Anda di halaman 1dari 51

GEOLOGI DAERAH WATURANDA, KARANGSAMBUNG,

KEBUMEN, JAWA TENGAH

Laporan Akhir

Diajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geologi Lapangaang GL 3204

Disusun Oleh:

Extivonus Kiki Fransiskus

12012060

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2015
SARI

Daerah penelitian berada di daerah Karangsambung berada di Zona Pegunungan Serayu


Selatan dan merupakan bagian dari Cekungan Jawa Tengah bagian Selatan yang diklasifikasikan
sebagai cekungan busur depan, dibatasi oleh Antiklinorium Bogor di bagian Utara, Tinggian
Gabon di bagian Barat, dan Tinggian Progo di bagian Timur (van Bemmelen, 1949 dalam
Hadiyansyah, 2005) . Karangsambung berada pada batas koordinat 109o35’-109o41’ BT dan 7o25’-
7o36’ LS.
Secara khusus, area penelitian merupakan daerah Waturanda dan sekitarnya, yang dapat
dibagi menjadi enam satuan utama yang diurutkan dari tua ke muda yaitu Satuan Batulempung
Berfragmen yang disetarakan dengan Formasi Karangsambung/Formasi Totogan? , Satuan Intrusi
Basalt, Satuan Breksi1-Batupasir yang disetarakan dengan Formasi Waturanda, Satuan Batupasir-
Batulempung, Satuan Tuf, dan Satuan Batugamping yang disetarakan dengan Formasi Penosogan,
serta Satuan Breksi2 yang disetarakan dengan Formasi Halang, dan yang terakhir adalah Satuan
Endapan Aluvial.
Struktur geologi utama yang berkembang di daerah peneliatan berupa sesar, lipatan, dan
kekar. Lipatan utama terdapat dibagian Utara daerah penelitian yang berarah Barat-Timur. Sesar
utama terdapat di kelurusan Kali Krembeng yang kemudian disusul oleh sesar mendatar dengan
pergerakan relatif menganan dan memotong sesar naik yang telah ada sebelumnya dan
menghasilkan offset yang terlihat pada Satuan Breksi Volkanik. Struktur geologi utama tersebut
didukung oleh data lapangan berupa sesar-sesar minor, lipatan-lipatan minor, juga kekar-kekar
yang dapat diukur secara langsung di lapangan.
Geologi daerah penelitian dimulai dari pengendapan Satuan Batulempung Berfragmen di
lingkungan laut dalam, lalu diintrusi oleh batuan beku bersifat basaltik. Kemudian dilanjutkan
dengan pengendapan Satuan Breksi1-Batupasir secara selaras, lalu diendapkan pula Satuan
Batupasir-Batulempung di atasnya. Fase tektonik pertama yang menyebabkan pensesaran yang
terjadi dengan jenis sesar naik berarah Barat-Timur dan bersamaan dengan pengendapan satuan
Batupasir-Batulempung. Dan fase tektonik selanjutnya terjadi yang menyebabkan terbentuknya
perlipatan dengan sumbu berarah Barat-Timur. Kemudian terbentuk sesar mendatar dengan
pergerakan relatif menganan yang memotong sesar naik dan membuat celah bagi Sungai Luk Ulo
untuk membagi area penelitian menjadi dua bagian dan mengendapkan Satuan Aluvial hingga saat
ini.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kuliah lapangan Karangsambung. Laporan ini
diharapkan akan memberikan beberapa hal penting mengenai keadaan geologi daerah penelitian.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini. Penulis masih sangat
membuka pintu saran dan kritik yang selebar-lebarnya untuk menyempurnakan laporan ini
menjadi lebih baik.

Kuliah geologi lapangan di daerah Karangsambung ini telah diikuti oleh setiap mahasiswa
Teknik Geologi di setiap tahunnya. Setiap mahasiswa Teknik Geologi yang telah menjalani kuliah
lapangan ini selama satu bulan, dipastikan memiliki cerita masing-masing, baik suka maupun
duka. Selama lebih dari 30 hari melewati hari-hari yang penuh suka dan duka, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang disebutkan di bawah
ini:
1. Tuhan Yesus, atas limpahan kasih dan karunia-Nya,
2. Keluarga tercinta, Ibu, Bapak, Yulius, dan Diko, atas doa serta semangat yang tidak
habis-habisnya,
3. Dr. Agus H. Harsolumakso selaku coordinator kuliah Lapangan Karangsambung,
4. Segenap Bapak/Ibu Dosen pembimbing Kuliah Lapangan Karangssambung atas
semua ilmu yang diturunkan kepada kami.
5. Kelompok pemetaan daerah Waturanda, Syahril Hidayat, Dita Nur Hanifah, dan
Dyta Amelia atas semangat, canda, tawa, senda, gurau tiada habis selama kegiatan
pemetaan berlangsung.
6. Teman sekamar Waturanda B-3, Yoshefino Frederick dan Syahril Hidayat yang
selalu menemani dan mendengarkan segala keluh kesah di Karangsambung.
7. Rekan sekelompok selama materi Karangsambung, yaitu kelompok observasi yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, kelompok lintasan geologi yaitu Indah
Anandya Mahendra dan Alfa C. Kaban, kelompok pengukuran penampang
stratigrafi yaitu Yoshefino Frederick dan Febriana Fiona Rizky, kelompok analisa
struktur geologi yaitu Yunita C. Rahadiani dan Agung Cipta P., serta kelompok
analisa geomorfologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menanggapi banyak sekali pertanyaan dari penulis.

ii
8. Asisten Karangsambung, terutama Wahyu Rizky Azmi, Asri Oktavioni,
Adriansyah Rendra, Fajar F. Amanda, Tito Nur Adityo atas kesabarannya untuk
berbagi ilmu kepada peserta Karangsambung dan atas kesediaannya menemani
perjalanan pemetaan.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan penulis atas bantuannta sewaktu
penulis melakukan kegiatan lapangan maupun penyusunan laporan.

Tidak lepas dari segala kesalahan dan juga kekurangan penulis dalam penyajian laporan
ini, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Banyak sekali kekurangan
bahkan kecacatan dalam penyusanannya. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun, sehingga akan bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi pembaca pada
umumnya.
Akhir kata penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan
pada umumnya dan geologi pada khususnya.
Penulis

Bandung, 9 September 2015

Extivonus Kiki Fransiskus

iii
DAFTAR ISI

SARI ................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Lokasi dan Akses Daerah Penelitian ..................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian .................................................................................................. 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................ 3
BAB II. GEOMORFOLOGI DAERAH WATURANDA

2.1 Fisiografi Regional ................................................................................................ 5

2.2 Geomorfologi Daerah Penelitian ........................................................................... 5

BAB III. STRATIGRAFI DAERAH WATURANDA

3.1 Stratigrafi Regional ............................................................................................... 11

3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian ................................................................................. 14

BAB IV. STRUKTUR GEOLOGI DAERAH WATURANDA

4.1 Struktur Geologi Regional..................................................................................... 24

4.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian` ..................................................................... 26

BAB V. SEJARAH GEOLOGI DAERAH WATURANDA

5.1 Sejarah Pengendapan ............................................................................................ 32

5.2 Sejarah Tektonik ......................................................................................... 35

BAB VI. POTENSI DAERAH WATURANDA

6.1 Potensi Sumber Daya Geologi Daerah Waturanda ............................................... 36

BAB VII. KESIMPULAN .................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 40


iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Daerah Penelitian dilihat dari Google Maps

.............................................................................................................................................1

Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949 op.cit. Hadiansyah, 2005)

............................................................................................................. 5

Gambar 2.2 Kenampakan Amphiteater Karangsambung dan Lembah Antiklin dilihat dari Bukit Wagir
Sambeng .................................................................................................................. 6

Gambar 2.3 Perbukitan Homoklin dan Lembah Antiklin difoto dari sekitar Gunung Bujil

................................................................................................................................ 7

Gambar 2.4 Sungai Luk Ulo dan gosong pasir endapan aluvial .................................................... 8

Gambar 2.5 Gunung Bujil sebagai salah satu perbukitan terisolasi ............................................... 8

Gambar 2.6 Perbukitan Homoklin yang mengelilingi lembah antiklin berarah Timur-Barat .............. 9

Gambar 2.7 Gunung Wudel dan Gunung Cantel dilihat dari Gunung Jampes ................................. 10

Gambar 3.1 Stratigrafi umum daerah Luk Ulo (modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin

et al., 1992 op.cit. Hadiyansyah, 2005) ....................................................................................... 12

Gambar 3.1 a.) Singkapan batulempung bersisik yang ada sekitar bukit Jatibungkus b.) Kenampakan lempung
bersisik yang menunjukkan gores garis akibat proses deformasi yang terjadi pada daerah
Karangsambung……………………………………………………… 14
Gambar 3.2 a.) Singkapan batulempung berfragmen pada Kali Welaran b.) Fragmen andesit dalam matriks
lempung c.) Singkapan batulempung berfragmen lebih selatan dari daerah a d.) Fragmen rijang
pada batulempung ........................................................................................................................... 15

Gambar 3.3 a.) Intrusi basalt yang berada pada bukit dekat dengan gunung Bujil b.) Kenampakan struktur kekar
kolom rebah yang mengindikasikan arah aliran yang tegak lurus sumbu panjang kekar kolom,
intrusi diduga berupa dike ................................................................................... 16

Gambar 3.4 a.) Efek bakar yang ditemukan sekitar intrusi basalt, nampak kontak dengan batulempung yang
nampak gosong dan mengeras b.) Efek bakar yang ditemukan sekitar sungai gunung Bujil yang
nampak mengalami pengerasan dan terbakar c.) Efek bakar sekaligus kontak antara intrusi
konkordan sekitar daerah Banjarsari belakang Kampus Karangsambung .....................17

v
Gambar 3.5 a.) Singkapan di tepi Jalan Bukit Selaranda untuk mengamati satuan Breksi 1- batupasir b.)
Singkapan breksi1 yang terdapat fragmen c.) Fragmen hasil pembesaran pada singkapan b, nampak
fragmen penyusun berupa andesit dengan mineral-mineral mafik dalam masa dasar pasir

...................................................................................................................... 18

Gambar 3.6 a.) Singkapan Breksi yang terdapat di hulu Kali Gending b.) Singkapan Breksi1 di hulu Kali

Gumarang ......................................................................................................................................... 19

Gambar 3.7 Singkapan batupasir karbonatan yang terdapat sekitar Kalikudu b.) Batupasir karbonatan yang

terdapat di Kali Jaya .......................................................................................... 20

Gambar 3.8 Satuan Tuf yang ditemukan di Sekitar Bukit Sirandaa dan Tegalsarib ........................... 21

Gambar 3.9 Satuan Batugamping yang di dominasi oleh batugamping klastik kalsilutit, ditemukan sekitar

Pedurenanb dan sekeliling Gunung Cantela ............................................................. 22

Gambar 3.10 Breksi 2 yang terdiri dari fragmen-fragmen piroklastik berupa scoria, basalt, andesit dalam masa

dasar pasir kemerahan, nampak teroksidasi .............................................................22

Gambar 3.11 Kontak antara lapukan breksi dan satuan batugamping berupa kalsilutit yang ditemukan disekitar

Desa Pencil ...................................................................................................... 23

Gambar 3.12 Satuan Endapan Aluvial dengan keberagaman fragmen batuan yang relative membundar di dekat

Pesanggrahan.................................................................................................... 23

Gambar 4.1 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (modifikasi Soeria-Atmadja dkk.

1994 dan Simanjuntak & Barber 1996). ................................................................. 24

Gambar 4.2 Pola struktur Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994 dalam Fahmi, 2007) ......... 25

Gambar 4.3 a.) Kenampakan sesar menganan pada daerah Kaligending seberang sungai Luk Ulo b.) Sesar
normal yang ditemukan pada Kali Krembeng, sekitar juga diteukan sesar naik yang diikuti dengan
banyak lipatan................................................................................................... 26

Gambar 4.4 Kenampakan sesar normal pada Kali Krembenng .................................................... 27

Gambar 4.5 Kenampakan sesar mengiri pada Kali Kedungbener ................................................. 27

Gambar 4.6 Kenampakan sesar naik pada Kali Soka ................................................................. 27

Gambar 4.7 Foto udara yang memperlihatkan kenampakan amphiteatre Karangsambung dan penujamanya

...................................................................................................................... 28

Gambar 4.8 Kenampakan Lipatan pada pinggir jalan depan TPA Kali Krembeng ........................... 29

Gambar 4.9 Kenampakan lipatan minor berupa sinklin dan antiklin pada Kali Kedungbener ............. 29

vi
Gambar 4.10 Lipatan pada Kali Soka yang terbentuk akibat sesar yang ada di sekitar lokasi ............... 30

Gambar 4.11 Lipatan minor pada batulempung berfragmen pada Kali Sadang ................................. 30

Gambar 4.12 Kekar Gerus yang ditemukan pada daerah Kali Kedungbener ..................................... 31

Gambar 6.1 a.) Singkapan quarry breksi Waturanda yang terletak sebelah barat dari Sungai Luk Ulo b.)

singkapan quarry sekitar Banjarsari, sebelah utara dari Kampus Karangsambung ........... 36

Gambar 6.2 Pemanfaatan sekitar lembah antiklin yang digunakan untuk areal persawahan dan pertanian

...................................................................................................................... 31

Gambar 6.3 Keberagaman dan keunikan kondisi geologi Karangsambung layak untuk dikunjungi dan
dinobatkan sebagai laboratorium kebumian Indonesia. Nampak singkapan rijang dan batugamping
merah .............................................................................................................. 31

Gambar 4.12 Kekar Gerus yang ditemukan pada daerah Kali Kedungbener ..................................... 31

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi geologi yang
terdapat dalam suatu daerah penelitian yang menggambarkan penyebaran batuan, struktur,
kenampakan morfologi bentang alam. Untuk tahap awal, pengumpulan data geologi dapat
dilakukan pada skala 1:25.000. Skala tersebut dianggap cukup mewakili intensitas data dan
kerapatan singkapan. Namun untuk suatu kegiatan prospeksi yang memerlukan informasi lebih
detail dapat digunakan skala peta yang lebih kecil. Dari data hasil pemetaan akan dihasilkan peta
geologi yang akan memberikan informasi dan tatanan geologi suatu daerah.

Daerah Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah merupakan salah satu tempat


tersingkapnya batuan campuran, yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo yang berumur Kapur Akhir
sampai Paleosen. Satuan batuan ini dianggap sebagai produk jalur subduksi purba pada Pre-Tersier
yang memiliki umur Kapur, yang dapat diamati mulai dari Jawa Barat selatan (Ciletuh),
Pegunungan Serayu (Jawa Tengah) dan Laut Jawa bagian timur ke Kalimantan Tenggara akibat
proses subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng benua Asia
Tenggara (Asikin, 1974). Kompleks Melange Luk-Ulo ditutupi oleh sedimen-sedimen Paleogen
yang terdiri dari Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua satuan batuan ini terdiri
dari batulempung dengan fragmen-fragmen atau bongkah- bongkah batuan asing yang tercampur
di dalamnya, yang dianggap sebagai olistostrom.

Hasil pembelajaran pemetaan geologi di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah dengan


kompleksitas tatanan geologinya, diharapkan dapat meningkatkan pengetahun dan ketajaman pola
pikir sebagai geologiwan sehingga mampu menghasilkan sarjana-sarjana geologi yang cakap di
lapangan maupun di kelas.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 1


1.2 Maksud dan Tujuan
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Geologi Lapangan
(GL 3204) pada program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Teknologi Bandung.
Tujuan dari kegiatan kuliah lapangan ini adalah untuk mengimplementasikan pengetahuan
geologi yang telah diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung data geologi di lapangan.
dari data pengamatan dilapangan nantinya akan tertuang dalam sebuah peta yang nantinya berguna
untuk mengetahui tatanan geologi daerah pengamatan.

1.3 Lokasi dan Akses Daerah Penelitian


Daerah pemetaan dilakukan di Daerah Waturanda yang secara administratif termasuk
Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan secara
geografis terletak pada koordinat 7°34’00”-7°36’30” LS dan 109°37’00”-109°44’00” BT. Secara
geografis wilayah pemetaan terletak di koordinat (UMMT) 353000-359000 , 9158000- 9166000.
Berdasarkan letak geografisnya daerah pemetaan melingkupi 6 x 8 km2 mencakup daerah
Waturanda dan sekitarnya seluas 48 Km2.

Gambar 1.1 Lokasi Daerah Penelitian dilihat dari Google Maps

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 2


Wilayah pemetaan ini dibatasi oleh:
1. Bagian utara dibatasi oleh Daerah Watutumpang,
2. Bagian selatan dibatasi oleh G. Jampes,
3. Bagian barat dibatasi oleh Daerah Pasanggrahan.
4. Bagian timur dibatasi oleh G. Dliwang, dan
Daerah tersebut dapat diakses dengan menggunakan kendaraan bermotor, berjalan kaki,
maupun dengan menggunakan angkot.

1.4 Metode Penelitian


Metoda penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan data lapangan, pengolahan data,
dan penyusunan laporan. Peta dasar yang digunakan dalam penelitian berskala 1:25.000
1. Tahap Pengambilan Data
Tahap ini bertujuan untuk mengambil dan mengumpulkan data geologi yang dibutuhkan
dalam melakukan analisis. Pengambilan di lakukan pada daerah penelitian yang telah ditentukan
sebelumya yaitu daerah Waturanda dan sekitarnya.
2. Tahap Pengolahan Data
Tahap ini merupakan tahap analisis data yang diperoleh dilapangan, kemudian diolah untuk
menghasilkan peta lintasan, peta geomorfologi, dan peta geologi daerah penelitian.
3. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian tahapan penelitian yang telah dilakukan.
Seluruh data yang ada digabungkan dan diolah lebih lanjut untuk diintepretasikan dalam suatu
laporan sintesis geologi.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika pembahasan pada laporan ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

BAB I Pendahuluan
Bab ini akan memuat uraian berupa latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan
penulisan, lokasi dan akses daerah penelitian, metode penelitian yang dilakukan untu mencapai
tujuan, hingga sistematika pembahasan laporan.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 3


BAB II Geomorfologi
Bab ini akan menguraikan fisiografi regional yang bersumber dari literatur dan pembagian satuan
geomorfologi daerah penelitian Gunung Waturanda
BAB III Stratigrafi
Bab ini akan membahas tentang stratigrafi regional yang bersumber dari literatur dan stratigrafi
daerah Waturanda, Karangsambung yang dideskripsi dan dianalisis berdasarkan data yang
didapatkan.
BAB IV Struktur Geologi
Bab ini akan membahas tentang struktur geologi daerah pemetaan pada khususnya, yaitu daerah
Gunung Waturanda, Karangsambung yang didasari oleh hasil pemetaan di lapangan, analisis, dan
interpretasi data penulis.
BAB V Sejarah Geologi
Bab ini akan membahas tentang sejarah geologi daerah pemetaan pada khususnya, yaitu daerah
Gunung Waturanda, Karangsambung yang didasari oleh hasil pemetaan di lapangan, analisis, dan
interpretasi data penulis.
BAB VI Potensi
Bab ini akan membahas tentang potensi daerah pemetaan pada khususnya, yaitu daerah Gunung
Waturanda, Karangsambung yang didasari oleh hasil observasi potensi di lapangan pada saat
melakukan pemetaan geologi
BAB VII Kesimpulan
Bab terakhir ini akan mencakup kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dalam
laporan berdasarkan pengamatan observasi, analisis, dan interpretasi dari pemetaan yang
dilakukan penulis pada daerah pemetaan khusus, Gunung Waturanda, Karangsambung.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 4


BAB II
GEOMORFOLOGI DAERAH WATURANDA

2.1 Fisiografi Regional


Daerah Karangsambung termasuk kedalam Zona Pegunungan Serayu Selatan (Van
Bemmelen, 1949) dan merupakan bagian dari Cekungan Jawa Tengah bagian selatan yang
diklasifikasikan sebagai cekungan depan busur yang dibatasi oleh tinggian Gabon dan
Karangbolong di bagian Barat, Tinggian Progo dibagian Timur serta Antiklinorium Bogor di
bagian Utara.

Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949 op.cit. Hadiansyah, 2005)

2.2 Geomorfologi Daerah Waturanda


Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentang alam, bagaimana bentang alam
itu terbentuk secara konstruksional yang diakibatkan oleh proses endogen dan eksogen.
Bentuk bentang alam daerah pemetaan, yaitu daerah Waturanda, Karangsambung berupa

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 5


lembah yang memanjang dari Barat-Timur yang dibatasi oleh perbukitan disekelilingnya.
Letak perbukitan ada disebelah utara dan selatan. Pengaruh struktur dan perlipatan sangat
terlihat mengontrol daerah penelitian sehingga membentuk kenampakan lembahan yang
dikelilingi tinggian yang dikenal dengan bentuk amphitheater, nampak begitu jelas terlihat
dari peta kontur yang diberikan. Bentukan amphitheater membuka kearah barat seperti
bentukan tapal kuda.

Amphiteater Karangsambung

Dataran Aluvial

Gambar 2.2 Kenampakan Amphiteater Karangsambung dan Lembah Antiklin dilihat dari Bukit Wagir Sambeng (28 Mei 2015)

Geomorfologi daerah Waturanda memiliki kontur yang relatif rapat dan menutup serta
kontur yang renggang. Kontur yang rapat mengindikasikan bahwa komposisi litologi batuan
yang keras atau resisten terhadap pelapukan. Kontur yang renggang pada daerah penelitian
mengindikasikan bahwa komposisi litologi batuan yang mudah mengalami pelapukan atau
tidak resisten. Selain ketahanan batuan, morfologi daerah pemetaan juga dipengaruhi
struktur geologi berupa proses perlipatan yang mengakibatkan pengangkatan dan proses
pembentukan sesar dan kekar menjadi tahap awal dari ekspresi topografi daerah pemetaan
yang dicirikan oleh bentuk pegunungan lipatan. Akibat dua kontrol diatas menghasilkan
ekspresi topografi yang khas dan dibagi menjadi lima satuan geomorfologi yaitu, Satuan
Lembah Antiklin, Satuan Dataran Aluvial, Satuan Perbukitan Terisoasi, Satuan Perbukitan
Homoklin, dan Satuan Perbukitan Lipatan.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 6


2.2.1 Satuan Lembah Antiklin
Satuan ini menempati 20% daerah penelitian dan terletak di bagian atas daerah
pemetaan yang memanjang dari Barat ke Timur dan berakhir di Gunung Dliwang.
Morfologi pada satuan ini dicirikan oleh daerah yang relatif landai, yang sangat kuat
indikasi adanya pengaruh struktur lipatan, sesar, dan kekar serta pengaruh erosi.
Litologi tersusun atas batulempung berfragmen, batupasir, dan batugamping.
Kemiringan lapisan batuan pada daerah ini memiliki arah utara dan selatan yang
menunjukkan adanya struktur perlipatan yang telah tererosi. Pada satuan
geomorfologi ini proses sedimentasi lebih dominan dibandingkan dengan erosional
sehingga dimasukkan dalam kategori tahapan geomorfik dewasa.

Satuan Perbukitan Homoklin

Satuan Lembah Antiklin

Gambar 2.3 Perbukitan Homoklin dan Lembah Antiklin difoto dari sekitar Gunung Bujil (10 Juni 2015)

2.2.2 Satuan Dataran Aluvial


Satuan ini menempati 15% daerah pemetaan pada daerah Waturanda. Satuan
ini terletak sepanjang Sungai Luk Ulo yang memiliki bentuk berupa dataran dengan
kemiringan lereng yang rendah (0°-5°). Litologi satuan ini terdiri atas material
alluvial yang mudah lepas serta terdiri dari berbagai jenis fragmen batuan, filit, sekis

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 7


mika, kuarsit, batupasir, konglomerat, rijang, dan batuan beku. Bentuk sungai yang
mengalir pada satuan ini adalah berkelok-kelok (meandering), aliran air yang
rendah, sehingga terbentuk dataran yang luas serta pada beberapa titik terbentuk
gosong-gosong pasir. Adanya meander dan juga pengendapan intensif yang
membentuk gosong-gosong pasir menunjukkan satuan ini telah memasuki tahapan
geomorfik dewasa.

Satuan Dataran Aluvial

Gambar 2.4 Sungai Luk Ulo dan gosong pasir endapan Aluvial (19 Mei 2015)

2.2.3 Satuan Perbukitan Terisolasi


Satuan ini menempati 5% dari daerah pemetaan, menunjukkan kenampakan
yang berbeda dan dapat dibedakan berdasarkan pengamatan topografi dari peta.
Satuan ini terdiri dari perbukitan-perbukitan yang berada pada satuan Lembah

Satuan Perbukitan Terisolasi

Gambar 2.5 Gunung Bujil sebagai salah satu perbukitan terisolasi (10 Juni 2015)

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 8


Antiklin. Bentuk terisolasi mencirikan bahwa litologi lebih resisten dibandingkan
dengan litologi sekitar. Daerah-daerah tersebut merupakan Bukit Jatibungkus, Bukit
Bujil, dan Bukit Pesanggrahan. Kontrol utama yang membentuk morfologi ini
adalah litologi.

2.2.4 Satuan Perbukitan Homoklin


Satuan ini menempati 30% daerah pemetaan dengan kenampakan perbukitan
terjal hingga melandai pada bagian tengah di gambarkan dengan kenampakan kontur
yang rapat. Satuan ini memanjang dari Barat ke Timur dengan posisi perbukitan
berada pada Utara dan Selatan. Kenampakan perbukitan dikontrol oleh litologi yang
cukup resisten yaitu breksi vulkanik. Sungai-sungai pada satuan ini memiliki bentuk
“V” yang mengindikasikan proses erosi yang intensif dan lebih dominan
dibandingkan dengan proses sedimentasinya. Beberapa contoh bukit homoklin pada
satuan ini antara lain Bukit Waturanda, Bukit Selaranda, dan Gunung Brujul.

Satuan Perbukitan Homoklin

Gambar 2.6 Perbukitan Homoklin yang mengelilingi lembah antiklin berarah Timur-Barat (1 Juni 2015)

2.2.5 Satuan Perbukitan Lipatan


Satuan geomorfologi ini menempati 30% dari daerah pemetaan dan berada
pada bagian Selatan dari daerah pemetaan. Satuan ini ditandai dengan kenampakan
kontur yang rapat dan renggang, serta di beberapa tempat memiliki kemiringan dip

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 9


yang saling bertemu. Kontur rapat mengindikasikan kontrol litologi yang resisten,
pada satuan ini litologi berupa breksi piroklastik dan batupasir serta batulempung
yang memiliki sifat karbonatan. Sungai pada daerah ini ada yang berkelok-kelok
yang dicurigai merupakan pengaruh struktur yang berkembang, sungai besar
tersebut ada di bagian tenggara dari daerah pemetaan.

Satuan Perbukitan Lipatan

Gambar 2.7 Gunung Wudel dan Gunung Cantel dilihat dari Gunung Jampes (2 Juni 2015)

2.3 Sungai dan Pola Aliran


Tipe sungai pada daerah Karangsambung terbagi menjadi tiga tipe genetic sungai
(Howard, 1967 dalam Thornbury, 1989, dalam Hadiyansyah, 2005) yaitu tipe konsekuen,
obsekuen, dan subsekuen. Tipe konsukuen diwakili oleh Sungai Luk Uo yang memanjang
dari Utara ke Selatan daerah pemetaan dan mengikuti arah kemiringan lereng secara regional.
Sungai ini merupakan tempat bermuaranya semua sungai pada daerah pemetaan. Sungai
bertipe subsekuen dengan arah aliran mengikuti arah umum struktur yang berkembang di
daerah penelitian diwakili oleh Sungai Gebang yang mengair kearah Timur dan Sungai
Welaran yang mengalir kearah Barat. Sedangkan tipe sungai obsekuen diwakili oleh sungai-
sungai kecil yang mengalir kearah Sungai Luk Ulo, Sungai Cacaban,dan Sungai Welaran
dengan arah aliran mengikuti kemiringan lereng.
Pola aliran sungai pada daerah pemetaan adalah pola dendritik dan pola trellis. Sungai
dengan pola denritik umumnya terdapat pada daerah perbukitan (Kali Gending pada Bukit
Selaranda). Pola aliran trellis terdapat pada daerah lembah antiklin dengan arah aliran sejajar
dengan arah jurus lapisan batuan.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 10


BAB III
STRATIGRAFI DAERAH WATURANDA

3.1 Stratigrafi Regional

Gambar 3.1
Stratigrafi Umum Daerah Lok Ulo
(modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin et al., 1992 op.cit. Hadiyansyah, 2005)

Stratigrafi daerah Karangsambung terdiri dari (berurutan dari tua ke muda) Kompleks
Melange Luk Ulo, Formasi Karangsambung, Formasi Totogan, Formasi Waturanda, Formasi
Penosogan, Formasi Halang dan Aluvial. Satuan batuan yang berumur paling tua pada daerah
Karangsambung adalah Kompleks Melange Luk Ulo.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 11


1. Kompleks Melange Luk Ulo
Kompleks Melange Luk Ulo ini terbentuk akibat subduksi purba lempeng
Indo-Australia yang bergerak menujam di bawah lempeng benua Asia pada zaman
Pra-Tersier. Fragmen-fragmen pada Kompleks Melange Luk Ulo dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu Native Blocks dan Exotic Block. Native Block biasanya
berupa greywacke dan Exotic Block berupa rijang, sekis, gamping merah,
amfibolit, gabbro, peridotit, serta dasit.
Satuan Kompleks Melange Luk Ulo terbagi menjadi dua satuan yaitu
Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit. Pada Satuan Seboro lebih didominasi oleh
bongkah-bongkah asing dibandingkan dengan masadasar sedangkan pada Satuan
Jatisamit lebih didominasi oleh masadasar dibandingkan dengan bongkah-
bongkah asing.

2. Formasi Karangsambung
Formasi Karangsambung diendapkan diatas Satuan Kompleks Melange
Luk Ulo secara tidak selaras. Formasi Karangsambung terdiri dari batulempung
serpihan, berwarna hitam, berselingan dengan pasir, berstruktur scaly (sisik ikan)
di beberapa bagian, memperlihatkan perlapisan yang baik, terdapat fragmen-
fragmen berupa batugamping dan konglomerat polimik. Formasi ini diendapkan
sebagai olistostrom, berumur Eosen Tengah hingga Eosen Akhir. Istilah dari blok-
blok ini disebut dengan olistolit yaitu blok-blok yang dihasilkan dari pencampuran
sedimenter.

3. Formasi Totogan
Formasi Totogan merupakan formasi yang diendapkan secara selaras
diatas Formasi Karangsambung. Formasi ini terdiri dari batulempung berwarna
kelabu, berselingan dengan batulempung merah dengan fragmen-fragmen berupa
batulempung, batugamping, lava basalt dan sekis. Formasi Totogan memiliki umur
Oligosen-Miosene Awal. Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan merupakan

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 12


endapan olisostrom, yaitu percampuran dari proses sedimentasi pelongsoran
akibat gaya berat, pada suatu cekungan yang aktif secara tektonik.

4. Formasi Waturanda
Formasi Waturanda diendapkan selaras di atas Formasi Totogan.
Formasi ini terdiri dari perselingan antara breksi dan batupasir volkanik dengan
Basalt dan Andesit sebagai fragmennya. Formasi Waturanda memiliki umur
adalah Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Formasi ini diendapkan secara
gravity mass flow atau turbidit.

5. Formasi Penosogan
Formasi Penosogan Formasi ini diendapkan secara selaras di atas
Formasi Waturanda. Formasi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, bagian bawah
dicirikan oleh perlapisan batupasir dan batulempung, bagian tengah terdiri dari
perlapisan napal dan batulanau tufan dengan sisipan tipis kalkarenit, sedangkan
bagian atas lebih bersifat gampingan, berukuran lebih halus terdiri dari napal tufan
dan tuf. Struktur sedimen berupa perlapisan bersusun, laminasi sejajar, konvolut,
laminasi bersilang, dan flute / groove cast berkembang baik terutama pada
kalkarenit. Formasi Penosogan berumur Miosen Tengah

6. Formasi Halang
Formasi Halang memiliki umur Miosen Atas-Pliosen dan diendapkan
selaras di atas Formasi Penosogan. Bagian bawah didominasi oleh breksi, dengan
sisipan batupasir dan napal. Ke arah atas, sisipan batupasir, perselingan
perselingan napal dan batulempung semakin banyak dengan sisipan tuf makin
dominan.

7. Endapan Aluvial
Endapan aluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki
umur Holosen dan pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 13


3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian
Satuan stratigrafi daerah Waturanda tersusun atas 8 satuan batuan tidak resmi
berurutan dari tua ke muda, yakni :
1. Satuan Batulempung Berfragmen
2. Satuan Intusi Basalt
3. Satuan Breksi1 - Batupasir
4. Satuan Batupasir – Batulempung
5. Satuan Tuf
6. Satuan Batugamping
7. Satuan Breksi2
8. Satuan Endapan Aluvial

3.2.1 Satuan Batulempung Berfragmen


Satuan Batulempung Berfragmen merupakan satuan tertua di daerah penelitian
Waturanda, Karangsambung. Satuan ini memiliki pesebaran yaitu pada bagian Utara daerah
pemetaan dan memanjang Barat ke Timur daerah pemetaan terutama pada daerah
amphitheater atau lembah antiklin. Litologi yang dominan pada daerah ini adalah
batulempung dengan warna keabuan, hijau, bahkan kemerahan dan bersifat karbonatan.
Selain itu pada beberapa tempat pemetaan ditemukan bentukan scaly clay (bersisik) serta
memiliki fragmen dengan litologi yang sangat bervariasi dari batuan beku, sedimen, hingga
metamorf dengan bentuk butir relatif membulat.

b
a
Gambar 3.1 a.) Singkapan batulempung bersisik yang ada sekitar bukit Jatibungkus
b.) Kenampakan lempung bersisik yang menunjukkan gores garis akibat proses deformasi
yang terjadi pada daerah Karangsambung (4 Juni 2015)

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 14


Fragmen pada batulempung yang juga bervariasi mulai dari kerikil, bongkah, hingga
bongkah yang sangat besar yaitu Bukit Jatibungkus yang memiliki litologi berupa
batugamping dan fragmen lava basalt pada Kali Susu yang merupakan fragmen karena tidak
ditemukannya efek bakar pada kontak basalt dengan lempung. Satuan Batulempung
Berfragmen ini disetarakan dengan Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan yang
kemungkinan diendapkan di lingkungan laut dalam dengan mekanisme suspensi dan
menghasilkan batulempung yang tebal.

Gambar 3.2 a.) Singkapan batulempung berfragmen pada Kali Welaran b.) Fragmen andesit
dalam matriks lempung c.) Singkapan batulempung berfragmen lebih selatan dari daerah a
d.) Fragmen rijang pada batulempung (31 Mei 2015)

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 15


3.2.2 Satuan Intrusi Basalt
Satuan ini berada pada bagian utara daerah pemetaan tepatnya pada sekitar Gunung
Bujil. Litologi yang teramati berupa batuan beku basalt. Geometri dari intrusi ini bersifat
diskordan yaitu berupa dike karena ditemukan bentuk kekear kolom rebah yang menunjukkan
bahwa arah aliran tegak lurus dengan sumbu panjang kekar kolom. Selain iru ditemukan
geometri berupa intrusi konkordan berupa sill di sekitar Banjarsari. Kenampakan efek bakar
ditemukan disekitar intrusi yang terlihat adanya pengerasan pada batulempung sekitar intrusi.
Pada beberapa lokasi sekitar juga ditemukan lapukan dari batuan beku yang memiliki
kenampakan seperti tuff litik. Kemenerusan dari intrusi ini hingga kerrah utara sekitar
Banjarsari dan juga Kali Jebug, ditemukan efek bakar dan kontak dengan Satuan
Batulempung Berfragmen.

a
b

Gambar 3.3 a.) Intrusi basalt yang berada pada bukit dekat dengan gunung Bujil b.) Kenampakan struktur kekar kolom rebah
yang mengindikasikan arah aliran yang tegak lurus sumbu panjang kekar kolom, intrusi diduga berupa dike (10 Juni 2015)

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 16


a

Batulempung berfragmen

Gambar 3.4 a.) Efek bakar yang ditemukan sekitar intrusi basalt, nampak kontak dengan batulempung yang nampak gosong dan mengeras b.) Efek
bakar yang ditemukan sekitar sungai gunung Bujil yang nampak mengalami pengerasan dan terbakar c.) Efek bakar sekaligus kontak antara intrusi
konkordan sekitar daerah Banjarsari belakang Kampus Karangsambung ( 10 Juni 2015 )

3.2.3 Satuan Breksi1– Batupasir


Satuan Breksi1 - Batupasir diendapkan secara selaras diatas Satuan Batulempung
Berfragmen dan terletak sepanjang perbukitan yang mengelilingi lembah antiklin atau
amphitheater. Daerah di selatan Satuan Batulempung Berfragmen yang termasuk kedalam
Satuan Breksi adalah Gunung Waturanda, Bukit Selaranda, dan Gunung Pagerori. Litologi
pada satuan ini adalah breksi volkanik yang berselingan dengan batupasir dengan batas

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 17


kontak gradasional. Breksi memiliki karakteristik berwarna keabuan gelap, polimik, bentuk
butir menyudut, dengan fragmen berupa basalt, andesit, rijang dan batupasir. Breksi memiliki
matriks berupa pasir vulkanik dengan bentuk butiran yang juga menyudut.

c
Gambar 3.5 a.) Singkapan di tepi Jalan Bukit Selaranda untuk
mengamati satuan Breksi 1- batupasir b.) Singkapan breksi1 yang
terdapat fragmen c.) Fragmen hasil pembesaran pada singkapan b,
nampak fragmen penyusun berupa andesit dengan mineral-mineral
mafik dalam masa dasar pasir

Batupasir memiliki ciri litologi berwarna abu gelap sampai coklat gelap, kemas
tertutup, pemilahan baik-sedang, dengan ukiran butir medium hingga kasar, mineralogy yang
terlihat adalah kuarsa, mineral mafik, dan beberapa fragmen batuan seperti basalt, andesit,
rijang, dan batupasir serta memiliki semen non karbonatan. Satuan Batupasir ini terdiri dari

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 18


perselingan batupasir-batulempung yang semakin didominasi oleh pasir pada saat semakin
mendekat kearah kontak dengan breksi. Lingkungan pengendapan satuan ini berada di dekat
suatu lereng atau slope, dibuktikan dengan dominasi bentuk butir yang menyudut sehingga
tidak jauh dari sumbernya melalui mekanisme arus turbidit dengan kecepatan tinggi pada
lingkungan laut dalam yaitu sub-marine fan. Dominasi fragmen volkanik pada satuan ini
mengindikasikan adanya sumber gunung api bawah laut yang berada di dekat lingkungan
pengendapan. Satuan ini diendapkan selaras dengan satuan batulempung dan disetarakan
dengan Formasi Waturanda yang berumur Miosen Awal – Miosen Tengah (Asikin, 1974
dalam Hadiyansyah, 2005).

a b

Gambar 3.6 a.) Singkapan Breksi yang terdapat di hulu Kali Gending b.) Singkapan Breksi1 di hulu Kali Gumarang

3.2.4 Satuan Batupasir-Batulempung


Satuan ini diendapkan secara selaras diatas satuan Breksi-Batupasir yang memiliki
penyebaran yang cukup luas di daerah pemetaan meliputi daerah Plumbon, Alian, Kalijaya,
dan Eragombong. Satuan ini didominisasi oleh perselingan batupasir karbonatan dan
kalsilutit yang dapat terlihat dari ukuran butirnya dengan batupasir karbonatan ukuran butir
pasir sedang hingga pasir kasar, dan kalsilutit memiliki ukuran butir lanau hingga lempung.
Batupasir karbonatan memiliki ciri warna putih-coklat muda, sortasi dan porositas baik,
terdapat beberapa struktur sedimen berupa konvolut, perlapisan bersilang, perlapisan sejajar

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 19


dan seringkali dijumpai slump. Kalsilutit yang seringkali menjadi perselingan memiliki ciri-
ciri abu-abu lunak, mudah lepas, seringkali dijumpai foraminifera besar didalam kalsilutit.
Perselingan juga terkadang berupa perselingan batupasir karbonatan-batulempung
karbonatan. Pada beberapa tempat banyak dijumpai struktur sedimen yang membentuk
sekuen bouma yang juga mengindikasikan bahwa satuan ini diendapkan dengan mekanisme
arus turbidit pula. Keberadaan satuan batuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi
Penosogan.

Gambar 3.7 Singkapan batupasir karbonatan yang terdapat sekitar Kalikudu b.) Batupasir karbonatan yang terdapat di Kali Jaya

3.2.5 Satuan Tuf


Satuan batuan ini berada di sekitar Bukit Siranda, Tegalsari, dan Gunung Cantel.
Litologi satuan ini dicirikan oleh perselingan tuf dengan kalkarenit dan kalsilutit. Dengan tuf
bercirikan warna abu-abu terang kecoklatan, ukuran butir debu halus, pemilahan baik, dan
kompak. Sedangkan kalsilutit memiliki ukuran butir pasir halus, pemilahan baik, kemas
tertutup, dan getas, dan kalkarenit memiliki ukuran butir pasir kasar, pemiahan baik, dan
sangat kompak. Satuan ini masih disetarakan dengan Formasi Penosogan yang masih
mengandung litologi tuf. Satuan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal dimana tuf berasal
dari letusan gunung api bawah laut dan terendapkan secara selang-seling dengan batugamping
klastik yang diendapkan dengan mekanisme arus turbidit.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 20


a

Gambar 3.8 Satuan Tuf yang ditemukan di Sekitar Bukit Sirandaa dan Tegalsarib

3.2.6 Satuan Batugamping


Satuan ini diendapkan selaras dengan satuan tuf. Penyebaran satuan ini berada sekitar
Cantel, Seprih, dan desa Pencil. Batugamping kalsilutit pada satuan ini secara umum memiliki
warna abu-abu terang hingga abu-abu gelap kecoklatan, kemas tertutup, sortasi baik, bentuk
butir membundar, dan memiliki kekompakan yang sangat kompak untuk kalkarenit dan getas
untuk kalsilutit. Kontak antara batugamping dan tuf dijumpai pada beberapa titik semisal
sekitar Bukit Siranda dan Cantel. Satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi
Penosogan.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 21


a b

Gambar 3.9 Satuan Batugamping yang di dominasi oleh batugamping klastik kalsilutit, ditemukan sekitar Pedurenanb dan sekeliling Gunung Cantela

3.2.7 Satuan Breksi 2


Satuan ini memiliki ciri litologi berupa bongkah breksi vulkanik yang tersebar dalam
bentuk bongkah-bongkah yang peenyebarannya hanya terdapat pada bagian Barat Daya
daerah pemetaan yaitu sekitar Desa Pencil. Perbedaan mendasar antara Breksi 1 dan Breksi 2
adalah pada fragmen penyusun yang ditemukan. Pada Breksi 2 fragmen tersusun atas
material-material piroklastik seperti andesit, scoria, gelas, dan basalt. Selain itu ciri khas lain
adalah warna kemerahan hingga kecoklatan, hasil lapukan pada tanah juga menunjukkan
warna yang sama. Semen atau matriks pada satuan ini berupa pasir. Satuan batuan ini dapat
disebandingkan dengan Formasi Halang.

Gambar 3.10 Breksi 2 yang terdiri dari fragmen-fragmen piroklastik berupa scoria, basalt, andesit dalam masa dasar pasir kemerahan, nampak
teroksidasi

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 22


Gambar 3.11 Kontak antara lapukan breksi
dan satuan batugamping berupa kalsilutit
yang ditemukan disekitar Desa Pencil

Satuan Breksi 2
Satuan Batugamping

3.2.8 Satuan Endapan Aluvial


Satuan endapan aluvial diendapkan secara tidak selaras di atas satuan yang terpotong
oleh Sungai Luk Ulo. Satuan ini merupakan satuan termuda daerah pemetaan. Satuan ini
memiliki penyebaran di sekitar sungai bermeander seperti sungai Luk Ulo dan sungai
Kedungbener. Endapan alluvial Luk Ulo memiliki jenis fragmen yang sangat beragam mulai
dari yang berukuran kerikil hingga bongkah yang terdiri dari fragmen batuan membundar dari
mulai batuan sedimen, beku, hingga metamorf. Batuan yang sering dijumpai pada satuan ini
antara lain basalt, andesit, batupasir, batulempung, kuarsirt, sekis, filit, marmer, batugamping,
konglomerat, rijang, dan batulanau.

Satuan Endapan Alluvial

Gambar 3.12 Satuan Endapan Aluvial dengan keberagaman fragmen batuan yang relative membundar di dekat Pesanggrahan

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 23


BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI DAERAH WATURANDA

4.1 Struktur Geologi Regional


Struktur di daerah Karangsambung tempat batuan Pra-tersier dan tersier tersingkap, dapat
dibedakan adanya dua pola struktur utama, yaitu yang arahnya timur laut-barat daya dan barat
timur. Pola yang berarah timur laut – barat daya merupakan batuan pra tersier yang terdiri dari
kompleks mélange yang berumur Kapur Atas – Paleosen (Sukendar Asikin, 1974). Hubungan
antara satu batuan dengan yang lainnya memiliki lingkungan dan genesa pembentukan berbeda
yang terdapat di mélange, umumnya berupa sesar yang berarah timur laut-barat daya atau ke arah
Meratus. Pola yang berarah barat-timur terdiri dari perlipatan dan sesar, dan umumnya melibatkan
batuan berumur tersier.

Back Arc Basins

1000m

KETERANGAN :
Vulkanik Kuarter Jalur Subduksi Kuarter
Vulkanik Miosen Akhir - Pliosen Jalur Subduksi Tersier
Vulkanik Eosen Akhir – Miosen Awal Sesar Naik
Sesar Geser

Gambar 4.1 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (modifikasi Soeria-
Atmadja dkk. 1994 dan Simanjuntak & Barber 1996).

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 24


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola yang arahnya timur laut - barat daya
sangat dominan di bagian timur Jawa Tengah ini, merupakan jejak tektonik Kapur-Paleosen yang
berbentuk jalur subduksi akibat interaksi antara lempeng Indo Australia dan lempeng Mikro
Sunda. Jalur tersebut juga merupakan kelanjutan dari jalur subduksi yang tersingkap di Ciletuh
Jawa barat
Subduksi yang terjadi pada daerah Karangsambung terjadi pada dua tahap, yakni :
1. Zaman Kapur Akhir – Pliosen
Kejadian proses subduksi mempunyai struktur – struktur-struktur geologi yang
mempunyai arah baratdaya – timurlaut yang lebih dikenal dengan sebutan Pola Meratus
(Gambar 2.5). Struktur ini diperkirakan terjadi karena adanya subduksi antara Lempeng
Eurasia dengan mikrokontinen yang berasal dari Lempeng Indo-Australia.

2. Zaman Tersier
Proses subduksi yang terjadi di zaman ini mempunyai arah barat – timur. Proses
yang terjadi di zaman ini merupakan zona subduksi yang baru atau bisa dibilang masih
berlangsung hingga sekarang. Proses subduksi terjadi setelah proses subduksi yang
pertama (pada Zaman Kapur Akhir – Pliosen) ini telah berhenti (tidak ada lagi kegiatan
tektonik) yang lebih dikenal dengan sebutan Pola Jawa (Gambar 2.5). Pembentukan
struktur geologi ini terbentuk di bagian selatan dari zona subduksi yang pertama.

Gambar 4.2 Pola struktur Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994 dalam Fahmi, 2007)

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 25


4.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur geologi yang berkembang pada daerah Waturanda dapat dibagi menjadi dua fasa
deformasi yaitu deformasi brittle yang menghasilkan struktur sesar dan kekar, serta deformasi
ductile yang menghasilkan struktur lipatan. Kemiringan lapisan yang variatif pada daerah
pemetaan juga merupakan hasil dari aktivitas tektonik pada daerah ini. Struktur utama pada daerah
ini adalah Antiklin Karangsambung, Sesar Mengiri Kedungbener, dan Sesar Naik Krembeng.
Sesar-sesar mendatar yang berarah relatif Timut Laut- Barat Daya dan Barat Laut-Tenggara serta
sesar naik dengan arah relatif Barat – Timur menunjukkan daerah pemetaan mengalami deformasi
dengan rezim kompresional dan memiliki arah tegasan utama Utara- Selatan.

4.2.1 Sesar
Data sesar yang dipakai pada daerah pemetaan adalah data sesar-sesar minor yang
nantinya akan digabungkan untuk mendapatkan arah tegasan utama dan sesar utama yang
akan dianalisa kemudian. Sesar-sesar minor yang berkembang di daerah penelitian
ditunjang dengan adanya struktur gores-garis pada suatu bidang sesar, maupun
keterdapatan offset minor di lapangan.

a b

Gambar 4.3 a.) Kenampakan sesar menganan pada daerah Kaligending seberang sungai Luk Ulo b.) Sesar normal yang ditemukan
pada Kali Krembeng, sekitar juga diteukan sesar naik yang diikuti dengan banyak lipatan

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 26


Adanya indikasi lipatan-lipatan dan sesar-sesar minor yang berada di bagian Selatan
Gunung Waturanda, dan didukung dengan adanya kelurusan pada Kali Kedondong, Kali
Soka dan Kali Krembeng, mengindikasikan adanya sesar utama berupa sesar naik di
sepanjang kelurusan tersebut yang berada pada Satuan Batupasir-Batulempung. Sesar
naik tersebut memiliki bidang sesar yang relatif berarah Barat-Timur dengan kemiringan
bidang sesar mengarah ke Utara

Gambar 4.4 Kenampakan sesar normal pada Kali Krembenng

Gambar 4.5 Kenampakan sesar mengiri pada Kali Kedungbener

Gambar 4.6 Kenampakan sesar naik pada Kali


Soka
Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 27
4.2.2 Lipatan

Kenampakan struktur perlipatan berupa antiklin dan sinklin baik itu berukuran kecil
hingga besar. Salah satu yang berukuran raksasa adalah kenampakan antiklin
Karangsambung. Antiklin Karangsambung pada analisis geomorfologi nampak terlihat
pola scarp slope- dip slope dan gawir yang menunjukkan kenampakan saling berlawanan
dari scarp slope. Intepretasi peta geomrfologi telah dibuktikan dengan data lapangan yaitu
terdapat perubahan kemiringan lapisan batuan pada bagian utara dan selatan gawir di
daerah penelitian. Kenampakan sumbu antuklin dapat teramati pada data Kali Warag yang
menunjukkan perubahan arah kemiringan. Antiklin Karangsambung memiliki sumbu
antiklin yang memanjang dari Barat hingga Timur dan menunjam ke arah Timur

Gambar 4.7 Foto udara yang memperlihatkan kenampakan amphiteatre Karangsambung dan penujamanya

Selain antiklin pada lembah amphiteater, pada bagian selatan antiklin Karangsambung
dijumpai sinklin yang memanjang ke arah Barat-Timur yang memiliki sumbu sinklin sekitar Kali
Penosogan dan Pencil, memanjang hingga memotong Kali Jaya dan Kali Kedungbener. Dari data
di lapangan menunjukkan bahwa sinklin ini memiliki kemiringan lapisan yang berarah Selatan di
bagian Utara dan berarah Utara di bagian Selatan. Lipatan minor juga ditemukan di beberapa
lokasi pemetaan daerah Waturanda yang diintepretasikan akibat adanya rezim kompresional
sehingga menghasilkan sesar naik. Lipatan-lipatan minor ini dapat diamati pada daerah Kali
Krembeng, Kali Soka, dan Kali Kedungbener.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 28


W E

Gambar 4.8 Kenampakan Lipatan pada pinggir jalan depan TPA Kali Krembeng

Gambar 4.9 Kenampakan lipatan minor berupa sinklin dan antiklin pada Kali Kedungbener

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 29


Gambar 4.10 Lipatan pada Kali Soka yang terbentuk akibat sesar yang ada di sekitar lokasi

Gambar 4.11 Lipatan minor pada batulempung berfragmen pada Kali Sadang

4.2.3 Kekar

Pada daerah penelitian ditemukan struktur selain perlipatan dan sesar ditemukan
struktur berupa kekar-kekar yang berkembang. Kekar gerus yang berkembang pada
daerah penelitian merupakan struktur penyerta pada beberapa indikasi sesar yang
ditemukan di daerah penelitian.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 30


Gambar 4.12 Kekar Gerus yang ditemukan pada daerah Kali Kedungbener

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 31


BAB V
SEJARAH GEOLOGI DAERAH WATURANDA

Gambaran umum sejarah geologi daerah Waturanda diperoleh berdasarkan data-data


geologi meliputi data di lapangan, interpretasi dan penafsiran, serta data sekunder berupa ciri
litologi, umur dan lingkungan pengendapan, serta pola struktur dan mekanisme pembentukannya
dalam suatu kerangka ruang dan waktu. Berdasarkan data stratigrafi yang diperoleh, urutan satuan
batuan tidak resmi dari yang lebih tua ke muda adalah Satuan Batulempung Berfragmen, Satuan
Intrusi Basalt, Satuan Breksi1 - Batupasir, Satuan Batupasir, Satuan Tuf, Satuan Batugamping,
Satuan Breksi2, dan Satuan Endapan Aluvial

5.1 Sejarah Pengendapan

5.1.1 Pembentukan Satuan Batulempung Berfragmen


Satuan batulempung berfrgmen diintepretasikan berada pada lingkungan laut
dalam dengan mekanisme suspense sehingga menghasilkan batulempung berfragmen
yang sangat tebal. Satuan ini dikatakan satuan batulempung berfragmen karena
ditemukannya banyak fragmen dari berbagai jenis batuan mulai dari yang berukuran
kerikil hingga bongkah raksasa, salah satu fragmen berukuran raksasa yaitu batugamping
Jatibungkus dan bukit Pesanggrahan. Keterdapatan banyak fragmen kemungkinan terjadi
akibat adanya transportasi yang dialami batugamping, lava basalt, dan fragmen-fragmen
berbagai batuan lainnya dari lokasi tertentu sehingga tertransportasikan ke satuan
batulempung sebelum batulempung terkonsolidasi secara sempurna.

5.1.2 Pembentukan Satuan Intrusi Basalt


Setelah pengendapan dan pembentukan satuan batulempung berfragmen
terbentuk, terjadilah proses intrusi basalt. Satuan ini dikatakan intrusi karena diketahui
menerobos satuan batulempung dengan ditemukannya kekar kolom rebah di bagian utara
Gunung Bujil. Efek bakar yang ditemukan berada sekitar intrusi dengan ditemukannya

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 32


batulempung yang keras pada selatan dari Gunung Bujil. Kemenerusan intrusi
diinteprerasikan juga terjadi di sekitar daerah Banjarsari dengan ditemukannya litologi
batuan beku berupa andesit (?) atau basalt yang memiliki efek bakar dengan ditemukannya
batulempung yang seolah-olah gosong dan keras bila diamati dari bawah.

5.1.3 Satuan Breksi1 - Batupasir


Satuan ini terendapkan diatas satuan batulempung berfragmen dengan
menunjukkan gradasional mulai dari batupasir halus berubah menjadi kasar dan kemudian
menjadi breksi. Beberapa lokasi pemetaan menunjukkan bahwa batupasir dan breksi pada
satuan batuan ini memiliki kandungan karbonat walaupun dengan kadar yang sedikit dan
tidak intens, mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan masih berada di bawah
laut. Pengendapan breksi diintepretasikan tidak jauh dari sumber sedimennya karena
dibutuhkan arus yang kuat yang memugkinkan terjadinya transportasi yang singkat.
Terdapat pula perselingan yang gradasional dengan batupasir kasar karena ada perubahan
kuat arus dalam proses pembentukannya. Pembentukan satuan breksi1 - batupasir ini
dapat dijelaskan secara detail dengan menggunakan teori arus turbidt berdasarkan
ditemukannya beberapa struktur sedimen yang menunjukkan sekuen bouma.

5.1.4 Pembentukan Satuan Batupasir-Batulempung


Satuan ini terendapkan diatas satuan breksi-batupasir dan terdiri atas perselingan
litologi batupasir karbonatan dan kalsilutit. Batupasir karbonatan memiliki ciri warna
putih-coklat muda, sortasi dan porositas baik, terdapat beberapa struktur sedimen berupa
konvolut, perlapisan bersilang, perlapisan sejajar dan seringkali dijumpai slump.
Kalsilutit yang seringkali menjadi perselingan memiliki ciri-ciri abu-abu lunak, mudah
lepas, seringkali dijumpai foraminifera besar didalam kalsilutit. Perselingan antara
batupasir karbonatan dan kalsilutit mengindikasikan adanya perubahan arus yang
fluktuatif sehingga dapat terbentuk perselingan antara butuan dengan butir kasar hingga
halus. Pada beberapa tempat banyak dijumpai struktur sedimen yang membentuk sekuen
bouma yang juga mengindikasikan bahwa satuan ini diendapkan dengan mekanisme arus
turbidit pula

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 33


5.1.5 Pembentukan Satuan Tuf
Setelah pengendapan satuan batupasir, terjadilah pengendapan satuan tuf yang
diendapkan secara selaras di atas satuan-satuan lainnya. Litologi pada satuan ini terdiri
dari perselingan tuf dengan kalkarenit-kalsilutit. Satuan batuan ini diintepretasikan
merupakan hasil letusan gunung api pada sekitar laut dangkal sehingga tuf yang
ditemukan berselingan dengan kalkarenit dan kalsilutit yang diendapkan dalam
lingkungan laut.

5.1.6 Pembentukan Satuan Batugamping


Satuan ini terendapkan diatas satuan tuf dan selaras terhadap satuan-satuan
batuan lain. Litologi pada satuan ini terdiri dari batugamping klastik yaitu dominasi
kalsilutit dan juga kalkarenit. Lingkungan pengendapan satuan batuan ini diintepretasikan
adalah laut dangkal dikarenakan masih ditemukannya beberapa lapisan tuf tipis pada
beberapa tempat yang merupakan produk hasil letusan gunung api sekitar laut dangkal.

5.1.7 Pembentukan Satuan Breksi2


Setelah satuan pembentukan batugamping, terendapkanlah satuan breksi secara
selaras diatas lapisan batugamping kalkarenit. Ditemukan batas antara breksi dan
batugamping walau tidak nampak begitu jelas karena telah berubah menjadi soil, namun
masih dapat dibedakan bila dilihat dari karakteristik soilnya. Perbedaan mendasar antara
breksi1-batupasir dan Breksi 2 adalah pada fragmen penyusun yang ditemukan. Pada
Breksi 2 fragmen tersusun atas material-material piroklastik seperti andesit, scoria, gelas,
dan basalt. Selain itu ciri khas lain adalah warna kemerahan hingga kecoklatan, hasil
lapukan pada tanah juga menunjukkan warna yang sama. Matriks yang ditemukan berupa
pasir berwarna kemerahan dan non karbonatan sehingga diintepretasikan bahwa
lingkungan pengendapan satuan batuan ini adalah pada lingkungan darat. Karena
keterbatasan singkapan yang hanya berupa bongkah-bongkah, maka mekanisme
pengendapan dari satuan breksi 2 sedikit susah untuk diamati. Kemungkinan satuan breksi
2 terendapkan mengikuti mekanisme pembentukan breksi piroklatik yang terendapkan
mengikuti mekanisme endapan piroklastik.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 34


5.1.7 Pembentukan Satuan Endapan Aluvial
Setelah proses-proses pelapukan serta erosi yang membentuk geomorfologi
daerah Waturanda tersebut, terbentuklah endapan baru yang berada di sekitar sungai
bermeander seperti Sungai Luk Ulo. Satuan ini merupakan satuan termuda daerah
pemetaan. Endapan aluvial Luk Ulo memiliki jenis fragmen yang sangat beragam mulai
dari yang berukuran kerikil hingga bongkah yang terdiri dari fragmen batuan membundar
dari mulai batuan sedimen, beku, hingga metamorf. Batuan yang sering dijumpai pada
satuan ini antara lain basalt, andesit, batupasir, batulempung, kuarsirt, sekis, filit, marmer,
batugamping, konglomerat, rijang, dan batulanau. Satuan ini tidak selaras dengan satuan-
satuan yang sebelumnya karena satuan ini masih diendapkan secara mendatar, sementara
satuan-satuan sebelumnya telah mengalami proses deformasi yang dikontrol oleh proses
tektonik sehingga menghasilkan kemiringan perlapisan satuan batuan yang sudah tidak
horizontal.

5.2 Sejarah Tektonik


Kondisi tektonik yang kuat pada saat pengendapan Satuan Batuan Batulempung
Berfragmen terlihat dari adanya tekstur bersisik (scaly clay) pada batulempung. Satuan Intrusi
Diabas menerobos Satuan Batulempung yang telah terendapkan sebelumnya. Intrusi Basalt
diinterpretasikan sebagai hasil aktivitas magmatic yang disebabkan oleh perpindahan zona
subduksi ke arah Selatan dari zona subduksi Pra-Tersier ke zona subduksi Paleogen (Yuwono,
1997 op.cit. Hadiyansyah, 2005). Fase tektonik pertama yang menyebabkan pensesaran yang
terjadi dengan jenis sesar naik berarah Barat-Timur dan bersamaan dengan pengendapan satuan
Batupasir.
Fasa tektonik kedua memiliki tegasan utama berarah Utara-Selatan yang menyebabkan
terdapatnya sistem perlipatan simetri dengan sayap-sayap lipatan antara data bidang tidak memiliki
perbedaan yang mencolok. Kemudian terdapat sesar mendatar dengan pergerakan relatif
menganan (?) dilihat berdasarkan kelurusan Sungai Luk Ulo. Tektonik yang terjadi ini juga
memberikan celah bagi Sungai Luk Ulo untuk melewati Gunung Brujul dan Gunung Waturanda
yang secara litologi memiliki kesamaan ciri dan berada dalam satuan yang sama.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 35


BAB VI
POTENSI DAERAH WATURANDA

Pemanfaatan daerah Waturanda dengan karakteristik litologi dan geologinya menjadi


potensi tersendiri yang dimanfaatkan warga sekitar dan daerah Karangsambung. Misalnya
pemanfatan litologi resisten yang dimanfaatkan sebagai area penambangan batuan atau yang lazim
disebut quarry. Lokasi penambangan terletak di Barat Gunung Waturanda dan juga daerah
Banjarsari. Sepanjang dataran alluvial sisi sungai Luk Ulo juga dimanfaatkan sebagai
penambangan pasir rakyat serta fragmen-fragmen batuan penyusun juga dimanfaatkan sebagian
warga untuk batu hias.

Gambar 6.1 a.) Singkapan quarry breksi Waturanda yang terletak sebelah barat dari Sungai Luk Ulo b.) singkapan quarry sekitar Banjarsari, sebelah
utara dari Kampus Karangsambung

Pemanfaatan dataran rendah terutama sekitar lembah antiklin dimanfaatkan sebagai areal
persawahan oleh warga sekitar. Sedangkan pada lokasiyang lebih tinggi dimanfaatkan warga untuk
hutan produksi pinus yang diambil getahnya.
Keberagaman kondisi geologi dan variasi litologi daerah Karangsambung dan sekitarnya
dapat dimanfaatkan sebagai Daerah Geowisata dan juga sarana pembelajaran geologi dan ilmu
kebumian lain.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 36


Gambar 6.2 Pemanfaatan sekitar lembah antiklin yang digunakan untuk areal persawahan dan pertanian

Gambar 6.3 Keberagaman dan keunikan kondisi geologi Karangsambung layak untuk dikunjungi dan dinobatkan sebagai
laboratorium kebumian Indonesia. Nampak singkapan rijang dan batugamping merah

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 37


BAB VII
KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil pemetaan pada daerah Waturanda, Satuan-satuan ini dibedakan berdasarkan ciri
morfologi yang terlihat berdasarkan foto udara dan peta topografi. Satuan geomorfologi daerah
Waturanda menurut penulis dapat dibedakan :

Daerah Waturanda terbagi atas 5 satuan geomorfologi, yaitu :


 Satuan Lembah Antiklin
 Satuan Dataran Aluvial
 Sauan Perbukitan Terisolasi
 Satuan Perbukitan Homoklin
 Satuan Perbukitan Lipatan

2. Satuan stratigrafi daerah Waturanda tersusun atas 8 satuan batuan tidak resmi berurutan
dari tua ke muda, yakni :

1. Satuan Batulempung Berfragmen


2. Satuan Intusi Basalt
3. Satuan Breksi1 – Batupasir
4. Satuan Batupasir- Batulempung
5. Satuan Tuf
6. Satuan Batugamping
7. Satuan Breksi2
8. Satuan Endapan Aluvial
Semua satuan-satuan tersebut diendapkan pada lingkungan laut dalam hingga laut dangkal
secara selaras kecuali pada Satuan Intrusi Diabas dan Satuan Endapan Aluvial.

3. Struktur geologi utama yang berkembang pada Daerah Waturanda adalah Antiklin Karangsambung
dengan sumbu lipatan berarah relatif Barat -Timur, Sesar Naik Krembeng dengan jurus bidang

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 38


sesar relatif Barat-Timur , Sesar Menganan Lok Ulo yang memanjang dari Selatan hingga Utara,
dan Sesar mengiri Kedungbener yang juga memanjang dari Selatan ke Utara. Tegasan Utama
berarah relatif Utara-Selatan.

4. Sejarah geologi Daerah Waturanda diawali dari pengendapan Satuan Batulempung


Berfragmen pada laut dalam kemudian terjadi aktivitas magmatisme menghasilkan Intrusi
Basalt, dilanjutkan pengendapan Satuan Breksi1 - Batupasir, dan Satuan Batupasir-
Batulempung pada lingkungan pengendapan laut dalam. Kemudian terjadi pendangkalan
lingkungan pengendapan menjadi laut dangkal dan mengendapkan Satuan Tuf yang
muncul akibat aktivitas vulkanisme gunung api bawah laut, kemudian terjadi pengendapan
Satuan Batugamping dan Satuan Breksi 2. Setelah itu terjadi proses tektonik kompresional
akibat subduksi lempeng yang menghasilkan struktur lipatan dan sesar pada daerah
Waturanda. Kemudian diendapkan satuan yang paling muda yaitu Satuan Endapan Aluvial
yang diendapkan tidak selaras di atas satuan-satuan di bawahnya.

5. Potensi Daerah Waturanda diantaranya adalah penambangan breksi, penanambangan


aluvial, pertanian, perkebunan, serta pemanfaatan sebagai daerah geowisata.

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 39


DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukendar, 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi Teori
Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik Geologi ITB, tidak diterbitkan.
Asikin, S., Harsolumakso, A. A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map Of Kebumen
Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Geologycal Research and Development Centre,
Bandung.
Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,
Nederland
Hadiyansyah, Dian., 2005, Karakteristik Struktur Formasi Karangsambung, Daerah
Karangsambung dan Sekitarnya, Kecamatan Karangsambung-Karangayam, Kabupaten
Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, Skripsi Sarjana S-1, Dept. Teknik Geologi ITB, tidak
diterbitkan.
Harsolumakso, Agus Handoyo dan Dardji Noeradi, 1996, Deformasi pada Formasi
Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. Buletin Geologi 26, 45-54.
Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology, an Introduction to Study of Landscapes. McGraw-Hill
Book Co., New York.
Catatan Lapangan dan Ekskursi Karangsambung 2014
Slide Kuliah Geomorfologi , 2013
Slide Kuliah Geologi Struktur, 2013

Laporan Pemetaan Geologi Lapangan Karangsambung 2015 40


LAMPIRAN
Kolom Stratigrafi Umum Daerah Waturanda

Formasi

Satuan
Umur

Tebal
Lingkungan

(m)
Simbol Litologi Deskripsi
Pengendapan

Aluvial
Endapa
Tengah - Resen

Material lepas, berupa basalt, batupasir, batulempung, kuarsit,

10
Darat

n
sekis, filit, batugamping, konglomerat, rijang.
Breksi, warna merah nampak oksidasi, fragmen: skoria
Breksi 2
Halang
Miosen

Miosen
Akhir

50
amigdaloid, litik andesit dan litik basalt. Matriks pasir kasar, Darat
semen non-karbonatan
Batugamping

100 Kalsilutit sisipan kalkarenit, warna abu-abu gelap


Laut dangkal
hingga putih, terkadang masih dijumpai tuf tipis

Tuf sisipan kalkarenit atau kalsilutit. Tuf berwarna


putih terang, berukuran butir halus sedangkan
125
Tuf

kalkarenit berwarna abu-abu terang, berukuran butir Laut dangkal


halus hingga sedang, terdapat struktur sedimen
Miosen Tengah

parallel lamination.
Penosogan

Perselingan batupasir karbonatan-batulempung,


batupasir memiliki warna putih , terkadang berselingan
Batupasir

dengan kalkarenit dan kalsilutit. Struktur sedimen


Lereng laut
700

parallel lamination , convolute , slump dan cross


dangkal
bedding . Batupasir berukuran butir sedang hingga
kasar, sortasi baik, kemas terbuka, dengan butir berupa
litik batuan beku dan karbonat.
Breksi 1- Batupasir

Breksi perselingan dengan Batupasir, nampak


Miosen Awal

Waturanda

gradasional antara breksi 1 dan pasir struktur sedimen


graded bedding dan cross bedding . Ukuran
750

Lereng laut dalam


butirsedang sampai kasar, fragmen: litik batupasir, litik
rijang, litik andesit dan litik basalt. Matriks pasir kasar,
terkadang dijumpai semen karbonat (jarang).

Batulempung, warna kehijauan hingga kemerahan,


Karangsambung / Totogan

Batulempung Berfragmen

beberapa tempat bersifat karbonatan, terdapat fitur


Eosen-Oligosen

scally maupun berfragmen. Fragmen kerikil hingga


bongkah raksasa,fragmen berupa: batupasir,
>1000

batulempung, batugamping klastik, basalt, filit, Laut dalam


batugamping Nummulites dan kuarsit dengan bentuk
butir relatif membulat. Satuan ini di intrusi oleh satuan
intrusi basalt yang menunjukka kenampakan efek bakar
pada sekitar lokasi pemetaan

Anda mungkin juga menyukai