Anda di halaman 1dari 10

Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit

sekunder. Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan
bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O– glikosida,
dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun
jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan
gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini
disebut sebagai glikosida.

Biosintesis glikosida secara singkat dapat dirangkum dalam reaksi sebagai berikut:

JENIS-JENIS GULA

Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya dengan menambahkan
kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung glukosa disebut glukosida, yang
mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang mengandung galakturonat disebut
galakturonosida, dan seterusnya.

Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa. Meskipun demikian ada juga
beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel pada glikosida misalnya ramnosa, digitoksosa dan
simarosa. Bagian aglikon atau genin terdiri dari berbagai macam senyawa organik, misalnya
triterpena, steroid, antrasena, ataupun senyawa-senyawa yang mengandung gugus fenol, alkohol,
aldehid, keton dan ester.

Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari gula yang
mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan gula. Sementara gugus hidroksi
yang kedua mengalami kondensasi di dalam molekul gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida.
Oleh karena itu gula terdapat dalam dua konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk
glikosidanya secara teoritis juga memiliki bentuk alfa dan bentuk beta.

Namun dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk beta saja yang terkandung didalamnya. Hal
ini didukung oleh kenyataan bahwa emulsion dan enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis
glikosida yang ada pada bentuk beta.
KLASIFIKASI DARI GLIKOSIDA

Ketika bahan kimia alami dari kelompok aglycone digunakan sebagai dasar pengaturan, dimana
penggolongannya sebagai berikut:

GLIKOSIDA SAPONIN

Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida saponin bisa berupa
saponin steroid maupun saponin triterpenoid. Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida
yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harborne,
1996).

Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering
mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah
merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya
digunakan sebagai racun ikan.

Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu
senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih
lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.

Menurut SOBOTKA :

1. Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari siklopentano perhidrofenantren

2. Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari siklopentano perhidrofenantren.
Struktur kimiawi

Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu
tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3
dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.

GLIKOSIDA STEROID/Triterpenoida

Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida steroid disebut juga
glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik terhadap otot jantung. Triterpenoida
adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis
diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoida banyak terdapat pada
tumbuhan dan hewan, dapat berada dalam bentuk bebas, maupun dalam bentuk glikosida.

Triterpenoida berupa senyawa yang tidak berwarna dan berbentuk kristal. Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol
memberikan warna hijau-biru. Triterpenoida dapat dibagi menjadi empat golongan senyawa, yaitu
triterpena sebenarnya, steroida, saponin dan glikosida jantung. Kedua golongan terakhir terutama
terdapat sebagai glikosida. Steroida merupakan suatu senyawa yang mengandung inti
siklopentanoperhidrofenantren. Steroida memiliki berbagai aktivitas biologik (Harborne, 1996).

Struktur Kimiawi

Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan asam empedu yaitu bagian
gula yang menempel pada posisi tiga dari inti steroid dan bagian aglikonnya berupa steroid yang
terdiri dari dua tipe yaitu tipe kardenolida dan tipe bufadienolida. Tipe kardenolida merupakan
steroid yang mengandung atom C-23 dengan rantai samping terdiri dari lingkaran lakton 5-anggota
yang tidak jenuh dan alfa-beta menempel pada atom C nomor 17 bentuk beta. Sementara tipe
bufadienolida berupa homolog dari kardenolida dengan atom C-24 dan mempunyai rantai samping
lingkaran keton 6-anggota tidak jenuh ganda yang menempel pada atom C nomor 17
GLIKOSIDA ANTRAKUINON

Glikosida antrakinon adalah glikosida yang bila dihidrolisa akan menghasilkan aglikon, di-, tri-, atau
tetra-hidroksi antrakinon. Glikosida antrakinon umumnya digunakan sebagai pencahar dan bekerja
dengan meningkatkan gerakan otot polos pada dinding usus besar saluran pencernaan (Tyler et al,
1988).

Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida sebagai isi aktifnya.
Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar tersebut mengandung turunan antrasen
atau antrakinon sebagai aglikonnya. Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni
purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium.

Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon, akan
tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin)
sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal,
Coccus Cacti).

Tumbuhan yang mengandung glikosida golongan. ini antara lain sebagai berikut:

a. Daun sena, Senna leaf (Sennae Folium)

Asal tumbuhan: Cassia acutifolia DeliIe (Alexandria senna) dan Cassia angustifolia Vahl. (Tinnevelly
senna) (Suku Leguminosae)

Tempat tumbuh: Untuk C. acutifolia tumbuh liar di lembah sungai Nil (dari Aswan sampai
Kordofan), sedangkan C. angustifolia tumbuh liar di Somalia, Jazirah Arab, dan India. Di India Selatan
(Tinnevelly) tanaman ini dibudidayakan. Juga ditanam di Jammu dan Pakistan Barat Laut. Di India
tanaman ini dibudidayakan dengan pengairan. Perbedaan antara sena Aleksandria dan sena India
tercantum dengan jelas dalam Trease & Evans PharmacognoSy (2002).

Kualitas: Daun yang bewarna hijau kebiruan adalah yang terbaik, sedangkan yang bewarna kuning
adalah yang terjelek. ldentifikasi makroskopik dan mikroskopik terdapat antara lain dalam Trease &
Evens PharmacognoSy (2002).
Kandungan kimia: Kandungan aktif utama adalah merupakan glikosida dimer yang aglikonnya
terdiri dari aloe-emodin dan atau rein. Kadar yang paling besar adalah senosida A dan senosida B,
merupakan sepasang isomer yang aglikonnya adalah rein-diantron (senidin A dan senidin B).
Kandungan lain yang lebih kecil kadarnya adalah senosida C dan D. Polong sena (Sennae Fructus,
Senna pods) juga mengandung glikosida aktif, glikosidanya memiliki 10 gugus gula yang melekat
pada inti rein-diantron.

Simplisia serupa yang disebut Bombay, Mecca, dan Arabian Sennae didapatkan dari tumbuhan liar
Cassia angustifolia yang tumbuh di Arab. Daunnya mirip dengan sena namun lebih panjang dan lebih
sempit. Di Perancis digunakan dog sennae dan tumbuhan Cassia obovata yang tumbuh di Mesir.

Penggunaan: Sebagai katartika dengan takaran 2 g sekali pakai. Sering dikombinasi dengan bahan
gom hidrokoloid. Juga digunakan dalam teh pelangsing.

Produk: HerbalaxR

b. Rhamni purshianae Cortex (Cascara bark)

Asal tumbuhan: Kulit kayu dari Rhamnus purshianus DC atau Frangula purshiana (DC) A. Gray ex
J.C.Cooper (suku Rhamnaceae).

Pengumpulan dan penyimpanan. Simplisia adalah kulit kayu dikumpulkan dari tumbuhan liar pada
bulan pertengahan April sampai akhir Agustus. Kulit diambil memanjang 5-10 cm, dikeringkan
diketeduhan, dihindarkan dari lembab dan hujan, karena kulit dapat berkapang. Kemudian disimpan
paling lebih dari satu tahun. Dahulu diekspor dalam bentuk simpleks, namun sekarang dalam bentuk
ekstrak.

Identifikasi. Makroskopik dan mikroskopik terdapat antara lain dalam Trease & Evans
PharmacognOsy (2002).

Kandungan kimia (Constituents). Kaskara mengandung senyawa gol. antrakinon 6-9%, dalam
bentuk O-glikosida dan C-glikosida. Ada empat glikosida primer, yaitu kaskarosida, yaitu kaskarosida
A, B, C, dan D yang berbentuk 0- maupun C-glikosida. Senyawa lainnya a.I. barbaloin dan krisaloin.
Turunan emodin oksantron, yaitu aloe emodin dan krisofanol baik dalam bentuk bebas maupun
glikosida. Juga berbagai turunan (derivates) diantron lainnya, yaitu palmidin A, B, dan C.

Simplisia pengganti dari tumbuhan Rhamnus cathartica dan R. carniolica.

c. Cassia pods (Buah trengguli)

Asal tanaman. Buah yang dikeringkan dari Cassia fistula (suku Leguminosae). Tumbuhan ini
ditanam di Hindia Barat (Dominika dan Martinique) dan Indonesia.

Bentuk dalam perdagangan. Bubur daging buah dibuat dengan perkolasi dengan air, diuapkan
akan terbentuk bubur.

Kandungan kimia. Bubur kasia mengandung gula 50%, zat warna, dan minyak atsiri. Bubur ini
mengandung rein dan senyawa mirip senidin. Daun tanaman ini mengandung rein bebas atau
terikat, senidin, senosida A, dan B. Empulur mengandung barbaloin dan rein, serta
Ieukoantosianidin.

Kegunaan. Menurut pengobatan Ayurveda bubur kasia bersifat antifungi, antibakteri, dan
pencahar (laxatives), juga sebagai antitussive.

d. Rhei Radix (Rhubarb, Chinese Rhubarb)

Asal tanaman. Bagian dalam tanah yang dikeringkan dan Rheum palmatum L. (suku Polygonaceae)
R. officinale atau hibrida dari dua jenis tanaman ini.

Pengumpulan dan persiapan. Dahulu diperkirakan akar ditumbuhkan atau ditanam di dataran
tinggi (lebih dari 3000 m) dan digali pada musim gugur atau musim semi saat berumur 6-10 tahun.
Didekortisasi dan dikeringkan. Akar yang telah didekortisasi adalah jika seluruh permukaannya
disilinderkan (melingkar) atau jika dipotong secara longitudinal di bagian planokonvex (datar).
Bagian yang digunakan sering memperlihatkan lubang yang mengindikasikan bahwa akar itu telah
disiapkan untuk dikeringkan.

Identifikasi. ldentifikasi secara makroskopi, mikroskopi, dan kimiawi tercantum dalam Trease &
Evans Pharmacognosy (2002)

Kandungan kimia. Antrakinon bebas sebagai krisofanol, aloe-emodin, rhein, emodin, dan emodin
mono-etileter (physcion). Senyawa tersebut juga terdapat dalam bentuk glikosida.

Simplisia lain. Dalam perdagangan dikenal Chinese rhapontic, India rhubarb, English rhubarb, dan
Japanese rhubarb. Di Indonesia (P. Jawa: Kaliangkrik Kedu) juga dikenal akar kelembak untuk bumbu
rokok, tidak dianjurkan untuk pengobatan karena adanya asam krisofanat dan rhaponticin
menyebabkan sakit perut. Adanya rapon-tisin ditandai dengan adanya fluresensi biru yang kuat.

Kegunaan. Akar kelembak digunakan sebagai bitter stomachic dalam pengobatan diare, efek
purgatif diikuti dengan efek astringent.

e. Aloe (Jadam arab)

Aloe atau aloes adalah getah yang dikeringkan dari daun Aloe barbadensis Miller (Aloe vera L.) dan
dikenal dengan Curacao aloe atau Aloe ferox Miller dan hibridanya, yaitu A. spicata Baker, dalam
perdagangan dikenal dengan Cape aloe (Fain. Liliaceae).

Aloe menghasilkan tidak kurang dari 50% bahan yang larut dalam air. Ada sekitar300 jenis Aloe
spp. yang dikenal dan banyak diantaranya merupakan tumbuhan aseli di Afrika. Banyak yang
diperkenalkan di Eropa dan Hindia Barat. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan xerophytic yang
mempunyai daun yang berdaging, biasanya tepi daun berduri, hampir mirip dengan agave (serat)
(mis. Agave americana L., Amaryltidaceae).

Kandungan kimia. Aloe mengandung sejumlah glikosida antrakinon, utamanya barbaloin (aloe-
emodin-C-10 glukosida antron). 0-glikosida dari barbaloin dengan gula tambahan berhasil diisolasi
dari Cape aloe, senyawa ini disebut aloinosida. Bentuk bebas dari aloe-emodin dan antranol
kombinasi dan bebas juga ditemukan, sedangkan asam krisofanat ditemukan dalam tipe aloe
tertentu. Senyawa aktif dalam Curacao aloe lebih baik daripada Cape aloe, karena kandungan aloe-
emodinnya dua setengah kali. Kandungan senyawa fisiologis aktif berkisar antara 10-30%, sedangkan
kandungan yang tidak aktif 16-63%, yaitu berupa resin dan minyak atsiri.

Penggunaan. Bila digunakan sebagai katartik, beraksi pada usus besar. Glikosida aloe bersifat
drastik yang kuat, lebih baik menggunakan bahan lain untuk tujuan katartik.

produk: f. Aloe vera Gel

Gel segar yang berlendir terdapat dalam jaringan parenkim dalam daun bagian tengah dan Aloe
barbadensis (Aloe vera). Digunakan bentahun-tahun untuk mengobati luka bakar, tergores, dan
iritasi kulit lainnya. Dalam tahun 1935, getahnya dianjurkan untuk mengobati luka bakar tingkat tiga
pada penyinaran

GLIKOSIDA SIANOPORA

Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis akan terurai menjadi bagian-
bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).

GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT

Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung glikosida yang aglikonnya adalah
isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau aromatik. Senyawa-senyawa yang penting
secara farmasi dari glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra = black mustard), sinalbin (Sinapis
alba = white mustard) dan glukonapin (rape seed).

GLIKOSIDA FLAVONOL

Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini merupakan senyawa yang
sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid
yang berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat
tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan
naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal.

Flavonoida merupakan senyawa polifenol yang mempunyai struktur dasar C6-C3-C6. Golongan
terbesar flavonoida mempunyai cincin piral yang menghubungkan rantai karbonnya (Robinson,
1995). Senyawa flavonoida selalu terdapat pada tumbuhan dalam bentuk glikosida dimana satu
atau lebih gugus hidroksi fenol berikatan dengan gula. Gugus hidroksil selalu terdapat pada atom C 5
dan 7 pada cincin A dan juga pada atom C 3’, 4’ dan 5’ pada cincin B (Ikan, 1969).

Flavonoida berupa senyawa yang larut dalam air dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini
dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoida berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah
bila ditambahkan basa atau amonia. Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan
karena itu menunjukkan pada pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar UV dan spektrum sinar
tampak. Flavonoida umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida.
Flavonoida merupakan senyawa golongan fenol alam bersifat antibakteri (Harborne, 1996).

GLIKOSIDA ALKOHOL
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus hidroksi. Senyawa yang
termasuk glikosida alcohol adalah salisin. Salisin adalah glikosida yang diperoleh dari beberapa
spesies Salix dan Populus.

GLIKOSIDA ALDEHIDA

Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang diikat oleh m-
hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang aglikonnya suatu aldehida.

GLIKOSIDA Tanin

Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksi fenolik yang banyak terdapat
pada tumbuh-tumbuhan. Terdapat pada bagian tertentu dari tumbuhan, seperti daun, buah dan
batang. Tanin terbagi dalam dua golongan, yaitu:

1. Berasal dari turunan pyrogallol

Adanya 3 gugus hidroksil pada inti aromatis.

2. Berasal dari turunan pyrocatechol

Adanya 2 gugus hidroksil pada int i aromatis.

Pyrogallol dan catechol merupakan hasil peruraian glikosida tanin yang dapat digunakan sebagai
anti bakteri dan anti fungi dengan adanya gugus –OH. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat
dikristalkan, dan membentuk senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan
dengan garam besi (Tyler et al, 1988).

♥ GLIKOSIDA LAKTON

Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang mengandung kumarin
(glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa glikosida dari turunan hidroksi kumarin
ditemukan dalam bahan tanaman seperti skimin dan Staranise Jepang, aeskulin dalam korteks
horse chestnut, daphin dalam mezereum, fraksin dan limettin.

♥ GLIKOSIDA FENOL

Beberap aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan senyawa fenol. Arbutin yang
terkandung dalam uva ursi dan tanaman Ericaceae lain menghasilkan hidrokuinon sebagai
aglikonnya. Hesperidin dalam buah jeruk juga dapat digolongkan sebagai glikosida fenol. Uva ursi
adalah daun kering dari Arctostaphylos uva ursi (Famili Ericaceae). Tanaman ini merupakan semak
yang selalu hijau merupakan tanaman asli dari Eropa, Asia, Amerika Serikat dan Kanada.

Pengelompokan glikosida berdasarkan ikatan antara glikon dan aglikon dapat dibagi menjadi empat,
yaitu:

1. O-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom O, contohnya : salisin.

2. S-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom S, contohnya : sinigrin.

3. N-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom N, contohnya kronotosida.
4. C-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom C, contohnya : barbaloin
(Farnsworth, 1966).

FUNGSI GLIKOSIDA

Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas
yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum
dan penurunan tegangan permukaan.

Fungsi glikosida :

1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer

2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi

3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor

4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu

5. Glikosida sebagai petunjuk sistematik

Penggunaan glikosida dimana beberapa diantara glikosida merupakan obat yang sangat penting,
misalnya yang berkhasiat kardiotonik, yaitu glikosida dari Digitalis, Strophanthus, Colchicum,
Conyallaria, Apocynum dan sebagainya yang berkhasiat laksatifa/pencahar seperti Senna, Aloe,
Rheum, Cascara Sagrada dan Frangula yang mengandung glikosida turunan antrakinon emodin.

Selanjutnya sinigrin, suatu glikosida dari Sinapis nigra, mengandung alilisotiosianat suatu iritansia
lokal. Gaulterin adalah glikosida dari gaulteria yang dapat menghasilkan metal salisilat sebagai
analgesik.

Beberapa Hipotesa dan Teori Tentang Adanya Glikosida dalam Tanaman

1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer.

Teori Pfeffer mengatakan bahwa glikosida adalah meruapakan cadangan gula temporer (cadangan
gula sementara) bagi tanaman. Cadangan gula di dalam bentuk ikatan glikosides ini tidak dapat
diangkut dari sel satu ke sel yang lain, oleh karena adanya bagian aglikon.

2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi.

Pada tahun 1915, Geris mengatakan bahwa proses sintesa senyawa glokosida adalah merupakan
proses detoksikasi, sedang anglikonnya merupakan sisa metabolisme.

3. Glokosida sebagai pengatur tekanan turgor Teori Wasicky mengatakan bahwa setelah diadakan
percobaan-percobaan pada tanaman digitalis, ternyata bahwa glikosida mempunyai fungsi sebagai
pengatur tekanan turgor di dalam sel.

4. Proses glikosida untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang menggangu.
Teori ini menyatakan bahwa proses glikosidasi di dalam tanaman dimaksudkan untuk menjaga diri
terhadap serangan serangga atau binatang lain dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada
tanaman.

5. Glikosida sebagai petunjuk sistimatik.

Adanya glikosida didalam tanaman, meskipun masih sangat tersebar, dapat digunakan sebagai salah
satu cara mengenal tanaman secara sistimatik, baik dari aglikonnya, bagian gulanya maupun dari
glikosidanya sendiri. Sebab ada beberapa glikosida, aglikon atau gula yang hanya terdapat di dalam
tanaman atau familia tertentu.

6. Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-kawan (1952), ternyata bahwa didalam waktu 24 jam
tidak terdapat perubahan yang berarti pada kadar glikosida baik ditinjau dari sudut biologi maupun
secara kimiawi. Juga pada tanaman yang ditempatkan pada tempat yang gelap selama 24 jam, tidak
ada perubahan kadar glikosida.

PEMBENTUKAN GLIKOSIDA

Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua senyawa. Kedua senyawa ini
dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki sifat aldehida. Keadaan ini
membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah gugus –OH yang terikat pada atom karbon
nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida. Ikatan
yang terjadi antara gugus metal dengan monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus –OH yang
bereaksi disebut gugus –OH glikosidik.

Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol disebut juga metilglukosida.
Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini, yaitu metil–α–D–glukosida atau metil-α-D-
glukopiranosida dan metil-β-D-glukosida atau metil-β-D-glukopiranosida. Kedua senyawa ini
berbeda dalam hal rotasi optic, kelarutan serta sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil glikosida
dapat diubah menjadi karbohidrat dan metilalkohol.

Glikosida banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang bukan karbohidrat dalam
glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol atau lebih kompleks lagi misalnya sterol. Di samping
itu antara sesama monosakarida dapat terjadi ikatan glikosida, misalnya pada molekul sukrosa
terjadi ikatan α-glukosida-β-fruktosida.

Anda mungkin juga menyukai