Anda di halaman 1dari 19

BAB III

TELUSURAN EVIDANCE BASE NURSING

A. Analisis Jurnal

Judul Penulis Populasi dan Sampel Metode Intervensi Hasil

Efektifitas Pijat Rahmita Nuril Populasi pada Penelitian kuantitatif Setelah didapatkan Hasil penelitian ini
Refleksi Kaki Amalia (2016) penelitian ini adalah yang menggunakan sample sebanyak 39 didapatkan bahwa
Terhadap Penurunan lansia dengan hipertensi desain penelitian quasi responden, kemudian terdapat pengaruh
Tekanan Darah di PSTW Budi Luhur experiment pre-post semua responden yang bermakna dari
Lansia Hipertensi Di Yogyakarta, teknik test one group diberikan terapi pijat penerapan pijat
PSTW Budi Luhur pengambilan sample refleksi kaki setiap 3 refleksi kaki terhadap
Yogyakarta dengan simple random hari sekali selama 8 penurunan tekanan
sampling, didapatkan kali.Tekanan darah darah lansia
sampel sebanyak 39 lansia diukur setiap hipertensi, dengan
responden sebelum dan 10 menit nilai p value < 0,01.
setelah dilakukan pijat
refleksi kaki.

Penurunan Tekanan Chanif & Khoiriyah Populasi dalam Penelitian kuantitatif Sampel di bagi menjadi Hasil penelitian ini
Darah Pada Pasien (2016) penelitian ini adalah dengan desain 2 kelompok. Kelompok menunjukkan bahwa
Hipertensi Berbasis seluruh pasien penelitian Quasi n1 diberikan intervensi terdapat perbedaan
Terapi Pijat Refleksi hipertensi berjenis experimental design terapi pijat refleksi kaki yang signifikan
Kaki kelamin laki laki pada kelompok dan kelompok n2 tidak tekanan darah sistolik,
dewasa di kota perlakuan dan diberikan terapi pijat diastolik dan MAP
Semarang dengan kelompok kontrol ” refleksi kaki. Intervensi sebelum dan setelah
jumlah sampel dengan perlakuan terapi diberikan selama 30 perlakuan terapi pijat
sebanyak 11 pasien pijat refleksi. menit. refleksi kaki selama
pada kelompok 30 menit pada
perlakuan dan 11 pasien kelompok perlakuan
pada kelompok kontrol dengan p value= 0.00.

Efektifitas Pijat Irmawan Andri Populasi dalam Penelitian kuantitatif ini Sampel dibagi menjadi Hasil penelitian ini
Refleksi Kaki dan Nugroho, Asrin & penelitian ini adalah menggunakan desain kelompok perlakuan menunjukkan bahwa
Hipnoterapi Sarwono (2012) pasien hipertensi di eksperimental semu pijat refleksi dan terdapat perbedaan
Terhadap Penurunan Puskesmas Sumpiuh I (quasy eksperimental) kelompok perlakuan keefektifan pengaruh
Tekanan Darah sebanyak 64 orang dan dan rancangan hipnoterapi. Dalam pijat refleksi kaki dan
pada Pasien di Klinik Terapi Pijat penelitian yang penelitian ini hipnoterapi terhadap
Hipertensi Refleksi Kaki Pak Lilik digunakan adalah two menggunakan penurunan tekanan
sebanyak 180 orang. group pretest – posttest instrumen berupa alat darah, dengan nilai
Teknik pengambilan design pijat rerleksi dan audio signifikasi (p) < 0,05.
sample dengan untuk hipnoterapi. Pijat refleksi kaki
accidental sampling lebih efektif dalam
didapatkan 60 menurunkan tekanan
responden, yang dibagi darah pada pasien
menjadi dua group hipertensi, hal ini
yaitu group pertama dibuktikan dengan
berjumlah 30 responden nilai mean rank pijat
untuk perlakuan pijat refleksi lebih tinggi
refleksi dan group yaitu 40,00 pada
kedua berjumlah 30 systole dan 35,50
responden untuk pada diastole,
perlakuan hipnoterapi. sementara nilai mean
rank pada hipnoterapi
adalah 21,00 pada
systole dan 25,50
pada diastole.

Pengaruh Massase Giri Udani (2016) Populasi pada Penelitian kuantitatif Sampel didapatkan Hasil penelitian ini
pada Penderita penelitian ini adalah dengan menggunakan sebanyak 10 orang menunjukkan bahwa
Hipertensi Di UPTD lansia di Panti Tresna quasi eksperimen dan sesuai dengan kriteria ada pengaruh massase
Panti Tresna Werdha Werdha sebanyak 33 rancangan penelitian yaitu lansia yang pada penderita
Lampung Selatan orang dengan comparative design menderita penyakit hipertensi di UPTD
menggunakan teknik hipertensi dan berumur Panti Tresna Werdha
accidental sampling, 60-75 tahun. Sampel dengan rata-rata
didapatkan sampel setelah diberikan terapi penurunan tekanan
sebanyak 10 orang massase refleksi dengan sistole sebelum dan
sesuai dengan kriteria frekuensi 1 kali selama setelah massase
yaitu lansia 15 menit kemudian mean=10,
yang menderita diukur tekanan SD=12,472, sedang
penyakit hipertensi dan darahnya rata rata penurunan
berumur 60-75 tahun. tekanan diastole
sebelum dan setelah
massase mean=6,
SD=6.902. Analisis
uji T-independent
didapatkan nilai
sistole p-value=0.032
dan diastole p-
value=0.024.

Pengaruh Terapi Kanthi Suratih Sri Populasi dari penelitian Penelitian kuantitatif Jumlah sampel dibagi Hasil penelitian ini
Pijat Refleksi Kaki Hartutik (2017) ini adalah lansia yang quasy eksperiment menjadi 2 kelompok menunjukkan bahwa
terhadap Tekanan tinggal di Panti Werdha dengan desain perlakuan dan terdapat pengaruh
Darah pada Pajang Surakarta penelitian yang kelompok kontrol. terapi pijat refleksi
Penderita Hipertensi sebanyak 74 orang. digunakan adalah pre- Kelompok perlakuan kaki terhadap tekanan
Primer Sampel dalam postest control one dan kelompok kontrol darah pada penderita
penelitian ini sejumlah group design sebagian besar dengan hipertensi primer
11 orang untuk masing- hipertensi derajat I, sesudah diberikan
masing kelompok kemudian intervensi perlakuan (post test) p
intervensi dan pijat refleksi kaki value (0,000 < 0,05).
kelompok kontrol, diberikan kepada kedua Ada perbedaan
sehingga jumlah kelompok. Setelah signifikan tekanan
keseluruhan sampel intervensi diberikan, darah sebelum dan
adalah 22 responden. masing-masing sesudah perlakuan
kelompok diukur pada kelompok terapi
tekanan darahnya. pijat refleksi kaki.
Tidak ada perbedaan
signifikan tekanan
darah sebelum dan
sesudah perlakuan
pada kelompok
kontrol.

Pengaruh Pijat Ahmad Zunaidi, Populasi pada Penelitian kuantitatif Sampel dibagi menjadi Hasil penelitian ini
Refleksi Terhadap Susi Nurhayati dan penelitian ini adalah dengan desain quasi 2 kelompok yaitu menunjukkan bahwa
Tekanan Darah Pada Tut Wuri Prihatin pasien yang datang experiment pendekatan kelompok intervensi ada perbedaan antara
Penderita Hipertensi (2014) berobat ke Klinik Sehat pre-post test design dan kelompok control. penurunan tekanan
Di Klinik Sehat Hasta Therapetika yaitu with control group Kemudian sampel 20 darah kelompok
Hasta Therapetika sebanyak 40 pasien orang sebagai eksperimen dan
Tugurejo Semarang dengan teknik kelompok perlakuan tekanan darah
purposive sampling diberikan pijat refleksi kelompok kontrol dan
didapatkan sampel dan 20 orang sebagai nilai t hitung negatif,
sebanyak 20 orang kelompok kontrol berarti rata-rata
untuk kelompok diberikan perlakuan penurunan tekanan
perlakuan dan 20 orang massage kaki. darah kelompok
untuk kelompok eksperimen lebih
kontrol. Dengan kriteria banyak daripada
inklusi pasien yang kelompok kontrol.
bersedia menjadi Hasil nilai tekanan
responden adalah darah sistole pada
pasien yang berusia 35- kelompok perlakuan
50 tahun, lama dan kontrol didapat p-
menderita hipertensi 1- value (0,033 < 0,05)
2 tahun, tidak merokok dan nilai diastol
dan tidak minum tekanan darah
alkohol, tidak ada kelompok perlakuan
penyakit penyerta dan kontrol didapat
(penyakit jantung dan p-value (0,017 <
pembuluh darah, 0,05).
diabetes millitus dan
penyakit ginjal).
Sedangkan criteria
eksklusinya yaitu
pasien yang baru selesai
makan, pasien yang
memiliki bagian tubuh
yang luka atau bengkak
pada daerah yang
dipijat.

The Effectiveness Of Levi Tina Sari, Nevy Populasi pada Penelitian kuantitatif Sampel di berikan Hasil penelitian ini
Reflexology Norma Renityas dan penelitian ini adalah dengan metode intervensi terapi pijat menunjukkan bahwa
Massage In Wahyu Wibisono lansia yang menderita penelitian pre- refleksi kaki selama 15 terdapat penurunan
Lowering The Blood (2014) hipertensi . Cara eksperimental dengan menit kemudian diukur tekanan darah setelah
Pressure In Elderly pengambilan sampel desain penelitian one tekanan darah diberikan pijat
With Hypertension menggunakan group pre-test dan menggunakan refleksi yaitu tekanan
purposive sampling post-test sphygmomanometer darah sistole sebelum
dengan kriteria lansia dilakukan perlakuan
hipertensi yang bersedia mempunyai rata-rata
diberikan terapi pijat 172,60 mmHg,
refleksi dengan jumlah tekanan darah sistole
20 responden. setelah perlakuan
mempunyai rata-rata
148,00 mmHg.
Perbedaan tekanan
darah sisitole sebelum
dan setelah diberikana
intervensi mempunyai
hasil signifikansi
sebesar p<0,0001

The Effect Of Foot Desi Marisna, Ichsan Populasi pada Penelitian kuantitaitif Sampel diberikan terapi Hasil penelitian ini
Reflexology Therapy Budiharto dan penelitian ini adalah dengan metode quasy pijat refleksi dengan menunjukkan bahwa
On Chanfges In Sukarni (2017) penderita hipertensi di eksperiment yang frekuensi 1x/hari adanya pengaruh
Blood Pressure In Wilayah Kerja menggunakan selama tiga hari terapi pijat refleksi
People With Puskesmas Kampung pendekatan pretest and berturut-turut, kaki efektif dengan
Hypertension In The Dalam Kecamatan kemudian tekanan penurunan tekanan
Work Area Of Pontianak Timur, posttest without control darah sistol dan diastol darah pada penderita
Health Center Of jumlah sampel yang digunakan berasal hipertensi di wilayah
Kampung Dalam penelitian sebanyak 15 dari hasil pengukuran kerja Puskesmas
East Pontianak responden. tekanan darah rata-rata Kampung Dalam
Pengambilan sampel selama tiga hari. Kecamatan Pontianak
menggunakan Timur. Dibuktikan
purposive sampling dengan nilai rata-rata
sesuai kriteria inklusi tekanan darah sistol
yaitu responden dengan sebelum dan setelah
hipertensi derajat 1 dan intevensi sebanyak
derajat 2, tidak 147,07 mmHg dan
memiliki luka bakar, 136,00 mmHg
tumor maupun sedangkan nilai rata-
ganggren ditelapak rata tekanan darah
kaki, dan tidak diastol sebelum dan
mengalami komplikasi setelah sebanyak
diabetes mellitus dan 88,67 mmHg dan
penyakit ginjal. 84,27 mmHg.

Pengaruh Terapi Rindang Azhari Populasi pada Penelitian kuantitatif Setelah sampel dibagi Hasil penelitian ini
Pijat Refleksi Kaki Rezky, Yesi Hasneli penelitian ini adalah dengan metode quasy menjadi 2 kelompok, menunjukkan bahwa
Terhadap Tekanan dan Oswati Hasanah semua penderita eksperimental dengan masing-masing terdiri terdapat perbedaan
Darah Pada (2015) hipertensi di Wilayah pendekatan non- dari 15 orang sebagai antara mean post test
Penderita Hipertensi Kerja Puskesmas Lima equivalent control kelompok eksperimen antara tekanan darah
Primer Puluh Pekanbaru group yang melibatkan dan 15 orang sebagai kelompok eksperimen
dengan jumlah sampel dua kelompok, yaitu kelompok kontrol. dan kelompok
sebanyak 30 responden. kelompok eksperimen Kelompok eksperimen kontrol. Pada
Pengambilan sampel dan kelompok kontrol. diberikan terapi pijat penelitian ini pijat
menggunakan refleksi kaki 3 hari refleksi dapat
purposive sampling berturut-turut selama 15 menurunkan tekanan
sesuai dengan kriteria menit sedangkan darah, namun
inklusi, yaitu pasien kelompok kontrol tidak reponden masih
yang menderita diberikan perlakuan. dalam kategori
hipertensi primer, Peneliti menggunakan hipertensi. Pada
berusia 30-65 tahun, alat pijat refleksi kelompok eksperimen
mempunyai tekanan APIYU II yang diperoleh mean
darah ≥ 140/90 mmHg, dirancang oleh Hasneli tekanan darah sistol
tidak mengonsumsi (2015). Pada kedua sebelum diberikan
obat hipertensi, tidak kelompok tekanan terapi pijat refleksi
memiliki luka pada darah sistolik dan kaki pada kelompok
telapak kaki misalnya diastolik dihitung eksperimen 158,66
luka bakar, luka dengan menggunakan mmHg dengan
gangren, dan tumor sphygmomanometer standar deviasi 4,40
digital. Penelitian dan sesudah diberikan
dilakukan pada jam terapi pijat refleksi
yang sama, dimana kaki mean tekanan
peneliti telah darah sistol
menentukan rentang mengalami penurunan
waktu pengambilan sebesar 6,29 mmHg
data untuk setiap menjadi 152,37
responden yaitu dari mmHg dengan
jam 15.00–17.00 WIB. standar deviasi 5,07.
Hasil lain diperoleh
mean tekanan darah
diastol sebelum
diberikan terapi pijat
refleksi adalah 94,17
mmHg dengan
standar deviasi 2,09
dan sesudah diberikan
pijat refleksi kaki,
mean tekanan darah
diastol juga
mengalami penurunan
sebesar 3,44 mmHg
menjadi 90.73 mmHg.
Hasil uji Dependent T
Test diperoleh p-value
tekanan darah sistol
dan diastol 0,000
(p<0,05)

Pengaruh Terapi Agus Arianto, Swito Populasi pada Penelitian kuantitatif Seletah sampel dibagi Hasil penelitian ini
Pijat Refleksi Prastiwi, dan Ani penelitian ini adalah dengan metode menjadi 2 kelompok. menunjukkan bahwa
Telapak Kaki Sutriningsih (2018) penderita hipertensi di penelitian quasy Kelompok intervensi pijat refleksi telapak
Terhadap Perubahan RT 07 RW 06 eksperiment dengan dan kontrol diberikan kaki berpengaruh
Tekanan Darah Pada Kelurahan Tlogomas pendekatan terapi pijat refleksi terhadap perubahan
Penderita Hipertensi Kecamatan Lowokwaru nonrandomized pretest selama 2 sesi (pagi dan tekanan darah pada
Malang. Sampel dalam and posttest with sore). Intervensi penderita hipertensi
penelitian ini berjumlah control group design. mengunakan alat bantu dengan nilai
34 responden, dibagi pijat refleksi telapak signifikansi 0,00
menjadi 2 kelompok kaki yang terbuat dari (sig<0,05). Nilai r-
yaitu 17 orang sebagai kayu. value = 0,879 untuk
kelompok eksperimen sesi pagi dan r value =
dan 17 orang sebagai 0,913 untuk sesi sore
kelompok kontrol yang yang artinya sesi sore
diambil dengan teknik memiliki pengaruh
purposive sampling yang tinggi
dimana pengambilan dibandingkan sesi
sampel penelitian sesuai pagi untuk terapi pijat
dengan kriteria inklusi refleksi telapak kaki
bersedia menjadi terhadap perubahan
responden, pria dan pada tekanan darah.
wanita diatas 50 tahun,
memiliki riwayat
hipertensi dan tidak
sedang mengikuti
program terapi meditasi
atau program relaksasi
lainya.
B. Kelebihan dan Kekurangan dalam jurnal

Berdasarkan hasil telaah 10 jurnal di atas diperoleh beberapa kelebihan dan


kekurangan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
1. Kelebihan:
a. Peneliti telah menjelaskan desain penelitian yang digunakan dalam
melakukan penelitian
b. Peneliti telah menjelaskan tehnik pengambilan sampel yang dilakukan
c. Hasil penelitian yang dijelaskan oleh peneliti secara signifikan
menggambarkan ada pengaruh atau pun perbandingan mengenai terapi
experimen dan terapi lain sebagai kontrol.
d. Sampel yang diambil oleh peneliti telah berdasarkan kriteria inklusi yang
ditetapkan oleh peneliti
e. Peneliti menjelaskan kemungkinan adanya faktor lain yang ikut berperan
dalam mengurangi gejala hipertensi dan pengontrolannya.
f. Peneliti memasukkan kategori karakteristik responden

2. Kekurangan:
a. Ada beberapa peneliti yang tidak menjelaskan berapa lama durasi yang
diperlukan dalam melakukan masing-masing intervensi
b. Ada beberapa peneliti yang tidak menjelaskan langkah-langkah dalam
melakukan masing-masing intervensi
c. Ada beberapa peneliti yang tidak mengikutsertakan kelompok kontrol dalam
penelitian
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Telaah Evidance Base Nursing

Hasil telaah 10 jurnal oleh penulis berisi tentang penataksanaan non-rakmakologis


untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penatalaksanaan tersebut
meliputi pijat refleksi yang dapat bermanfaat untuk mengurangi gejala hipertensi dan
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Masing-masing jurnal penelitian
mengungkapkan efektivitas terapi pijat refleksi untuk mengurangi gejala hipertensi dan
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa
terapi pijat refleksi secara signifikan dapat mengurangi gejala hipertensi dan menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis yaitu dengan obat-obatan anti hipertensi. Penanganan secara farmakologis
perlu memperhatikan efek samping yang justru dapat memperberat kondisi kesehatan
(Darmojo, 2009). Menurut Smeltzer dkk (2010) penanganan secara nonfarmakologis
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap pengobatan hipertensi.
Selain itu, dalam usaha untuk menekan angka kejadian hipertensi dapat dilakukan melalui
perubahan gaya hidup, seperti penurunan berat badan, melakukan aktivitas fisik,
penurunan konsumsi alkohol, pola makan kaya buah-buahan, sayuran, dan s ereal
(Kowalski, 2010). Penderita hipertensi yang patuh terhadap terapi nonfarmakologi, ada
kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara bertahap
(Yogiantoro, 2007).

Berdasarkan telaah jurnal, terdapat berbagai terapi nonfarmakologis yang


disarankan sebagai terapi pendamping terapi medis disebut juga terapi alternatif dan
terapi komplementer. National Center for Complementary and Alternative Medicine
(NCCAM) menyebutkan terapi komplementer adalah sekelompok perawatan kesehatan,
praktek, dan produk yang saat ini tidak dianggap sebagai bagian dari pengobatan
konvensional (Synder & Lindquist, 2010). Oh, Kim, Kwon, & Park (2006), menyatakan
bahwa Complementary and Alternative Medicine (CAM) diperlukan dalam intervensi
keperawatan untuk membantu meningkatkan status kesehatan seseorang. Salah satu
bentuk terapi CAM adalah massage therapy. Di dalam massage therapy ini terdapat
perlakuan yang salah satunya perlakuan terhadap titik-titik sentra refleks di kaki dan hal
ini disebut reflexology (Jones, 2012). Reflexology merupakan salah satu massage therapy
yang dapat menyembuhkan hampir semua penyakit, serta merupakan terapi yang aman
dan tanpa efek samping. (Pamungkas, 2010).

Terapi pijat kaki adalah bentuk khusus dari memijat yang menggunakan empat
teknik dasar. Teknik-teknik ini memiliki mekanisme dalam meningkatkan sirkulasi darah
ke seluruh organ tubuh. Effleurage adalah teknik memijat dengan cara melumasi anggota
menggunakan massage oil dan pelembab tubuh/body lotion. Effleurage memiliki efek
meningkatkan aliran darah di pembuluh darah, dan aliran darah balik. Sisa darah pada
tekanan darah perifer akan mengalir ke pembuluh darah dan jantung lebih mudah
(Goldstein & Casssanelia, 2008). Petrissage adalah sekelompok teknik yang berulang-
ulang mengangkat, peregangan, menekan atau meremas jaringan di bawahnya. Semua
gerakan petrissage meningkatkan aliran darah. Kompresi pada otot merangsang aliran
darah vena dalam jaringan subkutan dan mengakibatkan retensi darah menurun dalam
pembuluh perifer dan peningkatan drainase getah bening (Salvo, 2003).

Tapotement adalah teknik memijat dengan perkusi atau menepuk secara berulang
di jaringan. Teknik tapottement dapat merangsang aliran darah ke daerah dipijat.
Tapottment juga merangsang memicu vasokonstriksi pada awalnya yang kemudian diikuti
vasodilatasi, yang menghasilkan suhu yang hangat pada kulit (Andrade & Clifford, 2001).
Tapotement menginduksi relaksasi otot, merangsang pencernaan, meningkatkan fungsi
pernafasan, mengurangi rasa sakit, meningkatkan limfatik, dan meningkatkan
kenyamanan (Dedomenico & Woods, 1997; Liston, 1995; Rattray & Ludsing, 2000).
Teknik yang keempat adalah friction, friction adalah teknik memijat non spesifik dimana
jaringan superfisial pindah struktur di bawahnya dengan tujuan meningkatkan mobilitas
jaringan, meningkatkan aliran darah dan mengurangi rasa sakit. Teknik gesekan sering
direkomendasikan untuk pengelolaan pasien cedera, ketika terjadi reaksi inflamasi.
Teknik ini dapat meningkatkan penyembuhan jaringan yang cedera juga memiliki efek
analgesik yang kuat (Brukner & Khan, 2001; Lowe, 2003).

Terapi pijat refleksi atau reflexology merupakan pemberian energi yang


dimasukkan ke dalam tubuh melalui pemijatan untuk memperlancar peredaran darah,
melenturkan otot-otot, meningkatkan daya tahan tubuh, relaksasi, meningkatkan kekuatan
pikiran dan tubuh, menstabilkan emosi, meningkatkan kualitas tidur, restrukturisasi
tulang, otot, dan organ, menyembuhkan cedera baru dan lama, meningkatkan konsentrasi
dan ingatan, meningkatkan rasa percaya diri dan harmoni. Pada dasarnya reflexology
adalah metode untuk memperlancar kembali aliran darah. Adanya pijatan-pijatan terhadap
titik sentra refleks diharapkan terputusnya aliran darah, penyempitan, penyumbatan pada
pembuluh darah menjadi normal kembali (Jones, Thompson, Irvine, & Leslie, 2011).

Pemijatan/penekanan pada titik-titik sentra refleks jantung dan hypertension point


akan merangsang impuls syaraf bekerja pada system syaraf autonomik cabang dari
parasimpatik. Pemijatan/penekanan dengan irama yang teratur pada kaki akan merefleksi
pada organ-organ yang bersangkutan, menstimulasi syaraf tepi melalui alur-alur
persyarafan menuju sistem syaraf pusat dan sistem syaraf belakang sehingga terjadi efek
relaksasi dan tubuh dalam keadaan homeostasis. Keadaan homeostasis pada tubuh yang
mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan fungsi dan mampu
mengembalikan tekanan darah pada ambang normal (Jones, 2012).

Teori ini sejalan dengan penelitian oleh penelitian Chanif & Khoiriyah (2016)
yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sebelum dan setelah perlakuan
terapi pijat refleksi kaki selama 30 menit. Rata-rata terjadi penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 14.63 mmHg, tekanan darah diastolik sebesar 12.55 mmHg dan tekanan
darah MAP sebesar 13.36 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa terapi pijat refleksi
terbukti efektif bisa menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian yang
dilakukan oleh Mohammadpour, Dehnoalian, Mojtabavi (2013) menunjukkan efek positif
dari reflexology untuk mengurangi tekanan darah pada pasien stroke secara signifikan
setelah kelompok eksperimen menerima foot reflexology selama 30 menit.

Penelitian oleh Nugroho, Asrin, & Sarwono (2012) menunjukkan bahwa foot
reflexology lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan hipnoterapi. Penerapan
foot reflexology dalam keperawatan dapat digunakan untuk membantu proses pemulihan
pada klien hipertensi, tidak hanya pada klien yang menjalani perawatan di tempat
pelayanan kesehatan seperti di Puskesmas atau rumah sakit, tetapi juga dapat dilakukan di
panti maupun di rumah. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, pijat refleksi merupakan
salah satu terapi komplementer yang dapat diaplikasikan dalam menurunkan tekanan
darah pasien hipertensi. Dengan teknik pemijatan/penekanan, pijat refleksi dapat
memberikan efek relaksasi pada bagian tubuh yang berkaitan dengan area pemijatan.
Relaksasi merupakan tahap pertama dari normalisasi atau pemulihan, pengembangan
tubuh pada suatu keadaan yang seimbang (homeostasis), dimana sirkulasi atau aliran
darah dan cairan tubuh dapat berlangsung tanpa hambatan dan dapat memasok nutrisi dan
oksigen ke sel-sel tubuh, sehingga organ tubuh yang terdiri dari sejumlah sel akan
kembali pada keadaan dan fungsi yang normal (Jones, Thompson, Irvine, & Leslie,
2011).

Reflexology Association of Connecticut (2005) menjelaskan bahwa reflexology


bekerja melalui syaraf-syaraf tepi. Tekanan-tekanan yang diberikan pada tangan atau kaki
akan menstimulasi sistem syaraf tepi melalui alur-alur persyarafan menuju sistem syaraf
pusat dan sistem syaraf belakang, yang akan merangsang penurunan hormon adrenalin
sehingga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada pembuluh dan menimbulkan
relaksasi serta ketenangan tubuh. Pijat refleksi menurut TCM Meridian Theory (Chi atau
Khi) dapat membantu membersihkan adanya sekat-sekat/blok/benda asing sepanjang
saluran dalam tubuh. Hal ini dapat membantu memaksimalkan cara kerja obat anti
hipertensi golongan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor yang bekerja untuk
menghambat kerja enzim yang mengubah angiotensin. Angiotensin II merupakan suatu
zat aktif yang mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga jika angiotensin II
dihambat maka pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi sehingga tekanan dalam
pembuluh darah tidak meningkat (Karch, 2011).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu gaya hidup
dengan pola makan yang tidak sehat, jenis kelamin, latihan fisik, makanan, stimulan (zat-
zat yang mempercepat fungsi tubuh) serta stres. Dalam pengelolaan stres, yang terpenting
adalah bagaimana cara memanajemen stres tersebut. Pasien dengan hipertensi cenderung
mengalami kenaikan tekanan darah yang disebabkan oleh faktor psikologis yang akan
merangsang pengeluaran hormon stress cortisol sehingga tekanan darah meningkat
(Marliani, 2007).

Terapi pijat refkleksi merupakan manipulasi dari struktur jaringan lunak yang
dapat menenangkan serta mengurangi stress psikologis dengan meningkatkan hormon
morphin endogen seperti endorphin, enkefalin dan dinorfin sekaligus menurunkan kadar
stress hormon seperti hormon cortisol, norepinephrine dan dopamine (Best dkk, 2008).
Teori ini dibuktikan oleh penelitian Zunaidi dkk (2014) dengan judul “Pengaruh Pijat
Refleksi Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Sehat Hasta
Therapetika Tugurejo Semarang” yang menunjukkan bahwa terapi pijat refleksi lebih
efektif dalam menurunkan tekanan darah daripada massage kaki. Hasil penelitiannya
adalah nilai signifikansi tekanan darah sistole pada kelompok pijat refleksi dan massage
kaki (p-value (0,033 < 0,05)) dan nilai diastol tekanan darah kelompok pijat refleksi dan
massage kaki (p-value (0,017 < 0,05)). Zunaidi dkk memberikan rekomendasi terapi pijat
refleksi sebagai salah satu terapi komplementer yang mampu diaplikasikan perawat dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Dari semua jurnal yang telah ditelaah oleh penulis, terbukti bahwa terapi pijat
refleksi kaki memiliki pengaruh pada peningkatan sirkulasi darah ke seluruh tubuh,
meningkatkan kenyamanan, memberikan efek relaksasi secara fisik dan psikis sehingga
terjadi penurunan tekan darah. Terapi pijat refleksi dapat menjadi salah satu terapi
komplementer yang dapat diterapkan dalam praktik keperawatan komunitas untuk
menjadikan keluarga sebagai masyarakat yang peduli tehadap kesehatan anggota
keluarganya dan dapat meningkatkan kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.

B. Implikasi keperawatan

Hasil-hasil penelitian yang telah ditelaah secara kritis di dalam literature review ini
menunjukkan bahwa terapi pijat refleksi berpengaruh signifikan terhadap penurunan
tekanan darah dan mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan dari hipertensi.
Keberhasilan dalam penanganan hipertensi tentu tidak terlepas dari strategi untuk
meningkatkan pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam pencegahan/pengendalian
hipertensi yang dapat dilakukan melalui:

1. Prevensi Primer

Prevensi primer dilakukan dalam rangka pencegahan tahap awal dalam


mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah secara mendadak. Hal itu dapat
dikaitkan dengan peran perawat sebagai pendidik dalam memberikan pengetahuan/
pendidikan kesehatan mengenai hipertensi kepada individu, keluarga maupun
masyarakat terutama kepada keluarga yang mempunyai resiko mengalami penyakit
hipertensi. Perawat dapat memberikan penyuluhan mengenai hipertensi dan mencegah
komplikasinya baik dengan cara farmakologis maupun nonfarmakologis. Perawat
dapat mengajarkan salah satu terapi nonfarmakologis yaitu terapi pijat refleksi untuk
meningkatkan pengetahuan keluarga dalam mengambil keputusan merawat anggota
keluarganya yang menderita hipertensi.

Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara
teratur bisa menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar
hormon stress cortisol, menurunkan sumber depresi dan kecemasan, sehingga tekanan
darah akan terus turun dan fungsi tubuh semakin membaik. Menurut Tarigan (2009),
salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan terapi pijat
refleksi. Hal ini terbukti melalui penelitian yang dilakukan Nugroho (2012)
menyimpulkan bahwa pijat refleksi kaki bisa menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada pasien dengan hipertensi.

2. Prevensi Sekunder
Prevensi sekunder sebagai pencegahan tindak lanjut pada individu yang
mempunyai riwayat atau sedang mengalami hipertensi. Hal ini dikaitkan dengan
peran perawat sebagai kolaborator dengan tim medis lainnya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi. Adapun pencegahan yang dapat
dilakukan adalah memonitor derajat hipertensi secara berkala, mengendalikan faktor
pencetus hipertensi dan mengkolaborasikan pemberian obat jangka panjang kepada
penderita hipertensi. Pengobatan yang dilakukan pada penderita hipertensi bertujuan
untuk mengatasi dan mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan
darah tinggi.
Bagi penderita hipertensi penting untuk selalu memonitor tekanan darah.
Penderita hipertensi dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul
komplikasi lebih lanjut. Manajemen stres pada penderita hipertensi juga penting.
Pasien dengan hipertensi cenderung mengalami kenaikan tekanan darah yang
disebabkan oleh faktor psikologis yang akan merangsang pengeluaran hormon stress
cortisol sehingga tekanan darah meningkat. Peran perawat yaitu mengajarkan
penderita hipertensi untuk mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk
relaksasi, dan istrirahat. Pengendalian stres tersebut dapat diperoleh dari pijat
refleksi, dimana terapi pijat refleksi dapat membuat tubuh rileks dan menstimulasi
pengeluaran hormon endhorpin untuk menurunkan stres (Marliani, 2007).
3. Prevensi Tersier
Prevensi tersier bertujuan untuk mengurangi tingkat ketergantungan penderita
hipertensi terhadap obat yang dikonsumsi dan untuk mengurangi efek samping dari
penggunaan obat hipertensi. Perawat yang mempunyai peran sebagai konsultan
harus memberikan tindakan keperawatan yang tepat sebagai pencegahan tersier yang
dapat dilakukan kepada penderita hipertensi contohnya dengan menganjurkan
keluarga untuk menggunakan terapi komplementer seperti terapi pijat refleksi.

Terapi pijat refleksi merupakan terapi yang relatif mudah dan murah
digunakan dan diterapkan di kehidupan sehari-hari, karena terapi ini merupakan suatu
praktik yang sudah melekat dalam kebudayaan di nusantara. Berbagai manfaat yang
didapatkan dari terapi ini adalah melancarkan sirkulasi darah di dalam seluruh tubuh,
menstabilkan tekanan darah, menjaga kesehatan agar tetap prima, membantu
mengurangi rasa sakit dan kelelahan, merangsang produksi endorphin yang berfungsi
untuk relaksasi tubuh, mengurangi beban yang ditimbulkan akibat stress, membuang
toksin, memperkuat fungsi sistem limfatik yang menghilangkan racun dan zat bahaya
lain dari tubuh, memperbaiki keseimbangan kimiawi tubuh dan meningkatkan
imunitas, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan penyakit kronis, dan
mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan (Wahyuni, 2014 dan Pamungkas,
2009).

Terapi pijat refleksi ini juga dapat menjadi alternatif atau terapi komplementer
bagi pelayanan kesehatan di masyarakat terutama puskesmas dalam menjalankan
salah satu programnya. Petugas kesehatan di puskesmas dapat memberikan
penyuluhan dan mengajarkan terapi pijat refleksi ini kepada penderita hipertensi yang
datang ke puskesmas untuk melakukan pengobatan. Sehingga penderita hipertensi
bukan hanya mengkonsumsi obat untuk mengatasi peningkatan tekanan darah tetapi
juga dapat melakukan pencegahan kekambuhannya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan literature review pada 10 jurnal, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat jurnal penelitian mengenai efektifitas terapi pijat refleksi terhadap


penurunan tekanan darah penderita hipertensi.
2. Terapi pijat refleksi terbukti dapat menurunkan tekanan darah.
3. Terdapat kelebihan dan kekurangan yang terkandung dalam jurnal mengenai
terapi pijat refleksi terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi.
4. Terapi pijat refleksi dapat menjadi salah satu penatalaksanaan non farmakologis
yang tepat dalam mengatasi hipertensi
5. Aplikasi jurnal yang telah dilakukan penulis dengan hasil bahwa terapi pijat
refleksi efektif dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari literature review pada 10 jurnal, dapat diajukan


saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Perawat
Literature review ini diharapkan dapat membantu perawat dalam memahami
tentang terapi komplementer pijat refleksi dan menjadi praktisi terapi
tersebut, serta perawat juga berperan sebagai care provider, educator dan
advocator dalam pelaksanaan terapi pijat refleksi untuk penderita hipertensi.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Literature review ini diharapkan dapat diajdikan rekomendasi di bidang
keperawatan sehingga terapi komplementer pijat refleksi dapat dijadikan
salah satu intervensi keperawatan yang komprehensif dan saling melengkapi
dalam pemberian asuhan keperawatan pada penderita hipertensi.
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Literature review ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam penelitian
tentang efektivitas terapi pijat refleksi terhadap penyakit lainnya ditinjau dari
tinjauan fisiologis dan patologi klinik.

Anda mungkin juga menyukai