Laporan Kuliah Geologi Lapangan Karangsa PDF
Laporan Kuliah Geologi Lapangan Karangsa PDF
Laporan Akhir
Disusun Oleh:
12012060
2015
SARI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kuliah lapangan Karangsambung. Laporan ini
diharapkan akan memberikan beberapa hal penting mengenai keadaan geologi daerah penelitian.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini. Penulis masih sangat
membuka pintu saran dan kritik yang selebar-lebarnya untuk menyempurnakan laporan ini
menjadi lebih baik.
Kuliah geologi lapangan di daerah Karangsambung ini telah diikuti oleh setiap mahasiswa
Teknik Geologi di setiap tahunnya. Setiap mahasiswa Teknik Geologi yang telah menjalani kuliah
lapangan ini selama satu bulan, dipastikan memiliki cerita masing-masing, baik suka maupun
duka. Selama lebih dari 30 hari melewati hari-hari yang penuh suka dan duka, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang disebutkan di bawah
ini:
1. Tuhan Yesus, atas limpahan kasih dan karunia-Nya,
2. Keluarga tercinta, Ibu, Bapak, Yulius, dan Diko, atas doa serta semangat yang tidak
habis-habisnya,
3. Dr. Agus H. Harsolumakso selaku coordinator kuliah Lapangan Karangsambung,
4. Segenap Bapak/Ibu Dosen pembimbing Kuliah Lapangan Karangssambung atas
semua ilmu yang diturunkan kepada kami.
5. Kelompok pemetaan daerah Waturanda, Syahril Hidayat, Dita Nur Hanifah, dan
Dyta Amelia atas semangat, canda, tawa, senda, gurau tiada habis selama kegiatan
pemetaan berlangsung.
6. Teman sekamar Waturanda B-3, Yoshefino Frederick dan Syahril Hidayat yang
selalu menemani dan mendengarkan segala keluh kesah di Karangsambung.
7. Rekan sekelompok selama materi Karangsambung, yaitu kelompok observasi yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, kelompok lintasan geologi yaitu Indah
Anandya Mahendra dan Alfa C. Kaban, kelompok pengukuran penampang
stratigrafi yaitu Yoshefino Frederick dan Febriana Fiona Rizky, kelompok analisa
struktur geologi yaitu Yunita C. Rahadiani dan Agung Cipta P., serta kelompok
analisa geomorfologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menanggapi banyak sekali pertanyaan dari penulis.
ii
8. Asisten Karangsambung, terutama Wahyu Rizky Azmi, Asri Oktavioni,
Adriansyah Rendra, Fajar F. Amanda, Tito Nur Adityo atas kesabarannya untuk
berbagi ilmu kepada peserta Karangsambung dan atas kesediaannya menemani
perjalanan pemetaan.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan penulis atas bantuannta sewaktu
penulis melakukan kegiatan lapangan maupun penyusunan laporan.
Tidak lepas dari segala kesalahan dan juga kekurangan penulis dalam penyajian laporan
ini, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Banyak sekali kekurangan
bahkan kecacatan dalam penyusanannya. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun, sehingga akan bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi pembaca pada
umumnya.
Akhir kata penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan
pada umumnya dan geologi pada khususnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
SARI ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
.............................................................................................................................................1
Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949 op.cit. Hadiansyah, 2005)
............................................................................................................. 5
Gambar 2.2 Kenampakan Amphiteater Karangsambung dan Lembah Antiklin dilihat dari Bukit Wagir
Sambeng .................................................................................................................. 6
Gambar 2.3 Perbukitan Homoklin dan Lembah Antiklin difoto dari sekitar Gunung Bujil
................................................................................................................................ 7
Gambar 2.4 Sungai Luk Ulo dan gosong pasir endapan aluvial .................................................... 8
Gambar 2.5 Gunung Bujil sebagai salah satu perbukitan terisolasi ............................................... 8
Gambar 2.6 Perbukitan Homoklin yang mengelilingi lembah antiklin berarah Timur-Barat .............. 9
Gambar 2.7 Gunung Wudel dan Gunung Cantel dilihat dari Gunung Jampes ................................. 10
Gambar 3.1 Stratigrafi umum daerah Luk Ulo (modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin
Gambar 3.1 a.) Singkapan batulempung bersisik yang ada sekitar bukit Jatibungkus b.) Kenampakan lempung
bersisik yang menunjukkan gores garis akibat proses deformasi yang terjadi pada daerah
Karangsambung……………………………………………………… 14
Gambar 3.2 a.) Singkapan batulempung berfragmen pada Kali Welaran b.) Fragmen andesit dalam matriks
lempung c.) Singkapan batulempung berfragmen lebih selatan dari daerah a d.) Fragmen rijang
pada batulempung ........................................................................................................................... 15
Gambar 3.3 a.) Intrusi basalt yang berada pada bukit dekat dengan gunung Bujil b.) Kenampakan struktur kekar
kolom rebah yang mengindikasikan arah aliran yang tegak lurus sumbu panjang kekar kolom,
intrusi diduga berupa dike ................................................................................... 16
Gambar 3.4 a.) Efek bakar yang ditemukan sekitar intrusi basalt, nampak kontak dengan batulempung yang
nampak gosong dan mengeras b.) Efek bakar yang ditemukan sekitar sungai gunung Bujil yang
nampak mengalami pengerasan dan terbakar c.) Efek bakar sekaligus kontak antara intrusi
konkordan sekitar daerah Banjarsari belakang Kampus Karangsambung .....................17
v
Gambar 3.5 a.) Singkapan di tepi Jalan Bukit Selaranda untuk mengamati satuan Breksi 1- batupasir b.)
Singkapan breksi1 yang terdapat fragmen c.) Fragmen hasil pembesaran pada singkapan b, nampak
fragmen penyusun berupa andesit dengan mineral-mineral mafik dalam masa dasar pasir
...................................................................................................................... 18
Gambar 3.6 a.) Singkapan Breksi yang terdapat di hulu Kali Gending b.) Singkapan Breksi1 di hulu Kali
Gumarang ......................................................................................................................................... 19
Gambar 3.7 Singkapan batupasir karbonatan yang terdapat sekitar Kalikudu b.) Batupasir karbonatan yang
Gambar 3.8 Satuan Tuf yang ditemukan di Sekitar Bukit Sirandaa dan Tegalsarib ........................... 21
Gambar 3.9 Satuan Batugamping yang di dominasi oleh batugamping klastik kalsilutit, ditemukan sekitar
Gambar 3.10 Breksi 2 yang terdiri dari fragmen-fragmen piroklastik berupa scoria, basalt, andesit dalam masa
Gambar 3.11 Kontak antara lapukan breksi dan satuan batugamping berupa kalsilutit yang ditemukan disekitar
Gambar 3.12 Satuan Endapan Aluvial dengan keberagaman fragmen batuan yang relative membundar di dekat
Pesanggrahan.................................................................................................... 23
Gambar 4.1 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (modifikasi Soeria-Atmadja dkk.
Gambar 4.2 Pola struktur Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994 dalam Fahmi, 2007) ......... 25
Gambar 4.3 a.) Kenampakan sesar menganan pada daerah Kaligending seberang sungai Luk Ulo b.) Sesar
normal yang ditemukan pada Kali Krembeng, sekitar juga diteukan sesar naik yang diikuti dengan
banyak lipatan................................................................................................... 26
Gambar 4.7 Foto udara yang memperlihatkan kenampakan amphiteatre Karangsambung dan penujamanya
...................................................................................................................... 28
Gambar 4.8 Kenampakan Lipatan pada pinggir jalan depan TPA Kali Krembeng ........................... 29
Gambar 4.9 Kenampakan lipatan minor berupa sinklin dan antiklin pada Kali Kedungbener ............. 29
vi
Gambar 4.10 Lipatan pada Kali Soka yang terbentuk akibat sesar yang ada di sekitar lokasi ............... 30
Gambar 4.11 Lipatan minor pada batulempung berfragmen pada Kali Sadang ................................. 30
Gambar 4.12 Kekar Gerus yang ditemukan pada daerah Kali Kedungbener ..................................... 31
Gambar 6.1 a.) Singkapan quarry breksi Waturanda yang terletak sebelah barat dari Sungai Luk Ulo b.)
singkapan quarry sekitar Banjarsari, sebelah utara dari Kampus Karangsambung ........... 36
Gambar 6.2 Pemanfaatan sekitar lembah antiklin yang digunakan untuk areal persawahan dan pertanian
...................................................................................................................... 31
Gambar 6.3 Keberagaman dan keunikan kondisi geologi Karangsambung layak untuk dikunjungi dan
dinobatkan sebagai laboratorium kebumian Indonesia. Nampak singkapan rijang dan batugamping
merah .............................................................................................................. 31
Gambar 4.12 Kekar Gerus yang ditemukan pada daerah Kali Kedungbener ..................................... 31
vii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I Pendahuluan
Bab ini akan memuat uraian berupa latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan
penulisan, lokasi dan akses daerah penelitian, metode penelitian yang dilakukan untu mencapai
tujuan, hingga sistematika pembahasan laporan.
Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949 op.cit. Hadiansyah, 2005)
Amphiteater Karangsambung
Dataran Aluvial
Gambar 2.2 Kenampakan Amphiteater Karangsambung dan Lembah Antiklin dilihat dari Bukit Wagir Sambeng (28 Mei 2015)
Geomorfologi daerah Waturanda memiliki kontur yang relatif rapat dan menutup serta
kontur yang renggang. Kontur yang rapat mengindikasikan bahwa komposisi litologi batuan
yang keras atau resisten terhadap pelapukan. Kontur yang renggang pada daerah penelitian
mengindikasikan bahwa komposisi litologi batuan yang mudah mengalami pelapukan atau
tidak resisten. Selain ketahanan batuan, morfologi daerah pemetaan juga dipengaruhi
struktur geologi berupa proses perlipatan yang mengakibatkan pengangkatan dan proses
pembentukan sesar dan kekar menjadi tahap awal dari ekspresi topografi daerah pemetaan
yang dicirikan oleh bentuk pegunungan lipatan. Akibat dua kontrol diatas menghasilkan
ekspresi topografi yang khas dan dibagi menjadi lima satuan geomorfologi yaitu, Satuan
Lembah Antiklin, Satuan Dataran Aluvial, Satuan Perbukitan Terisoasi, Satuan Perbukitan
Homoklin, dan Satuan Perbukitan Lipatan.
Gambar 2.3 Perbukitan Homoklin dan Lembah Antiklin difoto dari sekitar Gunung Bujil (10 Juni 2015)
Gambar 2.4 Sungai Luk Ulo dan gosong pasir endapan Aluvial (19 Mei 2015)
Gambar 2.5 Gunung Bujil sebagai salah satu perbukitan terisolasi (10 Juni 2015)
Gambar 2.6 Perbukitan Homoklin yang mengelilingi lembah antiklin berarah Timur-Barat (1 Juni 2015)
Gambar 2.7 Gunung Wudel dan Gunung Cantel dilihat dari Gunung Jampes (2 Juni 2015)
Gambar 3.1
Stratigrafi Umum Daerah Lok Ulo
(modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin et al., 1992 op.cit. Hadiyansyah, 2005)
Stratigrafi daerah Karangsambung terdiri dari (berurutan dari tua ke muda) Kompleks
Melange Luk Ulo, Formasi Karangsambung, Formasi Totogan, Formasi Waturanda, Formasi
Penosogan, Formasi Halang dan Aluvial. Satuan batuan yang berumur paling tua pada daerah
Karangsambung adalah Kompleks Melange Luk Ulo.
2. Formasi Karangsambung
Formasi Karangsambung diendapkan diatas Satuan Kompleks Melange
Luk Ulo secara tidak selaras. Formasi Karangsambung terdiri dari batulempung
serpihan, berwarna hitam, berselingan dengan pasir, berstruktur scaly (sisik ikan)
di beberapa bagian, memperlihatkan perlapisan yang baik, terdapat fragmen-
fragmen berupa batugamping dan konglomerat polimik. Formasi ini diendapkan
sebagai olistostrom, berumur Eosen Tengah hingga Eosen Akhir. Istilah dari blok-
blok ini disebut dengan olistolit yaitu blok-blok yang dihasilkan dari pencampuran
sedimenter.
3. Formasi Totogan
Formasi Totogan merupakan formasi yang diendapkan secara selaras
diatas Formasi Karangsambung. Formasi ini terdiri dari batulempung berwarna
kelabu, berselingan dengan batulempung merah dengan fragmen-fragmen berupa
batulempung, batugamping, lava basalt dan sekis. Formasi Totogan memiliki umur
Oligosen-Miosene Awal. Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan merupakan
4. Formasi Waturanda
Formasi Waturanda diendapkan selaras di atas Formasi Totogan.
Formasi ini terdiri dari perselingan antara breksi dan batupasir volkanik dengan
Basalt dan Andesit sebagai fragmennya. Formasi Waturanda memiliki umur
adalah Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Formasi ini diendapkan secara
gravity mass flow atau turbidit.
5. Formasi Penosogan
Formasi Penosogan Formasi ini diendapkan secara selaras di atas
Formasi Waturanda. Formasi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, bagian bawah
dicirikan oleh perlapisan batupasir dan batulempung, bagian tengah terdiri dari
perlapisan napal dan batulanau tufan dengan sisipan tipis kalkarenit, sedangkan
bagian atas lebih bersifat gampingan, berukuran lebih halus terdiri dari napal tufan
dan tuf. Struktur sedimen berupa perlapisan bersusun, laminasi sejajar, konvolut,
laminasi bersilang, dan flute / groove cast berkembang baik terutama pada
kalkarenit. Formasi Penosogan berumur Miosen Tengah
6. Formasi Halang
Formasi Halang memiliki umur Miosen Atas-Pliosen dan diendapkan
selaras di atas Formasi Penosogan. Bagian bawah didominasi oleh breksi, dengan
sisipan batupasir dan napal. Ke arah atas, sisipan batupasir, perselingan
perselingan napal dan batulempung semakin banyak dengan sisipan tuf makin
dominan.
7. Endapan Aluvial
Endapan aluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki
umur Holosen dan pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang.
b
a
Gambar 3.1 a.) Singkapan batulempung bersisik yang ada sekitar bukit Jatibungkus
b.) Kenampakan lempung bersisik yang menunjukkan gores garis akibat proses deformasi
yang terjadi pada daerah Karangsambung (4 Juni 2015)
Gambar 3.2 a.) Singkapan batulempung berfragmen pada Kali Welaran b.) Fragmen andesit
dalam matriks lempung c.) Singkapan batulempung berfragmen lebih selatan dari daerah a
d.) Fragmen rijang pada batulempung (31 Mei 2015)
a
b
Gambar 3.3 a.) Intrusi basalt yang berada pada bukit dekat dengan gunung Bujil b.) Kenampakan struktur kekar kolom rebah
yang mengindikasikan arah aliran yang tegak lurus sumbu panjang kekar kolom, intrusi diduga berupa dike (10 Juni 2015)
Batulempung berfragmen
Gambar 3.4 a.) Efek bakar yang ditemukan sekitar intrusi basalt, nampak kontak dengan batulempung yang nampak gosong dan mengeras b.) Efek
bakar yang ditemukan sekitar sungai gunung Bujil yang nampak mengalami pengerasan dan terbakar c.) Efek bakar sekaligus kontak antara intrusi
konkordan sekitar daerah Banjarsari belakang Kampus Karangsambung ( 10 Juni 2015 )
c
Gambar 3.5 a.) Singkapan di tepi Jalan Bukit Selaranda untuk
mengamati satuan Breksi 1- batupasir b.) Singkapan breksi1 yang
terdapat fragmen c.) Fragmen hasil pembesaran pada singkapan b,
nampak fragmen penyusun berupa andesit dengan mineral-mineral
mafik dalam masa dasar pasir
Batupasir memiliki ciri litologi berwarna abu gelap sampai coklat gelap, kemas
tertutup, pemilahan baik-sedang, dengan ukiran butir medium hingga kasar, mineralogy yang
terlihat adalah kuarsa, mineral mafik, dan beberapa fragmen batuan seperti basalt, andesit,
rijang, dan batupasir serta memiliki semen non karbonatan. Satuan Batupasir ini terdiri dari
a b
Gambar 3.6 a.) Singkapan Breksi yang terdapat di hulu Kali Gending b.) Singkapan Breksi1 di hulu Kali Gumarang
Gambar 3.7 Singkapan batupasir karbonatan yang terdapat sekitar Kalikudu b.) Batupasir karbonatan yang terdapat di Kali Jaya
Gambar 3.8 Satuan Tuf yang ditemukan di Sekitar Bukit Sirandaa dan Tegalsarib
Gambar 3.9 Satuan Batugamping yang di dominasi oleh batugamping klastik kalsilutit, ditemukan sekitar Pedurenanb dan sekeliling Gunung Cantela
Gambar 3.10 Breksi 2 yang terdiri dari fragmen-fragmen piroklastik berupa scoria, basalt, andesit dalam masa dasar pasir kemerahan, nampak
teroksidasi
Satuan Breksi 2
Satuan Batugamping
Gambar 3.12 Satuan Endapan Aluvial dengan keberagaman fragmen batuan yang relative membundar di dekat Pesanggrahan
1000m
KETERANGAN :
Vulkanik Kuarter Jalur Subduksi Kuarter
Vulkanik Miosen Akhir - Pliosen Jalur Subduksi Tersier
Vulkanik Eosen Akhir – Miosen Awal Sesar Naik
Sesar Geser
Gambar 4.1 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (modifikasi Soeria-
Atmadja dkk. 1994 dan Simanjuntak & Barber 1996).
2. Zaman Tersier
Proses subduksi yang terjadi di zaman ini mempunyai arah barat – timur. Proses
yang terjadi di zaman ini merupakan zona subduksi yang baru atau bisa dibilang masih
berlangsung hingga sekarang. Proses subduksi terjadi setelah proses subduksi yang
pertama (pada Zaman Kapur Akhir – Pliosen) ini telah berhenti (tidak ada lagi kegiatan
tektonik) yang lebih dikenal dengan sebutan Pola Jawa (Gambar 2.5). Pembentukan
struktur geologi ini terbentuk di bagian selatan dari zona subduksi yang pertama.
Gambar 4.2 Pola struktur Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994 dalam Fahmi, 2007)
4.2.1 Sesar
Data sesar yang dipakai pada daerah pemetaan adalah data sesar-sesar minor yang
nantinya akan digabungkan untuk mendapatkan arah tegasan utama dan sesar utama yang
akan dianalisa kemudian. Sesar-sesar minor yang berkembang di daerah penelitian
ditunjang dengan adanya struktur gores-garis pada suatu bidang sesar, maupun
keterdapatan offset minor di lapangan.
a b
Gambar 4.3 a.) Kenampakan sesar menganan pada daerah Kaligending seberang sungai Luk Ulo b.) Sesar normal yang ditemukan
pada Kali Krembeng, sekitar juga diteukan sesar naik yang diikuti dengan banyak lipatan
Kenampakan struktur perlipatan berupa antiklin dan sinklin baik itu berukuran kecil
hingga besar. Salah satu yang berukuran raksasa adalah kenampakan antiklin
Karangsambung. Antiklin Karangsambung pada analisis geomorfologi nampak terlihat
pola scarp slope- dip slope dan gawir yang menunjukkan kenampakan saling berlawanan
dari scarp slope. Intepretasi peta geomrfologi telah dibuktikan dengan data lapangan yaitu
terdapat perubahan kemiringan lapisan batuan pada bagian utara dan selatan gawir di
daerah penelitian. Kenampakan sumbu antuklin dapat teramati pada data Kali Warag yang
menunjukkan perubahan arah kemiringan. Antiklin Karangsambung memiliki sumbu
antiklin yang memanjang dari Barat hingga Timur dan menunjam ke arah Timur
Gambar 4.7 Foto udara yang memperlihatkan kenampakan amphiteatre Karangsambung dan penujamanya
Selain antiklin pada lembah amphiteater, pada bagian selatan antiklin Karangsambung
dijumpai sinklin yang memanjang ke arah Barat-Timur yang memiliki sumbu sinklin sekitar Kali
Penosogan dan Pencil, memanjang hingga memotong Kali Jaya dan Kali Kedungbener. Dari data
di lapangan menunjukkan bahwa sinklin ini memiliki kemiringan lapisan yang berarah Selatan di
bagian Utara dan berarah Utara di bagian Selatan. Lipatan minor juga ditemukan di beberapa
lokasi pemetaan daerah Waturanda yang diintepretasikan akibat adanya rezim kompresional
sehingga menghasilkan sesar naik. Lipatan-lipatan minor ini dapat diamati pada daerah Kali
Krembeng, Kali Soka, dan Kali Kedungbener.
Gambar 4.8 Kenampakan Lipatan pada pinggir jalan depan TPA Kali Krembeng
Gambar 4.9 Kenampakan lipatan minor berupa sinklin dan antiklin pada Kali Kedungbener
Gambar 4.11 Lipatan minor pada batulempung berfragmen pada Kali Sadang
4.2.3 Kekar
Pada daerah penelitian ditemukan struktur selain perlipatan dan sesar ditemukan
struktur berupa kekar-kekar yang berkembang. Kekar gerus yang berkembang pada
daerah penelitian merupakan struktur penyerta pada beberapa indikasi sesar yang
ditemukan di daerah penelitian.
Gambar 6.1 a.) Singkapan quarry breksi Waturanda yang terletak sebelah barat dari Sungai Luk Ulo b.) singkapan quarry sekitar Banjarsari, sebelah
utara dari Kampus Karangsambung
Pemanfaatan dataran rendah terutama sekitar lembah antiklin dimanfaatkan sebagai areal
persawahan oleh warga sekitar. Sedangkan pada lokasiyang lebih tinggi dimanfaatkan warga untuk
hutan produksi pinus yang diambil getahnya.
Keberagaman kondisi geologi dan variasi litologi daerah Karangsambung dan sekitarnya
dapat dimanfaatkan sebagai Daerah Geowisata dan juga sarana pembelajaran geologi dan ilmu
kebumian lain.
Gambar 6.3 Keberagaman dan keunikan kondisi geologi Karangsambung layak untuk dikunjungi dan dinobatkan sebagai
laboratorium kebumian Indonesia. Nampak singkapan rijang dan batugamping merah
1. Berdasarkan hasil pemetaan pada daerah Waturanda, Satuan-satuan ini dibedakan berdasarkan ciri
morfologi yang terlihat berdasarkan foto udara dan peta topografi. Satuan geomorfologi daerah
Waturanda menurut penulis dapat dibedakan :
2. Satuan stratigrafi daerah Waturanda tersusun atas 8 satuan batuan tidak resmi berurutan
dari tua ke muda, yakni :
3. Struktur geologi utama yang berkembang pada Daerah Waturanda adalah Antiklin Karangsambung
dengan sumbu lipatan berarah relatif Barat -Timur, Sesar Naik Krembeng dengan jurus bidang
Asikin, Sukendar, 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi Teori
Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik Geologi ITB, tidak diterbitkan.
Asikin, S., Harsolumakso, A. A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map Of Kebumen
Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Geologycal Research and Development Centre,
Bandung.
Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,
Nederland
Hadiyansyah, Dian., 2005, Karakteristik Struktur Formasi Karangsambung, Daerah
Karangsambung dan Sekitarnya, Kecamatan Karangsambung-Karangayam, Kabupaten
Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, Skripsi Sarjana S-1, Dept. Teknik Geologi ITB, tidak
diterbitkan.
Harsolumakso, Agus Handoyo dan Dardji Noeradi, 1996, Deformasi pada Formasi
Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. Buletin Geologi 26, 45-54.
Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology, an Introduction to Study of Landscapes. McGraw-Hill
Book Co., New York.
Catatan Lapangan dan Ekskursi Karangsambung 2014
Slide Kuliah Geomorfologi , 2013
Slide Kuliah Geologi Struktur, 2013
Formasi
Satuan
Umur
Tebal
Lingkungan
(m)
Simbol Litologi Deskripsi
Pengendapan
Aluvial
Endapa
Tengah - Resen
10
Darat
n
sekis, filit, batugamping, konglomerat, rijang.
Breksi, warna merah nampak oksidasi, fragmen: skoria
Breksi 2
Halang
Miosen
Miosen
Akhir
50
amigdaloid, litik andesit dan litik basalt. Matriks pasir kasar, Darat
semen non-karbonatan
Batugamping
parallel lamination.
Penosogan
Waturanda
Batulempung Berfragmen