Askep Amputasi
Askep Amputasi
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem musculoscletal?
1.2.2. Apa saja faktor predisposisi amputansi ?
1.2.3. Bagaimana metode amputansi ?
1.2.4. Apa saja jenis jenis amputansi ?
1.2.5. Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?
1.2.6. Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?
1.2.7. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan amputansi?
1.2.8. Bagaimana komplikasi amputansi ?
1.2.9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan amputasi?
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar amputansi dan asuhan keperwatan
pada pasien amputasi
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
1. Axial Skeleton (80 tulang)
Tengkorak 22 buah tulang
Tulang cranial (8 tulang) Frontal 1
Parietal 2
Occipital 1
Temporal 2
Sphenoid 1
Ethmoid 1
Tulang fasial (13 tulang) Maksila 2
Palatine 2
Zygomatic 2
Lacrimal 2
Nasal 2
Vomer 1
Inferior nasal concha 2
Tulang mandibula (1 tlng) 1
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang
Incus 2
Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang
Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang
Thorakal 12
Lumbal 5
Sacrum (penyatuan dari
5 tl) 1
Korkigis (penyatuan dr
3-5 tl) 1
Tulang rongga thorax Tulang iga 24 25 tulang
Sternum
1
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang
Clavicula 2
Ekstremitas atas Humerus 2 60 tulang
Radius 2
Ulna 2
Carpal 16
Metacarpal 10
Phalanx 28
4
Pelvic girdle Os coxa 2 (setiap os 2 tulang
coxa terdiri dari
penggabungan 3 tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang
Tibia 2
Fibula 2
Patella 2
Tarsal 14
Metatarsal 10
Phalanx 28
Total 206 tulang
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk
tubuh
Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh
kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu
system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang
melekat padanya.
Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen
lain
Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit
dalam sumsum merah tulang tertentu.
2. Struktur tulang
5
Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model
korpus. Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel
kartilago mati dan meninggalkan ruang-ruang.
Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh
sel-sel pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan
oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada dalam
lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai
memisah pada epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.
Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran
kartilago yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada
metafisis sel-sel kartilago memisah secara vertical. Pada awalnya
setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong sel-
sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runag
mebesar untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago
yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel
pembentuk tulang.
Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika
epifisis berfusi dengan korpus.
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral
dan hormon.
2.1.2. Sendi
6
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan
dihubungkan oleh jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam
kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis.
Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara
relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini
dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran
sinovial tipis.
7
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang
otot saat relaks.
Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi
atau meregang.
8
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara
konservatif.
6. Deformitas organ.
9
seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012), adalah :
1. Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat
dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2. Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka
yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah
potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan
pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka
operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan
persiapan untuk penggunaan protese (mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang
mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan
pada klien sesuai dengan kompetensinya.
2.2.5 Manifestasi
2.2.6 Patofisologi
10
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien
Amputasi meliputi :
1. Foto rongent
Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
2. CT san
11
Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan
hematoma
3. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi
perubahan sirkulasi / perfusi jaringan dan membantu
memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah
amputansi
4. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme
penyebab
5. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
6. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
7. Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke
kiri di duga proses infeksi
2.2.8 Pencegahan
Ada beberapa pencegahan amputasi antara lain :
1. Mengajarkan klien tentang hidup sehat
2. Pemeriksaan teraratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus
dan mengerjakan perawatan kaki
3. Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman
4. Penggunaan mesin industri dengan prinsip K-3
2.2.9 Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada amputasi antara lain :
1. Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat
mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi
ditentukan berdasarkan dua faktor : peredaran darah pada bagian
itu dan kegunaan fungsional misalnya (sesuai kebutuhan
protesis), status peredaran darah eksterimtas dievaluasi melalui
pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat
penting untuk penyembuhan.Floemetri dopler penentuhan
tekanan darah segmental dan tekanan persial oksigen perkutan
12
(pa02). Merupakan uji yang sangat berguna angiografi dilakukan
bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak
mungkin tujuan ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses
penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang
diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi
prostesis Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang
ditimbulkan akan menigktkan dan mengunaka kursi roda ke
prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat
sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat
seimbang.
2. Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri
tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia
mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka karena
nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
13
Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang
sehat untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami
keterlambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan
masalah kesehatan lainnya.
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan
kulit.Karena da pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi
perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan
dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi
traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.
14
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur,
pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan
masuk RS, cara masuk RS, penanggung jawab.
15
TD : Biasanya normal (120/80mmHg)
Nadi : Biasanya normal
RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
Suhu : Biasanya normal (36-37 °C)
3. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan
tanda-tanda iritasi
Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya
serumen serta pendarahan
Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta
alergi terhadap sesuatu
Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa
atau benjolan
Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi
dan CRT.
Ekstremitas
16
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot
4.2. Diagnosa
Pre operasi
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
2. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan
kehilangan akibat amputasi.
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
sekunder terhadap amputasi
2. Gangguan harga diri ( citra tubuh ) berhubungan dengan kehilangan
bagian tubuh
17
4. Kolaborasi memungki
dengan tim nkan klien
medis untuk melakukan
mengurangi komunikas
kecemasan. i secara
lebih
terbuka
dan lebih
akurat.
4.untuk
mengurangi
kecemasan
pada klien
agar pasien
lebih
tenang.
2 Berduka yang Tujuan : Klien 1.Anjurkan klien 1.
antisipasi mampu untuk Menguran
(anticipated mendemontrasik mengekspresik gi rasa
griefing) an kesadaran an perasaan tertekan
berhubungan akan dampak tentang dalam diri
dengan pembedahan dampak klien,
kehilangan pada citra diri. pembedahan menghind
akibat Kriteria pada gaya arkan
amputasi. evaluasi: hidup. depresi,
mengungkapkan 2.Berikan meningkat
perasaan bebas, informasi yang kan
tidak takut. adekuat dan dukungan
Menyatakan rasional mental.
perlunya tentang alasan
membuat pemilihan
penilaian akan tindakan 2.Membantu
gaya hidup pemilihan klien
yangbaru. amputasi. mengapai
3.Berikan penerimaa
informasi n terhadap
bahwa kondisinya
amputasi melalui
merupakan teknik
tindakan untuk rasionalisa
memperbaiki si.
kondisi klien
dan
merupakan
langkah awal
untuk
18
menghindari 3.Meningkat
ketidakmampu kan
an atau dukungan
kondisi yang mental.
lebih parah.
4.berikan
dukungan
kepada pasien
tentang
kehilangan
akibat
amputasi
4.untuk
menigkataka
n adaptasi
terhadap
perubahan
citra diri
Post Operasi
19
3 berikan HE
kepada klien 3.Menguran
untuk gi nyeri
memberikan akibat
tekanan nyeri
lembut panthom
dengan limb
menempatka
n puntung
pada handuk
dan menarik
handuk
dengan
berlahan.
4. kolaborasi 4. Untuk
dengan tim menghilan
medis dalam gkan nyeri
pemberian
analgesik
(kolaboratif ).
20
kesempata
n untuk
menayaka
n dan
memberik
an
informasi
dan mulai
menerima
perubahan
gambaran
diri dan
fungsi
yang
dapat
membantu
penyembu
han
4. dukungan
yang
cukup
dapat
membantu
proses
rehabilitas
i
21
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk
asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam
proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar
diperhatikan sebaik-baiknya. Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi
dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan
perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis
maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan
untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi
perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.
5.2. Saran
Hendaknya setiap memberikan asuhan keperawatan harus di dokumentasikan
dengan baik dan benar untuk mempertanggung jawabkan keadaan klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan
22
DAFTAR PUSTAKA
Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.
23