OLEH:
Kelompok 8
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pemodelan Matematika yang berkaitan
dengan Solusi Permasalahan Pemodelan Matematika dengan menerapkan Metode Simpleks
yang Direvisi untuk Prosedur Teknik M. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Chairunnisa, S.Si, M.Si selaku dosen
pengampu Pemodelan Matematika dan teman-teman semua yang memberikan dorongan dan
masukan kepada kami sebagai penulis.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
2.4 Penerapan Metode Simpleks yang Direvisi dalam soal menggunakan Teknik M ............ 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari metode simpleks direvisi
2. Untuk mengetahui langkah – langkah metode simpleks yang direvisi
3. Untuk mengetahui penerapan metode simpleks yang direvisi dalam soal
menggunakan Teknik M
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada setiap iterasi XB mewakili variabel basis yang berkaitan dengan B sebagai basis.
Pada awal iterasi B = I berarti bahwa XB mewakili m elemen dari X dan B mewakili vector
(A I) yang berkaitan dengan XB, karena semua variabel non basis bernilai nol maka
pemecahan optimal ditentukan oleh variabel basis, sehingga diperoleh :
Z = CBXB dan BXB = b
Kemudian dalam bentuk matriks dapat ditulis :
1 CB Z 0
0 B X = b
B
Untuk menentukan nilai pemecahan XB dan Z dilakukan dengan mengalikan kedua ruas
1 CB
dengan invers dari
0 B
Sesuai dengan metode matriks yang dipartisi maka diperoleh
1
1 C B 1 CB B 1
0 B = 1
0 B
Jadi
1 CB B 1 1 CB Z 1 CB B 1 0
1 X = 1
0 B 0 B B 0 B b
Z 1 CB B 1b
X = 1
B 0 B b
Tabel simpleks dalam bentuk umum yang bersesuaian dengan XB diperoleh dengan
mempertimbangkan :
Z
1 CB B 1 1 CN CB 1 CB B 1 0
1 0 X =
0 B A I N 0 B 1 b
X B
Z
1 CB B 1 A CN CB 1 CB CB B 1b
X N = 1
0 B 1 A B 1 X B b
B
Jadi dalam bentuk matriks tabel simpleks ditujukan dalam tabel berikut :
Dasar XN XB PB
Z CBB-1 A – CN CB B-1 - CB CB B-1 b
XB B-1 A B-1 B-1b
4
Keterangan : PB = Penyelesaian Basis
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada setiap iterasi keseluruhan tabel dapat dihitung setelah
basis B yang berkaitan dengan Xb diketahui. Dengan diketahuinya basis B maka invers basis
B-1 dapat ditentukan. Setiap elemen lain dalam tabel simpleks merupakan fungsi dari B-1 dan
data semula dari masalah ini
I m (e1 , e2 ,...em )
Dimana 𝑒𝑖 adalah satu vektor kolom dengan satu elemen ditempat i dan nol ditempat lainnya.
Misalkan B dan 𝐵 −1 sudah diketahui dan asumsikan bahwa vektor 𝑃𝑟 dalam B digantikan
dengan vektor baru 𝑃ℎ (dalam istilah metode simpleks, 𝑃ℎ dan 𝑃𝑟 adalah vektor masuk dan
vektor keluar). Didefinisikan h B 1 Ph , sehingga kh adalah elemen ke-k dari h .
1
Selanjutnya invers basis baru Bnext dapat dihitung sebgai berikut : Definisikan F yang
merupakan matriks identitas ordo m x m, dimana kolom ke-r diganti dengan h , yaitu
F (e1 ,..., er 1 , h , er 1 ,..., em ) . Ambil E F 1 (e1 ,..., er 1 , , er 1 ,..., em ) , dimana :
5
1h
r h
2
h
rh
1
rh
m h
h
r
1
Sehingga didapatkan inversi basis berikutnya adalah Bnext E B 1 , dengan ketentuan
6
2.3 Langkah-Langkah Metode Simpleks yang Direvisi
Gagasan utama dari metode simpleks yang direvisi adalah menggunakan inversi basis
saat ini B-1 (dan data awal dari masalah) untuk melakukan perhitungan yang diperlukan untuk
menentukan variabel masuk dan variabel keluar. Penggunaan bentuk produk memudahkan
perhitungan inversi yang berturut-turut tanpa perlu menginversi basis secara langsung dari
data mentah. Secara spesifik, seperti dalam metode simpleks, basis awal dalam metode yang
direvisi selalu merupakan matriks identitas I yang inversinya adalah dirinya sendiri. Jadi, jika
−1
𝑩1−1 , 𝑩−1
2 , … . , 𝑑𝑎𝑛 𝑩𝑖 mewakili inversi yang berturut-turut untuk iterasi i dan jika E1, E2, . .
., Ei adalah matriks yang berkaitan sebagaimana didefinisikan dalam bagian 2.2.3.1 maka
−1 −1
𝑩1−1 = 𝑬𝟏 𝐈, 𝑩−1 −1
2 = 𝑬2 𝑩1 , … , 𝑩𝑖 = 𝑬𝑖 𝑩𝑖−1
Langkah-langkah dari metode primal maupun dual yang direvisi pada intinya adalah sama
dengan metode simpleks. Dengan diketahui basis awal I, dapat ditentukan vektor koefisien
tujuan yang berkaitan CB dimana variabel dasar awal adalah variabel slack.
variabel keluar Pr (baik untuk maksimisasi maupun minimisasi) harus berkaitan dengan
(𝐵−1 𝑏)𝑘
𝜃 = 𝑚𝑖𝑛 { , ∝ℎ𝑘 > 0}
∝ℎ
𝑘
Dimana
(B-1 b)k dan ∝ℎ𝑘 adalah elemen ke-k dari B-1 b dan ∝ℎ , jika semua ∝ℎ𝑘 ≤ 0, masalah tersebut
tidak memiliki pemecahan yang dibatasi
7
Langkah 3 : Penentuan basis berikutnya.
Dengan diketahui basis inversi saat ini B-1 , kita menemukan bahwa basis inversi 𝑩−1
𝑛𝑒𝑥𝑡
2.4 Penerapan Metode Simpleks yang Direvisi dalam soal menggunakan Teknik M
Pecahkan masalah berikut ini dengan metode simpleks yang direvisi :
Minimumkan z 2 x1 x2
Dengan batasan
3x1 x2 3
4 x1 3x2 6
x1 2 x2 3
x1 , x2 0
Penyelesaian :
Bentuk batasan menjadi
3x1 x2 x3 3
4 x1 3 x2 x4 x5 6
x1 2 x2 x6 3
x1 , x2 ,...x6 0
z 2 x1 x2 Mx3 Mx5
x1 x2 x3 x4 x5 x6 solusi
2 1 M 0 M 0 0
M [3 1 1 0 0 0 3 ]
M [ 4 3 0 1 1 0 6 ]
2 7M 1 4M 0 M 0 0 9M
z (2 7 M ) x1 (1 4 M ) x2 Mx4 9 M 0
z (7 M 2) x1 (4M 1) x2 Mx4 9M
z [ 7 M 2 4M 1 0 M 0 0 ]
8
Batasan
x1
x
2
x3
3 1 0 1 0 0 x4 3
4 3 1 0 1 0 x 6
5
1 2 0 0 1 1 x6 3
Pemecahan Awal
X B ( x3 , x5 , x6 )T
CB (0, 0, 0)
B ( P3 , P5 , P6 ) I
B1 I
Iterasi I
Langkah I. Perhitungan z j c j untuk variabel non dasar P1 , P2 , P4
Y CB B 1
0 0 0.I
0 0 0
( z1 c1 , z2 c2 , z4 c4 ) Y ( P1 , P2 , P4 ) (C1 , C2 , C4 )
3 1 0
0 0 0 4 3 1 7 M 2 4 M 1 M
1 2 0
0 0 0 7 M 2 4 M 1 M
2 7 M 1 4M M
9
Langkah II. Penentuan variabel masuk
3
X B B .b I .b b 6
1
3
1
B .P2 I .P2 3
2 1
2
3 6 3 3
min , , ,sesuai dengan x6
1 3 2 2
Maka P6 sebagai variabel keluar
Langkah III. Penentuan Inversi berikutnya
P2 menggantikan P6 diposisi ke 3 (r = 3)
2 1 3 2 , pilih 32
T
1 1
2 1 0 2
3
B next E.B E.I E 0 1
1 1 3
2 2
1
0 0 1
2 2
Iterasi II
10
3
Karena 5M masih negatif maka P1 menjadi variabel masuk
2
Langkah II. Penentuan variabel keluar
1 3 3
1 0 2 3 2 2
3
1 3 9 3
X B B .b 0 1 6 6
2 2 2
3
0 0 1 3 3
2 2 2
1 1 5
1 0 2 3 2 2
3
3 3 5
B .P1 0 1 4 4
1 1
2 2 2
1
0 0 1 1 1
2 2 2
3 3 3
min , ,3 ,sesuai dengan x3 atau x5
5 5 5
Pilih P3 sebagai vektor keluar
Langkah III. Penentuan Inversi berikutnya
P1 menggantikan P3 diposisi ke 1 (r = 1)
T
5 5 1 5
1
, pilih 1 yaitu
1
2 2 2 2
1
5 2 1
2 1 0 2 1
2 5 0 0 0
5 5
2
5 5 3
1 B next E.B 1 1 0 0 1 1 1 1
2 1 1
5 2
1 3
1
2 1 1
0 1 0
1 5 5 0 0 5 5
2 2
5
2
X B x1 , x5 , x2 ;C B (7 M 2, 0, 4 M 1)
11
Iterasi III
Langkah I. Perhitungan z j c j untuk variabel non dasar x3 , x4 , x6
Y CB B 1
1
1 0 2
7 M 2 0 4 M 1. 0 1 3
2
0 0 1
2
3 1
7 M 2 0 M
2 2
( z3 c3 , z2 c2 , z4 c4 ) Y ( P3 , P4 , P6 ) (C3 , C4 , C6 )
1 0 0
1
1 0 0 M
3
7 M 2 0 M 4 0
2 2
0 0 1
3 1
7 M 2 0 M 0 M 0
2 2
3 1
7 M 2 M M
2 2
3 1
Karena M merupakan variabel non dasar sehingga tidak diperhitungkan
2 2
nilainya
Pemecahan Optimal
6 3 3
2 0 1 3
x1 5 5 5 5 5
X B x5 B .b 1 1 1 6 3 6 3 0
1
x2 1 5 0 3 5 3 3 9 6
5 5 5
3
5
z CB . X B 7 M 2 0 4M 1 0
6
5
21 6 24 6
M 0 M
5 5 5 5
45 12
M
5 5
12
9M
5
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode simpleks yang direvisi adakah prosedur yang sistematik yang menggunakan
langkah-langkah yang tepat sama dari metode simpleks untuk meningkatkan efisiensi dan
akurasi perhitungan. Satu-satunya perbedaan terjadi dalam perincian perhitungan variabel
masuk dan variabel keluar. Dalam metode simpleks yang direvisi masalah program linier
diekspresikan dalam bentuk matriks.
Gagasan utama dari metode simpleks yang direvisi adalah menggunakan inversi basis
saat ini B-1 (dan data awal dari masalah) untuk melakukan perhitungan yang diperlukan untuk
menentukan variabel masuk dan variabel keluar. Secara spesifik, seperti dalam metode
simpleks, basis awal dalam metode yang direvisi selalu merupakan matriks identitas I yang
13
−1
inversinya adalah dirinya sendiri. Jadi, jika 𝑩1−1 , 𝑩−1
2 , … . , 𝑑𝑎𝑛 𝑩𝑖 mewakili inversi yang
berturut-turut untuk iterasi i dan jika E1, E2, . . ., Ei adalah matriks yang berkaitan. Langkah-
langkah dari metode primal maupun dual yang direvisi pada intinya adalah sama dengan
metode simpleks. Dengan diketahui basis awal I, dapat ditentukan vektor koefisien tujuan
yang berkaitan CB dimana variabel dasar awal adalah variabel slack.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
14