Fasilitas daratan terdiri dari fasilitas pokok dan fasilitas penunjang, yaitu:
a. Faslitas pokok, meliputi:
• Terminal penumpang
• Penimbangan kendaraan bermuatan
• Jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way)
• Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa
• Fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker)
• Instalasi air, listrik dan telekomunikasi
• Akses jalan dan/atau jalur kereta api
• Faslitas pemadam kebakaran
• Tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal.
b. Fasilitas Penunjang, meliputi :
• Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhanan.
• Tempat penampungan limbah.
• Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan
• Areal pengembangan pelabuhan.
• Fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan kesehatan).
Fasilitas perairan terdiri dari fasilitas pokok dan fasilitas penunjang, yaitu:
a. Fasilitas pokok, meliputi:
• Alur pelayaran
• Fasilitas sandar kapal
• Fasilitas bongkar muat
• Perairan tempat labuh
• Kolam pelabuhan.
• Bangunan Pelindung Pantai
Dalam sidak pertamanya ke pelabuhan Merak sejak dilantik sebagai Menteri Perhubungan,
Mangindaan mendapat penjelasan secara komprehensif mulai dari pelabuhan, kondisi kapal-
kapal yang melayani penyebrangan Merak Bakauheuni hingga fasilitas yang tersedia di kawasan
pelabuhan.
Menhub juga menyempatkan naik ke kapal penyebrangan dan menanyakan kelengkapan alat-alat
keselamatan yang tersedia di kapal tersebut, fasilitas dan ruang penumpang di kapal serta melihat
antrian truk-truk saat masuk ke kapal. Tidak ketinggalan menanyakan fasiitas yang tersedia di
ruang tunggu penumpang.
Saat naik ke atas jembatan yang menghubungkan antara ruang tunggu penumpang ke kapal,
Menhub menanyakan fasilitas untuk orang cacat, ibu hamil dan manula. Danang mengatakan
bahwa fasiltas tersebut sudah tersedia.
Meski sudah tersedia Menhub minta pengelola penyebrangan untuk menyediakan lebih banyak
lagi fasitas khusus tersebut. "Harusnya fasilitas-fasilitas khusus untuk manula, ibu hamil dan
menyandang cacat disediakan. Kalaupun sudah ada sebaiknya di tambah sejalan dengan terus
meningkatnya pengguna jasa pelabuhan," kata Mangindaan.
Pelabuhan Tangjung Wangi yang dahulu bernama Pelabuhan Meneng yang berfungsi sebagai
pelabuhan terbuka bagi perdagangan luar negeri serta untuk lebih memberikan citra daerah pada
pelabuhan dimaksud, maka Pelabuhan Meneng resmi menjadi pelabuhan diusahakan berdasar
Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.119/0/Phb-95 tanggal 2 Nopember 1973.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.3/AL.106/Phb-95, tanggal 12
Mei 1995 nama Pelabuhan Meneng diubah menjadi Pelabuhan Tanjung Wangi.
Fasilitas yang tersedia untuk menunjang kegiatan operasional pelabuhan Tanjung Wangi sebagai
berikut :
FASILITAS
NO. URAIAN SATUAN
TERSEDIA
1 2 3 4
PELAYANAN
A
JASA KAPAL
01. Labuh
a. Kolam Pelabuhan Ha 316
b. Penahan
M' 0
Gelombang
02. Tambatan
a. B e t o n M' 518
b. Besi / Kayu M' 0
03. Kapal/Motor
Unit 1
Pandu
Kapal/Motor Kepil Unit 1
04. Kapal Tunda
a. s/d 800 PK Unit 1
b. 801 s/d 1200 PK Unit 0
PELAYANAN
B
JASA BARANG
01. Dermaga M2 7,770
02.01. Gudang
Penumpukan M2 0
Diusahakan
02.02. Gudang
Penumpukan M2 5,050
Disewakan
03.01. Lapangan
Penumpukan M2 24,208
Disewakan
PENGUSAHAAN
C
ALAT-ALAT
01.01. Peralatan
Unit 2
PMK Diusahakan
PELAYANAN
D
TERMINAL (B/M)
01. Spreader Unit 1
02. Reefer Plugs Unit 10
PENGUSAHAAN
E
TBAL
01.01. Tanah
M2 145,600
Daratan
01.02. Tanah
M2 149,000
Perairan
02. Bangunan M2 1,471
03. Kapasitas
Penyediaan Air M3 650,000
Minum
04. Kapasitas
KVA 252
Penyediaan Listrik
FASILITAS
F RUPA-RUPA
USAHA
01. Gate Pas
Pelabuhan dan Unit 2
Retribusi
02. Terminal
M2 675
Penumpang
Realisasi
Keterangan SATUAN
2009 2010 2011
I. ARUS KAPAL Unit 1,253 1,262 1.471
GT 2,023,088 2,326,956 2.861.939
V. ARUS HEWAN
Luar Negeri Ekor - - -
Dalam Negeri Ekor - 2,419 4.852
KAPASITAS
MUAT PNP &
NAMA KEND
NO PERUSAHAAN GRT
KAPAL
Roda KEND
Pnp
2 CAMP
DERMAGA
A MB /
PONTON:
Kmp. Prathita PT. Indonesia
1 507 400 90 24
IV Ferry (Persero)
PT. Indonesia
2 Kmp. Mutis 621 399 65 19
Ferry (Persero)
Kmp.Gilimanuk
3 PT. Jemla Ferry 733 400 90 39
I
Kmp.Gilimanuk
4 PT. Jemla Ferry 840 397 85 40
II
PT. Putera
5 Kmp.Nusa Dua 536 349 135 40
Master
Kmp.Nusa PT. Putera
6 497 346 135 37
Makmur Master
Kmp. Rajawali PT. Jembatan
7 815 369 140 44
Nusantara Madura
Kmp.Marina PT. Jembatan
8 688 400 175 59
Pratama Madura
Kmp.Satria PT. Jembatan
9 656 360 125 60
Nusantara Madura
Kmp, Niaga PT. Jembatan
10 421 395 100 40
Ferry II Madura
PT. Lintas
11 Kmp.Edha Sarana 456 395 93 38
Nusantara
Kmp.Dharma PT. Dharma
12 496 424 150 38
Rucitra Lautan Utama
Kmp. Pottre PT. Dharma
13 797 310 130 35
Koneng Lautan Utama
Kmp.Trisila
14 PT. Trisila Laut 669 397 150 47
Bhakti I
Kmp.Trisila
15 PT. Trisila Laut 525 295 125 41
Bhakti II
Kmp.Sereia DoPT. Ply. Surya
16 409 430 110 30
Mar TimurLine.
PT. Ply. Surya
17 Kmp. Yunicee - - - -
TimurLine.
Jumlah Kapasitas Muat / Angkut Per
6.112 1.893 631
Trip ( A )
DERMAGA
B.
LCM :
Kmp. Pertiwi PT. Jembatan
18 605 299 110 30
Nusantara Madura
Kmp. Labitra PT. Labitra
19 671 368 300 46
Risa Bahtera Pratama
Kmp. Labitra PT. Labitra
20 674 351 275 48
Safinah Bahtera Pratama
Kmp. Labitra PT. Labitra
21 669 348 200 48
Adinda Bahtera Pratama
Kmp. Dharma PT. Dharma
22 421 299 130 25
Ferry I Lautan Utama
JUMLAH 1.665 1.015 197
TOTAL
KAPASITAS 6603 2893 858
KMP
KAP
ANGKUT 314 138 41
PER TRIP
KAPAL LCT :
PT. Lintas
Lct. Trisna
23 Sarana 876 16
Dwitya
Nusantara
PT. Lintas
Lct. Bhaita
24 Sarana 536 14
Caturtya
Nusantara
PT. Lintas
25 Lct. Arjuna Sarana 221 9
Nusantara
Lct. Putri PT. Pelayaran
26 497 17
Sritanjung Banyuwangi S.
Lct. Putri PT. Pelayaran
27 529 17
Sritanjung I Banyuwangi S.
PT. Duta Bahari
28 Lct. Jambo VI 423 15
Menara Line
Lct. Trisakti PT. Trisakti
29 669 14
Adinda Lautan Mas
PT. Pelayaran
Lct. Trans Jawa
30 Makmur 669 16
9
Bersama
PT. Pelayaran
Lct. Pancar
31 Makmur 18
Indah
Bersama
Lct. Tunu Jaya
32 PT. Raputra Jaya 734 20
Pratama
PT. Herlin
33 Lct. Herline IV 20
Samudra Line
Lct. Cipta PT. Bahtera
34 19
Harapan XII Ferry Sentosa
Pelabuhan Banyuwangi (Boom) merupakan salah satu pelabuhan yang ada di Kabupaten
Banyuwangi. Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 56 Tahun 2002,
penyelenggaraan pelabuhan Banyuwangi (Boom) ini dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi
Jawa Timur. Kawasan pelabuhan ini berada dalam kawasan milik PT. PELINDO III.
Selama ini pelabuhan Banyuwangi (Boom) dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yaitu :
Dari beberapa kegunaan diatas, manfaat sebagai tempat wisata dan rekreasi cukup menonjol
sehingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menaruh perhatian untuk melakukan kerjasama
dengan PT. PELINDO III sebagai penguasa kawasan tersebut dan mengembangkannya sebagai
salah satu tujuan wisata dan rekreasi bagi masyarakat Banyuwangi.
Pengembangan Pelabuhan Banyuwangi (Boom) sebagai tujuan wisata dan rekreasi tentu tidak
akan meninggalkan fungsi utamanya sebagai Pelabuhan, dimana dalam hal ini Pemerintah
Provinsi Jawa Timur telah mulai melakukan pengembangannya sejak beberapa tahun terakhir.
Untuk kepentingan pengembangan Pulau Tabuhan sebagai tujuan wisata tersebut perlu adanya
dukungan infrastruktur transportasi. Pada tahun 2012, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Banyuwangi akan melaksanakan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan
dan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Watudodol – Pulau Tabuhan yang nantinya
terintegrasi juga dengan pengembangan kawasan pantai Watudodol sebagai rest area.
Pelabuhan perairan pedalaman adalah pelabuhan yang berada diperairan pedalaman sungai besar
yang bisa dilayari, kanal/anjir ataupun di danau. Pelabuhan pedalaman bisa berfungsi
sebagaimana pelabuhan laut dengan berbagai kegiatan bongkar muat termasuk kapal peti kemas,
tangker, kapal roro dan sebagainya seperti pelabuhan Boom Baru di Palembang, Pelabuhan
Trisakti[1] berada di belahan kota Banjarmasin ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, terletak di
tepi Sungai Barito,sekitar 20 mil dari muara Sungai Barito pada posisi 03" 20" 18" LS, 114" 34"
48" BT. Pelabuhan Banjarmasin merupakan pendukung utama transportasi laut yang secara
langsung maupun tidak langsung berperan aktif dalam pembangunan ekonomi Propinsi
Kalimantan Selatan. Karena melalui perairan pedalaman biasanya draft kapal tidak terlalu dalam
tergantung kepada sungai yang dilewati.
Pelabuhan didefinisikan[2] sebagai tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat
barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi. Sedang Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang
digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau.
Daftar isi
Beberapa ketentuan umum yang terkait dengan pelabuhan Sungai dan danau sebagaimana diatur
dalam peraturan perundangan antara lain:
1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang,
berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi.
2. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut
dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut.
3. Pelabuhan sungai dan danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan sungai
dan danau yang terletak di sungai dan danau.
4. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan
untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang
dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau
antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan
tata ruang wilayah.
5. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran,
fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta
keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
6. Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pengaturan ruang kepelabuhanan nasional yang
memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki pelabuhan secara nasional
yang merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian, dan
pengembangan pelabuhan.
7. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan
untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
8. Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang
dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan untuk mengangkut
penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan
danau.
9. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau
terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan.
10. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja
perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran.
11. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata
guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan.
12. Kepelabuhanan adalah meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk
menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan atau
barang, keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan atau antarmoda transportasi serta
mendorong perekonomian nasional dan daerah.
13. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran,
fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta
keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
Rencana lokasi pelabuhan sungai dan danau secara hierarki pelayanan angkutan sungai dan
danau terdiri atas:
1. pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau;
dan/atau
2. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan penyeberangan:
Rencana lokasi pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan sungai
dan danau dan/atau penyeberangan disusun dengan berpedoman pada:
Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan untuk pelabuhan sungai dan danau ditetapkan oleh bupati/walikota. Pembangunan
pelabuhan sungai dan danau wajib memperoleh izin dari bupati/walikota. Pembangunan
pelabuhan sungai dan danau dilaksanakan berdasarkan persyaratan teknis kepelabuhanan,
kelestarian lingkungan, dengan memperhatikan keterpaduan intra dan antarmoda transportasi.
Pelabuhan sungai dan danau hanya dapat dioperasikan setelah selesai dibangun dan memenuhi
persyaratan operasional serta memperoleh izin. Izin mengoperasikan pelabuhan sungai dan
danau diberikan oleh bupati/walikota.
Fasilitas Pelabuhan
Fasilitas penunjang
Dermaga
Terdiri struktur yang sejajar pantai, berupa tembok yang berdiri diatas pantai, dapat dibangun
dengan beberapa pendekatan konstruksi diantaranya sheet pile baja/beton, caisson beton atau
open filled structure.
Dermaga Quay wall adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan relatif berimpit dengan
pantai (kemiringan pantai curam).
Konstruksi dermaga biasanya dibangun langsung berhimpit dengan areal darat.
Kedalaman perairan cukup memadai dan memungkinkan bagi kapal merapat dekat sisi darat
(pantai). Kedalaman perairan tergantung kepada ukuran kapal yang akan berlabuh pada
dermaga tersebut.
Kondisi tanah cukup keras
Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh pada detail
dimensi struktur yang dibutuhkan.
Dermaga ‘dolphin’
Tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang pancang. Biasanya dilokasi dgn pantai yang
landai, diperlukan jembatan trestel sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan.
Dermaga dolphin adalah sarana tambat kapal yang fasilitas bongkar muatnya ada di haluan atau
buritan.
Jarak kedalaman perairan yang disyaratkan dari pantai relatif cukup panjang.
Terdapat konstruksi tambahan berupa jembatan dermaga (trestel), tanggul atau dapat juga
keduanya.
Sarana tambat yang akan direncanakan terdiri dari struktur breasting dan mooring yang
dihubungkan dengan catwalk.
Posisi breasting berfungsi utama sebagai sarana sandar kapal, tapi juga dapat berfungsi sebagai
sarana tambat kapal jika dipasang bollard, sedangkan mooring dolphin berfungsi menahan kapal
sehingga tetap berada pada posisi sandar.
Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh pada detail
dimensi struktur yang dibutuhkan.
Dermaga apung yang digunakan untuk Ferry Penyeberangan di sungai Saigon, Vietnam
Dermaga apung adalah tempat untuk menambatkan kapal pada suatu ponton yang mengapung
diatas air. Digunakannya ponton adalah untuk mengantisipasi air pasang surut laut, sehingga
posisi kapal dengan dermaga selalu sama, kemudian antara ponton dengan dermaga dihubungkan
dengan suatu landasan/jembatan yang flexibel ke darat yang bisa mengakomodasi pasang surut
laut. Biasanya dermaga apung digunakan untuk kapal kecil, yach atau feri seperti yang
digunakan di dermaga penyeberangan yang banayak ditemukan di sungai-sungai yang
mengalami pasang surut.
Ada beberapa jenis bahan yang digunakan untuk membuat dermaga apung seperti:
Dermaga ponton baja yang mempunyai keunggulan mudah untuk dibuat tetapi perlu
perawatan, khususnya yang digunakan dimuara sungai yang airnya bersifat lebih korosif.
Dermaga ponton beton yang mempunyai keunggulan mudah untuk dirawat sepanjang tidak
bocor.
Dermaga ponton dari kayu gelondongan, yang menggunakan kayu gelondongan yang berat
jenisnya lebih rendah dari air sehingga bisa mengapungkan dermaga.
Desain Dermaga
Posisi dermaga ditentukan oleh ketersediaan lahan dan kestabilan tanah disekitar sungai.
Panjang dermaga dihitung berdasarkan kebutuhan kapal yang akan berlabuh, dasar
pertimbangan desain panjang dermaga yang bisanya dijadikan acuan adalah 1.07 sampai 1,16
panjang kapal (LOA)
Lebar dermaga disesuaikan dengan kemudahan aktivitas bongkar muat kapal dan pergerakan
kendaraan pengangkut di darat.
Letak dermaga dekat dengan fasilitas penunjang yang ada di daratan.
Elevasi dermaga ditentukan dengan memperhatikan kondisi elevasi muka air sungai/pasang
surut.
Kondisi tanah, merupakan faktor utama dalam penentuan jenis quay wall yang akan dipilih
Tekanan tanah
Muatan pada dermaga, beban merata, beban titik, gaya-gaya mooring (yang diterima melalui
bollard ataupun fender
Kedalaman didepan dermaga
Pengaruh pasang surut dan garis air
Faktor-faktor sekunder lainnya seperti angin, arus, gelombang, dan beberapa faktor minor
lainnya.
Platform terapung seperti halnya pontoon harus didisain hingga taraf kestabilan dan keamanan
yang diinginkan. Pontoon tersebut haruslah memiliki area permukaan dan tinggi freeboard yang
mencukupi sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dimensi pontoon yang didisain akan
tergantung dari tipe pembebanan yang digunakan. Freeboard dapat diperhitungkan dan diatur
sesuai dengan daya apung masing masing komponen apung dengan diperhitungkan Beban mati
dan Beban hidup yang bekerja diatas pontoon apung tersebut. Masing masing bahan apung
mempunyai daya dan kapasitas apung berbeda beda.
Beban-beban yang harus dipertimbangkan yang dapat bekerja pada sebuah pontoon.
1. Beban statik dan beban hidup.
2. Reaksi dari jalan akses (jembatan atau gangway).
3. Tekanan hidrostatis.
4. Beban mati.
5. Gaya angkat.
Perangkat bongkar muat pelabuhan merupakan hal yang penting khususnya untuk angkutan
barang.
1. Kran untuk bongkar muat muatan dari darat ke kapal atau sebaliknya. Untuk peti kemas dalam
jumlah yang kecil dapat menggunakan kran darat ataupun kran kapal, apabila jumlah bongkar
muat semakin banyak diperlukan kran petikemas atau yang biasa disebut sebagai container
crane.
2. Kran untuk pemindahan petikemas di lapangan penumpukan berupa kran biasa, atau reach
stacker ataupun RTG (ruber tired gantry) dengan semakin banyaknya peti kemas yang harus
dipindah.
3. Forklift yang digunakan untuk pengangkatan peti kemas kosong ataupun untuk mengangkat dan
memindahkan muatan petikemas yang tersusun diatas palet-palet.
4. Perangkat angkutan barang curah, baik curah cair maupun curah kering. Belakangan ini
angkutan curah cair minyak kelapa sawit, BBM merupakan komoditi yang banyak diangkut dari
dan ke perairan pedalaman, termasuk curah kering seperti batubara, semen dan lain
sebagainya.
Mooring
Berbagai kapal yang menggunakan perairan pedalaman memerlukan fasilitas moring ataupun
perawatan. Ada dua bentuk dasar kegiatan moring kapal pada perairan pedalaman yaitu:
Di bantaran alur pelayaran, yang dapat digunakan oleh pengunjung, seperti dermaga yang
ditempatkan didepan pasar; pelabuhan perairan pedalaman yang dioperasikan secara komersil;
moring dikawasan perumahan rakyat yang tinggal disekitar alur pelayaran.
Diluar alur pelayaran, berupa celukan, kolam pelabuhan ataupun di Marina yang khusu
diperuntukkan bagi kapal-kapal yang sedang tidak digunakan, dengan tujuan agar alur pelayaran
tidak terganggu oleh kapal yang sedang lego jangkar ataupun ditambatkan di dermaga. Moring
yang demikian sangat penting untuk alur pelayaran yang sempit.
Kapal atau perahu dikatakan tertambat apabila telah terikat ke obyek tetap seperti dermaga atau
obyek terapung seperti dermaga apung. Untuk menambatkan kapal ke dermaga digunakan tali-
temali yang dapat menahan kapal dari arus, angin ataupun gelombang yang terjadi perairan.
Semakin besar kapal yang ditambatkan diperlukan tali tambat yang lebih banyak, kapal tangker
membutuhkan sampai 12 tali tambat, kapal layar membutuhkan 4 sampai 6 tali tambat. Untuk
menambatkan kapal ke dermaga awak kapal harus berkoordinasi dengan buruh pelabuhan (kepil)
dalam menambatkan tali kapal ke dermaga.
Kapal perairan pedalaman umumnya berukuran kecil, sehingga tidak membutuhkan boulder
yang besar pada saat merapat di dermaga perlu ditambatkan, agar tidak terbawa oleh arus. Pada
gambar[3] berikut ditunjukkan cara melakukan penambatan (mooring) kapal kecil.
Untuk menambatkan kapal di Dermaga , digunakan simpul pada bolder seperti ditunjukkan
dalam gambar berikut, simpul ini tidak gampang terbuka tetapi mudah untuk dibuka kembali.
Sedang bila ditambatkan di pada tiang, maka simpul yang digunakan adalah seperti ditunjukkan
dalam gambar berikutnya.
Operasional pelabuhan
Pelayanan Kapal
Pelayanan kapal[4] dimulai dari kapal masuk ke perairan pelabuhan, berada di kolam pelabuhan,
ketika akan bersandar di tambatan, sampai saat kapal meninggalkan pelabuhan. Dalam rangka
menjaga keselamatan kapal, penumpang dan muatannya sewaktu memasuki alur pelayaran
menuju dermaga atau kolam pelabuhan untuk berlabuh, maka untuk pelabuhan-pelabuhan
tertentu dengan kapal-kapal tertentu harus dipandu oleh petugas pandu yang disediakan oleh
Pelabuhan. Pemerintah telah menetapkan perairan-perairan yang termasuk dalam kategori
perairan wajib pandu[5], perairan pandu luar biasa dan perairan di luar batas perairan pandu.
Untuk mengantar petugas pandu ke/dan kapal diperlukan peralatan kapal yang disebut kapal
pandu. Terhadap kapal yang keluar masuk pelabuhan dan mempunyai kapal berukuran GT 500
(lima ratus Gross Tonnage) atau lebih.
Jenis peralatan bongkar muat yang digunakan di pelabuhan sangat tergantung kepada jenis
barang yang akan dibongkar/muat. Secara umum jenis barang dimaksud dikelompokkan menjadi
3 jenis yaitu:
barang yang dikemas dengan petikemas, yang semakin banyak digunakan karena kecepatan
bongkar muat yang tinggi sehingga mengurang waktu dan biaya yang rendah.
barang umum (general Cargo), yang mulai ditinggalkan karena kecepatan bongkar muat yang
lambat serta dibutuhkan biaya yang besar, tetapi pelayaran rakyat masih tetap menggunakan
pendekatan ini.
barang curah (kering/cair).
Instalasi Penunjang
Instalasi penunjang yang dimaksudkan di sini adalah instalasi yang menunjang kegiatan
pelayanan jasa kepelabuhanan yang meliputi:
instalasi listrik dalam hal ini biasanya digunakan PLN, kecuali PLN tidak mampu menyediakan
listrik bagi pelabuhan karena letak yang jauh dari jaringan PLN ataupun tidak mempunyai
kapasitas yang mencukupi
instalasi air yang dapat disediakan oleh PAM milik pemerintah daerah ataupun swasta
instalasi pengumpulan, pengolahan limbah yang bisanya dikelola oleh pelabuhan atau bekerja
sama dengan pihak ketiga.
Logpond
Dalam rangka ketertiban, kelancaran dan keselamatan lalu lintas diperairan perlu segera
mengadakan ketentuan¬ketentuan lebih lanjut tentang cara-cara pengangkutan kayu/pembuatan
logpond, maka Direktur Jenderal Perhubungan Darat dan Direktur Jenderal Kehutanan telah
membuat keputusan bersama pada tahun 1972. Dalam keputusan bersama tersebut ditetapkan
bahwa penggunaan sungai dan perairan pedalaman untuk kegiatan-kegiatan angkutan kayu dan
pembuatan logpond (tempat penimbunan kayu diperairan sungai), diperlukan izin dari Direktur
Jenderal Perhubungan Darat.
Persyaratan pembuatan tempat penimbunan, kayu dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Darat dan diarahkan agar
Ukuran logpond
1. panjang ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan navigasi pada alur pelayaran dan
kondisi penggunaan perairan daratan untuk keperluan lainnya;
2. lebar tidak boleh melebihi dari sepertiga lebar alur pela yaran pada lokasi tersebut;
3. luas satu meter persegi dataran air disamakan dengan satu meter kubik kayu (logs).
Untuk mendapatkan izin pembuatan tempat penimbunan kayu, pemohon mengajukan surat
permohonan kepada kepada Menteri Perhubungan dengan melampirkan