Anda di halaman 1dari 22

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
A. Identitas
Identitas Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas /Semester : XII / 1
Materi Pokok : Redoks dan Elektrokimia
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator:


Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun,responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan,kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.

KD dari KI 3:
3.3 Mengevaluasi gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel elektrokimia (sel volta dan
sel elektrolisis) yang digunakan dalam kehidupan.
3.4 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi dan mengajukan
ide/gagasan untuk mengatasinya.
3.5 Menerapkan hukum/aturan dalam perhitungan terkait sel elektrokimia.
Indikator:
- Menggunakan aturan cara setengah reaksi dan perubahan bilangan oksidasi untuk
menyelesaikan persamaan redoks
- Menuliskan lambang sel dan reaksi-reaksi yang terjadi pada sel Volta
- Menghitung potensial sel berdasarkan data potensial standar.
- Menyimpulkan bahwa dalam sel elektrokimia melibatkan reaksi redoks.
- Menggunakan data hasil percobaan terkait yang terjadi di kedua elektroda, kutub
negatif dan kutub positif pada kedua elektroda, potensial sel terukur (sel volta),
membedakan hasil pengamatan sebelum dan sesudah menghubungkan arus listrik
(pada sel elektrolisis), dan menuliskan reksinya.
- Menggunakan hukum Nernst dan deret Nernst untuk memprediksi/ menganalisis
potensial sel.
- Menggunakan hukum Faraday untuk menganalisis hubungan antara arus listrik
yang digunakan dengan jumlah hasil reaksi yang terjadi.

KD dari KI 4
4.3 Menciptakan ide/gagasan produk sel elektrokimia.
4.4 Mengajukan ide/gagasan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya korosi
4.5 Memecahkan masalah terkait dengan perhitungan sel elektrokimia
Indikator :
- Berlatih menentukan kespontanan reaksi elektrokimia berdasarkan data potensial
reduksi/oksidasi dan deret Nernst.
- Berlatih memecahkan masalah terkait perhitungan kimia dalam elektrolisis
menggunakan hukum Faraday.
- Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korosi menggunakan
berbagai sumber.
- Mengajukan/memprediksi gagasan untuk mengatasi/mencegah terjadinya korosi
(electroplating, cat, perlindungan katodik, aliasi logam)

C. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan mampu
1. Diberikan persamaan reaksi, siswa dapat menyetarakan reaksi redoks dengan cara
setengah reaksi (ion elektron) paling sedikit 80% benar.
2. Diberikan persamaan reaksi, siswa dapat menyetarakan reaksi redoks dengan cara
perubahan bilangan oksidasi (PBO) minimal 80% benar.
3. Dari persamaan reaksi, siswa dapat menuliskan lambang sel pada sel volta minimal
80% benar.
4. Dari diagram sel, siswa dapat menuliskan reaksi-reaksi yang terjadi pada sel volta
paling sedikit 90% benar.
5. Siswa dapat menghitung potensial sel berdasarkan data potensial standar minimal
80% benar.

D. Materi pembelajaran :
1. Penyetaraan persamaan reaksi redoks
2. Sel Elektrokimia dan potensial sel
3. Sel Elektrolisis dan Hukum Faraday
4. Korosi

Materi Pembelajaran
1. Penyetaraan Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengalami dua peristiwa yaitu reduksi dan
oksidasi (ada perubahan Biloks satu atau lebih unsur yang bereaksi). Reaksi
autoredoks adalah reaksi redoks yang hanya satu jenis unsur yang mengalami reduksi dan
oksidasi.
Untuk menentukan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) tidak selalu menghitung nilai
biloksnya karena kadang2 dapat ditentukan dengan cepat, sebagai contoh :

Penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan oksigen.


Fe2O3 menjadi Fe merupakan reaksi reduksi karena melepas oksigen. Sedangkan CO menjadi
CO2 merupakan reaksi oksidasi karena jumlah oksigennya bertambah.
Penentu reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan /pelepasan Hidrogen. Jika jumlah
Hidrogennya berkurang berarti oksidasi sedangkan jika bertambah berarti reduksi.

Penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan elektron. Coba


perhatikan muatan Cu, pada awalnya Cu biloksnya (bilangan oksidasinya) = +2 kemudian
berubah menjadi Cu yang biloksnya = 0 sehingga biloksnya turun. Reaksi tersebut
merupakan reaksi reduksi karena terjadi penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan Muatan Mg
berubah dari mula-mula biloksnya = 0 menjadi = +2 sehingga dapat digolongkan reaksi
oksidasi.
Reaksi redoks di atas dapat dipisahkan menjadi 1/2 reaksi, yakni reaksi oksidasi dan
reaksi reduksi sehingga pelepasan/penerimaan elektron akan terlihat.
Oksidasi : Mg Mg+2 +2e
Reduksi : Cu+2 + 2e  Cu
Dalam reaksi tersebut terlihat bahwa Mg mengalami kenaikan muatan yang mula2
tidak bermuatan menjadi bermuatan +2. Muatan Mg bertambah +2 berarti Mg mengalami
peristiwa pelepasan elektron sebanyak 2 buah. Pelepasan elektron dalam reaksi ditulis
sebagai "e" yang artinya "elektron" yang bermuatan -1 dan ditulis di ruas kanan yang artinya
elektron terlepas dari Mg. Sehingga muatan di ruas kiri dan kanan menjadi seimbang..... coba
perhatikan... Mg di ruas kiri muatannya nol berarti total muatan di ruas kiri juga = 0 (nol)....
Sekarang Mg di ruas kanan muatannya +2 dan terdapat 2 elektron yang masing-masing
muatannya -1 sehingga total muatan di ruas kanan = (+2) + (2.-1) = 0 (nol). Pada Cu terjadi
kebalikannya yaitu penangkapan elektron(e).
Pada Mg digolongkan sebagai reaksi oksidasi karena terjadi pelepasan electron
sedangkan Cu digolongkan sebagai reaksi reduksi karena terjadi penangkapan elektron.
Pada reaksi total/gabungan reaksi oksidasi dan reduksi pelepasan/penerimaan elektron tidak
akan terlihat karena jika digabung jumlah elektron di ruas kiri sama dengan di ruas kanan.
Jika ada unsur yang sama di ruas kiri dan kanan maka akan saling menghilangkan. Agar
dapat menentukan suatu unsuk mengalami oksidasi/reduksi kita harus dapat menentukan
bilangan oksidasi (biloks) dari unsur tersebut.
Unsur yang bilangan oksidasi (biloks)nya bertambah berarti mengalami reaksi oksidasi
sedangkan unsur yang bilangan oksidasi (biloks)nya berkurang merupakan reaksi reduksi.
Untuk menentukan biloks ada aturan/patokannya.

Patokan Penentuan Bilangan Oksidasi (Biloks)


1. Biloks atom dalam unsur bebas = 0 . Contoh Biloks Cu, Fe, H2, O2 dll = 0
2. Golongan IA ( Li, Na, K, Rb, Cs dan Fr ) biloksnya selalu +1
3. Golongan IIA ( Be, Mg, Ca, Sr dan Ba ) biloksnya selalu +2
4. Biloks H dalam senyawa = +1, Contoh H2O, kecuali dalam senyawa hidrida Logam
(Hidrogen yang berikatan dengan golongan IA atau IIA) Biloks H = -1, misalnya: NaH,
CaH2 dll
5. Biloks O dalam senyawa = -2, Contoh H2O, kecuali OF2 biloksnya = + 2 dan pada
senyawa peroksida (H2O2, Na2O2, BaO2) biloksnya = -1 serta dalam senyawa
superoksida, misal KO2 biloksnya = -1/2. untuk mempermudah tanpa banyak
hafalan....Bila atom O atau H berikatan dengan Logam IA atau IIA maka biloks
logamnyalah yang ditentukan terlebih dahulu dan biloks O dan H nya yang menyesuaikan
(besarnya dapat berubah - ubah)
6. Total Biloks dalam senyawa tidak bermuatan = 0, Contoh HNO3 : (Biloks H) + (Biloks
N) + (3.Biloks O) = 0 maka dengan mengisi biloks H = +1 dan O = -2 diperoleh biloks N
= +5
7. Total BO dalam ion = muatan ion, Contoh SO4 2- = (Biloks S) + 4.(Biloks O) = -2 maka
dengan mengisi biloks O = -2 diperoleh biloks S = +6

Contoh Soal :
Setarakan reaksi berikut dengan metode perubahan bilangan oksidasi
Fe2+ + MnO4-  Fe3+ + Mn2+ ( suasana asam )
Jawab :
Langkah 1: Menuliskan kerangka dasar reaksi.
Fe2+ + MnO4-  Fe3+ + Mn2+
Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi dengan
memberi koefisien yang sesuai.
Fe2+ + MnO4-  Fe3+ + Mn2+
+2 +7 +3 +2

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator dan jumlah
pertambahan bilangan oksidasi dari reduktor.
Fe2+ + MnO4-  Fe3+ + Mn2+
+1
+2 Naik 1 +3

+7 Turun 5 +2

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberi


koefisien yang sesuai
Fe2+ + MnO4-  Fe3+ + Mn2+
+1
+2 (Naik +3
1)(x5)
+7 +2
(Turun 5)(x1)
Hasilnya sebagai berikut :
5Fe2+ + MnO4-  5Fe3+ + Mn2+
Langkah 5: Menyamakan muatan dengan menambahkan ion H+
5Fe2+ + MnO4- + 8H+  5Fe3+ + Mn2+ (muatan setara)
Langkah 6: Menyetarakan atom H dengan menambahkan molekul air.
5Fe2+ + MnO4- + 8H+  5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O (setara)

2. Sel Volta
Prisip dasar dari sel volta ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Logam zink (Zn) dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion Zn 2+ (misalnya
larutan ZnSO4), sedangkan logam tembaga (Cu) dicelupkan ke dalam larutan yang
mengandung ion Cu2+ (larutan CuSO4) . Logam zink akan larut sambil melepas dua elektron.
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada logam zink.
Elektron tersebut selanjutnya akan mengalir ke logam tembaga melalui kawat penghantar. Ion
Cu2+ akan mengambil elektron dari logam tembaga, kemudian akan mengendap.
Cu2+(aq) + 2e  Cu (s)
Dengan demikian, rangkaian tersebut dapat menghasilkan aliran elektron (listrik).
Akan tetapi, bersamaan dengan melarutnya logam zink, larutan dalam gelas kimia A menjadi
bermuatan positif. Hal ini akan menghambat pelarutan logam zink selanjutnya. Sementara itu,
larutan dalam gelas kimia B akan bermuatan negatif seiring dengan mengendapnya ion Cu2+.
Hal ini akan menahan pengendapan ion Cu2+. Jadi, aliran elektron yang disebutkan di atas
tidak akan berkelanjutan. Untuk menetralkan muatan listriknya, kedua gelas kimia A dan B
dihubungkan dengan suatu jembatan garam, yaitu larutan garam (seperti NaCl atau KNO3).
Jembatan garam melengkapi rangkaian sel volta, sehingga menjadi suatu rangkain yang
tertutup. Listrik hanya dapat mengalir pada rangkaian tertutup.
Logam zink dan tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian sel
elektrokimia di atas disebut elektrode. Secara definisi, elektrode tempat terjadinya reaksi
oksidasi disebut anode, sedangkan elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi disebut katode.
Oleh karena oksidasi adalah pelepasan elektron, maka anode adalah kutub negatif, sedangkan
katode merupakan kutub positif. Pada sel elektrokimia di atas, anode adalah logam zink dan
katode adalah tembaga.
Notasi Sel Volta
Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu lambang/ notasi singkat yang disebut
juga diagram sel. Untuk contoh gambar di atas, diagram selnya dinyatakan sebagai berikut:
Zn Zn2+ Cu2+ Cu
Anode biasanya digambarkan di sebelah kiri, sedangkan katode di sebelah kanan.
Notasi tersebut menyatakan bahwa pada anode terjadi oksidasi Zn menjadi Zn2+, sedangkan
di katode terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Dua garis sejajar (II) yang memisahkan anode
dan katode menyatakan jembatan garam, sedangkan garis tunggal menyatakan batas antarfase
(Zn padatan, sedangkan Zn2+ dalam larutan; Cu2+ dalam larutan, sedangkan Cu padatan).
1. Pengukuran Potensial Elektrode Standar
Untuk mengukur harga potensial suatu elektrode, maka elektrode tersebut disusun
menjadi suatu sel elektrokimia dengan elektrode standar (hidrogen-platina) dan besarnya
potensial dapat terbaca pada voltmeter yang dipasang pada rangkaian luar. Potensial
elektrode yang diukur dengan elektrode standar kondisi standar, yaitu pada suhu 25o C
dengan konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm, disebut potensial elektrode standar
dan diberi lambang Eo.
Tabel Potensial Elektrode Standar, Eo (volt)
Reaksi electrode Potensial standar, Eo (volt)
Li(aq) + e ↔ Li(s) -3,04
K+(aq) + e ↔ K(s) -2,92
Ba2+(aq) + 2e ↔ Ba(s) -2,90
Ca2+(aq) + 2e ↔ Ca(s) -2,87
Na+(aq) + e ↔ Na(s) -2,71
Mg2+(aq) + 2e ↔ Mg(s) -2,37
Al3+(aq) + 3e ↔ Al(s) -1,66
Mn2+(aq) + 2e ↔ Mn(s) -1,18
2H2O(l) + 2e ↔ H2(g) + 2OH-(aq) -0,83
Zn2+(aq) + 2e ↔ Zn(s) -0,76
Cr3+(aq) + 3e ↔ Cr(s) -0,74
Fe2+(aq) + 2e ↔ Fe(s) -0,44
Cd2+(aq) + 3e ↔ Cr(s) -0,40
Ni2+(aq) + 2e ↔ Ni(s) -0,28
Co2+(aq) + 2e ↔ Co(s) -0,28
Sn2+(aq) + 2e ↔ Sn(s) -0,14
Pb2+(aq) + 2e ↔ Pb(s) -0,13
2H+ (aq) + 2e ↔ H2(s) 0,00
Cu2+(aq) + 2e ↔ Cu(s) +0,34
O2(g) + 2H2O(l) + 4e ↔ 4OH-(aq) +0,40
I2(s) + 2e ↔ 2I-(aq) +0,54
Ag+(aq) + e ↔ Ag(s) +0,80
Hg2+(aq) + e ↔ Hg(s) +0,85
Br2(l) + 2e ↔ 2Br-(aq) +1,07
O2(g) + 4H+ + 4e ↔ 2H2O(l) +1,23
Cl2(g) + 2e ↔ 2Cl-(aq) +1,36
Au3+(aq) + 3e ↔ Au(s) +1,52
F2(g) + 2e ↔ 2F-(aq) +2,87

2. Potensial Elektrode Standar dan Potensial Sel


Potensial sel volta (Eosel )merupakan beda potensial yang terjadi antara dua elektrode
pada suatu sel elektrokimia. Potensial sel dapat ditentukan berdasarkan selisih antara
elektrode yang mempunyai potensial elektrode tinggi (katode) dengan elektrode yang
mempunyai potensial elektrode rendah (anode)
Eosel = Eokatode – Eoanode
Katode adalah elektrode yang mempunyai harga Eo lebih besar (lebih positif),
sedangkan anode adalah elektrode yang mempunyai Eo lebih kecil (lebih negatif).
3. Potensial Elektrode Standar dan Reaksi Spontan
Harga potensial elektrode dapat digunakan untuk meramalkan apakah suatu reaksi
kimia dapat berlangsung spontan. Untuk menentukan spontan atau tidaknya suatu reaksi
redoks dapat dilihat dari harga potensial reaksinya (Eoredoks). Bila Eoredoks > 0 (positif), maka
reaksi dapat berlangsung spontan, sedangkan bila Eoredoks < 0 (negati. f) reaksi tidak
berlangsung spontan, artinya untuk berlangsungnya reaksi tersebut harus ada tambahan
energi dari luar.
4. Potensial Elektrode Standar dan Daya Oksidasi-Reduksi
Harga Potensial elektrode dapat digunakan untuk mengetahui daya oksidasi dan daya
reduksi suatu zat. Bila harga potensial reduksi suatu zat semakin positif, berarti zat tersebut
semakin mudah mengalami reduksi, dan bertindak sebagai oksidator kuat (daya oksidasinya
besar). Sebaliknya, bila potensial reduksi standar suatu zat semakin negatif, maka berarti zat
tersebut semakin mudah mengalami oksidasi, dan bertindak sebagai sebagai reduktor kuat
(daya reduksinya besar).
Daya oksidasi dan reduksi juga dapat ditentukan berdasarkan deret volta/ deret
elektrokimia. Deret volta/ deret elektrokimia merupakan susunan unsur-unsur logam
berdasarkan potensial elektrode. Berikut deret volta dari beberapa logam:
Li- K- Ba- Ca- Na- Mg- Al- Mn- Zn- Cr- Fe- Ni- Co- Sn- Pb- (H)- Cu- Hg- Ag- Au
Pada deret Volta, dari kiri ke kanan makin mudah mengalami reaksi reduksi atau dari
kanan ke kiri makin mudah mengalami reaksi oksidasi. Logam-logam di sebelah kiri atom H
memiliki harga E° negative sedangkan logam-logam di sebelah kanan atom H memiliki harga
E° positif.

3. Elektrolisis
Elektrolisis artinya penguraian suatu zat akibat arus listrik.Zat yang terurai dapat
berupa padatan, cairan, atau larutan. Arus listrik yang digunakan adalah arus searah (direct
current =dc ). Tempat berlangsungnya reaksi reduksi dan oksidasi dalam sel elektrolisis sama
seperti pada sel volta, yaitu anode (reaksi oksidasi) dan katode (reaksi reduksi). Perbedaan sel
elektrolisis dan sel volta terletak pada kutub elektrode. Pada sel volta, anode (–) dan katode
(+), sedangkan pada sel elektrolisis sebaliknya, anode (+) dan katode (–). Pada sel elektrolisis
anode dihubungkan dengan kutub positif sumber energi listrik, sedangkan katode
dihubungkan dengan kutub negatif. Oleh karena itu pada sel elektrolisis di anode akan terjadi
reaksi oksidasi dan dikatode akan terjadi reaksi reduksi.

Gambar.Sel elektrolisis
Ketika kedua elektrode karbon dihubungkan dengan sumber energi listrik arus searah,
dalam sel elektrolisis terjadi reaksi redoks, yaitu penguraian air menjadi gas H2 dan gas O2.
Reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis adalah
Anode (+): 2H2O(l) ⎯⎯→ O2(g) + 4H+(aq) + 4e (oksidasi O2–)
Katode (–): 4H2O(l) + 4e →2H2(g) + 4OH–(aq)(reduksi H+)
Reaksi : 2H2O(l) ⎯⎯→ 2H2(g) + O2(g)
Elektrolisis larutan berbeda dengan elektrolisis air.Elektrolisis larutan, Misalnya
larutan NaI, terdapat ion Na+ dan ion I–.Kedua ion ini bersaing dengan molekul air untuk
dielektrolisis.Di katode terjadi persaingan antara molekul H2O dan ion Na+(keduanya
berpotensi untuk direduksi).Demikian juga di anode, terjadi persaingan antara molekul H2O
dan ion I– (keduanya berpotensi dioksidasi). Spesi mana yang akan keluar sebagai pemenang?
Pertanyaan tersebut dapat dijawab berdasarkan nilai potensial elektrode standar.
Setengah reaksi reduksi di katode:
Na+(aq) + e→ Na(s)E° = –2,71 V
2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH–(aq) E° = –0,83 V
Berdasarkan nilai potensialnya, H2O lebih berpotensi direduksi dibandingkan ion Na+
sebab memiliki nilai E° lebih besar.Perkiraan ini cocok dengan pengamatan, gas H2
dilepaskan di katode. Setengah reaksi oksidasi di anode:
2I–(aq) → I2(g) + 2eE° = –0,54 V
2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e E° = –1,23 V
Berdasarkan nilai potensial, ion I– memenangkan persaingan sebab nilai E° lebih
besar dibandingkan molekul H2O. Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis:
Katode: 2H2O(l) + 2e⎯⎯→ H2(g) + 2OH–(aq)
Anode: 2I–(aq) ⎯⎯→ I2(g) + 2e
Reaksi: 2H2O(l) + 2I–(aq) ⎯⎯→ H2(g) + I2(g) + 2OH–(aq)

4. Korosi
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Dalam kehidupan sehari-hari, besi yang
teroksidasi disebut dengan karat dengan rumus Fe2O3.xH2O. Proses perkaratan termasuk
proses elektrokimia, di mana logam Fe yang teroksidasi bertindak sebagai anode dan oksigen
yang terlarut dalam air yang ada pada permukaan besi bertindak sebagai katode. Reaksi
perkaratan:
Anode : Fe →Fe2+ + 2 e
Katode : O2 + 2 H2O + 4 e → 4 OH–
Fe2+ yang dihasilkan, berangsur-angsur akan dioksidasi membentuk Fe3+. Sedangkan
OH– akan bergabung dengan elektrolit yang ada di alam atau dengan ion H dari terlarutnya
oksida asam (SO2, NO2) dari hasil perubahan dengan air hujan. Dari hasil reaksi di atas akan
dihasilkan karat dengan rumus senyawa Fe2O3.xH2O. Karat ini bersifat katalis untuk proses
perkaratan berikutnya yang disebut autokatalis.
Penyebab utama korosi besi adalah oksigen dan air. Proseskorosi pada besi dapat
dilihat pada gambar .
Oleh karenanya untuk mecegah korosi harus di hindarkan kontak antara logam
dengan faktor-faktor pencetus diatas, dengan cara mengecat, melapisi dengan vaselin/minyak
atau logam yang lebih tahan korosi atau perlindungan katodik.

1. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : scientific
Model : Inquiry
Strategi : Kolaboratif & Kooperatif
Metode : demonstrasi, diskusi, penugasan, latihan, dan penugasan.

2. Media dan Sumber Belajar


- LCD projector
- Video / animasi (kimia komputasi) dan power point
- Internet (webpage / webblog)
- Lembar Kerja Siswa (LKS)
- Purba, Michael. (2006). Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
- Sukardjo. 2007. Sains Kimia Kelas XII SMA/MA 3. Jakarta: Bumi Aksara.
- Sunarya, Yayan. (2007). Kimia Umum Berdasarkan Prinsip-prinsip Kimia
Modern. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
- Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia
untuk Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
- Wening Sukmanawati. 2009. Kimia 3: Untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional)
- Chang, R., and Overby, J., 2008. General Chemistry: The Essential Concepts, 6th
Ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.
- Silberberg, M., 2009. Principles of General Chemistry, 2nd Ed. The McGraw-Hill
Companies, Inc. New York.
- www.glencoe.com. McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
Metode : Diskusi informasi
Pendekatan : Konsep
Alokasi
Fase Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan 1. Salam pembuka 20 menit
2. Doa
3. Mengecek kehadiran siswa
4. Apersepsi dan Orientasi
Apersepsi
Memberikan apersepsi tentang bagaimana menyetarakan reaksi redoks
Orientasi
Mencari informasi dengan cara membaca beberapa sumber belajar
untuk memahami penyetaraan reaksi redoks
Kegiatan inti Menanya (Questioning)
 Membimbing untuk menemukan pengertian reaksi redoks.
 Memberikan informasi bagaimana cara menyetarakan reaksi
redoks dengan cara setengah reaksi (ion elektron) dan cara
perubahan bilangan oksidasi.
45 menit
Mengumpulkan data (eksperimenting)
 Berdiskusi menyetarakan reaksi redoks dengan cara setengah
reaksi (ion elektron) dan cara perubahan bilangan oksidasi.
 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengerjakan latihan soal-soal.
Mengasosiasi (Associating)
 Menyimpulkan pembelajaran dengan bimbingan guru.
Penutup Menutup pelajaran 25 menit
 Memberikan tugas kepada siswa, berupa soal-soal yang
berhubungan dengan penerapan reaksi redoks dalam
menyetarakan reaksi dan sel volta.
 Mempersiapkan untuk membawa alat dan bahan praktikum
 Siswa diminta juga mencari bahan bacaan mengenai identifikasi
larutan asam basa menggunakan indikator dan kekuatan asam
basa dari buku maupun internet.

Pertemuan II
Metode : percobaan
Pendekatan: Ketrampilan proses
Alokasi
Fase Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan 1. Salam pembuka 20 menit
2. Doa
3. Mengecek kehadiran siswa
4. Apersepsi dan Orientasi
Apersepsi
Siswa diminta mengulang kembali penyetaraan reaksi redoks yang
telah dipelajari sebelumnya.
Orientasi
Siswa diminta mempersiapkan alat dan bahan percobaan yang telah
diinstruksikan guru pada pertemuan sebelumnya
Kegiatan inti Menanya (Questioning) 45 menit
 Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan bahan
bacaan/observasi (sel volta : Bagaimana memprediksi reaksi
terjadi atau tidak dalam sel? apakah akan dihasilkan potensial bila
elektroda dipertukarkan?
 Menjelaskan bagaimana energi listrik dihasilkan dari reaksi
redoks dalam sel volta.
Mengumpulkan data (eksperimenting)
 Merancang percobaan terkait sel volta, mendiskusikan hasil
rancangannya,kemudian melakukan percobaan dengan seksama
dalam kelompok.
 Mencatat data hasil percobaan terkait yang terjadi di kedua
elektroda, kutub negatif dan kutub positif pada kedua elektroda,
potensial sel terukur (sel volta).
 Menuliskan reaksi yang terjadi
 Membuktikan reaksi yang terjadi/potensial yang dihasilkan bila
elektroda dalam sel volta dipertukarkan(bila menggunakan
animasi)
 Menggunakan data potensial sel untuk menentukan kespontanan
reaksi
 Menggunakan hukum Nernst dan deret Nernst untuk
memprediksi/ menganalisis potensial sel.
Mengasosiasi (Associating)
 Menyimpulkan bahwa dalam sel elektrokimia melibatkan reaksi
redoks.
 Menyimpulkan karakteristik sel elektrokimia.
 Menuliskan notasi sel elektrokimia
 Menyimpulkan kespontanan reaksi berdasarkan hasil analisis
terhadap data pengamatan dan berbagai sumber
Penutup Mengkomunikasikan (Communicating) 25 menit
 Merangkum kesimpulan materi ini
 Mengerjakan tugas yang harus dikerjakan di rumah

Pertemuan III
Metode : percobaan
Pendekatan: Ketrampilan proses
Alokasi
Fase Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pembukaan 1. Salam pembuka 15 menit
2. Doa
3. Mengecek kehadiran siswa
4. Apersepsi dan Orientasi
Apersepsi
Bagaimana aki dapat bekerja dan di isi ulang kembali?
Orientasi
Siswa membaca beberapa sumber belajar yang telah mereka cari
sebelumnya untuk memahami
Kegiatan inti Menanya (Questioning)
 Bertanya apakah akan terjadi reaksi bila arus listrik diputuskan
(elektrolisis)? Apakah ada hubungan antara arus dengan jumlah
zat yang terbentuk pada elektroda (elektrolisis)?
 Menerapkan konsep reaksi redoks dalam sistem elektrokimia 45 menit
yang melibatkan energi listrik dan kegunaannya dalam
mencegah korosi dan dalam industri
Mengumpulkan data (eksperimenting)
 Merancang percobaan terkait sel elektrolisis), mendiskusikan
hasil rancangannya,kemudian melakukan percobaan dengan
seksama dalam kelompok.
 Mencatat data hasil percobaan terkait yang terjadi di kedua
elektroda, kutub negatif dan kutub positif pada kedua elektroda,
membedakan hasil pengamatan sebelum dan sesudah
menghubungkan arus listrik (pada sel elektrolisis)
 Menuliskan reaksi yang terjadi
 Menggunakan hukum Faraday untuk menganalisis hubungan
antara arus listrik yang digunakan dengan jumlah hasil reaksi
yang terjadi.
Mengasosiasi (Associating)
 Menyimpulkan hubungan antara arus dengan jumlah zat hasil
reaksi dalam proses elektrolisis.
 Berlatih menentukan kespontanan reaksi elektrokimia
berdasarkan data potensial reduksi/oksidasi dan deret Nernst.
 Berlatih memecahkan masalah terkait perhitungan kimia dalam
elektrolisis menggunakan hukum Faraday.

Penutup Mengkomunikasikan (Communicating) 30 menit


 Rangkuman
 Tugas yang harus dikerjakan di rumah
Pertemuan IV
Metode : Diskusi informasi
Pendekatan : Konsep
Alokasi
Fase Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pembukaan 1. Salam pembuka 15 menit
2. Doa
3. Mengecek kehadiran siswa
4. Apersepsi dan Orientasi
Apersepsi
 Pernahkah kalian melihat besi yang berkarat?
 Mengapa besi bisa berkarat?
 mengapa korosi terjadi?
 reaksi apa yang terjadi pada korosi?
 Bagaimana cara mencegah korosi? , dll)
Kegiatan inti Menanya (Questioning)
 Membaca dan mempelajari artikel dari berbagai sumber terkait
proses korosi
 Mendiskusikan reaksi yang terjadi pada proses korosi
 Memprediksi/menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan 45 menit
terjadinya korosi menggunakan berbagai sumber.
 Mengajukan/memprediksi gagasan untuk mengatasi/mencegah
terjadinya korosi (electroplating, cat, perlindungan katodik, aliasi
logam)
Mengumpulkan data (eksperimenting)
 Menyimpulkan bahwa proses korosi melibatkan reaksi redoks
 Menyimpulkan bahwa kelembaban, elektrolit, dan udara
(oksigen), mempengaruhi terjadinya korosi.
 Menyimpulkan beberapa upaya untuk mengatasi/mencegah
korosi.
Penutup Mengkomunikasikan (Communicating) 30 menit
 Mengkomunikasikan hasil analisis dan kesimpulan berdasarkan
percobaan /penalaran yang telah dilakukan secara lisan/tertulis.
 Menggunakan tata bahasa yang benar.
 Memberikan informasi tentang pembelajaran selanjutnya.
 Mengerjakan post-test

F. Penilaian
1. Aspek Afektif
i. Teknik penilaian: observasi
ii. Bentuk intrumen: skala lajuan
iii. Instrumen penilaian:
Lembar Pengamatan Penilaian Afektif peserta didik

Kemampuan

Kemampuan
berpendapat
Kehadiran

menjawab
Ketepatan

Rata-rata
No Nama

bertanya

Keterangan:
Skala lajuan tersebut diisi dengan menuliskan angka 1 sampai dengan 5 sesuai
kriteria berikut:
1. Sangat baik (A) 4. Kurang (D)
2. Baik (B) 5. Sangat kurang (E)
3. Cukup (C)

2. Aspek kognitif:
a. Teknik Penilaian : Ulangan harian
b. Bentuk Penilaian : Soal objektif, benar salah, dan uraian.
c. Instrumen penilaian: terlampir
d. Tindak Lanjut : Bagi peserta didik yang telah mencapai KKM diberikan
pengayaan sedangkan bagi peserta didik yang belum mencapai KKM diberikan
remedial.
LAMPIRAN
Instrumen Diskusi
No TIK Soal Tingkat Jawaban
Kognitif
1 Diberikan 1.Jika reaksi: C3 A

persamaan reaksi, MnO( s )  PbO2( s )  MnO4 ( aq )  Pb  ( aq)
siswa dapat (belum setara)
menyetarakan Dilengkapi maka persamaan reaksi itu akan
reaksi redoks mengandung:
dengan cara a. 2 H+ dan H O
2
setengah reaksi b. 2 OH- dan H O
2
(ion elektron) c. 5 H+ dan 3 H O
2
paling sedikit d. 4 H+ dan 2 H O
2
80% benar. e. 4 OH- dan 2 H2O

2. Jika reaksi:
 C3 C
Br2( g )  Zn 2 ( aq)  BrO 3 ( aq )  Zn( aq)
(belum setara)
Dilengkapi maka persamaan reaksi itu akan
mengandung:
a. 10H+ dan 5 H2O
b. 24 H+ dan 12 H2O
c. 24 OH- dan 12 H2O
d. 20 H+ dan 10 H2O
e. 20 OH- dan 10 H2O

2 Diberikan
1. Jika reaksi:
persamaan reaksi,

siswa dapat CuS ( s )  NO2 ( aq )  Cu 2 ( aq)  S ( s )  NO( g ) C3 C
menyetarakan
(belum setara)
reaksi redoks
Dilengkapi dengan cara PBO, maka persamaan
dengan cara
reaksi itu akan mengandung:
perubahan a. 2 H+ dan H2O
bilangan oksidasi b. 2 OH- dan H2O
(PBO) minimal c. 4 H+ dan 2 H2O
80% benar. d. 8 H+ dan 4 H2O
e. 4 OH- dan 2 H2O

2. Jika reaksi:
2
CrO4 ( aq )  C 2 H 4( g )  Cr2 O3( s )  C4 E
C 2 H 4 (OH ) 2 ( aq)

(belum setara)
Pernyataan berikut yang tidak benar adalah
a. Jumlah PBO atom Cr adalah 3
b. Muatan di ruas kanan lebih besar dari pada
muatan di ruas kiri.
c. Atom C mengalami reaksi reduksi
d. Pereaksi mengandung 5 H2O
e. Produk mengandung 3 OH-

3 Dari persamaan 1. Lambang sel dari reaksi redoks berikut


reaksi, siswa
Zn( s )  Cu 2 ( aq)  Zn 2 ( aq)  Cu( s )
dapat menuliskan C2 C
Adalah:
lambang sel pada
a. Cu2+(aq)│Cu(s)║Zn(s)│Zn2+(aq)
sel volta minimal
b. Cu2+(aq)│ Zn(s)║ Zn2+(aq) │Cu(s)
80% benar.
c. Zn(s)│ Zn2+(aq)║ Cu2+(aq)│Cu(s)
d. Zn(s)│ Cu(s)║ Zn2+(aq)│ Cu2+(aq)
e. Zn(s)│ Cu2+(aq)║ Cu(s) │ Zn2+(aq)

2. Dari persamaan reaksi


Sn( s )  2 Ag  ( aq)  Sn 2 ( aq)  2 Ag ( s )

Lambang sel untuk reaksi di atas adalah…. C2 A


a. Sn(s)│Sn 2+
(aq)║Ag (aq)│Ag(s)
+

b. Ag+(aq)│Ag(s)║ Sn(s)│Sn2+(aq)
c. 2Ag+(aq)│2Ag(s) ║ Sn(s)│Sn2+(aq)
d. Sn(s)│ Ag+(aq)║ Sn2+(aq)│ Ag(s)
e. Sn(s)│ 2Ag+(aq)║ Sn2+(aq)│ 2Ag(s)

4 Dari diagram sel, 1. Dari diagram sel berikut:


siswa dapat Ca(s)│Ca2+(aq)║Zn2+(aq)│Zn(s)
menuliskan Reaksi yang berlangsung di anoda adalah: C2 B
reaksi-reaksi a. Zn(s )→ Zn + 2e 2+

yang terjadi pada b. Ca( s )  Ca 2 ( aq)  2e


sel volta paling c. Zn 2 ( aq)  2e  Zn( s )
sedikit 90%
d. Ca( s )  Zn 2 ( aq)  Ca 2 ( aq)  Zn( s )
benar.
e. Zn( s )  Ca 2 ( aq)  Zn( s )  Ca( s )

2. Dari diagram sel berikut: C2 D


Pb(s)│Pb2+(aq)║Cu2+(aq)│Cu(s)
Reaksi yang berlangsung di katoda adalah:
a. Pb( s )  Pb 2 ( aq)  2e

b. Cu 2 ( aq)  Pb( s )  Cu( s )  Pb 2 ( aq)

c. Pb 2 ( aq)  Cu( s )  Pb( s )  Cu 2 ( aq)

d. Cu 2 ( aq)  2e  Cu( s )

e. Cu( s )  Cu 2 ( aq)  2e

5 Siswa dapat 1. Dari data potensial elektrode berikut


menghitung
Mg 2 ( aq)  2e  Mg ( s ) Eo = -2,24 volt
potensial sel C3 A
Fe 2 ( aq)  2e  Fe( s ) Eo= -0,44 volt
berdasarkan data
Berapakah potensial sel untuk reaksi
potensial standar Mg ( s )  Fe 2 ( aq)  Mg 2 ( aq)  Fe( s )
minimal 80% a. +1,8 volt
benar. b. +0,66 volt
c. +0,52 volt
d. -1,46 volt
e. -2,68 volt
2. Jika diketahui potensial elektrode Ag dan C3 C
Cu sebagai berikut:
Ag  ( aq)  e  Ag( s ) Eo = -0,80 volt
Cu 2 ( aq) 2e  Cu( s ) Eo= -0,34 volt
Berapakah harga potensial standar sel
tersebut?
a. +1,46
b. +1,14
c. +0,54
d. -0,88
e. -0,52

G. Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran untuk tes bentuk pilihan ganda ada dua cara yaitu tanpa hukuman
dan dengan hukuman. Pedoman penskoran yang dipakai adalah pedoman penskoran tanpa
hukuman dengan rumus :

S=R–W
Dimana S = skor
R = banyaknya jawaban benar
W = banyaknya jawaban salah

Penilaian =

Medan, Februari 2014


Dosen Pendamping Mahasiswa Calon Guru

Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si Evy Noviyanti Siregar


NIP. Nim. 8136142008

Anda mungkin juga menyukai