Anda di halaman 1dari 2

http://terbangkania.blogspot.co.id/2013/06/interferensi.

html
Interferensi
Terdapat banyak pengertian mengenai interferensi yang dapat ditemukan dalam berbagai literatur.
Menurut Sudipa dkk (2011: 2) interferensi merupakan penggunaan unsur-unsur yang ada pada
bahasa sendiri pada waktu memakai bahasa lain. Kridalaksana (2008: 95) membagi pengertian ke
dalam dua pengertian yaitu interferensi merupakan penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan
yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa dan kesalahan bahasa berupa unsur bahasa
sendiri yang dibawa ke dalam bahasa atau dialek yang dipelajari. Dalam KBBI (2005) interferensi
adalah masuknya unsur serapan ke dalam bahasa lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika
bahasa yang menyerap. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
interferensi adalah suatu bentuk penyimpangan dalam berbahasa yang diakibatkan oleh penggunaan
bahasa lain ke bahasa sendiri atau sebaliknya karena lemah dalam kosakata salah satu bahasa.

Interferensi terdiri atas beberapa bentuk yaitu interferensi dalam bidang fonologi, morfologi,
perulangan, dan sintaksis. Interferensi dalam bidang fonologi ditemukan dalam bentuk fonem dan
fonetik. Namun interferensi dalam fonetik jarang sekali ditemukan untuk masyarakat Indonesia lebih
banyak ditemukan peristiwa interferensi pada fonem. Wenreich (Chaer dan Agustina, 2010: 123)
menyebutkan bahwa interferensi terdiri dari empat tipe yaitu interferensi substitusi (penutur Bali),
interferensi overdiferensiasi (penutur Tapanuli dan Jawa), interferensi underdeferensi (penutur
Jepang), dan interferensi reinterpretasi (penutur Hawai). Contoh : [nDepok], [mBandung],
[ngGombong], [tẽtapi], dll.

Interferensi dalam bidang morfologi dapat terjadi pada pembentukan kata yaitu pola proses morfologi.
Afiks-afiks yang digunakan di luar afiks-afiks bahasa Indonesia atau bahasa sendiri melainkan dari
bahasa lain itu menandakan telah terbentuk interferensi. Selain itu, interferensi juga terbentuk bila
kata dalam bahasa Indonesia menggunakan afiks yang salah. Contoh:
ketabrak (ke- + tabrak) : tertabrak
kedorong (ke- + dorong) : terdorong
ketelan (ke- + telan) : tertelan
kemurahan (ke-an + murah): terlalu murah
ngedongkrak (nge- + dongkrak): mendongkrak
ngomongin (-in + ngomong): membicarakan
ngebuntutin (nge-in + buntut): membututi
dijatuhin (di-in + jatuh): dijatuhi

Interferensi semantik yang dimaksud pada umumnya adalah terjadi perulangan kata yang salah.
Dengan kata lain membentuk kata ulang dengan tidak menggunakan kaidah EYD (dalam bahasa
Indonesia). Jenis-jenis perulangan yang terjadi seperti perulangan seluruhnya, perulangan yang
mendapat awalan, dan perulangan yang mendapat akhiran. Bentuk-bentuk interferensi perulangan
dalam bahasa Indonesia antara lain:
dijelek-jelekin seharusnya ‘dijelekkan’
terus-terusan seharusnya ‘terus-menerus’
ugal-ugalannya seharusnya ‘ugal-ugalan’

Sama seperti pada bidang bahasa lainnya interferensi dalam bidang sintaksis juga terjadi akibat
seringnya menggunakan dua bahasa dalam waktu yang sama. Maka, pola kalimatpun sering bertukar
sesuai dengan bahasa yang paling sering digunakan. Misalnya akibat bilingual bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia. “Di sini Dyah cantik sendiri” kalimat bahasa Indonesia itu berstruktur bahasa Jawa
yang bunyinya “Ning kene Dyah ayu dhewe”. Kata sendiri pada kalimat tersebut merupakan
terjemahan dari kata dhewe dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Indonesia baku kalimat tersebut
seharusnya “Dyah paling cantik di sini”.
DAFTAR PUSTAKA

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2010. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Bandung: Rineka Cipta.

Christina, Bratt Paulson, dan G. Richard Tucker. 2003. Sociolinguistics: The Essential Readings.
UK: Blackwell Publishing.

Holmes, Janet. 2001. An Introduction to Sociolinguistics. Londong: Longman.

Kosasih, E. 2012. 1700 Bank Soal Bintap Bahasa Indonesia untuk SMA/ MA. Bandung: Yrama
Widya.

Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Liliwei, Alo. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Antarabudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mahsun. 2012. Meode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan secara Linguis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudipa, I Nengah, I Made Rajeg, dan Luh Putu Laksminy. 2011. Interferensi: Pengaruh Bahasa
Indonesia dalam Bahasa Inggris. Denpasar: Udayanan Universiy Press.

Sumarsono. 2011. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai