Anda di halaman 1dari 19

Analisa yuridis atas unsur unsur tindak pidana

Pertama : Pasal 98 ayat (3) Jo Pasal 116 ayat (1) Huruf a dan b Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup.

Analisis :

1. Unsur “Setiap Orang”

Bahwa unsur setiap orang terbagi menjadi dua yaitu perseorangan dan perbuatan korporasi.
Unsur setiap orang berdasarkan perseorangan adalah siapa orang yang harus bertanggung
jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan atau siapa orang yang harus dijadikan
terdakwa. Kata setiap orang identic dengan terminology kata “barang siapa” atau hij dengan
pengertian sebagai siapa saja yang harus dijadikan terdakwa/dader atau setiap orang sebagai
subjek hukum ( pendukung hak dan kewajiban ) yang dapat diminta pertanggung jawaban
dalam segala tindakannya sehingga secara historis kronologis manusia sebagai subjek hukum
telah dengan sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab kecuali secara tegas undang –
undang sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab kecuali secara tegas undang undang
menentukan lain. Oleh karena itu kemampuan bertanggung jawab
(toeerekeningvaanbaarheid) tidak perlu dibuktikan lagi karena setiap subjek hukum melekat
erat dengan kemampuan bertanggung jawab sebagaimana ditegaskan dalam Memorie van
Toelichting (MvT).

Bahwa pengertian unsur setiap orang dalam korporasi ini adalah kumpulan orang dan atau
kekayaan yang terorganisir secara baik dan terstruktur yang berupa badan hukum maupun
bukan badan hukum.

Bahwa pleger atau pelaku adalah setiap orang yang dengan seorang diri telah memenuhi
semua unsur dari delik seperti seperti yang telah ditentukan di dalam rumusan delik yang

bersangkutan.

Bahwa doenpelger atau yang menyuruh melakukan adalah seorang middlijjke dade atau
seorang mittlebare tater yang artinya seorang pelaku tidak langsung. Dia disebut pelaku tidak
langsung oleh karena dia memang tidak secara langsung melakukan sendiri tindak pidana
nya, melainkan dengan perantaraan orang lain. Dengan demikian ada dua pihak, pembuat
langsung atau manus minitra/ auctor physicus, dan pembuat tidak langsung atau manus
domina/ auctor intellectualis. Untuk adanya suatu doenplagen seperti yang dimaksud didalam
pasal 55 ayat (1) KUHP, maka orang yang disuruh melakukan itu haruslah memenuhi
beberapa syarat tertentu. Syarat- syarat tersebut antara lain adalah :

- 1) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu adalah
seseorang uang oentoerekeningsvatbaar seperti yang tercantum dalam pasal 44
KUHP.
- 2) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana mempunyai suatu
kesalahpahaman mengenai salah satu unsur dari tindak pidana yang bersangkutan
(dwaling).
- 3) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu sama sekali
tidak memenuhi unsur oogmerk padahal unsur tersebut tidak disyaratkan didalam
rumusan undang- undang mengenai tindak pidana.
- 4) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak
memenuhi unsur oogmerk padahal unsur tersebut tidak diisyaratkan didalam rumusan
undang- undang mengenai tindak pidana.
- 5) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu telah
melakukannya di bawah pengaruh suatu overmacht atau di bawah pengaruh suatu
keadaan yang memaksa, dan terhadap paksaan mana orang tersebut tidak mampu
memberikan suatu perlawanan.
- 6) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana dengan itikad baik
telah melaksaanakan suatu perintah jabatan padahal perintah jabatan tersebut
diberikan oleh seorang atasan yang tidak berwenang memberikan perintah semacam
itu.
- 7) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak
mempunyai suatu hoedanigheld atau suatu sifat tertentu seperti yang telah
diisyaratkan oleh undang undang yaitu sebagai suatu sifat tertentu seperti yang telah
diiisyaratkan oleh undang undang yaitu sebagai suatu sifat yang harus dimiliki oleh
pelaukunya sendiri.

Bahwa Mederpleger atau yang turut serta melakukan adalah orang yang dengan sengaja turut
mengerjakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu kualitas masing masing peserta tindak
pidana adalah sama.
Bahwa uitlokken atau penganjur adalah orang yang menggerakan orang yang lain untuk
melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan sarana- sarana yang ditentukan oleh
undang- undang secara limitative, yaitu memberi atau menjanjikan sesuatu,
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, kekerasan, ancaman, atau penyesetan, dengan
memberi kesempatan, sarana, atau keterangan.

2. Unsur Dengan Sengaja.

Kesengajaan dalam hukum pidana adalah merupakan bagian dari kesalahan, kesengajaan
pelaku mempunyai hubungan kejiwaan yang lebih erat terhadap suatu tindakan ( yang
terlarang ) dibandingkan dengan kealpaan ( culpa ).

Teori Kesengajaan.

1. Teori Kehendak.
Inti dari kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam
rumusan Undang-Undang.
2. Teori Pengetahuan/Membayangkan.
Sengaja berarti membayangkan akan akibat timbulnya akibat perbuatannya.

Terhadap perbuatan yang dilakukan oleh si pelaku kedua teori itu tak ada
menunjukkan perbedaan. Keduanya mengakui bahwa dalam kesengajaan harus ada
kehendak untuk berbuat.

Bentuk / Corak Kesengajaan.

a. Kesengajaan sebagai maksud.


Kesengajaan sebagai maksud adalah perbuatan yang dilakukan oleh si pelaku atau
terjadinya suatu akibat dari perbuatan si pelaku adalah memang menjadi tujuannya.
Tujuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan tidak ada yang menyangkal bahwa
si pelaku pantas dikenai hukuman pidana.

b. Kesengajaan dengan sadar akan kepastian.


Kesengajaan dengan sadar kepastian adalah apabila si pelaku dengan perbuatannya
tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari perbuatan pidana.
c. Kesengajaan dengan sadar kemungkinan.
Kesengajaan dengan kemungkinan berarti apabila dengan dilakukannya perbuatan
atau terjadinya suatu akibat yang dituju itu maka disadari bahwa adanya kemungkinan
akan timbul akibat lain.

3. Unsur melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu


udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, baku mutu kerusakan
lingkungan hidup.

Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur Lingkungan hidup
lainnya. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan atau benda. Kualitas udara ambien adalah
Kalitas udara yang diukur di udara bebas. Dibawah ini adalah tabel baku mutu udara
ambien :
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Dari definisi tersebut kita dapat melihat bahwa baku
mutu air dan kriteria mutu air memiliki pengertian yang hampir serupa. Keduanya
sama-sama menetapkan ukuran bagi kualitas sungai. Perbedaannya adalah dari sisi
urutan, di mana kriteria mutu air beserta hasil pengkajian kelas air harus ada sebelum
menetapkan baku mutu air.
Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air laut. Penetapan Baku Mutu Air Laut ini meliputi Baku
Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan, Wisata Bahari dan Biota Laut. Kawasan
perairan laut diluar Perairan Pelabuhan dan Wisata Bahari mengacu kepada Baku
Mutu Air Laut untuk Biota Laut.
Baku mutu lingkungan adalah Ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup Jika unsur pencemar di
lingkungan melewati baku mutu lingkungan yang ditetapkan maka lingkungan akan
mengalami pencemaran.

4. Unsur Perbuatan yang mengakibatkan orang luka berat atau mati

Perbuatan yang mengakibatkan orang luka berat atau mati adalah unsur pemberat
sehingga apabila pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang dilakukan secara
sengaja mengakibatkan luka berat dan kematian, maka pelaku diancam pidana lebih
berat daripada ancaman pidana yang diatur dalam ayat (1) dan ayat (2).

Menurut Pasal 90 KUHP yang di maksud dengan luka berat adalah : jatuh sakit atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut; tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencarian; kehilangan salah satu pancaindera; mendapat cacat
berat; menderita sakit lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Yang dimaksud “Mati” dalam Pasal 98 ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Penglolaan Lingkungan Hidup adalah apabila fungsi sistem
jantung, sirkulasi dan sistem pernapasan terbukti telah berhenti secara permanen yang
dikarenakan terlampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air
laut, baku mutu kriteria kerusakan lingkungan.

5. Unsur Penjatuhan Pidana apabila Tindak Pidana Lingkungan Hidup yang


dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha.

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.

Bahwa yang dimaksud dengan perbuatan badan usaha dalam pasal 116 ayat (1) huruf
a Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup dapat dikenakan apabila tindak pidana lingkungan hidup yang
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama Badan Usaha, tuntutan pidana dan sanksi
pidana bisa dijatuhkan kepada Badan Usaha. Badan usaha yang dimaksud adalah
kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau
keuntungan. Ketentuan pidana dapat dikenakan kepada Badan usaha apabila segala
sesuatu keputusan adalah yang dihasilkan melalui kesepakatan pengurus. Maka
apabila yang melakukan tindak pidana adalah korporasi maka haruslah dibuktikan
bahwa tindakan korporasi tersebut memang benar berdasarkan hasil kesepakatan
pengurus.

6. Unsur orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang
yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut.

Bahwa yang dimaksud dengan perbuatan perseorangan dalam pasal 116 ayat (1) huruf
b Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup dapat dikenanakan apabila tindak pidana lingkungan hidup yang
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana
dapat dijatuhkan terhadap perseorangan. Perseorangan dalam pasal ini tidak hanya si
yang melakukan tindak pidana tersebut, tetapi perseorangan yang dimaksud dalam
pasal ini juga ditunjukan kepada si yang memberi perintah untuk melakukan tindak
pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
pidana tersebut. Apabila tindak pidana lingkungan hidup tersebut dilakukan oleh
orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang
bertindak dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan kepada si
pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan
tindak pidana tersebut dilakukan secara bersama sama atau sendiri sendiri.
Analisa yuridis atas unsur unsur tindak pidana

Pertama : Pasal 99 ayat (3) Jo Pasal 116 ayat (1) Huruf a dan b Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup.

Analisis :

1. Unsur “Setiap Orang”

Bahwa unsur setiap orang terbagi menjadi dua yaitu perseorangan dan perbuatan korporasi.
Unsur setiap orang berdasarkan perseorangan adalah siapa orang yang harus bertanggung
jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan atau siapa orang yang harus dijadikan
terdakwa. Kata setiap orang identic dengan terminology kata “barang siapa” atau hij dengan
pengertian sebagai siapa saja yang harus dijadikan terdakwa/dader atau setiap orang sebagai
subjek hukum ( pendukung hak dan kewajiban ) yang dapat diminta pertanggung jawaban
dalam segala tindakannya sehingga secara historis kronologis manusia sebagai subjek hukum
telah dengan sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab kecuali secara tegas undang –
undang sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab kecuali secara tegas undang undang
menentukan lain. Oleh karena itu kemampuan bertanggung jawab
(toeerekeningvaanbaarheid) tidak perlu dibuktikan lagi karena setiap subjek hukum melekat
erat dengan kemampuan bertanggung jawab sebagaimana ditegaskan dalam Memorie van
Toelichting (MvT).

Bahwa pengertian unsur setiap orang dalam korporasi ini adalah kumpulan orang dan atau
kekayaan yang terorganisir secara baik dan terstruktur yang berupa badan hukum maupun
bukan badan hukum.

Bahwa pleger atau pelaku adalah setiap orang yang dengan seorang diri telah memenuhi
semua unsur dari delik seperti seperti yang telah ditentukan di dalam rumusan delik yang

bersangkutan.
Bahwa doenpelger atau yang menyuruh melakukan adalah seorang middlijjke dade atau
seorang mittlebare tater yang artinya seorang pelaku tidak langsung. Dia disebut pelaku tidak
langsung oleh karena dia memang tidak secara langsung melakukan sendiri tindak pidana
nya, melainkan dengan perantaraan orang lain. Dengan demikian ada dua pihak, pembuat
langsung atau manus minitra/ auctor physicus, dan pembuat tidak langsung atau manus
domina/ auctor intellectualis. Untuk adanya suatu doenplagen seperti yang dimaksud didalam
pasal 55 ayat (1) KUHP, maka orang yang disuruh melakukan itu haruslah memenuhi
beberapa syarat tertentu. Syarat- syarat tersebut antara lain adalah :

- 1) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu adalah
seseorang uang oentoerekeningsvatbaar seperti yang tercantum dalam pasal 44
KUHP.
- 2) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana mempunyai suatu
kesalahpahaman mengenai salah satu unsur dari tindak pidana yang bersangkutan
(dwaling).
- 3) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu sama sekali
tidak memenuhi unsur oogmerk padahal unsur tersebut tidak disyaratkan didalam
rumusan undang- undang mengenai tindak pidana.
- 4) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak
memenuhi unsur oogmerk padahal unsur tersebut tidak diisyaratkan didalam rumusan
undang- undang mengenai tindak pidana.
- 5) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu telah
melakukannya di bawah pengaruh suatu overmacht atau di bawah pengaruh suatu
keadaan yang memaksa, dan terhadap paksaan mana orang tersebut tidak mampu
memberikan suatu perlawanan.
- 6) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana dengan itikad baik
telah melaksaanakan suatu perintah jabatan padahal perintah jabatan tersebut
diberikan oleh seorang atasan yang tidak berwenang memberikan perintah semacam
itu.
- 7) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak
mempunyai suatu hoedanigheld atau suatu sifat tertentu seperti yang telah
diisyaratkan oleh undang undang yaitu sebagai suatu sifat tertentu seperti yang telah
diiisyaratkan oleh undang undang yaitu sebagai suatu sifat yang harus dimiliki oleh
pelaukunya sendiri.
Bahwa Mederpleger atau yang turut serta melakukan adalah orang yang dengan sengaja turut
mengerjakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu kualitas masing masing peserta tindak
pidana adalah sama.

Bahwa uitlokken atau penganjur adalah orang yang menggerakan orang yang lain untuk
melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan sarana- sarana yang ditentukan oleh
undang- undang secara limitative, yaitu memberi atau menjanjikan sesuatu,
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, kekerasan, ancaman, atau penyesetan, dengan
memberi kesempatan, sarana, atau keterangan.

2. Unsur Kelalaian.
Menurut M.v.T kealpaan disatu pihak berlawanan benar-benar dengan kesengajaan
dan di pihak lain yang kebetulan/ kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang lebih
ringan dari kesengajaan, akan tetapi bukannya kesengajaan yang ringan. Beberapa
penulis menyebut beberapa syarat untuk adanya kealpaan.
a) Hazewinkel – Suringa
Ilmu pengetahuan Hukum dan Jurispruden mengartikan “schuld” (kealpaan)
sebagai :
1. Kekurangan penduga-duga.
2. Kekurangan Penghati-hati.
b) Van Hamel.
Kealpaan mengandung 2 syarat :
1. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh hukum.
2. Tidak mengadakan kehati-hatian sebagaimana diharuskan oleh hukum.
c) Simons.
Pada umumnya “schud” (kealpaan) mempunyai 2 unsur :
1. Tidak adanya penghati-hati, disamping
2. Dapat diduganya akibat.
d) Pompe.
Ada 3 macam yang masuk kealpaan (anachtzaamheid) :
1. Dapat mengirakan (kunnen venvachten) timbulnya akibat.
2. Mengetahui adanya kemungkinan. (kennen dermogelijkheid)
3. Dapat mengetahui adanya kemungkinan. (kunnen kennen van
dermogelijgheid).

Bentuk Kealpaan

Pada dasarnya orang berfikir dan berbuat secara sadar. Pada delik culpa kesadaran si
pelaku tidak berjalan secara tepat. Karena bentuk kealpaan dapat dibagi dalam 2, yaitu :

1. Kealpaan yang disadari. (bewuste schuld)


Disini pelaku dapat menyadari tentang apa yang dilakukan beserta akibatnya, akan
tetapi ia percaya dan mengharap-harap bahwa akibatnya tidak akan terjadi.
2. Kealpaan tidak disadari. (onbewuste schuld)
Dalam hal ini si pelaku melakukan sesuatu yang tidak menyadari kemungkinan akan
timbunya sesuatu akibat, padahal seharusnya ia dapat menduga sebelumnya.

3. Unsur melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara


ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, baku mutu kerusakan lingkungan hidup.

Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur Lingkungan hidup
lainnya. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan atau benda. Kualitas udara ambien adalah
Kalitas udara yang diukur di udara bebas. Dibawah ini adalah tabel baku mutu udara
ambien :
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Dari definisi tersebut kita dapat melihat bahwa baku
mutu air dan kriteria mutu air memiliki pengertian yang hampir serupa. Keduanya
sama-sama menetapkan ukuran bagi kualitas sungai. Perbedaannya adalah dari sisi
urutan, di mana kriteria mutu air beserta hasil pengkajian kelas air harus ada sebelum
menetapkan baku mutu air.
Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air laut. Penetapan Baku Mutu Air Laut ini meliputi Baku
Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan, Wisata Bahari dan Biota Laut. Kawasan
perairan laut diluar Perairan Pelabuhan dan Wisata Bahari mengacu kepada Baku
Mutu Air Laut untuk Biota Laut.
Baku mutu lingkungan adalah Ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup Jika unsur pencemar di
lingkungan melewati baku mutu lingkungan yang ditetapkan maka lingkungan akan
mengalami pencemaran.

4. Unsur Perbuatan yang mengakibatkan orang luka berat atau mati

Perbuatan yang mengakibatkan orang luka berat atau mati adalah unsur pemberat
sehingga apabila pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang dilakukan secara
sengaja mengakibatkan luka berat dan kematian, maka pelaku diancam pidana lebih
berat daripada ancaman pidana yang diatur dalam ayat (1) dan ayat (2).

Menurut Pasal 90 KUHP yang di maksud dengan luka berat adalah : jatuh sakit atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut; tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencarian; kehilangan salah satu pancaindera; mendapat cacat
berat; menderita sakit lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Yang dimaksud “Mati” dalam Pasal 98 ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Penglolaan Lingkungan Hidup adalah apabila fungsi sistem
jantung, sirkulasi dan sistem pernapasan terbukti telah berhenti secara permanen yang
dikarenakan terlampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air
laut, baku mutu kriteria kerusakan lingkungan.

5. Unsur Penjatuhan Pidana apabila Tindak Pidana Lingkungan Hidup yang dilakukan
oleh, untuk, atau atas nama badan usaha.

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.

Bahwa yang dimaksud dengan perbuatan badan usaha dalam pasal 116 ayat (1) huruf
a Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup dapat dikenakan apabila tindak pidana lingkungan hidup yang
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama Badan Usaha, tuntutan pidana dan sanksi
pidana bisa dijatuhkan kepada Badan Usaha. Badan usaha yang dimaksud adalah
kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau
keuntungan. Ketentuan pidana dapat dikenakan kepada Badan usaha apabila segala
sesuatu keputusan adalah yang dihasilkan melalui kesepakatan pengurus. Maka
apabila yang melakukan tindak pidana adalah korporasi maka haruslah dibuktikan
bahwa tindakan korporasi tersebut memang benar berdasarkan hasil kesepakatan
pengurus.

6. Unsur orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang
yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut.

Bahwa yang dimaksud dengan perbuatan perseorangan dalam pasal 116 ayat (1) huruf
b Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup dapat dikenanakan apabila tindak pidana lingkungan hidup yang
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana
dapat dijatuhkan terhadap perseorangan. Perseorangan dalam pasal ini tidak hanya si
yang melakukan tindak pidana tersebut, tetapi perseorangan yang dimaksud dalam
pasal ini juga ditunjukan kepada si yang memberi perintah untuk melakukan tindak
pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
pidana tersebut. Apabila tindak pidana lingkungan hidup tersebut dilakukan oleh
orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang
bertindak dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan kepada si
pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan
tindak pidana tersebut dilakukan secara bersama sama atau sendiri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai