AUTISME
AUTISME
OLEH KELOMPOK 7 :
Puji Syukur Kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Limpah
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sedarhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam “konsep dasar teoti autisme”dalam mata
kuliah keperawatan jiwa I
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan secara
menyeluruh yang mengakibatkan hambatan dalam kemampuan sosialisasi,
komunikasi, dan juga perilaku. Gangguan yang dialami anak autis adalah
gangguan dalam bidang interaksi sosial, gangguan dalam bidang
komunikasi (verbal dan non-verbal), gangguan dalam bidang perilaku,
gangguan dalam bidang perasaan atau emosi, dan gangguan dalam bidang
persepsi-sensorik.
1.2.Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan autisme ?
2. Gejala-gejala dari autisme itu apa ?
3. Seperti apakah penyebab dari autisme ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi autisme ?
5. Terapi apa saja yang dilakukan pada autisme ?
1.3.Tujuan
1. Untuk memahami atau Mengetahui teori autisme.
2. untuk lebih bisa memahami cara mencegah dan menhindari penyebab
autisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Autisme
Pengertian Autisme Kata Autisme, diambil dari kata Yunani “autos” =
“aku”, dalam pengertian non ilmiah mudah menimbulkan interpretasi yaitu bahwa
semua anak yang bersikap sangat mengarah kepada dirinya sendiri karena sebab
apapun, disebut autistik.
Meskipun terlihat tidak wajar dan tidak bisa diterima di khalayak umum,
terkadang anak autis memiliki kemampuan spesifik melebihi anak-anak seusianya.
Sebagian besar penderita autisme, yakni sekitar 75% termasuk alam kategori
keterlambatan mental. Tetapi sejumlah 10% dari mereka malah digolongkan
sebagai orang jenius. Orang-orang semacam ini memiliki kemampuan luar biasa
dalam berhitung, musik, atau seni.
Sekalipun demikian, rata-rata anak autis tidak memiliki kemampuan rata-
rata di semua bidang. Maka dapat disimpulkan anak autis juga memiliki
kemampuan yang bisa dikembangkan sebagai keterampilan dan pegangan dalam
hidupnya kelak. Hanya saja, yang perlu dicermati adalah bagaimana
mengembangkan dan model pendidikan.
Autisme terjadi pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran, di mana jumlah
penderita laki-laki empat kali besar dibandingkan penderita wanita. Gejala-gejala
autisme mulai tampak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka. Gejala-
gejala tersebut tampak ketika bayi menolak sentuhan orang tuanya, tidak
merespon kehadiran orang tuanya, dan melakukan kebiasaankebiasaan lainnya
yang tidak dilakukan oleh bayi-bayi normal pada umumnya.
Sehubungan dengan aspek sosial kemasyarakatan, disebutkan bahwa anak
penderita autisme terbiasa untuk sibuk dengan dirinya sendiri ketimbang
bersosialisasi dengan lingkungannya. Mereka juga sangat terobsesi dengan benda-
benda mati. Selain itu, anak-anak penderita autisme tidak memiliki kemampuan
untuk menjalin hubungan persahabatan, menunjukkan rasa empati, serta
memahami apa yang diharapkan oleh orang lain dalam beragam situasi sosial.
Bila mereka berada satu ruangan dengan orang lain, maka penderita autisme akan
cenderung menyibukkan diri dengan aktivitas yang melibatkan diri mereka
sendiri.
Ciri khas autisme adalah bahwa mereka sejak dilahirkan memunyai kontak
sosial yang sangat terbatas. Perhatian mereka hampir tidak tertuju pada orang lain,
melainkan hanya pada benda-benda mati.Selain itu terdapat gangguan dalam
bidang perkembangan, yaitu perkembangan interaksi dua arah, perkembangan
interaksi timbal balik, dan perkembangan perilaku.
Biasanya, gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa kehamilan,
bila pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat tidak sempurna.
d. Ketidakseimbangan kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik
berhubungan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi
terhadap makan tertentu, seperti bahan-bahan yang mengandung susu,
tepung gandum, daging, gula, bahan pengawet, bahan pewarna, dan
ragi.
2.6 Problem-Problem yang biasa dialami oleh Anak Autisme
a. Problem di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak
dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian
yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-
tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu
anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka
bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak
hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan
matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan
motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa.
b. Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih
mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan
psikosomatik seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan
rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami
kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung
keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.
Hambatan-hambatan tersebut membuat anak menjadi kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan
tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun
temantemannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering
memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak
mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi
hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi
ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua
menjadi stres, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya
anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-
mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa
dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
c. Problem berbicara Anak hiperaktif
biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya
kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian
membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak
hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu
merespon lawan bicara secara tepat.29 d. Problem fisik Secara umum anak
hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain.
Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering
dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain.
Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam
hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi
untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Jenis-jenis terapi untuk anak autis yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi Musik,
b. Terapi Biomedik
c. (C) Terapi Okupasi,
d. Terapi Integritas Sensori,
e. Terapi Bermain,
f. Terapi Perilaku,
g. Terapi Fisik,
h. Terapi Wicara,
i. Terapi Perkembangan,
j. Terapi Fisual,
k. Terapi Medikamentosa, Dan
l. Terapi Melalui Makanan Dari Dua Belas Terapi Tersebut Terapi Musik
Lebih Banyak Diterapkan Untuk Terapi Bagi Anak Autis, Karena
Musik Memiliki Kelebihan Dibanding Dengan Jenis Terapi Yang Lain.
Ada sepuluh keunggulan terapi musik untuk terapi anak autis, yaitu ;
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk percaya pada orang lain.
b. Gangguankomunikasi verbal berhubungan dengan ransangan sensori
tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan.
c. Risiko cedera berhubungan dengan kurang pengawasan.
d. Ansietas pada orang tua behubungan dengan perkembang anak.
3. Intervensi
a. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk percaya pada orang lain.
Tujuan : Klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya
Intervensi: :
1) Batasi jumlah pengasuh pada anak.
2) Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak.
3) Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan kepercayaan.
4) Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain.
5) Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan orang
lain.
6) Berikan sentuhan, senyuman, dan pelukan untuk menguatkan
sosialisasi.
3.1.1. SARAN
Untuk menyempurnakan suatu tugas atau makalah harus melalui
tantangan yang cukup menyenangkan dimana semua itu meliputi
kesabaran,berfikir cerdas dan bersemangat dalam mengerjakan tugas
tersebut termasuk makalah yang dikerjakan oleh kelompok 7 yang
berjudul “konsep dasar teori autisme” ,sesuatu yang kita raih tidak akan
mungkin berhasil jika tidak ada semangat dan sabar.
Belajarlah untuk memahami selagi masih ada kesempatan karena
semua waktu adalah uang dan semua waktu tidak akan bisa memutar ulang
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15,
Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta,1995,
Kesehatan Anak Pedoman Bagi orang Tua, Arcan, Jakarta