Anda di halaman 1dari 4

Siswa

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa kompetensi dasar menulis dan


menyajikan naskah sandiwara?
2. Naskah sandiwara apa saja yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa kompetensi
dasar menulis dan menyajikan naskah sandiwara?
3. Apakah adik tahu tentang naskah ketoprak? Jika iya, bagaimana tanggapan adik
mengenai ketoprak?
4. Apakah dalam pembelajaran bahasa Jawa kompetensi dasar menulis dan menyajikan
naskah sandiwara, guru pernah menggunakan naskah ketoprak sebagai contoh materi
ajar?
5. Menurut adik, apakah penggunaan naskah ketoprak ini penting dalam pembelajaran
bahasa Jawa kompetensi dasar menulis dan menyajikan naskah sandiwara?
6. Apakah adik setuju naskah ketoprak digunakan sebagai materi pembelajaran bahasa Jawa
kompetensi dasar menulis dan menyajikan naskah sandiwara?
7. Bagaimana tanggapan adik setelah membaca sinopsis naskah ketoprak Penjalin Pethuk
ini?
8. Menurut adik, apakah naskah ketoprak Penjalin Pethuk ini bisa digunakan sebagai
tambahan referensi materi ajar bahasa Jawa kompetensi dasar menulis dan menyajikan
naskah sandiwara?
Guru

1. Bagaimana pembelajaran bahasa Jawa kompetensi dasar menulis dan menyajikan naskah
sandiwara selama ini?
2. Apakah siswa sudah dikenalkan dengan naskah sandiwara Jawa?
3. Untuk pembelajaran bahasa Jawa kompetensi dasar menulis dan menyajikan naskah
sandiwara, pernah menggunakan naskah sandiwara apa saja? Apakah pernah
menggunakan naskah ketoprak?
4. Setelah membaca sinopsis naskah ketoprak Penjalin Pethuk, bagaimana tanggapan ibu
mengenai naskah tersebut?
5. Apakah naskah ketoprak, khususnya naskah ketoprak Penjalin Pethuk dapat digunakan
sebagai materi pembelajaran bahasa Jawa kompetensi dasar menulis dan menyajikan
naskah sandiwara?
6. Bagaimana pendapat ibu mengenai penggunaan naskah ketoprak, khususnya naskah
ketoprak Penjalin Pethuk sebagai materi pembelajaran bahasa Jawa kompetensi dasar
menulis dan menyajikan naskah sandiwara?
7. Apakah kelebihan dan kekurangan apabila menggunakan naskah ketoprak sebagai materi
pembelajaran?
Ahli Bahasa Jawa
1. Menurut ibu, bagaimana kondisi kesantunan berbahasa dalam masyarakat Jawa pada
saat ini?
Kondisi kesantunan berbahasa Jawa dalam masyarakat Jawa pada saat ini untuk
kalangan usia produktif berada pada skala yang mengkhawatirkan. Hal ini
dikarenakan di rumah anak lebih sering diajak berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia daripada bahasa Jawa, sehingga hal ini terbawa dalam pergaulan sehari-hari
anak. Penggunaan bahasa Jawa oleh anak usia produktif yang berada di skala
mengkhawatirkan ini ditunjukkan dengan penggunaan bahasa yang tidak
menunjukkan adanya budi bahasa, sehingga sering terjadi bullying dan body shaming
terhadap sesamanya karena mengacuhkan norma dalam berkomunikasi. Akan tetapi
untuk kalangan usia matang, kondisi kesantunan berbahasa Jawa dalam masyarakat
Jawa masih berada dalam skala aman. Hal ini karena dalam berkomunikasi,
masyarakat berusia matang masih memerhatikan tingkatan unggah-ungguh antar
sesamanya.
2. Bagaimana ciri-ciri kalimat/bahasa yang dianggap santun?
Kalimat dapat dikatakan santun manakala pilihan kata atau diksi tidak melanggar
norma (tidak mengandung SARA), kemudian konteks tuturan sesuai, dan kebutuhan
dalam peristiwa tutur juga terpenuhi.
3. Menurut ibu, seberapa penting kesantunan berbahasa dalam naskah sandiwara?
Untuk naskah sandiwara seperti halnya penguat citra sebuah teater, khususnya teater
tradisional karena jika teater nontradisional bahasanya sudah menggunakan bahasa
Indonesia, kalau tradisional masih menggunakan bahasa Jawa yang masih kental
dengan budaya kita, contohnya ketoprak, dalam ketoprak penggunaan bahasanya
sudah sesuai pakemnya. Dalam bagian lawakan di sandiwara pasti akan muncul
bahasa-bahasa yang dapat dikatakan kurang santun, apabila itu hanya digunakan
sekadar untuk gimmick (tidak mayoritas) itu tidak mengkhawatirkan, namun apabila
hampir dari awal adegan sampai akhir semuanya muncul (bahasa yang dikatakan
kurang santun) itu yang mengkhawatirkan. Apalagi naskah sandiwara ini akan
digunakan sebagai referensi materi ajar, maka harus dipilih betul-betul naskah yang
kemungkinan terhindar dari hal-hal seperti itu. Karena tuturan-tuturan yang keluar
dari tokoh secara tidak langsung akan menginspirasi penonton. Pengalaman pribadi
saya ketika mengajak anak saya menonton pertunjukkan teater tradisional, dia terpana
akan adegan dan kostum yang menurutnya bagus, serta ceritanya bagus walaupun dia
belum paham. Bahasa yang digunakan dalam pementasan itu dia serap dan lain waktu
digunakan, walau kadang bahasa yang digunakan itu tidak tepat. Ini yang
dikhawatirkan apabila mayoritas isi dialog menggunakan bahasa yang sedikit di luar
norma.
4. Menurut ibu, bagaimana bahasa yang seharusnya digunakan dalam naskah
sandiwara?
Menurut saya penggunaan bahasa seperti yang saya jelaskan sebelumnya itu sah-sah
saja, tidak mungkin penyajian dialog dilakukan secara datar, harus naik turun sesuai
alur ceritanya. Jadi itu sah-sah saja apabila menggunakan kata-kata yang mungkin
sedikit keluar dari jalur, keluar dari norma itu wajar, mungkin hal itu bertujuan untuk
mengeksplorasi tingkat emosi dari tokohnya. Hanya saja, cara meyampaikannya itu
lebih baik berpedoman pada norma, misal penyampaian pisuhan bisa diperhalus.
5. Berdasarkan kondisi saat ini, menurut ibu bagaimana kondisi pembelajaran bahasa
Jawa saat ini?
Dengan melihat outputnya, dapat dikategorikan kurang maksimal terserap oleh
peserta didik, saya merasa mereka belajar orientasinya hanya pada nilai, tercapainya
KKM. Tetapi aplikasi ilmu yang didapat dalam keseharian itu belum maksimal, jadi
misalnya kalau di sekolah mempelajari tentang unggah-ungguh, tetapi nanti ketika di
rumah sudah lain ceritanya, dengan orang tua sendiri mungkin kowa-kowe. Jadi
pembelajaran bahasa Jawa kurang maksimal terserap oleh peserta didik.
6. Menurut ibu, apakah materi ajar bahasa Jawa saat ini sudah baik?
Untuk materi ajar juga terkait dengan output tadi, materi ajar yang berpedoman pada
kurikulum seharusnya lebih ditekankan pada kebutuhan aplikatifnya. Jadi bisa
digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga orientasi siswa tidak hanya
teori saja, nanti hasilnya ke nilai saja. Tetapi perilaku siswa dalam kehidupan sehari-
hari harus diarahkan, pendidikan karakter harus diperdalam lagi. Walaupun hanya
dengan misalnya penambahan unggah-ungguh, selama ini unggah-ungguh hanya
dimasukkan ke dalam KD dan tidak muncul secara langsung, seharusnya unggah-
ungguh tidak hanya dijadikan pelengkap dalam materi ajar. Kalau seperti ini terus
nanti yang disalahkan guru bahasa Jawa karena dianggap tidak mengajari unggah-
ungguh secara mendalam. Menurut saya harus lebih aplikatif bagi siswa.
7. Apakah naskah ketoprak Penjalin Pethuk dapat digunakan sebagai solusi materi
pembelajaran bahasa Jawa dalam kompetensi dasar menulis dan menyajikan naskah
sandiwara?
Saya rasa naskah ini dapat digunakan sebagai alternative materi ajar karena masih
sesuai dengan norma, diksi masih mudah dipahami, konflik masih wajar, pisuhan
masih wajar dan ada yang sudah diperhalus dan tidak vulgar. Namun untuk
masukannya, di bidang teknis penulisannya agak merepotkan karena agak kurang
sesuai dengan penulisan naskah pada umumnya. Selain itu, naskah ini isinya masih
dalam pakem dan diksi tidak aneh.

Anda mungkin juga menyukai