Anda di halaman 1dari 9

NASKAH PUBLIKASI (MANUSCRIPT)

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DENGAN MENGGUNAKAN HAND


SANITIZER PADA SAAT PEMASANGAN INFUS DI RUANG FLMABOYAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIESAMARINDA

Description of Handwashing Nurse With The Use of Hand Sanitizer at The


Time of Infusion In a Flamboyan Room at RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

Shadhea Shely Mar’atu S**,


Alfi Ari F.R *

DISUSUN OLEH
SHADHEA SHELY MAR’ATU S
1411308210895

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA
2017
GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DENGAN MENGGUNAKAN HAND
SANITIZER PADA SAAT PEMASANGAN INFUS DI RUANG FLMABOYAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIESAMARINDA
Description of Handwashing Nurse With The Use of Hand Sanitizer at The
Time of Infusion In a Flamboyan Room at RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

Alfi Ari F.R *,


Shadhea Shely Mar’atu S**
*) Dosen Progam Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda
**) Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda

INTISARI
Latar Belakang: Perawat adalah tenaga medis yang selama 24 jam bersama dengan
pasien yang dirawat di rumah sakit. Peran perawat sangat besar dalam proses
penyembuhan pasien. Perawat dituntut mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang baik selama merawat pasien. Kepatuhan perawat dalam melaksanakan
prosedur tetap tindakan keperawatan, termasuk didalamnya prosedur mencuci tangan.
Mencuci tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan
tindakan keperawatan misalnya: memasang infus. Mencuci tangan merupakan proses
yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air. Cuci tangan juga bisa dilakukan dengan
menggunakan agen antiseptik. Agen antiseptik yang sering digunakan adalah
penggosok tangan handrub yang berbasis alkohol. Hand sanitizer adalah antiseptik
yang sering digunakan.
Tujuan Penelitian: Untuk mengidentifikasi gambaran cuci tangan perawat dengan
menggunakan hand sanitizer pada waktu pemasangan infus di ruang flamboyan RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif. Sampel pada
penelitian ini menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah sampel 15 responden,
dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi.
Hasil Penelitian: Cuci tangan perawat menggunakan hand sanitizer pada waktu
pemasangan infus diperoleh data observasi sebesar tidak cuci tangan 10 responden
(66,7%), cuci tangan tidak sesuai SPO 2 responden (13%), dan cuci tangan sesuai
SPO 3 responden (20%).
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa gambaran cuci tangan perawat
dengan menggunakan hand sanitizer pada waktu pemasangan infus di ruang
flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda adalah sebanyak 10 responden
(66,7%) tidak mencuci tangan.
Kata Kunci: Cuci tangan, perawat, hand sanitizer

2
ABSTRACT
Background: The nurse is a 24-hour medical assistant along with the hospitalized
patient. The role of nurses is very large in the process of healing the patient. Nurses are
required to have the knowledge, skills and good attitude during caring for the patien.
Compliance of nurses in carrying out a fixed procedure of nursing actions, including
hand washing procedure. Hand washing is a major requirement that must be met
before performing nursing actions such as: installing an IV. Hand washing is a process
that mechanically releases dirt and debris from the skin of the hands using ordinary
soap and water. Hand washing can also use an antiseptic agent. The antiseptic agent
which using is handscrub on alhocol base. Hand sanitizer is a frequently used
antiseptic.
The aim of the research: For identify description of handwashing nurse with using
hand sanitizer at the time of infusion In a flamboyan room at RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
Research methods: This type of research is descriptive quantitative. The sample in
this study using Accidental Sampling with a sample of 15 respondents, and collection
data techniques using with observation.

Research Result:The nurse wash hand using hand sanitizer at the time infusion
obtained data observation amount of not washing hands is 10 respodents(66,7%),
Handwashing is not appropriate SOP 2 respondents (13%), handwashing is appropriate
SOP 3 respondents (20%).

Conclusion: From the results of this study found that description of handwashing nurse
with using hand sanitizer at the time of infusion In a flamboyan room at RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda as much as 10 respondents (66,7%) is not wash hand.
Keywords: handwash, nurse, hand sanitizer

PENDAHULUAN dengan menggunakan sabun biasa


Perawat adalah tenaga medis dan air. Cuci tangan juga bisa
yang selama 24 jam bersama dengan dilakukan dengan menggunakan agen
pasien yang dirawat di rumah sakit. antiseptic atau antimikroba. Agen
Peran perawat sangat besar dalam antiseptic yang sering digunakan
proses penyembuhan pasien. Perawat adalah penggosok tangan (handrub) 4
dituntut mempunyai pengetahuan, antiseptic atau handrub yang berbasis
ketrampilan dan sikap yang baik alkohol. Penggunaan handrub
selama merawat pasien. Kepatuhan antiseptic untuk tangan yang bersih
perawat dalam melaksanakan lebih efektif membunuh flora residen
prosedur tetap tindakan keperawatan, dan flora transiden daripada mencuci
termasuk didalamnya prosedur tangan dengan sabun antiseptic atau
mencuci tangan (Costy P, 2013). sabun biasa dan air. (Depkes RI,
2009).
Cuci tangan adalah tindakan
paling utama dan menjadi satu-satunya Antiseptik merupakan bahan
cara mencegah serangan penyakit. kimia untuk mencegah multiplikasi
Mencuci tangan merupakan proses mikroorganisme pada permukaan
yang secara mekanik melepaskan tubuh, dengan cara membunuh
kotoran dan debris dari kulit tangan mikroorganisme tersebut atau

3
menghambat pertumbuhan dan pemasangan infus akan berkualitas
aktivitas metaboliknya (Myujis Adhika, apabila dalam pelaksanaannya selalu
2012). Hand sanitizer antiseptik yang mengacu pada standar yang telah
sering digunakan adalah alkohol. ditetapkan (Priharjo, 2008).
Alkohol telah digunakan secara luas Pemasangan infus berdasarkan
sebagai obat antiseptik kulit karena rekomendasi dari The Infusion Nursing
mempunyai efek menghambat Standars of Pacrtice dapat
pertumbuhan bakteri (Myujis Adhika, dpertahankan selama 72 jam setelah
2012). Tingkat kepatuhan perawat pemasangan sedangkan dari The
dalam melakukan cuci tangan di Center of Disease Control (CDC),
Amerika Serikat masih sekitar 50%, di menganjurkan bahwa infus harus
Australia masih sekitar 65%. Sama dipindahkan setiap 72-96jam
halnya dengan program cuci tangan (Alexander et al 2010 dalam Nurjanah
yang sejak tahun 2008 dicanangkan di 2011).
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Pemasangan infus digunakan
(RSCM) tetapi kepatuhan perawat untuk mengobati berbagai kondisi
hanya sekitar 60%. (Perdalin, 2010) penderita di semua lingkungan
dalam Saragih & Rumapea (2012). perawatan di rumah sakit dan
Pelaksanaan cuci tangan itu merupakan salah satu terapi utama.
sendiri belum mendapat perhatian Sebanyak 70% pasien yang dilakukan
yang serius di berbagai RS di rawat inap mendapatkan terapi cairan
Indonesia, kegagalan dalam infus (Hinlay, 2006).
pelaksanaan cuci tangan dipicu oleh Hasil observasi studi pendahuluan
keterbatasan fasilitas cuci tangan, yang telah dilakukan terhadap 10
seperti : wastafel, handuk kertas, perawat diruangan, didapatkan 6
pengering tangan dan cairan (60%) perawat yang tidak mencuci
antiseptik. Namun ketika sudah ada tangan dengan hand sanitizer dengan
fasilitas, kendala berikutnya adalah benar pada waktu pemasangan infus.
kurangnya kesadaran petugas Berdasarkan Uraian di atas,
kesehatan (perawat) untuk melakukan peneliti tertarik untuk melakukan
prosedur cuci tangan (Saragih & penelitian dengan judul Gambaran
Rumapea, 2012). Cuci Tangan Perawat Dengan
Mencuci tangan merupakan Menggunakan Hand Sanitizer Pada
syarat utama yang harus dipenuhi Waktu Pemasangan Infus Di Ruang
sebelum melakukan tindakan Flamboyan RSUD Abdul Wahab
keperawatan misalnya: memasang Sjahranie Samarinda.
infus, mengambil spesimen. Infeksi
yang di akibatkan dari pemberian
TUJUAN PENELITIAN
pelayanan kesehatan atau terjadi pada
fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi A. Tujuan Umum
ini berhubungan dengan prosedur Untuk mengidentifikasi
diagnostik atau terapeutik dan sering gambaran cuci tangan perawat
termasuk memanjangnya waktu tinggal dengan menggunakan hand
di rumah sakit (Perry & Potter, 2000). sanitizer pada waktu pemasangan
infus di ruang flamboyan RSUD
Pemasangan infus merupakan
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
prosedur invasif dan merupakan
B. Tujuan Khusus
tindakan yang sering dilakukan di
1. Mengidentifikasi karakteristik
rumah sakit. Namun, hal ini tinggi
resiko terjadinya infeksi yang akan responden yang meliputi usia,
menambah tingginya biaya perawatan jenis kelamin, pendidikan, dan
dan waktu perawatan. Tindakan lama kerja di ruang flamboyan

3
RSUD Abdul Wahab Sjahranie RSUD Abdul Wahab
Samarinda. Sjahranie tersedia 167 dokter,
2. Mengidentifikasi cuci tangan 136 lebih banyak daripada
menggunakan hand sanitizer rumah sakit tipikal di Kalimantan
pada waktu pemasangan infus Timur dan 141 lebih banyak
daripada rumah sakit tipikal di
Kalimantan. Dari 167 dokter di
METODOLOGI PENELITIAN
rumah sakit ini, 85 adalah
Penelitian ini merupakan jenis spesialis. Dibandingkan dengan
penelitian deskriptif kuantitatif. rata-rata rumah sakit di wilayah,
Deskriptif adalah penelitian yang ini: 69 lebih banyk daripada
menggambarkan fenomena yang rumah sakit tipikal di Kalimantan
ditemukan dan hasil penelitian Timur, 72 buah banyak daripada
disajikan apa adanya. Dan penelitian rumah sakit tipikal di Kalimantan.
dilakukan dengan tujuan untuk Tingkat layanan di kalkulas
membuat gambaran atau deskripsi dengan pertandingan jumlah
suatu keadaan secara objektif. Metode perawat dengan jumlah dokter,
ini digunakan untuk menjawab atau jumlah perawat dengan jumlah
memecahkan permasalahan yang tempat tidur inap, dan jumlah
sedang dihadapi pada situasi sekarang teknisi medis dengan jumlah
atau yang sedang terjadi. dokter. Dimana jumlah perawat
±670 orang. Tenaga medis 61
HASIL DAN PEMBAHASAN orang pegawai khusus bidan 86
PENELITIAN orang.
Dari 619 tempat tidur inap
A. Gambaran Tempat Penelitian
di rumah sakit ini, 315 termasuk
Rumah sakit ini awalnya
di kamar bedah kelas III. Rumah
didirikan pada 1933 di Emma
sakit ini tersedia tempat tidur di
Straat (sekarang Jalan Gurami),
semua kelas kamar, dari kelas 1
Samarinda. Dokter yang
sampai kelas VVIP, ICU, HCU,
memimpin adalah dr Gober,
IGD, ICCU, NICU, Ruang
seorang dokter berkebangsaan
Operasi, Ruang Isolasi, Kamar
Belanda. Saat itu, orang
Bersalin, Kamar Bayi.
Belanda menyebutnya
Setiap tahun, 264.139
Landschaap Hospital atau bisa
pasien menjenguk RSUD Abdul
diartikan dengan Rumah Sakit
Wahab Sjahranie. Dibanding
Kerajaan. Sebagian bangunan
rata-rata rumah sakit di wilayah
dan lahan landschaap hospital
ini 207,320 lebih banyak dari
sekarang adalah bangunan yang
rumah sakit tipikal di Kalimantan.
ditempati Rumah Sakit Islam
Visi & Misi RSUD Abdul
(RSI) Samarinda, meski bentuk
Wahab Sjahranie Samarinda
dan ukurannya tak lagi persis
adalah:
sama dengan bangunan awal
a. Visi
landschaap hospital didirikan.
Menjadi Rumah Sakit
Kapasitas layanan pasti berbeda
Bertaraf Internasional Pada
jika dibandingkan dengan RSUD
Tahun 2018
Abdul Wahab Sjahranie yang
b. Misi
ada sekarang. Selain faktor
Meningkatkan akses dan
modernisasi, faktor jumlah
kualitas pelayanan bertaraf
penduduk pun turut memberi
internasional mengembangkan
andil perubahan.
rumah sakit sebagai pusat

4
pendidikan dan peneltian di Berdasarkan tabel 4.3 diatas
bidang kedokteran dan didapatkan data dari 15 responden
kesehatan. sebagian besar responden DIII 12
responden (80%) dan S1 3
responden (20%).

B. Karakteristik Responden 4. Lama Kerja


1. Jenis Kelamin
Lama Kerja Frekuensi (%)
Jenis Frekuensi (%) <5 tahun 13 86,7
Kelamin >5 tahun 2 13

Perempuan 13 86,6 Jumlah 15 100

Laki-laki 2 13,3
Berdasarkan tabel 4.4 diatas
Jumlah 15 100
didapatkan data dari 15 responden
Berdasarkan tabel 4.1 diatas sebagian besar responden lama kerja
diperoleh bahwa dari 15 responden <5 tahun 12 responden (86,7%) dan
didapatkan data bahwa sebagian lama kerja >5 tahun 2 responden
besar responden perempuan yaitu 13 (13%).
(86,6%) dan responden laki-laki 2
(13,3%). C. Analisa Univariat
2. Umur 1. Data Observasi

Umur Frekuensi (%)


Cuci Tangan Persentase
≤30 tahun 13 86,6 Frekuensi
Perawat
>30 tahun 2 13,3
Tidak Cuci
Tangan 10 66,7%
Jumlah 15 100
Cuci Tangan
Berdasarkan tabel 4.2 diatas Tidak Sesuai 2 13%
diperoleh bahwa dari 15 responden SPO
didapatkan bahwa sebagian besar Cuci Tangan
responden umur responden ≤30 Sesuai SPO 3 20%
tahun yaitu sebanyak 13 (86,6%) dan 15% 100%
Total
responden umur >30 sebanyak 2
(13,3%). Dari tabel 4.5 menunjukkan
gambaran cuci tangan perawat
3. Pendidikan perawat dengan menggunakan hand
Pendidikan Frekuensi (%) sanitizer pada waktu pemasangan
infus diruang flamboyan RSUD Abdul
DIII 12 80 Wahab Sjahranie Samarinda
didapatkan data, tidak cuci tangan 10
S1 3 20
responden (66,7%), cuci tangan tidak
Jumlah 15 100 sesuai SPO 2 responden (13%), dan
cuci tangan sesuai SPO 3 responden
(20%).
Berdasarkan hasil observsi
cuci tangan perawat perawat dengan
menggunakan hand sanitizer pada

5
waktu pemasangan infus diruang Menurut Depkes (2003)
flamboyan RSUD Abdul Wahab dalam Wulandari Wahyu (2010), cuci
Sjahranie Samarinda adalah tidak tangan harus benar sebelum dan
cuci tangan 10 responden (66,7%). sesudah melakukan tindakan
Hasil penelitian ini sejalan perawatan meskipun menggunakan
dengan hasil penelitian (Sri sarung tangan dan alat pelindung lain
Purwantiningsih, 2015) yang berjudul untuk menghilangkan atau
Pengaruh Penggunaan Hand mengurangi mikroorganisme yang
Sanitizer terhadap Kepatuhan Cuci ada ditangan.
Tangan Perawat Pelaksana di Ruang Indikasi cuci tangan harus
Rawat Inap RSU Assalam Gemolong, dilakukan dengan memperhatikan 5
didapatkan hasil dari 36 perawat momen penting untuk mengurangi
dalam penelitian ini didapatkan hasil terjadinya infeksi nosokomial lebih
19 orang (52,8%) mempunyai tingkat luas. Lima momen mencuci tangan
kepatuhan tergolong tidak patuh yang ditetapkan oleh WHO (2012)
sedangkan sisanya sebanyak 17 adalah sebagai berikut:
orang (47,2%) kategori patuh dalam a. Sebelum bersentuhan dengan
mencuci tangan sebelum pasien
menggunakan hand sanitizer.
b. Sebelum melakukan prosedur
Namun hasil penelitian ini bersih/steril
bertolak belakang dengan hasil
penelitian (Nita Puspitasari,2012) c. Setelah bersentuhan dengan
yang berjudul Gambaran Cuci cairan tubuh pasien risiko tinggi
Tangan Perawat di Ruang RA, RB, d. Setelah bersentuhan dengan
ICU, CVCU, RSUP H. Adam Malik pasien
Medan didapatkan hasil dari 79 e. Setelah bersentuhan dengan
perawat untuk item tindakan cuci lingkungan sekitar pasien.
tangan ada 68 perawat (86,1%) cuci
tangan dengan kategori baik. Peneliti berpendapat
terhadap 10 responden yang tidak
Mencuci tangan dapat mencuci tangan karena waktu yang
dilakukan dengan tiga cara yaitu cara digunakan untuk cuci tangan dan
steril, cara disinfeksi, dan cara biasa. beban kerja. Selain itu kekurangan
Cara steril sering dilakukan di ruang dari peneliti tidak mengobservasi
operasi saat akan membantu dalam pada saat tahap pra interaksi. Peneliti
proses pembedahan, sedangkan cara hanya meneliti pada saat di ruang
biasa dan disinfeksi sering dilakukan pasien. Sehingga kemungkinan ada
dalam ruang perawatan. Di ruang faktor lain perawat tidak mencuci
perawatan mencuci tangan dengan tangan.
cara biasa yaitu dengan air mengalir
saja dipandang kurang efektif, karena
tidak dapat membunuh kuman yang KESIMPULAN DAN SARAN
menempel di tangan. A. Kesimpulan
Mencuci tangan di ruang Berdasarkan hasil penelitian
perawatan paling efektif dilakukan dapat dibuat kesimpulan sebagai
dengan menggunakan antiseptik berikut:
(disinfektan) karena antiseptik
mengandung triklosan sebagai zat
anti bakteri yang dapat membunuh
kuman.

6
1. Karakteristik responden
sebagian besar adalah usia DAFTAR PUSTAKA
kurang dari 30 tahun, yaitu Alexander, M, Corrigan, A,
sebanyak 13 orang (86,6%), Gorski, L, Hankins, J., & Perucca, R.
berjenis kelamin perempuan (2010). Infusion nursing society,
yaitu sebanyak 13 (86,6%), Infusion nursing: An evidence-based
berpendidikan DIII approach. Third Edition. St. Louis:
Keperawatan 12 responden Dauders Elevier
(80%) dan memiliki lama kerja
kurang dari 5 tahun 13 Costy P (2013). Simposium Ilmiah
responden (86,7%). Teknologi Mutakhir sebagai
Perlindungan dari Kuman dan
2. Cuci tangan perawat
Perannya dalam Mencegah Infeksi
menggunakan hand sanitizer
Nosokomial. Jakarta
pada waktu pemasangan infus
diperoleh data observasi Depkes RI. (2009). Cuci Tangan
sebesar tidak cuci tangan 10 Pakai Sabun Dapat Mencegah
responden (66,7%), cuci Berbagai Penyakit. Jakarta :
tangan tidak sesuai SPO 2 Departemen Kesehatan RI
responden (13%), dan cuci
tangan sesuai SPO 3 Hinlay. (2006). Terapi Intravena
pada Pasien di Rumah Sakit.
responden (20%).
Yogyakarta : Nuha Medika
B. Saran Notoatmodjo. (2005).
Berdasarkan hasil penelitian Metedeologi Penelitian Kesekatan.
dan pembahasan maka ada Jakarta : Rineka Cipta Edisi Revisi
beberapa saran yang perlu
disampaikan: Perry, A.G. & Potter, A.P. (2000).
1. Bagi Pelayanan Kesehatan Keterampilan dan Prosedur Dasar.
Agar dapat menambah informasi Jakarta : EGC
bagi perkembangan pengetahuan
khususnya bagi perawat yang Priharjo, R. (2008). Tehnik Dasar
bekerja dalam praktek Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta
keperawatan agar menunjukkan : EGC
perilaku yang positif dalam
pencegahan infeksi. Purwantiningsih, S. (2015).
Pengaruh Hand Sanitizer Terhadap
2. Bagi Pendidikan Keperawatan Kepatuhan Cuci Tangan Perawat
Agar dapat menambah wawasan Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU
pengembangan ilmu keperawatan ASSALAM GEMOLONG. Skripsi
tentang pencegahan infeksi dan
dapat mengembangkan pendidikan Saragih, R & Rumapea, N.
keperawatan dalam praktik (2012). Hubungan karakteristik perawat
pencegahan infeksi nasokomial dengan tingkat kepatuhan perawat
yang lebih baik lagi. melakukan cuci tangan di Rumah Sakit
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Columbia Asia Medan : Skripsi
Hal ini dapat dijadikan bahan untuk
penelitian selanjutnya dan dapat
menjadi bahan masukkan bagi
institusi pendidikan.

7
CDC. (2009, November 19).
Center for Disease Control and
Prevention.
http://www.cdc.gov.biomonitoring/pdf/Tr
iclosan_Factsheet.pdf

Anda mungkin juga menyukai