Anda di halaman 1dari 14

Makalah Bladder Training

I
S
U
S
U
N
Oleh :
DIA AFRIZA

ENDANG SUDARNINGSIH

Dosen pembimbing : Ns. Zuheri M.KES

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUSSALAM LHOKSEUMAWE
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari sama-sama kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan kita sehat badan dan pikiran sehingga kita dapat menyelesaikan tugas
tentang “ MAKALAH BLADDER TRAINING”

Selawat beriring salam mari sama-sama kita sanjung sajikan kepangkuan Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahilliyah ke alam islamiah
yaitu dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Terima kasih kepada pembimbing tugas ini yaitu bapak NS. ZUHERI M.KES
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Jika ada kekurangan yang terdapat di
makalah ini, kami mohon maaf karena masih dalam proses belajar.

Lhokseumawe ,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................


A. Latar belakang ..........................................................................................
B. Rumusan masalah ....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................


A. Definisi ....................................................................................................
B. Tujuan .....................................................................................................
C. Indikasi dan kontraindikasi ......................................................................
D. Pengakajin ................................................................................................
E. Prosedur ....................................................................................................
F. Evaluasi ....................................................................................................
G. Penatalaksanaan ........................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketika memempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang dalam waktu


lama,latihan kandung kemih atau bladder training harus di mulai dahulu untuk
mengembangkan tonus kandung kemih dan dengan demikian mencegah retensi.Ketika
kateter terpasang, kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi. Karena itu, pada
akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonusnya (atonia). Apabila hal ini terjadi dan
kateter di lepas, otot detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat
mengeliminasi urinnya.

Salah satu usaha untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan memberikan
terapi bladder training. Bladder-retention training dilakukan dengan tujuan
meningkatkan ukuran fungsional kandung kemih dengan cara menyuruh pasien dalam
jumlah yang cukup banyak, kemudian pasien diminta menahan diri untuk berkemih
selama mungkin (Pillitteri, 1999).

Namun, sampai saat ini pengaruh bladder-retention training terhadap perubahan


kemampuan belum dapat dijelaskan. Tujuan penyajian referat ini adalah untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai bladder training dan cara penanganannya.
Pemahaman yang lebih baik akan membantu perawat dalam usaha menerapkan terapi
bladder training ini.Perawat pada awalnya mengkaji pola berkemih klien, informasi ini
memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu 2
minggu atau lebih untuk di pelajari. Walaupun program dapat mulai di laksanakan di
rumah sakit atau unit rhabilitasi. Program tersebut mungkin perlu di lanjutkan di suatu
fasilitas perawatan yang luas atau di rumah.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari Bladder Training?

2. Apa saja tujuan dari Bladder Training?

3. Indikasi dan kontraindikasi bladder training?

4. Apa sajakah persiapan alat yang di gunakan dalam bladder training?

5. Bagaimana prosedur kerja dari Bladder Training?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang berkaitan dengan Bladder Training,
Baik itu pengertian, fungsi/tujuan, dan langkah-langkah kerja dari masing-masing hal
tersebut.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik
(potter & perry, 2005). Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di
antara terapi nonfarmakologi.

Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan
pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda
berkemih), dan scheduled bathroom trips (jadwal berkemih) Suhariyanto (2008).
Latihan kegel (kegel exercises) merupakan aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu
program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh.
Latihan kegel dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih dan bermanfaat dalam
menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin. Latihan otot dasar panggul
dapat membantu memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra
dan secara refleks menghambat kontraksi kandung kemih. (Kane, 1996 dalam Nursalam
2006).

Bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan kencing (menunda


untuk berkemih). Pada pasien yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan
dengan mengklem aliran urin ke urin bag (Hariyati, 2000). Bladder training dilakukan
sebelum kateterisasi diberhentikan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan menjepit
kateter urin dengan klem kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam sekali.
Kateter di klem selama 20 menit dan kemudian dilepas. Tindakan menjepit kateter ini
memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi sedangkan
pelepasan klem memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya. (Smeltzer,
2001).
B. Tujuan

Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005). Terapi ini bertujuan memperpanjang
interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi
sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam
sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Latihan
ini dilakukan pada pasien anak pasca bedah yang di pasang kateter (Suharyanto, 2008).

Karon (2005) menyatakan tujuan dilakukan bladder training yaitu Membantu


anak mendapat pola berkemih yang rutin, Mengembangkan tonus otot kandung kemih,
Memperpanjang interval waktu berkemih, Meningkatkan kapasitas kandung kemih.

1. Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri.


2. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama.
3. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada
karena pemasangan kateter.
4. Klien dapat mengontrol berkemih
5. Klien dapat mengontrol buang air besar
6. Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
7. Menghindari isolasi sosial bagi klien

C. Indikasi dan kontraindikasi

Indikasi

1. Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.


2. Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter.
3. Klien yang mengalami inkontinensia urin
4. Klien post operasi.
5. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
6. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.
Kontraindikasi

Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal. karena akan terdapat batu
ginjal,yang di observasi hanya kencingnya. Jadi tidak boleh di bladder training

D. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan antara lain :

1. Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering
memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
2. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu
yang sama.
3. Kebutuhan klien akan bladder training
Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder trainning

E. Prosedur

1. Persiapan pasien

1.1 Sampaikan salam


1.2 Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

2. persiapan alat

2.1 Jam
2.2 Klem
2.3 Air minum dalam tempatnya
2.4 Obat deuritik jika diperlukan
3. Pelaksanaan

scheduled bathroom trips

1) Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3
jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam
hari.
2) Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal
untuk berkemih.
3) Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika
rangsangan berkemihnya tidak dapat di tahan.
4) Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang
telah ditentukan 2-3 jam sekali
5) 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan,
mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.

Kegel exercise

1) Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri


2) Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
3) Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan
otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
4) Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
5) Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
6) Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk)
kepada klien

Delay urination

1) Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul


2) Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali.
3) Praktikan setiap kali berkemih
4. Pasien dengan kateter

Masih dalam kateter

Prosedur 1 jam:

1) Cuci tangan.
2) Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam07.00 s.d. jam 19.00.
Setiap kali habis diberi minum,catheter di klem.
3) Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d. jam
20.00 dengan cara klem catheter dibuka.
4) Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien
boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
5) Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut
berjalan lancar dan berhasil

Prosedur 2 jam:

1) Cuci tangan.
2) Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam
19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem.
3) Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d jam
21.00 dengan cara klem catheter dibuka.
4) Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien
boleh minum tanpa ketentuan seperti padasiang hari.
5) Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampaiprogram tersebut
berjalan lancar dan berhasil.

Bebas kateter

Prosedur ini dilakukan setelah prosedur masih dengan kateter sudah dilakukan

1) Cuci tangan.
2) Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam
19.00, lalu kandung kemih dikosongkan.
3) Kemudian catheter dilepas.
4) Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK,
kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan
pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal.
5) Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak
boleh diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien
dari basahnya urine pada malam hari.
6) Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya
dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada
rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya
7) Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan
kandung kemih dengan menggunakan urinal.

F. Evaluasi

a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali

b. Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan :

1. Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal
misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam
2. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung
kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.
3. Menghindari minuman yang mengandung kafein.
4. Minum obat diuretic yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan
diuretic.

c. Sikap

1. Jaga privasi klien


2. Lakukan prosedur dengan teliti
G. Penatalaksanaan

1. Pengaturan diet dan menghidari makanan / minuman yang mempengaruhi pola


berkemih (seperti kafein, alkohol)

2. Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor
exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program kateterisasi
intermitten.

3. Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back

4. Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy. Selain
behavioral therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu perawatan dan pemanfaatan
berbagai alat bantu terapi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi
kandung kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal
neurogenik. Teknik ini dapat dilakukan oleh klien atau pasien yang susah buang air
kecil (BAK) sehingga pasien mudah untuk eliminasi sesuai dengan kebutuhan klien atau
pasien. Teknik ini dapat juga dijadikan sebagai solusi penumpukan penyakit yang ada di
kandung kemih.

B. SARAN

Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar penulis serta pembaca dapat
lebihmemahami dan mengerti mengenai Bladder training tersebut guna lebih
mematangkan pengetahuan dalam terjun langsung ke dalam dunia medis.
DAFTAR PUSTAKA

Anne Griffin Perry, A. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Volume 2.
Jakarta: EGC

Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC

Nanda. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika

Sinaga, FA. 2011. Bab II Tinjauan Pustaka. Available


at repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25132/4/Chapter%20II.pdf), diakses 31
Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai