Anda di halaman 1dari 17

Makalah Pemodelan Matematika

SOLUSI PERMASALAHAN PEMODELAN MATEMATIKA


DENGAN MENERAPKAN METODE SIMPLEKS YANG
DIREVISI UNTUK PROSEDUR TEKNIK M

OLEH:
Kelompok 8

Era Maini Muji Arimbi 4143311010


Nazla Nurul Aulia Panggabean 4143311024
Nova Angreini Harahap 4143311025

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pemodelan Matematika yang berkaitan
dengan Solusi Permasalahan Pemodelan Matematika dengan menerapkan Metode Simpleks
yang Direvisi untuk Prosedur Teknik M. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Chairunnisa, S.Si, M.Si selaku dosen
pengampu Pemodelan Matematika dan teman-teman semua yang memberikan dorongan dan
masukan kepada kami sebagai penulis.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Medan, 10 Mei 2017


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3

2.1 Metode Simpleks yang Direvisi ........................................................................................ 3

2.2 Bentuk Hasil Perkalian dari Inversi ................................................................................... 5

2.3 Langkah-Langkah Metode Simpleks yang Direvisi .......................................................... 7

2.4 Penerapan Metode Simpleks yang Direvisi dalam soal menggunakan Teknik M ............ 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 13

3.2 Saran ................................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode simpleks direvisi merupakan suatu metode untuk menyelesaikan
Pemrograman Linear (PL). Metode ini adalah modifikasi dari metode sirnpleks yang
menawarkan kesempatan untuk meningkatkan cfisiensi dalam komputasinya. Jumlah iterasi
dan langkah-langkah yang digunakan pada kedua metode adalah tepat sama, perbedaannya
terletak pada perincian perhitungan variabel masuk dan variabel keluar. Konsep dasar dari
metode simpleks direvisi adalah jika suatu PL diasumsikan memiliki solusi fisibel basis,
maka nilai variabeI basis dan fungsi objektif dapat diperoleh dengan menetapkan nilai no1
pada variabel nonbasis.
Langkah pertama metode simpleks direvisi adalah meiakukan tes keoptimalan, yaitu
menghitung vektor simplex multipliers, kemudian dilanjutkan dengan menghitung koefisien
reduced costs. Dalam kasus minimisasi, jika seluruh reduced costs positif atau sama dengan
nol, maka solusi tefah optimal. Namun jika terdapat reduced costs yang negatif, maka solusi
belum optimal karena fungsi objektif dapat dikurangi dengan mengubah variabel nonbasis
dari no1 ke suatu nilai positif dan memasukkan variabel tersebut ke dalam basis. Dalam ha1
ini variabel basis hams disesuaikan. Variabel nonbasis yang akan menjadi variabel rnasuk
dapat dicari dengan memilih reduced costs yang paling negatif. Langkah yang kedua adalah
melakukan tes rasio, yaitu menentukan variabel yang keluar dari basis dan nilainya menjadi
nol. Langkah bcrikutnya adalah memperbaharui matriks basis dan vektor variabel basis,
Kemudian kembali ke langkah pertama.Ketiga langkah tersebut dilakukan berulang-ulang
sampai ditemukan solusi yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud metode simpleks direvisi ?
2. Bagaimana langkah – langkah metode simpleks yang direvisi ?
3. Bagaimana penerapan metode simpleks yang direvisi dalam soal menggunakan
Teknik M ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari metode simpleks direvisi
2. Untuk mengetahui langkah – langkah metode simpleks yang direvisi
3. Untuk mengetahui penerapan metode simpleks yang direvisi dalam soal
menggunakan Teknik M

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Simpleks yang Direvisi


Metode simpleks yang direvisi adakah prosedur yang sistematik yang menggunakan
langkah-langkah yang tepat sama dari metode simpleks untuk meningkatkan efisiensi dan
akurasi perhitungan. Satu-satunya perbedaan terjadi dalam perincian perhitungan variabel
masuk dan variabel keluar. Dalam metode simpleks yang direvisi masalah program linier
diekspresikan dalam bentuk matriks sebagai berikut :
maksimumkan atau minimumkan Z = CX
Dengan batasan :
(A,I)X = b
X≥0
dimana I adalah matriks identitas ordo m dan
X = (x1,x2,…..,xn)T, C = (c1,c2,…..cn)
 a11 a12 ... a1,n  m   b1 
a  b 
 21 a22 ... a2,n m 
 2
 . . .   . 
A=  , b =  
 . . .   . 
 . . .   . 
   
 am1 am 2 ... am,n  m  bm 
Matriks identitas I dapat selalu dibuat untuk tampil sebagaimana diperlihatkan dalam
persamaan batasan dengan menambahkan atau mengatur susunan variabel slack sebagaimana
diperlukan. Ini berarti bahwa n elemen dari vector X mencakup setiap variabel slack yang
ditambahkan, dengan m elemen paling kanan mewakili pemecahan awal.
X dibedakan menjadi variabel basis dengan XB dan variabel non basis XN selanjutnya
C dibedakan menjadi CB ( = koefisien XB ) dan CN ( = koefisien XN ) pada persamaan Z. Jadi
masalah PL dalam bentuk standar dapat ditulis menjadi :
Z = CN XN + CB XB
AXN + BXB = b
Kemudian dalam bentuk matriks dapat ditulis sebagai :
Z 
1 CN CB    0 
0 1   N  b 
X =
 A
 X B 

3
Pada setiap iterasi XB mewakili variabel basis yang berkaitan dengan B sebagai basis.
Pada awal iterasi B = I berarti bahwa XB mewakili m elemen dari X dan B mewakili vector
(A I) yang berkaitan dengan XB, karena semua variabel non basis bernilai nol maka
pemecahan optimal ditentukan oleh variabel basis, sehingga diperoleh :
Z = CBXB dan BXB = b
Kemudian dalam bentuk matriks dapat ditulis :

1 CB   Z  0
 0 B   X  = b 
   B  
Untuk menentukan nilai pemecahan XB dan Z dilakukan dengan mengalikan kedua ruas
1 CB 
dengan invers dari  
0 B 
Sesuai dengan metode matriks yang dipartisi maka diperoleh
1
 1 C B  1 CB B 1 
0 B  =  1 
  0 B 
Jadi
1 CB B 1  1 CB   Z  1 CB B 1  0
 1    X  =  1   
0 B   0 B   B   0 B  b 

Z  1 CB B 1b 
X  =  1 
 B 0 B b 
Tabel simpleks dalam bentuk umum yang bersesuaian dengan XB diperoleh dengan
mempertimbangkan :
Z 
1 CB B 1  1 CN CB    1 CB B 1  0 
 1  0 X =  
0 B   A I   N  0 B 1  b 
 X B 

Z 
1 CB B 1 A  CN CB 1  CB    CB B 1b 
   X N  =  1 
0 B 1 A B 1  X   B b 
 B
Jadi dalam bentuk matriks tabel simpleks ditujukan dalam tabel berikut :
Dasar XN XB PB
Z CBB-1 A – CN CB B-1 - CB CB B-1 b
XB B-1 A B-1 B-1b

4
Keterangan : PB = Penyelesaian Basis
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada setiap iterasi keseluruhan tabel dapat dihitung setelah
basis B yang berkaitan dengan Xb diketahui. Dengan diketahuinya basis B maka invers basis
B-1 dapat ditentukan. Setiap elemen lain dalam tabel simpleks merupakan fungsi dari B-1 dan
data semula dari masalah ini

2.2 Bentuk Hasil Perkalian dari Inversi


Dengan adanya penukaran dari variabel masuk (entering variabel) dan variabel keluar
(leaving variabel) menyebabkan perubahan basis pada setiap iterasi. Dari tabel simpleks
dalam bentuk matriks semua perhitungan melibatkan invers dari basis. Oleh karena itu
diperlukan suatu metode untuk menentukan invers basis pada iterasi sebelumnya. Mengingat
bahwa pertukaran variabel keluar dan variabel masuk menyebabkan perubahan dalam invers
basis pada setiap iterasi yang berbeda hanya dalam satu kolom.
Dalam metode simpleks yang direvisi, metode yang digunakan adalah metode bentuk
hasil perkalian matriks dari inversi. Metode ini merupakan prosedur aljabar matriks yang
menghitung inversi dari sebuah basis yang baru dari inversi basis lainnya, dengan ketentuan
bahwa kedua basis tersebut berbeda tepat dalam satu vektor kolom. Dengan kata lain, dengan
diketahui basis saat ini B, basis berikutnya Bnext dalam iterasi yang berikutnya, akan berbeda
−1
dengan B hanya dalam satu kolom . Untuk menentukan inversi basis berikutnya 𝐵𝑛𝑒𝑥𝑡
dilakukan dengan mengalikan terlebih dahulu invers basis saat ini B-1 dengan sebuah matriks
E yang dibentuk secara khusus.
Didefinisikan matriks identitas Im (ordo m x m ) sebagai :

I m  (e1 , e2 ,...em )
Dimana 𝑒𝑖 adalah satu vektor kolom dengan satu elemen ditempat i dan nol ditempat lainnya.
Misalkan B dan 𝐵 −1 sudah diketahui dan asumsikan bahwa vektor 𝑃𝑟 dalam B digantikan
dengan vektor baru 𝑃ℎ (dalam istilah metode simpleks, 𝑃ℎ dan 𝑃𝑟 adalah vektor masuk dan
vektor keluar). Didefinisikan  h  B 1 Ph , sehingga  kh adalah elemen ke-k dari  h .
1
Selanjutnya invers basis baru Bnext dapat dihitung sebgai berikut : Definisikan F yang

merupakan matriks identitas ordo m x m, dimana kolom ke-r diganti dengan  h , yaitu
F  (e1 ,..., er 1 ,  h , er 1 ,..., em ) . Ambil E  F 1  (e1 ,..., er 1 ,  , er 1 ,..., em ) , dimana :

5
 1h 
 r h

 
  2
h

  rh 
 
  
 1 
  rh 
 
 
 
  m h 
h

 r 
1
Sehingga didapatkan inversi basis berikutnya adalah Bnext  E B 1 , dengan ketentuan

bahwa  rh  0 . Jika  rh  0 , Bnext


1
tidak ada.
Untuk mengilustrasikan prosedur ini, diberikan contoh berikut ini :
1 1 0
 2 1 0  2 4 
  1 
B   0 2 0, B  0 1 0
 2 
4 0 1 
  2 1 1
 
Jika, misalnya vektor kolom ketiga P3  (0, 0,1)T dari B diubah menjadi P3  (2,1,5) , kita
dapat menemukan inversi baru tersebut sebagai berikut :
1 1 0 3 
  2   4   1 
3
 2 4
   
 3  B 1 P3   0 1 0   1    1     23 
 2   2
 2   5     3 
1 1    2   3
   
 3 
 4 
 2 
 1   3 
   8
  2    1 
 2   4
  1   1 
 2   2  r  3
 
 
 
1 0  3  1  5 5 3 
8  2  4 0  4
1
 8 8
1 
Bnext  0 1  1   0 1 
0  1 1 1 
 4  2   2 4 4
 0 0 1   2 1  
1  1 1 1 
 2    2 2 

6
2.3 Langkah-Langkah Metode Simpleks yang Direvisi
Gagasan utama dari metode simpleks yang direvisi adalah menggunakan inversi basis
saat ini B-1 (dan data awal dari masalah) untuk melakukan perhitungan yang diperlukan untuk
menentukan variabel masuk dan variabel keluar. Penggunaan bentuk produk memudahkan
perhitungan inversi yang berturut-turut tanpa perlu menginversi basis secara langsung dari
data mentah. Secara spesifik, seperti dalam metode simpleks, basis awal dalam metode yang
direvisi selalu merupakan matriks identitas I yang inversinya adalah dirinya sendiri. Jadi, jika
−1
𝑩1−1 , 𝑩−1
2 , … . , 𝑑𝑎𝑛 𝑩𝑖 mewakili inversi yang berturut-turut untuk iterasi i dan jika E1, E2, . .

., Ei adalah matriks yang berkaitan sebagaimana didefinisikan dalam bagian 2.2.3.1 maka
−1 −1
𝑩1−1 = 𝑬𝟏 𝐈, 𝑩−1 −1
2 = 𝑬2 𝑩1 , … , 𝑩𝑖 = 𝑬𝑖 𝑩𝑖−1

Langkah-langkah dari metode primal maupun dual yang direvisi pada intinya adalah sama
dengan metode simpleks. Dengan diketahui basis awal I, dapat ditentukan vektor koefisien
tujuan yang berkaitan CB dimana variabel dasar awal adalah variabel slack.

Langkah-langkah metode simpleks primal yang direvisi


Langkah 1 : Penentuan variabel masuk Ph.
Hitung Y = CB B-1. Untuk setiap vektor nondasar Pj , dihitung
zj – cj = YPj – cj
untuk masalah maksimisasi (minimisasi), vektor masuk Ph dipilih yang memiliki zj – cj yang
paling negatif (positif) (tentukan secara sembarang jika terdapat lebih dari satu yang sama).
Lalu jika semua zj – cj ≥ 0 (≤ 0), pemecahan optimal telah dicapai dan diketahui dengan
XB = B-1 b dan z = CB XB
Langkah 2 : Penentuan variabel keluar Pr.
Dengan diketahui vektor masuk Pj , hitung :
1. Nilai variabel dasar saat ini, yaitu :
XB = B-1 b
2. Koefisien batasan dari variabel masuk, yaitu :
∝ℎ = 𝑩−1 𝑷ℎ

variabel keluar Pr (baik untuk maksimisasi maupun minimisasi) harus berkaitan dengan
(𝐵−1 𝑏)𝑘
𝜃 = 𝑚𝑖𝑛 { , ∝ℎ𝑘 > 0}
∝ℎ
𝑘

Dimana
(B-1 b)k dan ∝ℎ𝑘 adalah elemen ke-k dari B-1 b dan ∝ℎ , jika semua ∝ℎ𝑘 ≤ 0, masalah tersebut
tidak memiliki pemecahan yang dibatasi

7
Langkah 3 : Penentuan basis berikutnya.
Dengan diketahui basis inversi saat ini B-1 , kita menemukan bahwa basis inversi 𝑩−1
𝑛𝑒𝑥𝑡

berikutnya diketahui dengan


𝑩−1
𝑛𝑒𝑥𝑡 = 𝑬𝑩
−1

Selanjutnya kita tetapkan 𝑩−1


𝑛𝑒𝑥𝑡 = 𝑬𝑩
−1
dan kembali ke langkah 1.

2.4 Penerapan Metode Simpleks yang Direvisi dalam soal menggunakan Teknik M
Pecahkan masalah berikut ini dengan metode simpleks yang direvisi :
Minimumkan z  2 x1  x2
Dengan batasan
3x1  x2  3
4 x1  3x2  6
x1  2 x2  3
x1 , x2  0
Penyelesaian :
Bentuk batasan menjadi
3x1  x2  x3 3
4 x1  3 x2  x4  x5 6
x1  2 x2  x6  3
x1 , x2 ,...x6  0

z  2 x1  x2  Mx3  Mx5

x1 x2 x3 x4 x5 x6 solusi
2 1 M 0 M 0 0
M [3 1 1 0 0 0 3 ]
M [ 4 3 0 1 1 0 6 ]

2  7M 1  4M 0 M 0 0  9M

z  (2  7 M ) x1  (1  4 M ) x2  Mx4  9 M  0
z  (7 M  2) x1  (4M  1) x2  Mx4  9M
z  [ 7 M  2 4M  1 0  M 0 0 ]

8
Batasan
 x1 
x 
 2
 x3 
 
 3 1 0 1 0 0   x4   3 
 4 3 1 0 1 0   x   6 
  5  
1 2 0 0 1 1   x6   3 
 
 
 
 
 
Pemecahan Awal
X B  ( x3 , x5 , x6 )T
CB  (0, 0, 0)
B  ( P3 , P5 , P6 )  I
B1  I

Iterasi I
Langkah I. Perhitungan z j  c j untuk variabel non dasar P1 , P2 , P4

Y  CB  B 1
  0 0 0.I
  0 0 0
( z1  c1 , z2  c2 , z4  c4 )  Y ( P1 , P2 , P4 )  (C1 , C2 , C4 )
3 1 0 
  0 0 0  4 3 1   7 M  2 4 M  1  M 
1 2 0 
  0 0 0   7 M  2 4 M  1  M 
  2  7 M 1  4M M

Karena 1  4M bernilai paling positif maka P2 menjadi variabel masuk

9
Langkah II. Penentuan variabel masuk
 3
X B  B .b  I .b  b  6 
1

 3
1 
  B .P2  I .P2   3 
2 1

 2 
3 6 3  3
  min  , ,   ,sesuai dengan x6
1 3 2  2
Maka P6 sebagai variabel keluar
Langkah III. Penentuan Inversi berikutnya
P2 menggantikan P6 diposisi ke 3 (r = 3)

 2  1 3 2  , pilih  32
T

 1  1
 2  1 0  2 
   
 3 
    B next  E.B  E.I  E  0 1 
1 1 3
 2  2
 1  
  0 0 1 
 2   2 

Basis baru X B   x3 , x5 , x2  ;CB  (0,0, 4M1)

Iterasi II

Langkah I. Perhitungan z j  c j untuk variabel non dasar P1 , P4 , P6


Y  CB  B 1
 1
1 0  2 
 
  0 0 4 M  1. 0 1  
3
 2
 
0 0 1 
 2 
 4 1
 0 0 M 
 2 2
( z1  c1 , z2  c2 , z4  c4 )  Y ( P1 , P4 , P6 )  (C1 , C4 , C6 )
3 0 0
 1 
M    4 1 0    7 M  2  M
4
 0 0 0
 2 2
1 0 1 
4 1 4 1
 M  0 M     7 M  2  M 0
2 2 2 2
 3 4 1
   5M M M 
2 2 2

10
3
Karena  5M masih negatif maka P1 menjadi variabel masuk
2
Langkah II. Penentuan variabel keluar
 1  3 3
1 0  2  3  2   2 
   3    
1  3    9 3
X B  B .b  0 1  6   6  
 2  2 2
   3    
0 0 1   3  3
 2   2   2 
 1  1  5
1 0  2  3  2   2 
  3    
 3    3 5
  B .P1  0 1   4   4  
1 1
 2  2 2
  1     
0 0 1   1  1 
 2   2   2 
3 3  3
  min  , ,3  ,sesuai dengan x3 atau x5
5 5  5
Pilih P3 sebagai vektor keluar
Langkah III. Penentuan Inversi berikutnya
P1 menggantikan P3 diposisi ke 1 (r = 1)
T
5 5 1 5
 
1
 , pilih  1 yaitu
1

2 2 2 2
 1 
 
 5   2   1
 2  1 0    2 1
 2    5 0 0  0 
  5 5
2
 5   5    3  
       1   B next  E.B   1 1 0  0 1    1 1 1 
2 1 1

 5     2 
 1  3 
1   
 2    1 1
 0 1  0 
 1   5  5  0 0  5 5 
 2   2 
 5 
 2
X B   x1 , x5 , x2  ;C B  (7 M  2, 0, 4 M  1)

11
Iterasi III
Langkah I. Perhitungan z j  c j untuk variabel non dasar x3 , x4 , x6

Y  CB  B 1
 1
1 0  2 
 
  7 M  2 0 4 M  1. 0 1   3
 2
 
0 0 1 
 2 
 3 1
 7 M  2 0  M  
 2 2
( z3  c3 , z2  c2 , z4  c4 )  Y ( P3 , P4 , P6 )  (C3 , C4 , C6 )
1 0 0
 1 
1 0    0  M
3
 7 M  2 0  M    4 0
 2 2
 0 0 1 
 3 1
 7 M  2 0  M     0 M 0
 2 2
 3 1
 7 M  2 M  M  
 2 2
3 1
Karena  M  merupakan variabel non dasar sehingga tidak diperhitungkan
2 2
nilainya
Pemecahan Optimal
 6 3  3
 2 0  1   3  
 x1   5 5  5 5  5
       
X B   x5   B .b   1 1 1  6    3  6  3   0 
1

     
 x2    1 5 0 3 5   3   3  9   6 
 5 5  5
3
5
 
z  CB . X B   7 M  2 0 4M  1  0 
6
 
5
21 6 24 6
 M  0 M 
5 5 5 5
45 12
 M
5 5
12
 9M 
5
12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode simpleks yang direvisi adakah prosedur yang sistematik yang menggunakan
langkah-langkah yang tepat sama dari metode simpleks untuk meningkatkan efisiensi dan
akurasi perhitungan. Satu-satunya perbedaan terjadi dalam perincian perhitungan variabel
masuk dan variabel keluar. Dalam metode simpleks yang direvisi masalah program linier
diekspresikan dalam bentuk matriks.
Gagasan utama dari metode simpleks yang direvisi adalah menggunakan inversi basis
saat ini B-1 (dan data awal dari masalah) untuk melakukan perhitungan yang diperlukan untuk
menentukan variabel masuk dan variabel keluar. Secara spesifik, seperti dalam metode
simpleks, basis awal dalam metode yang direvisi selalu merupakan matriks identitas I yang

13
−1
inversinya adalah dirinya sendiri. Jadi, jika 𝑩1−1 , 𝑩−1
2 , … . , 𝑑𝑎𝑛 𝑩𝑖 mewakili inversi yang
berturut-turut untuk iterasi i dan jika E1, E2, . . ., Ei adalah matriks yang berkaitan. Langkah-
langkah dari metode primal maupun dual yang direvisi pada intinya adalah sama dengan
metode simpleks. Dengan diketahui basis awal I, dapat ditentukan vektor koefisien tujuan
yang berkaitan CB dimana variabel dasar awal adalah variabel slack.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ecker JG, Kupferschmid M.1988.Introduction to Operation Research.Singapore : John Wiley


& Sons, Inc
Taha, A Hamdy.2014.Riset Operasi Suatu Pengantar.Jakarta : Binarupa Aksara

14

Anda mungkin juga menyukai