Anda di halaman 1dari 14

Teknik Pembuatan Kuisioner

Setelah menentukan tipe skala yang akan digunakan dalam penelitian, tahap selanjutnya adalah membuat kuesioner. Kuesioner merupakan

seperangkat pertanyaan formal untuk memperoleh informasi dari responden (Malhotra, 2012: 332). Dalam pembuatan kuesioner terdapat tiga tujuan.

Pertama, untuk menerjemahkan kebutuhan informasi peneliti ke dalam satu set pertanyaan spesifik bahwa responden bersedia dan mampu menjawab.

Kedua, kuesioner yang ditulis mampu untuk memotivasi responden untuk terlibat dan bekerja sama. Ketiga, kuesioner yang dibuat harus dapat

meminimalkan kesalahan jawaban (Malhotra, 2012: 332). Terdapat sepuluh langkah sebagai berikut :

Langkah pertama didalam menuyusun kuisioner adalah menentukan informasi yang dibutuhkan. Setiap informasi yang diperoleh harus

dapat menjawab masalah penelitian sehingga dengan demikian, kuesioner yang diajukan kepada responden akan lebih fokus. Kuesioner harus dibuat

untuk memenuhi target responden sesuai dengan pengalaman sebelumnya dan tingkat kesulitan dilapangan. Bahasa yang digunakan dalam kuesioner

harus bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti responden (Malhotra, 2012: 334)

Langkah kedua yaitu menentukan jenis metode kuesioner yang akan digunakan. Menurut Zikmund dan Babin (2010: 360) membagi

metode kuesioner menjadi lima jenis. Kelima metode jenis kuesioner tersebut adalah kuesioner melalui e-mail, kuesioner melalui faks, kuesioner

melalui surat, kuesioner personal dan kuesioner gabungan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuesioner personal. Alasan peneliti

menggunakan metode kuesioner personal adalah peneliti dapat menghemat biaya dan waktu dalam pengumpulan data dan pemrosesan kuesioner dari

responden (Zikmund dan Babin, 2010: 375).

Langkah ketiga adalah menentukan jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada responden (Malhotra, 2012: 335). Dalam menentukan

jenis pertanyaan yang diajukan pada responden harus jelas dan terarah. Hindari pertanyaan yang mengandung dua pengertian yang berbeda atau yang

biasa disebut pertanyaan dua makna (double-barreled question). Jenis pertanyaan dua makna tersebut mengandung makna yang ambigu. Contohnya

“Apakah produk body lotion The Body Shop menggunakan bahan yang alami dan harga yang murah?”. Pertanyaan ini memberikan informasi yang

ambigu, karena terdapat dua hal pertanyaan tersebut, yaitu bahan yang digunakan dan harga. Responden juga akan sulit menjawab pertanyaan ini.

Langkah keempat, membuat pertanyaan yang membuat responden mampu atau ingin menjawab. Jenis pertanyaan yang sesnsitif akan

menyulitkan responden untuk menjawab kuesioner tersebut. Sehingga apabila peneliti menemukan beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijawab,

sebaiknya peneliti bersedia membantu responden dengan menjelaskan maksud pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus menjelaskan tujuan

penelitian di pada kata pengantar di kuesioner. Kemudian, pertanyaan yang sensitif diletakkan dibagian akhir kuesioner penelitian (Malhotra, 2012:

338).

Langkah kelima, menyusun struktur pertanyaan. Jenis pertanyaan dapat disusun terstruktur dan tidak struktur. Pertanyaan terstruktur

merupakan jenis pertanyaan yang sudah tersusun dalam suatu format sehingga memudahkan responden untuk menjawabnya. Jenis pertanyaan

tersebut dapat berupa pilihan berganda, atau hanya dua pilihan (pertanyaan dikotomi – ya atau tidak), atau pertanyaan berjenjang (a scale question).

Sedangkan, jenis pertanyaan tidak terstruktur merupakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden menjawab dengan kata-kata sendiri

(Malhotra, 2012: 339). Jenis pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis pertanyaan terstruktur, pertanyaan tertutup. Alasan

peneliti menggunakan jenis pertanyaan tertutup adalah untuk menghindari potensi jawaban-jawaban yang bias (Malhotra, 2012: 340). Selain itu, agar

membantu responden untuk membuat keputusan yang cepat dalam memilih jawaban.

Langkah keenam, menentukan kata-kata didalam kuesioner. Informasi yang dibutuhkan harus disederhanakan terlebih dahulu dalam bentuk kata-

kata yang mudah dipahami oleh responden. Tujuannya adalah untuk menghindari salah persepsi ataupun interpretasi yang dapat menimbulkan

jawaban yang bias sehingga jawaban tersebut dapat mengarah kepada jawaban yang salah. Untuk menghindari kata-kata yang sulit dipahami,

sebaiknya di dalam penelitian ini berpedoman kepada lima hal. Pertama, isu tentang perawatan tubuh yang sedang digemari oleh masyarakat umum.

Kedua, menggunakan kata-kata yang sederhana. Ketiga, menghindari kata-kata yang ambigu. Keempat, menghindari pertanyaan yang menyesatkan.

Kelima, menggunakan pernyataan positif dan negatif (Malhotra, 2012: 343).


Bentuk pertanyaan yang ada di dalam kuesioner dapat bersifat pertanyaan positif dan negatif. Pertanyaan yang bersifat positif, contohnya:

“Saya sering mengunjungi gerai The Body Shop.” Sedangkan pertanyaan yang bersifat negatif contohnya: “The Body Shop tidak dapat memberikan

rekomendasi produk yang baik untuk kebutuhan perawatan tubuh saya”. Hal ini dilakukan agar responden berhati-hati dalam menjawab dan tidak

terjadi konsistensi jawaban (Malhotra, 2012: 345).

Dalam setiap pertanyaan yang bersifat negatif, digunakan garis bawah. Contonya: “The Body Shop tidak dapat memberikan rekomendasi

produk yang baik untuk kebutuhan perawatan tubuh saya”. Penggunaan tanda garis bawah bertujuan untuk memberikan petunjuk pada peneliti bahwa

pertanyaan tersebut memiliki sifat negatif. Selain itu, dalam setiap pertanyaan yang bersifat negatif, digunakan tanda (R) yang memiliki arti reverse.

Tanda (R) akan memberikan petunjuk pada peneliti bahwa pertanyaan tersebut memiliki sifat negatif. Selain itu, pertanyaan yang memiliki tanda (R)

akan mengalami pembalikan nilai dalam perhitungan hasil dari jawaban atas pertanyaan yang bersifat negatif tersebut (Churchill dan Iacobucci, 2010:

274). Contohnya, dalam penelitian ini menggunakan skala Likert 7 poin. Proses skoring dalam pertanyaan positif menggunakan angka-angka sebagai

berikut: 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) agak tidak setuju, 4) netral, 5) agak setuju, 6) setuju, dan 7) sangat setuju. Apabila pertanyaan yang

bersifat negatif di reverse, maka skoring angka menjadi kebalikan dari pertanyaan positif seperti: 1) sangat setuju, 2) setuju, 3) agak setuju, 4) netral,

5) agak tidak setuju, 6) tidak setuju, dan 7) sangat tidak setuju.

Langkah ketujuh, menyusun urutan pertanyaan. Dalam menyusun pertanyaan kuesioner, menurut urutan pertanyaan tersebut, peneliti

mempertimbangkan beberapa hal seperti pertanyaan terbuka, jenis informasi yang diperlukan, tingkat kesulitan pertanyaan, dan pengaruh pertanyaan

lanjutan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun menurut urutan yang logis dan sesuai dengan topik penelitian

tentang produk perawatan tubuh (Malhotra, 2012: 346).

Langkah kedelapan, mengidentifikasi format dan rancangan kuesioner. Karakteristik kuesioner seperti halnya format, spasi, dan posisi

kalimat, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jawaban-jawaban yang diperoleh dari responden. Sehingga jelas bahwa format dan rancangan

kuesioner harus tersusun rapi dan mudah dalam pengisian kuesioner (Malhotra, 2012: 349).

Langkah kesembilan, penyusunan ulang format kuesioner. Format kuesioner harus dibuat ringkas dan jelas untuk memudahkan responden

dalam membaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner tersebut. Tetapi, penyusunan ulang ini tidak membuat kalimat dalam kuesioner

menjadi kalimat yang tidak utuh, sehingga cenderung untuk menyulitkan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

(Malhotra, 2012: 350). Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus diusahakan untuk dimasukkan dalam satu lembar saja, hal ini untuk

menghindari asumsi responden bahwa pertanyaan yang diberikan banyak.

Langkah kesepuluh, menentuan uji coba kuesioner. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, sebaiknya dalam penelitian ini didahului

dengan uji coba kuesioner (pre-testing questionnaire). Uji coba dilakukan pada sekelompok responden tertentu. Kelompok responden yang diuji coba

harus sama dengan responden yang akan diteliti baik dengan latar belakang usia, jenis kelamin, frekuensi pembelian (Malhotra, 2012: 351

SKALA-SKALA YANG DIGUNAKAN DALAM SEBUAH


KUESIONER
SKALA LIKERT

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil
dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya.
Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan
mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Ada dua
bentuk pertanyaan yang menggunakan Likert yaitu pertanyaan positif untuk mengukur minat positif
, dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur minat negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3,
2, dan 1; sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Bentuk jawaban skala
Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Sangat Tidak Setuju (STS)

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Tidak Setuju (TS)

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Netral atau Biasa (B)

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Setuju (S)

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Sangat setuju (SS)

Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal. Selain
pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau
sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil
kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip.

Prosedur dalam membuat skala Likert adalah sebagai berikut :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevant


dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak
disukai.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang
cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia
menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban yang
memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka
5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah
konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak
setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari
skor masing-masing item dari individu tersebut.

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat
nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya, responden pada upper
25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini
berbeda. Item-item yang tidak menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam skortinggi atau
rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan.

Contoh : Pengukuran Variabel Kompetensi Mengajar Dosen

Pertanyaan Jawaban

Apakah saudara setuju, dosen AA sangat trampil ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


di dalam memberikan penjelasan tentang
SS S B TS STS
materi yang dikuliahkan?

Apakah saudara setuju, dosen AA sangat trampil ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


di dalam membuat variasi perkuliahan?
SS S B TS STS

Apakah saudara setuju, dosen AA sangat baik di ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


dalam melakukan pengelolaan kelas?
SS S B TS STS

Skor : SS=5; S=4; B=3; TS=2; STS=1

SKALA GUTTMAN

Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-
tidak, pernah – tidak pernah. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, pernah dan semacamnya
diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak, tidak pernah, dan
semacamnya diberi skor 0. Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak,
Benar - Salah dan lain-lain. Skala ini dapat pula dibentuk dalam bentuk checklist atau pilihan ganda.
Skor 1 untuk skor tertinggi dan skor 0 untuk terendah.

Contoh :

Dimensi belajar dibagi menjadi 5 pernyataan (dari kebutuhan yang paling rendah dahulu) :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Untuk mencari ilmu

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Untuk melanjutkan pendidikan

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Untuk mendapatkan gelar

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Untuk mendapatkan ijazah

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Untuk syarat dalam mencari kerja

Dalam bentuk pertanyaan :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
mencari ilmu ? (Ya/Tidak)

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
melanjutkan pendidikan? (Ya/Tidak)

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
mendapatkan gelar? (Ya/Tidak)

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
mendapatkan ijazah? (Ya/Tidak)

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam
memenuhi syarat mencari kerja? (Ya/Tidak)
SKALA RATING

Skala rating adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif.

<!--[if !vml]--><!--[endif]-->Contoh :

Seberapa baik televisi merek X? 4 bila produk sangat baik 3 bila


produk cukup baik 2 bila produk
Berilah jawaban angka :
kurang baik 1 bila produk sangat
tidak baik

Atau

Jawablah dengan melingkari interval jawaban.

NO PERTANYAAN INTERVAL JAWABAN

1. Bagaimana kualitas gambar 4 3 2 1

2 Bagaimana kualitas suara 4 3 2 1

3 Bagaimana tampilan produk 4 3 2 1

4 Bagaimana pelayanan purna jual 4 3 2 1

SKALA SEMANTIK DEFFERENSIAL

Skala defferensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya bukan
pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum. Skala Semantik defferensial
disusun dalam suatu garis dimana jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis, sedangkan
jawaban sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.

Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban pada
rentang jawaban yang positif sampai dengan negative.

Contoh :

Gaya Kepemimpinan

Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter

Bertanggung jawab 7 6 5 4 3 2 1 Tidak bertanggung jawab

Memberi Kepercayaan 7 6 5 4 3 2 1 Mendomi-nasi

Menghargai bawahan 7 6 5 4 3 2 1 Tidak menghargai bawahan

Keputusan diambil bersama 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan diambil sendiri

Macam - Macam Skala Pengukuran Untuk Instrumen

A. SKALA LIKERT

Skala Likert menurut Djaali (2008:28) ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Skala Likert adalah suatu

skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset

berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan

penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka

terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Ada dua bentuk pertanyaan yang

menggunakan Likert yaitu pertanyaan positif untuk mengukur minat positif , dan bentuk pertanyaan negatif untuk

mengukur minat negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1; sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor

1, 2, 3, 4, dan 5. Bentuk jawaban skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak

setuju.

Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:

1. Sangat tidak setuju

2. Tidak setuju

3. Netral
4. Setuju

5. Sangat setuju

Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal. Selain pilihan dengan lima

skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris

menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata

sangat mirip. Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif

terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang

memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia. Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas,

kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa

karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala Likert

merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat

skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena

pilihan "netral" tak tersedia.

B. SKALA THURSTONE

Skala Thurstone merupakan skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap skor

memiliki kunci skor dan jika diurut kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama.

Contoh skala model Thurstone:

Skala 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Skala 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable hingga

sangat favorable terhadap suatu obyek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah

ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan

sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran)

favorabilitas ini disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap

sekitar lebih 100 buah atau lebih. Penrnyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai

(judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu

diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Sangat setuju

Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata

perbedaan penilaian antar penilai terhadap item ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat

skala kemudian menyusun item mulai dari item yang memiliki nilai skala terrendah hingga tertinggi. Dari item-item

tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala

yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar

kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing item sikap tersebut.


Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan

dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam

sikapnya. Asumsi kedua adalah Nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai

terhadap isue. Penilai melakukan rating terhadap item dalam tataran yang sama terhadap issue tersebut.

METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

No. Jenis Metode Jenis Instrumen

1. Angket a. Angket (Questionare)

b. Daftar Cocok (Checklist)

c. Skala (Scala).

2. Wawancara a. Pedoman wawancara (interview guide)

b. Daftar cocok (checklist)

3. Pengamatan a. Lembar pengamatan

(obsevation)
b. Panduan Pengamatan

c. Panduan Observasi

d. Daftar Cocok

4. Dokumentasi a. Daftar Cocok

b. Tabel

WAWANCARA

Contoh Terbuka:

1. Bagaimana pendapat anda tentang kepemimpinan manajer di organisasi anda?

2. Apakah saudara seorang dosen yang aktif menulis buku?

Jika ya, sudah berapa buku yang pernah anda tulis: …………buku

Contoh tertutup:

1. Bagaimana kepemimpinan manajer di tempat anda ?

a. Sangat baik

b. Baik

c. Cukup Baik

d. Kurang Baik

e. Tidak Baik

2. Apakah anda seorang dosen yang aktif menulis


a. Ya

b. Tidak

Jika Ya sudah berapa buku yang saudara tulis dan terbitkan

a. 2 – 5 buku

b. 6 – 10 buku

c. 11 – 15 buku

d. 16 – 20 buku

CHECKLIST

NO Pernyataan Alternastif Jawaban

4 3 2 1

S CS KS BS

1. Pedoman pembuatan struktur baru ?

organisasi telah disosialisasikan

2. Kementerian BUMN telah memfungsikan ?

struktur baru untuk memacu kreativitas

organisasi

Keterangan:

4 = siap (S)

3 = Cukup Siap (CS)

2 = Kurang Siap (KC)

1 = Belum Siap (BS)

WAWANCARA

Wawancara: Proses pengumpulan data yang langsung memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

a. Wawancara terpimpin

Pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun

b. Wawancara Bebas

Pada wawancara ini terjadi tanya jawab antara pewawancara dengan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan

penelitian sebagai pedoman. Kebaikannya adalah responden tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai

c. Wawancara Bebas Terpimpin

Wawancara perpaduan wawancara bebas dan terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewawancara membawa pedoman yang

hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang ditanyakan.

B. SKALA GUTTMAN
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yaitu merupakan skala

kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi. Skala Guttman yaitu skala yang

menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah – tidak pernah. Untuk jawaban positif seperti

setuju, benar, pernah dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak,

tidak pernah, dan semacamnya diberi skor 0. Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar

- Salah dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap

suatu permasalahan yang ditanyakan.

Skala ini dapat pula dibentuk dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Skor 1 untuk skor tertinggi dan skor 0

untuk terrendah. (Analisa seperti pada skala likert).

Contoh :Apakah anda Setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan harga jual?

a. Setuju b. Tidak Setuju

Skala Interval :merupakan skala pengukuran yang banyak digunakan untuk mengukur fenomena/gejala sosial,

dimana pihak responden diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus memberikan nilai (rate)

terhadap preferensi tersebut. Jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian sosial,yaitu : Ada beberapa macam

teknik skala yang bisa digunakan dalam penelitian. Antara lain adalah: Skala Linkert, Skala Guttmann, Skala Bogardus,

Skala Thurstone, Skala Semantic, Skala Stipel, Skala Paired-Comparison, Skala rank-Order. Kedelapan maca teknik skala

tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini tergantung pada bidang

yang akan diukur.

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen

penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan

untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan,

tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan diguankan untuk melakukan pengukuran

dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala.

C. SEMANTIK DEFFERENSIAL

Skala differensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau

checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum. Sebagai contoh skala semantik defferensial mengukur gaya

kepemimpinan seorang pimpinan (pimpinan).

Gaya Kepemimpinan

Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter

Bertanggung jawab 7 6 5 4 3 2 1 Tidak ber-tanggung

jawab

Memberi Kepercayaan 7 6 5 4 3 2 1 Mendomi-nasi

Menghargai bawahan 7 6 5 4 3 2 1 Tidak menghargai

bawahan
Keputusan diambil 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan diambil

bersama sendiri

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun

dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positifnya terletak dikanan garis, dan jawaban yang sangat negatif

terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan

untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif

E. RATING SCALE

Rating Scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan

dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau

tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala

model Rating Scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif

yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah

disediakan. Oleh karena itu Rating Scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk

pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena

lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan,

dan lain-lain.Yang penting dalam Rating Scale adalah harus dapat mengartikan setiap

angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang

tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama

maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2. Contoh “Beri

tanda silang (x) pada angka yang sesuai dengan penilaian Anda terhadap pelayanan PT.

Telkomsel !”

Sangat Sangat

Buruk Baik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dari berbagai sumber


Selingan Ringan Berhadiah (mari di pilih dan di cek plus jangan lupa order )

1. HAFIDZ&HAFIDZAH BERDUA LEBIH TOP! TOGETHET IS BETTER.


Semua makhluk di ciptakan berpasangan... Saling
menjaga dan melengkapi...
Begitu juga Hafidz Talking Doll...
Hafidz ga lengkap kalo ga da Hafidzah...
Hafidzah ga bisa jauh2 dr Hafidz
Mereka pasangan yg siap menemani hari2 kita untuk
mengejar ridho Allah Swt...
Jadi.... apakah kalian tega memisahkan mereka??
Yuukks order sepasang biar kerenz..
kenapa harus satu, kalo berdua lebiiiiihhh baik?? Selain lebih murah krn ada diskon 10%,
keduanya bisa berdialog&ngobrol berdua lho...
Info&Pemesanan (FAST RESPONSE)
SMS/WA :095736584413 (RICKA)
INBOX FB: LAYVINNE RICKA ASPIRE
2. Buat yg hobi berkebun dan suka tanaman hias.
Jual Bibit Mawar rainbow, Bibit cabe rainbow, Bibit
tomat ungu. Harga 70.000/bungkus
1bungkus isi -+25-30biji (1 biji untuk 1pot )
Minatt ???
SMS/wa: RICKA- 085736584413
FB :Layvinne Ricka Aspire
FB grup : Ay14 reseller kediri
3. Cassare Monel Kediri –Jawa Timur yang merupakan Agen Resmi Cassare Monel
Jogjakarta,mencari sub agen perhiasan cincin ,kalung dan liontin ukiran nama dari untuk
daerah Pulau Sumatera,Kalimantan ,Sulawesi dan sekitarnya,produk di jamin berkualitas
bagus,dan harga murah, berminat hubungi nomor/wa 085736584413 atas nama mbk
Ricka atau inbox FB :Layvinne Ricka Aspire.
4. Acerella Retail Shop(Agen Resmi Produk Sabun Home Industry Made In
Sumberagung Kediri, diantaranya sabun cuci piring,sabun laundry dan sampo
motor/mobil)
Acerella Retail Shop,Menyediakan aneka macam Produk Sabun Home Industry Made In
Sumberagung Kediri, diantaranya sabun cuci piring,sabun laundry dan sampo
motor/mobil harga murah dan berkualitas(Reseller/Dropship welcome )/sementara Foto
produk bisa Tanya d WA atau d revisi berikutnya
Minat :
Hubungi(Fast Response) :
Sms /WA : 085736584413 (Ricka)
FB: Layvinne Ricka Aspire

Anda mungkin juga menyukai