Anda di halaman 1dari 13

Trauma Capitis Ringan (TCR)

I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala.
Menurut dr Andre Kusuma SpBS dari SMF Bedah Saraf RSD dr Soebandi
Jember, cedera kepala/Trauma kepala adalah proses patologis pada jaringan otak yang
bersifat non- degenerative, non-congenital, dilihat dari keselamatan mekanis dari luar,
yang mungkin menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik, dan psikososial yang
sifatnya menetap maupun sementara dan disertai hilangnya atau berubahnya tingkat
kesadaran.
Cedera/Trauma kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecatatan
utama usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan (kapita
selektakedokteran jilid ketiga edisi ketiga)
B. Etiologi
a. Trauma oleh benda tajam
Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan
lokal meliputi Contusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang
disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi)
Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cedera
akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil
multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral,
batang otak atau kedua-duanya.
Etiologi lainnya:
a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
c. Cedera akibat kekerasan

C. Klasifikasi
a. Menurut Jenis Cedera
 Cedera Kepala terbuka
dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan jaringan otak
 Cedera kepala tertutup
disamakan dengan keluhan geger otak ringan dan oedem serebral yang luas
b. Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glosgow Coma Scale)
 Trauma Kepala ringan (kelompok risiko rendah)
- GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, orientatif)
- Kehilangan kesadaran /amnesia tetapi kurang 30 mnt
- Tak ada fraktur tengkorak
- Tak ada contusio serebral (hematom)
- Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat terlarang
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala
- Tidak adanya criteria cedera sedang-berat
 Trauma kepala sedang
- GCS 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
- Kehilangan kesadaran lebih dari 30 mnt / kurang dari 24 jam (konkusi)
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
- Amnesia pasca trauma
- Muntah
- Kejang
 Trauma kepala berat
- GCS 3-8 (koma)
- Kehilangan kasadaran lebih dari 24 jam (penurunan kesadaran progresif)
- Diikuti contusio serebri, laserasi, hematoma intracranial
- Tanda neurologist fokal
- Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur kranium

c. Menurut morfologi
 Fraktur tengkorak
- Kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi; terbuka/tertutup
- Basis: dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan/tanpa
kelumpuhan nervus VII
- Fokal: epidural, subdural, intraserebral
- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus
d. Menurut patofisiologi
 Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang
menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
- Gegar kepala ringan
- Memar otak
- Laserasi
 Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
- Hipotensi sistemik
- Hipoksia
- Hiperkapnea
- Udema otak
- Komplikasi pernapasan
- Infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal otak mempunyai kemampuan melakukan
autoregulasi aliran darah serebral dan menjamin aliran daerah konstan melalui
pembuluh darah serebral.Faktor-faktor ini dapat mengubah kemampuan pembuluh
serebral untuk berkontraksi dan berdilatasi serta mengganggu autoregulasi
diantaranya trauma otak, iskemia dan hipoxia, pada klien dengan kerusakan
autoregulasi. Aktivitas yang dapat menyebabkan peningkatan aliran darah serebral
juga dapat meningkatkan TIK. Tekanan Intra Kranial (TIK) merupakan tekanan
yang dikeluarkan oleh kombinas dari 3 komplemen intrakranial yaitu jaringan
otak, CSS dan darah.

Hipotesa monro kellie mengatakan volume intrakranial sama dengan


volume otak ditambah volume darah serebral dan CSS, dimana tiap perubahan
volume dari tiap-tiap komponan karena gangguan kranial dapat menyebabkan
peningkatan TIK.

Peningkatan TIK mengarah pada timbulnya iskemia, kekakuan otak dan


kemungkinan herniasi.Peningkatan TIK berkembang pada hampir semua klien
dengan lesi intra kranial setelah mengalmi cedera kepala.Pada semua klien dengan
cedera kepala bera, peningkatan TIK yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
kematian.

Defisit Nerurologik pada cedera kepala dimulai dengan adanya trauma pada
otak yang dapat menyebkan fragmentasi jaringan dna contusio, merusakn sawar
otak, diserbtai vasodilatasi dan eksudasi jaringan sehingga timbul edema yang
dapat menyebabkan peningkatan TIK. Keadaan ini dapat menurunkan aliran
daerah serebral, iskemia, hipoksia, asidosis dan kerusakan sawar darah otak lebih
lanjut dan terjadi kematian sel-sel otak dan edema bertambah positif.mengalami
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik
anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat,
hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.

Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml /


menit / 100 gr. Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.

Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas


atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru.Perubahan
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia,
fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,
dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi .Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah
arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebungungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
G. Komplikasi
1. Perdarahan ulang
2. Kebocoran cairan otak
3. Infeksi pada luka atau sepsis
4. Timbulnya edema serebri
5. Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
6. Nyeri kepala setelah penderita sadar
7. Konvulsi

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
2. Rotgen Foto
3. CT Scan
4. MRI

I. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah


sebagai berikut:

1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik)
b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Sistem saraf :
 Kesadaran  GCS.
 Fungsi saraf kranial  trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan
melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
 Fungsi sensori-motor  adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan
diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
d. Sistem pencernaan
 Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan, kemampuan
mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika pasien sadar 
tanyakan pola makan?
 Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
 Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik  hemiparesis/plegia,
gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan  disfagia atau
afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
g. Psikososial  data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat
pasien dari keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan,serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah


oleh SOL(hemoragi,hematoma),edema serebral (respon local atau umum pada
cedera,perubahan metabolic,takar lajak obat/alcohol) penurunan T/D
sistemik/hipoksia (hipovolemi,distritmia jantung)

Hasil yang diharapkan

 Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan,kognisi,dan fungsi


motirik/sensorik
 Mendemonstrasi tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan TIK

TINDAKAN RAISONAL
1. Tentukan factor-faktor yang 1. mungkinmemnunjukkan bahwa
berhubungan dengan penyebab pasien itu perlu dipindahkan ke perawatan
koma/penurunan perfusi jaringan intensif untuk memantau tekana TIK da
otak dan potensial penigkatan TIK atau pembedahan.
2. Cata status neurologis sevara 2. Mengkaji adanya kecenderungan
teratur dan bandingkan dengan pada tungkat kesdaran dan potensial
nilai standar penigkatan TIK dan bermanfaat dan
3. Kaji respon motorik terhadap menentukan lokasi,perluasan dan
perintah yang sederhana kerusakan SSP
4. Tinggikan kepala pasie 15-45o 3. Mengukur secara keseluruhan dan
sesuai indikasi/yang dapat kemampuan untuk berespon pada
ditoleransi rangsangan eksternal
5. ukur T/D 4. Menigkatkan airan balik vena dari
6. kolaborasi dengan pemberian kepala
therapi 5. Autoreglasia mempertahankan aliran
darah otak yang konstan pada saat
adafluktuasi T/D sistemik.
6. Sebagai sarana pengobatan dan
pemulihan

2. Perubahan persepsi-sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensori,


transmisi/integrasi akibat trauma / deficit neurologis)

Hasil yang diharapkan

Mempetahankan tingkat kesdaran biasanya dan fungsi persepsi

Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlbtan residu

Mendemonstrasi gaya hidup untuk mengkompensasi/deficit hasil.


INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau secara teratur perubahan 1. fungsi serebral bagian atas biasanya
orientasi,kemampuan terpengaruh lebih oleh adanya
berbicara,alam gangguan sirkulasi
perasaan,/afektif,sensorik,dan 2. semua system sensorik dapat
proses berpikir terpengaruh denga adanya
2. Kaji kesadaran sensorik seperti perubahan yang melibatakan
respon sentuhan,panas/dingin peningkatan/penurunan sensivitas
3. Observasi respon prilaku 3. respon individu mungkin berubah-
4. Hilangkan suara bising/stimulus ubah namun umumnya seperti
yang berlebihan sesuai kebutuhan emosi yang labil
5. Bicara dengan suara yng lembut dan 4. menrunkan ansietas,respon emosi
pelan yang berlebihan
6. Berikan stimulus yang bermanfaat : 5. pasien mungkin mengalami
verbal ( berbincang denga keterbatasan perhatian/pemahaman
pasien)penciuman,taktil (respon fase akut dan penyembuhan
sentuhan)dan pendengaran 6. untuk menstimulasi pasien koma
(TV.tape) dengan baik selama melatih
7. gunakan penerangan siang atau kembali fungsi kognitif
malam hari 7. memberikan respon perasaan
8. kolaborasi dengan tim medic,atau normal tentang pola perbahan
fisioterapi waktu dan pola yidur/bangun
8. menciptakan penatalaksanaan
terintegrasi yang didasarkan taas
kombiansi/ketidakmampuan secara
individu.

3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiolgis,


Deficit/perubahan memori jarak jauh,saat ini,yang baru terjadi

Hasil yang diharapkan

 Melakukan orientasi mental dan realitas biasanya


 Mengenali perubahan berpikir
 Berpartisipasi dalam aturan terpeutik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji rentang perhatian,kebungungan 1. Pasien dalam berkonsentrasi
dan catat tingkat ansietas pasien mungkin memendek secara tajam
2. Pastikan dengan rang terdekat untuk yang menyebabkan penyebab dari
membandingkan ansietas.
kepribadian/tingkah laku pasien 2. Masa pemulihan cedera kepala
sebelum mengalami trauma dengan meliputi fase agitasi.
respon pasien sekarang 3. Untuk mencegah/membatasi
3. Jelaskan kepada pasien dan komplikasi yang mungkin terjadi
keluarga tentang pentingnya dan tidak menimbulkan suatu hal
pemeriksaan neurologis secara yang serius pada pasien dan dapat
berulang dan teratur menurunkan ansietas
4. Instruksikan untuk melakukan 4. Memfokuskan kembali perhatian
tehnik relaksasi. pasien dan untuk mengurabigi
5. Lakukan tindakan untuk mengontrol ansietas pada tingkat yang dapat
emosi ditanggulamgi.
6. Beritahu kepada 5. Untuk melindungi control dari luar
pasien,keluarga/orang terdekat untuk melindungi diri [asien oramg
pasien bahwa funsi lain dari keadaan bahaya hingga
intelektual.tingkah laku,dan fungsi kontol internal pulih kembali
emosi akan meningkat secara 6. Kebanyakna pasien dengantrauma
perlahan namun beberapa kepala mengalami masalah dengan
pengaruhnya mungkin tetap ada daya konsentrasi dan memorinya
selama beberapa bulan atau bahkan dan mungkindaya memorimya
menetap atau bahkan bias menjadi lambat
permanen. 7. Untuk kompensasi ganguan pada
7. Kolaborasi dengan tim medis kemampuan berpikir dan
tentang pelatihan kognitif atau mengatasi masalah konsentrasi
program rehabilitatif

4. Keterbatasan batasan mobilisasi fisik berhubungna dengan kerusakan kognitif


atau persepsi Penurunan kekutan/tahanan Terapi pembatasan/kewaspadaaan
keamanan.

Hasil yang diharapkan

 Mempertahankan posisi fungsi optimal


 Menigkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit

INTERVENSI RASIONAL
1. Periksa kembali keadaan dan 1. Mengidentifikasi kemungkinan
kemampuan secara fungsional pada secara fungsional dan
kerusakan yang terjadi mempengaruhi pilihan intervensi
2. Letakkan pasie pada posisi tertentu yang akan dilakukan
untuk menghindari kerusakan 2. Perubahan yang teratur dapat
Karena tekanan menyebabkan penyebaran terhadap
3. Bantu pasien untuk melakukan berat badan dan meningkatkan
latiahn rentang gerak sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
4. Berikan perawatan kulit dengan 3. Mempertahankan mobilisasi dan
cermat,masase dengan pelmbab fungsi sendi/posisi normal
dang anti linen/pakaian yang basah ekstermitas dan menurunkan
dan pertahankan linen tersebut terjadinya vena statis
tetap bersih 4. Menigkatkan sirkulasi dan
5. Instruksikan pasien untuk elastisitas kulit dan menurunkan
mengikuti program latuahn resiko terjadinya ekskorsiasi kulit.
penggunaan alat mobilisasi. 5. Untuk menigkatkan keberhasilan
dari suatu program tersebut.

5.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jaringan trauma,kulit rusak,prosedur invasive

Hasil yang diharapkan

 Mempertahankan normotermia,bebas tanda-tanda infeksi


 Mencapai penyembuhan luka tepat pada waktunya

INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan perawatan aseptic dan 1. Cara pertama untuuk menghindari
antiseptic infeksi nosokomial
2. Observasi daerah kulit yang 2. Memungkinkan untuk melakukan
mengalami kerusakan catat tidakan dengan segera dan pencegahan
karakteristik, dan adanya inflamasi terhadap komplikasi selanjutnya
3. Pantau suhu secara teratur.catat adanya 3. Dapat mengidentifikasikan
demam,mengigil,diaphoresis,da perkembangan sepsis.
perubahan fungsi mental 4. Menurnkan pemajanan terhadap
4. Batasi pengunjung yang dapat pembawaa kuman penyebab infeksi
menularkan infeksi jenis lain 5. Terapi profilaktit dapat digunakan
5. Kolaborasidengan tim medis dengan pada pasien yang mengalami
pemberian antibiotik trauma,kebocoran CSS atau setelah
dilakukanya pembedahan

6. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk mencerna (penurunan tingkat kesdaran),kelemahan otot yang
diperlukan untuk mengunyah

Hasil yang diharapkan

 Mendemonstrasikan pemeliharaan/kemajuan peningkatan BB sesuai tujuan


 Tidak mengalami malnutrisi

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan pasien unntuk 1. Menentukan jenis makanan

menguyah,dan menelan. sehingga pasien terlindung dari

2. Timbang BB sesuai indikasi aspirasi

3. Jaga keamanan saat memberikan 2. Mengevaluasi keefektifan atau

makan kepada pasien. kebutuhan mengubah pemberian

4. Tingkatkan kenyamanan,lingkungan nutrisi

yang santai termasuk sosialisasi saat 3. Dapat meningkatkan pemasukan

makan. dan menormalkan fungsi makan

5. Kolaborasi dengan ahli gizi dengan 4. Untu mengidentifikasi kebutuhan

pemberian nutrisi kalori tergantung pada

usia,BB,ukuran tubuh,keadaan
penyakit sekarang.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan denga


kUrang pemajanan,tidak mengenali informasi/sumber-sumber

Hasil yang diharapkan

 Mengungkapakan pemahaman tentang kondisi,aturan pengobatan,potensial


komplikasi
 Memulai perubahan gaya hidup baru/keterlibatan dalam program rehabilitasi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Berika kembali 1. Membantu dalam menciptakan harapan yang
informasi yang realistis dan meningkatkan pemahaman pada
berhubungandengan eadaan saat ini dan kebutuhan
proses trauma dan 2. Aktivitas,pembatasan,pengobatan,/kebutuhan
pengaruh sesudahnya terapi yang diberikan/disusun atas dasar
2. Berikan kembali pendekatan antar disiplin dan evaluasi amat
pengutan terhadap penting untuk perkembangn
pengobatan yang pemulihan/pencegahan komplikasi
diberikan sekarang 3. Kerja keras akhirnya menunjkkan hasil deficit
3. Tegaskan kembali neurologis dan memampuka pasien untuk
pentingnya untuk memulai gaya hidup baru
melakukan evaluasi
dengan tim rehabilitasi

DAFTAR PUSTAKA

https://asepscience.wordpress.com/2009/06/14/asuhan-keperawatan-cedera-kepala-
trauma-capitis/(diaksestanggal23januari2019)

http://bangsalsehat.blogspot.com/2018/10/patofisiologi-dan-pathway-cedera-
kepala.html(diaksestanggal23januari2019)
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/12482/traumakepala
ringan(diaksestanggal23januari2019)

http://glenmaleke.blogspot.com/2015/10/asuhan-keperawatan-head-
injury.html(diaksestanggal23januari2019)

http://jayao77.blogspot.com/2014/11/pathway-ckb-cidera-kepala-
berat.html(diaksestanggal23januari2019)

http://nursingbegin.com/askep-cedera-kepala/(diaksestanggal23januari2019)

http://repository.ump.ac.id/982/(diaksestanggal23januari2019)

https://www.academia.edu/11549954/Laporan_Pendahuluan_Trauma_capitis_Ringan(
diaksetanggal23januari2019)

https://www.academia.edu/19498222/Askep_CEDERA_KEPALA(diaksestanggal23ja
nuari2019)

https://www.academia.edu/28173794/CEDERA_KEPALA(diaksestanggal23januari20
19)
ASUHAN KEPERAWATAN TCR PADA Ny.”H”
Di RUANG PERAWATAN MARINA LT.5

OLEH :
MUTMAINNA.S.Kep
218NS2049

CI LAHAN CI INSTITUSI

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAKALAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN TCR
(TRAUMA CAPITIS RINGAN)

OLEH :
MUTMAINNA.S.Kep
218NS2049

CI LAHAN CI INSTITUSI

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAKALAR
2019

Anda mungkin juga menyukai