Anda di halaman 1dari 11

“Pandangan Mahasiswa-Mahasiswi UNIKA Santu Paulus Ruteng

Tentang Aborsi dan Implikasi Pastoral”

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kehidupan merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan Sang

Pencipta kepada mahluk ciptaan-Nya. Anugerah istimewa itu diberikan semata-

mata oleh Sang Pencipta. Anugerah kehidupan adalah bukti nyata bahwa Sang

Pencipta (Tuhan) sangat mencintai dan mengasihi mahluk ciptaan-Nya. Tuhan

menganugerahkan kehidupan kepada mahluk ciptaan-Nya dengan maksud dan

tujuan tertentu. Mahluk hidup hendaknya menghidupi kehidupan tersebut sebagai

bentuk pertanggungjawabannya sebagai mahluk ciptaan (Ghristianto, 2019: 40).

Pertanggungjawaban itu dibuktikan melalui penghargaan terhadap kehidupan itu

sendiri. Penghargaan terhadap kehidupan dilihat sebagai wujud dari rasa syukur

terhadap anugerah Sang Pencipta. Menghargai kehidupan juga merupakan bentuk

tanggung jawab mahluk hidup atas kehidupan yang diterimanya, karena Tuhan

menginginkan mahluk hidup untuk terus menghidupi kehidupan yang Ia berikan.

Dengan demikian mahluk ciptaan Tuhan tidak akan punah melainkan terus hidup

di dunia yang merupakan alam ciptaan-Nya.

Manusia adalah mahluk hidup yang kepadanya juga dianugerahi

kehidupan. Kehidupan manusia dimulai saat sel sperma membuahi sel telur dalam

kandungan atau rahim seorang wanita atau ibu. Peristiwa pembuahan ini disebut
sebagai kehamilan. Sejak persitiwa inilah hidup manusia mulai dilindungi dan

dihormati sebagai pribadi manusia dan hak-haknya mulai diakui lebih khusus

berkaitan dengan hak hidupnya. Kehamilan ini menjadi sebuah kebahagiaan

dalam hidup berkeluarga, karena menurut sebagian besar keluarga mengatakan

bahwa anak adalah harta istimewa dari Tuhan dan menjadi sumber kebahagiaan.

Bagaimana tidak dengan peristiwa kehamilan, manusia dilibatkan dalam karya

prokreasi Allah. Allah menghendaki agar manusia beranak-cucu dan berkembang

biak di bumi (lih. Kej 1:28). “Karena itu Allah sendirilah yang membentuk

manusia sejak dalam kandungan ibunya, seperti dalam teks Kitab “Tuhan telah

memanggil aku sejak dari kandungan dan telah menyebut namaku sejak dari perut

ibuku” (Yesaya 49:1) dan “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu,

Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku

telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi

bangsa-bangsa” (Yeremia 1:5)” Lon (2020:18). Kehadiran seorang anak memberi

pengaruh positif bagi kehidupan keluarga. Kehadiran anak ini bukan atas dasar

kemauan manusia semata, tetapi atas rencana Tuhan sendiri. Karena itu Tuhanlah

yang membentuk manusia sejak dalam proses pembuahan di dalam rahim atau

kandungan ibunya sampai pada kematiannya.

Manusia disebut sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa.

Selain diberi anugerah kehidupan, manusia sendiri juga diciptakan oleh Tuhan

menurut gambar dan rupa-Nya. Tidak hanya itu, manusia juga diberi tugas oleh

Allah untuk menguasai kehidupan atas mahluk-mahluk lain yang ada di bumi (lih.

Kej 1:27-28). Manusia juga terlihat sempurna ketika Tuhan menganugerahkan


pikiran atau akal budi dan hati nurani untuk melihat, menilai dan memikirkan

tentang semua peristiwa yang terjadi di bumi. Melihat posisi dan peranan manusia

yang begitu istimewa di mata Tuhan, maka sehendaknya manusia harus lebih

mengerti dan mendalami tentang kehidupan manusia itu sendiri. Bukti bahwa

manusia telah memahami konsep kehidupan yang diberikan Tuhan, yaitu dilihat

dari bagaimana ia menjadi berbuat atau melakukan sesuatu untuk kehidupannya.

Tuhan tidak menuntut banyak atas segala yang Ia perbuat bagi manusia.

Tuhan hanya ingin kehidupan yang Ia anugerahkan kepada manusia terus

dihidupi. Anugerah kehidupan itu kiranya menjadi sebuah kesempatan istimewa

bagi manusia, karena anugerah hanya diberikan sekali oleh Tuhan. Karena itu,

Tuhan ingin agar manusia menggunakan kesempatan istimewa ini untuk berbuat

sesuatu yang berguna. Banyak orang sakit dan yang mengalami penditaan terus

mengharapkan kehidupan untuk tetap berada dalam dirinya. Maka timbullah

semangat dari dalam diri mereka untuk mempertahankan kehidupan. Ini adalah

salah satu bentuk penghargaan manusia terhadap kehidupan itu sendiri, dan inilah

yang diharapkan Tuhan kepada manusia sebagai mahluk ciptaan-Nya.

Dalam Ajaran Kristiani, Gereja dengan tegas mengajak semua umat Tuhan

untuk menghormati kehidupan manusia itu sendiri bahkan sejak pertama kali ia

dibentuk dalam kandungan seorang wanita atau ibu dan saat itulah sebuah

kehidupan baru dimulai. Kehidupan baru itu hendaknya dijaga, dihormati dan

dilindungi oleh kita semua karena ia mempunyai hak-hak pribadi diantaranya hak

kehidupan yang tidak dapat diganggu gugat (KGK art 2270). Tuhan telah
memberikan kepercayaan kepada manusia untuk melindungi dan melestarikan

keluhuran hidup dengan cara yang layak (GS 51).

Tetapi sangat disayangkan, tidak semua manusia menghargai kehidupan.

Masih ada beberapa bahkan banyak manusia yang merusak dan menghilangkan

kehidupan itu. Salah satunya yaitu tindakan aborsi. Saat ini, kasus aborsi semakin

marak terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Kata aborsi berasal dari bahasa

Latin abortus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi diartikan sebagai

pengguguran kandungan. Secara umum aborsi di berarti perbuatan untuk

menghentikan kehamilan dengan cara mengeluarkan janin atau embrio dari dalam

kandungan sebelum waktunya (kelahiran normal) sehingga berakibat fatal yang

menyebabkan kematian janin atau embrio tersebut. Pada saat janin atau embrio

dikeluarkan, ia belum bisa bertahan hidup di luar kandungan. Aborsi pada

umumnya dinilai sebagai tindakan pidana karena melanggar hak asasi manusia.

Dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan PP No. 61 Tahun 2014

tentang Kesehatan Reproduksi, aborsi digolongkan ke dalam 2 jenis yaitu aborsi

spontan dan aborsi buatan. Pertama, aborsi spontan yaitu aborsi yang terjadi

secara alami atau dengan sendirinya tanpa ada unsur kesengajaan atau tindakan

dari luar seperti tindakan medis. Aborsi ini biasa disebut keguguran dan aborsi

jenis ini tidak termasuk dalam tindakan pidana. Kedua, aborsi buatan yaitu

pengguguran kandungan yang direncanakan seperti melalui tindakan medis seperti

obat-obatan atau dengan tindakan lainnya yang mempunyai unsur kesengajaan

dengan maksud atau tujuan tertentu. Aborsi jenis ini termasuk dalam tindakan

kriminal atau kejahatan karena melanggar hukum dalam KHUP pasal 346-349 dan
UU No 36 tahun 2009, kecuali karena adanya alasan medis seperti penyakit

(ginjal, jantung dan hati), cacat bawaan janin yang serius, dll yang membahayakan

atau mengancam jiwa dari Ibu dan janin, serta kehamilan yang diakibatkan dari

tindakan kejahatan seperti pemerkosaan yang menyebabkan trauma psikis pada

korban (ibu). Sedangkan selain kedua alasan tersebut, aborsi adalah tindakan

kriminal sehingga para pelaku mendapat hukuman pidana sesuai dengan undang-

undang yang berlaku.

Ada banyak alasan orang melakukan aborsi. Secara umum aborsi

dilakukan karena beberapa alasan berikut: kurang mampu (masalah perekonomian

atau finansial), usia yang terlalu muda, kehamilan yang tidak diinginkan (akibat

pemerkosaan), jarak kehamilan yang terlalu dekat, kurangnya dukungan keluarga

atau bahkan tidak diterima di tengah keluarga (kehamilan dilihat sebagai aib

keluarga), masalah dengan pasangan yang menyebabkan pengambilan keputusan

singkat untuk melakukan aborsi, tidak ingin memiliki anak, tekanan sosial baik

dari di tengah keluarga maupun di lingkungan masyarakat karena hamil di luar

pernikahan. Sedangkan penyebab lainnya yakni: terlalu banyak anak, anak masih

kecil, hamil di umur yang terlalu tua, tidak siap menjadi ibu, masih sekolah,

mementingkan karir (Wahyuningsih, 2012).

Menurut Edmundson (dalam Lon, 2020:17), tindakan aborsi berpotensi

memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan seorang wanita

seperti:dapat menyebabkan seorang wanita (ibu) meninggal karena pendarahan

yang hebat, pembiusan yang gagal, infeksi serius sekitar kandungan, rahim yang

sobek, kerusakan leher rahim, kanker payudara, kanker indung telur, kanker hati,
kanker leher rahim, kelainan placenta, kemandulan, infeksi panggul, infeksi

rongga dan infeksi pada lapisan rahim; Secara psikologis, wanita akan menderita

“Post Abortion Syndrome” yaitu berupa perasaan bersalah dalam waktu yang

lama, depresi yang mengakibatkan ketidakberfungsian secara sosial dan seksual.

Selain itu juga, aborsi mempunyai dampak atau resiko yang berat terutama

bila dilakukan bukan oleh tenaga medis untuk alasan yang tepat, dan dilakukan

dengan metode yang tidak aman, di tempat dengan fasilitas terbatas. Beberapa

resiko tersebut, antara lain: perdarahan berat, rusaknya kondisi rahim atau infeksi

akibat aborsi yang tidak tuntas, beberapa gangguan sistem reproduksi, seperti

penyakit radang panggul, kemandulan, terjadinya kehamilan ektopik  pada

kehamilan berikutnya, terutama jika terjadi infeksi akibat aborsi yang tidak

ditangani dengan tepat, kondisi serviks yang tidak optimal lantaran dilakukan

aborsi berkali-kali, sehingga meningkatkan risiko keguguran di kemudian hari

(Noya, 2018). Saat ini maraknya kasus aborsi bukan lagi menjadi peristiwa asing

di tengah kehidupan masyarakat. Kompas (2009) menyebutkan angka 2,3 juta

kasus aborsi per tahun dengan rincian yakni perempuan berusia 10 s/d 59 tahun

yang pernah menikah, ditemukan 60.757 responden. Dari 60.757 ibu yang berusia

10 s/d 59 tahun yang menjadi sampel penelitian tersebut, sebagian besar berusia di

atas 35 tahun, yaitu 59,4%. Sementara itu, sepertiga berikutnya berusia antara 25

s/d 34 tahun. Sisanya kurang dari 26 tahun, bahkan yang termuda berusia 10 tahun

(Pranata dan Sadewo: 180). Berdasarkan data-data tersebut penulis berasumsi

bahwa kasus aborsi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat yang sudah

berkeluarga, tetapi juga sudah masuk dalam kalangan pelajar dan mahasiswa.
Saat ini tidak sedikit mahasiswa yang terjerumus dalam pergaulan bebas.

Pergaulan bebas sangat bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam

kehidupan masyarakat. Norma adalah kaidah atau aturan yang mengatur relasi

kehidupan di dalam suatu kelompok masyarakat. Pergaulan bebas merupakan

sebuah pelanggaran terhadap norma. Salah satu perilaku mahasiswa yang

melanggar norma adalah seksual pranikah. Kini seks pranikah semakin marak

terjadi dalam kehidupan masyarakat. Hal itu tidak terlepas dari kehidupan

mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Pergaulan bebas

inilah yang menggiring mahasiswa masuk ke dalam praktik seks pranikah. Seks

seakan-akan menjadi lumrah dan bukan hal yang asing untuk dibicarakan. Praktik

seks nikah bukan menjadi hal yang tabu dalam kehidupan mahasiswa. Ada banyak

akibat seks pranikah, salah satunya yaitu hamil di luar nikah.

Pergaulan bebas yang menggiring ke dalam praktik seks pranikah juga

masuk dalam lingkup kehidupan mahasiswa-mahasiswi Universitas Katolik

Indonesia Santu Paulus Ruteng. Kehamilan di luar nikah sebagai hasil praktik

seks pranikah itu pun tidak dapat dihindari.

Dalam kehidupan sosial masyarakat pada umumnya, kehamilan yang

terjadi di luar perkawinan yang sah (hamil di luar nikah) dilihat sebagai sebuah

aib. Bagi mereka itu merupakan sebuah masalah, sehingga seorang wanita yang

hamil di luar nikah seringkali tidak diterima dengan baik dalam kehidupan

masyarakat; dia dicibir, dikucil, dimarahi, dianggap sebagai aib dalam keluarga,

dikeluarkan dari lembaga pendidikan (pelajar/mahasiswa) dan bahkan diusir dari

suatu kelompok masyarakat. Tekanan lain yang ia alami yaitu pasangan yang
tidak mau bertanggung jawab, hubungan terlarang, dll. Akibat tekanan-tekanan

tersebut, maka salah satu jalan keluar yang diambil adalah tindakan aborsi.

Ada banyak kasus aborsi yang terjadi di kalangan mahasiswa. Salah

satunya terjadi di kalangan mahasiswa UNIKA Santu Paulus Ruteng; “Seorang

mahasiswi semester akhir UNIKA Santu Paulus Ruteng berhasil diamankan oleh

pihak kepolisian Kabupaten Manggarai setelah terbukti sebagai pelaku

pembuangan bayi yang ditemukan pada tanggal 24 Oktober 2019 di Ngencung,

Kelurahan Watu, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. Menurut

pengakuannya, bayi malang tersebut lahir pada hari Selasa 22 Oktober 2019

tengah malam. Setelah kelahiran, bayi tersebut dibekap dan disimpan di bawah

kolong tempat tidur. Keesokan harinya (Rabu, 23 Oktober 2019), bayi itu

dikuburkan di belakang rumahnya. Dan kemudian pada hari Kamis, 24 Oktober

2019 dia membuangnya ke tepi sungai dekat tempat tinggalnya. Hingga akhirnya

bayi tersebut ditemukan oleh seorang warga yang hendak mencari makanan babi”

(Nathael, 2019).

Kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan dan kaum intelektual diharapkan agar

mengerti dan menyadari nilai luhur dari kehidupan itu sendiri. Karena itu,

implikasi pastoral yang ingin dikaji oleh penulis dalam penelitian ini adalah

sejauh mana manusia (mahasiswa) sebagai insan yang beriman menyadari

tanggung jawab atas kehidupan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.

Baca dan kutip juga:

- Kitab Hukum Kanonik pasal 1397-1398


- Ensiklik Paus Paulus VI: Humanae Vitae

- Ensiklik Paus Yihanes Paulus II: Evangelium vitae

- Ensiklopedi Gereja katolik

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang masalah di atas memberi

dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian: Bagaimana

pandangan mahasiswa-mahasiswi Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus

Ruteng tentang Aborsi dan implikasi pastoralnya?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan ini adalah

mendeskripsikan pandangan mahasiswa-mahasiswi Universitas Katolik Indonesia

Santu Paulus Ruteng tentang Aborsi dan implikasi pastoralnya.

1.4. Manfaat Penulisan

Tulisan ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu manfaat teoretis dan

manfaat praktis, yakni:

1. Manfaat Teoretis

Kajian tulisan ini bermanfaat untuk menambah ilmu terutama berkaitan

dengan Aborsi dalam pandangan mahasiswa/i Unika Santu Paulus Ruteng dan

implikasi pastoralnya.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

- Sebagai syarat mendapat gelar S1.

- Untuk mendalami dan mengembangkan pengetahuan tentang aborsi.

Penulis dapat mengetahui dampak dan mencari solusi atas masalah-

masalah yang berkaitan dengan aborsi, sehingga bila kelak penulis

berperan sebagai pendidik dan agen pastoral (katekis), penulis dapat

menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki kepada peserta didik dan

umat di tengah kehidupan masyarakat.

b. Bagi lembaga Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

Tulisan ini kiranya bermanfaat bagi lembaga Unika Santu Paulus

Ruteng terlebih khusus bagi para mahasiswa/i agar memiliki dan

menambah pengetahuan tentang aborsi dan implikasi pastoralnya sehingga

memiliki pemahaman yang cukup mengenai aborsi. Dengan demikian

mahasiswa/i sekiranya menjadi agen untuk membantu diri sendiri dan

sesama untuk mengatasi masalah aborsi.

c. Bagi Masyarakat

Tulisan ini kiranya bermanfaat bagi masyarakat agar memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang aborsi dan implikasi

pastoralnya bagi kehidupan, sehingga dapat mengurangi dan mencegah

terjadinya masalah aborsi.

d. Bagi Pemerintah
Tulisan ini kiranya membantu pemerintah dan terdorong untuk

bekerja sama dengan Gereja untuk mengatasi masalah aborsi yang terjadi

di tengah masyarakat.

1.5. Metode Penulisan

Untuk menggali lebih dalam mengenai pandangan mahasiswa-mahasiswi

tentang aborsi dan implikasi pastoralnya, penulis ingin meneliti dengan

menggunakan metode penelitian pustaka dan kuantitatif. Mengenai metode

penelitian pustaka, peneliti mengumpulkan data menggunakan bahasan atau

bahan-bahan bacaan seperti buku-buku, kamus, artikel, data penelitian, dan

dokumen lainnya yang terkait dengan topik penelitian. Sedangkan untuk metode

penelitian kuantitatif, peneliti mengumpulkan melalui teknik penyebaran angket.

Metode penulisan akan masuk bab 3. Di sini anda perlu buat sistimatika penulisan: bab

1 tentang latarblekang (dijelaskan sedikit), bab 2, Kajian teori (jelaskan tentang apa) bab

3 tentang metode penelitian (jelaskan sedikit) bab 4 tentang pandangan Mahasiswa

(jelaskan sedikit) , lalu pentup (jelaskan sedikit).

Anda mungkin juga menyukai