-rata pertahunnya, persentase terbesar untuk jangka waktu antara tahun 2003 – 2004
sebesar 19,13% dan persentase terkecil pada tahun 2006 – 2007 sebesar –0,05%. Untuk lebih
jelas mengenadi anggota perpustakaan Kabupaten Karimun dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.13
Jumlah Anggota Perpustakaan Kabupaten Kariumn
Tahun 2003 – 2007

No. Jenis Koleksi/Klas Tahun


2003 2004 2005 2006 2007
1 Anak-anak 55 95 211 430 -
2 Pelajar 469 1,502 1,720 1,733 1,836
3 Mahasiswa 28 61 76 86 100
4 Guru 65 125 159 160 184
5 Pegawai 80 350 384 398 447
6 Swasta/umum 267 675 752 764 814
Jumlah 964 2,808 3,302 3,571 3,381
Sumber : Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008

2.3.2. Jumlah Koleksi dan Penambahan Koleksi Buku Perpustakaan

Penambahan koleksi buku perpustakaan Kabupaten Karimun Dari data tahun 2003 – 2007 rata-
rata kenaikan buku di perpustakaan Kabupaten Karimun sebesar 18,41% dari total jumlah yang
ada dengan penambahan kenaikan tertinggi antara tahun 2006 – 2007 (dapat dilihat pada tabel
berikut).

Tabel 2.14
Jumlah Koleksi Buku Perpustakaan Kabupaten Karimun
Tahun 2003 – 2007

No. Jenis Koleksi/Klas Tahun


2003 2004 2005 2006 2007
1 Karya Umum 141 141 141 153 304
2 Ilmu Filsafat 220 220 220 268 463
3 Agama 948 960 963 1,161 1,804
4 Ilmu Sosial 1,746 1,746 1,746 2,007 2,600
5 Bahasa 157 157 157 189 290
6 Ilmu Murni 308 308 316 348 626
7 Ilmu Terapan 1,675 1,679 1,679 1,814 3,200
8 Seni olahraga 120 120 120 150 489
9 Kesusasteraan 825 825 825 875 1,482
10 Geografi 229 233 270 318 527
11 Fiksi 1,092 1,092 1,092 1,796 2,029
Jumlah 7,461 7,481 7,529 9,079 13,814
Sumber : Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008

Bab

3.1 Metode Pendekatan


3.1.1 Aspek Legalitas
Aspek Legalitas pada Penyusunan DED Perpustakaan Kabupaten Karimun berdasarkan Undang-
undang No. 28 tahun 2002, meliputi:
1. Fungsi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
2. Fungsi bangunan gedung ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan dicantumkan dalam izin
mendirikan bangunan.
3. Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan harus mendapatkan persetujuan dan
penetapan kembali oleh Pemerintah Daerah.
4. Ketentuan mengenai tata cara penetapan dan perubahan fungsi bangunan gedung diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3.1.2 Aspek Teknis


Persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan, dimana persyaratan keandalan bangunan gedung ini ditetapkan
berdasarkan fungsi bangunan gedung.

A. Persyaratan Keselamatan
1. Persyaratan Kemampuan Struktur Bangunan
- Persyaratan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung
beban muatan merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh sampai
dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban
muatan mati, serta
- Untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk mendukung beban muatan yang timbul akibat
perilaku alam.
- Besarnya beban muatan dihitung berdasarkan fungsi bangunan gedung pada kondisi
pembebanan maksimum dan variasi pembebanan agar bila terjadi keruntuhan pengguna
bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.
- Ketentuan mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa bumi dan/atau angin diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
2. Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
- Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi pasif meliputi
kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan
pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan
menjalarnya api dan asap kebakaran.
- Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan system proteksi aktif meliputi
kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan
sarana penyelamatan kebakaran.
- Bangunan gedung, selain rumah tinggal, harus dilengkapi dengan sistem proteksi pasif dan
aktif.
3. Pengamanan Terhadap Bahaya Petir
- Pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir merupakan kemampuan
bangunan gedung untuk melindungi semua bagian bangunan gedung, termasuk manusia di
dalamnya terhadap bahaya sambaran petir.
- Sistem penangkal petir merupakan instalasi penangkal petir yang harus dipasang pada setiap
bangunan gedung yang karena letak, sifat geografis, bentuk, dan penggunaannya mempunyai
risiko terkena sambaran petir.

B. Persyaratan Kesehatan
1. Sistem Penghawaan
- Sistem penghawaan merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus
disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan/atau ventilasi alami dan/atau ventilasi
buatan.
- Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan
umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk ventilasi alami.
2. Sistem Pencahayaan
- Sistem pencahayaan merupakan kebutuhan pencahayaan yang harus disediakan pada bangunan
gedung melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat.
- Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan
umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.

3. Sistem Sanitasi
- Sistem sanitasi merupakan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar
bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air
limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
- Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah
dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak mengganggu
lingkungan.

4. Penggunaan Bahan Bangunan


- Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung
dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
- Ketentuan mengenai penggunaan bahan bangunan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.

C. Persyaratan Kenyamanan
Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan
antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan,
yaitu:
1. Kenyamanan ruang gerak merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang
dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
2. Kenyamanan hubungan antar ruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari tata
letak ruang dan sirkulasi antarruang dalam bangunan gedung untuk terselenggaranya fungsi
bangunan gedung.
3. Kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari
temperature dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung.
4. Kenyamanan pandangan merupakan kondisi dimana hak pribadi orang dalam
melaksanakankegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lain
di sekitarnya.
5. Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan
oleh suatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu
oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedung maupun
lingkungannya.
6. Ketentuan mengenai kenyamanan ruang gerak, tata hubungan antarruang, tingkat kondisi
udara dalam ruangan, pandangan, serta tingkat getaran dan kebisingan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

D. Persyaratan Kemudahan
Persyaratan Kemudahan pada Penyusunan DED Perpustakaan Kabupaten Karimun, meliputi:
- Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan
gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.
- Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung meliputi tersedianya fasilitas
dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut
usia.
- Kelengkapan prasarana dan sarana pada bangunan gedung untuk kepentingan umum meliputi
penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat
parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.
- Ketentuan mengenai kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta
kelengkapan prasarana dan sarana diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Berikut uraian persyaratan kemudahan sebagai landasan dalam penyusunan DED perpustakaan
Kabupaten Karimun :
1. Kemudahan Hubungan Horizontal Antarruang
- Kemudahan hubungan horizontal antarruang dalam bangunan gedung merupakan keharusan
bangunan gedung untuk menyediakan pintu dan/atau koridor antar ruang.
- Penyediaan mengenai jumlah, ukuran dan konstruksi teknis pintu dan koridor disesuaikan
dengan fungsi ruang bangunan gedung.
- Ketentuan mengenai kemudahan hubungan horizontal antarruang dalam bangunan gedung
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2. Kemudahan Hubungan Vertikal Dalam Bangunan Gedung


- Kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung, termasuk sarana transportasi vertikal
berupa penyediaan tangga, ram, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan dalam
bangunan gedung.
- Bangunan gedung yang bertingkat harus menyediakan tangga yang menghubungkan lantai
yang satu dengan yang lainnya dengan mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan,
dan kesehatan pengguna.
- Bangunan gedung untuk parkir harus menyediakan ram dengan kemiringan tertentu dan/atau
sarana akses vertikal lainnya dengan mempertimbangkan kemudahan dan keamanan pengguna
sesuai standar teknis yang berlaku.
- Bangunan gedung dengan jumlah lantai lebih dari 5 (lima) harus dilengkapi dengan sarana
transportasi vertikal (lift) yang dipasang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan gedung.
- Ketentuan mengenai kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

3. Akses Evakuasi Dalam Keadaan Darurat


- Akses evakuasi dalam keadaan darurat harus disediakan di dalam bangunan gedung meliputi
sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi
bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya, kecuali rumah tinggal.
- Penyediaan akses evakuasi harus dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi dengan penunjuk
arah yang jelas.
- Ketentuan mengenai penyediaan akses evakuasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.

4. Penyediaan Aksesibilitas dan Aksesibilitas Bagi Penyandang Cacat


- Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan
keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.
- Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan
fasilitas lainnya dalam bangunan gedung dan lingkungannya.
- Ketentuan mengenai penyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3.1.3 Aspek Administrasi


Persyaratan Administratif Bangunan Gedung, meliputi:
1. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:
- status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah,
- status kepemilikan bangunan gedung, dan
- izin mendirikan bangunan gedung, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan
gedung.
3. Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan
pemanfaatan.
4. Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan
gedung diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3.1.4 Persyaratan Tata Bangunan


A. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung
1. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung meliputi persyaratan peruntukan
lokasi, kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan untuk lokasi
yang bersangkutan.
2. Pemerintah Daerah wajib menyediakan dan memberikan informasi secara terbuka tentang
persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung bagi masyarakat yang memerlukannya.
3. Persyaratan peruntukan lokasi dilaksanakan berdasarkan ketentuan tentang tata ruang.
4. Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah, air, dan/atau prasarana dan
sarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan,
dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.
B. Persyaratan Kepadatan dan Ketinggian Bangunan
1. Persyaratan kepadatan dan ketinggian bangunan meliputi koefisien dasar bangunan, koefisien
lantai bangunan, dan ketinggian bangunan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan untuk lokasi
yang bersangkutan.
2. Persyaratan jumlah lantai maksimum bangunan gedung atau bagian bangunan gedung yang
dibangun di bawah permukaan tanah harus mempertimbangkan keamanan, kesehatan, dan daya
dukung lingkungan yang dipersyaratkan.
3. Bangunan gedung tidak boleh melebihi ketentuan maksimum kepadatan dan ketinggian yang
ditetapkan pada lokasi yang bersangkutan.

C. Persyaratan Jarak Bebas Bangunan Gedung


1. Persyaratan jarak bebas bangunan gedung meliputi:
- garis sempadan bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api,
dan/atau jaringan tegangan tinggi;
- jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan dan pagar
halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan.
2. Persyaratan jarak bebas bangunan gedung atau bagian bangunan gedung yang dibangun di
bawah permukaan tanah harus mempertimbangkan batas-batas lokasi, keamanan, dan tidak
mengganggu fungsi utilitas kota, serta pelaksanaan pembangunannya.

D. Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung


1. Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung,
tataruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan
lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya
setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
2. Persyaratan penampilan bangunan gedung harus memperhatikan bentuk dan karakteristik
arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
3. Persyaratan tata ruang dalam bangunan harus memperhatikan fungsi ruang, arsitektur
bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung.
4. Persyaratan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan
lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka
hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
5. Ketentuan mengenai penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, dan
keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.

Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan


- Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagi bangunan gedung
yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
- Persyaratan pengendalian dampak lingkungan pada bangunan gedung sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.2 Metodologi
3.2.1 Metode Penilaian Terhadap Makro Kawasan
3.2.1.1 Analisa Kebijakan Makro
Untuk menganalisis kebijaksanaan dan pengembangan wilayah, ada beberapa model analisis
yang digunakan, dimana nantinya akan diambil keputusan yang terbaik (win-win solution).
Secara umum analisis SWOT digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan rencana pembangunan. Analisis ini melihat potensi dan kendala sebagai sesuatu yang
datang dari dalam (internal) sedangkan peluang dan ancaman sesuatu yang datang dari luar
(eksternal). Potensi dan peluang merupakan sesuatu hal yang (+) positif, sedangkan kendala dan
ancaman dipandang sebagai sesuatu yang (-) negatif. SWOT ini jika digambarkan ke dalam
matrik kriteria akan menghasilkan suatu pola sebagai berikut.

Matrik Kriteria Analisis SWOT

SWOT Internal
Potensi (+) Kendala (-)
Eksternal Peluang (+) (+) (+) (-) (+)
Ancaman (-) (+) (-) (-) (-)

Analisis SWOT

1. Maxi-maxi yaitu posisi simpangan eksternal dan internal tinggi.


2. Maxi-mini yaitu posisi simpangan eksternal tinggi dan internal rendah.
3. Mini-maxi yaitu posisi simpangan internal tinggi dan eksternal rendah.
4. Mini-mini yaitu posisi simpangan eksternal dan internal rendah.

Identifikasi potensi dan kendala dalam analisis kebijakan pengembangan dalam penyusunan
DED Perpustakaan Kabupaten Karimun ini, untuk:
1. Menentukan perencanaan tapak sesuai dengan kegunaan yang digunakan.
2. Penentuan lokasi terbaik untuk lokasi bangunan karena kondisi fisik kawasan (daerah yang
harus dihindari daerah yang memiliki masalah erosi karena pola drainase atau daerah yang harus
dilestarikan sesuai dengan kondisi alamiah dengan penggunaan vegetasi yang sesuai).

3.2.1.2 Analisis Tautan Tata Guna Lahan Sekitar Tapak


Berisi analisis tautan peruntukan lahan tapak eksisting kawasan dengan analisis kemungkinan
pengaruh dari kecenderungan perubahan fungsi lahan makro. Menggambarkan tata guna lahan
sekitar tapak yang langsung berbatasan yang mungkin sebanyak tiga atau empat blok di luar
perbatasan tapak atau dapat diperluas lebih jauh sampai meliputi satu tata guna lahan kota. Peta
dapat memperlihatkan tata guna lahan yang ada dan yang diproyeksikan, bangunan-bangunan,
tata wilayah dan kondisi-kondisi lain yang mungkin menimbulkan suatu dampak bagi perubahan
kegiatan dan fungsional tapak.

Gambar 3.1 Tautan Tata Guna Lahan Sekitar Tapak


3.2.1.3 Analisis Sirkulasi
Menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan kendaraan dan pejalan kaki di atas dan disekitar
tapak. Data meliputi lamanya dan beban-beban puncak bagi lalu-lintas kendaraan lingkungan dan
pergerakan pejalan kaki, perhentian bis, tepi-tepi pencapaian tapak, pembangkit-pembangkit lalu
lintas, pencapaian truk servis, dan lalu lintas yang terjadi sewaktu-waktu (parade, jalur truk
kebakaran, penyelenggaraan konser pada auditorium yang berdekatan). Analisis lalu-lintas harus
meliputi proyeksi masa depan sejauh yang dapat dibuat.

Gambar 3.2 Sistem Sirkulasi

3.2.1.4 Analisis Aksesibilitas


Metode analisis ini digunakan untuk pengukuran tingkat kemudahan pencapaian. Selain itu untuk
mengetahui beberapa mudahnya suatu tempat (lokasi) dapat dicapai dari lokasi lainnya. Metode
yang digunakan antara lain :
- Aksesibilitas

dimana :
A = Nilai aksesibiltas
F = Fungsi jalan (Arteri, Kolektor, Lokal)
K = Konstruksi jalan (aspal, perkerasan tanah)
T = Kondisi jalan (baik, sedang, buruk)
d = Jarak nilai–nilai F, K dan T diberi bobot
• Indeks aksesibiltas

EJ = ukuran aktivitas (antara lain jumlah penduduk usia kerja, pedagang


dan sebagainya)
dij =Jarak tempuh (waktu atau jarak)
b =parameter

Perhitungan parameter b dengan menggunakan grafik regresi linier yang diperoleh berdasarkan
perhitungan :

Dimana :
T = Nilai individu trip
P = Jumlah penduduk seluruh daerah
Tij = Total trip hipotesa
Pij = Jumlah penduduk di seluruh daerah

3.2.2 Metode Penilaian Pada Lokasi Pekerjaan


3.2.2.1 Analisis Tapak terhadap Cahaya Matahari
Lokasi tapak terhadap orientasi dari arah perputaran matahari menentukan arah bangunan dan
ventilasi udara serta letak ruang terbuka hijau. Arah tapak yang fleksibel menyebabkan pengaruh
arah perputaran matahari yang menghadap Barat atau Timur tidak terlalu berdampak ketidak
nyamanan bagi pengguna bangunan. Hal ini karena bentuk bangunan merupakan sebuah
bangunan tertutup terdapat atap. Kegiatan yang ada di lokasi perencanaan tidak tergantung
dengan arah perputaran matahari, tetapi lebih berpengaruh pada teknik yang akan digunakan
dalam membangun dan penggunaan bahan material yang digunakan agar tidak cepat rusak
dimana kenyamanan pengguna bangunan lebih terjamin.

3.2.2.2 Analisis Kemampuan Tanah


Pada kegiatan survey dilakukan metode geoteknik yang meliputi sondir dan uji boring dengan
tujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui besar tekanan beban sesuai dengan kedalaman tanah yang akan diuji,
2. Untuk mengetahui penurunan yang akan terjadi akibat pembebanan, maka diperlukan data
ketebalan lapisan tanah.
3. Untuk mengetahui elevasi tanah keras (kedap), yang diperlukan untuk menentukan jenis
konstruksi.
Dalam kegiatan sondir dilakukan minimal 6 titik di lokasi yang direncanakan.
Pemahaman terhadap pembentukan tanah, yang tergantung pada (1) bahan induk, (2) topografi,
(3) iklim, (4) gaya biotik, dan (5) waktu, akan memberi gambaran terhadap berbagai fenomena
yang berkaitan dengan sumberdaya alam.
Pemahaman terhadap tanah sangat penting tidak hanya dari segi kemempuan rekayasa saja tetapi
juga dalam kaitannya dengan sistem sumberdaya alam yang lain. Pemahaman yang ekstensif
terhadap kondisi tanah pada sebuah tapak akan membantu untuk menentukan kesesuaian tapak
dalam menunjang bangunan gedung dan jalan.
Tabel 3.1
Kriteria Tingkat Kesesuaian Lahan Perkotaan
Menurut Jenis dan Sifat Tanah

Jenis Tanah Sifat Tingkat Kesesuaian


Alluvial Geysol, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterik air tanah
Tidak peka Sangat baik
Latosol
Agak peka Baik
Brown Forests Oil, Non Calcic Brown,Mediteran
Kurang Peka
Kurang baik
Andosol, Laterite, Grumusol, Spodosol, Podsolic
Peka Tidak baik
Regosol, Litosol, Organosol, Renzina

Sangat Peka Sangat Tidak baik


Sumber : Pedoman RTBL

3.2.2.3 Analisis Kondisi Vegetasi


Jenis dan pola vegetasi merupakan sumber daya rekreasi, visual dan ekologi yang penting. Jenis
vegetasi setempat berkaitan erat dengan tanah, demikian pula terhadap mikro iklim, hidrologi,
dan topografi, komponen ini berpengaruh terhadap penentuan lokasi dari sebagian besar fungsi
yang bersifat alami.

3.2.2.4 Analisis Kondisi Topografi


Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu tapak merupakan sumber daya visual
dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi dari berbagai tataguna tanah serta fungsi rekreasi,
interpretatif dan sebagainya. Pemahaman lengkap terhadap struktur topografi tidak hanya
memberi petunjuk terhadap pemilihan untuk jalan dan rute lintasan alam misalnya, tetapi juga
menyatakan susunan keruangan dari tapak. Hal ini sangat penting apabila segi visual dari tapak
akan dipertimbangkan.
Tabel 3.2
Kriteria Tingkat Kesesuian Lahan Perkotaan
Menurut Klasifikasi Kemiringan Lahan

Kemiringan Lahan Klasifikasi Tingkat Kesesuaian Pengembangan Lahan Perkotaan


0 – 8% Datar Sangat baik
9 – 15% Landai Baik
15 – 25% Agak curam Terbatas
26 – 40% Curam Sangat terbatas
> 40% Sangat curam Mutlak konservasi
Sumber : Pedoman RTBL

3.2.2.5 Analisis Kondisi Estetika


Sumber daya estetika sangat berperan dalam penentuan tapak untuk rekreasi. Sumberdaya ini
ditentukan oleh keragaman bentuk permukaan tanah, pola vegetasi dan air permukaan. Demikian
pula definisi keruangan, vista pemandangan maupun citra yang timbul dari ciri tersebut.

3.2.2.6 Analisis Ciri Historis


Suatu daerah tertentu sedikit banyaknya memiliki ciri sejarah berupa benda acuan (landmark).
Pengetahuan terhadap letak dan kegunaan benda acuan ini sangat berharga untuk suatu
penafsiran terhadap daerah yang akan dikelola secara menyeluruh, juga dalam hal meletakan
tampilan khusus dan menjadikannya sebagai pusat perhatian.

3.2.2.7 Analisis Kondisi Tata Guna Lahan dan Bangunan


Pengetahuan yang mendalam terhadap keadaan tataguna tanah pada tapak atau daerah sekitar
yang berdekatan akan memberikan gambaran yang terkendala dan bahkan keuntungan yang
dapat diraih seorang perencana. Tataguna tanah sering kali menuntut pembiayaan yang cukup
tinggi dan harus dipertimbangkan dengan cermat. Suatu hal yang penting juga adalah untuk
mencatat fungsi-fungsi yang tidak digolongkan sebagai tataguna tanah, tetapi diasosiasikan
dengan tataguna tanah tertentu seperti jalan, pagar dan utilitas.

3.2.2.8 Analisis Kondisi Rintangan Fisiografik


Rintangan fisiografik adalah unsur-unsur alamiah yang merintangi atau membahayakan berbagai
jenis pembangunan. Unsur-unsur rintangan ini berkaitan dengan fungsi yang akan direncanakan.
Kondisi seperti sesar, gempa, dan daerah banjir adalah merupakan rintangan fisiografik yang
sama sekali tidak memungkinkan bagi suatu kegiatan umum yang memerlukan bangunan pada
lokasi tersebut. Rintangan lainnya lebih dapat diterima. Daerah genangan banjir yang dipandang
sebagai perintang untuk pembangunan fasilitas secara intensif, masih dapat digunakan sebagai
tempat piknik, lintas alam atau fungsi lainnya yang tidak akan merusak atau dirusak oleh gejala
fisiografik tersebut.
Gambar 3.3 Super Impose Aspek Fisik Alamiah

3.2.2.9 Analisis Ruang


(Analisis Kebutuhan Ruang, Analisis Hubungan Ruang, Analisis Penzoningan Ruang, Analisis
Ruang Terbuka /Tata Penghijauan)
Setelah mendapatkan komponen-komponen tapak di lokasi perencanaan pembangunan gedung
perpustakaan Kabupaten Karimun maka tapak tersebut perlu dianalisis perletakannya
berdasarkan jenis, fungsi dan kriteria-kriteria lain. Terbentuklah organisasi ruang sebagai dasar
perumusan program bangunan dan rencana tata letak.
Analisis Ruang Terbuka (Tata Penghijauan), yaitu analisis mengenai kebutuhan akan salah
sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan kota dengan menyediakan lingkungan yang aman
dan bsehat dan menarik serta berwawasan ekologis. Selain itu adanya Ruang terbuka hijau dapat
menambah citra suatu kawasan.
Penataan ruang terbuka hijau dan tata hijau pada lokasi Perencanaan ini diperuntukkan sebagai
suatu sarana interaksi publik yang nyaman sehingga dalam penyusunan konsepnya harus
mempertimbangkan adanya keterpaduan fungsi sosial ekonomi dan iklim serta
mempertimbangkan keterkaitan antara ruang terbuka umum dan tidak umum.
Penataan ruang terbuka hijau ini perlu juga didukung oleh pengembangan jalur pedestrian untuk
mendukung hubungan ruang serta pergerakan antar ruang terbuka hijau dan fungsi lain yang
mengutamakan pergerakan dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Ruang terbuka inipun dapat
dijadikan sebagai sarana rekreasi.

3.2.2.10 Analisis Sirkulasi Internal Lingkungan


(Jaringan Jalan, Pejalan Kaki /pedestrian, Sistem Parkir)
Analisis yang dilakukan adalah analisis linkage yang berisi analisis kaitan-kaitan/besaran-
besaran linkage struktural antara lain : jalan, parkir, pedestrian, intermoda, jembatan
penyeberangan, terminal, tempat bongkar muat barang, dan sirkulasi kendaraan (keluar masuk)
kendaraan.
 Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan komponen yang penting dalam interaksi (sistem hubungan) antar
kawasan. Komponen jalan berpengaruh besar terhadap aktifitas di lokasi-lokasi yang
dihubungkan. Analisis jaringan jalan ini berpengaruhi pula terhadap skala pelayanan publik.
Dalam analisis ini akan dilakukan :
- peninjauan kondisi eksisiting yang menyangkut besaran dan kualitas serta permasalahan yang
ada.
- perhitungan kebutuhan akan jaringan prasarana, yang akan didasarkan pada proyeksi penduduk,
standar-standar perencanaan jaringan prasarana perkotaan yang dikeluarkan oleh instansi terkait.
- perancangan jaringan yang disesuaikan dengan keadaan fisik dasar.
 Pejalan Kaki (pedestrian)
Pedestrian merupakan komponen yang penting pada kawasan, sehingga jalur utama pedestrian
harus telah mempertimbangkan sistem pedestrian secara keseluruhan, aksesibilitas terhadap
subsistem pedestrian dalam lingkungan dan aksesibilitas dengan lingkungan sekitarnya. Jalur
pedestrian ini terdiri atas jalur pedestrian di dalam suatu kawasan dan jalur pedestrian di pinggir
jalan.
 Sistem Parkir
Parkir memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan yaitu berpengaruh terhadap
kelangsungan aktifitas kota, dimana masalah parkir merupakan hal yang amat penting dalam
kaitannya dengan kegiatan komersil, serta dapat menimbulkan dampak visual yang berpengaruh
terhadap bentuk dan fisik kota ataupun kawasan.
Sistem parkir dikawasan dapat dibedakan atas dua jenis :
o On Street parkir (parkir dipinggir jalan) sebaiknya diletakkan di jalan-jalan hirarki dua dan
sedapatnya sangat dihindarkan untuk terjadi di jalan utama.
o Off Street Parkir (parkir disuatu lapangan parkir yang telah disiapkan) diberlakukan terutama
pada kawasan komersial.

Gambar 3.4 Beberapa besaran sudut dalam perparkiran


Selain hal tersebut di atas analisis ini meliputi linkage visual yang dibentuk oleh konfigurasi
ruang dan masa bangunan. Melihat dengan baik pengaruh pola jalan terhadap konfigurasi masa
bangunan sekitarnya.
Namun, dalam penyusunan DED Perpustakaan ini, diarahkan pada parker basement sesuai acuan
yang tertuang dalam KAK Penyusunan DED Pepustakaan Kabupaten Karimun.

3.2.2.11 Analisis Utilitas


(Air Bersih, Listrik, Persampahan, Air Limbah, Drainase)
Analisa utilitas dihitung berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pendukung kegiatan (penduduk
yang akan dilayani) dan tingkat pelayanannya berdasarkan standard teknis yang berlaku.

3.2.3 Analisis Bangunan


A. Analisis struktur bangunan (struktur bawah, struktur atas serta tiang pancang & jacking)
 Persyaratan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung
beban muatan merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh sampai
dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban
muatan mati, serta
 untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk mendukung beban muatan yang timbul akibat
perilaku alam.
 Besarnya beban muatan dihitung berdasarkan fungsi bangunan gedung pada kondisi
pembebanan maksimum dan variasi pembebanan agar bila terjadi keruntuhan pengguna
bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.
 Ketentuan mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa bumi dan/atau angin diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

B. Analisis arsitektur bangunan


Arsitektur bangunan gedung meliputi penampilan bangunan gedung, tataruang dalam,
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta
pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan
berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.

C. Analisis Utilitas Bangunan / Mekanikal Elektrikal


Sistem utilitas merupakan kebutuhan utilitas yang harus disediakan di dalam dan di luar
bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan listrik, air bersih, pembuangan air kotor dan/atau
air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan. Sistem utilitas pada bangunan
gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian dan
pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan.

3.2.4 Analisis Pembiayaan


Analisa biaya pembangunan gedung perpustakaan Kabupaten Karimun. Pada analisa
menggunakan harga satuan setempat dan volume pekerjaan.

Bab

4.1 Penilaian Terhadap Lokasi Perencanaan dan Sekitarnya


4.1.1. Analisa Tautan Tata Guna Lahan Sekitar Tapak
Lokasi perencanaan berada pada Kawasan Kota Lama Karimun yang secara administrasi
termasuk dalam wilayah Kelurahan Tanjung Balai Karimun. Kegiatan utama pada kawasan kota
lama adalah jasa dan perdagangan skala kabupaten yaitu jasa perhotelan, rumah makan,
perbankan, pertokoan, swalayan, pasar tradisional, ruko, dan kegiatan perdagangan lainnya.
Disamping itu terdapat kegiatan sosial dan pelayanan publik seperti sarana ibadah, pelayanan
kesehatan, pelabuhan penumpang, kantor polisi, kantor pegadaian, permukiman dan lain-lain.
Dengan demikian, penggunaan lahan pada kawasan kota lama adalah penggunaan lahan
campuran dengan intensitas bangunan tinggi.
Disamping memiliki kegiatan utama jasa dan perdagangan, kawasan kota lama saat ini
merupakan pintu gerbang Kabupaten Karimun, hal ini didukung dengan adanya pelabuhan
penumpang baik internasional maupun domestik serta antar pulau dalam kabupaten karimun
(pelabuhan bom panjang). Dengan demikian, kawasan kota lama menjadi salah satu tujuan
pergerakan orang baik dalam kabupaten Karimun maupun dari luar Kabupaten Karimun. Hal ini
sejalan dengan rencana jalur wisata pulau karimun yaitu :
Pelabuhan (internasional & domestik) → pusat budaya melayu karimun (kawasan RMB) → kota
lama (perpustakaan, pasar malam) → jalan pesisir (wisata pantai) → kota lama
(hotel/penginapan, pusat makanan melayu) → pelabuhan (internasional & domestik).
Lokasi perencanaan selain memiliki keterkaitan ruang dengan lokasi sekitarnya juga memiliki
keterkaitan fungsi. Bila ditinjau dari fungsi lahan pada kawasan kota lama dan kawasan lainnya
di Pulau Karimun, maka lokasi perencanaan selain memiliki fungsi edukatif juga mendukung
fungsi kawasan kota lama sebagai pusat jasa dan perdagangan.
Untuk lebih jelas mengenai tautan tapak lokasi perencanaan Gedung perpustakaan Kabupaten
Karimun terhadap tata guna lahan sekitarnya dapat dilihat pada gambar 4.1.

4.1.3 Analisa Sirkulasi


Pada bagian ini akan dilakukan kajian dan analisa terhadap pola sirkulasi luar bangunan yang
akan direncanakan.
Lokasi perencanaan berbatasan dengan 3 ruas jalan, salah satunya adalah Jalan Teuku Umar
yang merupakan jalan utama di Pulau Karimun, menghubungkan kota lama dengan kota baru.
Jalan Teuku Umar melayani pergerakan kendaraan dari arah Jalan A. Yani menuju kawasan kota
lama (pasar, pelabuhan, kawasan perdagangan lainnya, perbankan) dan ke arah Jalan Teluk Air
(permukiman). Jaringan jalan lainnya adalah Jalan Trikora dan Jalan Simpang SMA
(menghubungkan Jalan Trikora dan Jalan Teuku Umar). Jalan Trikora melayani pergerakan dari
Jalan Nusantara (lokasi pelabuhan antar pulau-bom panjang) dan Jalan Yos Sudarso (lokasi
pelabuhan penumpang internasional dan domestik). Pada saat ini, arah pergerakan kendaraan
pada ruas Jalan Teuku Umar dan Jalan Trikora adalah sistem satu arah, sedangkan pada ruas
Jalan Simpang SMA menggunakan sistem dua arah. Secara umum saat ini intensitas kendaraan
sangat tinggi terutama pada ruas Jalan Teuku Umar, dan diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan pergerakan sejalan dengan perkembangan mobilitas penduduk.
Dengan demikian, untuk mengantisipasi peningkatan pergerakan pada lokasi perencanaan maka
disarankan untuk semua ruas jalan (Jalan Teuku Umar, Jalan Trikora dan Jalan Simpang SMA)
menggunakan sistem sirkulasi satu arah.

4.1.3 Analisa Aksesibilitas


Aksesibilitas atau kemudahan pencapaian suatu lokasi dipengaruhi oleh jarak dan waktu
pencapaian. Lokasi Perencanaan berada di pusat kota dan dilalui jaringan jalan utama yaitu jalan
negara (Jalan Teuku Umar) dan Jalan Kabupaten (Jalan Trikora dan Jalan Simpang SMA).
Kondisi perkerasan jalan yaitu aspal dan dalam kondisi baik. Pada saat ini, kedua ruas jalan
tersebut memiliki intensitas pergerakan tinggi dan dilayani oleh sarana angkutan umum meliputi
angkutan kota, ojeg motor, dan becak. Khusus angkutan kota dan ojeg motor, pada saat ini telah
melayani pergerakan dari Kecamatan Meral, Kecamatan Tebing dan Kecamatan Tanjungbalai
Karimun (Pulau Karimun).
Keterkaitan antar moda di lokasi perencanaan cukup tinggi, hal ini didukung dengan letaknya
yang berdekatan dengan pelabuhan penumpang baik internasional, domestik maupun antar pulau.
Terdapat sarana angkutan laut berupa kapal cepat yang melayani pergerakan antar pulau dalam
Kabupaten Karimun dan Kapal Ferry yang melayani pergerakan antar kabupaten, antar provinsi
maupun antar negara, Kemudian, didukung dengan tersedianya sarana angkutan intermoda
seperti angkutan kota, ojeg motor, dan becak. Hal ini memberikan kemudahan pencapaian orang
maupun barang dari luar pulau karimun.
Dengan demikian, tingkat kemudahan pencapaian (aksesbilitas) ke lokasi perencanaan sangat
tinggi. Namun, perlu antisipasi terjadinya kemacetan lalu lintas dengan menerapkan Urban
Traffic Management.

4.2 Penilaian Terhadap Faktor Fisik


4.2.1 Analisa Tapak Terhadap Perputaran Matahari
Lokasi tapak terhadap orientasi dari arah perputaran matahari menentukan arah bangunan dan
ventilasi udara serta letak ruang terbuka hijau. Arah tapak yang fleksibel menyebabkan pengaruh
arah perputaran matahari yang menghadap Barat atau Timur tidak terlalu berdampak ketidak
nyamanan bagi pengguna bangunan. Hal ini karena bentuk bangunan merupakan sebuah
bangunan tertutup terdapat atap. Kegiatan yang ada di lokasi perencanaan tidak tergantung
dengan arah perputaran matahari, tetapi lebih berpengaruh pada teknik yang akan digunakan
dalam membangun dan penggunaan bahan material yang digunakan agar tidak cepat rusak
dimana kenyamanan pengguna bangunan lebih terjamin.

4.2.2 Analisa Kondisi Vegetasi


Kondisi vegetasi di lokasi perencanaan, pada umumnya merupakan semak dan rumput. Di lokasi
ini, tidak terdapat tumbuhan yang dilindungi, sehingga pada pengembangannya sebagai lahan
yang dimanfaatkan untuk bangunan gedung yang besar dapat dikembangkan di lokasi ini.
Kegiatan proyek pada tahap konstruksi dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan biotik
yaitu pada saat kelangsungan kegiatan perbaikan tanah dan pembabatan vegetasi. Dampaknya
terkait dengan diversitas tanaman. Pengaruh tersebut dapat terlihat dari perubahan indeks
diversitas dan % cover. Komunitas yang sangat berpengaruh oleh kegiatan proyek adalah
komunitas rumput dan semak belukar. Secara umum dampak tahap konstruksi (perbaikan tanah
dan pembabatan vegetasi) adalah negatif dan besar terhadap sub komponen biotis rumput dan
semak belukar.

4.2.3 Analisa Kondisi Topografi


Kondisi Topografi di lokasi perencanaan yaitu datar dan bergelombang. Sehingga, pada tahap
pematangan lahan tidak perlu dilakukan cut and fill. Namun, karena rencana bangunan
memerlukan basement, maka harus dilakukan kegiatan penggalian dan pemancangan tiang. Pada
kegiatan ini, perlu mempertimbangkan kondisi bangunan sekitar lokasi, mengingat kegiatan ini
menggunakan alat berat.

4.2.4 Analisa Kondisi Estetika


Bila kita tinjau kondisi bangunan dan lingkungan yang ada di kawasan kota lama, terutama yang
berdekatan dengan lokasi perencanaan yaitu sebagain besar merupakan bangunan lama, kondisi
kurang terawat, ruang luar bangunan hampir tidak ada, sempadan bangunan menyatu dengan
jalan, bentuk bangunan berupa bangunan ruko dan terkesan monoton.
Dengan melihat kondisi tersebut, maka rencana bangunan pada lokasi ini diharapkan dapat
mengurangi kesan monoton dan memberi ruang gerak yang lebih luas bagi pengunjung maupun
pengguna jalan ketika memasuki atau melewati lokasi perencanaan ini. Hal ini didukung dengan
arsitektur bangunan yang memberi kesan unik atau mencolok disbanding bangunan sekitarnya
dan tetap berfungsinya ruang terbuka yang sudah ada yaitu lapangan basket.

4.2.5 Analisa Ciri Historis


Secara historis, lokasi perencanaan dan kawasan sekitarnya mempunyai nilai sejarah terutama
bagi masyarakat sekitar. Salah satu ciri historis yang ada dilokasi perencanaan dan masih
digunakan sebagai sarana olah raga adalah Lapangan Basket. Sehingga, dalam perencanaan
gedung perpusatakaan ini, keberadaan lapangan basket tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan
dengan menambah sarana pendukung lainnya.
Ciri historis lainnya adalah fungsi bangunan lama yang merupakan bangunan sekolah yang
memiliki nilai sejarah bagi pendidikan masyarakat karimun. Dengan adanya rencana
pembangunan gedung perpustakaan maka fungsi bangunan tetap sebagai sarana pendidikan.
Disamping ciri historis diatas, ciri lainnya adalah keistimewaan peninggalan arsitektur bangunan
di lokasi perencanaan. Dalam hal ini, diupayakan dalam perencanaan bangunan gedung
perpustakaan ini menggunakan ornamen yang ada pada bangunan lama.

4.2.6 Analisa Kondisi Tata Guna Lahan dan Bangunan


Tata bangunan di Kota Lama Tanjung Balai Karimun lebih banyak di dominasi oleh karakteristik
perletakan bangunan yang tidak secara aksial dikendalikan oleh kaidah garis sempadan
bangunan, ketinggian bangunan, BCR, jarak bebas, kaidah pengaturan keaneka ragaman
bentukan fisik ; pola, gaya dan irama keharmonisan antar bangunan. Karakteristik tata bangunan
di pusat Kota Lama lebih dimobilisasi oleh kekuatan fisik bangunan lama dengan tetap
mencerminkan karakteristik kehidupan sosial-ekonomi perdagangan yang tumbuh di tepi laut
dengan struktur permukiman kampung-kota.
Karakteristik morfologi pusat Kota Lama juga diekspresikan dalam konfigurasi masa bangunan
yang secara arsitektural menggunakan bangunan sebagai vocal point atau Point of interest
kemonotonan jajaran bangunan. Dalam UU RI No. 28 Tahun 2002 Pasal 14 (4) bahwa yang
dimaksud dengan keseimbangan, keserasian dan keselarasan Bangunan Gedung dengan
Lingkungannya adalah harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang
terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Ruang luar bangunan
gedung diwujudkan untuk sekaligus mendukung pemenuhan persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan bangunan gedung, disamping untuk mewadahi kegiatan pendukung
fungsi bangunan gedung dengan daerah hijau sekitar bangunan.
Ruang luar terutama ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting diwujudkan pada pembangunan
bangunan gedung ini, karena RTH ini sangat berguna menjaga terjadinya siklus alami di bumi
ini. Siklus air dapat berlangsung dengan baik, dimana air hujan dapat meresap baik ke dalam
tanah dan dapat tersimpan menjadi cadangan air tanah dan kembali dapat terserap oleh pohon-
pohon dan pohon-pohon dapat menguapkan kembali menjadi oksigen dan uap air dan kembali
lagi masuk ke dalam tanah.
Dengan demikian, dalam perencanaan gedung perpustakaan Kabupaten Karimun diupayakan
keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara bangunan gedung dan ruang terbuka sekitar
bangunan.

Gambar 4.6. Siklus air dan Oksigen yang terjaga apabila rruang terbuka hijau ada Gambar 4.7
Salah satu bentuk ruang luar, tempat terjadinya sosialisasi antar masyarakat

4.2.7 Analisa Kondisi Rintangan Fisiografik


Dalam pematangan lahan di lokasi perencanaan Gedung Perpustakaan Kabupaten Karimun
dimana rintangan fisiografik berupa lahan yang bergelombang, yaitu dataran yang permukaan
tanahnya memerlukan pematangan lahan sebelum dipergunakan sebagai lahan untuk dibangun
sebuah bangunan besar.
Rintangan fisiografik ini tidak terlalu menghambat, tetapi penting sebagai pertimbangan dalam
merencanakan anggaran biaya dalam pembangunan gedung Perpustakaan Kabupaten Karimun,
khususnya pada saat pemugaran bangunan lama di lokasi perencanaan.

4.3 Analisa Ruang


Perencanaan Gedung Perpustakaan Kabupaten Karimun pada prinsipnya bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan bangunan publik yang berfungsi sebagai gedung perpustakaan dan arsip
daerah Kabupaten Karimun. Namun, pada perkembangannya bangunan ini juga memiliki fungsi
pendukung yaitu berfungsi sebagai sarana olah raga (lapangan olah raga & tribun), rekreasi
(tempat bermain anak & teater mini), dan perdagangan (restoran dan sarana belanja). Bangunan
yang direncanakan ini memiliki multifungsi, sehingga perlu pengaturan ruang seoptimal
mungkin.

4.3.1 Analisa Kebutuhan Ruang


Bangunan gedung yang akan direncanakan ini diperkirakan dapat melayani kegiatan untuk 25
tahun mendatang. Bangunan gedung ini memiliki fungsi utama sebagai gedung perpustakaan dan
arsip skala pelayanan kabupaten. Sedangkan fungsi lainnya seperti sarana olah raga, rekreasi dan
sarana komersial adalah fungsi pendukung bangunan. Dengan demikian, kebutuhan ruang
direncanakan berdasarkan daya tampung/kapasitas bangunan sesuai fungsinya.
Berikut kriteria kebutuhan ruang perpustakaan dengan sistem terbuka :
a) Areal koleksi dan pengguna 70 %
Yang termasuk dalam areal koleksi adalah ;
• areal buku rujukan
• areal majalah, surat kabar/ kliping
• areal koleksi non buku
b) Areal untuk staf 20 %
Yang termasuk areal staf adalah ;
• areal peminjaman
• areal baca yang bercampur dengan koleksi
• areal katalog perpustakaan
• areal fotocopy
• areal baca perorangan / studi carel
• areal pameran
c) Areal untuk keperluan lain 10 %
Yang termasuk areal untuk keperluan lain :
• areal pengadaan, pengolahan
• areal kerja pimpinan
• areal komputer pengolahan
• areal tata usaha/administrasi
• areal makan
• gudang buku dan perlengkapan

Mengingat fungsi utama bangunan sebagai gedung perpustakaan dan arsip maka kebutuhan
ruang minimal sesuai dengan kriteria diatas. Sedangkan kebutuhan ruang untuk fungsi
pendukung dan penunjang disesuaikan dengan fungsi masing – masing ruang.
Berikut analisa kebutuhan ruang gedung perpustakaan dan arsip Kabupaten karimun :
a. Kegiatan Perpustakaan, meliputi :
1. Ruang koleksi perpustakaan
2. Ruang Baca
3. Ruang jaga perpustakaan
4. Ruang pengolahan data perpustakaan
5. Gudang perpustakaan
6. Ruang kepala perpustakaan
7. Ruang Staf perpustakaan
b. Kegiatan Arsip, meliputi :
1. Ruang koleksi arsip
2. Ruang jaga arisp
3. Ruang pengolahan data arsip
4. Gudang Arsip
5. Ruang kepala arsip
6. Ruang staf arsip
c. Kegiatan Pendukung, meliputi :
1. Teater mini
2. Lapangan olah raga dan tribun
3. Ruang bermain anak
4. Ruang komersial / belanja
5. Restoran
6. Gudang

d. Kegiatan Penunjang, merupakan kegiatan yang menunjang kegiatan perpustakaan, arsip dan
kegiatan pendukung (poin c). Keberadaan kegiatan penunjang sangat diperlukan untuk
kelangsungan kegiatan utama (poin a dan b) dan kegiatan pendukung (poin c). Kegiatan
penunjang pada bangunan ini meliputi :
1. Ruang parkir
2. Ruang Sirkulasi (dalam bangunan dan luar bangunan)
3. Ruang Kontrol
4. Ruang Security
5. Gudang
6. Ruang panel
7. Toilet
8. Ruang informasi
9. Lobby
10. Ruang tunggu
11. Taman

4.3.2 Analisa Hubungan Ruang


Analisa hubungan ruang berkaitan erat dengan pembagian ruang / penzoningan ruang pada
rencana bangunan gedung perpustakaan dan arsip daerah Kabupaten Karimun. Rencana
pembagian ruang meliputi : Ruang publik, Ruang semi publik dan Ruang privat. Berikut
pembagian ruang pada rencana bangunan gedung perpustakaan dan arsip Kabupaten Karimun :

1. Ruang publik, meliputi :


• Ruang bermain anak
• Ruang komersial / sarana belanja
• Restoran
• Ruang tunggu
• Toilet

2. Ruang semi publik, meliputi :


• Ruang perpustakaan
• Ruang koleksi
• Ruang baca
• Teater mini
• Ruang Arsip

3. Ruang privat, meliputi :


• Ruang kantor
• Gudang
• Ruang pengolahan data perpustakaan
• Ruang pengolahan data arsip
Berikut disajikan dalam bentuk diagram hubungan ruang pada rencana bangunan gedung
perpustakaan dan arsip daerah Kabupaten Karimun.

4.3.3 Analisa Sirkulasi


Dalam perencanaan bangunan gedung harus memenuhi persyaratan kenyamanan bangunan,
persyaratan kemudahan bangunan serta kelengkapan sarana prasarana dalam pemanfaatan
bangunan gedung.
Persyaratan kenyaman bangunan meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang,
kondisi ruang dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan.
Kenyamanan yang dimaksud adalah kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata
letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan. Kemudian, Persyaratan
kemudahan bangunan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung,
serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung. Kemudahan ke,
dari dan di dalam bagunan gedung meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia. Untuk kemudahan hubungan
horisontal antar ruang dalam bangunan gedung diperlukan pintu dan/atau koridor (selasar) antar
ruang dan tentunya harus disesuaikan dengan bentuk bangunan gedung serta fungsi bangunan
tersebut. Dengan adanya koridor penghubung ruang dalam bangunan gedung, akan
mempermudah pencapaian antar ruang.
Dalam perencanaan bangunan gedung perpustakaan dan arsip daerah Kabupaten Karimun juga
diharapkan dapat memenuhi persyaratan kenyamanan dan kemudahanan bangunan. Oleh karena
itu, dalam perencanaannya diarahkan memiliki ruang sirkulasi yaitu minimal 15% dari total luas
lantai bangunan dan ruang sirkulasi untuk kendaraan adalah minimal 50% dari luas ruang parkir.
Ruang sirkulasi terbagi menjadi sirkulasi kendaraan, sirkulasi pengunjung / orang, dan sirkulasi
pengelola.
Ruang sirkulasi luar bangunan juga perlu diperhatikan, hal ini mengingat kondisi eksisting
sekitar lokasi yang kurang nyaman bagi pejalan kaki. Jalur pedestrian yang ada sekarang tidak
hanya digunakan untuk pejalan kaki tapi juga berfungsi sebagai tempat jualan atau kegiatan
lainnya.

4.3.4 Analisa Prasarana dan Sarana Bangunan gedung


Kelengkapan prasarana dan sarana yang dimaksud pada bangunan gedung meliputi penyediaan
fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat
sampah serta fasilitas komunikasi dan informasi. Ini merupakan kebutuhan manusiawi yang
harus dipenuhi dalam bangunan gedung, sehingga bangunan ini dibuat untuk kenyamanan semua
orang (seluruh strata ekonomi), tidak hanya untuk kenyamanan masyarakat ekonomi tertentu
saja. Sistem sanitasi harus disediakan baik di dalam dan di luar bangunan gedung untuk
memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah,
serta penyaluran air hujan. Sistem sanitasi ini harus berfungsi baik, karena sistem inilah yang
melindungi lingkungan sekitar bangunan gedung. Dengan demikian kualitas lingkungan akan
terjaga dengan baik.
Rencana bangunan gedung perpustakaan dan arsip daerah Kabupaten Karimun tidak terlepas dari
persyaratan kelengkapan prasarana dan sarana bangunan gedung. Berikut prasarana dan sarana
bangunan gedung yang direncanakan :
1. Parkir
2. Toilet
3. Ruang panel
4. Ruang informasi
5. Main entrance dan Entrance
6. Tangga dan Ram
7. Ruang terbuka dan taman
Sistem sanitasi meliputi sanitasi dalam bangunan gedung dan sanitasi luar bangunan gedung,
dimana sistem pembuangan air limbah dapat memanfaatkan saluran primer yang sudah ada pada
lokasi perencanaan. Saluran ini mengalirkan air limbah menuju pembuangan akhir / laut.

4.3.3 Analisa Kapasitas Ruang


Berdasarkan analisa kebutuhan ruang, maka rencana bangunan gedung perpustakaan dan arsip
daerah Kabupaten karimun secara umum meliputi ruang untuk fungsi utama (perpustakaan dan
arsip), fungsi pendukung (lapangan olah raga, teater mini, ruang bermain anak, perdagangan dan
restoran) dan fungsi penunjang (parkir, ruang informasi, loby, toilet, dan lain-lain). Dasar
perhitungan kapasitas ruang mengacu pada jumlah pengunjung, terutama pada kegiatan utama
yaitu perpustakaan dan arsip. Sedangkan standar luas lantai per orang yaitu untuk ruang baca
adalah 1,0 m2 , ruang staf adalah 1,2 m2. Sedangkan ruang sirkulasi adalah 15% dari luas total
lantai bangunan.
Kapasitas ruang adalah :
Luas lantai ruang – Ruang sirkulasi
Standar luas lantai

Berdasarkan data dari Kantor BPN Kabupaten Karimun, luas lahan pada lokasi perencanaan
adalah ± 3.054,54 m2 . Dengan berdasar pada analisa kebutuhan ruang maka bangunan
diarahkan tiga lantai dan terdapat basement yang berfungsi sebagai tempat parkir.
Kemudian, untuk mengetahui kapasitas ruang, maka perlu diprediksi jumlah pengunjung dan
anggota perpustakaan serta penambahan koleksi buku. Bangunan ini direncanakan dapat
melayani kegiatan sampai dengan 25 tahun mendatang.
a. Perkiraan Pengunjung dan Anggota Perpustakaan
Analisis perkiraan pengunjung perpustakaan Kabupaten Karimun ini, dimaksudkan sebagai
bahan masukan dalam menentukan kebutuhan ruang akan ruang baca yang dibutuhkan dan daya
tampung dari ruang yang dibutuhkan dalam membangun gedung perpustakaan Kabupaten
Karimun.
Penurunan pengunjung perpustakaan di Karimun dari tahun 2003 – 2007 cukup signifikan, hal
ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Kabupaten Karimun
Tahun 2003 – 2007
No. Jenis Koleksi/Klas Tahun
2003 2004 2005 2006 2007
1 Anak-anak 35 53 65 79 20
2 Pelajar 2,135 400 399 303 459
3 Mahasiswa 30 61 69 26 36
4 Guru 45 27 79 72 7
5 Pegawai 120 65 81 69 45
6 Swasta/umum 515 268 398 334 66
Jumlah 2,880 874 1,091 883 633
Sumber : Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008
Tabel 4.2
Jumlah Anggota Perpustakaan Kabupaten Kariumn
Tahun 2003 – 2007
No. Jenis Koleksi/Klas Tahun
2003 2004 2005 2006 2007
1 Anak-anak 55 95 211 430 -
2 Pelajar 469 1,502 1,720 1,733 1,836
3 Mahasiswa 28 61 76 86 100
4 Guru 65 125 159 160 184
5 Pegawai 80 350 384 398 447
6 Swasta/umum 267 675 752 764 814
Jumlah 964 2,808 3,302 3,571 3,381
Sumber : Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008

Perpustakaan Daerah Kabupaten Karimun, kenaikkan rata-rata pengunjung dan anggota tahun
2003 – 2007 = 5,29 % per tahun.

Proyeksi jumlah pengunjung tahun 2012


= 4.375 orang per tahun
= 14 orang per hari, dengan asumsi 1 tahun = 313 hari kerja
Proyeksi jumlah pengunjung tahun 2017
= 5.661 orang per tahun
= 18 orang per hari, dengan asumsi 1 tahun = 313 hari kerja
Proyeksi jumlah pengunjung tahun 2022
= 7.326 orang per tahun
= 23 orang per hari, dengan asumsi 1 tahun = 313 hari kerja
Proyeksi jumlah pengunjung tahun 2027
= 9.480 orang per tahun
= 30 orang per hari, dengan asumsi 1 tahun = 313 hari kerja
Proyeksi jumlah pengunjung tahun 2032
= 12.267 orang per tahun
= 39 orang per hari, dengan asumsi 1 tahun = 313 hari kerja

b. Perkiraan Penambahan Koleksi Buku Perpustakaan


Perkiraan penambahan koloeksi buku perpustakaan Kabupaten Karimun dianalisis sebagai yang
akan disediakan dan luasan ruang penyimpanan (gudang) yang dibutuhkan. Perkiraan
penambahan koleksi buku perpustakaan ini memperhitungan kapasitas ruang yang dapat
menampung jumlah buku sampai dengan 25 tahun mendatang, termasuk ruangan bagian
kearsipan.
Dari data tahun 2003 – 2007 rata-rata kenaikan buku di perpustakaan Kabupaten Karimun
sebesar 18,41% dari total jumlah yang ada dengan penambahan kenaikan tertinggi antara tahun
2006 – 2007. Dengan kurun waktu antara 2003 – 2007 tersebut di atas, maka penambahan
koleksi buku berdasarkan perhitungan kenaikan 18,41% pertahun maka untuk keperluan gudang
Analisa jumlah koleksi :
Perpustakaan Daerah Kabupaten Karimun data dari tabel 4.3, perpustakaan Kabupaten Karimun
dan Kearsipan, kenaikkan rata-rata jumlah koleksi Kabupaten Karimun tahun 2003 – 2007 =
18,41 % per tahun.
Proyeksi jumlah koleksi tahun 2012
= 21.755 judul buku.
Proyeksi jumlah koleksi tahun 2017
= 29.697 judul buku.
Proyeksi jumlah koleksi tahun 2022
= 37.638 judul buku.
Proyeksi jumlah koleksi tahun 2027
= 45.579 judul buku.
Proyeksi jumlah koleksi tahun 2032
= 53.520 judul buku.

Tabel 4.3
Jumlah Koleksi Buku Perpustakaan Kabupaten Karimun
Tahun 2003 – 2007

No. Jenis Koleksi/Klas Tahun


2003 2004 2005 2006 2007
1 Karya Umum 141 141 141 153 304
2 Ilmu Filsafat 220 220 220 268 463
3 Agama 948 960 963 1,161 1,804
4 Ilmu Sosial 1,746 1,746 1,746 2,007 2,600
5 Bahasa 157 157 157 189 290
6 Ilmu Murni 308 308 316 348 626
7 Ilmu Terapan 1,675 1,679 1,679 1,814 3,200
8 Seni olahraga 120 120 120 150 489
9 Kesusasteraan 825 825 825 875 1,482
10 Geografi 229 233 270 318 527
11 Fiksi 1,092 1,092 1,092 1,796 2,029
Jumlah 7,461 7,481 7,529 9,079 13,814
Sumber : Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008

4.3.4 Analisa Perparkiran

Analisis perparkiran pada rencana bangunan gedung perpustakaan dan arsip daerah Kabupaten
Karimun meliputi parkir kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua. Berikut analisa
kebutuhan tempat parkir :

Prediksi jumlah mobil = 40 unit, asumsi pengunjung untuk tahun 2032 sebanyak 39 orang
Kebutuhan luas ruang parkir untuk 1 mobil = 2 m x 3,5 m = 7 m2
Luas ruang parkir untuk 40 unit mobil = 280 m2
Prediksi jumlah sepeda motor : 30% dari jumlah mobil = 30 % x 40 = 12 = 12 motor
Kebutuhan luas ruang parkir untuk 1 Motor = 1 m x 2 m = 2 m2
Luas ruang parkir untuk 12 unit motor = 25.2 m2

Arahan tempat parkir adalah basement dan ruang luar bangunan ( depan jalan simpang SMA)
dan samping lapangan basket. Berdasarkan perhitungan di atas, kebutuhan luas parkir dapat
memanfaakan ruang basement sebagai tempat parkir dan ruang luar bangunan.

Bab

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan DED gedung perpustakaan Kabupaten Karimun
adalah terwujudnya fasilitas berupa gedung perpustakaan beserta fasilitas penunjangnya untuk
dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, tersimpannya arsip – arsip dengan benar, dan memenuhi
kebutuhan masyarakat akan rekreasi yang sehat. Dengan demikian, perlu suatu konsep rancangan
bangunan dan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas publik
berupa perpustakaan dan arsip daerah, sarana olah raga, serta sarana rekreasi yang terjangkau.
Mengacu hal tersebut diatas, maka perumusan konsep rancangan bangunan gedung dan
lingkungan perpustakaan Kabupaten Karimun berdasarkan tiga pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan ekologis (ecological approach);
2) Pendekatan ekonomi dan fungsional (functional/economical approach);
3) Pendekatan sosial-politik (socio-political approach).
Ketiga pendekatan ini harus dilakukan bersama-sama dalam rangka mewujudkan bentuk
rancangan di atas permukaan suatu lahan (tanah), di mana akan membentuk suatu ruang yang
memungkinkan terjadinya interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya
secara seimbang, selaras dan berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan fungsi lokasi sebagai gedung perpustakaan dan arsip daerah,
ditambah dengan fungsi pendukung sebagai tempat olah raga, rekreasi, sarana bermain dan
terdapat fasilitas perdagangan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut selain memerlukan
bangunan gedung juga memanfaatkan ruang terbuka yang ada. Dengan demikian, perumusan
konsep meliputi konsep penataan lingkungan dan konsep rancangan bangunan gedung.

5.1. Konsep Penataan Lingkungan


Salah satu potensi lokasi yang dapat dimanfaatkan adalah keberadaan lapangan basket dan
tanaman pelindung. Melalui pendekatan ekologis potensi tersebut dapat direncanakan menjadi
ruang terbuka, sedangkan secara ekonomi dan fungsional maupun secara sosial politik, fungsi
lapangan basket dapat ditingkatkan menjadi lapangan olah raga yang dirancang untuk beberapa
cabang olah raga seperti badminton, bola volly, takraow, dan cabang olah raga lainnya yang
disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia yaitu ± 420 m2. Kemudian, untuk memberi
kenyamanan bagi pengunjung/penonton dirancang bangunan tribun dan fasilitas penunjang
lainnya seperti toilet, ruang ganti dan tempat parkir.

Dalam upaya mencapai keseimbangan, keserasian dan keselarasan antar bangunan gedung dan
ruang luar bangunan maka selain konsep penataan ruang terbuka diatas, perlu penataan ruang
sirkulasi luar bangunan seperti penataan pedestrian, sempadan bangunan, dan ruang – ruang
sirkulasi luar bangunan lainnya. Disamping itu, penataan ruang sirkulasi luar bangunan juga
memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi pengujung maupun pengguna jalan.
Hal ini juga mempertimbangkan luas lahan yang relatif kecil dibanding dengan kebutuhan ruang
yang direncanakan. Oleh karena itu, ruang luar bangunan tidak diberi pagar pembatas.
Kemudian, ruang sempadan bangunan dimanfaatkan sebagai taman dan ruang sirkulasi,
pedestrian, dan tempat parkir roda dua.

A = Sempadan bangunan menghadap Jalan Teungku Umar, diarahkan untuk taman dan pintu
masuk untuk sirkulasi kendaraan angkutan barang menuju gudang / basement
B = Sempadan bangunan menghadap Jalan Simpang SMA, diarahkan untuk parkir roda dua,
pedestrian, ruang iklan dan ruang sirkulasi kendaraan (tidak parkir) serta pintu masuk untuk
sirkulasi orang dan kendaraan pengunjung menuju main entrance dan basement (parkir roda dua
dan roda empat).
C = Sempadan bangunan menghadap Jalan Trikora, diarahkan untuk pedestrian, taman, ruang
sirkulasi orang, serta pintu keluar orang (dari entrance arsip) dan kendaraan dari basement.

5.2. Konsep Rancang Bangun Gedung


Pada sub bab ini akan disajikan konsep pezoningan ruang, konsep tata ruang gedung dan konsep
sirkulasi dalam gedung.
Seperti yang diuraikan pada bab analisa bahwa kebutuhan ruang pada bangunan gedung
disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung yang akan direncanakan, dimana luas lahan yang
dapat dimanfaatkan untuk bangunan gedung adalah ± 1978,5 m2 dari luas total lahan
±3054,54m2 atau sebesar 65% dari total luas lahan. Sedangkan kapasitas ruang yang diharapkan
adalah dapat menampung dan melayani kegiatan utama dan kegiatan pendukung sampai dengan
25 tahun mendatang. Dengan demikian, bangunan yang direncanakan adalah bangunan 3 (tiga)
lantai dan terdapat basement.

5.2.1. Konsep Penzoningan Ruang


Konsep penzoningan ruang terbagi menjadi 3 bagian yaitu ruang publik, ruang semi publik dan
ruang privat. Konsep ini didasarkan pada fungsi ruang dan pengguna / pemanfaat ruang. Seperti
yang diuraikan sebelumnya bahwa, fungsi ruang meliputi fungsi utama (perpustakaan dan arsip),
fungsi pendukung (teater mini, lapangan olah raga, restoran, area bermain anak, dan komersial
area) dan fungsi penunjang (parkir, lobby, ruang informasi, security, tolilet, ruang kontrol, dll).
Sedangkan berdasarkan pengguna ruang meliputi pengelola dan pengunjung.

Ruang privat adalah ruang yang digunakan oleh pengelola dan tidak dapat digunakan oleh
pengunjung. Ruang semi publik adalah ruang yang digunakan oleh pengelola dan pengunjung,
dimana penggunaan ruang sesuai dengan fungsi ruang dan dalam pengawasan pengelola.
Sedangkan ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan oleh pengelola dan pengunjung baik
secara bersama-sama atau masing- masing.

5.2.2. Konsep Tata Ruang Gedung


Gedung perpustakaan Kabupaten Karimun secara umum terdiri dari ruang perpustakaan & arsip
dan ruang komersial. Penataan ruang gedung, pada prinsipnya adalah memberikan rasa
kemudahan, keamanan dan kenyamanan bagi penggunan gedung. Disamping itu, pengguna
gedung dapat merasakan manfaat gedung sesuai dengan fungsi gedung. Dalam hal ini, fungsi
utama gedung adalah perpustakaan dan arsip. Oleh karena itu, dalam perumusan konsep tata
ruang gedung lebih difokuskan pada tata ruang perpustakaan dan arsip.
Secara umum tata ruang gedung harus bisa memberikan rasa nyaman pada pengunjungnya. Baik
itu nyaman secara fisik maupun secara psikis. Berikut beberapa konsep penataan ruang secara
umum :
• Pengaturan sirkulasi orang, kendaraan dan barang pada tempatnya masing-masing sesuai
kebutuhan dan standar sirkulasi dalam gedung serta diberi rambu/petunjuk untuk memudahkan
pengunjung maupun pengelola dalam melaksanakan aktivitasnya masing-masing. Disamping itu,
harus disediakan ruang sirkulasi bagi penyandang cacat dan usia manula.
• Pengaturan peletakan ruangan berdasarkan hubungan ruang dan fungsi masing-masing ruang
sehingga memberikan kemudahan bagi pengunjung dan pengelola dalam beraktivitas.
• Pengaturan sirkulasi udara yang menjaga suhu udara ideal dan pengaturan cahaya yang baik.
Untuk mendapatkan kedua hal ini bisa dibantu dengan kipas angin atau AC dan lampu penerang
yang baik. Juga bisa diatur secara alami dengan mencari lokasi yang cocok. Kesejukan alami dan
penerangan alami selain lebih terasa nyaman juga membantu menghemat energi.
• Menjaga kebersihan dan kerapihan ruangan, pengaturan tata letak furniture yang memudahkan
aktivitas pengunjung juga bisa membantu menciptakan suasana nyaman bagi pengunjung.
• Secara psikis, rasa nyaman bisa diciptakan dengan menghadirkan pelayanan yang ramah, cepat
tanggap, dan koorporatif.

Berikut akan diuraikan konsep tata ruang perpustakaan dan arsip pada bangunan gedung
perpustakaan Kabupaten Karimun :

A. Tata Ruang Perpustakaan


Ruang perpustakaan dan arsip harus bisa menjadi tempat penyimpanan yang baik bagi koleksi
buku dan arsip yang ada, sehingga perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
• Suhu dan kelembaban harus dijaga. Ruangan yang terlalu lembab bisa menyebabkan buku
berjamur.
• Cahaya matahari yang langsung mengenai buku bisa mempercepat kerusakan kertas buku.
• Buku-buku harus selalu dibersihkan dari debu-debu.
• Gunakan kamper atau sejenisnya untuk menjaga buku dari serangan rayap dan kutu buku.
Dengan menghadirkan suasana ruangan yang baik, akan membantu para pengunjung
berkonsentrasi menyerap isi bacaan, menjadikan mereka lebih betah di perpustakaan yang
akhirnya menimbulkan rasa senang untuk selalu datang ke perpustakaan.
Perpustakaan pada umumnya minimal memiliki 4 (empat) macam
ruangan diantaranya :
- Ruang koleksi buku (rak-rak buku)
1 rak (1 sisi, 5 susun, lebar 100 cm) dapat memuat 115-165 buku eksemplar buku dan jarak antar
rak 100-110 cm. Jadi dapat dihitung berapa kebutuhan luas ruang yang diperlukan untuk
menempatan rak dan dapat disesuaikan dengan bahan pustaka yang dimiliki. Hal ini pun perlu
dipertimbangkan untuk tahun-tahun yang akan datang.
- Ruang baca
Disesuaikan dengan ruang yang ada. Idealnya terpisah dari ruang koleksi dengan lulas yang
mencukupi.
- Ruang pengolahan bahan pustaka dan ruang Staf
Untuk melakukan aktifitas pengadaan dan pengolahan buku luas
ruangan tergantung berapa jumlah pengelola perpustakaan diperkirakan
setiap petugas memerlukan 2,5 m2.
- Ruang sirkulasi
Ruang ini dipergunakan untuk melayani peminjaman dan pengembalian buku, ruang yang
diperlukan minimal cukup untuk meletakan meja sirkulasi dan perlengkapan lainnya.

B. Pembagian Ruang Perpusatakaan Menurut Fungsi


Menurut fungsinya pembagian persentase untuk masing-masing ruang dengan konsep
perpustakaan dengan sistem terbuka sebagai berikut
1. areal koleksi dan pengguna 70 %
2. areal untuk staf 20 %
3. areal untuk keperluan lain 10 %
Dalam merencanakan tata ruang harus didasari dengan hubungan antar
ruang yang dipandang dari segi efisiensi, alur kerja, mutu layanan, keamanan dan pengawasan.
Penempatan perabotan perpustakaan diletakkan sesuai dengan fungsi dan berdasarkan
pembagian ruang diperpustakaan yaitu:

A. Lobi
Lemari penitipan barang, papan pengumuman dan pameran, kursi tamu, meja dan kursi petugas.
B. Ruang peminjaman
Meja dan kursi sirkulasi, kereta buku, lemari arsip, laci-laci kartu pengguna, jika sudah otomosi
maka computer , bacode reader dan kursi petugas.
C. Ruang koleksi buku
Rak buku baik dari satu sisi atau dua sisi, kereta buku, tangga beroda.
D. Ruang baca
Meja kursi baca kelompok, perorangan ( studi karel) dan meja kamus.
E. Ruang administrasi
Meja kursi petugas, lemari arsip, mesin ketik, komputer, telpon, kereta buku, lemari buku dan
sebagainya.

C. Bentuk Ruang Perpustakaan


Bentuk ruang yang paling efektif adalah bentuk bujur sangkar, karena paling mudah dan
fleksibel dalam pengaturan perabot apalagi bila rak buku yang dimiliki banyak dan lalu lintas
yang ramai. Bentuk ini juga paling baik dan mudah dalam pengaturan pencahayaan/ penerangan.

D. Penerangan, Ventilasi dan Pengamanan Ruang Perpustakaan

A. Penerangan
Penerangan harus diatur sehingga tidak terjadi penurunan gairah membaca atau membuat silau.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari sinar matahari langsungserta memilih jenis
yang dapat memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat dengan kebutuhan, yaitu :
1. Lampu pijar : memberikan cahaya setempat
2. Lampu TL/PL/Fluorescent : memberikan cahaya yang merata
3. Lampu sorot ; memberi cahaya yang terfokus pada obyek tertentu

B. Ventilasi
Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem penghawaan,
pencahayaan,sanitasi dan penggunaan bahan bangunan gedung. Sistem penghawaan yang
dimaksud adalah sistem sirkulasi silang (cross ventilation) yang dibutuhkan dalam pergantian
udara alami dalam gedung dimana sirkulasi ini membutuhkan bukaan-bukaan atau ventilasi
alami atau ventilasi buatan . Diharapkan untuk memberikan ventilasi pada ruang-ruang dalam
bangunan, sehingga penghuni merasa nyaman dan sehat. Memiliki bukaan bagi pencahayaan
alami, agar bangunan gedung tersebut tidak harus menggunakan pencahayaan buatan, akibatnya
tidak banyak menggunakan energi listrik. Total luas ventilasi yang dibutuhkan adalah 3% dari
total luas ruang yang ada.

Gambar 5.6. Sistem ventilasi silang (buatan)

Ventilasi dalam perpustakaan harus diperhatikan selain untuk petugas juga diperlukan untuk
bahan pustaka. Ada 2 macam sistem ventilasi :
- Ventilasi pasif
Ventilasi yang didapat dari alam caranya membuat lubang angina atau jendela pada sisi dinding
yang berhadapan serta sejajar dengan arah angin lokal. Luas lubang angin atau jendela
diusahakan sebanding persyaratan dan fasilitas ruang (10 % dari luas ruang yang bersangkutan).
Bila menggunkan ventilasi pasif seperti ini sebaiknya rak tidak ditempatkan dekat jendela demi
keamanan koleksi dan terhindar dari sinar matahari langsung.
- Ventilasi aktif
Ventilasi aktif adalah menggunakan sistem penghawaan buatan yaitu menggunakan AC. Karena
temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan yang kontans maka dapat menjaga keawetan
koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka, pandang dengan dan computer.

C. Pengamanan
Untuk menjaga keamanan perpustakaan perlu antisipasi bila terjadi sesuatu seperti kebakaran,
bencana alam, hama dll.
- Kebakaran
Penempatan jalam darurat kearah luar pada tempat-tempat strategis yang mudah dicapai
Pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar Penyediakan alat-alat pemadam
kebakaran Alat pendeteksi kebakaran ( alarm sistem).
- Gempa bumi, angin topan, air hujan, banjir dan petir
Perencanaan ketinggian permukaan lantai dasar lebih tinggi daripada tanah disekitar bangunan
Sistem drainasi pembuangan air hujan jangan menimbulkan genangan pada halaman
perpustakaan Perencanaan bangunan tahan gempa Memasang system penangkal petir terutama
pada bangunan bertingkat.
- Hama
Pemilihan bangunan yang tahan hama Mengurangi celah-celah kecil pada bangunan yang dapat
dijadikan rumah tikus Memberikan suntikan anti rayap disekeliling bangunan.
- Pencurian bahan pustaka
Sistem perencanaan satu pintu keluar masuk Peletakan lubang/jendela untuk ventilasi dilakukan
pada tempat yang sullit dijangkau.

E. Penggunaan Rambu-rambu pada Ruang Perpustakaan


Rambu-rambu dalam perpustakaan selain untuk memperindah ruangan juga membantu pengguna
menemukan dan memanfaatkan koleksi dan fasilitas perpustakaan secara maksimal. Rambu-
rambu dibuat dalam bentuk tulisan, simbol ataupun gambar. Contoh rambu di dalam
perpustakaan seperti simbol atau tulisan “meja informasi”, “ Penitipan Barang “, ‘ Harap
Tenang” atau “Dilarang merokok”. Dalam mendesain rambu di perpustakaan perlu
memperhatikan huruf, hendaknya huruf yang sederhana mudah dibaca dari jauh dengan ukuran
yang proposional. Kata-kata yang digunakan juga harus yang singkat lugas, informasi
secukupnya dan konsisten. Di dalam penempatan ramburambu perpustakaan biasanya
menggunakan metode digantung diplafon diatara rak, ditempel didinding atau perabot,
ditempatkan berdiri diatas lantai atau perabot perpustakaan.

F. Peralatan dan Perlengkapan Perpustakaan


Fungsi ruang yang dirancang harus sesuai dengan aktifitas dari penghuni bangunan tersebut.
Dalam hal ini, fungsi utama bangunan gedung yang direncanakan adalah untuk kegiatan
perpustakaan dan arsip daerah Kabupaten Karimun. Secara definisi, gedung perpustakaan adalah
bangunan yang sepenuhnya diperuntukkan bagi seluruh aktivitas sebuah perpustakaan. Disebut
gedung apabila merupakan bangunan besar dan permanent, terpisah dari gedung lain sedangkan
apabila hanya menempati sebagian dari sebuah gedung atau hanya sebuah bangunan
(penggunaan ruang kelas), relatif kecil disebut ruangan perpustakaan.
Perabot perpustakaan adalah sarana pendukung atau perlengkapan perpustakaan yang digunakan
dalam proses pelayanan pemakai perpustakaan dan merupakan kelengkapan yang harus ada
untuk terselenggaranya perpustakaan. Yang termasuk perabot / perlengkapan perpustakaan
antara lain :

a. Rak buku
b. Rak majalah
c. Rak surat kabar
d. Rak atlas dan kamus
e. Papan peraga/pameran
f. Laci penitipan tas
g. Lemari catalog
h. Lemari multimedia
i. Lemari Arsip
j. Meja dan kursi sirkulasi
k. Meja dan kursi baca
l. Meja dan kursi pegawai
m. Kereta buku, barang
n. Tangga beroda
Sedangkan Peralatan perpustakaan adalah barang-barang yang diperlukan secara
langsung dalam mengerjakan tugas/kegiatan di perpustakaan. Yang termasuk dalam
perlengkapan perpustakaan antara lain :
a. buku pedoman perpustakaan
b. Buku klasifikasi
c. Kartu catalog
d. Buku Induk
e. Kantong buku
f. Lembar tanggal kembali
g. Label
h. Cap inventaris
i. Cap perpustakaan
j. Bak stempel
k. Kartu pemesanan
l. Mesin ketik/Komputer
m. ATK
n. Selotip
o. Lem dll.

5.2.3. Konsep Sirkulasi Dalam Gedung


Gedung yang akan direncanakan terdiri dari lantai dasar, lantai dua, lantai tiga dan basement.
Sehingga ruang sirkulasi yang disediakan tidak hanya sirkulasi horizontal namun juga sirkulasi
vertical. Sirkulasi horinzontal dapat berupa ruang yang tidak digunakan untuk aktifitas
utama/pendukung/penunjang seperti ruang antar rak, ruang antar meja/kursi, selasar, koridor
dalam bangunan, dan lain-lain. Sedangkan sirkulasi vertical dapat berupa tangga, ram, lift
barang, dan lain-lain.
Kemudian, sirkulasi dalam gedung meliputi sirkulasi orang, kendaraan (basement) dan sirkulasi
barang. Sirkulasi orang dapat melalui tangga dan ram (bagi penyandang cacat). Sirkulasi orang
dalam hal ini terbagi menjadi dua yaitu pengunjung dan pengelola, sehingga diarahkan terpisah
agar memudahkan aktivitas masing – masing. Sirkulasi pengunjung dapat melalui Main Entrance
di lantai dasar (pintu masuk yang menghadap Jalan Simpang SMA) menuju loby dan ruang
informasi. Dari ruang informasi, pengunjung dapat menentukan tujuan selanjutnya sesuai
kebutuhan, antara lain : Tempat bermain anak dan tempat komersial (lantai dasar), Teater mini,
ruang koleksi dan ruang baca perpustakaan, ruang koleksi dan ruang baca arsip (lantai dua),
Restoran (lantai tiga). Sirkulasi pengelola dapat melalui Entrance di lantai dasar (pintu masuk
yang menghadap Jalan Trikora) menuju ruang kantor perpustakaan dan arsip (lantai tiga),
kemudian menuju ruang masing – masing sesuai tugasnya.
Sirkulasi barang berupa buku, arsip, dan barang lainnya (komersial dan area bermain anak).
Khusus untuk buku dan arsip perlu konsep sirkulasi yang bersifat kontinyu dan terpadu baik
buku baru dari gudang maupun buku yang dikembalikan dari ruang lobby. Sirkulasi buku dan
arsip dapat melalui lift barang/ram, dari gudang (basement) – gudang dan ruang pengolahan
bahan (lantai dasar) – gudang dan ruang pengolahan bahan (lantai dua) – ruang koleksi (lantai
dua).
Sedangkan sirkulsi kendaraan dalam bangunan gedung adalah sirkulasi kendaraan yang parkir di
basement, dengan sistem satu arah dan 2 pintu yaitu pintu masuk dan pintu keluar. Pintu masuk
dari Jalan Simpang SMA dan pintu keluar ke Jalan Trikora.

Posted in Uncategorized | | | 0 Comments

Leave a reply

Name (required)
Mail (will not be published) (required)

Website

Categories
 Uncategorized (5)

Archives
 May 2009
 March 2009

 Blogroll
o Adenium, Arabicum, dan bunga lainnya
o Kabupaten Karimun , kepulauan riau
o kampus ugm
o my blog yahoo
o pptik ugm

Anda mungkin juga menyukai