Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH START UP DAN SHUT DOWN INDUSTRI KIMIA

PLANT 3 UNIT FRAKSINASI PT BADAK

Dosen Pengampu : M.Endy Yulianto,.ST,.MT.

Disusun oleh kelompok 3:

1. Rinati Azli 40040117060027


2. Nurandhini Rizki Yanti 40040117060032
3. Winda Maretaria 40040117060034
4. Rosalia Dwi Kurnia 40040117060052
5. Farhan Fathurrijal 40040117060062
6. Deanda Mahfita 40040117060064
7. Glenn Mochammad Rayhan 40040117060069
8. Alif Wijaya 40040117060070
9. Ivan Lukman 40040117060073

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI SEKOLAH VOKASI

UNIIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Start Up dan Shut Down
Industri Kimia tentang Plant 3 Unit Fraksinasi PT Badak dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang Plant 3 Unit Fraksinasi PT Badak. Mungkin banyak kesalahan
pada makalah ini, maka dari itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun dan dapat berguna bagi
kami maupun orang yang membacanya. Apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Semarang , 27 Mei 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan Badak LNG bermula dari ditemukannya cadangan gas alam dalam jumlah
yang sangat besar di dua area terpisah. Area pertama terletak di Lapangan Gas Arun, Aceh
Utara, yang ditemukan oleh Mobil Oil Indonesia di akhir tahun 1971. Area kedua adalah
Lapangan Gas Badak, Kalimantan Timur yang ditemukan oleh Huffco Inc. di awal tahun 1972.
Kedua perusahaan ini bekerja di bawah Production Sharing Contracts dengan Perusahaan
Tambang Minyak Negara Indonesia, Pertamina. Saat itu bisnis LNG belum banyak dikenal dan
hanya ada empat kilang LNG di seluruh dunia dengan pengalaman 3-4 tahun
pengoperasian.Walau tanpa pengalaman sebelumnya di bidang LNG, Pertamina, Mobil Oil,
dan Huffco Inc., bersepakat untuk mengembangkan proyek LNG yang dapat mengekspor gas
alam berbentuk cair dalam jumlah besar. Sejarah mencatat bahwa proyek ini memang didasari
oleh optimisme dan ambisi kuat dengan keyakinan atas kuatnya permintaan pasar. Bulan-bulan
penuh kerja keras pun dijalani oleh Pertamina, Mobil Oil, dan Huffco Inc.untuk menjual proyek
kepada dua konsumen LNG potensial, penyandang dana potensial, dan mitra potensial di
seluruh dunia. Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan disepakatinya kontrak
penjualan LNG terhadap lima perusahaan Jepang: Chubu Electric Co., Kansai Electric Power
Co., Kyushu Electric Power Co., Nippon Steel Corp dan Osaka Gas Co. Ltd, pada tanggal 5
Desember 1973. Kontrak yang kemudian dikenal sebagai “The 1973 Contract” itu berisi
komitmen dari para pembeli untuk mengimpor LNG Indonesia selama 20 tahun, yang saat itu
kilang LNG belum selesai didirikan. Sementara itu, di pertengahan 1977 Pertamina telah
menyepakati untuk mensuplai LNG dari kedua kilang LNG yang akan dibangun dalam waktu
42 bulan. Dengan didirikannya kilang-kilang LNG, maka pembuatan kapal tanker untuk
armada transportasi dan pembangunan beberapa terminal penerima, termasuk jadwal pengatur
pembiayaan atas proyek-proyek itupun harus dilaksanakan juga secara simultan. Berkat
kerjasama berbagai pihak, proyek besar inipun telaksana. Hal ini tentu tak lepas dari adanya
dukungan perusahan-perusahaan asing, bank, lembaga-lembaga keuangan serta kerjasama dari
tiga Negara: Indonesia, Jepang, dan Amerika Serikat. Berbekal optimisme, ambisi dan kerja
keras bersama, tinta sejarah pun telah digoreskan LNG Badak tercatat sebagai tombak dari
sejarah industri LNG Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fraksinasi ?
2. Apa saja alat-alat utilitas dalam unit fraksinasi ?
3. Bagaimana proses fraksinasi plant 3 dalam PT Badak LNG ?
4. Apa saja troubleshooting dalam unit fraksinasi dan bagaimana cara mengatasinya ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Fraksinasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat utilitas dalam unit fraksinasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses fraksinasi plant 3 dalam PT Badak LNG
4. Mahasiswa dapat mengetahui troubleshooting dalam unit fraksinasi dan cara
mengatasinya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fraksinasi


Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair. Fraksinasi
dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran, yaitu daru non polar, semi polar
dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut dalam pelarut non polar, yang
semi polar akan larut dalam pelarut semi polar dan yang bersifat polar akan larut dalam pelarut
polar (Harborne, 1987). Fraksinasi ini umumnya dilakukan dengan metode corong pisah atau
kromatografi kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu metode pemurnian senyawa
dengan menggunakan kolom (Trifani, 2012). Corong pisah merupakan peralatan laboratorium
yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam camuran antara dua fase
pelarut yang memiliki massa jenis berbda yang tidak bercampur (Haznawati, 2012). Umumnya
salah satu fase berupa larutan air dan yang lain berupa pelarut organik lipofilik seperti eter,
MTBE, diklormetana, kloroform atau etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada diatas fase
air kecuali pelarut yang memiliki atom unsur halogen

2.2 Prosedur Start Up Kilang Plant-3

Prosedur start up kilang dalam modul ini disajikan secara terpisah, namun dalam
pelaksanaan di lapangan ada beberapa tahapan yang dilaksanakan bersamaan. Prosedur start
up Plant-3 kilang adalah sebagai berikut:

1. Prosedur Start Up 3C-1 Scrub Column:

a) Line up sirkuit feed gas masuk ke 3C-1, fuel gas header, MCHE (Main Cryogenic Heat
Exchanger) 5E-1, blowdown (3HV-1) dan aliran bawah kolom menuju ke 3C-4 masih
posisi tutupan.
b) Naikkan tekanan 3C-1 sistem dengan gas kering (bebas CO2, H2O dan Hg) dari Train

yangsedang beroperasi secara bertahap menjadi 40 kg/cm2g, dengan membuka bypass

block valve feed gas masuk ke 4E-12. Tujuan dari tahap ini adalah untuk:
c) Digunakan untuk test kebocoran peralatan pada plant-2.
d) Untuk menghemat waktu start-up dan buangan gas ke atmosfir.
e) Operasikan evaporator untuk mendinginkan aliran feed gas yang menuju ke 3C-1 dan
MCHE 5E-1, yaitu 4E-12, 4E-13 dan 4E-14.
f) Operasikan propane cooler 3E-5/12/13.
g) Operasikan reboiler 3E-1 dengan mengalirkan steam (steam perlu dialirkan dahulu dengan
difasilitasi 3TV-1 yang mempunyai limit closed. Hal ini untuk mencegah pembekuan air
di tube 3E-1, karena suhu yang masuk ke 3C-1 dibawah 0º C.
h) Operasikan butane recycle ke 3C-1, untuk sementara plant-3 belum berproduksi, butana
liquid dipasok dari Train lain yang sedang beroperasi.
i) Operasikan pemanas feed gas ke fuel gas system (3E-18).
j) Bila aliran feed gas keluar plant-2, kandungan H2O nya sudah lebih kecil 0.05 ppm.
Kemudian buka pelan-pelan kontrol valve 3FV-80 yang ke fuel gas dengan mengimbangi
menutup 2HV-50.

2. Prosedur Start Up 3C-4 De-ethanizer

Tujuannya adalah menerima cairan hydrocarbon dari bawah kolom 3C-1 yang akan
difraksinasi, produk puncaknya adalah ethane, dan produk bawahnya adalah campuran
propana, butana dan C5 plus. Prosedur start up adalah sebagai berikut:

a) Yakinkan bahwa aliran dari bawah kolom 3C-1 yang ke 3C-4 dan yang dari kolom bawah
3C-4 ke 3C-6 masih tertutup.
b) Line up sirkuit aliran bawah kolom 3C-1 menuju 3C-4 melalui feed de-ethanizer cooler
3E-14 siap untuk bisa dialiri.
c) Line up sirkuit aliran puncak kolom 3C-4 menuju fuel gas melalui heater 3E-17 siap untuk
dialiri.
d) Apabila sudah terbentuk ketinggian cairan di bawah kolom 3C-1 sekitar 50%, alirkan
secara pelan-pelan ke 3C-4 dengan membuka 3FV-2.

e) Atur pengatur tekanan 3C-4, 3PIC-3 secara otomatis pada tekanan 30 kg/cm2g.

f) Apabila tekanan 3C-4 sudah mencapai 4 kg/cm2g, operasikan pendingin pada 3E-14.

g) Operasikan pemanas reboiler 3E-4 dan pemanas 3E-17 yang menuju ke fuel gas.
h) Apabila sudah terbentuk ketinggian cairan di bawah kolom 3C-4. Panaskan reboiler 3E-4
sehingga suhu bawah kolom 124º C.Selanjutnya siap untuk dialirkan ke 3C-6.
i) Dinginkan puncak 3C-4 sekitar -2º C dengan mengatur operasi 3E-5. Apabila sudah mulai
terbentuk cairan distilat ethane di 3C-5 mulai cool down perpipaan dan casing pompa
refluk 3G-2AB.
j) Apabila ketinggian cairan distilat ethane di 3C-5 sudah mencapai sekitar 30%, operasikan
sirkulasi refluk ke 3C-4 dengan mengoperasikan 3G-2AB untuk mempertahankan suhu
puncak kolom.
k) Pertahankan ketinggian cairan distilat ethane di 3C-5 sekitar 50%, produk ethane bisa
dikirim ke storage dan ke reinjection bila MCHE sudah beroperasi dengan normal.

3. Prosedur Start Up 3C-6 De-propanizer

Tujuannya adalah menerima cairan hydrocarbon dari bawah kolom 3C-4 yang akan
difraksinasi. Produk puncaknya adalah propane dan produk bawahnya adalah campuran butana
dan C5 plus. Prosedur start up adalah sebagai berikut:

a) Yakinkan bahwa aliran dari bawah kolom 3C-4 yang ke 3C-6 dan aliran dari bawah dari
kolom 3C-6 ke 3C-8 masih tertutup.
b) Line up sirkuit aliran bawah kolom 3C-4 menuju 3C-6 dan bawah 3C-6 menuju kolom 3C-
8 siap dioperasikan.
c) Line up sirkuit aliran puncak kolom 3C-6 menuju ke fuel gas melalui 3E-7, 3C-7 dan 3PV-
5AB siap untuk dialiri.
d) Apabila sudah terbentuk ketinggian cairan di bawah kolom 3C-4 sekitar 50%, pelan-pelan
alirkan ke 3C-6 dengan membuka 3FV-11.
e) Atur pengatur tekanan 3C-6, 3PIC-5AB secara otomatis. Tekanan pada 3PIC-5A diatur 17

kg/cm2g dan 3PIC-5B diatur 17.5 kg/cm2g.

f) Apabila tekanan 3C-6 sudah mencapai 4 kg/cm2g, operasikan air pendingin pada 3E-7.

g) Operasikan pemanas reboiler 3E-6


h) Apabila sudah terbentuk ketinggian cairan di bawah kolom 3C-6. Panaskan reboiler 3E-6
sehingga suhu bawah kolon 124ºC, dan selanjutnya siap dialirkan ke 3C-8.

i) Apabila tekanan puncak sudah stabil 17 kg/cm2g dan cairan distilat propane di 3C-7 sudah

mencapai ketinggian 30%, buang sedikit cairan tersebut ke blowdown dan mulai
operasikan sirkulasi refluk 3C-6 dengan mengoperasikan 3G-6ABC untuk
mempertahankan suhu puncak kolom 50ºC.
j) Pertahankan ketinggian cairan distilat propane di 3C-7 sekitar 50%, dengan mengirim
produk propane ke storage, reinjection MCHE dan LPG plant setelah operasi normal.
4. Prosedur Start Up 3C-8 De-butanizer

Tujuannya adalah untuk menerima cairan hydrocarbon dari bawah kolom 3C-6 yang akan
difraksinasi, produk puncaknya adalah butana, dan produk bawahnya adalah campuran C5
plus. Prosedur start up adalah sebagai berikut:

a) Yakinkan bahwa aliran dari bawah kolom 3C-6 yang ke 3C-8 dan aliran dari bawah kolom
3C-8 ke plant 15 masih tertutup.
b) Line up sirkuit aliran bawah kolom 3C-6 menuju 3C-8 dan bawah kolom 3C-8 menuju
plant 15 melalui 3E-10 dan battery limit siap dioperasikan.
c) Line up sirkuit aliran puncak kolom 3C-8 menuju ke fuel gas melalui 3E-9, 3C-9 dan 3PV-
7AB siap untuk dioperasikan.
d) Apabila sudah terbentuk ketinggian cairan di bawah kolom 3C-6 sekitar 50%, pelan-pelan
alirkan ke 3C-8 dengan membuka 3FV-14.
e) Atur pengatur tekanan 3C-8, 3PIC-7AB secara otomatis, tekanan pada 3PIC-7A diatur 6.0
kg/cm2g dan 3PIC-7B diatur 6.5 kg/cm2g.
f) Apabila tekanan 3C-8 sudah mencapai 3 kg/cm2g, operasikan air pendingin pada 3E-9.
g) Operasikan pemanas reboiler 3E-8.
h) Apabila sudah terbentuk ketinggian cairan di bawah kolom 3C-8, mulai alirkan ke plant
16 dan plant 20. Panaskan reboiler 3E-6 hingga suhu bawah kolom 115ºC.
i) Apabila tekanan puncak sudah stabil 6.0 kg/cm2g dan cairan distilat butane di 3C-9 sudah
mencapai ketinggian 30%, mulai operasikan sirkulasi refluk 3C-8 dengan mengoperasikan
3G-7AB untuk mempertahankan suhu puncak kolom 50ºC.
j) Lakukan chek and rechek sebelum melakukan kegiatan untuk menjaga kondisi operasi
tetap aman.
k) Monitor dengan ketat selama start up Plant-3 jangan sampai HC liquid carry over ke Fuel
gas system.
l) Selalu monitor dengan ketat perubahan temperatur terutama di di 3C-1 dan 3E-1 untuk
mencegah kebuntuan ditube circuit.
2.3 Shutdown

Prosedur pelaksanaan shutdown Train terdiri dari 2 macam, yaitu:

 Normal shutdown Train Yaitu kondisi dimana proses produksi dihentikan pada kondisi
dan waktu yang telah direncanakan.
 Emergency shutdown Train Yaitu kondisi dimana proses produksi yang terpaksa
dihentikan pada kondisi dan waktu darurat. Pada kondisi ini apabila proses produksi
tidak segera dihentikan dapat membahayakan bagi keselamatan.

2.3.1 Menghentikan Operasi Plant-3 (Fractionation)

Menghentikan operasi plant-3 bertujuan untuk menghentikan operasi scrub-column, de-


ethanizer, de-propanizer, de-butanizer dan C3/C4 Splitter (khusus modul-1 train A~D) dengan
cara sebagai berikut:

a. Scrub-column (3C-1) dihentikan operasinya setelah gas yang digunakan pemanasan di


MCHE (Main Cryogenic Heat Exchanger) 5E-1 dan propana refrigerant system sudah
selesai. Menghentikan operasi 3C-1 dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Menghentikan aliran feed gas yang masuk ke 3C-1


b) Menghentikan aliran butane recycle 3C-1 (3FV-1)
c) Menghentikan operasi pompa butane recycle ke 3C-1 (3G-5AB)
d) Menghentikan operasi sirkulasi refluk, dengan menghentikan operasi pompa refluk 3G-
1AB
e) Mengosongkan sisa cairan hydrocarbon yang ada di bawah kolom 3C-1, 3C-2 dan yang
ada di casing 3G-1AB
f) Menghentikan operasi reboiler 3E-1 dengan menutup aliran steam ke reboiler 3E-1 (3TV-
1)
g) Menutup secara manual control valve 3FV-2 block valve bawah kolom 3C-1 menuju ke
de-ethanizer (3C-4)

h) Turunkan tekanan sistem 3C-1 hingga 0.5 kg/cm2g.

i) Lakukan nitrogen pressure pumping di dalam sistem 3C-1 hingga bebas gas hydrocarbon

b. De-ethanizer column (3C-4) dihentikan operasinya bila scrub-column (3C-1) sudah


selesai dihentikan operasinya, karena 3C-4 menerima feed dari bawah kolom 3C-1, cara
menghentikan operasinya adalah sebagai berikut:

a) Menutup aliran gas dari puncak kolom yang menuju ke fuel gas system dengan menutup
control valve (3PV-3) dan block valve-nya.
b) Menghentikan operasi pemanas aliran gas puncak 3C-5 ke fuel gas system (3E-17)
c) Menghentikan operasi reboiler 3E-4 dengan menutup aliran steam ke reboiler 3E-4 (3TV-
3)
d) Menghentikan operasi sirkulasi refluks, dengan menghentikan operasi pompa refluks 3G-
2AB
e) Menutup control valve dan block valve aliran produk menuju storage dan reinjection ke
MCHE (3FV-7 & 3 FV-8)
f) Mengisolasi dan drain pendingin air laut di cooler feed inlet 3C-4 (3E-14)
g) Mengkosongkan sisa cairan hydrocarbon yang ada di bawah kolom 3C-4, 3C-5 dan ada di
casing 3G-2AB
h) Menutup secara manual control valve 3FV-11 dan block valve bawah 3C-4 yang menuju
ke de-propanizer (3C-6)

i) Turunkan tekananan 3C-4 sistem hingga 0.5 kg/cm2g


j) Lakukan nitrogen pressure pumping di dalam sistem 3C-4 hingga bebas gas hydrocarbon.
c. De-propanizer column (3C-6) dihentikan operasinya apabila de-ethanizer (3C-4)
sudah berhenti beroperasi, karena 3C-6 menerima feed dari bawah kolom 3C-4. Cara
menghentikan operasinya adalah sebagai berikut:

a) Menutup aliran gas dari puncak kolom yang menuju ke fuel gas system dengan menutup
control valve (3PV-5B) dan block valve-nya.

b) Menghentikan operasi reboiler 3C-6 dengan menutup aliran steam ke reboiler 3E-6 (3TV-
5).
c) Menghentikan operasi sirkulasi refluks, dengan menghentikan operasi pompa refluks 3G-
6ABC.
d) Menutup control valve dan block valve aliran produk yang menuju ke storage, re-injection
ke MCHE dan ke LPG plant (3FV-13, 3FV-9, 3FV-94).
e) Mengisolasi dan drain pendingin air laut di cooler over head 3C-6 (3E-7)
f) Mengosongkan sisa cairan hydrocarbon yang ada di bawah kolom 3C-6, 3C-7 dan yang
ada di casing 3G-6ABC.
g) Menutup control valve 3FV-14 dan block valve bawah kolom 3C-6 yang menuju ke de-
propanizer secara manual.

h) Turunkan tekanan 3C-6 sistem sehingga mencapai nilai 0.5 kg/cm2g.


i) Lakukan nitrogen pressure pumping di dalam sistem 3C-6 hingga bebas gas hydrocarbon.

d. De-butanizer (3C-8) dihentikan operasinya bila de-propanizer (3C-6) sudah berhenti


beroperasi, karena 3C-8 menerima feed dari bawah kolom 3C-6. Cara menghentikan
operasinya adalah sebagai berikut:

a) Menutup aliran gas dari puncak kolom yang menuju ke fuel gas system dengan menutup
control valve (3PV-7B) dan block valve-nya.
b) Menghentikan operasi reboiler 3C-8 dengan menutup aliran steam ke reboiler 3E-8 (3TV-
6) Menghentikan operasi sirkulasi refluk, dengan menghentikan operasi pompa refluk 3G-
7AB.
c) Menutup control valve dan block valve aliran produk yang menuju ke re-injection ke
MCHE dan ke LPG plant (3FV-10, 3FV-92, 3FV-34)
d) Mengisolasi dan drain pendingin air laut di cooler over head 3C-8 (3E-9)
e) Mengosongkan sisa cairan hydrocarbon yang ada di bawah kolom 3C-8, 3C-9 dan yang
ada di casing 3G-7AB
f) Menghentikan aliran bawah kolom, 3C-8 menuju plant 16 (condensate stabilizer) dengan
menghentikan operasi pompa 3G-11AB
g) Menutup control valve 3LV-11 dan block valve bawah kolom 3C-8 yang menuju ke plant
16 secara manual dan kosongkan air pendingin di 3E-10AB.

h) Turunkan tekanan 3C-8 sistem sehingga nilai 0.5 kg/cm2g


i) Lakukan nitrogen pressure pumping di dalam sistem 3C-8 hingga bebas gas hydrocarbon

2.4 Deskripsi Proses

Seksi Fraksinasi (Plant-3) pada LNG Badak Plant Bontang adalah serangkaian unit
operasi yang bekerja untuk pemisahan komponen yang terkandung dalam feed gas berdasarkan
perbedaan titik didih dari masing-rnasing komponen.

Gambar 3.1 PFD (Process Flow Diagram) Fraksinasi Unit

Komponen hidrocarbon dalam feed gas tersebut dipisahkan dalam suatu menara
distilasi. Konsep pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing
komponen. Proses distilasi pada dasarnya merupakan rangkaian proses flash vaporization yang
tersusun sedemikian rupa sehingga produk dari tiap stage menjadi umpan dari stage berikutnya.
Pada menara distilasi yang terdiri dari beberapa tray (stage), uap yang terbentuk dari satu stage
akan mengalir sebagai umpan stage di atasnya, sementara produk cair yang terbentuk akan
mengalir sebagai umpan stage di bawahnya, dan seterusnya.

Pada masing-masing tray terjadi kondisi kesetimbangan antara cairan yang berasal dari
aliran reflux dari atas dan aliran gas dari bawah. Sehingga komposisi gas yang meninggalkan
tray adalah sesuai dengan kondisi temperatur kesetimbangan pada tray tersebut. Atau dengan
kata lain komposisi gas tersebut adalah sesuai dengan temperatur titik didih daricampuran
cairan bahan hydrocarbon (HC) yang ada pada masing-masing tray.

Feed gas Scrub Column adalah berasal dari Dehydration system Plant-2. Feed Gas
keluar dari Plant-2 sudah bebas dari pengotor/impurities (CO2, H2S, uap air dan Mercury) dari
Plant-1 dan Plant-2. Feed Gas keluar dari Filter 2Y-1B ini juga dikirim ke Derime Gas Heater
3E-2 untuk digunakan sebagai gas derime. Selanjutnya feed gas didinginkan dari temperatur

18oC menjadi sekitar -5oC di sisi tubes Medium Evaporator 4E-12 menggunakan media

pendingin medium level Propane.

Line Feed Gas masuk 4E-12 terdapat block valve dan bypass valve sebagai sistem isolasi
aliran feed gas yang menuju ke Plant-3. Sebelum 4E-12 juga ada fasilitas blockvalve aliran masuk
Gas Derime untuk keperluan pengeringan aliran feed gas dan daerah Scrub Column 3C-1 beserta
peralatannya. Dari 4E-12 ini feed gas didinginkan lagi di Feed Low Level Propane Evaporator (4E-
13) hingga mencapai suhu yang sesuai dengan kondisi operasi. Feed gas masuk dikontrol pada

sekitar normal operasi berkisar antara -26oC ~ -29oC menggunakan temperatur kontrol 2TIC-2

sebagai bypass feed gas masuk ke 4E-13, kecuali train H modul-2 tanpa Feed Low Level Propane

Evaporator (4E-13) dengan temperature sekitar -5oC. Setelah itu feed yang sekarang berupa dua

(2) fase masuk ke Scrub Column (3C-1) pada tray-5.

Feed Gas keluar dari 4E-13 berbentuk dua phase cair dan gas. Selanjutnya campuran
hydrocarbon cair dan gas tesebut masuk ke Scrub Column 3C-1 untuk dipisahkan sehingga gas
yang naik ke atas dapat memenuhi persyaratan komposisi dan HHV sebagai feed gas untuk
Main Heat Exchanger (MHE) 5E-1.

Pada saat masuk 3C-1, hydrokarbon (HC) berat yang telah terkondensasi akan turun ke
bagian dasar dari scrub column, sedangkan HC ringan akan naik ke atas dan keluar melalui
bagian puncak kolom. Kenyataannya, ada juga HC ringan yang terkondensasi dan ikut turun
ke bagian dasar kolom, sebaliknya masih juga terdapat HC berat yang tidak terkondensasi
sempurna hingga pada saat masuk ke dalam scrub column HC berat ini dapat berubah menjadi
uap dan terikut ke bagian atas dari kolom.
Untuk menguapkan kembali hydrokarbon ringan yang masih terikut ke dasar kolom,
maka digunakan Scrub Column Reboiler (3E-1) dengan media pemanas berupa LP Steam (uap
tekanan 50 psi) untuk memanaskan cairan pada dasar kolom, sehingga HC ringan dapat

teruapkan kembali dengan temperatur sekitar 83oC dan naik ke bagian puncak kolom,

sedangkan HC berat yang memiliki titik didih lebih tinggi dari HC ringan akan tetap dalam
fase cair.

Uap yang keluar dari puncak kolom 3C-1 selanjutnya didinginkan di bagian tube Scrub
Column Overhead Condenser (4E-14) dengan media pendingin berupa propane pada bagian shell,

hingga mencapai temperatur sekitar -34oC ~ -36oC (normal operasi -35.5oC). Selanjutnya aliran

feed tersebut dialirkan ke Scrub Column Condensate Drum (3C-2) untuk memisahkan HC
ringan yang terkondensasi pada saat melewati 4E-14.

Cairan yang berada di dasar 3C-1 yang tidak teruapkan akan bergabung dengan cairan

yang berasal dari Scrub Column Reboiler (3E-1) dengan temperatur sekitar 90oC ~ 96oC

(normal operasi 92oC) kemudian dialirkan melalui control valve 3FV-2 masuk ke bagian shell

dari Deethanizer Feed Cooler (3E-14) untuk didinginkan dengan media pendingin berupa air

laut (Cooling Water) pada bagian tube hingga mencapai temperatur sekitar 37oC ~ 43oC

(normal operasi 41oC) dan akhirnya masuk ke DeEthanizer Column (3C-4). Dari proses

sebelumnya, uap yang keluar dari puncak kolom 3C-1 selanjutnya didinginkan di bagian sisi
tube Scrub Column Overhead Condenser (4E-14) dengan media pendingin propane pada sisi

shell, hingga mencapai temperatur sekitar -34oC ~ -36oC (normal operasi -35.5oC).

Selanjutnya aliran feed tersebut dialirkan ke Scrub Column Condensate Drum (3C-2) untuk
memisahkan HC ringan yang terkondensasi pada saat melewati 4E-14.

Gas yang terpisah di 3C-2 sebagian besar mengandung gas Methane, gas ini keluar
melewati demister pad di bagian atas 3C-2. Sekitar 10% ~ 15% dari gas ini akan dialirkan ke
LNG Flash Exchanger (5E-2) setelah melewati Strainer (5Y-6), sementara sebagian besar
mengalir melalui kontrol valve 5HCV-21 lalu melewati Strainer (5Y-1) kemudian bergabung
dengan gas-gas ethane, propane dan butane dari reinjection untuk selanjutnya masuk ke Main
Heat Exchanger (5E-1) untuk dicairkan. Sebagian gas dari puncak 3C-2 ini dialirkan melalui
control valve 5HV-5 untuk cooling di bagian shell 5E-1 (saat start up dengan procedure lama
yang masih menggunakan precooldown), namun dengan inovasi yang telah dilakukan untuk
menghemat pemakaian gas dan mengurangi pencemaran lingkungan telah dibuat prosedur start
up yang baru. Prosedur baru ini tidak perlu lagi menggunakan precooldown yang melewati
shell dan langsung mengalirkan gas dan Multi Componen Refrigerant (MCR) normal ke tube
Main Heat Exchanger 5E-1. Sebagian lagi gas dari puncak 3C-2 juga dialirkan melalui kontrol
valve 4FV-9 dan masuk ke MCR First Stage Suction Drum (4C-7) untuk digunakan sebagai
make-up refrigerant (MCR), perlu diingat saat make up MCR kondisi operasi sudah ada reflux

untuk menghindari C4+ ke MCR system.

Cairan yang berada pada bagian dasar dari 3C-2 dipompakan oleh pompa reflux 3G-1A/B ke
bagian puncak dari kolom 3C-1 yaitu pada tray #9 sebagai reflux dan apabila terdapat level cairan
yang berlebih di 3C-2 maka dapat dialirkan ke Deethanizer Column (3C-4) melalui kontrol valve
3LV-3 untuk proses selanjutnya. Sebaliknya jika cairan dari 3C-2 kurang, maka dapat ditambahkan
Butane (C4) yang berasal dari Debuthanizer Condensate OverheadDrum (3C-8) yang kemudian
dipompakan oleh Debuthanizer Column Reflux Pump (3G-7A/B) untuk selanjutnya didinginkan

di ButaneReturn Subcooler (3E-13) hingga temperatur sekitar -35oC yang kemudian diisap

dengan menggunakan pompa Butane Return Pump (3G-5A/B) untuk selanjutnya didinginkan
di 4E-14 dan masuk kembali ke 3C-2 yang dikontrol oleh 3FIC-1. Komposisi feed gas keluar
dari 3C-2 kurang lebih adalah sebagai berikut (% mol):

Tabel 3.1 Komposisi Gas Keluaran 3C-2

Komposisi (% Mole) HHV

(Btu/scf)
N2 CH4 C2H6 C3H8 i-C4H10 n-C4H10 i-C5H12 n-C5H12

0.07 92.28 4.79 2.23 0.32 0.29 0.02 nil 1093.6

Cairan yang masuk ke De-Ethanizer Column (3C-4) berasal dari dasar kolom 3C-1 dan 3E-
1 yang sebelumnya dilewatkan bagian shell dari 3E-14. Cairan masuk di atas tray ke-35 dengan

temperatur sekitar 40oC. Seperti halnya dengan Scrub Column, maka pada saat masuk ada sebagian

gas yang menguap dan terlepas dari cairan dan naik ke atas kolom, sedangkan cairan yang terdiri
dari mayoritas fraksi yang lebih berat akan turun ke dasar kolom.
Untuk pemisahan yang lebih sempurna maka cairan yang berada di dasar kolom
dipanasi dengan menggunakan De-Ethanizer Column Reboiler (3E-4) dengan media pemanas
berupa MLP Steam (steam 150 psig) untuk train A~G dan MP Steam (steam 250 psig) untuk
train H pada bagian tube sehingga terjadi penguapan sebagian besar cairan di dalam reboiler
itu sendiri, uap tersebut kemudian dikembalikan sebagai uap panas ke dalam 3C-4 dengan

temperatur sekitar 125oC. Produk atas dari 3C-4 adalah dominan gas Ethane dan sebagian kecil

Methane dan HC berat. Gas keluaran ini temperaturnya sekitar -5oC dengan tekanan sekitar 30

Kg/cm2 kemudian dialirkan ke De-Ethanizer Column Overhead Condenser (3E-5) untuk

didinginkan dengan media pendingin berupa propane cair pada bagian shell yang berasal dari

3C-10. Setelah melewati 3E-5, temperatur gas menjadi sekitar -32oC maka sebagian gas akan

sebagian terkondensasi (partially condensed). Selanjutnya gas dan cairan ini dipisahkan lagi di
De-Ethanizer Column Condensate Drum (3C-5).

Cairan yang berada di dasar 3C-5 oleh pompa 3G-2A/B akan dipompakan kembali ke
kolom 3C-4 di atas trayke-45 melalui kontrol valve 3FV-6 sebagai reflux dengan temperatur sekitar

– 29oC. Bila terdapat cairan yang berlebih di 3C-5, maka sebagian akan dialirkan sebagai

Reinjection di 5E-1 melalui kontrol valve 3FV-8, sebagian lagi dapat langsung dikirim ke C2
Refrigerant Storage (Plant 20) melalui kontrol valve 3HV-167 untuk train A~D dan 3FV-7 untuk
train E~H serta sebagai C2 Liquid make-up di 5C-1 melalui kontrol valve 3FV-82. Sedangkan
untuk gas yang tidak terkondensasi (masih berupa uap/gas) keluar pada bagian atas dari 3C-5 dan

dipanasi hingga temperatur sekitar 70oC ~ 78oC (normal operasi 72oC) dengan menggunakan

media pemanas berupa LP Steam pada bagian shell di De-Ethanizer Overhead Heater (3E-17)
untuk selanjutnya dikirim ke sistem bahan bakar gas melalui kontrol valve 3PV-3.

Sedangkan cairan yang berasal dari bagian dasar kolom 3C-4 akan bergabung dengan

cairan dari reboiler 3E-4 dengan temperatur sekitar 125oC~ 130oC selanjutnya dialirkan ke De-

Propanizer Column (3C-6) melalui kontrol valve 3FV-11. Cairan umpan dari dasar 3C-4 masuk ke
Depropanizer Column (3C-6) di bawah tray #20 train A~D dan tray #23 train E~H berdasarkan
beda tekanan. Pada saat memasuki kolom maka gas dan cairan akan terpisah, dimana gas akan naik
melewati tray-tray dan keluar pada bagian puncak kolom sedangkan cairannya turun ke bagian
dasar kolom. Untuk mendapatkan kemurnian propane yang cukup tinggi maka sama halnya dengan

kedua proses sebelumnya yaitu dilakukan pemanasan dengan menggunakan LP Steam (steam 50#)

di Depropanizer Column Reboiler (3E-6). Maksudnya agar propane dan HC yang lebih ringan
diharapkan dapat menguap dan terpisah dari HC yang memiliki titik didih lebih tinggi (HC berat)
dan keluar pada bagian puncak kolom.

Gas keluar dari puncak kolom 3C-6 yang dominan adalah Propane temperaturnya sekitar 53oC

dengan tekanan 17.2 kg/cm2 dikondensasikan oleh Depropanizer Column Overhead Condenser

(3E-7) dengan media pendingin berupa air laut pada bagian tube. Kemudian dari 3E-7 dialirkan
lagi ke Depropanizer Column Condensate Drum (3C-7) melalui kontrol valve 3PV-5A untuk
pemisahan gas dan cairan lebih lanjut, dimana gas yang terpisah kemudian keluar pada bagian
atas dari 3C-7 melalui kontrol valve 3PV-5B dan mengalir ke sistem bahan bakar gas (fuel gas
system). Sedangkan cairan yang berada pada bagian dasar 3C-7 sebagian besar dipompakan
kembali oleh pompa 3G-6A/B train A~D (3G-6A/B/C train E~H) sebagai reflux ke kolom 3C-
6 pada tray #49 melalui kontrol valve 3FV-12, sedangkan sebagian kecil dilewatkan Propane
Return Subcooler (3E-12) untuk kemudian dialirkan ke 5E-1 untuk reinjeksi C3 melalui kontrol
valve 3HV-165 train A~D (3FV-8 train E~H), sebagian lainnya dialirkan melalui kontrol valve
3HV-100 menuju ke Plant 17 untuk train A~D. Sedangkan sebagian cairan propane yang tidak
melewati 3E-12 dapat melalui kontrol valve 3FV-61 terus dialirkan melalui kontrol valve 3HV-
62 menuju ke Plant 15 untuk didinginkan lebih lanjut untuk train A~D. Untuk train E~H
sebagian cairan propane yang melewati 3E-12 melalui kontrol valve 3FV-94 terus dialirkan
menuju ke 5E-2 untuk didinginkan lebih lanjut sebelum dikirim ke LPG Storage Tank Plant-
17. Untuk cairan yang berada di bagian dasar dari 3C-6 akan bergabung dengan cairan yang
berasal dari reboiler 3E-6, gabungan kedua cairan ini akan melalui kontrol valve 3FV-14 dan
menjadi feed bagi Debuthanizer Column (3C-8).

Feed De-Propanizer Column 3C-6 terutama berasal dari bottom De-Ethanizer Column
3C-4 melalui control valve 3LIC-11. Pada kondisi tertentu, dimana ada produk propane yang
Off Spect dari tangki penyimpanan maupun dari tempat lain, maka produk propane tersebut
dapat dikembalikan ke De-Peropanizer Column 3C-6 untuk dimurnikan kembali. Untuk
mendapatkan komposisi propane pada Propane Refrigerant Sistem, maka Propane Refrigerant
dapat di-drain ke Blowdown Drum 4C-5 dan selanjutnya dapat dikirim ke De-Propanizer
Column 3C-6 bersama feed dari 3C-4.

Aliran produk propane cair dari pompa 3G-6A/B/C selain dialirkan ke De-Propanizer
Column 3C-6 sebagai reflux juga dialirkan ke Propane Refrigerant Drum 4C-1, ke Propane
Refrigerant Storage, ke LPG Storage, ke MCR Drum 5C-1 sebagai make up MCR Propane
cair. Selanjutnya apabila produk propane tersebut komposisinya tidak memenuhi persyaratan,
maka juga bisa dialirkan ke De-Propanizer Column 3C-6 untuk dimurnikan kembali. Pada saat
memasukkan tambahan feed ke De-Propanizer 3C-6 selain dari bottom 3C-4, maka harus
secara hati-hati (pencapurannya harus sedikit demi sedikit) untuk menghindari perubahan
komposisi dan temperature feed. Sehingga komposisi produk propane tidak rusak karena ada
gangguan operasi De-Pronizer 3C-6.

Cairan umpan yang berasal dari bagian bawah 3C-6 masuk ke dalam Debuthanizer
Column (3C-8) di atas tray #14 berdasarkan beda tekanan. Pada saat masuk ke dalam kolom,
butane dan fraksi yang lebih ringan akan menguap dan naik ke bagian puncak dari kolom,
sedangkan fraksi yang lebih berat akan turun ke bagain dasar kolom 3C-8. Pada bagian bawah
dilakukan pemanasan oleh Debuthanizer Column Reboiler (3E-8) dengan menggunakan LP
Steam sebagai media pemanas agar pemisahan Butane dan fraksi yang lebih berat dapat terjadi.
Uap panas yang masuk kembali dari reboiler 3E-8 ke kolom 3C-8.

Uap atau gas yang keluar dari puncak kolom dengan temperatur sekitar 54 oC~56oC

train A~D dan 57oC~58oC train E~H (train A~D lebih dingin sedikit karena masih ada propane

sekitar 25% mol, sedangkan train E~H hanya sedikit sekali propane yang terikut) dengan

tekanan sekitar 6.3 kg/cm2 yang dominan adalah Butane dan sedikit fraksi ringan lainnya

kemudian dialirkan melewati Debuthanizer Column Overhead Condenser (3E-9) yang


menggunakan pendingin berupa air laut pada bagian tube. Setelah melewati 3E-9 ini
diharapkan agar butane dapat terkondensasi sedangkan fraksi yang lebih ringan tetap dalam
fase gas untuk selanjutnya dipisahkan lagi di Debuthanizer Condensate Overhead Drum (3C-
9) setelah melalui kontrol valve 3PV-7A.

Gas yang terlepas di dalam 3C-9 kemudian naik ke bagian atas dan keluar melalui
kontrol valve 3PV-7B untuk selanjutnya dialirkan ke sistem bahan bakar gas (fuel gas),
sedangkan cairan yang berada pada bagian bawah 3C-9 akan diisap oleh pompa 3G-7A/B dan
dipompakan kembali ke kolom 3C-8 melalui kontrol valve 3FV-15 di atas tray #29 dengan sebagai
reflux. Kelebihan cairan dari 3C-9 sebagian lagi dikirim ke inter-connecting line melalui kontrol
valve 3FV-34 untuk keperluan di train lain jika dibutuhkan , cairan HC berat (condensate) yang
tidak teruapkan di dalam 3C-8 akan keluar di bagian bawah dan bergabung dengan cairan yang
berasal dari reboiler 3E-8 dan bersama-sama dialirkan melewati Debutanizer Column Bottom
Cooler (3E-10) untuk didinginkan dengan menggunakan air laut pada bagian tube, selanjutnya
condensate ini dialirkan ke Plant 20 (Refrigerant Storage) melalui kontrol valve 3LV-11 tanpa
meggunakan pompa. Ada juga sebagian condensate yang tidak dilewatkan 3E-10 namun langsung
diisap oleh pompa 3G-11A/B untuk dipompakan ke Plant 16 (Condensate Stabilizer Unit) untuk di
proses sesuai RVP yang diinginkan (untuk train A~D modul-1 telah dilakukan modifikasi untuk
produk bottom 3C-8 sebelum dipompakan ke Plant-16 terlebih dahulu didinginkan di 3E-10 untuk
menghindari sering terjadinya kerusakan pompa akibat temperature fluida panas. Adanya butane
yang terikut dalam aliran Condenste hydrocarbon ke Plant-16 akan dibuang ke fuel gas bersama-
sama gas buang lainnya. Banyaknya butane yang terbuang ke fuel gas tersebut tentunya akan
merugikan. Karena harga butane jauh lebih mahal dibanding dengan harga feed gas sebagai bahan
bakar boiler.

Untuk train E~H pada modul-2 produk kelebihan liquid yang ada dialirkan dan
didinginkan di 3E-13 Buthane Return Subcooler oleh Propane Refrigerant kemudian dikirim
ke butane LPG melalui 5E-2 untuk modul-2 (butane produk untuk modul-1 hanya boleh
dikirim setelah diproses di C3/C4 Splitter unit ) , kemudian dipompakan oleh 3G-5A/B Butane
Return Pump sebagai recycle ke overhead line 3C-1 masuk ke 4E-14 dan ditampung di 3C-2
untuk mempertahankan level yang ada di 3C-2. Bisa juga dialirkan ke 5E-1 untuk bahan
reinjeksi guna menaikkan HHV LNG.

2.5 Troubleshooting

Masalah Konsekuensi Cara Mengatasi

Heavier HC carry Deviasi komposisi -Atur temperature feed masuk (2TIC-2)

over ke top -Turunkan 3TIC-1

produk -Naikkan 3FIC-3 (atur/sesuaikan 3FIC-1)

3E-1 tube bocor - Steam tidak bisa Atur tekanan di 3C-13, buka venting ke

masuk atm dan pasang steaming untuk pengaman

- Komposisi deviasi Jika perbaikan belum bisa segera

diperbaiki, alirkan ke blow down melalui

temporary line

3C-2 level low Reflux 3FIC-3 -Tutup 3LIC-3

low, 3G-1 kavitasi -Naikkan 3FIC-1


-Turunkan 3TIC-1 untuk mengimbangi

reflux

3C-1 level low Gas dapat masuk -Atur bukaan 3FIC-2

ke 3C-4 -Atur 3TIC-1

Gas tidak dapat 3C-1 level tinggi -Atur bukaan 3FIC-2

masuk ke 3C-4 (high) -Atur tekanan di Scrub Column melalui

1PIC-33 dan sesuaikan produksi LNG

agar ∆P antara 3C-1 dan 3C-4 cukup

Komposisi feed Komposisi deviasi -Atur 3TIC-1

gas berubah-ubah -Atur 3FIC-3 reflux

Suhu umpan masuk C3+ carry over ke C2 -Atur C/W ke 3E-14

3C-4 tinggi product -Naikkan reflux 3FIC-6

Tekanan system naik Komposisi -Naikkan temperature scrub column

(C1 banyak masuk ke reboiler

De-Ethanizer) -Jaga 3LIC-3 jangan sampai kosong

-Tutup 3LIC-3, kurangi 3FIC-1

Tekanan system Komposisi -Turunkan scrub column reboiler

turun (C3 banyak -Turunkan 3TIC-3

terikut ke C2 produk) -Naikkan reflux 3FIC-6

3E-14 tube bocor -C/W tdk dapat -Alihkan bottom product 3C-1/2ke train

masuk lain, stop fraksinasi unit

-3C-4 tekanan naik -Minta C4 recycle dari train lain

-Komposisi produk

3E-4 tube bocor Steam 3E-4 turun Drain condensate 3E-4 ke lantai
3C-5 level low Produk turun -Kurangi produk C2 ke storage/ke

reinjection

-Normalkan kerja 3FIC-6,3TIC-3

3C-4 level low Feed ke 3C-6 turun -Atur bukaan 3FV-11

-Turunkan 3TIC-3

-Atur reflux 3FIC-6

Tekanan system naik Komposisi produk -Naikkan temp deethanizer column

(C2 carry over ke 3C- -Jaga level 3C-4 jangan sampai kososng

6) -Turunkan reflux 3FIC-12

-Buka 3PV-5B ke fuel gas

Tekanan system Komposisi produk -Turunkan 3TIC-5

turun -Naikkan reflux 3FIC-12

(C4 banyak carry -Atur reboiler 3E-4 (normal)

over

ke C3 product)

3C-7 level low product turun -Kurangi product C3 ke plt 15

-Normalkan kerja 3FIC-12,3TIC-5

3C-6 level low Feed ke 3C-8 turun -Atur bukaan 3FV-14

-Turunkan 3TIC-5

-Atur reflux 3FIC-12

Tekanan system naik Komposisi produk - Naikkan Depropanizer reboiler

( C3 carry over ke - Jaga 3LIC-9 (3C-6) jangan sampai

3C-9 ) terlalu rendah


Tekanan system turun Komposisi produk -Turunkan 3TIC-6
(C5 banyak terikut ke
- Naikkan reflux 3FIC-15
C4 product)
- Atur reboiler 3E-6 (normal)

3C-9 level low Produk turun - Kurangi product C4 ke Splitter

- Normalkan 3FIC-15,3TIC-6

3C-8 level low Feed ke Plant-16/20 - Atur bukaan 3LV-11

turun -Turunkan 3TIC-6

- Atur reflux 3FIC-15


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perjalanan Badak LNG bermula dari ditemukannya cadangan gas alam dalam jumlah
yang sangat besar di dua area terpisah. Area pertama terletak di Lapangan Gas Arun, Aceh
Utara, yang ditemukan oleh Mobil Oil Indonesia di akhir tahun 1971. Area kedua adalah
Lapangan Gas Badak, Kalimantan Timur yang ditemukan oleh Huffco Inc. di awal tahun
1972. Kedua perusahaan ini bekerja di bawah Production Sharing Contracts dengan
Perusahaan Tambang Minyak Negara Indonesia, Pertamina.

Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair. Fraksinasi
dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran, yaitu daru non polar, semi polar
dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut dalam pelarut non polar, yang
semi polar akan larut dalam pelarut semi polar dan yang bersifat polar akan larut dalam
pelarut polar

Anda mungkin juga menyukai