Final Book Report
Final Book Report
PENDAHULUAN
1
memiliki esensi seperti membuka pola pikir terhadap seluk beluk ilmu, memikirkan
hal-hal yang melatarbelakangi suatu ilmu seperti sejarah dan memberikan
pemahaman tentang etika berpikir ilmuan untuk selalu bermanfaat untuk
kemaslahatan manusia.
2
Struktrualisme, Epistemologi Postrukrualisme, Epistemologi Modern, Epistemologi
Hermeneutika, dan Epistemologi Postmodern.
Buku yang menjadi sumber laporan buku ini berjudul “Filsafat ilmu: Sebuah
Analisis Kontemper“ yang ditulis oleh Zaprulkhan pada tahun 2015. Buku ini
berupaya mengeksplorasi pernak-pernik wacana epistemologi kontemporer yang
diuraikan sangat lengkap meliputi epistemologi struktrualisme, epistemologi
postrukrualisme, epistemologi modern, epistemologi hermeneutika, dan epistemologi
postmodernisme. Ruang lingkup laporan buku ini meliputi:
A. Deskripsi Epistemologi Kontemporer dalam Filsafat Ilmu
1. Epistemologi Strukturalisme
2. Epistemologi Poststrukturalisme
3. Epistemologi Fenomologi
4. Epistemologi Harmeneutika
5. Epistemologi Postmodernisme
B. Pembahasan
1. Epistemologi Kontemporer
2. Pengaruh Epistemologi Kontemporer (Postmodernisme) terhadap Pendidikan dan
Bimbingan Konseling.
3
BAB II
DESKRIPSI EPISTEMOLOGI KONTEMPORER DALAM FILSAFAT ILMU
4
tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalu pendidikan. Pada hakikatnya
para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomologi yang mereka
anggap individualistis dan kurang ilmiah. Gagasan-gasan strukturalisme juga
mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan studi interdispliner tentang gejala-
gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu alam.
Tokoh yang mempelopori epistemologi strukturalisme adalah Ferdinand de Saussure
yang meyakini bahwa bahasa merupakan pelembagaan sosial yang tidak pernah
berubah sesuai dengan keinginan individu melainkan bahasa berubah dalam putaran
sang waktu tanpa bergantung pada kehendak para penuturnya.
B. Epistemologi Postsrukturalisme
5
semiologis, ideologis, dan subjektivitas. Apabila ketiga problem tersebut teratasi
maka poststrukturalisme dapat berperan melalui relasi yang ada.
C. Epistemologi Fenemologi
6
c. Reduksi Transendental, merupakan tahapan penilaian kesadaran yang
memadai. Pada tahapan ini penilaian akan peristiwa atau objek tidak diperlukan
lagi, namun lebih menekankan pada kesadaran alami individu.
D. Epistemologi Hermeneutika
Hermeneutika dapat diartikan secara umum sebagai teori atau filsafat
mengenai penafsiran makna yang berasal dari kata-kata seseorang yang ahli. Secar
khusus, hermeneutika meyadari bahwa pemahaman yang benar harus dicari terus-
menerus dan diperbaiki seiring putaran waktu. menghasikajan metode yang bagu da
khusus Hermeneutika secara kritis mengajak seluruh individu Latarbelakang
timbulnya epistemologi hermeutika adalah sejak seorang Tokoh mitologis yang
bernama Hermes mendapatkan pesan suci dari Jupiter kepada manusia. Hermes
bertugas menyampaikan pesan-pesan dari dewa gunung Alympus kepada manusia
7
melalui kata-kata. Proses penafsiran berupa interpretasi yang disampaikan kepada
orang lain inilah yang disebut hermeneutika. Sejarah hermeneutika sebagai wacana
penafsiran telah lama dilakukan semenjak abad peradaban telah dimulai. Namun
gema hermeneutika sebagai disiplin ilmu secara teoritis baru mucul pada permulaan
bad ke-19 dengan tokoh utamanya Scheleiermacher. Teks-teks yang ditafsirkan
berupa teks suci seperti kitab agama Kristen. Terdapat tiga paradigm hermeneutika
kontemporer yaitu hermeneutika teoritis, hermeneutika filsafat dan hermeneutika
kritis.
F. Epistemologi Postmodernisme
Keberadaan gerakan postmodermisme dilatarbelakangi oleh kegagalan
gerakan sebelumnya yaitu gerakan modernisme. Gerakan modernisme terbentuk
sebagai dampak dari peristiwa-peristiwa penting seperti revolusi ilmu pengetahuan,
revolusi perancis dan revolusi industri Inggris. Gerakan modernisme dikenal sebagai
fase transformasi dari kungkungan dan ikatan aliran abad pertengahan. Selain itu,
gerakan modernisme juga meyuguhkan sebuah tujuan meraih kebenaran sejati untuk
kehidupan yang penuh dengan kesadaran, rasional dan mandiri. Secara kompleks
gerakan modernisme hanya menyajikan pilihan-pilihan kebenaran yang dituangkan
dalam melalui fakta-fakta atau narasi sehingga para ilmuan harus mengikuti pilihan
itu tanpa adanya kebebasan memilih karena pada hakikatnya kebenaran yang
ditawarkan gerakan modernisme memiliki kebenaran yang mutlak. Karakteristik
aliran modernisme ini ditandai dengan penghapusan kelas sosial individu yang
berabad-abad menjadi sumber permasalahan diskriminasi.
8
dan sastra. Para filsuf postmodernisme tidak membedakan tatanan sosial individu dan
lebih menerima perbedaan dan keberanekaragaman individu akan tetapi mereka
masih ragu-ragu akan kemajuan seperti perkembangan liberlisme yang
memungkinkan untuk berkembangnya rasionalitas yang mendunia. Gerakan
postmodernisme menekankan pada pembebasan untuk menentukan pilihan sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki, tanpa adanya tekanan dan hukuman.
Sederhananya, gerakan postmodernisme sangat menjunjung tinggi akal pikiran
individu sehingga mampu menyibak tirai-tirai kebudayaan dan melakukan penilaian
mandiri mengenai benar dan salah. Terdapat dua kecenderungan gerakan
postmodernisme, yakni pertama postmodernisme skeptik yang bercirikan sikap
menantang akan epistemologi, antifondasi, anti ideologi dan anti sosial. Kedua,
postmodernisme afirmatif yang menekankan pada banyaknya pemahaman berbeda
dalam menemukan kebenaran ilmu pengetahuan.
9
BAB III
10
dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar. Menurut Sudarminta (2012:
26) sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang dapat dikemukakan mengapa
epistemologi perlu dipelajari yaitu pertimbangan strategis, pertimbangan kebudayaan
dan pertimbangan pendidikan.
Berdasarkan uraian mengenai argumen pentingnya mempelajari epistemolgi
dapat disimpulkan bahwa epistemolgi memberikan banyak manfaat bagi
perkembangan berbagai bidang tertentu seperti kekuasaan, kebudayaan dan bidang
pendidikan. Alsasan pentingnya mempelajari epistemologi timbul dari respon
individu terhadap suatu ilmu yang ditilik dengan epistemologi. Sederhananya, setiap
ilmu yang ditilik menggunakan epistemologi pasti melewati proses analis dan
penarikan kesimpulan tentang kebenaran yang hakiki. Dengan adanya epistemologi
suatu ilmu akan lebih kuat dan memiliki ketetapan yang tinggi. Perkembangan
epistemologi dalam filsafat tidak terlepas dari aliran filsafat yang berkembang jika
ditinjau dari waktu perkembangannya seperti aliran filsafat klasik yang dimulai sejak
filsafat Yunani kuno dan filsafat abad pertengahan. Selanjutnya, perkembangan aliran
filsafat modernisme sebagai transformasi dari filsafat klasik yang bersifat mengekang.
Kemudian, dewasa ini juga dikenal dengan aliran filsafat kontemporer yang sangat
menjujung kebebasan dan hak asasi manusia.
Menurut Shidarta (2004:75) beberapa pemikiran filsafat yang muncul pada
masa kini sesungguhnya berangkat dari reaksi terhadap pendekatan empirik yang
diterapkan terutama pada zaman modern. Pendekatan tersebut dianggap tidak cocok
lagi digunakan untuk ilmu-ilmu manusia dan budaya saat ini, untuk itu
diperkenalkanlah pendekatan kontemporer. Menurut Zainal Abidin (2011:123)
epistemologi kontemporer berkembang pada awal abad ke-20, ditandai dengan variasi
pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Pemikiran filsafat tersebut seperti
analisis bahasa, kebudayaan (antara lain postmodrenisme), kritik sosial, metodologi
(fenomologi, heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup (eksistensialisme).
Epistemologi kontemporer menyajikan cara pemerolehan atau metode baru yang
digunakan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan
zaman. Epistemologi kontemporer juga menekankan tentang manusia dan bahasa
11
manusia, ilmu pengetahuan, kesetaraan gender dan isu-isu aktual yang berkaitan
dengan budaya, sosial, politik, ekonomi, teknologi, moral, ilmu pengetahuan dan hak
asasi manusia. kehadiran epistemologi kontemporer di abad ke-20 merupakan suatu
pencapaian yang sangat signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan hal ini
sesuai dengan kajian Syarifuddin (2011: 246) dalam artikelnya yang memaparkan
bahwa filsafat kontemporer sangat memainkan peranan yang luar biasa dalam
mewujudkan kesadaran intelektual manusia serta sangat berpengaruh atas ilmu-ilmu
seperti fisika, sosiologi, psikologi, ilmu hukum, ilmu politik, dan teologi dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwasanya kehidupan
manusia di zaman globalisasi ini penuh dengan berbagai persoalan, pertama
persoalan mengenai cara berpikir terhadap suatu ilmu pengetahuan tertentu, yang
menuntut para ilmuan untuk lebih krisis dalam memecahkan masalah menggunakan
metode ilmiah secara tepat dan cernat. Kedua, pada masa kini, ilmu pengetahuan telah
memperoleh banyak kemenangan dalam disiplin ilmu-ilmu alam serta pemahaman
terhadap realitas. Orientasi inilah yang ingin dicapai oleh filsafat-filsafat
kontemporer. Berdasarkan uraian tersebut, maka ditemukan bahwa kebanyakan
filsafat-filsafat ini bersifat realis, jika kita menafikan beberapa filsuf yang
menyerukan dan sangat berpegang pada idealism. Ketiga, Epistemologi kontemprer
muncul karena masalah kemajuan peradaban dan teknologi sebagai akibat dari
pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam berbagai lapangan kehidupan yang berbeda.
Keempat, bahwa para filsuf kontemporer diam-diam berusaha untuk membangun
sebuah mazhab filsafat yang saling menyempurnakan, sehingga dapat dikatakan
bahwa tida ada lagi bentuk aliran dalam filsafat kontemporer.
12
Hidayat (2006) mengenai Implikasi Postmodernisme dalam Pendidikan; (2) Kajian
Meliono (2007) mengenai poststrukturalisme pada karya sastra; (3) Kajian
Hasbiansyah (2008) mengenai pendekatan fenomologi: pengantar praktik penelitian
dalam ilmu sosial dan komunikasi; Kajian Suastika (2012) mengenai nasionalisme
dalam perspektif postmodernisme dan postkolonialisme; (4) Kajian Susilo (2011)
mengenai penegakan hukum yang berkeadilan dalam perspektif filsafat hermeneutika
hukum sebagai suatu alternative solusi terhadap penegakan hukum di Indonesia; (5)
Kajian Syarifuddin (201 1) mengenai konstruksi filsafat barat kontemporer. Uraian
mengenai macam-macam epistemologi kontemporer mencakup epistemologi
epistemologi strukturalisme, epistemologi posttrukturalisme, epistemologi
fenomologi, epistemologi hermeneutika, epistemologi teori kritis, dan epistemologi
postmodern yaitu:
a. Epistemologi Strukturalisme
Strukturalisme merupakan kajian yang dikembangkan di bidang semiologi
karena berkaitan dengan tanda (sign) kebahasaan, strukturalisme dengan tokohnya
seperti Ferdinand de Saussure, Claude Levi- Strauss, Roland Barths, dan Umberto
Eco menitikberatkan bahasa sebagai suatu yang teratur dan tidak bisa diganggu gugat
(Irmayanti, 2007: 22). Selain itu, menurut Suastika (2012: 37) strukturalisme dapat
dipahami sebagai usaha untuk menemukan struktur umum yang terdapat dalam
aktivitas manusia. Perhatian utama strukturalisme adalah struktur bahasa dan ini
merupakan bagian dari apa yang dikenal sebagai linguistic turn (lingkaran bahasa).
Secara umum, lingkaran bahasa yang diciptakan dalam epistemologi strukturalisme
secara dramatis mengubah sifat ilmu-ilmu sosial dan fokus ilmuwan ilmu sosisal
bergeser dari struktur sosial ke struktur bahasa. Epistemologi strukturalisme
bercirikan keteraturan dalam sistem bahasa sehingga hukum-hukum yang diciptakan
dalam sebuah ilmu pengetahuan bisa dipatuhi apabila mengandung unsur bahasa yang
kuat. Hukum-hukum yang berlaku secara universal melalui bahasa pada umumnya
dimanifestasikan melalui simbol atau logo tertentu.
13
Menurut Ratna (2008: 131) epistemologi strukturalisme, epistemologi
postrukturalisme, dan epistemologi hermeneutika lebih mengarah pada konteks
bahasa berupa analisis sastra. Pemikiran-pemikiran mengenai ketiga epistemologi
kontemporer tersebut melandasi penelitian karya sastra berupa kegiatan untuk
menginterpretasi dan menganalisis suatu teks sastra. Apabila dikaitkan dengan
pendidikan ketiga epistemologi ini kurang memiliki pengaruh karena lebih cenderung
fokus pada makna teks dan cara penyampaian dari kesimpulan makna teks.
Epistemologi strukturalisme, epistemologi hermeuntika, epistemologi strukturalisme
saat ini diterapkan dalam penelitian bahasa, hukum dan politik sehingga bisa
diasumsikan epistemologi hermeneutika kurang andil dalam penelitian pendidikan
pada umunya dan bimbingan dan konseling pada khususnya.
b. Epistemologi Poststrukturalisme
14
makna kehidupan melalui karya sastra. Bahasa dalam menyikapi makna
postrukturalisme terdapat dua dimensi yang mengatakan bahwa pertama, kesadaran
bukanlah salah satu yang terdapat dalam bahasa/ujaran yang digunakan dealam
percakapan sehari dan imajinasi manusia. kedua, adanya dorongan seseorang terhadap
dialog atau komunikasi yang terjadi dapat menciptakan perubahan komunikasi. Oleh
karena itu, ketika terjadi sebuah percakapan, hasil dari percakapan mampu
menghasilkan makna yang berbeda-beda bergantung pada norma dan nilai
kebudayaan tertentu, sehingga komunikasi atau percakapan menjadi lebih menarik.
Poststrukturalisme dapat dipandang sebagai aliran yang tidak bisa dipisahkan
dengan strukturalisme, namun melampaui strukturalisme itu. Maksudnya adalah jika
strukturalisme berbicara tentang keteraturan bahasa yang mampu dijadikan sebagai
acuan dalam membuat suatu hukum yang tak terbantahkan. namun postrukturalisme
keluar dari konteks dimana bahasa bukanlah dijadikan sebagai suatu struktur yang
mutlak. Menurut poststrukturalisme bahasa bukan merupakan hal yang mengingat
dan bersifat memaksa. merupakan perubahan sosial yang penting dalam
perkembangan poststrukturalisme dan postmodernisme.
c. Epistemologi Fenomologi
Fenomenologi sebagai mazhab filsafat telah terjadi inkonsistensi, antara lain
anjuran untuk membebaskan diri dari asumsi-asumsi dalam reduksinya. Sebagai
mazhab filsafat, pada kenyataannya fenomenologi memiliki asumsi-asumsi sebagai
dasarnya (Wiramihardja, 2006:66). Selanjutnya Hasbiansyah (2008:163) dalam
tulisannya menegaskan bahwasanya epistemologi fenemologi telah berkembang
sebagai metode riset yang banyak diterapkan dalam berbagai ilmu sosial, termasuk
didalamnya komunikasi, sebagai salah satu varian dalam penelitian kuantitatif dalam
payung paradigma interpretif. Berdasarkan uraian tersebut, pada saat ini epistemologi
fenomologi bukan hanya dianggap sebagai wacana atau mazhab filsafat yang hanya
tertulis, namun sederhananya epistemologi fenemologi terus dilakukan manusia alam
keseharian hidupnya, seperti manusia cenderung melihat fenomena, membuka diri,
menciptakan fenomena dan memahaminya.
15
d. Epistemologi Hermeneutika
Menurut Raharjo (2008: 29) istilah hermeneutika diartikan sebagai ilmu tafsir
pertama kali muncul pada abad ke-17 dengan dua pengertian yaitu sebagai perangkat
prinsip metodologis penafsiran dan penggalian filosofis dari sifat dan kondisi yang
tidak bisa dihindarkan dari kegiatan memahami. Namun, berdasarkan
perkembangannya epistemologi hermeneutika lebih dikenal sebagai metode
hermeneutika karena aliran filsafat ini sudah memiliki sejarah perkembangan yang
sangat panjang dengan cara kerja, para pakar, dan alirannya masing-masing.
Hermeneutika modern cenderung lebih menekankan pada (a) aspek bahasa, dengan
mempertimbangkan hubungan setiap ucapan; (b) aspek psikologis dengan menggali
makna tersembunyi penulis, namun menurut historis, hermeneutika adalah metode
untuk mempelajari kitab suci agama Kristen yaitu Bibel ( Ratna, 2010: 312)
Berdasarkan pemaparan perkembangan hermeutika tersebut, dapat ditarik suatu
asumsi bahwasanya hermeneutika bukan hanya dipandang sebagai aliran filsafat
namun juga merambah pada metode penafsiran yang mampu menginterpretasikan
makna teks melalui bahasa yang mudah. Penerapan metode hermeneurika di
Indonesia cenderung di digunakan dalam kajian ilmu hukum dan politik hal ini
tergambar dari artikel dan buku yaitu: (1) Rahajo dalam bukunya (2008: 83) juga
membahas mengenai ketepatan metode hermeneutika untuk mengkaji wacana politik
seperti contoh wacana politik Abdurrahman wahid merupakan sebuah kajian
hermeneutik; (2) kajian Susilo (2011) yang menjelaskan bahwasanya epistemologi
hermeneutika sangat cocok diterapkan dalam penegakan hukum yang berkeadilan di
Indonesia.
e. Epistemologi Postmodernisme
Kehadiran postmodernisme dalam pemikiran filsafat manusia telah membuat hal
baru yang sangat menarik untuk dikaji pada zaman globalisasi ini. Hal ini
dikarenakan aliran postmoderinsme pada permulaan kemunculannya berhasil
menyentakkan dunia akademik karena membawa pesan-pesan kritis yang melakukan
konstruksi ulang atas berbagai tradisi yang selama ini diyakini kebenarannya.
16
Menurut Hidayat (20116:92) postmodernisme muncul sebagai kritik atas kegagalan
manusia modern (kehidupan modernitas) dalam menciptakan situasi sosial yang lebih
baik, kondusif dan berkeadilan sosial. Postmodernisme cenderung meluluh-lantakkan
dimensi ontologi, epistemologi bahkan aksiologi yang tumbuh dalam pengetahuan
dasar masyarakat mengenai realitas. Bagi gerakan postmodern, manusia tidak akan
mengetahui realitas yang objektif dan benar. Postmodernisme sendiri memecah
dirinya dalam tiga jalur wacana mencakup wacana kritis terhadap estetika modern,
wacana kritis terhadap arsitektur modern, wacana kritis terhadap filsafat modern.
Postmodernisme sebagai wacana pemikiran harus dibedakan dengan postmodernitas
sebagai sebuah kenyataan sosial (Adian, 2006: 65).
Menurut Wiramihaja (2009) epistemologi postmodernisme memiliki kategori
(1) merevisi kemodernan dengan kecenderungan membawa ke pemikiran pramodern;
(2) dekonstruksi, yaitu perombakan kembali pada bahasa sebagaimana berkembang
dalam dunia sastra; dan (3) merevisi modernisme, dengan tidak menolak modernisme
secara total tapi memperbaiki premis-premis modern yang tidak tepat.
Postmodernisme pada hakikatnya merubah segala bentuk realitas yang sudah ada.
ibarat teks bacaan, realitas yang diketahui manusia merupakan teks yang sudah
dibentuk oleh pengarang, kegelisahan (epistemik) berkaitan dengan problem
pengetahuan dasar manusia mengenai modernisme yang diklaim mengusung
kemajuan, rasionalitas dan sebagainya. Rasio manusia yang oleh masyarakat modern
diyakini sebagai suatu kemampuan otonom, mengatasi kekuatan metafisis dan
transendental. Yang diyakini pula mengatasi semua pengalaman yang bersifat
pastikular dan khusus dan (ironisnya) dianggap menghasilkan kebenaran mutlak,
universal dan tidak terikat waktu.
17
2. Pengaruh Epistemologi Kontemporer (Postmodrnisme) terhadap Pendidikan
dan Bimbingan Konseling di Indonesia.
18
oleh postmodernisme maka secara eksplisit paradigma pendidikan mutakhir dalam
banyak hal sudah menggunakan akar-akar pemikiran postmodernisme..
Perkembangan bimbingan dan konseling di era postmodernisme atau lebih
dikenal dengan era globalisasi sangat penting diketahui dan dipelajari oleh konselor
dan akademisi bimbingan dan konseling karena saat ini perkembangan bimbingan
konseling juga tidak terlepas dari arus perkembangan epistemologi postmodernisme.
Bimbingan dan konseling menjadi suatu sarana pendukung perubahan dari pendidikan
konvensional ke pendidikan yang terbuka dan mandiri. Kajian Wicaksono (2009: 48)
mengemukakan pengembangan bimbingan dan konseling pada era kontemporer dapat
dilakukan dengan memperhatikan tiga bagian yaitu manajemen, SDM dan Fasilitas
pendukung. (1) Bagian manajemen berfokus pada kedudukan bimbingan dan
konseling dalam ruang lingkup sekolah, personil sekolah meliputi kepala sekolah,
guru dan administrator harus memahami tugas dan wewenang bimbingan dan
konseling disekolah; (2) Bagian SDM berfokus pada peningkatan kompetensi
konselor sekolah baik secara akademik, sosial, kepribadian dan pedagogik. (3) Bagian
fasilitas pendukung berfokus pada pengembangan fasilitas, sarana-prasarana yang
mampu mendukukung pelayanan bimbingan dan konseling.
Pengaruh epistemologi postmodernisme terhadap bimbingan dan konseling
dapat terlihat dari sumbangan pemikiran tokoh psikologi terdahulu yaitu Sigmund
Freud dengan psikoanalisinya (Lawmetha, 2011). Asumsinya adalah epistemologi
postmodernisme merupakan cikal bakal terbentuknya teori psikoanalisis yang
dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis sengat berkontribusi pada dunia
bimbingan dan konseling, terkhususnya pada perkembangan kepribadian manusia.
Sigmund Freud dianggap oleh mayoritas konselor sebagai salah satunya tokoh paling
penting dalam pengembangan konseling dan psikoterapi (Palmer, 2016: 14). Konsep
Freud tentang ego, id, superego, identifikasi tentang mekanisme pertahanan diri dan
analisis mimpi telah menjadikan Freud sebagai seseorang yang memiliki pengaruh
besar pada konseling dan kebudayaan populer. Menurut John Letchcte (2011:44)
Freud adalah seorang pemikir yang kontroversi, hal ini terkait dengan pendiriannya
dalam hal seksualitas serta psikis yang dengan cemerlangnya menemukan
19
psikoanalisis melalui analisis terhadap gejala seperti mimipi dan selip lidah.
Pendekatan psikoanalisis yang diterapkan dalam bimbingan konseling dilakukan
untuk mengatasi gangguan-gangguan psikis dan seksual yang selama ini kurang
mendapat perhatian dari ilmuan, Freud sebagai pengagas merupakan seseorang yang
menganut epistemologi postmodernise dalam mendasari pemikirannya merumuskan
pendekatan psikoanalis.
Sumbangan dari filsafat kontemporer dalam merumuskan penelitian
bimbingan dan konseling dapat terlihat dari penelitian terkini bimbingan dan
konseling yang cenderung melakukan pemikiran baru dalam objek, metode dan daya
guna penelitian. Objek penelitian diangkat melalui permasalahan yang bersifat urgent
dan harus mendapatkan perhatian bimbingan dan konseling, Metode digunakan
sebagai salah satu cara mendaptkan kebenaran aspek yang hendak diteliti dan
memudahkan prosedur kajian. Hasil berkaitan dengan pencapaian penelitian berupa
keefektifan produk-produk bimbingan dan konseling yang mampu mengembangkan
aspek-aspek psikologis yang dibutuhkan untuk bertahan pada zaman globalisasi saat
ini. Beberapa hasil karya ilmiah berupa penelitian bimbingan dan konseling
diantaranya: Model Konseling Singkat Berfokus Solusi dalam Setting Kelompok
untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa (Dahlan: 2011); Efektivitas
Konseling Keterampilan Hidup untuk Meningkatkan Keterampilan Mengelola Stress
Siswa (Iman: 2014);); Penerapan Solution Focused Counseling untuk Peningkatan
Perilaku Asertif (Alrefi :2014); Bimbingan Komprehensif untuk Membentuk Karakter
Berbasis Modernisasi Turats Pesantren. Berikut ini adalah uraian singkat tentang
penelitian bimbingan dan konseling yang ditinjau dari segi objek, metode dan hasil.
Tabel Penelitian Bimbingan dan Konseling
No Penelitian Objek/permasala Metode Hasil
han
1 Model konseling Mahasiswa S1 Metode Model
singkat berfokus UPI angkatan penelitian dan konseling
solusi dalam setting 2009 memiliki pengembangan singkat
kelompok untuk daya psikologis (RnD) berfokus
meningkatkan daya dibawah rata-rata solusi dalam
psikologis mahasiswa setting
20
(Dahlan:2011) kelompok
efektif untuk
meningkatkan
daya
psikologis
mahasiswa.
Kecuali aspek
asertivitas
2. Efektivitas konseling Stress berdampak Pendekatan jsKonseling
keterampilan hidup negatif bagi Kuantitatif, Keterampila
untuk meningkatkan perkembangan dengan n hidup
keterampilan potensi siswa. metode quasi (KKH)
mengelola stress Sebanyak eksperiment efektif
siswa (Iman: 2014) 15,62% siswa dalam
SMAN 1 mengelola
Majalengka stress siswa.
berada dalam
kategori
pengelolan stress
rendah
21
Turats Pesantren (PPMI) Assalaam pengamatan, Modern
kurang dan Islam
mendapatkan dokumentasi. (PPMI)
konsep Assalaam
bimbingan sudah
sehingga kurang memiliki
maksimal dari pola tapi
proses masih
pelaksanaannya. kurang
mendapatk
an konsep
bimbingan
sehingga
kurang
maksimal
dari proses
pelaksanaa
nnya.
Uraian penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) terdapat tiga
dari lima objek kajian peneltian mengenai Solution-focused brief counseling (SFBC)
yang mampu meningkatkan dan mereduksi aspek-aspek psikologi tertentu pada siswa
dan mahasiswa seperti peningkatan daya psikologis, peningkatan perilaku asertif dan
mereduksi perilaku agresif. SFBC merupakan salah satu pendekatan
konseling postmodernisme yang paling penting (Corey, 2010). Pendekatan ini
didirikan dan dikembangkan oleh Steve de Shazerpada tahun 1970, SFBC menantang
beberapa asumsi yang selama ini diagung-agungkan dan menawarkan metode baru
(Palmer: 2011:26); (2) satu kajian penelitian mengenai konseling keterampilan hidup
(KKH) untuk mengelola stress remaja. KKH merupakan salah satu pendekatan
konseling kontemporer yaitu ekseistensial humanistik dalam hal nilai yang
ditempatkan pada diri individu (Palmer, 2011:221). Pendekatan ini didirikan tahun
1984 yang dikembangkan oleh Ricard Nelson-Jones; (3) satu kajian penelitian
mengenai bimbingan komperehensif untuk membentuk karakter berbasis modernisasi
turats pesantren. Bimbingan komprehensif merefleksikan kegiatan menyeluruh bagi
dasar penyusunan program, sistem manajemen, dan sistem pertanggungjawabannya.
22
Kehadiran bimbingan komprehensif tentunya akan menjawab tantangan Bimbingan
dan konseling di era globalisasi yang mengutamakan sistem manajemen, SDM
konselor, dan fasilitas pendukung.
Kajian penelitian bimbingan dan konseling saat ini lebih mengacu pada
pendekatan dan metode kuantitatif, kualitatif, quasi eksperimen dan prosedur
Research and Development (RnD). Menurut Sugiyono (2013:7) penelitian kuantitatif
merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Penelitian kuantitatif pada umumnya
membutuhkan banyak subjek penelitian dibandingkan dengan penelitian kualitatif
yang berguna untuk melengkapi ukuran variabel kuesioner. Namun, kombinasi antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam pendekatan penelitian bimbingan dan
konseling kontemporer juga semakin banyak diterima. Selanjutnya, metode penelitian
dan pengembangan (R&D) juga telah banyak digunakan dalam penelitian BK, metode
RND adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji keektifan produk tersebut (Sugiono, 2009:407). Karakteristik prosedur
RnD dalam penelitian bimbingan dan konseling adalah menghasilkan produk
pengembangan berupa berupa model-model bimbingan konseling. Beberapa
penelitian bimbingan dan konseling hanya menggunakan berapa tahapan dari metode
23
research and development (RnD). Namun, beberapa diantara penelitian lain
menggunakan tahapan RnD secara lengkap. Menurut Borg and Gall (Haryati,
2016:14) terdapat sepuluh tahapan metode penelitian research and development
(RnD), yaitu: (1) Studi pendahuluan (research and information collecting), (2)
Perencanaan (planning), (3) Pengembangan model awal (develop preliminary form of
product), (4) Revisi model awal (main product revision), (5) Uji coba terbatas (main
field testing), (6) Revisi hasil uji coba (operational product process), (7) Uji coba
lebih luas (operational field testing), (8) finalisasi model (final product revision), (9)
Diseminasi dan implementasi model (dissemination and implementation).
B. KESIMPULAN
24
menganalisis esensi dari sebuah peristiwa atau fenomena tiga metode yang
menjadi karakteristik dari epistemologi fenemologi yang berkaitan yakni reduksi
fenemologis, reduksi eidetic dan reduksi trancendental.
d. Epistemologi hermeneutika dikenal sebagai ilmu tafsir pertama kali muncul pada
abad ke-17 dengan dua pengertian yaitu sebagai perangkat prinsip metodologis
penafsiran dan penggalian filosofis dari sifat dan kondisi yang tidak bisa
dihindarkan dari kegiatan memahami.
Pengaruh epistemologi kontemporer khususnya postmoderinsme terhadap
pendidikan di Indonesia yaitu pendidikan tidak lagi dipahami sebagai proses
perpindahan pengetahuan (knowledge) yang hanya dikuasai oleh sekolah (pendidikan
formal), melainkan juga harus dilakukan oleh masyarakat melalui pendidikan
alternatif maupun melalui pendidikan luar sekolah. Postmodernisme menekankan
bahwa pendidikan harus disebarkan melalui kerja nyata yang tidak harus dibebankan
kepada sekolah. Epistemologi postmodern merupakan cikal bakal terbentuknya teori
psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, yang sangat memberikan
kontribusi pada dunia konseling terkhususnya pada perkembangan kepribadian
manusia.
25
C. IMPLIKASI
26
kesulitan akademis, penyalahgunaan obat, kenalan remaja. Contoh kongkrit
rendahnya kompetensi mengelola emosi remaja adalah kasus yang diberitakan oleh
(Sindonews.com Jumat, 28 Oktober 2016) terdapat beberapa kasus tawuran pelajar
SMA dan SMK pada periode 4 bulan yaitu Agustus, September, Oktober dan
November yang terjadi di Tanggerang, Bekasi dan Depok. Fenomena tersebut apabila
tidak ditangani akan menjadi akar permasalahan yang besar yang mampu merusak
generasi bangsa Indonesia. Berpijak pada permasalahan tersebut, maka dirasakan
pentingnya keterampilan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh remaja dalam
menghindari dan meghadapi permasalahan hidup baik pada masalah pribadi, sosial
akademik dan karir. Berdasarkan fenomena tersebut saya berencana mengangkat
toipik penelitian “Efektivitas Konseling Keterampilan Hidup untuk Meningkatkan
Kompetensi Emosional pada Remaja”. Fokus masalah dari topik rencana penelitian
saya adalah kurangnya kompetensi emosional yang dimiliki oleh remaja dan objek
rencana penelitian adalah konseling keterampilan hidup. Pendekatan yang dipakai
dalam rencana penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode quasi
eksperimen. Rencana penelitian ini diharapkan bahawa konseling keterampilan hidup
mampu meningkatkan kompetensi emosional remaja.
b. Bagi Kepentingan Praksis Bimbingan dan konseling
Kajian mengenai epistemologi kontemporer sangat penting dipelajari oleh
mahasiswa, praktisi dan ilmuan bimbingan dan konseling. Hal ini disebabkan karena
perkembangan zaman globalisasi mengharuskan prakstisi bimbingan dan konseling
untuk lebih peka dan mampu memahami karakteristik konseli sebagai subjek layanan
bimbingan dan konseling. Kepedulian praktisi bimbingan dan konseling dapat
dimanifestasikan melalui pemikiran dan pengembangan layananan bimbingan dan
konseling berupa perumusan model-model bimbingan dan konseling baru yang lebih
implementatif dan bertujuan untuk mengembangkan karakteristik konseli modern
seperti pengembangan potensi kemandirian, keterampilan mengambil keputusan,
berfikir kritis dan kreatif.
Berdasarkan analisis dari beberapa penelitian bimbingan dan konseling, peneliti
bimbingan dan konseling menentukan objek penelitian terlebih dahulu berupa
27
permasalahan yang akan ditangani. Selanjutnya peneliti merumuskan metode
penelitian yang tepat dengan objek penelitian. Kemudian sebagai hasil akhir
penelitian haruslah memiliki hasil dan daya guna untuk kepentingan pengembangan
ilmu bimbingan dan konseling. Secara implementatif, penelitian bimbingan dan
konseling berbasis epistemologi kontemporer menghasilkan produk-produk baru
berupa model konseling seperti model konseling berfokus solusi, konseling
keterampilan hidup dan bimbingan komprehensif yang dapat diterapkan oleh konselor
atau guru pembimbing sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling baik
disekolah maupun di unit pelaksana tenknis bimbingan dan konseling. Uraian-uraian
tersebut menjadi alasan pentingnya mempelajari epistemologi kontemporer bagi
mahasiswa, praktisi dan ilmuan bimbingan dan koseling.
GLOSARIUM
Etimologis = Salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal usul suatu
kata., yang berakar dari bahasa Yunani etymos (arti sebenarnya adalah sebuah kata)
dan logos (ilmu).
Epistemologi = Cabang filsafat yang membahas tentang proses, prosedur, kriteria,
cara, teknik, metode dan sarana yang digunakan untuk memperoleh
Fenomologi = Sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai
sebuah fenomena.
Hakiki = benar, sebenarnya, sesungguhnya
Hermeneutika = Salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi
makna. Nama hermeneutika diambil dari kata kerja dalam bahasa yunani
hermeneuien yang berarti, menafsirkan, memberi pemahaman, atau menerjemahkan.
Inkonsistensi = Ketidakserasian, penjelasan yang berbeda-beda
Komprehensif = Bersifat mampu menangkap (menerima) dengan baik; Luas dan
lengkap (tentang ruang lingkup atau isi); Mempunyai dan memperlihatkan wawasan
yang luas.
Mutakhir = Terakhir; terbaru; modern
Plural= Jamak; lebih dari satu
28
Postmodernisme = Faham yang berkembang setelah era modern
Poststrukturalisme = Sebuah pikiran yang muncul akibat ketidakpuasan atau
ketidaksetujuan pada pemikiran sebelumnya
Preventif = Kegiatan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang bisa mengancam
priadi atau kelompok.
Relativisme = Pandangan bahwa pengetahuan itu dibatasi, baik oleh akal budi yang
serba terbatas maupun cara mengetahui yang serba terbatas.
Strukturalisme = Metodologi yang unsur budaya manusia harus dipahami dalam hal
hubungan mereka dengan yang lebih besar, sistem secara menyeluruh atau umum
disebut struktur
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. (2011). Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Adian, Donny Gahral. (2006). Percik Pemikiran Kontemporer, Sebuah Pengantar
Komprehensif. Yokyakarta: Jalasutra.
Alrefi. (2014). Penerapan Solution Focused Counseling untuk Peningkatan Perilaku
Asertif. Thesis. Program Studi Bimbingan dan Konseling. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia
Fitriyah, Fifi K. (2014). Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk
Mereduksi Perilaku Agresif Siswa. Thesis. Program Studi Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Bakhtiar, Amsal. (2007). Filsafat Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama
Dahlan, Tina H. (2011). Model Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused
Brief Counseling) dalam Setting Kelompok untuk Meningkatkan Daya
Pskiologis Mahasiswa. Disertasi. Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
29
Hidayat, A Rahman. (2006). Implikasi Postmodernisme dalam Pendidikan. Artikel.
Vol 12 No 1.Nomor 1. 91-101.
Iman, Firman RN. (2014). Efektivitas Konseling Keterampilan Hidup untuk
Meningkatkan Keterampilan Mengelola Stress Siswa. Thesis. Program Studi
Bimbingan dan Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Ratna, N. Nyoman. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shidarta dan Darji Darmodiharjo. (2004) Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
30
Suherman, Uman. (2015 ). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi
Press.
Syarifuddin. (2011). Konstruksi Filsafat Barat Kontemporer. Artikel. Vol. 13, No. 2.
231-248.
Wicaksono, Luhur. (2009). Bimbingan dan Konseling Menjawab Tantangan Abad XXI.
Artikel. Vol 01. No 01. 40-52.
31