Anda di halaman 1dari 9

Objektivitas efektivitas option praktikabilitas

PEMBAHASAN

2.1 EFEKTIVITAS OPTION


2.1.1. Pengertian Option Efektif
Kata lain dari option adalah alternatif jawaban atau kemungkinan
jawaban yang harus dipilih. Dengan demikian arti dari option adalah
kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir soal (tes) tipe objektif
bentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk dipilih oleh peserta tes,
sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Suatu option disebut efektif jika memenuhi fungsinya atau tujuan
disajikannya option tersebut tercapai. Hal ini berarti bahwa setiap option
yang disajikan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama
untuk dipilih, jika testi menjawab soal itu dengan berspekulasi.
Option yang merupakan jawaban yang benar disebut option kunci
(key option), sedangkan option lainnya disebut option pengecoh
(distractor option). Agar suatu option yang disajikan efektif harus
diusahakan homogen (serupa), baik dari segi isi (materi), notasi, maupun
panjang-pendeknya kalimat pada option tersebut. Jika sebuah option
merupakan bilangan maka option lainnya pun bilangan pula dan nilai dan
bentuknya tidak berbeda secara mencolok. Jika sebuah option
menyatakan bentuk/bangun, geometri, maka option lainnya pun harus
serupa. Jika tidak demikian siswa (testi) akan mudah menebak option
yang benar dan option yang salah tanpa harus memikirkan materi soal.

2.1.2. Kriteria Option Efektif


Berdasarkan distribusi pilihan pada setiap option untuk siswa
kelompok atas dan kelompok bawah, dapat ditentukan option yang
berfungsi efektif dan yang tidak efektif. Kriteria option yang berfungsi
secara efektif adalah sebagai berikut :
a. Untuk option kunci
 Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada
jumlah pemilih kelompok bawah, yaitu siswa yang pandai lebih
banyak yang menjawab benar daripada siswa yang kurang pandai.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari
0,25 tetapi tidak lebih dari 0,75 dari seluruh siswa pada kelompok
atas dan kelompok bawah. Jika jumlah tersebut kurang dari 0,25
berarti sebagian besar testi kelompok atas dan kelompok bawah
menjawab salah untuk soal tersebut. Soal yang dikategorikan
sukar atau terlalu sukar. Sebaliknya jika jumlah tersebut lebih dari
0,75 soal itu termasuk kategori mudah atau terlalu mudah.
b. Untuk option pengecoh
Analisis butir juga dilakukan dengan memerhatikan pengecoh.
Pengecoh (distractor) yang juga dikenal dengan istilah penyesatan atau
penggoda adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci
jawaban. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun
memungkinkan testi terkecoh untuk memilihnya apabila testi tidak
menguasai bahan/materi pelajaran dengan baik. Tujuan utama dari
pemasangan distraktor pada setiap butir item soal adalah agar dari
sekian banyak testi yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik
atau terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa
distraktor yang mereka pilih merupakan jawaban yang benar. Dengan
kata lain, distraktor baru dapat dikatakan telah dapat menjalankan
fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut telah memiliki daya
rangsang yang tinggi sehingga testee (khususnya yang masuk dalam
kategori kemampuannya rendah) merasa bimbang, dan ragu sehingga
akhirnya mereka terkecoh untuk memilih distraktor sebagai jawaban
yang benar.

Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu


menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adapun yang dimaksud
dengan pola penyebaran jawaban item adalah suatu pola yang dapat
menggambarkan bagaimana testi menentukan pilihan jawabnya terhadap
kemungkinan-kemungkinan jawab yang telah dipasangkan pada setiap
butir item. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap fungsi
distraktor tersebut maka distraktor yang sudah dapat menjalankan
fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tes-tes yang akan datang,
sedangkan distraktor yang belum dapat berfungsi dengan baik sebaiknya
diperbaiki atau diganti dengan distraktor yang lain. option pengecoh harus
dipilih minimum oleh 5% peserta tes pada kedua kelompok.Jika peserta tes
mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit. Option disebut
efektif jika omit ini jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah siswa pada
kelompok atas dan kelompok bawah.

Cara Menentukan Efektifitas Pengecoh


Analisis Efektifitas Pengecoh ( Distractor) atau analisis pola
jawaban dilakukan dengan menghitung peserta tes yang memilih tiap
alternatif jawaban pada masing-masing butir. Kriteria pengecoh yang
baik adalah apabila pengecoh tersebut dipilih oleh paling sedikit 5%
dari peserta tes. Berikut ini contoh dalam menganalisis option
pengecoh.
Tabel 1
Sebaran pemilih pada suatu Butir Soal

Soal No. x Option


Omit
kelompok
a b c d e
Atas 4 12 0 8 4 2
Bawah 10 9 0 4 4 3

Keterangan: b merupakan option kunci


Berdasarkan data pada tabel di atas akan diuji efektivitas setiap option
termasuk omit, dimana omit itu suatu kondisi dimana peserta tes mengabaikan
semua option (tidak memilih) sebagai berikut :
 Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
- Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih kelompok
bawah.
- Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah adalah 4 + 10 =
14, sedangkan nilai 5 % dari jumlah peserta = 6 orang.
Dapat disimpulkan 14 > 6 (efektif)
 Untuk option (b) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah, dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
× 100% = 35%

Nilai tersebut lebih dari 0,25. Jadi, opsi (d) efektif. Dikategorikan pada
soal yang efektif.
 Untuk option (d) sebagai pengecoh tidak efektif, sebab jumlah pemilih
kelompok atas lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok bawah. Jika
salah satu syarat tidak terpenuhi, syarat lainnya tidak perlu diperiksa.
 Untuk option (c) dan (e) juga tidak efektif karena jumlah pemilih
kelompok atas dan kelompok bawah sama.
 Untuk omit masih di bawah toleransi, karena jumlahnya tidak lebih dari
6 (10% dari jumlah seluruh peserta)

2.2 OBJEKTIVITAS
Dalam pemeriksaan hasil tes, faktor subjektif pemeriksa biasanya
berperan, apalagi bila tes itu berbentuk uraian. Meskipun demikian kita dapat
mengurangi kelemahan ini sedapat mungkin, seperti yang telah diuraikan
pada bagian sebelumnya.
Sebuah tes hendaknya bersifat objektif. Hal ini maksudnya adalah
hasil pemeriksaan dari tes tersebut harus selalu sama, meskipun diperiksa
oleh orang yang berlainan. Tentu saja, agar harapan tersebut terpenuhi, tes
yang kita buat harus mempunyai jawaban yang jelas, tidak kabur,
jawabannya tertentu dan tidak terlalu memberikan jawaban yang beraneka
ragam. Makin divergen jawaban siswa akan berakibat penilaian kurang
objektif. Itulah sebabnya mengapa pada pemeriksaan tes berbentuk uraian
hendaknya terlebih dahulu dibuat kunci jawabannya atau paling tidak pokok-
pokok jawabannya. Langkah ini bukan saja sebagai pengecekan ketetapan
kalimat dalam soal, banyaknya waktu penyelesaian yang dibutuhkan, tetapi
juga sekaligus memperkirakan sampai sejauhmana lingkup batasan jawaban
siswa yang akan muncul.
Besarnya skor yang diberikan kepada testi menunjukan sampai
sejauh mana tingkat penguasaan materi yang telah dimiliki siswa tersebut.
Gambaran yang dinyatakan dengan skor ini hendaknya bersifat seobjektif
mungkin. Karena itu tes yang memberikan nilai (skor) tersebut harus objektif
dan benar-benar mengevaluasi kemampuan siswa secara tepat.
Mengingat tes yang satu berbeda dari tes yang lain dalam hal tujuan
dan jenisnya, maka objektivitas tes juga mempunyai tingkatan yang berbeda
pula. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Objektivitas tinggi
Tes yang memiliki objektivitas tinggi adalah tes yang telah diuji-
coba, sehingga hasil pemeriksaan mempunyai objektivitas yang sama
antara satu penilai dengan penilai lainya. Walaupun perbedaan hasil
pemeriksaan itu ada, bedanya tidak begitu jauh. Umumnya tes yang
mempuyai sifat seperti ini adalah tes baku (standardized test).
b. Objektivitas sedang
Ada tes yang tergolong baku namun dalam pemeriksaanya
terdapat hal-hal yang mendorong kearah penilaian subjektif. Tes seperti
ini mempunyai objektivitas sedang.
c. Objektivitas fleksibel
Tes yang mempunyai objektivitas fleksibel adalah tes yang
dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Misalnya tes untuk
mengetahui kepribadian siswa, motivasi, dan minat siswa dalam
bimbingan dan penyuluhan, tes psikologi, dan semacamnya.
Jika dikaitkan dengan reliabilitas, objektivitas memberi tekanan
pada ketetapan sistem pemberian skor sedangkan reliabilitas memberikan
penekanan pada ketetapan dalam hasil. Jelas bahwa keduanya saling
mempengaruhi atau saling ketergantungan, sistem pemberian skor
mempunyai dampak terhadap ketetapan hasil.
Ada dua faktor yang penting yang bisa mempengaruhi derajat
objektivitas tersebut di atas, yaitu :

1. Tipe tes
Tes dengan tipe subjektif bentuk uraian akan lebih banyak
mengurangi objektivitas daripada tes objektif. Soal berbentuk uraian
memerlukan proses pemeriksaan yang cukup memakan waktu, karena
jawabanya bisa panjang lebar sehingga setiap proses (langkah)
pengerjaan harus diperiksa. Disinilah seringkali muncul faktor yang
mengurangi objektivitas tersebut. Lain halnya untuk soal tipe objektif
tersebut yang jawabannya pasti.
2. Penilai/pemeriksa
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi objektivitas dari penilai
antara lain kesan penilai terhadap pribadi siswa, tulisan, bahasa, kerapian
pekerjaan. Selain daripada itu kondisi penilai dan pengaruh lingkungan
bisa juga mempengaruhi. Untuk menghindari atau mengurangi
masuknya unsur subjektivitas dalam penilaian, maka penilaian atau
evaluasi ini harus dilaksanakan dengan menggunakan pedoman.
Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah
pengadministrasian yaitu kontinuitas dan konprehensivitas.
a. Evaluai harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan
evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Tes yang diadakan
secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat
memberikan hasil yang objektif tentang keadaan seorang siswa.
Faktor kebetulan, akan sangat mengganggu hasilnya. Kalau misalnya
ada seorang anak yang sebetulnya pandai, tetapi pada waktu guru
mengadakan tes dia sedang dalam kondisi yang jelek karena
semalam merawat ibunya yang sedang sakit, maka ada kemungkinan
nilai tesnya jelek pula.
b. Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), yang
dimakud dengan evaluasi yang komprehensif disini adalah atas
berbagai segi peninjauan, yaitu :

1. Mencakup keseluruhan materi.


2. Mencakup berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman,
aplikasi,, dan sebagainya)
3. Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan,
pengamatan insidental dan sebagainya.

2.3 PRAKTIKABILITAS
Ciri tes yang terakhir adalah praktikabilitas atau dapat kita katakan
sebagai kepraktisan sebuah tes. Praktikabilitas atau kepraktisan bisa dilihat
dari segi-segi yaitu pelaksanaan, perlengkapan, waktu yang dibutuhkan, cara
pemeriksaan dan pengelolaan, biaya yang digunakan, dan cara penafsiran.
a. Segi Pelaksanaan
Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan
memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu
bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
b. Segi Perlengkapan
Kita bisa mengidentifikasikan perlengkapan-perlengkapan apa saja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tes; apakah perlengkapan-perlengkapan
tersedia atau tidak. Jika tidak tersedia, kita tidak akan dapat
melaksanakan tes tersebut dengan baik.
c. Segi Waktu
Dari segi waktu, kita harus mempertimbangkan waktu yang diperlukan
untuk tes tersebut lama atau tidak. Disini kita perlu membandingkan
antara waktu yang dibutuhkan dengan waktu yang tersedia.
d. Segi Pemeriksanaan dan Pengelolaan
Dalam mempertimbangkan cara pemeriksaan dan pengelolaan data hasil
tes apakah memiliki petunjuk dan kriteria yang jelas atau tidak. Artinya,
sebuah tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman
skoringnya serta dapat dianalisis dalam waktu yang relatif singkat. Kita
mungkin akan mengalami kesulitan dalam memeriksa dan mengolah hasil
tes, jika tidak ada petunjuk dan kriteria yang jelas tentang cara
penyekoran dan cara penafsirannnya.

e. Segi Biaya
Dalam kaitan dengan faktor biaya ini perlu dipertimbangkan antara
kepentingan hasil yang didapat dengan banyaknya pengeluaran biaya.
Namun, hal ini pada dasarnya bersifat relatif, tergantung pada kondisi dan
kemampuan lembaga atau sekolah yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Suatu option disebut efektif jika memenuhi fungsinya atau tujuan
disajikannya option tersebut tercapai. Option yang merupakan jawaban
yang benar disebut option kunci (key option), sedangkan option lainnya
disebut option pengecoh (distractor option). Untuk option kunci: jumlah
pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada jumlah pemilih
kelompok bawah dengan rentangan 0,25 sampai 0,75 dari seluruh
siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk option
pengecoh: Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun
memungkinkan testi terkecoh untuk memilihnya apabila testi tidak
menguasai bahan/materi pelajaran dengan baik. Kriteria pengecoh yang
baik adalah apabila pengecoh tersebut dipilih oleh paling sedikit 5%
dari peserta tes.
3.1.2 Sebuah tes hendaknya bersifat objektif. Hal ini maksudnya adalah hasil
pemeriksaan dari tes tersebut harus selalu sama, meskipun diperiksa
oleh orang yang berlainan. Objektivitas tes juga mempunyai tingkatan
yaitu: Objektivitas tinggi, Objektivitas sedang, dan Objektivitas
fleksibel. Ada dua faktor yang penting yang bisa mempengaruhi derajat
objektivitas yaitu: Tipe tes dan Penilai/pemeriksa.
3.1.3 Praktikabilitas atau kepraktisan tes bisa dilihat dari segi-segi yaitu
pelaksanaan, perlengkapan, waktu yang dibutuhkan, cara pemeriksaan
dan pengelolaan, biaya yang digunakan, dan cara penafsiran.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebelum memberikan tes
kepada siswa, sebaiknya dilakukan pengujian untuk melihat kefektivan option,
objektivitas option, dan praktikabilitas option. Agar tujuan dari pelaksanaan tes
dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai