Silakan mencari jawabnya dengan membaca dan melihat dari berbagai sumber yang bisa Anda
temui.
Jawaban tertulis, dikumpulkan paling lambat tanggal 12 Juli 2019
Martabat Manusia
1. Dalam arti apa kita mengerti bahwa manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan menurut
“gambaran Allah”?
2. Apa tujuan Allah menciptakan laki-laki dan perempuan?
3. Hubungan apa yang ditetapkan Allah antara laki-laki dan perempuan?
4. Apa peranan martabat manusia berhadapan dengan suara hati?
Seksualitas Manusia
1. Apa bedanya seksualitas dengan gender?
2. Apa artinya manusia sebagai makhluk seksual?
3. Apa tujuan dan makna seksualitas manusia?
4. Apa tujuan langsung hubungan seksual?
5. Apa arti hubungan seksual sebagai ibadah?
6. Sebutkan masing-masing tiga perbedaan secara biologis dan psikologis pria dan wanita?
7. Apa alasannya sehingga Gereja menolak seks pranikah?
8. Bagaimana sebaiknya kita bersikap terhadap fenomena trans-gender?
9. Mengapa penyempurnaan seksual bisa diterima secara moral?
10. Mengapa homo seksual sangat bermasalah dalam etika seksual manusia?
11. Apa saja makna seksualitas manusia menurut Yohanes Paulus II?
Manusia pertama yang diciptakan langsung oleh Allah tanpa adanya hubungan jasmani dari
laki-laki dan juga perempuan. Pada saat tersebut, Tuhan Allah membentuk manusia dari
debu dan juga tanah lalu ia memberikan nafas hidup dan dengan demikian manusia menjadi
makhluk yang hidup, [Kejadian 2:18]. Tuhan kemudian juga bersabda jika “Tidak baik jika
manusia seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan
dia”. [Kejadian 2:18].
Penciptaan dalam manusia yang dilakukan Allah diawali dengan menciptakan langit dan
juga bumi seperti yang ada pada [Kejadian 1:1]. Langit menceritakan tentang bagaimana
kemuliaan Allah yang kemudian Allah juga melanjutkan penciptaan sampai hari ke-6.
Sedangkan asal mula penciptaan manusia juga merupakan keterlibatan dari Allah seperti
yang sudah tertulis pada [Kejadian 1:26], ““Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita”.
Penggunaan teknologi reproduktif seperti bayi tabung tidak diijinkan oleh Gereja Katolik
sebab menurut ajaran Gereja Katolik anak adalah anugerah Allah yang harus lahir sebagai
buah cinta suami-istri dan dilakukan melalui persetubuhan suami-istri dan bukan hasil
rekayasa teknis laboratorium. Menurut ajaran moral Gereja teknologi reproduksi tidak
boleh menggantikan proses alami di mana seorang anak harus lahir dari pasangan suami-istri
melalui hubungan intim suami-istri yang merupakan ungkapan pemberian diri suami-istri
(makna unitif) yang harus terarah pada kelahiran manusia baru (makna prokreatif). Dalam
konteks ini, makna unitif dan prokreatif dari seksualitas dan perkawinan tidak boleh
dipisahkan.
Dari apa yang dikatakan dalam dokumen gereja Donum Vitae solusi yang ditawarkan
Gereja Katolik bagi pasangan suami-istri yang belum dianugerahi anak dan mereka sangat
merindukan anak adalah dengan cara mengadopsi anak. Tindakan mengadopsi anak
merupakan ungkapan cinta kasih kepada sesama yang membutuhkan kasih sayang.
9. Syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk transplantasi organ bagi mereka yang masih
hidup?
Transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 4 persyaratan:
a. Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat yang
didatangkanoleh tindakan tersebut atas diri penerima.
b. Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan donor
ataufungsi tubuhnya.
c. Perkiraan penerimaan organ tersebut oleh penerima
d. Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaram dan bebas, dengan mengetahuiresiko
yang mungkin terjadi.
10. Syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk transplantasi organ bagi mereka yang sudah
meninggal?
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, beda mayat anatomis dan
transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata
dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan
keluarga terdekat.
pasal 15
a. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikanoleh
donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya,termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatya,
dankemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
b. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar ,bahwa calon donor
yang bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
11. Kapan manusia dikatakan mati?
Dunia Kedokteran menetapkan tiga fase kematian, dari mati klinis, mati otak hingga
fase final kematian secara biologis dimana jasad jadi kaku dan proses pembusukan
dimulai.
Fase pertama disebut mati klinis ditandai dengan berhentinya pernafasan dan detak
jantung. Juga impuls dari otak memudar dan pancaindera tidak lagi bereaksi.Jika
orang dipasangi alat kedokteran, akan terlihat di monitor bahwa kurvanya datar dan
tidak lagi berdetak. Beberapa kasus medis membuktikan, ada orang yang sudah
dinyatakan mati klinis selama beberapa menit, bisa hidup kembali setelah menjalani
proses reanimasi klinis. Misalnya dengan masase jantung, pemberian nafas buatan,
penggunaan defibrilator dan tindakan kedokteran lainnya. Ada yang kemudian hidup
sehat tapi ada pula yang mengidap dampak kesehatan.
Fase kedua kematian disebut Mati Otak . Pada tahapan ini semua fungsi otak
berhenti. Pasien biasanya masih bisa "hidup" karena dibantu alat-alat kedokteran,
seperti alat pernafasan alat pacu jantung dan lainnya.
Para dokter biasanya memutuskan pengambilan organ tubuh penting untuk
didonorkan pada fase kedua ini. Pertimbangnnya, organ-organ penting masih berfungsi
pada fase ini, walau tidak ada kendali dari otak.
Namun jika saat kematian fase ketiga sudah final, yakni kematian biologis, organ
tubuh yang diambil juga tidak ada gunanya lagi, karena sudah mati. Fase kematian
biologis ditandai dengan kematian milyaran sel-sel tubuh. Karena tidak ada regenerasi
sel, tanda-tanda kematian jelas terlihat. Kulit jasad menunjukkan bercak-bercak
kematian dan jasad menjadi kaku. Proses pembusukan juga dimulai dan berlangsung
cepat. Pada fase ini sudah tidak diragukan lagi. bahwa makhluk hidup sudah mati.
Dalam eutanasia direk yang dituju adalah kematian itu sendiri. Dengan itu, melakukan
tindakan mengakhiri hidup. Eutanasia direk tidak dibenarkan karena dianggap melampaui
wewenang manusia. Bentuk eutanasia ini bisa bersifat aktif (tindakan) dan bisa bersifat pasif
(pantang tindakan, kelalaian), yang dari sudut moral sama-sama keluar dari keputusan
kehendak yang positif yakni aku mau mematikan (aktif) dan aku mau lalai, membiarkan dia
mati (pasif).
Penilaian moral terhadap eutanasia direk ditegaskan: bahwa tidak seorang pun dapat dengan
cara apa pun memberikan izin untuk mematikan manusia yang tak bersalah, entah itu fetus
atau embrio, anak atau dewasa atau lanjut usia, entah karena penyakit yang tak
tersembuhkan, atau entah berada dalam sakratul maut.
13. Apa saja pertimbangan moralnya, untuk mengijinkan praktek hukuman mati?
Eutanasia indirek adalah bantuan dengan maksud meringankan penderitaan pasien atau
tidak memperpanjang sengsaranya. Tindakan ini ditempuh dengan maksud tidak
mendatangkan kematian, meskipun sebagai efek samping, pasien barang kali meninggal
dengan lebih cepat. Bantuan tersebut termasuk dengan pemberian segala macam obat,
narkotika, hipnotika, dan analgetik.
Usaha meringankan penderitaan seperti ini disebut duplex effectus, yaitu suatu tindakan yang
mempunyai dua akibat: yang satu baik dan yang satu lagi buruk. Perlu diperhatikan bahwa
tujuan kegiatan tersebut adalah baik tetapi efek sampinganya buruk. Menurut ajaran moral
katolik, tindakan duplex effectus dapat dibenarkan asal memenuhi tiga syarat[14]:
a. Tujuan yang baik tidak dicapai melalui efek yang buruk. Itu berarti bahwa penewasan
pasien tidak boleh menjadi sarana bagi pengurangan penderitaan. Tujuan yang baik pun
tidak menghalalkan sarana yang buruk.
b. Efek buruk dari tindakan (kematian pasien) tidak menjadi tujuan langsung tindakan
(pemberian narkotika); melainkan dibiarkan terjadi karena memang tidak dapat
dielakkan apabila tindakan demi pengurangan rasa sakit mau diberikan.
c. Alasan untuk mengambil tindakan ber-efek ganda itu harus cukup penting, misalnya:
rasa sakit memang tidak tertahankan lagi, sedangkan peredaannya hanya dapat tercapai
melalui narkotika yang mempunyai efek percepatan kematian itu.
15. Bagaimana anda menjelaskan tentang pembelaan yang adil terhadap hak hidup manusia?
Sakramen
1. Apa arti sakramen secara umum?
adalah tanda yang terlihat, yang dapat ditangkap oleh panca indra, yang dilembagakan
oleh Yesus dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai sarana yang dengannya rahmat dari
Allah dinyatakan melalui tanda yang diterimakan, yang membantu penerimanya untuk
berkembang dalam kekudusan, dan berkontribusi kepada pertumbuhan Gereja dalam amal-
kasih dan kesaksian.
2. Sebutkan 7 sakramen dalam gereja Katolik, dan berikan penjelasan singkat atas masing-
masing sakramen tersebut!
Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini
dilayankan dengan cara menyelamkan si penerima ke dalam air atau dengan mencurahkan
(tidak sekadar memercikkan) air ke atas kepala si penerima "dalam nama Allah Bapadan Allah
Putra dan Roh Kudus " (Matius 28:19). Pelayan sakramen ini biasanya
seorang uskup atau imam, atau (dalam Gereja Latin, namun tidak demikian halnya
dalam Gereja Timur) seorang diakon.
Penguatan atau Krisma adalah sakramen ketiga dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini
diberikan dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krisma, minyak yang telah dicampur
sejenis balsam, yang memberinya aroma khas, disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa,
baik dalam variasi Barat maupun Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti
sebuah meterai. Melalui sakramen ini, rahmat yang diberikan dalam pembaptisan "diperkuat
dan diperdalam" [1].
Seperti pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam
keadaan layak (artinya bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum diakui)
agar dapat menerima efek sakramen tersebut. Pelayan sakramen ini adalah
seorang uskup yang ditahbiskan secara sah; jika seorang imam (presbiter) melayankan
sakramen ini — sebagaimana yang biasa dilakukan dalam Gereja-Gereja Timur dan dalam
keadaan-keadaan istimewa (seperti pembabtisan orang dewasa atau seorang anak kecil yang
sekarat) dalam Gereja Ritus-Latin (KGK 1312–1313) — hubungan dengan jenjang imamat di
atasnya ditunjukkan oleh minyak (dikenal dengan nama krisma atau myron) yang telah
diberkati oleh uskup dalam perayaan Kamis Putih atau pada hari yang dekat dengan hari itu.
Ekaristi adalah sakramen (yang kedua dalam inisiasi Kristiani) yang dengannya umat Katolik
mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengorbanan
diri-Nya. Aspek pertama dari sakramen ini (yakni mengambil bagian dari Tubuh dan Darah
Yesus Kristus) disebut pula Komuni Suci. Roti (yang harus terbuat dari gandum, dan yang tidak
diberi ragi dalam ritus Latin, Armenia dan Ethiopia, namun diberi ragi dalam kebanyakan Ritus
Timur) dan anggur (yang harus terbuat dari buah anggur) yang digunakan dalam ritus Ekaristi,
dalam iman Katolik, ditransformasi dalam segala hal kecuali wujudnya yang kelihatan menjadi
Tubuh dan Darah Kristus, perubahan ini disebut transubstansiasi.
Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak
selaku pribadi Kristus sendiri. Diakon serta imam biasanya adalah pelayan Komuni Suci, umat
awam dapat diberi wewenang dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni Suci.
Sakramen Rekonsiliasi adalah yang pertama dari kedua sakramen penyembuhan, dan
juga disebut Sakramen Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat, dan Sakramen
Pengampunan[2]. Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang
telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Sakramen ini memiliki
empat unsur: penyesalan si peniten (si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus
rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang imam (boleh saja secara spirutual akan
bermanfaat bagi seseorang untuk mengaku dosa kepada yang lain, akan tetapi hanya imam
yang memiliki kuasa untuk melayankan sakramen ini), absolusi (pengampunan) oleh imam, dan
penyilihan
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua. Dalam sakramen ini
seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini.
"Pengurapan orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah
mencapai penggunaan akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia
lanjut" (kanon 1004; KGK 1514). Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi
kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Imamat atau Pentahbisan adalah sakramen yang dengannya seseorang dijadikan uskup,
imam, atau diakon, sehingga penerima sakramen ini dibaktikan sebagai citra Kristus. Hanya
uskup yang boleh melayankan sakramen ini.
Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan kegenapan sakramen Imamat
baginya, menjadikannya anggota badan penerus (pengganti) para rasul, dan memberi dia misi
untuk mengajar, menguduskan, dan menuntun, disertai kepedulian dari semua Gereja.
Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala
Gereja dan Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang
bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya,
teristimewa Ekaristi.
Pentahbisan seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Hamba
semua orang, menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan, khususnya
pada kegiatan Gereja dalam mengamalkan cinta-kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam
memberitakan firman Allah.
Pernikahan atau Perkawinan, seperti Imamat, adalah suatu sakramen yang mengkonsekrasi
penerimanya guna suatu misi khusus dalam pembangunan Gereja, serta menganugerahkan
rahmat demi perampungan misi tersebut. Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu tanda
cinta-kasih yang menyatukan Kristus dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan
suatu ikatan yang bersifat permanen dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah. Dengan
demikian, suatu pernikahan antara seorang pria yang sudah dibaptis dan seorang wanita yang
sudah dibaptis, yang dimasuki secara sah dan telah disempurnakan dengan persetubuhan,
tidak dapat diceraikan sebab di dalam kitab suci tertulis
3. Jelaskan arti dan makna sakramen pembaptisan!
Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dari
hukuman akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian
dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat pembenaran
yang mempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya).
Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan
merupakan landasan komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen.
Pembaptisan menganugerahkan kebajikan-kebajikan "teologis" (iman, harapan dan kasih) dan
karunia-karunia Roh Kudus. Sakramen ini menandai penerimanya dengan suatu meterai rohani
yang berarti orang tersebut secara permanen telah menjadi milik Kristus.
g. Siapa yang berhak menerima sakramen pengurapan orang sakit (minyak suci), dan berapa
kali sakramen pengurapan bisa diterima?
Pengurapan orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah
mencapai penggunaan akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia
lanjut" (kanon 1004; KGK 1514). Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya
kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.