PEMBAHASAN
Nilai tersebut lebih dari 0,25. Jadi, opsi (d) efektif. Dikategorikan pada
soal yang efektif.
Untuk option (d) sebagai pengecoh tidak efektif, sebab jumlah pemilih
kelompok atas lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok bawah. Jika
salah satu syarat tidak terpenuhi, syarat lainnya tidak perlu diperiksa.
Untuk option (c) dan (e) juga tidak efektif karena jumlah pemilih
kelompok atas dan kelompok bawah sama.
Untuk omit masih di bawah toleransi, karena jumlahnya tidak lebih dari
6 (10% dari jumlah seluruh peserta)
2.2 OBJEKTIVITAS
Dalam pemeriksaan hasil tes, faktor subjektif pemeriksa biasanya
berperan, apalagi bila tes itu berbentuk uraian. Meskipun demikian kita dapat
mengurangi kelemahan ini sedapat mungkin, seperti yang telah diuraikan
pada bagian sebelumnya.
Sebuah tes hendaknya bersifat objektif. Hal ini maksudnya adalah
hasil pemeriksaan dari tes tersebut harus selalu sama, meskipun diperiksa
oleh orang yang berlainan. Tentu saja, agar harapan tersebut terpenuhi, tes
yang kita buat harus mempunyai jawaban yang jelas, tidak kabur,
jawabannya tertentu dan tidak terlalu memberikan jawaban yang beraneka
ragam. Makin divergen jawaban siswa akan berakibat penilaian kurang
objektif. Itulah sebabnya mengapa pada pemeriksaan tes berbentuk uraian
hendaknya terlebih dahulu dibuat kunci jawabannya atau paling tidak pokok-
pokok jawabannya. Langkah ini bukan saja sebagai pengecekan ketetapan
kalimat dalam soal, banyaknya waktu penyelesaian yang dibutuhkan, tetapi
juga sekaligus memperkirakan sampai sejauhmana lingkup batasan jawaban
siswa yang akan muncul.
Besarnya skor yang diberikan kepada testi menunjukan sampai
sejauh mana tingkat penguasaan materi yang telah dimiliki siswa tersebut.
Gambaran yang dinyatakan dengan skor ini hendaknya bersifat seobjektif
mungkin. Karena itu tes yang memberikan nilai (skor) tersebut harus objektif
dan benar-benar mengevaluasi kemampuan siswa secara tepat.
Mengingat tes yang satu berbeda dari tes yang lain dalam hal tujuan
dan jenisnya, maka objektivitas tes juga mempunyai tingkatan yang berbeda
pula. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Objektivitas tinggi
Tes yang memiliki objektivitas tinggi adalah tes yang telah diuji-
coba, sehingga hasil pemeriksaan mempunyai objektivitas yang sama
antara satu penilai dengan penilai lainya. Walaupun perbedaan hasil
pemeriksaan itu ada, bedanya tidak begitu jauh. Umumnya tes yang
mempuyai sifat seperti ini adalah tes baku (standardized test).
b. Objektivitas sedang
Ada tes yang tergolong baku namun dalam pemeriksaanya
terdapat hal-hal yang mendorong kearah penilaian subjektif. Tes seperti
ini mempunyai objektivitas sedang.
c. Objektivitas fleksibel
Tes yang mempunyai objektivitas fleksibel adalah tes yang
dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Misalnya tes untuk
mengetahui kepribadian siswa, motivasi, dan minat siswa dalam
bimbingan dan penyuluhan, tes psikologi, dan semacamnya.
Jika dikaitkan dengan reliabilitas, objektivitas memberi tekanan
pada ketetapan sistem pemberian skor sedangkan reliabilitas memberikan
penekanan pada ketetapan dalam hasil. Jelas bahwa keduanya saling
mempengaruhi atau saling ketergantungan, sistem pemberian skor
mempunyai dampak terhadap ketetapan hasil.
Ada dua faktor yang penting yang bisa mempengaruhi derajat
objektivitas tersebut di atas, yaitu :
1. Tipe tes
Tes dengan tipe subjektif bentuk uraian akan lebih banyak
mengurangi objektivitas daripada tes objektif. Soal berbentuk uraian
memerlukan proses pemeriksaan yang cukup memakan waktu, karena
jawabanya bisa panjang lebar sehingga setiap proses (langkah)
pengerjaan harus diperiksa. Disinilah seringkali muncul faktor yang
mengurangi objektivitas tersebut. Lain halnya untuk soal tipe objektif
tersebut yang jawabannya pasti.
2. Penilai/pemeriksa
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi objektivitas dari penilai
antara lain kesan penilai terhadap pribadi siswa, tulisan, bahasa, kerapian
pekerjaan. Selain daripada itu kondisi penilai dan pengaruh lingkungan
bisa juga mempengaruhi. Untuk menghindari atau mengurangi
masuknya unsur subjektivitas dalam penilaian, maka penilaian atau
evaluasi ini harus dilaksanakan dengan menggunakan pedoman.
Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah
pengadministrasian yaitu kontinuitas dan konprehensivitas.
a. Evaluai harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan
evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Tes yang diadakan
secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat
memberikan hasil yang objektif tentang keadaan seorang siswa.
Faktor kebetulan, akan sangat mengganggu hasilnya. Kalau misalnya
ada seorang anak yang sebetulnya pandai, tetapi pada waktu guru
mengadakan tes dia sedang dalam kondisi yang jelek karena
semalam merawat ibunya yang sedang sakit, maka ada kemungkinan
nilai tesnya jelek pula.
b. Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), yang
dimakud dengan evaluasi yang komprehensif disini adalah atas
berbagai segi peninjauan, yaitu :
2.3 PRAKTIKABILITAS
Ciri tes yang terakhir adalah praktikabilitas atau dapat kita katakan
sebagai kepraktisan sebuah tes. Praktikabilitas atau kepraktisan bisa dilihat
dari segi-segi yaitu pelaksanaan, perlengkapan, waktu yang dibutuhkan, cara
pemeriksaan dan pengelolaan, biaya yang digunakan, dan cara penafsiran.
a. Segi Pelaksanaan
Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan
memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu
bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
b. Segi Perlengkapan
Kita bisa mengidentifikasikan perlengkapan-perlengkapan apa saja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tes; apakah perlengkapan-perlengkapan
tersedia atau tidak. Jika tidak tersedia, kita tidak akan dapat
melaksanakan tes tersebut dengan baik.
c. Segi Waktu
Dari segi waktu, kita harus mempertimbangkan waktu yang diperlukan
untuk tes tersebut lama atau tidak. Disini kita perlu membandingkan
antara waktu yang dibutuhkan dengan waktu yang tersedia.
d. Segi Pemeriksanaan dan Pengelolaan
Dalam mempertimbangkan cara pemeriksaan dan pengelolaan data hasil
tes apakah memiliki petunjuk dan kriteria yang jelas atau tidak. Artinya,
sebuah tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman
skoringnya serta dapat dianalisis dalam waktu yang relatif singkat. Kita
mungkin akan mengalami kesulitan dalam memeriksa dan mengolah hasil
tes, jika tidak ada petunjuk dan kriteria yang jelas tentang cara
penyekoran dan cara penafsirannnya.
e. Segi Biaya
Dalam kaitan dengan faktor biaya ini perlu dipertimbangkan antara
kepentingan hasil yang didapat dengan banyaknya pengeluaran biaya.
Namun, hal ini pada dasarnya bersifat relatif, tergantung pada kondisi dan
kemampuan lembaga atau sekolah yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Suatu option disebut efektif jika memenuhi fungsinya atau tujuan
disajikannya option tersebut tercapai. Option yang merupakan jawaban
yang benar disebut option kunci (key option), sedangkan option lainnya
disebut option pengecoh (distractor option). Untuk option kunci: jumlah
pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada jumlah pemilih
kelompok bawah dengan rentangan 0,25 sampai 0,75 dari seluruh
siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk option
pengecoh: Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun
memungkinkan testi terkecoh untuk memilihnya apabila testi tidak
menguasai bahan/materi pelajaran dengan baik. Kriteria pengecoh yang
baik adalah apabila pengecoh tersebut dipilih oleh paling sedikit 5%
dari peserta tes.
3.1.2 Sebuah tes hendaknya bersifat objektif. Hal ini maksudnya adalah hasil
pemeriksaan dari tes tersebut harus selalu sama, meskipun diperiksa
oleh orang yang berlainan. Objektivitas tes juga mempunyai tingkatan
yaitu: Objektivitas tinggi, Objektivitas sedang, dan Objektivitas
fleksibel. Ada dua faktor yang penting yang bisa mempengaruhi derajat
objektivitas yaitu: Tipe tes dan Penilai/pemeriksa.
3.1.3 Praktikabilitas atau kepraktisan tes bisa dilihat dari segi-segi yaitu
pelaksanaan, perlengkapan, waktu yang dibutuhkan, cara pemeriksaan
dan pengelolaan, biaya yang digunakan, dan cara penafsiran.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebelum memberikan tes
kepada siswa, sebaiknya dilakukan pengujian untuk melihat kefektivan option,
objektivitas option, dan praktikabilitas option. Agar tujuan dari pelaksanaan tes
dapat tercapai.