2013
Daftar Isi
PENGANTAR BAB
PELATIHAN I
A. LATAR BELAKANG
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan
uang tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Persyaratan
peserta PKH dalam bidang kesehatan adalah rumah tangga sangat miskin
yang memiliki ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak
balita. Keluarga peserta PKH tersebut diwajibkan memanfaatkan pelayanan
kesehatan terutama Kesehatan Ibu dan Anak seperti imunisasi, kunjungan
ke Posyandu, pemberian vitamin A untuk anak usia 6-24 bulan, pemberian
tablet tambah darah untuk ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, dan pemeriksaan paska persalinan untuk
ibu dan bayi, dan lain-lain. Tujuan PKH dalam bidang kesehatan ini adalah
agar peserta PKH mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Program Keluarga Harapan (PKH) terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan stunting (pendek) pada anak balita. Hal ini ditunjukkan
pelaksanaan PKH atau yang dikenal sebagai bantuan tunai bersyarat sejak
tahun 2003 di negara-negara di Amerika Selatan, seperti Chili, Colombia,
Mexico dan Brazil. Pelaksanaan PKH di negara-negara tersebut telah
menghasilkan peningkatan tinggi badan menurut umur pada anak dari
keluarga yang menjadi peserta PKH (Conditional Cash Transfer/CCT). Progresa
di Mexico berdampak pengurangan stunting sebesar 10 persen pada kelompok
anak usia 12-36 bulan, sementara itu Red de Proteccion Social di Nikaragua
berdampak pengurangan stunting dari 49,1 persen menjadi 37,1 persen
dalam jangka waktu pelaksanaan dua tahun.
Analisa terhadap hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, menunjukkan
kemiskinan berkorelasi dengan kejadian kekurangan gizi. Hal ini dapat dilihat
dari prevalensi pendek stunting 2-3 kali lipat lebih tinggi pada kelompok
miskin dibandingkan pada kelompok kaya. Oleh karena itu pelaksanaan
PKH pada keluarga miskin diharapkan dapat mencegah terjadinya masalah
stunting pada anak balita terutama pada keluarga peserta PKH.
Mengingat eratnya hubungan antara kemiskinan dan masalah gizi terutama
stunting maka sejak tahun 2012, Bappenas, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), UNICEF, Pemerintah Kabupaten Sikka dan Kabupaten Brebes
mengembangkan sebuah proyek rintisan yaitu Program Penguatan
Komponen Gizi dan Penanggulangan Stunting dalam PKH yang bertujuan
untuk mempercepat penanggulangan prevalensi stunting pada anak terutama
dari keluarga peserta PKH. Proyek rintisan ini dinamai PKH PRESTASI
yaitu ‘Progressive Reduction of Stunting through PKH’ atau PKH Progresif
Pengentasan Masalah Gizi.
MODUL
FASILITATOR
yang dibeli. Pola asuh misalnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja atau
ASI Eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan, juga mempengaruhi status gizi
seseorang. Demikian juga dengan ketersediaan air minum dan sanitasi akan
memudahkan seseorang menerapkan Perilaku Hidupa Bersih dan Sehat
(PHBS). Kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan yang baik, juga turut
menentukan status gizi seseorang.
Dari faktor penyebab langsung dan tidak langsung di atas, maka diketahui
bahwa akar masalah status gizi tidak sepenuhnya masalah kesehatan tetapi
menyangkut masalah-masalah di luar kesehatan seperti kelembagaan,
politik dan idelogi, kebijakan ekonomi, sumber daya, lingkungan, teknologi,
dan kependudukan. Oleh karena itu untuk melakukan perbaikan gizi, maka
sektor yang terkait dengan akar masalah gizi ini perlu dilibatkan.
Masalah kesehatan dan gizi pada ibu dan anak sangat penting. Lebih
dari sepertiga kematian bayi dan anak, serta 11% beban penyakit di dunia
disebabkan karena kekurangan gizi pada ibu hamil dan anak. Dampak
kekurangan gizi pada ibu hamil sangat serius, karena gangguan pertumbuhan
sejak dalam kandungan akan berakibat secara fisik, mental dan intelektual
pada bayi yang dilahirkan. Selain bayi dilahirkan pendek dan sangat kurus,
jika bayi tersebut dapat hidup akan tumbuh dan berkembang di bawah normal
akan mengalami kehidupan dengan ketidakmampuan, ketika menjadi dewasa
bertubuh pendek dan mempunyai tingkat kecerdasan dan produktivitas
rendah. Untuk perempuan, akan menjadi remaja dan calon ibu hamil yang
akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan juga pendek.
Anak kurang gizi telah terbukti berkorelasi bermakna dengan kejadian
penyakit tidak menular (PTM). Apabila masalah anak pendek tidak segera
ditanggulangi, akan berpotensi meningkatkan kematian akibat PTM di
masa mendatang. Pada saat ini Indonesia masih mengalami prevalensi
anak pendek yang cukup tinggi yaitu sebesar 35,6%. Dengan menyadari
betapa kompleksnya akibat masalah gizi sehingga penanganan masalah gizi
memerlukan kerjasama semua pemangku kepentingan.
MODUL
FASILITATOR
Semua intervensi tersebut jika dilakukan pada ibu hamil, bayi dan anak di
bawah usia dua tahun terbukti berdampak pada penurunan kematian anak.
Kematian anak balita turun sebesar 19 persen karena pemberian ASI eksklusif
dan pemberian MP-ASI yang tepat dan baik. Intervensi yang efektif pada masa
ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak baduta akan terjadi penurunan anak
pendek sampai 36 persen (Bappenas 2012).
Kesehatan janin dalam kandungan dan bayi yang dilahirkan sangat tergantung
pada kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil, sebelum hamil, bahkan sebelum
menikah. Karena itu, intervensi akan lebih efektif jika dilakukan juga kepada
remaja, untuk mempersiapkan tingkat kesehatan dan gizi remaja yang optimal.
Remaja puteri perlu diperhatikan agar mereka sudah siap saat menjadi calon
pengantin dan saat memasuki masa kehamilan.
Riskesdas 2010 membuktikan 1 dari 2 anak yang lahir dari keluarga paling
miskin di Indonesia mengalami pendek, dibandingkan dengan kelompok
penduduk kaya, ditemukan hanya 1 dari 4 anak tergolong anak pendek.
Untuk menurunkan populasi pendek di suatu negara, dalam jangka panjang,
kegiatan intervensi tersebut di atas harus disertai dengan peningkatan
determinan (faktor penentu) yang mendasar yaitu penuntasan kemiskinan,
peningkatan pendidikan, pengendalian penyakit dan pemberdayaan
perempuan. Implementasi intervensi yang terbukti efektif harus dilakukan
dengan pelayanan berkesinambungan dan difokuskan pada kelompok ibu
hamil, bayi dan anak di bawah usia dua tahun, yang kita kenal sebagai 1000
hari pertama kehidupan.
MODUL
FASILITATOR
1.3.2. Kompetensi
a. Mampu menjadi Pendamping PKH Prestasi yang mengerti tentang
kesehatan dan gizi
b. Mampu membantu atau mengenali masalah kesehatan dan gizi yang
terjadi di wilayahnya
c. Mampu menyebarluaskan pengetahuan kesehatan dan gizi yang
didapat selama pelatihan
C. TUJUAN PELATIHAN
E. STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, materi pelatihan disusun dalam
struktur program berikut:
No MATERI JPL
A MATERI DASAR
Masalah Gizi di Indonesia 1
B MATERI INTI
1. Pelayanan Ibu Hamil 3
2. Pelayanan Ibu Bersalin 1
3. Pelayanan Ibu Nifas dan Menyusui 2
4. Pelayanan Bayi Usia 0-28 Hari 2
5. Pelayanan Bayi Usia 29 Hari – 11 Bulan 5
6. Pelayanan Anak Usia 12 – 59 Bulan 6
7. Pelayanan Remaja 2
8. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1
C MATERI PENUNJANG
Teknik Fasilitasi (khusus ToT) 2
Membangun Komitmen Belajar 1
TOTAL 26
Keterangan: JPL : Jam Pelajaran
1 JPL = 45 menit
MODUL
FASILITATOR
F. PROSES PEMBELAJARAN
1.9. Fasilitas
1.9.1. Ruangan kelas memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tertutup dan nyaman
Pencahayaan cukup
Ventilasi baik
Kapasitas standar untuk minimal 20 orang
Penataan meja kursi U-Shape
1.9.2. Pada setiap kelas tersedia alat bantu pelatihan sebagai berikut:
LCD, laptop, papan flipchart
Spido;, kertas flipchart
Micro speaker
Metaplan
Seluruh kelengkapan fasilitator untuk menyampaikan materi
(TTD, taburia, mix me, garam krosok, garam halus, iodine
test, nasi, sayur berkuah, sendok, oralit, tablet zink, kartu
perkembangan, buku KIA, KMS, obat cacing, pita LiLA, model
payudara, boneka, cangkir)
Gunting, selotip, klip besar, name tag
1.10. Evaluasi
Pre test dan post test wajib dilakukan saat pelatihan, dan dilakukan pula
evaluasi pembelajaran setiap hari setelah semua sesi pada hari tersebut
selesai.
MEMBANGUN BAB
KOMITMEN BELAJAR II
A. Deskripsi singkat
Materi ini berisi penjelasan mengenai proses persiapan peserta untuk
mengikuti proses pelatihan baik secara individu maupun kelompok. Setiap
individu perlu melibatkan diri dalam proses pelatihan secara aktif didukung
dengan kehadiran tepat waktu dan mematuhi tata tertib serta aturan selama
pelatihan yang disepakati bersama.
B. Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu mengaplikasikan konsep
membangun komitmen belajar dan kesepakatan yang dibuat bersama
sehingga menimbulkan motivasi belajar.
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:
1. Menegakkan norma belajar baik secara individu maupun kelompok
2. Memotivasi diri sendiri untuk mengikuti proses pelatihan
3. Berperan secara optimal dalam setiap pembelajaran individu maupun
kelompok
C. Pokok Bahasan
1. Harapan pembelajaran
2. Konsep pembelajaran
3. Kesepakatan aturan dalam pelatihan
4. Kontrol kolektif
D. Buku Pedoman
1. Kegiatan Praktik Perilaku dan Pemulihan Gizi (KP3G) Melalui pendekatan
Positive Deviance
2. Pedoman Fasilitator Penilaian Pertumbuhan Anak
3. Pedoman Pelatihan Kader Posyandu
MODUL
FASILITATOR
Penutup (2 menit)
14. Peserta dipersilahkan kembali ke tempat duduk masing-masing dan
fasilitator menutup sesi ini dengan mengucapkan salam.
BAB
TEKNIK FASILITASI III
A. Deskripsi singkat
Materi ini khusus diberikan hanya pada Pelatihan Pelatih (ToT) Pendamping
PKH Prestasi. Berisi penjelasan mengenai bagaimana memfasilitasi sebuah
pelatihan dengan model orang dewasa. Dalam prosesnya, lebih banyak
dilakukan dengan proses diskusi dan tanya jawab.
B. Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu memahami teknik fasilitasi
yang baik dan benar serta mengaplikasikan pada proses pelatihan.
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:
1. Memahami cara memotivasi peserta pelatihan
2. Memahami teknik bekerjasama antar fasilitator
3. Memahami cara memimpin diskusi kelompok
MODUL
FASILITATOR
BAB
IV MATERI PELATIHAN
A. Deskripsi Singkat :
Penyebab masalah gizi dibagi menjadi penyebab langsung, penyebab tidak
langsung dan akar masalah. Saat ini masalah gizi pada balita di Indonesia
terdiri dari masalah gizi kurang dan gizi buruk, anak balita pendek, kurus dan
gemuk. Selain itu juga terdapat masalah gizi mikro seperti Kurang Vitamin A,
Anemia Gizi dan Gangguan Akibat kekurangan Iodiumn (GAKI). Pada bagian ini
akan dijelaskan masalah gizi pada ibu dan anak, penyebab terjadinya masalah
gizi, dampak yang ditimbulkan, dan peran pendamping mengatasi masalah
gizi tersebut.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Pada akhir sesi peserta dapat memahami masalah gizi di Indonesia
2. Tujuan khusus
Pada akhir sesi peserta dapat:
a. Menyebutkan masalah gizi di Indonesia (mikro dan makro)
b. Mengetahui penyebab terjadinya masalah gizi
c. Menyebutkan dampak masalah gizi
d. Mengetahui upaya penanggulangan masalah gizi
e. Mengetahui peran pendamping dalam pelaksanaan program gizi
C. Buku Pegangan :
1. Buku Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak, 2008
2. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2011
3. Buku Panduan Kader Posyandu, 2011
F. Uraian Materi
Defenisi masalah gizi
- Gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dengan jumlah banyak.
Contoh : karbohidrat, protein, dan lemak
- Gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dengan jumlah sedikit.
Contoh : Vitamin seperti vitamin A, B, C, D, E, dan K. Mineral seperti Iodium,
Fe, Zink, Kalim, dsb.
• Masalah gizi berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 adalah
anak balita gizi kurang dan gizi buruk sebesar 17,9%, pendek 35,6 %, kurus
13,3% dan gemuk 14,2%.
• Hasil studi di 10 propinsi pada tahun 2006 26,3% balita Anemia. Sementara
itu hasil SKRT tahun 2001 prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 40,1%.
MODUL
FASILITATOR
STATUS GIZI
Ketersediaan Penyebab
PengetahuanPerilaku Pelayanan TAK
Pangan tingkat
kesehatan LANGSUNG
Rumah Tangga
Masalah
KRISIS POLITIK DAN EKONOMI DASAR
MODUL
FASILITATOR
A. Deskripsi singkat
Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di
dalam rahim seorang perempuan yang didahului
oleh terjadinya proses pembuahan yaitu bertemunya
sel telur wanita yang dihasilkan oleh indung telur
dengan sel sperma pria. Kehamilan ditandai dengan
terlambatnya haid/menstruasi. Setelah pembuahan,
terbentuk kehidupan baru berupa janin yang tumbuh
dan berkembang dengan aman dan nyaman dalam
rahim ibu.
Ibu hamil memerlukan gizi lebih banyak daripada keadaan tidak hamil
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Kekurangan gizi pada ibu hamil,
bisa berupa kurang energi kronik (KEK) dan atau kurang darah (anemia).
Di daerah endemik malaria, ibu hamil mempunyai risiko terkena penyakit
malaria. Demikian juga di beberapa daerah yang masih tergolong daerah
endemik kurang Iodium sehingga jika tidak dicegah ibu hamil akan mengalami
gangguan akibat kurang Iodium (GAKI). Untuk menjaga kesehatan ibu hamil
dan janin dalam kandungan, perlu dihindari kehamilan remaja di usia muda
(<20 tahun). Ibu hamil harus memeriksakan kehamilan minimal 4 kali, yaitu
sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan dua kali pada
trimester ketiga.
B. Tujuan pembelajaran
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mengetahui dan dapat menjelaskan
tentang Pelayanan Ibu Hamil
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan :
a. Persyaratan ibu hamil peserta PKH
b. Perubahan yang terjadi selama kehamilan
c. Tanda bahaya kehamilan
d. Kehamilan dan persalinan berisiko
e. Kewajiban ibu sesudah melahirkan
f. Kurang Energi Kronik pada ibu hamil
g. Anemia pada ibu hamil
h. Penyakit malaria pada ibu hamil
i. Gangguan akibat kurang Iodium pada ibu hamil
j. Upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan dan gizi
pada ibu hamil
C. Buku Pegangan
1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 2011
2. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. 2011
3. Buku Panduan Kader Posyandu. 2011
4. Sehat dan Bugar berkat Gizi Seimbang. 2010
5. Pelatihan Konseling Menyusui. Panduan Pelatih. 2007
6. Pedoman Umum Gizi Seimbang. 2003
7. Pedoman Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas pada Wanita Usia
Subur, 1995
MODUL
FASILITATOR
F. Uraian materi
Persyaratan/kewajiban ibu hamil adalah:
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) sebanyak
minimal 4 kali selama kehamilan. Kunjungan pertama/K1 pada
trimester-1, K2 pada trimester-2 dan K3 dan K4 pada trimester-3.
Suami atau keluarga harus mendampingi ibu hamil saat pemeriksaan
kehamilan.
2. Minum 1 tablet tambah darah (tablet yang berisi besi-folat) setiap hari
selama kehamilan, minimal 90 hari berturut-turut. Pil tambah darah
mencegah ibu menderita kurang darah dan tidak berbahaya bagi janin. Beri
pengertian agar minum 1 tablet tambah darah setiap hari sesudah makan
malam, selama kehamilan. Zat besi sangat penting untuk pertumbuhan
sel dan syaraf otak anak.
3. Memperoleh imunisasi tetanus toxoid (TT) untuk mencegah tetanus pada
bayi baru lahir.
4. Mendapat konseling perorangan dan atau kelompok tentang pola konsumsi
makanan beragam, bergizi seimbang dan aman selama kehamilan.
5. Mengonsumsi garam berIodium yang dibubuhkan pada setiap masakan di
rumah.
6. Dianjurkan memilih makanan yang telah difortifikasi (diperkaya) dengan
zat gizi mikro, terutama vitamin A, besi dan Iodium.
7. Tidak merokok dan melarang anggota keluarga merokok di dalam rumah.
8. Di daerah endemik malaria, saat tidur menggunakan kelambu berinsektisida
yang diberikan oleh petugas kesehatan.
9. Memperoleh dukungan dari suami dan keluarganya untuk mempersiapkan
psikologis ibu menghadapi kehamilan, serta kesiapan mengasuh dan
mendidik anak. Setelah usia kehamilan 4 bulan, sering-seringlah ajak
bicara bayi atau membaca doa sambil mengelus-elus perut.
10. Ibu hamil juga harus dihindarkan dari pemakaian narkoba dan minuman
keras.
11. Diberikan pengetahuan tentang hubungan suami isteri selama proses
kehamilan.
12. Menanyakan kepada bidan atau dokter tanggal perkiraan persalinan dan
merencanakan melahirkan ditolong bidan atau dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan.
13. Bersama suami merencanakan ikut keluarga berencana dengan memilih
alat kontrasepsi yang akan dipakai sesudah melahirkan sesuai nasihat
bidan atau dokter.
14. Menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika sewaktu-waktu
diperlukan.
MODUL
FASILITATOR
Pengertian
Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim seorang perempuan.
Kehamilan tidak hanya ditandai oleh terlambatnya haid, muntah pada pagi hari
atau semakin membesarnya perut ibu. Berbagai perubahan tubuh ibu dapat terjadi
selama kehamilan.
Jika ditemukan ibu hamil dengan salah satu tanda seperti di atas, segera dibawa
ke Puskesmas atau beritahu petugas kesehatan terdekat.
Kehamilan dan persalinan berisiko dan dapat terjadi apabila:
4 Terlalu:
Terlalu muda untuk hamil (<20 tahun)
Terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun)
Terlalu sering hamil (anak 3 orang atau lebih)
Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilan (jarak kelahiran < 2 tahun)
3 Terlambat:
Terlambat mengetahui tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk mencari
pertolongan
Terlambat tiba difasilitas kesehatan
Terlambat mendapatkan pertolongan medis yang adekuat
Akibat:
Ibu hamil KEK dan anemia akan melahirkan bayi pendek dan BBLR. BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, pendek, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak.
Pengertian:
Ibu hamil kurang darah atau anemia adalah kondisi ibu hamil
dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Batas ambang berbeda untuk setiap kelompok umur, jenis
kelamin dan keadaan. Untuk ibu hamil, batas ambang normal
adalah 11 g/dl.
Ibu hamil mudah mengalami anemia karena cairan darah dalam
tubuh meningkat, disebabkan tubuh memerlukan tambahan
darah untuk mensuplai oksigen dan makanan bagi pertumbuhan janin. Karena itu
sel darah merah perlu diproduksi lebih banyak dengan memanfaatkan protein dan
zat besi dari makanan. Apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 11g/dl, maka
MODUL
FASILITATOR
Penyebab:
1. Pola makanan yang kurang beragam dan bergizi seimbang
2. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat, sehingga tubuh belum sempat
memproduksi darah sebagai pengganti darah yang keluar saat melahirkan
sebelumnya
3. Di daerah endemik malaria, kondisi anemia pada ibu dapat disebabkan karena
penyakit kronis malaria
4. Biasanya kondisi ini juga terjadi jika ibu hamil mengalami kurang energi kronis
(KEK).
5. Kehilangan zat besi yang berlebihan akibat kecacingan
Akibat:
1. Keguguran
2. Bayi lahir prematur (belum cukup bulan)
3. Bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan pendek, sehingga akan
menjadi anak yang terhambat pertumbuhan fisik dan otaknya sehingga kurang
cerdas
4. Dalam kondisi anemia berat, bayi bisa lahir mati.
P E R H AT I A N
Khusus di daerah endemik malaria, ibu hamil penderita malaria perlu
diberikan obat anti malaria terlebih dahulu baru kemudian diberikan tablet
tambah darah. Pemberian TTD untuk ibu hamil yang menderita malaria
akan menstimulasi parasit malaria untuk menghancurkan sel darah
merah yang baru dan akan menambah berat anemia.
MODUL
FASILITATOR
Pengertian:
Gangguan akibat kurang Iodium (GAKI) adalah serangkaian
gejala yang timbul akibat tubuh seseorang kekurangan Iodium
secara terus menerus dalam waktu lama.
Iodium adalah mineral yang terdapat di alam (dalam tanah
dan air), merupakan zat gizi mikro untuk tumbuh kembang
mahluk hidup, dari janin sampai dewasa.
Penyebab:
GAKI disebabkan karena tidak mengonsumsi iodium dalam jumlah cukup. Ibu
hamil menderita GAKI akan berakibat bayi lahir kurang Iodium dan akan menderita
GAKI jika tidak segera ditanggulangi.
Akibat:
1. Kekurangan Iodium pada kehamilan merusak pertumbuhan fisik dan
perkembangan otak anak. Karena itu ibu hamil di daerah endemik GAKI dapat
mengalami keguguran atau janin dalam kandungan lahir mati, cacat bawaan,
mengalami keterbelakangan mental, tuli, bisu, juling, cebol serta mengalami
kelainan fungsi gerak.
2. Dampak yang menjadi beban sosial keluarga dan masyarakat diakibatkan
adanya anggota keluarga dengan keterbelakangan mental, tingginya anak
putus sekolah karena tingkat kecerdasan yang rendah.
3. Dampak ekonomi akibat hewan ternak kurus dan tanah pertanian tidak
produktif sehingga nilai jual rendah, masyarakat tidak produktif sehingga
pendapatan rendah.
Pengertian:
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah manusia, dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
dari penderita kepada manusia sehat.
Jika mengetahui ada gejala dan tanda diatas pada anggota keluarga, segera
bawa ke Puskesmas.
Akibat:
1. Dampak malaria pada ibu hamil diantaranya adalah kurang darah tingkat
berat dan bisa mengalami gangguan kesadaran sampai tidak sadarkan diri
2. Dampak malaria pada janin antara lain dapat berakibat keguguran, lahir
prematur atau berat lahir rendah dan bisa berakibat malaria kongenital
Pencegahan:
1. Memakai kelambu berinsektisida, adalah kelambu
yang sudah dilapisi dengan racun serangga yang
dapat membunuh nyamuk tetapi tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia.
2. Mencegah digigit nyamuk dengan memakai celana
panjang dan kemeja lengan panjang saat berada di
luar rumah
3. Pemakaian penolak nyamuk atau obat nyamuk
4. Pemakaian kawat kasa nyamuk pada pintu-pintu dan
jendela-jendela rumah.
5. Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah
malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama.
MODUL
FASILITATOR
Penanggulangan:
Pengobatan malaria untuk ibu hamil dan anak dilakukan oleh petugas kesehatan
di puskesmas. Bawa ibu hamil dan anak ke puskesmas untuk mendapat pengobatan.
Pengobatan dilakukan sebagai upaya membunuh semua parasit malaria dalam
tubuh, sehingga didapat kesembuhan sempurna, serta untuk memutuskan mata
rantai penularan.
A. Deskripsi singkat
Setiap ibu bersalin harus ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan, karena
walaupun saat hamil tidak terjadi kelainan tetapi saat
proses persalinan kondisi janin maupun kehamilan
seringkali tak terduga sehingga memerlukan tindakan. Tindakan dilakukan
oleh tenaga terlatih di fasilitas kesehatan agar persalinan lancar, ibu selamat
dan bayi sehat. Menjelang persalinan ibu hamil diberitahu tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) yang penting untuk keberhasilan proses menyusui dan
memastikan kolostrum diberikan kepada bayi baru lahir. Ibu minum kapsul
vitamin A 200.000 SI segera sesudah bersalin dan satu kapsul lagi 24 jam
kemudian.
B. Tujuan pembelajaran
1. Tujuan Umum :
Pada akhir sesi ini peserta mampu menjelaskan pelayanan ibu bersalin.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan :
a. Persyaratan/kewajiban ibu bersalin
b. Tanda-tanda persalinan
c. IMD dan manfaat kolostrum
C. Buku Pegangan
1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 2012
2. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. 2012
3. Pelatihan Konseling Menyusui. Panduan Pelatih. 2007
MODUL
FASILITATOR
F. Uraian materi
Persyaratan/kewajiban ibu bersalin:
Proses kelahiran bayi harus ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas kesehatan.
MODUL
FASILITATOR
Manfaat Kolostrum:
1. Membantu tubuh bayi membentuk daya tahan terhadap infeksi
2. Penting untuk pertumbuhan usus karena akan membuat lapisan yang
melindungi dan mematangkan dinding usus bayi .
A. Deskripsi singkat
Setelah persalinan ibu mengalami masa nifas dan
masa menyusui. Pada masa nifas dan menyusui ibu
mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 3 kali untuk
deteksi dini dan mencegah komplikasi persalinan dan
nifas. Ibu nifas memerlukan makanan beragam dan
bergizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu maupun bayinya. Ibu
mendapat konseling tentang pentingnya pemberian ASI saja selama 6 bulan,
pentingnya pertumbuhan dan perkembangan bayi dan mendapat penjelasan
tentang alat kontrasepsi untuk menjaga jarak kehamilan berikut.
B. Tujuan pembelajaran
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mengetahui dan dapat menjelaskan
tentang pelayanan ibu nifas dan ibu menyusui.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan:
a. Persyaratan/kewajiban ibu nifas dan ibu menyusui
b. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
c. Pentingnya pemberian ASI Eksklusif
d. Upaya mencapai keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
e. Hal-hal yang perlu dilakukan ibu nifas dan ibu menyusui
C. Buku Pedoman
1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 2012
2. Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak. Panduan
Fasilitator. 2012
3. Pemberian Makan Bayi dan Anak. Kartu Konseling Untuk Kader. 2012
4. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. 2011
5. Buku Panduan Kader Posyandu. 2012
6. Pelatihan Konseling MP-ASI. Panduan Pelatih. 2011
7. Sehat dan Bugar berkat Gizi Seimbang. 2010
8. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. 2011
9. Pelatihan Konseling Menyusui. Panduan Pelatih. 2007
10. Pedoman Umum Gizi Seimbang. 2003
MODUL
FASILITATOR
F. Uraian Materi
Persyaratan/kewajiban ibu nifas dan ibu menyusui adalah:
1. Minum lagi kapsul vitamin A warna merah pada hari kedua sesudah
melahirkan. Jarak minum kapsul pertama dan kedua minimal 24 jam.
2. Memperoleh pelayanan kesehatan minimal 3 kali, pada mg I, II dan VI
setelah melahirkan.
3. Memperoleh dan mengonsumsi 1 tablet tambah darah setiap hari selama
40 hari, atau sesuai anjuran dari tenaga kesehatan jika menderita kurang
darah akibat perdarahan saat melahirkan.
MODUL
FASILITATOR
Perlu diperhatikan:
1. Jangan merebus ASI Perah karena akan merusak zat-zat gizi didalamnya
jangan membekukan kembali ASI yang telah dicairkan
2. Botol susu dan dot tidak aman untuk digunakan karena sulit dibersihkan
dan mudah terkontaminasi
MODUL
FASILITATOR
Bagi Bayi
1. Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak diberi ASI 14 kali lebih besar
kemungkinannya meninggal dibandingkan bayi yang disusui secara eksklusif
pada enam bulan pertama)
2. Susu formula tidak memiliki antibodi (zat kekebalan tubuh) untuk melindungi
bayi dari sakit. Badan ibu membuat ASI dengan antibodi yang melindungi bayi
dari penyakit tertentu dalam lingkungan ibu/anak
3. Tidak menerima imunisasi pertama mereka dari kolostrum
4. Sulit menyerap susu formula, susu formula sama sekali bukan makanan
sempurna bagi bayi
5. Sering mengalami diare, lebih sering sakit, dan lebih parah sakitnya. Anak
usia kurang dari enam bulan yang diberi makan campuran (makanan, susu
formula dan air terkontaminasi) berisiko sakit lebih tinggi
6. Infeksi saluran pernafasan yang lebih sering
7. Risiko kekurangan gizi yang lebih besar, khususnya bagi bayi usia muda
8. Lebih besar kemungkinannya mengalami kurang gizi, keluarga mungkin tidak
mampu membeli susu formula dalam jumlah yang cukup.
9. Perkembangannya kurang: gangguan pertumbuhan, berat badan kurang,
badan pendek ’stunting’, kekurangan gizi parah ’wasting’ karena penyakit
menular seperti diare atau infeksi paru
10. Keterikatan yang kurang kuat antara ibu dan bayi, sehingga bayi tidak nyaman
11. Lebih besar kemungkinan kelebihan berat badan
12. Lebih besar risiko terkena penyakit jantung, diabetes, kanker, asma, gigi
keropos, pada usia dewasa.
Bagi Ibu
1. Ibu menjadi berisiko lebih mudah hamil
2. Lebih banyak pendarahan setelah persalinan sehingga meningkatkan risiko
anemia bila pemberian ASI tidak dimulai sejak dini
3. Mengganggu ikatan dengan bayinya
4. Meningkatnya depresi paska persalinan
5. Kejadian kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh ibu nifas dan ibu menyusui adalah:
1. Menyusui bayi sesering mungkin, bersihkan puting susu dengan air bersih
2. Makan makanan beragam, bergizi seimbang dan banyak minum supaya ASI
keluar banyak
3. Istirahat cukup supaya ibu sehat dan produksi ASI banyak
4. Minum 1 kapsul vitamin A, kapsul warna merah, segera sesudah melahirkan
dan 1 kapsul lagi pada hari berikutnya paling lambat pada hari ke 28
5. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama masa nifas, untuk
mempercepat pemulihan anemia yang terjadi karena perdarahan selama
persalinan
6. Jaga kebersihan alat kelamin, gantilah pembalut setiap kali basah
7. Segera menghubungi bidan atau petugas Keluarga Berencana untuk mendapat
alat kontrasepsi pasca melahirkan.
MODUL
FASILITATOR
A. Deskripsi singkat
Bayi baru lahir atau neonatus
adalah bayi berusia 0-28 hari. Pada
masa ini terjadi adaptasi terhadap
lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulai
berfungsinya organ-organ tubuh. Untuk mengetahui sedini mungkin
adanya kelainan pada bayi atau bayi sakit, bayi baru lahir harus diperiksa
kesehatannya sebanyak 3 kali, yaitu pada hari pertama (KN1), pada hari
ke 3 (KN2), dan pada minggu ke 2 (KN3). Risiko kematian bayi terbesar
terjadi pada 24 jam pertama kelahirannya. Penting merawat bayi baru
lahir dan mengetahui tanda bayi sehat dan sakit.
B. Tujuan pembelajaran
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mengetahui dan dapat menjelaskan
tentang pelayanan bayi usia 0-28 hari.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan tentang:
1. Persyaratan/Kewajiban keluarga yang memiliki bayi 0-28 hari
2. Cara merawat bayi baru lahir.
3. Tanda Bayi Baru Lahir yang Sehat.
4. Tanda Bayi Baru Lahir yang Sakit.
C. Buku Pedoman
1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 2011
2. Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak. Panduan
Fasilitator. 2012
3. Pemberian Makan Bayi dan Anak. Kartu Konseling Untuk Kader. 2012
4. Buku Panduan Kader Posyandu. 2011
5. Pelatihan Konseling MP-ASI. Panduan Pelatih. 2011
6. Sehat dan Bugar berkat Gizi Seimbang. 2010
7. Pelatihan Konseling Menyusui. Panduan Pelatih. 2007
8. Pedoman Umum Gizi Seimbang. 2003
F. Uraian materi
Persyaratan/kewajiban bayi 0-28 hari adalah:
1. Harus memeriksakan kesehatannya, walaupun bayi tampak sehat, minimal
3 kali. Pemeriksaan pertama (KN1) pada 6-48 jam pertama, KN2 pada bayi
umur 3-7 hari dan KN3 saat usia bayi 8-28 hari.
2. Mendapat imunisasi dasar yaitu Hepatitis B0 (dalam 24 jam pertama
sesudah lahir sampai 7 hari).
3. Hanya diberikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan.
MODUL
FASILITATOR
3. Berikan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Ibu menyusui perlu diberi
nasehat bahwa bayi harus disusui dengan posisi kepala dan badan dalam
satu garis lurus, wajah bayi menghadap ke payudara. Payudara kanan dan
kiri digunakan bergantian. Menyusui bayi bisa dalam posisi duduk maupun
berbaring dengan santai. Susuilah bayi sesering mungkin termasuk pada
malam hari. Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berusia 6 bulan.
4. Jaga tali pusat selalu bersih, kering dan biarkan terbuka (jangan dibungkus)
5. Jika berat lahir <2.500 g, berarti termasuk bayi berat lahir rendah,
membutuhkan lingkungan yang hangat untuk mempertahankan suhu
tubuhnya dan pemberian ASI. Hal ini diperoleh dengan perawatan yang
efektif dan efisien yaitu perawatan metoda kanguru (dengan menjaga bayi
tetap kontak kulit dengan kulit ibu/ayahnya). Metoda kanguru dilakukan
sampai berat badan bayi > 2.500 g atau bayi tidak nyaman. Jangan tidurkan
bayi di tempat dingin atau banyak angin.
6. Minta imunisasi Hepatitis B kepada bidan/petugas kesehatan, sebelum
bayi berumur 7 hari, sebaiknya dalam 24 jam pertama.
MODUL
FASILITATOR
A. Deskripsi singkat
Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, bayi
usia 29 hari sampai 11 bulan (12 bulan kurang sehari)
diperlukan asupan gizi seimbang. Sampai dengan usia
6 bulan diberikan hanya ASI saja, sedangkan MP-ASI
serta Vitamin A mulai diberikan setelah usia 6 bulan, dan
menyusui tetap dilanjutkan sampai anak usia 2 tahun.
Selain itu, anak usia 29 hari sampai 11 bulan diberikan
imunisasi lengkap, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan di
Posyandu.
B. Tujuan pembelajaran
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mengetahui dan dapat menjelaskan
tentang pelayanan bayi usia 29 hari sampai 11 bulan.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan tentang:
a. Persyaratan/kewajiban keluarga yang memiliki bayi
b. Perawatan bayi sehari-hari.
c. ASI Eksklusif dan MP-ASI mulai 6 bulan, serta melanjutkan pemberian
ASI hingga anak berusia 2 tahun.
d. Pemantauan tumbuh kembang bayi usia 29 hari – 11 bulan.
e. Pemberian Vitamin A dan tabur gizi kepada bayi 6 – 11 bulan.
f. Imunisasi dasar lengkap.
C. Buku Pedoman
1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 2011
2. Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak. Panduan
Fasilitator. 2012
3. Pemberian Makan Bayi dan Anak. Kartu Konseling Untuk Kader. 2012
4. Buku Panduan Kader Posyandu. 2011
5. Pelatihan Konseling MP-ASI. Panduan Pelatih. 2011
6. Tabel Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. (Kepmenkes
Nomor 1995 tahun 2010)
7. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. 2011
8. Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A. 2010
9. Apa dan Mengapa tentang Taburia. Pedoman Praktis bagi Kader. 2010
10. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. 2008
11. Pelatihan Konseling Menyusui. Panduan Pelatih. 2007
MODUL
FASILITATOR
F. Uraian materi
Persyaratan/kewajiban bayi 29 hari-11 bulan adalah:
1. Harus dibawa ke posyandu untuk ditimbang berat badannya secara rutin
setiap bulan dan ibunya mendapat konseling tentang ASI dan MP-ASI
sesuai hasil pemantauan pertumbuhan pada KMS.
2. Mendapat imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal pemberian yang
disarankan petugas kesehatan di posyandu, puskesmas, atau fasilitas
kesehatan lain.
3. Sesudah bayi berumur 6 bulan, mendapat satu kali suplemen vitamin A
100.000 SI, kapsul berwarna biru.
4. Pada usia 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping
ASI dalam bentuk lumat, mulai bubur susu sampai bubur tim lunak.
Campurkan ASI ke dalam bubur yang dibuat, ketika bayi akan makan. Pada
usia 9 bulan berikan MP-ASI yang lebih padat berupa bubur atau nasi tim,
secara bertahap berikan nasi lembek pada usia menjelang satu tahun.
5. Memperoleh pelayanan kesehatan dasar oleh tenaga kesehatan, minimal 4
kali.
6. Beri rangsangan perkembangan sesuai umur. Peluk dan timang bayi
dengan penuh kasih sayang sesering mungkin. Gantung benda bergerak
warna cerah agar bayi dapat melihat dan mengikuti gerak benda tersebut.
Ajak bayi tersenyum, bicara serta perdengarkan musik lembut.
7. Perkembangan anak dipantau melalui kemampuan gerak dan bicara
anak sesuai dengan pertambahan umur. Sebagai contoh, bayi usia 4-6
bulan seharusnya sudah mampu tengkurap, meraih benda di depannya
dan mencobas menirukan bunyi. Jika dikhawatirkan ada keterlambatan
perkembangan yang tidak sesuai dengan panduan yang tercantum dalam
buku KIA, segera konsultasikan kepada petugas kesehatan.
8. Pada saat bayi berumur 6 bulan harus diberikan MP-ASI yang dibuat dari
bahan makanan lokal yang sama dengan yang dikonsumsi keluarga di
rumah, dan tetap mendapat ASI sampai anak berusia 2 tahun.
9. Mendapat tambahan zat gizi melalui tabur gizi yang dicampurkan pada
MP-ASI yang dikonsumsi anak.
10. Tangan bayi dicuci dengan air bersih dan sabun sebelum diberikan MP-
ASI.
MODUL
FASILITATOR
3. Jauhkan anak dari asap rokok dan asap dapur, bersihkan rumah dan
lingkungan anak bermain dari debu dan sampah.
4. Mintalah imunisasi dasar lengkap kepada petugas kesehatan untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit menular. Bayi yang akan diimunisasi
harus dalam keadaan sehat, namun batuk pilek ringan bukan merupakan
halangan untuk mendapatkan imunisasi.
5.
Di daerah endemis malaria,
bayi harus tidur di dalam kelambu
berinsektisida.
6. Jauhkan anak dari bahan/benda berbahaya
Pemantauan pertumbuhan:
1. Pertumbuhan bayi dipantau dengan menggunakan KMS/Buku
KIA, anak sehat bertambah umur bertambah berat sesuai
dengan pertambahan berat pada pita hijau di KMS
2. Membawa bayi ke Posyandu untuk ditimbang setiap bulan agar
dapat mengamati pertambahan berat badannya
3. Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengukuran tinggi badan
sebagai bagian dari pemantauan pertumbuhan
Pemantauan perkembangan:
Deteksi tumbuh kembang adalah mendeteksi secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang balita. Perkembangan bayi dipantau dengan menggunakan
KMS/Buku KIA. Untuk merangsang perkembangan motorik halus dan motorik
kasar perlu juga diberikan rangsangan perkembangan sesuai umur.
Caranya antara lain:
1. Peluk bayi dan timang bayi dengan penuh kasih sayang sesering mungkin
2. Ajak bayi tersenyum, bicara serta perdengarkan musik lembut
3. Gantung benda bergerak warna cerah agar bayi dapat melihat dan
mengikuti gerak benda tersebut.
MODUL
FASILITATOR
Vitamin A:
Vitamin A merupakan salah satu jenis zat gizi mikro
yang menjadi komponen utama pendukung fungsi
organ penglihatan serta pertumbuhan. Vitamin A
bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan
diare, serta memelihara jaringan agar berfungsi
normal terutama jaringan mata.
Vitamin A disimpan dalam hati. Dalam keadaaan normal cadangan vitamin A
dalam hati dapat bertahan hingga enam bulan. Apabila simpanan vitamin A
dalam tubuh kurang dari kebutuhan, dapat terjadi masalah Kurang Vitamin
A (KVA).
Angka kecukupan gizi vitamin A pada anak usia < 1 tahun adalah 375 – 400
RE dan pada anak usia > 1 – 10 tahun adalah 400 – 500 RE. Untuk mencukupi
kebutuhan vitamin A pada anak 6-59 bulan, selain dari makanan perlu
mendapat suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali.
Sifat-sifat Vitamin A:
1. Larut dalam lemak, tidak larut dalam air
2. Tahan terhadap suhu panas
3. Dapat disimpan dalam hati sebagai persediaan
4. Tidak dapat diproduksi oleh tubuh
Tempat Pemberian:
1. Posyandu
2. Sarana fasilitas kesehatan (puskesmas, puskesmas pembantu (Pustu), polindes/
poskesdes, balai pengobatan, praktek dokter/bidan swasta)
3. Taman Kanak-kanak, Pos PAUD termasuk kelompok bermain, tempat
penitipan anak, dll.
Penyebab KVA:
Asupan makanan yang kurang mengandung vitamin A dan atau adanya
gangguan penyerapan vitamin A.
Akibat KVA:
Kandungan vitamin A dalam darah yang kurang, akan menyebabkan kerusakan
pada mata dan menurunkan daya tahan tubuh anak sehingga mudah terkena
penyakit. Jika tidak ditanggulangi lebih awal, akan berakibat kebutaan.
MODUL
FASILITATOR
Taburia:
1. Taburia adalah bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral anak balita.
2. Pemberian taburia diprioritaskan pada anak balita usia 6-24 bulan, tetapi
dapat juga diberikan pada anak balita 6-59 bulan. Taburia dapat diberikan
pada anak, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
3. Manfaat Taburia :
Nafsu makan meningkat
Anak tidak mudah sakit
Anak tumbuh dan berkembang sesuai usia
anak tidak kurang darah sehingga lebih ceras dan ceria
4. Taburia diberikan tiap 2 (dua) hari sekali selama 4 (empat) bulan. Setiap
kali pemberian sebanyak satu bungkus. Taburia diberikan untuk sekali
makan saja pada waktu makan pagi.
5. Cara Pemberian:
Cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyiapkan makanan anak.
Taburkan 1 (satu) bungkus Taburia pada makanan utama yang biasa
dimakan anak. Makanan utama tersebut dapat berupa nasi atau bubur,
yang terbuat dari beras, jagung, kentang, ubi.
Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan yang berair, seperti
minuman susu, teh, air atau sayuran berkuah seperti sup, sayur bening
dan lain-lain karena akan menggumpal dan tidak larut.
Tidak boleh dicampur dengan makanan panas, karena lemak yang
melapisi zat besi akan rusak dan berinteraksi dengan makanan sehingga
akan menimbulkan rasa yang kurang enak.
Upayakan makanan yang sudah diberi taburia segera dimakan dan
dihabiskan.
Taburia bisa diperoleh di tempat pelayanan masyarakat, seperti:
Posyandu, Pos PAUD dan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti:
Puskesmas, Polindes.
Perhatian
• Makanan pagi anak balita yang telah dicampur Taburia dapat memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral anak.
• Tidak perlu khawatir apabila terjadi sedikit perubahan warna dan rasa
makanan yang telah diberi Taburia, karena tidak mengurangi manfaat
Taburia.
• Simpan Taburia dalam wadah tertutup (kotak, toples) yang bersih,
higienis, kering, tidak lembab dan aman dari serangga, tikus, kecoa,
cicak, semut, dll.
• Taburia dinyatakan rusak apabila bungkus berlubang/sobek, berubah
warna atau isinya menggumpal.
Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kekebalan pada bayi dan balita dengan suntikan dan
tetesan untuk mencegah agar mereka tidak sakit, atau
walaupun sakit tidak menjadi parah.
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
diantaranya difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis,
campak, hepatitis B, dan polio.
Secara umum tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi sehingga menurunkan angka kesakitan,
kecacatan, serta kematian.
Sasaran pelayanan imunisasi dasar lengkap adalah bayi. Jenis imunisasi dan
usia pemberian dapat dilihat pada tabel berikut :
MODUL
FASILITATOR
A. Deskripsi singkat
Salah satu indikator masalah gizi di Indonesia adalah
prevalensi pendek ‘stunting’ pada anak. Sekitar 7.6
juta anak balita di Indonesia ditemukan tinggi badan
menurut umurnya di bawah standar. Data Riskesdas
yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2010 secara
konsisten menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori
dan protein anak balita masih di bawah angka kecukupan
gizi. Kekurangan gizi yang terjadi sejak masa janin dan
balita akan menyebabkan gangguan tidak hanya pada pertumbuhan fisik,
tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya, yang pada usia
dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang
tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Masalah gizi kurang dan gizi lebih meningkatkan risiko penyakit tidak menular
di masa dewasa.
Periode seribu hari, yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada
kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya, merupakan periode sensitif
karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat
permanen dan tidak dapat dikoreksi. Karena itu prioritas sasaran PKH
Prestasi adalah RTSM dengan anak usia di bawah 2 tahun (baduta) yang
disebut periode emas kehidupan.
B. Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti sesi ini peserta dapat mengetahui dan dapat menjelaskan
tentang pelayanan anak usia 12-59 bulan.
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan:
1. Persyaratan/kewajiban keluarga yang memiliki anak 12-59 bulan
2. Pentingnya 1000 hari pertama kehidupan.
3. Anak gizi kurang dan gizi buruk
4. Anak pendek
5. Anak kegemukan
6. Anak kurang vitamin A
7. Anak kurang darah
8. Anak cacingan
9. Anak diare
C. Buku Pedoman
1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 2011
2. Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak. Panduan
Fasilitator. 2012
3. Pemberian Makan Bayi dan Anak. Kartu Konseling Untuk Kader. 2012
4. Buku Panduan Kader Posyandu. 2011
5. Pelatihan Konseling MP-ASI. Panduan Pelatih. 2011
6. Tabel Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. (Kepmenkes
Nomor 1995 tahun 2010)
7. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. 2011
8. Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A. 2010
9. Apa dan Mengapa tentang Taburia. Pedoman Praktis bagi Kader. 2010
10. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. 2008
11. Pelatihan Konseling Menyusui. Panduan Pelatih. 2007
MODUL
FASILITATOR
F. Uraian materi
MODUL
FASILITATOR
Pengertian:
1. Gizi kurang adalah kondisi berat badan anak tidak sesuai dengan umurnya,
pada KMS berat badan anak berada di lajur kuning bawah.
2. Gizi buruk adalah kurang gizi tingkat berat yang ditandai dengan anak yang
berat badannya di bawah garis merah dan sangat kurus.
Penyebab:
1. Konsumsi makanan tidak sesuai kebutuhan dan ketidak seimbangan konsumsi
energi dan protein
2. Menderita penyakit infeksi karena imunisasi tidak lengkap sehingga daya
tahan menurun
3. Bayi tidak mendapat ASI eksklusif dan atau ASI tidak dilanjutkan sampai usia
2 tahun
4. Tidak mendapat MP-ASI yang tepat dan baik
5. Berat badan bayi tidak dipantau secara teratur sehingga terlambat mendeteksi
bahwa anak menderita kekurangan gizi.
Akibat:
1. Pertumbuhan fisik dan perkembangan otak terhambat
2. Rentan terhadap penyakit infeksi
3. Daya adaptasi lingkungan rendah
4. Berisiko menderita penyakit tidak menular pada usia dewasa.
Pencegahan:
1. Ibu saat hamil dalam kondisi sehat, tidak menderita KEK dan kurang darah
2. Pemantauan berat badan anak secara teratur di posyandu
3. Menerapkan pesan yang diterima saat konseling ASI eksklusif dan MP-ASI
4. Menambahkan zat gizi berupa tabur gizi yang dibubuhkan pada makanannya.
5. Mendapat kapsul vitamin A setiap 6 bulan
6. Mendapat imunisasi dasar lengkap
Penanggulangan:
1. Pemeriksaan klinis di fasilitas kesehatan terdekat
2. Pemulihan gizi di Pusat Pemulihan Gizi ‘Therapeutic Feeding Center’
3. Pemberian 1 kapsul vitamin A warna merah pada saat awal anak gizi kurang/
gizi buruk terdeteksi dan selanjutnya mendapat 1 kapsul vitamin A setiap
bulan Februari dan Agustus.
4. Cek dalam KMS apakah sudah mendapat imunisasi dasar lengkap, jika belum,
laporkan kepada petugas kesehatan.
5. Jika anak ini telah dipulihkan kondisi gizinya, tetap harus dibantu agar keluarga
memberikan makanan yang bergizi sehingga tidak jatuh kembali ke kondisi
gizi buruk. Peran masyarakat sekitar untuk mendukung pemulihan gizi sangat
penting
Pengertian:
Pendek ‘stunting’ adalah kondisi panjang/tinggi badan
anak di bawah standar dibandingkan anak seusianya.
Dua dari 5 anak di Indonesia dilahirkan pendek,
kejadian ini terkait dengan berat lahir yang juga
rendah. Tingginya anak pendek di Indonesia terkait
dengan tingginya kematian dan ketidakmampuan
anak tumbuh kembang dengan normal.
MODUL
FASILITATOR
Tanda:
Pengukuran panjang badan dilakukan pada anak usia 0-24 bulan dalam keadaan
anak telentang, sedangkan tinggi badan diukur pada anak usia 2-5 tahun dalam
keadaan anak berdiri.
1. Indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
(TB/U) dibawah ambang batas standar
2. Standar PB/U dan TB/U anak perempuan dan anak laki-laki tercantum dalam
Kepmenkes nomor 1995 tahun 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak (tabel PB/U anak 0-24 bulan dan TB/U anak 24-60 bulan).
Penyebab:
1. Wanita hamil yang menderita KEK dan kurang darah sangat berisiko untuk
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (kurang dari 2.500 g). Bayi dengan
berat badan lahir rendah berisiko mengalami pertumbuhan terhambat atau
stunting.
2. Kondisi ini terjadi pada ibu yang melahirkan pada usia remaja (15-19 tahun)
3. Bayi pendek juga dilahirkan dari ibu yang tingginya <150 cm
4. Bayi akan tetap pendek dibanding anak lain seusianya jika tidak diberikan ASI
eksklusif.
Akibat:
1. Anak stunting mengalami hambatan pertumbuhan sehingga mempunyai fisik
yang pendek sampai dewasa.
2. Perkembangan sel otak terhambat sehingga kecerdasannya kurang dibanding
anak seusianya yang tidak pendek.
3. Meningkatkan risiko menderita penyakit tidak menular seperti kencing manis
dan hipertensi di usia dewasa
4. Perempuan pendek akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Pencegahan:
1. Calon pengantin dan ibu pra-hamil harus berada pada status gizi baik dan
tidak menderita kurang darah. Untuk mempersiapkan hal ini, calon pengantin
harus mengatur pola konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi
seimbang.
2. Menunda kehamilan pada remaja sampai mereka berusia 20 tahun, sehingga
tubuhnya sudah siap menghadapi kehamilan.
3. Semua ibu hamil harus mengkonsumsi 1 tablet tambah darah setiap hari
selama kehamilannya, minimal 90 tablet berturut-turut.
4. Ibu hamil minum 1 tablet suplemen Multipel Mikronutrien (MMN) setiap hari
selam kehamilannya.
5. Ibu hamil yang menderita KEK harus mendapat makanan tambahan pemulihan.
Penanggulangan:
1. Pastikan pemberian ASI eksklusif pada bayi stunting
2. Pemberian MP-ASI yang tepat dan baik mulai anak berumur 6 bulan, dengan
penambahan tabur gizi pada makanan.
3. Pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun.
4. Pemberian 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) saat pertama kali
dideteksi.
5. Selanjutnya mendapat 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) 2 kali
dalam setahun pad bulan Februari dan Agustus.
6. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan di posyandu
7. Cek KMS untuk imunisasi dasar lengkap
Pengertian:
Anak gemuk jika berat badannya berada pada lajur kuning atas
pada KMS, sedangkan anak dinyatakan sangat gemuk (obese)
jika berat badannya telah melampaui lajur kuning atas.
Gemuk dapat terjadi karena penumpukan lemak tubuh yang
berlebih, sehingga berat badan seseorang melebihi normal.
Penyebab:
1. Konsumsi makanan berlebihan dan tidak seimbang (kebiasaan makan yang
berlebih pada keluarga yang diikuti oleh anak).
MODUL
FASILITATOR
2. Gangguan metabolik
3. Kurang melakukan aktivitas fisik
4. Berat badan bayi/anak tidak dipantau rutin sehingga terlambat mendeteksi
kelebihan berat badan
Akibat:
Meningkatnya risiko menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa muda,
seperti tekanan darah tinggi, jantung, penyakit kencing manis.
Pengertian:
Kurang darah atau anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin. Untuk anak balita, batas ambang normal adalah 11 g/dl.
Penyebab:
Kurangnya asupan zat besi, asam folat, dan vitamin B dalam konsumsi makanan
sehari-hari.
Akibat:
1. Daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun
2. Daya tangkap dan respons visual rendah
3. Tingkat kecerdasan rendah
4. Daya adaptasi sosial rendah.
MODUL
FASILITATOR
Pengertian:
Penyakit cacingan adalah terdapatnya cacing dalam tubuh anak sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan pada anak tersebut.
Penyebab:
1. Infeksi cacing atau telur cacing yang tertular melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi
2. Penularan dapat juga terjadi karena terkontaminasi dari lingkungan (tanah)
Akibat:
1. Gangguan pada usus sehingga dapat menimbulkan diare
2. Gangguan penyerapan makanan pada usus sehingga anak kurus
3. Peradangan usus
4. Anemia karena cacing menghisap darah pada usus anak
5. Gangguan pada paru-paru (ditandai sering batuk).
Pengertian:
Diare adalah buang air besar encer atau bahkan dapat berupa air saja, yang lebih
sering daripada biasanya (lebih dari 3 kali/hari).
Penyebab:
1. Infeksi virus dan atau bakteri tertentu. Cara Penularan melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi bakteri
2. Diare juga dapat disebabkan karena keracunan makanan.
Akibat:
Diare pada anak dapat mengakibatkan kekurangan cairan tubuh dan dapat
menimbulkan syok (anak tidak sadarkan diri) karena tubuhnya kekurangan cairan
tingkat berat. Jika tidak segera ditanggulangi dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan:
Pada dasarnya dilakukan dengan mudah dengan melaksanakan PHBS yaitu:
1. Kebersihan diri dan lingkungan
2. Memberikan ASI eksklusif dan melanjutkan pemberian ASI sampai anak
berumur 2 tahun, karena ASI mengandung daya tahan tubuh
3. Menyiapkan MP-ASI dengan baik dan bersih termasuk penggunaan air bersih
untuk keperluan sehari-hari
4. Minum air yang sudah dimasak sampai mendidih
5. Biasakan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir
setelah buang air dan sebelum makan
6. Gunakan jamban yang benar
7. Penyehatan lingkungan, seperti pengelolaan sampah, penyediaan sarana
pembuangan air limbah.
Penanggulangan:
1. Anak diare tetap diberikan ASI dan berikan minuman setiap kali mencret.
2. Tambahkan oralit pada minumannya atau tambahkan gula dan sedikit garam
jika di rumah tidak tersedia oralit
3. Berikan tablet zink sesuai dosis dan aturan selama 10 hari berturut turut.
4. Segera bawa ke puskesmas jika anak mulai tidak mau minum atau diarenya
tidak berhenti.
MODUL
FASILITATOR
A. Deskripsi singkat
Remaja adalah kelompok penduduk usia antara
10 sampai 19 tahun, merupakan transisi masa anak
menuju masa dewasa, sering dianggap merupakan
kelompok yang sehat. Pada kenyataannya banyak
remaja meninggal dini karena kecelakaan, kekerasan,
komplikasi kehamilan dan penyakit yang sebetulnya
bisa dicegah dan ditanggulangi. Banyak penyakit
kronis dan kecacatan pada orang dewasa berakar dari
masalah sejak remaja.
Masalah kesehatan dan gizi pada remaja putri meliputi kurang gizi dan kurang
darah/anemia. Kurus terjadi karena dipicu oleh nilai kurus sebagai bentuk
ideal bagi seorang remaja putri, sehingga mereka mengurangi konsumsi
makanan, sementara aktivitas remaja cenderung meningkat. Asupan gizi
yang tidak seimbang akan membuat remaja rentan terhadap anemia. Untuk
itu diperlukan upaya pencegahan agar tercapai status gizi dan kesehatan yang
optimal, terutama untuk menyiapkan diri sebelum menikah dan sebelum
hamil agar bayi yang dikandungnya dalam kondisi sehat optimal.
B. Tujuan pembelajaran
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mengetahui dan dapat menjelaskan
tentang pelayanan gizi remaja
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan :
a. Pengertian remaja dan pentingnya memperhatikan kesehatan remaja
b. Remaja kurang gizi
c. Remaja kurang darah.
C. Buku Pedoman
1. Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas. 2011
2. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja bagi Tenaga
Kesehatan. 2011
3. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja bagi Konselor
Sebaya. 2011
4. Teknik Konseling Remaja Bagi Konselor Sebaya. 2010
5. Pedoman Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) pada Wanita
Usia Subur. 1995
6. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. 1994
4. Media KIE atau template ppt seperti: gambar remaja yang lesu dan tak
bergairah, remaja yang sangat kurus, remaja yang aktif dan gesit, remaja
berprestasi sedang menerima penghargaan
5. Tablet tambah darah (TTD), food model lengkap, gambar-gambar suplemen
tambah darah yang beredar dan dijual di pasar bebas
F. Uraian materi
Remaja adalah kelompok penduduk usia antara 10 sampai 19 tahun,
merupakan transisi masa anak menuju masa dewasa, sering dianggap
merupakan kelompok yang sehat.
Pengertian:
Kurang gizi adalah kondisi kekurangan berat badan dibandingkan tinggi badannya
yang disebut kurus. Pendek adalah kondisi tinggi badan menurut umur berada
di bawah standar, hal ini terjadi akibat sejak dalam kandungan ibu mengalami
kurang asupan gizi yang optimal. Faktor keturunan hanya berkontribusi sekitar
10%, bahkan beberapa penelitian menyebutkan hanya 3%, selebihnya ditentukan
oleh asupan gizi yang optimal pada tahap-tahap awal yaitu pada 1000 hari pertama
kehidupan anak. Lingkungan yang sehat serta pemeriksaan kesehatan rutin juga
menentukan status gizi seseorang.
MODUL
FASILITATOR
Tanda-tanda:
1. Remaja dengan lingkar lengan atas (LILA) <23.5 cm atau di bagian merah pita
LILA, artinya remaja tersebut mempunya risiko kurang energi kronis (KEK)
2. Remaja dengan tinggi badan di bawah standar atau pendek
3. Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari 18.5.
Untuk mengetahui status gizi remaja dapat menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT), dengan cara menghitung berat badan dalam kg di bagi dengan
Tinggi Badan (TB) kuadrat dalam meter, yaitu
BB(kg)
TB2(m)
- Sangat kurus jika IMT < 17,0
- Kurus jika IMT 17,0 – 18,5
- Normal jika IMT 18,5 – 25,0
- Kelebihan berat badan ringan (overweight) jika IMT 25,0 – 27,0
- Kelebihan berat badan berat (obesitas) jika IMT > 27
4. Kurang aktif dan atau disertai kurang nafsu makan.
Pengertian:
Kurang darah atau anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin. Untuk remaja, batas ambang normal adalah 12 g/dl.
Penyebab:
Di Indonesia, kurang darah umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi dalam
tubuh akibat konsumsi makanan kurang sumber zat besi dan sumber protein.
Karena itu kurang darah lebih dikenal dengan istilah anemia gizi besi.
1. Asupan makanan sumber protein, zat besi, asam folat, dan vitamin B lain dalam
konsumsi sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Terutama remaja
puteri perlu memperhatikan hal ini karena mereka mengalami menstruasi
setiap bulan, sehingga makanan perlu kaya sumber protein dan zat besi untuk
menggantikan kehilangan darah yang berakibat kadar Hb menurun di bawah
normal.
2. Di daerah endemik malaria juga perlu diperhatikan jika remaja mengalami
anemia akibat penyakit malaria.
3. Menderita penyakit menahun atau infeksi berulang yang berakibat kurang
nafsu makan dalam jangka panjang.
Akibat :
1. Menurunkan gairah belajar.
2. Menurunkan daya serap otak terhadap pelajaran.
3. Gairah untuk beraktivitas menurun.
MODUL
FASILITATOR
A. Deskripsi singkat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas dasar kesadaran, sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan kesehatan masyarakat di lingkungannya.
B. Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mengetahui dan dapat menjelaskan tentang
PHBS.
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan:
a. Pengertian PHBS.
b. Sepuluh indikator PHBS.
C. Buku Pedoman
1. Panduan Peningkatan PHBS di Rumah Tangga, 2009.
2. Pembinaan PHBS di Berbagai Tatanan, 2009.
MODUL
FASILITATOR
F. Uraian materi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran yang menjadikan seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan.
Upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya ber-
PHBS dilakukan di lima tatanan, yaitu tatanan rumah
tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat
kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Namun, untuk
melihat keberhasilan Pembinaan PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah
yang dijumpai di tatanan rumah tangga.
PHBS Rumah Tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
A. Manfaat PHBS
1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3. Anggota keluarga giat bekerja.
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah
Tangga yaitu :
1. Minta pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
agar ibu dan bayi selamat dan sehat.
Keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin karena bila ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan. Selain itu, peralatan yang
dipergunakan oleh tenaga kesehatan dalam menangani proses persalinan
lebih aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
bahaya kesehatan lainnya.
2. Beri bayi air susu ibu saja dari usia 0-6 bulan agar bayi tumbuh sehat dan tidak
mudah sakit.
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup
dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang
dengan baik. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, dan kebutuhan bayi
sampai dengan usia 6 bulan dapat dipenuhi dari ASI saja.
3. Timbang bayi dan balita setiap bulan di posyandu agar terpantau pertumbuhan
dan perkembangannya.
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan
sampai 5 tahun di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sehingga pertumbuhan
bayi dan balita dapat terpantau dengan baik melalui pencatatan dalam Buku
KIA / KMS (Kartu Menuju Sehat)
MODUL
FASILITATOR
dinding, sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak
diletakkan di lantai ember/gayung digantung di tiang sumur.
5. Biasakan buang air besar di jamban sehat agar terhindar dari muntaber di
lingkungan warga.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan tersedia air untuk membersihkannya.
Setiap anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk buang air besar
dan buang air kecil agar lingkungan bersih lingkungan terjaga, sehat, tidak
berbau, sumber air yang ada disekitar tidak tercemar, tidak mengundang
datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit Diare,
Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit
kulit, dan keracunan.
6. Biasakan cuci tangan pakai sabun dengan air bersih dan mengalir agar bersih
dan tidak mudah sakit.
Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular
seperti penyakit gangguan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit
lainnya. Mencuci tangan dilakukan dengan menggosok seluruh kulit permukaan tangan
menggunakan sabun, kemudian dibilas menggunakan air bersih yang mengalir.
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit, bila digunakan kuman dapat berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan
penyakit. Oleh sebab itu cuci tangan harus menggunakan sabun, karena
dengan air saja tidak cukup membasmi kuman.
MODUL
FASILITATOR
9. Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari agar terhindar dari
penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes dan kanker.
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar.
Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit sehari.
10. Jadikan rumah bebas asap rokok agar anggota keluarga terhindar dari bahaya
4000 racun rokok.
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan
dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling
berbahaya adalah :
• Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah
• Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker
• Karbon Monoksida gas yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena
gas ini bisa mengikat oksigen dalam tubuh. Pengaruhnya bagi tubuh
mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen, menghalangi
transportasi dalam darah.
MODUL
FASILITATOR
LAMPIRAN 1.1
STANDAR PANJANG BADAN MENURUT UMUR (PB/U) ANAK LAKI-LAKI
UMUR 0 – 24 BULAN
MODUL
FASILITATOR
LAMPIRAN 1.2
STANDAR TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U)
ANAK LAKI-LAKI UMUR 24 – 60 BULAN
LAMPIRAN 2.1
STANDAR PANJANG BADAN MENURUT UMUR (PB/U)
ANAK PEREMPUAN UMUR 0 – 24 BULAN
MODUL
FASILITATOR
LAMPIRAN 2.2
STANDAR TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U)
ANAK PEREMPUAN UMUR 24 – 60 BULAN
LAMPIRAN 3
Persyaratan/Kewajiban Peserta PKH
(Buku Kerja Pendamping PKH, 2012)
MODUL
FASILITATOR
LAMPIRAN 4
DAFTAR PENUKAR BAHAN MAKANAN
Bahan Makanan Berat (g) Urt Bahan Makanan Berat (g) Urt
Daging sapi 50 1 ptg sdg Telur ayam negeri 60 1 btr
Daging babi 25 1 ptg kcl Telur bebek 60 1 btr
Daging ayam 50 1 ptg sdg Telur puyuh 60 6 btr
Hati sapi 50 1 ptg sdg Ikan segar 50 1 ptg sdg
Didih sapi 50 2 ptg sdg Ikan asin 25 2 ptg sdg
Babat 60 2 ptg sdg Ikan teri 25 2 sdm
Usus sapi 75 3 bulatan Udang basah 50 ¼ sdm
Telur ayam biasa 75 2 btr Bakso daging 100 10 bj sdg
Bahan Makanan Berat (g) Urt Bahan Makanan Berat (g) Urt
Kacang Hijau 25 2 ½ sdm Kacang tolo 25 2 ½ sdm
Kacang Kedelai 25 2 ½ sdm Oncom 50 2 ptg sdg
Kacang merah 25 2 ½ sdm Tahu 100 ½ bj bsr
Kacang tanah terkupas 20 2 sdm Tempe 50 2 ptg sdg
Keju kacang tanah 20 2 sdm
Golongan V: BUAH-BUAHAN
Satu satuan penukar mengandung: 40 kkalori dan 10 gr hidrat arang
Bahan Makanan Berat (g) Urt Bahan Makanan Berat (g) Urt
Adpokat 50 ½ bh bsr Mangga 50 ½ bh bsr
Apel 75 ½ bh sdg Nanas 75 1/6 bh sdg
Anggur 75 10 biji Nangka masak 50 3 bj
Belimbing 125 1 bh bsr Pepaya 100 1 bh sdg
Jambu biji 100 1 bh bsr Pisang ambon 50 1 bh sdg
Jambu air 100 2 bh sdg Pisang raja sereh 50 2 bh kcl
Jambu bol 75 ¾ bh sdg Rambutan 75 8 bh
Duku 75 15 bh Salak 75 1 bh bsr
Durian 50 3 bj Sawo 50 1 bh sdg
Jeruk manis 100 2 bh sdg Sirsak 75 ½ gls
Kedondong 100 1 bh bsr Semangka 150 1 ptg bsr
Kemang 100 1 bh bsr Melon 150 1 ptg bsr
MODUL
FASILITATOR
Satu satuan penukar mengandung: 110 kkalori, 7 gr protein, 9 gr hidrat arang, dan
7 gr lemak
Bahan Makanan Berat (g) Urt Bahan Makanan Berat (g) Urt
Susu sapi 200 1 gls Tepung susu whole 25 5 sdm
Susu kambing 150 ¾ gls Tepung susu skim* 20 4 sdm
Susu kerbau 100 ½ gls Tepung saridele 25 4 sdm
Susu kental tak manis 100 ½ gls Yughurt 200 1 gls
Keju 30 1 ptg sdg
Keterangan: Yang ditandai (*) perlu ditambah 1 ½ satuan penakar minyak untuk melengkapi
lemaknya.
Bahan Makanan Berat (g) Urt Bahan Makanan Berat (g) Urt
Minyak kacang 5 ½ sdm Kelapa parut 30 5 sdm
Minyak goreng 5 ½ sdm Santan 50 ½ gls
Minyak ikan 5 ½ sdm Lemak sapi 5 1 ptg kcl
Margarin 5 ½ sdm Lemak babi 5 1 ptg kcl
Kelapa 30 1 ptg kcl
Bahan Makanan Berat (g) Urt Bahan Makanan Berat (g) Urt
Gula pasir 8 1 sdm Jam 12 1 ½ sdm
Gula palm/ aren 8 12 sdm Permen 10 4 gls
Madu 10 1 ¼ sdm Sirup 15 2 sdm
1 sdm = 3 sdt = 10 ml
Arti singkatan:
Bh = buah
Bj = biji
Btg = batang
Bks = bungkus
Pk = pak
Kcl = kecil
Sdg = sedang
Bsr = besar
Ptg = potong
Sdm = sendok makan
Sdt = sendok teh
Gls = gelas minum (240 ml)
Ckr = cangkir