9700 - 9225 - 9225 - Tablet Lepas Terkendali Dipiridamol
9700 - 9225 - 9225 - Tablet Lepas Terkendali Dipiridamol
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi tablet lepas terkendali.
b. Untuk mengetahui formulasi ( bahan tambahan ) dalam lepas terkendali.
c. Untuk mengetahui cara pembuatan tablet lepas terkendali.
d. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada produksi,
distribusi, penyimpanan, dan penggunaan tablet lepas terkendali
Gambar 1: Kadar obat dalam plasma dan waktu profil yang menunjukkan
perbedaan antara orde nol, pelepasan terkontrol, slow release urutan
pertama berkelanjutan dan melepaskan dari tablet konvensional
Obat ini melibatkan pertimbangan sifat fisikokimia obat, sifat
farmakokinetik obat, cara pemberian, keadaan penyakit yang harus diobati dan
yang terpenting penempatan obat dan total sediaan yang akan memberikan hasil
yang diinginkan temporal dan spasial pengiriman berpola.
1. Difusi dikendalikan
Reservoir
Matrix
Reservoir dan monolitik
2. Pembubaran dikendalikan
Enkapsulasi
Matrix
3. Air penetrasi dikendalikan
Osmotik dikontrol
Pembengkakan dikendalikan
4. Kimiawi yang dikontrol
Erodible system
Obat kovalen dihubungkan dengan polimer
5. Hidrogel
Kimia dikendalikan
Pembengkakan dikendalikan
Difusi dikendalikan
Lingkungan responsif
6. Pertukaran ion resin
Kationik exchange
Anionik pertukaran
Difusi dikendalikan sistem
1. Reservoir Perangkat:
2. Matrix perangkat:
1. Golongan matriks yang terdiri dari penahan yang membentuk matriks tidak
larut atau matriks kerangka. Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen,
polivinil klorida, dan kopolimer akrilat yang digunakan sebagai dasar untuk
banyak formulasi di pasaran.
2. Golongan matriks yang memperlihatkan bahan-bahan yang tidak larut dalam
air yang secara potensial dapat terkikis. Golongan ini berupa malam, lemak
dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pembentukan matriks
membentuk matriks yang mengontrol pelepasan melalui difusi pori dan erosi.
3. Golongan pembentuk matriks menunjukkan bahan-bahan yang tidak dapat
dicernakan yang membentuk gel in-situ. Besarnya difusi atau erosi yang
mengontrol pelepasan tergantung pada polimer yang dipilih untuk formulasi,
dan juga pada perbandingan obat dan polimer (Nafsiah, 2009).
1. Dosis obat
Dosis total beberapa gram dapat diberikan secara oral sebagai dosis
tunggal danganda untuk memperoleh dan menjaga kadar darah obat.
Untuk obat dengan waktu paruhkurang dari 2 jam, akan membutuhkan
bahan aktif dosis besar, jadi sulit terlealisir, karenaberbagai alasan.
2. Protein mengikat
Obat mengikat protein plasma dengan pengaruh bersamaan pada durasi
kerjaobat.Karena protein darah untuk sebagian besar beredar dan tidak
dihilangkan, obatmengikat Protein dapat berfungsi sebagai depot untuk
obat menghasilkan profil pelepasanyang berkepanjangan, terutama jika
tingkat tinggi mengikat obat terjadi. Mengikat luasuntuk protein
plasma akan dibuktikan dengan waktu paruh panjang eliminasi untuk
obatdan obat-obatan seperti umumnya yang paling membutuhkan
bentuk sediaan pelepasanberkelanjutan. Pada umumnya obat dengan
waktu paruh 2-4 jam merupakan calon obat yangbagus untuk obat
lepas terkendali. Waktu paruh kurang dari 2 jam, dibutuhkan dosis
obatyang besar dan penurunan kecepatan absorpsi dari saluran cerna
halus dan kolon dapatmengurangi kecepatan input obat sampai berada
dibawah kadar darah yang cukup.
a. Penyalutan
Penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam
bentuk larutan. Penyalutan serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode
mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi adalah suatu proses di mana bahan-bahan
padat, cairan bahkan gas pun dapat dijadikan kapsul (ncapsulated) dengan ukuran
partikel mikroskopik, dengan membentuk salutan tipis wall dinding sekitar bahan
yang akan dijadikan kapsul.
b. Sistem matriks
Pencampuran dengan matriks adalah dengan mencampurkan bahan obat
yang akan dibuat sediaan pelepasan terkendali, digabungkan dengan bahan lemak
atau bahan selulosa, kemudian diproses menjadi granul yang dapat dimasukkan
dalam kapsul atau ditablet.
c. Pembentukan Kompleks
Bahan obat tertentu jika dikombinasi secara kimia dengan zat kimia
tertentu lainnya membentuk senyawa kompleks kimiawi, yang mungkin hanya
larut secara perlahan-lahan dalam cairan tubuh, hal ini tergantung pada pH
sekitarnya.
d. Sistem Membran Terkontrol
Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan
pelepasan obat dari bentuk sediaan. Berbeda dengan sistem matrik hidrofil,
polimer membran tidak bersifat mengembang (Nafsiah, 2009).
Matriks adalah zat pembawa padat yang di dalamnya obat tercampur
secara merata. Suatu matriks dapat dibentuk secara sederhana dengan mengempa
atau menyatukan obat dan bahan matriks bersama-sama. Umumnya, obat ada dala
m prosen yang lebih kecil agar matriks memberikan perlindungan yang lebih
besar terhadap air dan obat berdifusi keluar secara lambat (Marchaban,1995).
Pelepasan Obat dari Matriks. Disolusi adalah suatu proses zat padat masuk
ke dalam pelarut sehingga terlarut. Proses ini dikendalikan oleh afinitas zat padat
terhadap larutan. Kecepatan pe larutan atau laju pelarutan adalah kecepatan
melarutnya zat padat di da lam pelarut. Obat dalam bentuk serbuk yang
didispersikan secara merata dalam matriks diasumsikan melarut dalam matriks
dan berdifusi keluar dari permukaan matriks. Pada waktu obat dilepaskan jarak
tempuh obat untuk difusi keluar dari permukaan tablet semakin lama semakin
besar dan batas daerah penyusun dari matriks yang mengandung obat akan
bergeser ke arah sentral tablet (Marchaban,1995).
a) Dosis
Produk peroral lebih dari 500 mg sangat sulit untuk dijadikan sediaan
pelepasan terkendali sebab pada dosis yang besar akan dihasilkan volume sediaan
yang terlalu besar yang tidak bisa diterima sebagai produk oral.
b) Kelarutan Obat
dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak
cocok untuk sedian pelepasan terkendali. Batas terendah untuk kelarutan pada
sediaan pelepasan terkendali adalah 0,1 mg/ml.
Obat yang mudah larut dalam air kemungkinan tidak mampu menembus
membran biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi. Sebaliknya obat
yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga obat tidak mencapai
sasaran.
c) Stabilitas obat
Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi
disepanjang saluran cerna tidak dapat diformulasi menjadi sediaan pelepasan
terkendali.
d) Ukuran partikel
Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan
kemungkinan sulit dibuat sediaan pelepasan terkendali (Nafsiah, 2009).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses produksi berdasarkan
sifat biologis yang berpengaruh dalam sediaan pelepasan terkendali antara
lain:
a) Absorbsi
Obat yang lambat absorbsinya sulit untuk dibuat sediaan pelepasan
terkendali. Batas terendah harga konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral
adalah sekitar 0,25/jam.
b) Volume distribusi
Volume distribusi obat yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kecepatan
eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk dibuat sediaan pelepasan
terkendali.
c) Indeks terapetik
Indeks terapetik obat yang kecil memerlukan kontrol yang teliti terhadap
kadar obat yang dilepaskan obat dalam darah, karena itu sediaan pelepasan
terkendali dapat berperan dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam
indeks terapetiknya.
d) Durasi
Obat dengan waktu paro yang panjang dan dosis yang besar tidak cocok
untuk dijadikan sediaan pelepasan terkendali. Waktu paro yang panjang dengan
sendirinya akan mempertahankan kadar obat pada indeks terapetiknya sehingga
tidak perlu dibuat sediaan pelepasan terkendali (Nafsiah, 2009).
2) Distribusi
Angkutan bahan-bahan yang terus-menerus keluar dan masuk gedung
menyebabakan daerah ini paling besar kemungkinannya terganggu oleh serangga
dan binatang penggerat. Hal ini menimbulkan kesulitan terutama pada daerah
tropis dan bila sedang menjalankan pekerjaan dimalam hari. Tirai tirai udara
dipakai untuk mencegah serannga terbang masuk kedalam gedung, tetapi
efektivitasnya agak terbatas.
Bila dibuat suatu dok didalamnya maka harus cukup luas agar truk
gendengan dan traktor dapat diparkir didalam gedung. Untuk menutup kawasan
dok dapat dipakai pintu yang menutup dari atas. Tiap bagian yang terbuka pada
panggung yang menggangkut muatan dimana truk berjalan mundur kedinding luar
harus dilengkapi dengan alat penerima yang dapat dimamfaatkan, yang secara
efektif menutup truk yang terbuka dengan pintu masuk kebangunan
(Lachman,1994).
Hanya obat jadi saja yang memenuhi syarat saja disimpan pada kawasan
pengangkutan. Obat-obat yang menunggu persetujuan dari pihak pengawasan
mutu harus disimpan pada daerah karantina, jika hal ini tidak mungkian maka
dipaki sistem yang secara jelas menunjukan obat jadi yang mendapat persetujuan
dan terdapat dalam gedung.
Alkohol dan pelarut lain yang mudah terbakar harus disimpan pada
ruangan yang tahan ledakan yang dilengkapi dengan fasilitas khusus terhadap
bahaya api. Jika mengani obat narkotika dan obat berbahaya lainnya, harus
dipakai ruangan yang memenuhi Undang Undang Pengaturan Obat untuk
menyimpan jadi maupun bahan dalam proses. Disarankan agar mempunyai tanda
alaram yang dihubungkan langsung dengan kantor polisi terdekat.
3) Penyimpanan
Pengemasan dan penyimpanan sediaan tablet lepas terkendali. Tablet
sangat baik disimpan dalam yang tertutup rapat ditempat dengan kelembapan
nisbi yang rendah, serta terlindung dari temperature tinggi. Tablet khusus yang
cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai pegering dalam kemasannya.
Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam wadah yang dapat menahan
masuknya tablet yang disimpan secara tepat dapat stabil dlam beberapa tahun,
denga sedikit kekecualian (Ansel,1989).
4) Penggunaan
Tidak semua obat dikonsumsi setelah makan, beberapa obat malah
sebaiknya dikonsumsi sebelum makan atau dalam perut kosong. Selama ini
kebiasaan yang telah turun temurun diberikan ini perlahan-lahan harus dikikis dan
dibentuk kebiasaan baru yang memberikan efek pengobatan optimum untuk
kesembuhan anda. Beberapa pasien saya di apotek mungkin bosan dengan ucapan
saya yang berkali-kali dan berulang-ulang mengingatkan agar mengkonsumsi
antasida 1 jam sebelum makan dan dikunyah, namun hal tersebut perlu
dilakukakan karena saya sangat berharap anda juga bisa mensosialisasikan
pengetahuan pengobatan kepada lingkungan keluarga anda. Jika anda mendapat
obat setelah memeriksakan diri ke dokter, pastikan anda bertanya dahulu
bagaimana cara mengkonsumsi obat . Hal tersebut harus dilaksanakan mengingat
saat ini dengan berkembangnya teknologi banyak jenis obat baru yang
memerlukan penanganan khusus sebelum dikonsumsi. Hal utama yang harus anda
lakukan dalam mengkonsumsi tablet : Minumlah tablet dengan segelas air putih,
dan hindari mengkonsumsi obat dengan meminum alkohol karena akan
mengganggu metabolisme tubuh.
3. Uji Keamanan/Toksisitas
Untuk menguji apakah ada bahan-bahan lain yang toksik dalam
tablet
4. Uji Mikrobiologi
Terutama dilakukan pada tablet yang mengandung bahan-bahan yang
mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Sering kali tablet bersalut
lebih banyak dikontaminasi oleh bakteri disbandingkan oleh tablet
tidak bersalut karena kelembaban internal tablet salut merupakan
kondisi yang cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Lingkungan produksi yang kurang bersih juga merupakan likungan
yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu beberapa
industri memberikan persyaratan kemurnian yaitu batas angka
mikroba.
5. Uji Friabilitas Tablet
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman.Friabilitas diukur dengan friabilator (gambar terlampir).
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah
tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada
proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25
putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi
ada 100 putaran.Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari debunya
kemudian ditimbang dengan seksama. Untuk tablet dengan
bobot < 650 mg, timbang sejumlah tablet hingga beratnya
mendekati 6,5 g. Untuk tablet dengan bobot > 650 mg, timbang
tablet sebanyak 10 buah. Masukan seluruh tablet yang telah
ditimbang ke dalam friabilator. Jalankan alat selama 4 menit.
Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan
timbang dengan seksama. Hitung persentase bobot yang hilang
selamapengujian. Untuk tablet yang baik (dipersyaratkan di
Industri), bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 %.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika
dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau
terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang
terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali.
Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan.(USP & NF 1994).
6. Penyimpanan Tablet
Tablet harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan
terlindung dari cahaya, lembab, gesekan dan guncangan mekanik.
Kondisi penyimpanan khusus harus dicantumkan dalam etiket.
Tablet harus cukup bertahan selama proses penanganan, misal pada
saat pengemasan dan transportasi, tanpa harus kehilangan
intregitasnya.
Untuk tablet efervesen, harus disimpan pada wadah yang tertutup
sangat rapat atau kemasan yang kedap terhadap lembab dan
mungkin perlu ditambahkan zat adsorbent seperti silika gel.
Kondisi khusus penyimpanan dan pengemasan direkomendasikan
pada monograpi masing-masing .
(The International Pharmacopoeia 3rd ed Vol.4 hal 28)
7. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan
tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus
dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin
lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila
pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam
masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara
khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara
pengujian untuk sediaan lepas lambat
BAB III
PRAFORMULASI
Kepadatan 1.347g/cm3
Titik lebur 165-166℃
Titik didih 731.323°C at 760 mmHg
3.2 Avicel PH 102 (Pengisi)
Pemerian : bagian lactose terdepolimeriasasi bentuk putih bersih
serbuk kristal tidak berasa
Kelarutan : sukar larut di 5%, larutam sodium hidroksida praktis
tidak larut dalam air, larutan asam, dan banyak pelarut organic
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Pengisi tablet (konsentrasi 20-90% b/b); penghancur
tablet (konsentrasi 5-15% b/b); adsorben (20-90%). Dapat digunakan untuk
metode kempa langsung maupun granulasi basah.
Stabilitas : Avicel stabil, meskipun higroskopis. Harus disimpan
dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat
3.3 Mg Stearat
Pemakaian : Digunakan di dalam formulasi farmasetika sebagai
lubrikan dengan konsentrasi antara 0,25-5%.
Pemerian : serbuk hablur, putih licin dan mudah melekat pada kulit,
bau lemah khas
Khasiat : Antasidum, zat tambaha
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol, etanol 95%, eter, dan air. Sedikit
larut dalam benzen hangat dan etanol 95% hangat.
Stabilitas dan Penyimpanan : Stabil dan disimpan di wadah yang kering dan
tertutup baik
OTT : Asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari pencampuran
dengan bahan oksidator kuat.
3.5 Ac-di-sol
Natrium Kroskarmelosa digunakan dalam sediaan oral sebagai penghancur
untuk kapsul, granul, dan tablet. Di dalam formulasi tablet, natrium kroskarmelosa
dapat digunakan baik di dalam proses kempa langsung maupun granulasi basah.
Jika digunakan pada granulasi basah maka Ac-Di-sol ditambahkan pada tahap
proses basah dan kering (intra- dan ekstragranuler).
Ac-Di-Sol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk
digunakan sebagai disintegran dalam konsentrasi rendah (Lachman Industri, 703)
Penimbangan Bahan
Nama Bahan Unit 1 tablet (500mg) Unit 100 Batch (50g)
Dipiridamol 50 mg 5g
HPMC K4M 150 mg 15g
Avicel PH 102 185 mg 18,5g
Ac-di-sol 100 mg 10g
Mg Stearat 5 mg 0,5g
Talkum 10 mg 1g
4.3 Alat dan Bahan
1. Pembuatan Larutan Pengikat : Tuang air kedalam wadah gelas, sambil diaduk
suspensikan kedalamnya bahan pengikat. Tambahkan air mendidih (950C )
teruskan pengadukan hingga diperoleh cairan yang jernih.
2. Granulasi : ayak zat aktif bahan penghancur dan pengisi sebelum dicampur
menggunakan ayakan mesh 30. Tuang zat aktif, bahan pengisi dan penghancur
kedalam wadah baskom. Aduk homogen selama 5 menit. Tambahkan larutan
pengikat ( suhu 60 0C / hangat ), aduk hingga menjadi massa yang kompak. Bila
perlu dapat ditambahkan air hangat.
3. Granulasi massa basah ini dengan ayakan mesh 8 atau mesh 12 hingga terbentuk
granul yang baik. Keringkan granulat didalam lemari pengering yang telah dialasi
kain batis pada suhu 40-50 0C semalaman. ( kadar air granul < 5% )
4. Pencampuran Akhir : ayak granulat yang telah kering dengan ayakan mesh 12
atau mesh 16. Masukan granul kedalam kantong plastik. Tambahkan kedalamnya
bahan penghancur, glidan dan anti adheren yang telah diayak dengan mesh 30.
Kocok kantung plastic selama 5 menit.
5. Evaluasi Granul
a) Uji aliran granul : timbang 20-30 g massa, lewatkan kedalam corong. Catat waktu
seluruh massa melewati corong.
b) Uji pemampatan granul : timbang 20-30 g massa, masukan kedalam gelas ukur.
Ketukan sebanyak 20 kali. Hitung tinggi awal dan akhir massa dalam gelas ukur.
Lakukan 2x.
Perhitungan : Tinggi akhir X 100 %
Tinggi awal
c) Hasil akhir granul (yield) : timbang seluruh massa granul yang telah dibuat.
Perhitungan : Berat akhir granul X 100%
Berat teoritis granul
6. Pencetakan tablet : Cetak granul ke dalam mesin tablet sesuai spesifikasi yang
telah ditentukan.