POLRI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...... i
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………..... 1
1. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
2. Kutipan dari Prof. DR. Awaloedin Djamin, MPA. dan
Rini Kustiasih. …………………………………………………………… 2
3. Ketetapan MPR RI No VI/MPR2001 tentang Etika
Kehidupan Berbangsa………………………………………………… 3
4. Tuntutan Reformasi dan Budaya Polri……………………….. 5
i
16. Keputusan moral ………………………………………………………. 30
17. Tindakan yang benar……………………………………………...….. 32
18. Asas - asas / prinsip - prinsip dalam pengambilan
tindakan …………………………………………………………………… 32
19. Tujuan Polri………………………………………………………….…… 35
20. Profesionalisme Polri:………………………………………………... 35
21. Kronologis lahirnya Etika Profesi Polri……………………….. 39
22. Pancasila menjiwai nilai Etika Profesi Polri…………......... 41
23. Polisi Indonesia adalah Polisi Nasional……………………….. 43
24. Polri adalah Polisi Pejuang…………………………………………. 43
25. Tri Brata……………………………………………………………………. 45
26. Panji-Panji Polri………………………………………………………… 49
27. Lambang Polri…………………………………………………………… 51
28. Catur Presetya…………………………………………………………… 51
29. Hubungan Tri Brata dan Catur Prasetya. …………………….. 53
30. Integrasi Polri kedalam ABRI……………………………………… 56
31. Pemaknaan Baru Tribrata ……………………………………......... 57
32. Pemaknaan Baru Catur Prasetya………………………………… 60
33. Hubungan Tri Brata, Catur Prasetya dengan
Pemaknaan Baru Tri Brata, Pemaknaan Baru Catur
Prasetya ……………………………………………………………………. 63
34. Sumpah atau Janji. …………………………………………………….. 64
35. Etika Profesi sebagai Etika Kewajiban, Etika
Keutamaan dan Etos Kerja ………………………………………… 65
ii
5. Kode Etik Profesi Polri berdasarkan keputusan Kapolri
No.Pol Kep/32/VII/2003.tanggal 1 Juli 2003 ……………… 70
6. Keputusan Kapolri No Pol: Kep/ 33/VII 2003 tentang
Cara Sidang Komisi Kode Etik Polri…………………………...... 73
7. Kode Etik Polri berdasarkan Peraturan Kapolri
No. 7 tahun 2006…………………………………….…………………. 74
8. Peraturan Kapolri No 14 tahun 2011 tanggal
1 Oktober 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri………….. 74
9. Peraturan Kapolri No 19 tahun 2012 tanggal
4 September 2012 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia…………………………………………………..... 78
10. Komitmen Bersama Anggota Polri sebagai Pelayan
Prima yang anti KKN & Anti Kekerasan ……………………... 86
11. Perubahan etika profesi Polri ……………………………………. 87
iii
VI. KERJA SAMA INTERNATIONAL DAN INSTRUMEN-
INSTRUMEN PBB…………………………………………………………… 119
1. Kerjasama Internasional dan Instrumen-instrumen
PBB yang berkaitan dengan tugas Polisi……………………… 119
2. Standar, Panduan dan Instrument-Instrumen dari
PBB…………………………………………………………………………… 120
3. Aturan-aturan Tingkah laku bagi Petugas Penegak
Hukum ……………………………………………………………………… 120
VIII.PENUTUP………………………………………………………………………. 128
iv
KATA SAMBUTAN
v
vi
KATA PENGANTAR
vii
sikap baru terhadap rakyat. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa
sejak awal disadari dan mendapat penekanan oleh Founding Fathers
kita tentang perlunya sikap baru Polisi di Negara Republik Indonesia
sebagai negara yang merdeka. Dengan kata lain betapa pentingnya
dan mutlak harus menjadi prioritas adanya Etika Profesi Polri yang
harus dihayati dan diimplementasikan.
Team Guru Besar PTIK dibawah pimpinan Prof. MR. Djoko Soetono
mengadakan penelitian ilmiah tentang perkembangan fungsi
Kepolisian sejalan dengan perkembangan tipe negara dari berbagai
negara dan menghasilkan “TRI BRATA” yang dijadikan Pedoman
Hidup POLRI. Brata pertama Rastra Sewakottama (Polisi adalah Abdi
Utama daripada Nusa dan Bangsa), merupakan paspratoto dari
Brata-brata lainya, karena itu dijadikan Motto yang dicantumkan
pada Panji-panji Polri tanggal 1 Juli 1955. Polri bukanlah penguasa
tetapi abdi yang bertugas kewajiban melayani, melindungi dan
mengayomi masyarakat. Kemudian lahirlah pada tahun 1960 Catur
Prasetya yang dijadikan sebagai Pedoman Karya Polri.
Karena Tri Brata bersifat umum dan tidak merupakan norma yang
kongkrit maka untuk implementasi dari Brata-brata Tri Brata untuk
menentukan tindakan dilapangan terhadap kasus-kasus yang
kongkrit diserahkan kepada para anggota Kepolisian itu sendiri.
viii
tahun 2011. Dari disahkan Pemaknaan baru Tri Brata, Pemaknaan
baru Catur Prasetya dan berkali-kali diadakan penyempurnaan Kode
Etik Polri/Kode Etik Profesi Polri membuktikan bahwa semua
Pimpinan Polri menginginkan adanya perumusan yang lebih
sedehana, mudah dipahami sehingga diharapkan dapat
diimplemenatasikan dengan sebaik-baiknya dalam upaya dapat
mengemban apa yang menjadi tugas kewajiban Polri sebagai Abdi
Utama daripada Nusa dan bangsa..
ix
Terdorong oleh bhakti dan penghargaan serta terimakasih kepada
Ibu Pawiyatan, walaupun disadari karya ini penuh dengan
kekurangan dan ketidak sempurnaan, kami memberanikan diri
mempersembahkan kepada STIK-PTIK sebagai Garba Wyata Luhur
Bhayangkara yang merupakan sumber kami digembleng dan
dibentuk menjadi Polisi.
Penulis.
x
xi
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
a. Dengan Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik
Indonesia maka Indonesia telah menjadi negara yang
merdeka. Pada waktu zaman penjajahan, polisi merupakan
alat dari penjajah untuk menindas rakyat. Sedangkan pada
negara yang sudah merdeka, polisi merupakan alat negara
yang bertugas untuk melindungi, melayani dan mengayomi
masyarakat. Polisi dengan demikian adalah abdi yang
merupakan pelayan masyarakat.
b. Dalam Pembukaan UUD tahun 1945 tercantum tujuan
Negara dan sekaligus merupakan kewajiban Negara dimana
tugas/kewajiban Polisi Negara termasuk dalam lingkup
“melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia”.
c. Dalam Pembukaan UUD Tahun 1945 tercantum “Pancasila”
sebagai dasar dan ideologi negara, maka Pancasila harus
menjiwai kesadaran moral aparatur negara yang
tercermin dalam setiap tindakannya.
d. Dalam penjelasan tentang UUD tahun 1945 (sebelum
amandemen) dijelaskan Pokok-pokok pikiran dalam
Pembukaan antara lain: …Pokok pikiran yang keempat yang
terkandung dalam pembukaan ialah “Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar kemanusiaan yang adil
dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar
1. Pengertian Etika.
a. Ada bebagai definisi tentang pengertian etika antara lain
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan K. Bertens.
b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1988) dijelaskan
etika mempunyai tiga arti:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (ahlak).
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak.
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.
c. Menurut K. Bertens dalam bukunya “Etika” menyatakan
juga cendrung untuk membedakan tiga arti mengenai kata
etika itu dengan urutan terbalik dan dipertajam (K. Bertens,
Etika, 2001, hal 6)
1) Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Secara singkat arti ini bisa
dirumuskan sebagai “Sistim Nilai”.
2) Kumpulan asas atau nilai moral, asas dan norma moral.
Yang dimaksud disini adalah Kode Etik.
3) Etika adalah ilmu tentang apa yang baik atau yang
buruk. Etika baru menjadi ilmu, bilamana
kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-
2. Etika profesi
a. Etika profesi adalah nilai dan norma moral (yang berkaitan
dengan apa yang baik/buruk, yang benar/salah, yang patut
/tidak patut) yang dipakai sebagai pedoman/pegangan
mengatur tindakan etis anggota Profesi, dalam
melaksanakan apa yang menjadi tugas kewajiban Profesi
untuk mencapai tujuan Profesi. Berkaitan dengan itu perlu
dibahas tentang:
1) Apa yang dimaksud dengan moral.
2) Apa yang menjadi tugas/kewajiban dan wewenang
Profesi.
3) Apa yang dimaksud dengan nilai moral.
4) Apa yang dimaksud dengan norma moral
5) Apa yang dianggap tindakan yang baik.
6) Apa yang dianggap tindakan yang benar.
7) Apa yang menjadi tujuan Profesi.
6. Kepribadian Polri.
a. Kepribadian adalah organisasi dinamis dari masing-masing
sistim psikophisik yang menentukan penyesuaian unik
terhadap lingkungannya (Golden Allport). Dengan berbagai
8. Moral
Etimologi moral sama dengan etika adat istiadat/kebiasaan.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai
yang berkenaan dengan baik buruk.
a. Pada semua bangsa dan dalam segala zaman diketemukan
keinsafan tentang baik dan buruk, tentang yang harus
dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Akan tetapi, tidak
semua bangsa dan tidak semua zaman mempunyai
pengertian yang sama tentang baik dan buruk. Dengan
demikian moralitas merupakan fenomena manusiawi yang
universal.
b. Moralitas bukan saja merupakan suatu dimensi nyata dalam
hidup manusia, baik pada tahap perorangan, maupun pada
tahap sosial, kita harus mengatakan pula bahwa moralitas
hanya terdapat pada manusia dan tidak terdapat pada
mahluk lain. Moralitas merupakan ciri khas manusia yang
tidak dapat diketemukan pada mahluk dibawah tingkat
manusiawi. Pada tahap binatang tidak ada kesadaran
tentang baik dan buruk, tentang yang boleh dan yang
dilarang, tentang yang harus dilakukan dan tidak pantas
dilakukan
11. Nilai moral ciri-cirinya: (K. Bertens, Etika, 2001, hal 142 s/d
147).
a. Berkaitan dengan tanggung jawab. Nilai-nilai moral
mengakibatkan seseorang bersalah atau tidak bersalah,
karena ia bertanggung jawab. Karena itu dapat dikatakan
bahwa manusia sendiri menjadi sumber nilai moralnya.
Manusia sendiri membuat tingkah lakunya baik atau buruk
dari sudut moral. Hal ini tergantung kepada kebebasannya.
b. Berkaitan dengan hati nurani. Salah satu ciri khas nilai
moral adalah hanya nilai ini menimbulkan suara dari hati
nurani yang menuduh kita bila meremehkan atau
menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila
mewujudkan nilai-nilai moral.
c. Mewajibkan. Nilai moral mewajibkan kita secara absolut
dan tidak bisa ditawar-tawar. Nilai – nilai lain sepatutnya
diwujudkan atau seyogyanya diakui. Nilai-nilai moral ini
mewajibkan absolut karena nilai-nilai ini menyangkut
pribadi manusia sebagai keseluruhan, sebagai totaliter/
menyangkut manusia sebagai manusia. Karena itu
kewajiban moral tidak datang dari luar, tidak ditentukan
TINGKAT TAHAP
PERASAAN Keterangan
PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
Tingkat Tahap 0
Pramoral Perbedaan
0 – 6 tahun antara baik dan
buruk belum
didasarkan atas
kewibawaan
atau norma-
norma.
Tahap 4. Tahap 4.
Orang berpegang Orientasi hukum
pada ketertiban dan ketertiban.
moral dengan Perilaku yang
aturannya baik adalah
sendiri melakukan
kewajibannya,
menghormati
otoritas dan
mempertahan-
kan ketertiban
sosial yang
berlaku demi
ketertiban itu
sendiri.
21. Kronologis lahirnya Etika Profesi Polri, mulai lahirnya Tri Brata
s/d lahirnya Kode Etik Profesi Polri.
a. Tri Brata.
1) Digali sejak tahun 1952 oleh sekelompok guru besar
PTIK.
2) Tahun 1953, Tri Brata pada awalnya adalah pengikat
disiplin universiter pada PTIK.
3) Pada tanggal 3 Mei diikrarkan oleh Drs. Soeparno
Soeriaatmadja pada Wisuda Mahasiswa PTIK Angkatan
II Abimayu.
4) Pada tanggal 1 Juli 1955 Tri Brata diikrarkan menjadi
Pedoman hidup Polri, dimana pada saat itu juga
Presiden Soekarno menyerahkan Panji-panji Polri.
b. Pedoman lanjutan Tri Brata. Disahkan pada rapat Kepala
Polisi Komisariat seluruh Indonesia di Bandung, pada
tanggal 5 s/d 7 Mei 1958.
c. Catur Prasetya. Catur Prasetya adalah 4 sifat Gajah Mada
yang berasal dari tulisan Mpu Prapanca yang melukiskan
kebesaran Gajah Mada sebagai Maha Patih kerajaan
Majapahit dalam bukunya Negara Kertagama pada tahun
Proklamasi
Catatan:
- kata “utama” pada Brata Pertama tidak berarti bahwa
Polisi adalah abdi /birokrasi nomor satu tetapi “utama”
dimaksudkan bahwa polisi sebagai pos terdepan dari
Birokrasi dalam melayani masyarakat.
b. Dasar Pemikiran.
1) Setelah diadakan penelitian maka istilah Catur Prasetya
yang lahir dari amanat Presiden Soekarno tanggal 17
Juni 1956 adalah empat sifat Gajah mada yang berasal
dari tulisan Mpu Prapanca yang melukiskan kebesaran
Gajah Mada sebagai Maha Patih Majapahit dalam
bukunya Nagara Kertagama.
33. Hubungan Tri Brata, Catur Prasetya dengan Pemaknaan Baru Tri
Brata dan Pemaknaan Baru Catur Prasetya.
a. Dasar pemikiran di buat Pemaknaan Baru Tri Brata dan
Pemaknaan Baru Catur Prasetya agar makna-makna yang
terkandung dalam Tri Brata dan Catur Prasetya dapat
langsung dilaksanakan tanpa meninggalkan makna-makna
Tri Brata dan makna-makna Catur Prasetya yang sudah
dikenal selama ini .
b. Brata pertama dari Tri Brata, Rastra Sewakottama : Polisi
adalah Abdi Utama daripada Nusa dan Bangsa tercantum
pada Panji-Panji Polri dan Bhakti, Dharma, Waspada
tercantum pada Pataka PTIK.
*)Sumber: Slide Presentasi Kombes Pol Drs. H. Irianto, SH, MH pada tanggal 29 September 2016
kepada Mahasiswa STIK-PTIK Angkatan 69
*)Sumber: Slide Presentasi Kombes Pol Drs. H. Irianto, SH, MH pada tanggal 29 September 2016
kepada Mahasiswa STIK-PTIK Angkatan 69
19/2012
Anggota Polri yg dijatuhi kum-plin
TERKAIT lbh dari 3 (tiga) kali & dianggap tdk
GAR PSL 13 patut lagi dipertahankan statusnya
sbg anggt Polri, dpt diberhentikan
PP 2/2003
dgn hormat atau tdk dgn hormat
dari dinas Polri melalui siding KKEP
*)Sumber: Slide Presentasi Kombes Pol Drs. H. Irianto, SH, MH pada tanggal 29 September 2016
kepada Mahasiswa STIK-PTIK Angkatan 69
• LAP / DUMAS
• DIREKTIF PIMP
• HSL DIK PAMINAL
PELAKS AI/RIKSA
TATA CARA GP
PESERTA GP • BUAT UND GP
• BUAT RISALAH GP
• FUNGSI IT WAS
• FUNGSI SDM GELAR PERKARA • PAPARAN HSL AI
• TANGGAPAN
• FUNGSI PROPAM PSERTA GP
• FUNGSI TERKAIT • KESIMPULAN
• REKOMENDASI
*)Sumber: Slide Presentasi Kombes Pol Drs. H. Irianto, SH, MH pada tanggal 29 September 2016
kepada Mahasiswa STIK-PTIK Angkatan 69
*)Sumber: Slide Presentasi Kombes Pol Drs. H. Irianto, SH, MH pada tanggal 29 September 2016
kepada Mahasiswa STIK-PTIK Angkatan 69
KOMITMEN BERSAMA
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Sebagai Pelayan Prima
Yang anti KKN & Anti Kekerasan
2. Pertanggung jawaban.
Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap suatu kasus
penyimpangan. Yang bertanggung jawab atas terjadinya suatu
penyimpangan tentunya anggota Polri yang melakukan
pelanggaran /penyimpangan tersebut. Timbul pertanyaaan
apakah hanya pelanggar saja yang bertanggung jawab atas
pelanggaran yang terjadi? Apakah ada faktor-faktor lain yang
mempunyai korelasi sehingga penyimpangan itu terjadi? Karena
itu selanjutnya perlu diteliti dan dikaji lebih jauh apakah ada
perintah / kebijakan yang dikeluarkan yang berkorelasi /
berpengaruh sehingga timbulnya penyimpangan itu atau
masalah itu seperti perintah/ kebijakan yang dikeluarkan oleh :
Atasan langsung pelanggar, Perintah/ kebijakan Pimpinan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di daerah seperti
Kapolsek/Kapolres/Kapolda, perintah/kebijakan yang
dikeluarkan oleh Kapolri, Pelaksanaan dari tugas, fungsi dan
peran Kompolnas, Kebijakan Presiden yang menyangkut tentang
lingkup tugas Polri, Pelaksanaan tugas-tugas DPR dalam
pembuatan Undang-undang, pengawasan pelaksanaan Undang-
undang dan alokasi APBN menyangkut Polri.
a. Pelanggar, karena pelanggar yang membuat pelanggaran
itu, ia wajib bertanggung jawab atas tindakannya.
b. Atasan langsung dari Pelanggar, karena ia bertugas
berperan mengawasi dan membina secara langsung anggota
yang menjadi bawahannya.
3. Harapan masyarakat.
a. Pada hakekatnya harapan masyarakat terhadap Polri, agar
Polri mampu melaksanakan apa yang menjadi tugas
kewajiban Polri: menegakan hukum, menjaga kamtibmas
dan bertindak etis dalam melayani, melindungi serta
mengayomi masyarakat sehingga masayarakat merasa
tentram. Tuntutan masyarakat akan kinerja Polri tidak
statis tetapi senantiasa meningkat dari waktu ke waktu
sejalan dengan perjalanan waktu yang disertai peningkatan
kesadaran masyarakat akan hak-haknya, peningkatan
kesadaran masyarakat akan keadilan dan peningkatan
kesejahteraan serta peningkatan akan rasa aman yang
merupakan syarat mutlak guna dapat dilangsungkan
kegiatan kerja guna mewujudkan kemakmuran masyarakat.
b. Harapan masyarakat ini ditujukan kepada semua anggota
Polri utamanya para Pimpinan Polri. Sejalan dengan itu
maka harapan masyarakat ini bukan merupakan beban
tetapi dia merupakan tantangan yang senantiasa
memotivasi semangat pengabdian anggota Polri selaku abdi
utama daripada nusa dan bangsa untuk mewujudkan
harapan masyarakat tersebut. Sebagai contoh harapan
Proklamasi.
Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam
perjoeangan
Mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945,
dengan ini
menyatakan Poelisi sebagai Poelisi Repoeblik
Indonesia
2. Undang-undang Kepolisian.
Untuk menekankan pentingnya dan menerangkan persoalan-
persoalan khusus dalam etika kepolisian, maka International
Association of Chief of Police (IACP) menerima Undang-undang
Etika Kepolisian berikut bagi Penegak Hukum.
Pasal 1. Tanggungjawab utama.
Untuk melindungi nyawa dan harta milik dan menjaga
perdamaian diantara semua orang. Untuk menegakkan hukum
secara merata dan adil bagi semua orang.
TRI BRATA.
1. Tri Brata.
a. 3 Mei 1954 oleh Drs. Soeparno Soeriaatmadja diikrarkan
pada wisuda Mahasiswa PTIK Akt II Abimayu.
b. 1 Juli 1955 Tri Brata dijadikan Pedoman Hidup Polri.
2. Pemaknaan Baru Tri Brata
Keputusan Kapolri No.Pol: KEP/17/VI/2002 tanggal 24 Juni
2002.
Catur Prasetia.
1. Catur Prasetya.
1 Juli 1960 Catur Prasetya dijadikan Pedoman Karya Polri.
2. Pemaknaan Baru Catur Prasetya.
Keputusan Kapolri No. Pol. : KEP/39/IX/2004.
Peraturan Pemerintah.
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2003,
tanggal 1 Januari 2003, tentang Pemberhentian Anggota Polri.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003,
tanggal 1 Januari 2003, tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.