[ ARTIKEL REVIEW ]
Abstract
Dermatophytosis is a disease that contain horn tissue substances, such as the stratum corneum of epidermis, hair, and nails
caused by dermatophytes. Tinea cruris is dermatophytosis that often found on the skin of the groin, genital, pubic, perineal
and perianal. Factors that play important role in the spread of dermatophytes are poor environmental hygiene conditions,
dense rural areas, and the habit of using tight clothing or damp. Diagnosis performed by clinical examination, microscopic,
culture, punch biopsy and light wood the disease is managed by using topical and systemic medical and nonmedikamentosa
having regard to the predisposing factors to tinea cruris. Adequate management can reduce the prevalence and recurrence
rate of tinea cruris.
Abstrak
Dermatofitosis adalah penyakit jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut,
dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Tinea kruris merupakan dermatofitosis yang sering ditemukan
pada kulit lipat paha, genitalia, daerah pubis, perineum dan perianal. Faktor penting yang berperan dalam penyebaran
dermatofita ini adalah kondisi kebersihan lingkungan yang buruk, daerah pedesaan yang padat, dan kebiasaan
menggunakan pakaian yang ketat atau lembab. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan secara klinis,
mikroskopis, kultur, punch biopsi dan lampu wood serta penatalaksanaannya dengan medikamentosa secara topikal
maupun sistemik dan nonmedikamentosa dengan memperhatikan faktor predisposisi terjadinya tinea kruris. Pada
penatalaksanaan yang adekuat dapat menurunkan prevalensi, angka kekambuhan tinea kruris itu sendiri.
...
Korespondensi : Tanti Yossela │ yosselatanti@yahoo.co.id
daerah perineum.2 Berupa lesi yang batas tegas dan tepi meninggi.1
berbentuk polisiklik / bulat berbatas Terdapat central healing yang
tegas, efloresensi polimorfik, dan tepi ditutupi skuama halus pada bagian
lebih aktif.4 tengah lesi, dengan tepi yang
meninggi dan memerah sering
ditemukan.2 Pruritus sering
ditemukan, seperti halnya nyeri yang
disebabkan oleh maserasi ataupun
infeksi sekunder. Tinea kruris yang
disebabkan oleh E. floccosum paling
sering menunjukkan gambaran
central healing, dan paling sering
terbatas pada lipatan genitokrural
Gambar 1. Gambaran klinis tinea kruris
8 dan bagian pertengahan paha atas.
Sebaliknya, infeksi oleh T. rubrum
Diagnosis banding tinea kruris sering memberikan gambaran lesi
adalah kandidosis intertrigo, eritrasma, yang bergabung dan meluas sampai
psoriasis, dan dermatitis seboroik. Pada ke pubis, perianal, pantat, dan bagian
kandidosis intertrigo lesi akan tampak abdomen bawah. Tidak terdapat
sangat merah, tanpa adanya central keterlibatan pada daerah genitalia.1
healing, dan lesi biasanya melibatkan b. Pemeriksaan laboratorium
skrotum serta berbentuk satelit. Eritrasma Diagnosis dermatofitosis yang
sering ditemukan pada lipat paha dengan dilakukan secara rutin adalah
lesi berupa eritema dan skuama tapi pemeriksaan mikroskopik langsung
dengan mudah dapat dibedakan dengan dengan KOH 10-20%.4 Pada sediaan
tinea kruris menggunakan lampu wood KOH tampak hifa bersepta dan
dimana pada eritrasma akan tampak bercabang tanpa penyempitan.
fluoresensi merah (coral red). Lesi pada Terdapatnya hifa pada sediaan
psoriasis akan tampak lebih merah mikroskopis dengan potasium
dengan skuama yang lebih banyak serta hidroksida (KOH) dapat memastikan
lamelar. Ditemukannya lesi pada tempat diagnosis dermatofitosis.2
lain misalnya siku, lutut, punggung, lipatan Pemeriksaan mikroskopik langsung
kuku, atau kulit kepala akan mengarahkan untuk mengidentifikasi struktur jamur
diagnosis kearah psoriasis. Pada merupakan teknik yang cepat,
dermatitis seboroik lesi akan tampak sederhana, terjangkau, dan telah
bersisik dan berminyak serta biasanya digunakan secara luas sebagai teknik
melibatkan daerah kulit kepala dan skrining awal. Teknik ini hanya
sternum.2 memiliki sensitivitas hingga 40% dan
Diagnosis tinea kruris umumnya spesifisitas hingga 70%. Hasil negatif
mudah dikenal secara klinis morfologis, palsu dapat terjadi hingga pada l5%
kecuali pada beberapa kasus tertentu. kasus, bahkan bila secara klinis sangat
Tinea kruris ditegakkan berdasarkan: khas untuk dermatofitosis.4
a. Manifestasi klinis
Secara klinis tinea kruris biasanya
tampak sebagai papulovesikel
eritematosa yang multipel dengan
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 124
Tanti Yossela │ Diagnosis and Treatment of Tinea Cruris
memberikan respon yang sama terhadap Infeksi dermatofitosis dapat pula diobati
terapi anti jamur sistemik dan topikal yang dengan terapi sistemik. Beberapa indikasi
ada.3 terapi sistemik dari infeksi dermatofita
antara lain:8
Tabel 1. Terapi topikal dan sistemik pada
a. Infeksi kulit yang luas.
dermatofita9
b. Infeksi kulit yang gagal dengan
Azoles Allyla Lainnya
(fungist mines
terapi topikal.
atic) (fungic c. Infeksi kulit kepala.
idal) d. Granuloma majocchi.
Topikal Miconaz Terbin Ciclopirox e. Onychomicosis dengan melibatkan
ole afine olamine lebih dari 3 buah kuku.
Clotrima (fungicida
zole l) Medikamentosa pada tinea kruris,
Ketocon Tolnaftat termasuk:8
azole e a. Griseovulfin: pada masa sekarang,
Oxicona Haloprogi dermatofitosis pada umumnya dapat
zole n
diatasi dengan pemberian griseovulvin.
Econazo
Obat ini bersifat fungistatik. Secara
le
Sistemik Ketocon Terbin Griseofulv
umum griseovulfin dalam bentuk fine
azole afine in particle dapat diberikan dengan dosis
Itracona (fungistati 0,5 – 1 untuk orang dewasa dan 0,25 –
zole c) 0,5 g untuk anak- anak sehari atau 10 –
Flucona 25 mg per kg berat badan. Lama
zole pengobatan bergantung pada lokasi
penyakit, penyebab penyakit dan
Pada kebanyakan kasus tinea kruris keadaan imunitas penderita. Setelah
dapat dikelola dengan pengobatan sembuh klinis di lanjutkan 2 minggu
topikal. Namun, steroid topikal tidak agar tidak residif.
direkomendasikan. Agen topikal memiliki
b. Butenafine adalah salah satu antijamur
efek menenangkan, yang akan
topikal terbaru diperkenalkan dalam
meringankan gejala lokal. Terapi topikal
pengobatan tinea kruris dalam dua
untuk pengobatan tinea kruris termasuk:
minggu pengobatan dimana angka
terbinafine, butenafine, ekonazol,
kesembuhan sekitar 70%.
miconazole, ketoconazole, klotrimazole,
ciclopirox. Formulasi topikal dapat c. Flukonazol (150 mg sekali seminggu)
membasmi area yang lebih kecil dari selama 4-6 minggu terbukti efektif
infeksi, tetapi terapi oral diperlukan di dalam pengelolaan tinea kruris dan
mana wilayah infeksi yang lebih luas yang tinea corporis karena 74% dari pasien
terlibat atau di mana infeksi kronis atau mendapatkan kesembuhan.
berulang.11 Infeksi dermatofita dengan
krim topikal antifungal hingga kulit bersih d. Itrakonazol dapat diberikan sebagai
(biasanya membutuhkan 3 sampai 4 dosis 400 mg / hari diberikan sebagai
minggu pengobatan dengan azoles dan 1 dua dosis harian 200 mg untuk satu
sampai 2 minggu dengan krim terbinafine) minggu.
dan tambahan 1 minggu hingga secara
klinis kulit bersih.8
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 126
Tanti Yossela │ Diagnosis and Treatment of Tinea Cruris