Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini perkembangan obat semakin maju dan berkembang pesat. Untuk
mengatasi masalah-masalah kepatuhan pasien yang sering sekali mejadi
penghalang efek terapi dari suatu obat, maka saat ini terus dikembangkan obat
lepas terkendali yang dapat memperpanjang efek terapi, menjaga konsentrasi obat
dalam tubuh dan meningkatkan efisiensi dari efek terapi suatu obat.Namun
demikian ada kemungkinan terjadi kegagalan dimana obat yang dosisnya
seharusnya terkendali justru lepas keseluruhan menyebabkan overdosis.Maka dari
itu teknologi ini terus dikembangkan, para ilmuan terus melakukan penelitian
tentang teknologi pembuatan dan eksipien-eksipien yang cocok untuk obat lepas
terkendali untuk mengurangi resiko-resiko terjadinya kesalahan dan untuk
meningkatkan efisiensi obat ini.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya tablet dapat digolongkan
sebagi tablet kempa dan tablet cetak. Tablet kempa dibuat dengan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul dengan menggunakan cetakan baja, sedangkan tablet
cetak dibuat dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
kedalam lubang cetakan.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena
memiliki beberapa keuntungan antara lain: ketepatan dosis, mudah cara
pemakaiannya, stabil dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan dari segi
ekonomi relatif murah dibanding dengan bentuk sediaan obat lainnya.
Tablet ini juga merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi
dan disukai oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya adalah : ketepatan dosis, mudah cara pakainya, relatif stabil dalam
penyimpanannya dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen serta
harganya realtif murah.
Komposisi utama dari tablet adalah bahan berkhasiat yang dapat dicetak
langsung menjadi tablet atau ditambah bahan tambahan lain. Bahan tambahan
yang umum digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan pengisi, bahan
penghancur, bahan pengikat, bahan pelicin dan bahan tambahan lain seperti bahan
pewarna dan pemberi rasa.
Tujuan utama dari sediaan pelepasan terkendali atau terkontrol adalah
untuk mempertahankan kadar terapeutik obat dalam darah atau jaringan selama
waktu yang diperpanjang. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar
obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi tablet lepas terkendali.
b. Untuk mengetahui formulasi ( bahan tambahan ) dalam lepas terkendali.
c. Untuk mengetahui cara pembuatan tablet lepas terkendali.
d. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada produksi,
distribusi, penyimpanan, dan penggunaan tablet lepas terkendali

1.3 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan tablet lepas terkendali?
b. Jelaskan formulasi tablet lepas terkendali?
c. Jelaskan cara pembuatan tablet lepas terkendali?
d. Apa – apa saja yang perlu diperhatikan pada produksi, distribusi,
penyimpanan, dan penggunaan tablet lepas terkendali?
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sediaan Lepas Terkendali (Controlled Release)


Sediaan padat lepas terkendali (controlled release) adalah sediaan berupa
tablet atau kapsul yang bersalut atau tidak bersalut yang mengandung bahan
tambahan tertentu atau disediakan melalui proses tetentu dengan cara terpisah atau
bersamaan yang pelepasan terkendali bertujuan untukmengendalikan konsentrasi
pelepasan bahan obat untuk memperpanjang secara teratur dan mengefisienkan
efek obat.

2.2 Prinsip Sediaan Lepas Terkendali (Controlled Release)


Secara umum, tujuan dari dosis lepas terkendali ini adalah untuk
mempertahankan tingkat terapeutik darah atau jaringan obat untuk periode yang
diperpanjang, ini biasanya dilakukan dengan mencoba untuk mendapatkan orde
nol rilis atau pelepasan dari bentuk sediaan, orde nol rilis merupakan pelepasan
obat dari bentuk sediaan.

Gambar 1: Kadar obat dalam plasma dan waktu profil yang menunjukkan
perbedaan antara orde nol, pelepasan terkontrol, slow release urutan
pertama berkelanjutan dan melepaskan dari tablet konvensional
Obat ini melibatkan pertimbangan sifat fisikokimia obat, sifat
farmakokinetik obat, cara pemberian, keadaan penyakit yang harus diobati dan
yang terpenting penempatan obat dan total sediaan yang akan memberikan hasil
yang diinginkan temporal dan spasial pengiriman berpola.

Sistem penghantaran obat lepas terkendali (controlled release):

1. Difusi dikendalikan
 Reservoir
 Matrix
 Reservoir dan monolitik
2. Pembubaran dikendalikan
 Enkapsulasi
 Matrix
3. Air penetrasi dikendalikan
 Osmotik dikontrol
 Pembengkakan dikendalikan
4. Kimiawi yang dikontrol
 Erodible system
 Obat kovalen dihubungkan dengan polimer
5. Hidrogel
 Kimia dikendalikan
 Pembengkakan dikendalikan
 Difusi dikendalikan
 Lingkungan responsif
6. Pertukaran ion resin
 Kationik exchange
 Anionik pertukaran
Difusi dikendalikan sistem

Mekanisme dasar pelepasan obat dari kedua sistem secara


fundamental berbeda selain sistem sederhana, kombinasi dari reservoir dan
sistem monolitik.Difusi sistem dicirikan oleh laju pelepasan obat
tergantung pada difusi melalui membran penghalang air lembam larut.

Pada dasarnya ada dua jenis perangkat difusi.

1. Reservoir Perangkat:

Perangkat Reservoir adalah mereka di mana inti obat dikelilingi


oleh membrane polimer.Sifat membran menentukan laju pelepasan obat
dari sistem.Obat berada dalam membran yang melapisi. Prinsipnya pada
perbedaan konsentrasi yang melintasi membrane sehingga obat akan
terpompa keluar membran. Sebuah wilayah yang efektif memiliki konstan
difusi, panjang jalan difusi, perbedaan konsentrasi, dan koefisien difusi
yang diperlukan untuk memperoleh laju pelepasan yang konstan.Reservoir
diffusional obat dapat dirilis orde nol, kinetika yang dapat dikontrol
dengan mengubah karakteristik polimer untuk memenuhi obat tertentu dan
kondisi terapi.

2. Matrix perangkat:

Sebuah perangkat matriks, seperti namanya, terdiri dari obat


tersebar merata di seluruh polimer. Matrix difusi sistem sebelum rilis
(waktu = 0) & setelah pelepasan obatparsial (waktu = t)

Dalam model obat dalam lapisan luar terkena solusi dilarutkan


keluar pertama dan menyebar dari matriks. Proses ini berlanjut dengan
antarmuka antara solusi dan obat padat bergerak dikendalikan, laju
disolusi partikel obat dalam matriks harus memiliki tingkat difusi obat
terlarut yang cepat meninggalkan matriks.
Air Penetrasi Sistem Terkendali

Dalam sistem penetrasi air pengiriman terkendali, pengendalian


laju diperoleh oleh penetrasi air ke dalam sistem.Dua jenis umum sistem
ini meliputi, pembengkakan sistem pelepasan terkontrol dan sistem
pengiriman osmotik dikontrol.

Pembengkakan Sistem Terkendali

Pembengkakan sistem pelepasan terkontrol yang awalnya kering


dan ketika ditempatkan di tubuh menyerap air atau cairan tubuh lainnya
dan membengkak.Pembengkakan meningkatkan konten pelarut air dalam
perumusan serta ukuran mesh polimer, memungkinkan obat untuk
menyebar melalui jaringan membengkak ke lingkungan eksternal.
Sebagian besar bahan yang digunakan dalam sistem pelepasan terkontrol
pembengkakan itu akan membengkak tanpa melarutkan, saat terkena air
atau cairan biologis lainnya. Hidrogel dapat menyerap banyak cairan dan
pada kesetimbangan, biasanya terdiri dari cairan 60-90% dan hanya 10-
30% polimer Dalam kasus polimer hyfrogel mengandung terdispersi larut
dalam air agen, koefisien difusi agen dalam hidrogel dehidrasi sangat 10%
namun peningkatan yang signifikan dan tercatat sebagai air gel imbibes.
Pelepasan zat aktif dari sistem adalah fungsi dari tingkat penyerapan air
dari dan sekitarnya obat akan terdifusi.

2.3 Metode Formulasi Sediaan Pelepasan terkendali

Tiga golongan bahan penahan yang digunakan untuk memformulasi tablet


pelepasan terkendali :

1. Golongan matriks yang terdiri dari penahan yang membentuk matriks tidak
larut atau matriks kerangka. Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen,
polivinil klorida, dan kopolimer akrilat yang digunakan sebagai dasar untuk
banyak formulasi di pasaran.
2. Golongan matriks yang memperlihatkan bahan-bahan yang tidak larut dalam
air yang secara potensial dapat terkikis. Golongan ini berupa malam, lemak
dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pembentukan matriks
membentuk matriks yang mengontrol pelepasan melalui difusi pori dan erosi.
3. Golongan pembentuk matriks menunjukkan bahan-bahan yang tidak dapat
dicernakan yang membentuk gel in-situ. Besarnya difusi atau erosi yang
mengontrol pelepasan tergantung pada polimer yang dipilih untuk formulasi,
dan juga pada perbandingan obat dan polimer (Nafsiah, 2009).

2.4 Beberapa Karateristik Obat Lepas Terkendali

Berikut beberapa karakteristik yang harus diperhatikan untuk pembuatan


obat lepas terkendali yang baik:

1. Dosis obat
Dosis total beberapa gram dapat diberikan secara oral sebagai dosis
tunggal danganda untuk memperoleh dan menjaga kadar darah obat.
Untuk obat dengan waktu paruhkurang dari 2 jam, akan membutuhkan
bahan aktif dosis besar, jadi sulit terlealisir, karenaberbagai alasan.
2. Protein mengikat
Obat mengikat protein plasma dengan pengaruh bersamaan pada durasi
kerjaobat.Karena protein darah untuk sebagian besar beredar dan tidak
dihilangkan, obatmengikat Protein dapat berfungsi sebagai depot untuk
obat menghasilkan profil pelepasanyang berkepanjangan, terutama jika
tingkat tinggi mengikat obat terjadi. Mengikat luasuntuk protein
plasma akan dibuktikan dengan waktu paruh panjang eliminasi untuk
obatdan obat-obatan seperti umumnya yang paling membutuhkan
bentuk sediaan pelepasanberkelanjutan. Pada umumnya obat dengan
waktu paruh 2-4 jam merupakan calon obat yangbagus untuk obat
lepas terkendali. Waktu paruh kurang dari 2 jam, dibutuhkan dosis
obatyang besar dan penurunan kecepatan absorpsi dari saluran cerna
halus dan kolon dapatmengurangi kecepatan input obat sampai berada
dibawah kadar darah yang cukup.

3. Molekuler ukuran dan difusivitas


Kemampuan obat untuk berdifusi melalui membran disebut nya
difusivitas &koefisien difusi adalah fungsi dari ukuran molekul (atau
berat molekul).Obat berat molekul tinggi atau obat-obatan polimer
harus diharapkan untuk menampilkan kinetika pelepasan sangat lambat
dalam perangkat rilis berkelanjutan menggunakan difusi melalui
membran polimer.
4. Obat Stabilitas
Obat oral dapat terkena hidrolisis asam basa dan degradasi enzimatik.
Degradasiakan dilanjutkan pada tingkat penurunan untuk obat dalam
keadaan padat, untuk obatyang tidak stabil dalam perut, sistem yang
memperpanjang pengiriman di saluranpencernaan. Senyawa yang tidak
stabil dalam usus kecil dapat menununjukkanpenurunan
bioavailabilitas bila diberikan bentuk dosis berkepanjanagan. Hal ini
karenaobat yang lebih diserap dalam usus halus dan mengalami
degradasi Kebanyakan formulasiyang didasrkan pada control obat dari
sediaan merupakan pembatasan kecepatan, umumnyakecepatan
menurun pada saat sediaan bergerak menjauhi jejunum. Selama
kecepatan absorpsimasih berada diatas kecepatan pelepasan, perubahan
ini tidak terlalu mempengaruhi kadarplasma.
5. Kelarutan air
Absorbsi untuk yg sukar larut sering dibatasi oleh kecepatan disolusi.
Obat seperti initidak memerlukan control kecepatan disolusi, dan
bukan obat yang baik untuk obat lepasterkendali. Untuk mengatasi
perubahan pH dan viskositas pada saluran cerna, digunakansystem
pompa osmotic, sehingga disolusi (pelepasan) tidak tergantung pada
pH dan viskositas.
6. Stabilitas menghadapi rentang pKa, besar enzim dan flora saluran
cerna
Hubungan antara pKa senyawa dan lingkungan serap.Obat sebelum
diabsorpsiharus berhadapan dengan lingkungan luminal saluran cerna.
Stabilitas obat dalam salurancerna penting untuk menjamin input obat
secara sempurna dan reprodusibilitas kadar obatdalam tubuh. Obat
harus stabil pada rentang pH 1-8.Dalam beberapa hal perlu
diperkirakanterjadinya absorpsi kolonik, perlu dipertimbangkan efek
metabolism populasi bakteri kolon.
7. Metabolisme lintas pertama
Metabolism hepatic dapat menyebabkan obat tidak sesuai untuk obat
lepas terkendali.Hal ini karena kertesediaan jika kecepatan masukan
rendah.Metabolism lintas pertama yaituobat secara ekstensif
dimetabolisme secara hepatic atau dihati.
8. Koefisien partisi
9. Koefisien partisi secara umum didefinisikan sebagai fraksi obat dalam
faseminyak dengan suatu fasa air yang berdekatan. Senyawa dengan
koefisien partisi tinggiakan sangat mengalami kesulitan dalam
menembus membran sehingga bioavailabilitas rendah.

2.5 Cara pembuatan tablet pelepasan terkandali

Berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja sediaan pelepasan


terkendali yang dijumpai antara lain:

a. Penyalutan
Penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam
bentuk larutan. Penyalutan serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode
mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi adalah suatu proses di mana bahan-bahan
padat, cairan bahkan gas pun dapat dijadikan kapsul (ncapsulated) dengan ukuran
partikel mikroskopik, dengan membentuk salutan tipis wall dinding sekitar bahan
yang akan dijadikan kapsul.
b. Sistem matriks
Pencampuran dengan matriks adalah dengan mencampurkan bahan obat
yang akan dibuat sediaan pelepasan terkendali, digabungkan dengan bahan lemak
atau bahan selulosa, kemudian diproses menjadi granul yang dapat dimasukkan
dalam kapsul atau ditablet.

c. Pembentukan Kompleks
Bahan obat tertentu jika dikombinasi secara kimia dengan zat kimia
tertentu lainnya membentuk senyawa kompleks kimiawi, yang mungkin hanya
larut secara perlahan-lahan dalam cairan tubuh, hal ini tergantung pada pH
sekitarnya.
d. Sistem Membran Terkontrol
Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan
pelepasan obat dari bentuk sediaan. Berbeda dengan sistem matrik hidrofil,
polimer membran tidak bersifat mengembang (Nafsiah, 2009).
Matriks adalah zat pembawa padat yang di dalamnya obat tercampur
secara merata. Suatu matriks dapat dibentuk secara sederhana dengan mengempa
atau menyatukan obat dan bahan matriks bersama-sama. Umumnya, obat ada dala
m prosen yang lebih kecil agar matriks memberikan perlindungan yang lebih
besar terhadap air dan obat berdifusi keluar secara lambat (Marchaban,1995).

Pelepasan Obat dari Matriks. Disolusi adalah suatu proses zat padat masuk
ke dalam pelarut sehingga terlarut. Proses ini dikendalikan oleh afinitas zat padat
terhadap larutan. Kecepatan pe larutan atau laju pelarutan adalah kecepatan
melarutnya zat padat di da lam pelarut. Obat dalam bentuk serbuk yang
didispersikan secara merata dalam matriks diasumsikan melarut dalam matriks
dan berdifusi keluar dari permukaan matriks. Pada waktu obat dilepaskan jarak
tempuh obat untuk difusi keluar dari permukaan tablet semakin lama semakin
besar dan batas daerah penyusun dari matriks yang mengandung obat akan
bergeser ke arah sentral tablet (Marchaban,1995).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses produksi, distribusi,


penyimpanan, dan penggunaan sediaan tablet lepas terkendali.
1) Produksi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses produksi berdasarkan sifat
fisikokimia yang berpengaruh pada sediaan pelepasan terkendali adalah :

a) Dosis
Produk peroral lebih dari 500 mg sangat sulit untuk dijadikan sediaan
pelepasan terkendali sebab pada dosis yang besar akan dihasilkan volume sediaan
yang terlalu besar yang tidak bisa diterima sebagai produk oral.
b) Kelarutan Obat
dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak
cocok untuk sedian pelepasan terkendali. Batas terendah untuk kelarutan pada
sediaan pelepasan terkendali adalah 0,1 mg/ml.
Obat yang mudah larut dalam air kemungkinan tidak mampu menembus
membran biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi. Sebaliknya obat
yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga obat tidak mencapai
sasaran.
c) Stabilitas obat
Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi
disepanjang saluran cerna tidak dapat diformulasi menjadi sediaan pelepasan
terkendali.
d) Ukuran partikel
Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan
kemungkinan sulit dibuat sediaan pelepasan terkendali (Nafsiah, 2009).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses produksi berdasarkan
sifat biologis yang berpengaruh dalam sediaan pelepasan terkendali antara
lain:

a) Absorbsi
Obat yang lambat absorbsinya sulit untuk dibuat sediaan pelepasan
terkendali. Batas terendah harga konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral
adalah sekitar 0,25/jam.
b) Volume distribusi
Volume distribusi obat yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kecepatan
eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk dibuat sediaan pelepasan
terkendali.

c) Indeks terapetik
Indeks terapetik obat yang kecil memerlukan kontrol yang teliti terhadap
kadar obat yang dilepaskan obat dalam darah, karena itu sediaan pelepasan
terkendali dapat berperan dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam
indeks terapetiknya.
d) Durasi
Obat dengan waktu paro yang panjang dan dosis yang besar tidak cocok
untuk dijadikan sediaan pelepasan terkendali. Waktu paro yang panjang dengan
sendirinya akan mempertahankan kadar obat pada indeks terapetiknya sehingga
tidak perlu dibuat sediaan pelepasan terkendali (Nafsiah, 2009).
2) Distribusi
Angkutan bahan-bahan yang terus-menerus keluar dan masuk gedung
menyebabakan daerah ini paling besar kemungkinannya terganggu oleh serangga
dan binatang penggerat. Hal ini menimbulkan kesulitan terutama pada daerah
tropis dan bila sedang menjalankan pekerjaan dimalam hari. Tirai tirai udara
dipakai untuk mencegah serannga terbang masuk kedalam gedung, tetapi
efektivitasnya agak terbatas.

Bila dibuat suatu dok didalamnya maka harus cukup luas agar truk
gendengan dan traktor dapat diparkir didalam gedung. Untuk menutup kawasan
dok dapat dipakai pintu yang menutup dari atas. Tiap bagian yang terbuka pada
panggung yang menggangkut muatan dimana truk berjalan mundur kedinding luar
harus dilengkapi dengan alat penerima yang dapat dimamfaatkan, yang secara
efektif menutup truk yang terbuka dengan pintu masuk kebangunan
(Lachman,1994).
Hanya obat jadi saja yang memenuhi syarat saja disimpan pada kawasan
pengangkutan. Obat-obat yang menunggu persetujuan dari pihak pengawasan
mutu harus disimpan pada daerah karantina, jika hal ini tidak mungkian maka
dipaki sistem yang secara jelas menunjukan obat jadi yang mendapat persetujuan
dan terdapat dalam gedung.

Alkohol dan pelarut lain yang mudah terbakar harus disimpan pada
ruangan yang tahan ledakan yang dilengkapi dengan fasilitas khusus terhadap
bahaya api. Jika mengani obat narkotika dan obat berbahaya lainnya, harus
dipakai ruangan yang memenuhi Undang Undang Pengaturan Obat untuk
menyimpan jadi maupun bahan dalam proses. Disarankan agar mempunyai tanda
alaram yang dihubungkan langsung dengan kantor polisi terdekat.

Harus tersedia suatu pengawasan yang terletak lansung dengan dok


penenrima, dimana terdapat fasilitas untuk pemeriksaan bahan bahan yang masuk.
Ini dapat dipakai oleh pada bagian pengawasan mutu untuk pengawasan statistik
dan pengambilan sampel bahan baku serta perlengkapan akhir. Tempat ini harus
diberi penerangan tidak kurang dari 150 kaki kandela. Pusat pengawasan ini juga
harus dilengkapi dengan bak pencuci dan fasilitas lain untuk pencucian peralatan
pemeriksaan dan tersedia untuk ruang penyimpanan smapel simpanan untuk
pengawasan mutu maupun kartu produksi yang permanen (Lachman,1994).

3) Penyimpanan
Pengemasan dan penyimpanan sediaan tablet lepas terkendali. Tablet
sangat baik disimpan dalam yang tertutup rapat ditempat dengan kelembapan
nisbi yang rendah, serta terlindung dari temperature tinggi. Tablet khusus yang
cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai pegering dalam kemasannya.
Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam wadah yang dapat menahan
masuknya tablet yang disimpan secara tepat dapat stabil dlam beberapa tahun,
denga sedikit kekecualian (Ansel,1989).

Dalam kebanyakan hal penyaluran obat, ahli farmasi diharapkan


menggunakan jenis wadah yang sama yang telah dipersiapkan dalam produk-
produk hasil pabrik, dan pasien dinasehati supaya pada wadah yang diterimanya.
Kondisi-kondisi penyimpanan yang tepat sebagaimana diperlukan oleh beberapa
obat tertentu harus dijaga oleh alih farmasi dan pasien serta memperhatikan
tanggal kedaluwarsanya.
Ahli farmasi juga harus mengetahui bahwa kekerasan tablet tertentu
mungkin berubah karena umurnya, biasanya mengurangi daya hancur dan larut
dari produk tablet tersebut. Bertambah kerasnya tablet sering disebabkan oleh
meningkatnya daya rekat dari bahan pengikatt dan komponen formulasi lainnya
dalam tablet. Contoh tablet yang bertambah keras karena umur, telah
dikemukakan pada obat termasuk aluinium hidroksida, natrium salisilat dan fenil
butazon.
Beberapa tablet yang mengandung bahan obat yang mudah menguap
seperti notrogliserin dapat mengalami pindahnya obat diantara tablet dalam wadah
sehingga menimbulkan kurang atanya tablet-tablet tersebut. Tambahan lagi,
bahan pengemasnya seperti kapas atau rayon bila tersentuh tablet nitrogliserin
dapat mengabsorbsi nitrogliserin dengan jumlah yang bebrbeda-beda yang
mendukung berkurangnya kekuatan tablet (Ansel,1989).

4) Penggunaan
Tidak semua obat dikonsumsi setelah makan, beberapa obat malah
sebaiknya dikonsumsi sebelum makan atau dalam perut kosong. Selama ini
kebiasaan yang telah turun temurun diberikan ini perlahan-lahan harus dikikis dan
dibentuk kebiasaan baru yang memberikan efek pengobatan optimum untuk
kesembuhan anda. Beberapa pasien saya di apotek mungkin bosan dengan ucapan
saya yang berkali-kali dan berulang-ulang mengingatkan agar mengkonsumsi
antasida 1 jam sebelum makan dan dikunyah, namun hal tersebut perlu
dilakukakan karena saya sangat berharap anda juga bisa mensosialisasikan
pengetahuan pengobatan kepada lingkungan keluarga anda. Jika anda mendapat
obat setelah memeriksakan diri ke dokter, pastikan anda bertanya dahulu
bagaimana cara mengkonsumsi obat . Hal tersebut harus dilaksanakan mengingat
saat ini dengan berkembangnya teknologi banyak jenis obat baru yang
memerlukan penanganan khusus sebelum dikonsumsi. Hal utama yang harus anda
lakukan dalam mengkonsumsi tablet : Minumlah tablet dengan segelas air putih,
dan hindari mengkonsumsi obat dengan meminum alkohol karena akan
mengganggu metabolisme tubuh.

Beberapa sediaan pelepasan terkendali biasanya ditandai dengan nama


tambahan -SR, -OD,-OROS dll, Jika anda mengkonsumsi tablet jenis ini maka
anda harus menelan tablet dalam keadaan utuh, jangan sekali-kali menggigit atau
mengunyah tablet ini yang akan menyebabkan formulasi sediaan ini menjadi
rusak. Tablet ini bekerja biasanya selama kurang lebih 8-10 jam dengan dilepas
perlahan-lahan. Jika anda memecahnya maka anda harus minum lebih banyak
obat.karena formula pelepasan terkendalinya jadi berkurang dibawah 6 jam
(Nafsiah, 2009).

2.6 Keuntungan dan Kerugian Obat Lepas Terkendali

Sediaan dengan tipe controled release merupakan sediaan yang umumnya


digunakan

sekarang ini karena dapat memberikan keuntungan sebagai berikut:

1. Dapat mengatur pelepasan obat sesuai kehendak


2. Dapat melespaskan obat dengan sempurna secara bertahap
3. Meningkatkan absorbsi obat dibandingkan dengan sediaan yang
instant released

Namun produksi sediaan controled release masih terbatas karena masih


memiliki keterbatasan sebagai berikut:

1. Membutuhkan biaya yang produksi yang lebih besar


2. Kemungkinan tercemarnya dengan polutan dari lingkungan
3. Kemungkinan bisa terjadi keracunan
4. Membutuhkan tenaga ahli dalam pembuatannya

2.7 Evaluasi Tablet (Produk Akhir)


1. Visual /Organoleptik
a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan
tablet lebih jelas terlihat
b. Bau
c. Rasa
2. Sifat fisika kimia
a. Keseragaman ukuran
 Keseragaman tebal
 Keseragaman diameter
b. Kekerasan
c. Friabilitas
d. Keragaman sediaan
e. Keragaman bobot
f. Keseragaman kandungan
g. Waktu hancur
h. Disolusi
i. Uji kadar zat aktif

3. Uji Keamanan/Toksisitas
Untuk menguji apakah ada bahan-bahan lain yang toksik dalam
tablet

4. Uji Mikrobiologi
Terutama dilakukan pada tablet yang mengandung bahan-bahan yang
mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Sering kali tablet bersalut
lebih banyak dikontaminasi oleh bakteri disbandingkan oleh tablet
tidak bersalut karena kelembaban internal tablet salut merupakan
kondisi yang cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Lingkungan produksi yang kurang bersih juga merupakan likungan
yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu beberapa
industri memberikan persyaratan kemurnian yaitu batas angka
mikroba.
5. Uji Friabilitas Tablet
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman.Friabilitas diukur dengan friabilator (gambar terlampir).
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah
tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada
proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25
putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi
ada 100 putaran.Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari debunya
kemudian ditimbang dengan seksama. Untuk tablet dengan
bobot < 650 mg, timbang sejumlah tablet hingga beratnya
mendekati 6,5 g. Untuk tablet dengan bobot > 650 mg, timbang
tablet sebanyak 10 buah. Masukan seluruh tablet yang telah
ditimbang ke dalam friabilator. Jalankan alat selama 4 menit.
Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan
timbang dengan seksama. Hitung persentase bobot yang hilang
selamapengujian. Untuk tablet yang baik (dipersyaratkan di
Industri), bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 %.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika
dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau
terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang
terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali.
Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan.(USP & NF 1994).

6. Penyimpanan Tablet
Tablet harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan
terlindung dari cahaya, lembab, gesekan dan guncangan mekanik.
Kondisi penyimpanan khusus harus dicantumkan dalam etiket.
Tablet harus cukup bertahan selama proses penanganan, misal pada
saat pengemasan dan transportasi, tanpa harus kehilangan
intregitasnya.
Untuk tablet efervesen, harus disimpan pada wadah yang tertutup
sangat rapat atau kemasan yang kedap terhadap lembab dan
mungkin perlu ditambahkan zat adsorbent seperti silika gel.
Kondisi khusus penyimpanan dan pengemasan direkomendasikan
pada monograpi masing-masing .
(The International Pharmacopoeia 3rd ed Vol.4 hal 28)

7. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan
tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus
dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin
lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila
pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam
masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara
khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara
pengujian untuk sediaan lepas lambat
BAB III

PRAFORMULASI

3.1 Dipiridamol (Zat Aktif)

Nama produk Dipyridamole


Sinonim 2,2,2,2-(4,8-dipiperidinopyrimido(5,4-d)pyrimidine-2,6-
diyl)dinitrilotetraethanol; Dipyridamole (FDA); 1,1',1'',1'''-{[4,8-
di(piperidin-1-yl)pyrimido[5,4-d]pyrimidine-2,6-
diyl]dinitrilo}tetraethanol; Dypyridamole
MF C24H40N8O4
Berat Molekul 504.6256
Pemerian Serbuk hablur, kuning, bentuk jarum
Kelarutan Sangat mudah larut dalam metanol, dalam etanol dan dalam
kloroform, sukar larut dalam air, sangat sukar larut dalam air,
sangat sukar larut dalam aseton dan dalam etil asetat.
Persyaratan Dipiridamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 102,0% C24H40N8O4, dihitunh terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Struktur
Molekul

Kepadatan 1.347g/cm3
Titik lebur 165-166℃
Titik didih 731.323°C at 760 mmHg
3.2 Avicel PH 102 (Pengisi)
Pemerian : bagian lactose terdepolimeriasasi bentuk putih bersih
serbuk kristal tidak berasa
Kelarutan : sukar larut di 5%, larutam sodium hidroksida praktis
tidak larut dalam air, larutan asam, dan banyak pelarut organic
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Pengisi tablet (konsentrasi 20-90% b/b); penghancur
tablet (konsentrasi 5-15% b/b); adsorben (20-90%). Dapat digunakan untuk
metode kempa langsung maupun granulasi basah.
Stabilitas : Avicel stabil, meskipun higroskopis. Harus disimpan
dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat

3.3 Mg Stearat
Pemakaian : Digunakan di dalam formulasi farmasetika sebagai
lubrikan dengan konsentrasi antara 0,25-5%.
Pemerian : serbuk hablur, putih licin dan mudah melekat pada kulit,
bau lemah khas
Khasiat : Antasidum, zat tambaha
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol, etanol 95%, eter, dan air. Sedikit
larut dalam benzen hangat dan etanol 95% hangat.
Stabilitas dan Penyimpanan : Stabil dan disimpan di wadah yang kering dan
tertutup baik
OTT : Asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari pencampuran
dengan bahan oksidator kuat.

3.4 Talkum ( FI. III. 591 )

Pemerian : serbuk hablur, sangat halus, mudah melekat, bebas dari


butiran warna putih, atau putih kelabu.
Deskripsi :Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih
atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Penggunaan : Anticaking agent; tablet and capsule diluents dengan
konsentrasi 5-30 %; tablet and capsule lubricant; glidant dengan konsentrasi 1-10
%.
Kelarutan : tidak larut, hamper semua pelarut
Stabilitas :Merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan
pemanasan pada suhu 160° C selama tidak kurang dari 1 jam. Dapat juga
disterilkan dengan penyinaran menggunakan ethylene oxide atau gamma
irradiation. Disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang dingin dan
kering.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa ammonium kuartener
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan

3.5 Hidroksi Propil Metil Selulosa ( HPMC)

Sinonim : Cellulose, Hidroksipropil metil eter, Methocel, Metil


selulosa propilen eter, Metil hidroksipropil selullosa, Metolose
Pemerian : serbuk putih tidak berbau dan tidak memiliki rasa, larut
dalam air.
Kelarutan : larut dalam air dingin, praktis tidak larut dala kloroform,
etanol, dan eter, tetapi tidak larut dalam campuran etanol dan diklorometan, dalam
campuran metanol dan diklorometan, dan campuran air dan alkohol
Stabilitas : Stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik
ditempat sejuk dan kering.
OTT : inkompatibel dengan agen pengoksidasi, jika non ionic
maka tidak akan membentuk kompleks dengan garam metalik, atau ion organik
menjadi endapan yang tidak larut. Tidak boleh dicampur dengan bahan yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin garam-garam alkaloid.
Fungsi : penyalut tablet, pengikat tablet, stabilizing tablet, agen
peningkat viskositas
Sifat fisika kimia HPMC ditentukan oleh kandungan gugus metoksi,
hidroksipropil dan berat molekulnya. Sifat pengembangan ( swelling ) dan
kelarutan HPMC tergantung pada berat molekul, derajat substitusi cross-linking.
HPMC mempunyai sifat larut dalam air sehingga mengahsilkan larutan yang
jernih dan dapat menghasilkan tablet yang cukup keras. Dapat digunakan sebagai
pengikat tablet pada konsentrasi 2 % sampai 5 %.

3.5 Ac-di-sol
Natrium Kroskarmelosa digunakan dalam sediaan oral sebagai penghancur
untuk kapsul, granul, dan tablet. Di dalam formulasi tablet, natrium kroskarmelosa
dapat digunakan baik di dalam proses kempa langsung maupun granulasi basah.
Jika digunakan pada granulasi basah maka Ac-Di-sol ditambahkan pada tahap
proses basah dan kering (intra- dan ekstragranuler).

Ac-Di-Sol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk
digunakan sebagai disintegran dalam konsentrasi rendah (Lachman Industri, 703)

Pemakaian : Konsentrasi 2% b/b digunakan untuk tablet kempa


langsung sedangkan untuk proses granulasi basah digunakan konsentrasi 3% b/b.
Kelarutan : Tidak larut dalam air
Stabilitas dan Penyimpanan : Disimpan di tempat kering, dingin, dan tertutup
baik.
OTT : efek penghancur dari Acdisol dapat turun dalam proses
pembuatan tablet dengan granulasi basah ataupun kempa langsung dimana
terdapat bahan lain yang higroskopis seperti sorbitol.
BAB IV
FORMULASI
4.1 Formulasi Dipiridamol
Tiap 500mg megandung :
R/ Dipiridamol 50 mg
HPMC K4M 30%
Avicel PH 102 37%
Ac-di-sol 20%
Mg Stearat 1%
Talk 2%
4.2 Perhitungan Bahan
30
HPMC K4M 30% x 500 mg = 150 mg
100
37
Avicel PH 102 37% 100
x 500 mg = 185 mg
20
Ac-di-sol 20% x 500 mg = 100 mg
100
1
Mg Stearat 1% 100
x 500 mg = 5 mg
2
Talk 2% 100
x 500 mg = 10 mg

Total keseluruhan (30 + 150 + 185 + 100 + 5 + 10) = 500mg

Penimbangan Bahan
Nama Bahan Unit 1 tablet (500mg) Unit 100 Batch (50g)
Dipiridamol 50 mg 5g
HPMC K4M 150 mg 15g
Avicel PH 102 185 mg 18,5g
Ac-di-sol 100 mg 10g
Mg Stearat 5 mg 0,5g
Talkum 10 mg 1g
4.3 Alat dan Bahan

Nama Alat Bahan


Kaca arloji dan perkamen Dipiridamol 5g
Beker Gelas HPMC K4M 15g
Batang Pengaduk Avicel PH 102 18,5g
Ayakan Ac-di-sol 10g
Erlenmayer Talkum 1g
Sendok logam/Spatel Mg Stearat 0,5g
Gelas ukur
Pipet tetes
Corong dan kertas saring
Lumpang dan stamfer

4.4 Prosedur Kerja

1. Pembuatan Larutan Pengikat : Tuang air kedalam wadah gelas, sambil diaduk
suspensikan kedalamnya bahan pengikat. Tambahkan air mendidih (950C )
teruskan pengadukan hingga diperoleh cairan yang jernih.
2. Granulasi : ayak zat aktif bahan penghancur dan pengisi sebelum dicampur
menggunakan ayakan mesh 30. Tuang zat aktif, bahan pengisi dan penghancur
kedalam wadah baskom. Aduk homogen selama 5 menit. Tambahkan larutan
pengikat ( suhu 60 0C / hangat ), aduk hingga menjadi massa yang kompak. Bila
perlu dapat ditambahkan air hangat.
3. Granulasi massa basah ini dengan ayakan mesh 8 atau mesh 12 hingga terbentuk
granul yang baik. Keringkan granulat didalam lemari pengering yang telah dialasi
kain batis pada suhu 40-50 0C semalaman. ( kadar air granul < 5% )
4. Pencampuran Akhir : ayak granulat yang telah kering dengan ayakan mesh 12
atau mesh 16. Masukan granul kedalam kantong plastik. Tambahkan kedalamnya
bahan penghancur, glidan dan anti adheren yang telah diayak dengan mesh 30.
Kocok kantung plastic selama 5 menit.
5. Evaluasi Granul
a) Uji aliran granul : timbang 20-30 g massa, lewatkan kedalam corong. Catat waktu
seluruh massa melewati corong.
b) Uji pemampatan granul : timbang 20-30 g massa, masukan kedalam gelas ukur.
Ketukan sebanyak 20 kali. Hitung tinggi awal dan akhir massa dalam gelas ukur.
Lakukan 2x.
Perhitungan : Tinggi akhir X 100 %
Tinggi awal
c) Hasil akhir granul (yield) : timbang seluruh massa granul yang telah dibuat.
Perhitungan : Berat akhir granul X 100%
Berat teoritis granul
6. Pencetakan tablet : Cetak granul ke dalam mesin tablet sesuai spesifikasi yang
telah ditentukan.

4.5 Kajian Resep


1. Dosis sediaan tablet lepas lambat dipiridamol dengan durasi kerja 8 jam yang
beredar di pasaran adalah 50 mg. Oleh karena itu, dosis yang akan dibuat
untuk sediaan tablet lepas lambat dipiridamol adalah 50 mg.
2. Dipiridamol sukar larut dalam air, untuk mempercepat pembahasan
dipiridamol di perlukan eksipien yang bersifat hidrofilik. (HPMC) yang akan
mempercepat kontak dengan medium sehingga meningkatkan kecepatan
pelarutan. Walaupun dapat mempercepat pembahasan, HPMC pada
konsentrasi tinggi dapat menahan pelepasan dipiridamol dan sediaan tablat
sekaligus juga berfungsi sebagai matriks tablet mengapung.
3. HPMC yang dipilih adalah tipe K karena laju hidrasinya paling cepat
dibandingkan tipe lain seperti tipe E atau F. Laju hidrasi HPMC bervariasi
tergantung pada variasi rasio kedua gugus subtituen yang terdapat pada
HPMC (gugus metoksi dan hiroksipropil). HPMC tipe K memiliki rasio
gugus hidroksipropil terhadap metoksi paling besar (gugus metoksi bersifat
hidrofobik, sedangkan hidroksipropil bersifat hidrofilik dan berpengaruh pada
laju hidrasi). Laju hidrasi HPMC meningkat dengan bertambahnya gugus
hidroksipropil. Kecepatan hidrasi berpengaruh kepada kecepatan waktu
apung. Makin cepat sediaan menyerap air, maka semakin cepat
sediaan tersebut mengapung.
4. Avicel PH 102 ditambahkan ke dalam tablet berfungsi sebagai penggenap
bobot, Pengisi tablet (konsentrasi 20-90% b/b); penghancur tablet (konsentrasi
5-15% b/b); adsorben (20-90%). Dapat digunakan untuk metode kempa
langsung maupun granulasi basah.
5. Ac-di-sol digunakan dalam sediaan oral sebagai penghancur untuk kapsul,
granul, dan tablet. Di dalam formulasi tablet, natrium kroskarmelosa dapat
digunakan baik di dalam proses kempa langsung maupun granulasi basah. Jika
digunakan pada granulasi basah maka Ac-Di-sol ditambahkan pada tahap
proses basah dan kering (intra- dan ekstragranuler).
4.6 Evaluasi Tablet
1. Visual /Organoleptik
a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan tablet lebih
jelas terlihat
b. Bau
c. Rasa
2. Sifat fisika kimia
1. Keseragaman ukuran
a. Keseragaman tebal
b. Keseragaman diameter
2. Kekerasan
3. Friabilitas
4. Keragaman sediaan
a. Keragaman bobot
b. Keseragaman kandungan
5. Waktu hancur
6. Disolusi
7. Uji kadar zat aktif
BAB V
PEMBAHASAN

Sediaan padat lepas terkendali (controlled release) adalah sediaan berupa


tablet atau kapsul yang bersalut atau tidak bersalut yang mengandung bahan
tambahan tertentu atau disediakan melalui proses tetentu dengan cara terpisah atau
bersamaan yang pelepasan terkendali bertujuan untukmengendalikan konsentrasi
pelepasan bahan obat untuk memperpanjang secara teratur dan mengefisienkan
efek obat.
Berikut beberapa karakteristik yang harus diperhatikan untuk pembuatan
obat lepas terkendali yang baik : Dosis obat, protein mengikat, molekuler ukuran
dan difusivitas, obat Stabilitas, kelarutan air, Stabilitas menghadapi rentang pKa,
besar enzim dan flora saluran cerna, metabolisme lintas pertama, koefisien partisi
Dipiridamol diabsorbsi paling baik di lambung sehingga untuk
meningkatkan ketersediaan hayati diperlukan suatu tablet yang dapat tinggal di
lambung lebih lama. Untuk mencapai tujuan tersebut akan dibuat tablet
mengapung yang diperoleh dengan menggunakan bahan pembantu yang memiliki
bobot jenis yang ringan seperti turunan selulosa, yaitu Avicel (pengisi), Ac-di-sol
(penghancur) dan HPMC (pengikat).
Sistem yang digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat dipiridamol
ini adalah sistem matriks hidrofilik. Hal ini untuk memperoleh tablet mengapung
dengan lag time yang singkat karena matriks cepat terhidrasi dan kondisi ini
hanya dapat dipenuhi oleh sistem matriks hidrofilik.
Dipiridamol sukar larut dalam air. Untuk mempercepat pembasahan
dipiridamol diperlukan eksipien yang bersifat hidrofilik (HPMC) yang akan
mempercepat kontak dengan medium sehingga meningkatkan kecepatan pelarut.
Walaupun dapat mempercepat pembasahan, HPMC pada konsentrasi tinggi dapat
menahan pelepasan dipiridamol dari sediaan tablet sekaligus juga berfungsi
sebagai matriks tablet mengapung.
Jenis HPMC yang dipilih adalah tipe K karena laju hidrasinya paling
cepat dibandingkan tipe lain seperti tipe E atau F. Laju hidrasi HPMC
bervariasi tergantung pada variasi rasio kedua gugus subtituen yang terdapat
pada HPMC (gugus metoksi dan hiroksipropil). HPMC tipe K memiliki rasio
gugus hidroksipropil terhadap metoksi paling besar (gugus metoksi bersifat
hidrofobik, sedangkan hidroksipropil bersifat hidrofilik dan berpengaruh pada
laju hidrasi). Laju hidrasi HPMC meningkat dengan bertambahnya gugus
hidroksipropil. Kecepatan hidrasi berpengaruh kepada kecepatan waktu apung.
Makin cepat sediaan menyerap air, maka semakin cepat sediaan tersebut
mengapung.
Uji pelepasan dipiridamol dari sediaan merupakan fokus pada penelitian
ini. Hasil uji pelepasan ini kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang
telah ditetapkan. berdifusi keluar dari tablet. Bahan yang dapat memenuhi
kriteria tersebut adalah penghancur. Penghancur yang dipilih adalah Ac-di-sol
dengan pertimbangan Ac-di-sol adalah turunan selulosa yang berbobot jenis
ringan sehingga penambahan Ac-di-sol pada tablet tidak memberi perubahan
berarti pada bobot jenis tablet.
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sediaan tablet lepas terkendali / pelepasan terkendali adalah Tablet yang


pelepasan obatnya secara terkendali dan secara ideal proses tersebut diharapkan
berlangsung pada laju yang konstan tanpa tergantung pada pH dan kandungan ion
pada semua bagian saluran cerna.
2. Dalam metode formulasi sediaan lepas terkendali ad 3 bahan penahan yang
digunakan yakni golongan matriks yang terdiri dari penahan yang membentuk
matriks tidak larut atau matriks kerangka, golongan matriks yang memperlihatkan
bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang secara potensial dapat terkikis, dan
golongan pembentuk matriks menunjukkan bahan-bahan yang tidak dapat
dicernakan yang membentuk gel in-situ.
3. Berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja sediaan pelepasan terkendali yang
digunakan antara lain penyalutan, sistem matriks, pembentukan kompleks, sistem
membran terkontrol.
4. Dalam memperproduksi sediaan tablet lepas terkendali ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu sifat fisikokimianya dan sifat biologisnya.
5. Dipiridamol diabsorbsi paling baik di lambung sehingga untuk meningkatkan
ketersediaan hayati diperlukan suatu tablet yang dapat tinggal di lambung lebih
lama. Untuk mencapai tujuan tersebut akan dibuat tablet mengapung yang
diperoleh dengan menggunakan bahan pembantu yang memiliki bobot jenis yang
ringan seperti turunan selulosa, yaitu Avicel (pengisi), Ac-di-sol (penghancur) dan
HPMC (pengikat).
DAFTAR PUSTAKA

Ansel,H.C.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi ke 4.UI-PRESS : jakarta

Charles,J,P,siregar.2010.Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar Dasar Praktis. Penerbit


Buku Kedokteran : jakarta

Lachman,Leo,dkk.1994.Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi ke 3.UI-PRESS : jakarta

Marchaban.1995.’’Pembuatan Tablet Salut Film Dengan Menggunakan Panci


Konvensional dan Yang Telah Dimodifikasi’’. Jurnal. Majalah Farmasi Indonesia
No.6, Vol.4, 121-128

Nafsiah.2009. ‘’Formulasi Sediaan Lepas Lambat Tablet Teofilin Dengan Matriks


Natrium Carboxymetil Cellulose Dan Avicel Ph 102 Dengan Metode Granulasi
Basah’’. Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta

Simbilon,Bintang.2008.’’Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spertrofotometri


Ultra Violet’’. Skripsi. Universitas Sumtera Utara : Medan

Anda mungkin juga menyukai