Bola Voli
Bola Voli
Tingkat kebugaran jasmani seseorang tentu akan berkaitan dengan sistema kerja
tubuh atau lebih dikenal dengan ergosistema yaitu sekumpulan struktur anatomis yang
secara bersama-sama menjadi satu kesatuan fungsional (fisiologis) yang aktif pada waktu
bekerja atau berolahraga (Giriwijoyo, 2012:5). Lebih lanjut dikemukakan bahwa secara
fisiologis kemampuan fungsional jasmani terdiri dari kemampuan anaerobik dan
kemampuan aerobik. Kemampuan anaerobic terdiri dari kemampuan anaerobic alaktasid
dan kemampuan anaerobik laktasid. Kemampuan anaerobic alaktasid adalah kemampuan
untuk mewujudkan gerak ledak (gerak eksplosif) maksimal maupun sub-maksimal,
kemampuan anaerobic laktasid adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ketahanan
anaerobik (anaerobic endurance/stamina/daya tahan anaerobik), sedangkan kemampuan
aerobik adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ketahanan umum seperti misalnya
pada lari maksimal maupun sub-maksimal dengan durasi 8 menit atau lebih. (Giriwijoyo
2012:16).
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kebugaran jasmani terwujud melalui dua bagian
yang terpenuhi yaitu kesesuaian anatomik (anatomical fitness) dan kesesuaian fisiologik
(physiological fitness). Secara anatomis terdiri dari ergosistema I (ES I) dan ergosistema II
(ES II). Adapun ES I terdiri dari kerangka dengan persendian, otot dan saraf. Sementara itu
Anatomis Fisiologis
(Kualitas Struktural) (Kualitas Fungsi Dasar)
Fleksibilitas
Kelelahan menjadi salahsatu efek yang dihasilkan dari aktivitas jasmani sehingga
perlu diperhatikan karena tingkat kelelahan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan
kebugaran. Menurut Giriwijoyo (2012:54) penyebab-penyebab kelelahan, antara lain
sebagai berikut:
a. Sumber daya habis atau tidak dapat diperoleh
b. Tertimbunnya sampah olahdaya didalam tubuh
c. Terganggunya keseimbangan elektrolit/asam-basa didalam cairan tubuh
d. Terganggunya keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air didalam tubuh.
Salah satu cara mengetahui kelelahan seseorang dapat dilihat dari tanda-tanda
diantaranya raut wajah, adanya rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot, kaku pada sendi, rasa
nyeri di punggung atau di kepala yang tidak jelas lokasinya dan jumlah denyut nadi per
menit yang tinggi padahal belum melakukan aktivitas latihan.
Penghitungan denyut nadi merupakan suatu cara mengetahui tingkat intensitas latihan sebab
denyut nadi menggambarkan respon jantung tehadap beban kerja yang diberikan. Adapun
jenis denyut nadi yang perlu diketahui terkait aktivitas jasmani antara lain sebagai berikut:
a) Denyut nadi maksimal, yaitu perkiraan ukuran maksimal dari kemampuan jantung
dalam berdetak pada diri seseorang. Penghitugan jumlah denyut nadi ini disesuaikan
dengan kategori orang yang melakukan aktivitas tersebut seperti digambarkan tabel
berikut ini:
Denyut Denyut
Jantung Istirahat Jantung Maksimal
Orang Awam ≥ 60 x /menit 220 – usia
Orang Terlatih 51 s.d 59 x /menit 210 – usia
Sangat Terlatih ≤ 50 x /menit 200 – usia
Contoh: Terdapat dua orang (A dan B) memiliki umur 17 tahun dengan A berlatar belakang
seorang atlet dan B bukan atlet (awam), A memiliki denyut jantung istirahat 58x /menit dan
Sasaran: Vektoralis
Sasaran: Vektoralis
major,
major, deltoid,
abdominal,
posterior
quadriceps
Sasaran: Vektoralis
major,
abdominal,
quadriceps
4. Koordinasi
Koordinasi merupakan salahsatu komponen biomotor dasar yang mencerminkan
kemampuan melakukan gerakan dalam berbagai tingkat kesulitan dengan cepat, tepat dan
efisien. Artinya koordinasi juga merupakan upaya memadukan berbagai macam gerakan ke
dalam satu bentuk atau lebih pola gerak khusus untuk menghasilkan suatu ketrampilan
gerak. Bompa (1999:380) menyatakan bahwa koordinasi adalah suatu kemampuan biomotor
yang kompleks, terkait erat dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas.
Tingkat koordinasi mencerminkan kemampuan untuk melakukan pergerakan berbagai
tingkat kesulitan dengan cepat, dengan ketelitian dan efisiensi yang tinggi dan berdasarkan
tujuan-tujuan latihan secara khusus.
Didalam menghasilkan suatu gerakan koordinasi akan dilibatkan otot-otot,
persendian, dan sistem syaraf untuk mengontrol gerakan sehingga pergerakan yang terjadi
dalam ruang gerak sendi merupakan hasil dari otot yang berkontraksi setelah menerima
perintah dari sistem syaraf. Sukadiyanto (2011:150) mengemukakan beberapa prinsip-
prinsip dalam latihan koordinasi yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut:
a. Bentuk latihan koordinasi dalam waktu yang pendek dengan mengembangkan
ketrampilan gerak yang baru dan sama atau menyerupai dengan ketrampilan teknik
cabang olahraganya
b. Latihan melalui bentuk teknik yang spesifik dengan berbagai tingkat kesulitan dan
dalam berbagai situasi.
c. Latihan yang disusun dapat menarik dan meningkatkan motivasi dalam
mengadaptasi berbagai ketrampilan dengan cepat
d. Latihan koordinasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan
e. Latihan koordinasi harus mampu melibatkan berbagai jenis ketrampilan gerak pada
cabang olahraga lain.
Pembelajaran pendidikan jasmani memuat kajian materi teori dan praktek dengan
komposisi aktivitas gerak mendominasi dalam aktivitas pembelajaran. Materi kebugaran
jasmani dalam pembelajaran penjas bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen
terkait peningkatan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta mempraktikkan aktivitas
peningkatan kebugaran jasmani tersebut dalam bentuk latihan kebugaran jasmani.
Pembelajaran penjas tentu mengenal adanya modifikasi terkait media pembelajaran,
aturan pelaksanaan, ukuran atau bentuk lapangan, dan lainnya yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Modifikasi ini perlu dilakukan selain karakteristik siswa yang berbeda,
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran di masing-masing daerah
sepanjang wilayah Indonesia memiliki banyak keberagaman baik dari segi kualitas dan
kuantitas. Oleh karena itu guru penjas harus mampu memodifikasi untuk menjamin tetap
berlangsungnya pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.
Penerapan model-model pembelajaran yang bertujuan mendukung capaian
pembelajaran siswa disetiap materi mata pelajaran penjas, khususnya materi kebugaran
jasmani memberikan ruang bagi guru untuk mengembangkan kreativitas selain melalui
modifikasi media pembelajaran juga berbentuk variasi-variasi bentuk latihan terkait
kebugaran jasmani.
Pada prinsipnya di dalam melakukan pengembangan bentuk latihan kebugaran
jasmani yang akan digunakan pada pembelajaran penjas perlu memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
Dengan demikian bentuk variasi latihan kebugaran jasmani yang dihasilkan dapat
memperkaya pengetahuan dan ketrampilan guru dan siswa dalam pembinaan kondisi fisik
dimana pemeliharaan kebugaran jasmani merupakan salahsatu hal penting didalamnya serta
berpengaruh pada penampilan seseorang dalam beraktivitas sehari-hari. Variasi bentuk
latihan kebugaran jasmani dapat lebih dikembangkan dengan memuat beberapa unsur
kebugaran jasmani atau penambahan sedikit unsur kondisi fisik lainnya seperti kecepatan,
kelincahan, power didalam suatu bentuk latihan. Hal tersebut dinamakan kombinasi unsur
komponen kemampuan fisik dalam latihan kebugaran jasmani. Kombinasi beberapa
komponen tersebut dituangkan kedalam suatu bentuk latihan yang baru sehingga termasuk
pengembangan variasi latihan kebugaran jasmani. Kombinasi 2-3 komponen biomotorik
dalam suatu bentuk latihan dapat merangsang pengembangan komponen lainnya seperti
suatu bentuk latihan yang didalamnya terdapat unsur kekuatan dan kecepatan yang
dilakukan bersamaan maka akan menghasilkan daya ledak (power) sedangkan apabila
beberapa bentuk latihan disusun sedemikian rupa menggunakan suatu metode latihan untuk
mencapai suatu tujuan dapat juga dilakukan misalnya circuit training.
Kategori Putri
a. Lari cepat 50 meter usia 13-15 tahun dan 60 meter untuk usia 16-19 tahun
b. Gantung siku tekuk selama 60 detik
c. Baring duduk selama 60 detik
d. Loncat tegak (vertical jump)
e. Lari jauh 800 meter usia 13-15 tahun dan 1.000 meter untuk usia 16-19 tahun
Catatan:
peserta yang tidak dapat melakukan sikap diatas dinyatakan gagal dan hasilnya ditulis 0
(nol).
4. Baring Duduk
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut
b. Alat dan fasilitas
1) Lantai / lapangan rumput yang rata dan bersih
2) Stopwatch
3) Nomor dada, formulir tes dan alat tulis
c. Petugas tes
1) Pengamat waktu
2) Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil
d. Pelaksanaan
1) Sikap permulaan
a) Berbaring terlentang dilantai atau rumput, kemudian lutut ditekuk dengan
sudut ± 90 0, kedua tangan dengan jari-jarinya berselang selip diletakkan
dibelakang kepala.
b) Petugas / peserta lain memegang atau menekan kedua pergelangan kaki, agar
kaki tidak terangkat.
2) Gerakan
a) Pada aba-aba “Ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk, sehingga kedua
sikunya menyentuh kedua paha dan kemudian kembali ke sikap permulaan.
Gerakan ini dilakukan berulang-ulang selama 60 detik
b) Gerakan tidak dihitung jika tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak
terjalin.
e. Pencatatan hasil
5. Loncat Tegak
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur tenaga eksplosif
b. Alat dan fasilitas
1) Papan berskala centimeter, warna gelap, berukuran 30 x 150 cm dan dipasang
pada dinding atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada skala 150
cm
2) Serbuk kapur
3) Alat penghapus
4) Nomor dada, formulir tes dan alat tulis
c. Petugas tes
Pengamat dan pencatat hasil
d. Pelaksanaan
1) Sikap permulaan
a) Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk kapur atau
magnesium karbonat
b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala disamping kiri
atau kanannya. Kemudian tangan kanan dekat dinding diangkat ke atas
telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan
bekas raihan jarinya.
2) Gerakan
a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan
diayun ke belakang, kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil
menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas.
b) Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut turut.
e. Pencatatan hasil
1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak
2) Kegita selisih raihan dicatat.
Tabel 3. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Remaja Putra Usia 16-19 Tahun
Nilai Lari Gantung Baring Loncat Lari 1.200
60 meter Angkat Tubuh Duduk Tegak Meter
5 s.d – 7.2 “ 19 ke atas 41 keatas 73 keatas s.d – 3’14”
4 7.3” – 8.3” 14 – 18 30 – 40 60 – 72 3’15” – 4’25”
3 8.4” – 9.6” 9 – 13 21 – 29 50 – 59 4’26” – 5’12”
2 9.7” – 11.0” 5–8 10 – 20 39 – 49 5’13” – 6’33”
1 11.1” – dst 0-4 0-9 38 dst 6’34” - dst
Tabel 4. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Remaja Putri Usia13-15 Tahun
Nilai Lari 50 Gantung Baring Loncat Lari 800
meter Siku Tekuk Duduk Tegak Meter
5 s.d – 7.7 “ 41” ke atas 28 keatas 50 keatas s.d – 3’06”
4 7.8” – 8.7” 22” – 40” 19 - 27 39 – 49 3’07” – 3’55”
3 8.8” – 9.9” 10” – 21” 9 – 18 30 – 38 3’56” – 4’58”
2 10.0” – 11.9” 3” – 9” 3–8 21 – 29 4’59” – 6’40”
1 12.0” – dst 0” – 2” 0–2 0 - 20 6’41” - dst