Anda di halaman 1dari 2

MENTAL PEMINTA-MINTA

oleh
Ira Rachmayanti Sukanda
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2011
Universitas Pendidikan Indonesia

“Mental Peminta-Minta”. Tidakkah kita bisa mencerna maksud dari ungkapan mental
peminta-minta? Coba kita perhatikan bagaimana wajah Indonesia saat ini! Lebih spesifiknya
lagi, perhatikanlah bagaimana hiruk-pikuk jalanan di negeri ini. Tak bisa dipungkiri keadaan
ekonomi menjadi faktor paling berpengaruh terhadap banyaknya pengemis di setiap sudut-
sudut jalanan terutama di kota-kota besar. Menjadi pengemis seakan dijadikan pilihan
terakhir untuk mendapatkan uang. Padahal masih banyak pilihan yang bisa diambil,
permasalahannya terletak pada mau atau tidaknya mereka memilih cara yang lebih layak.
Lapangan pekerjaan adalah salah satu hal yang disoroti pemerintah. Karena nyatanya
lapangan pekerjaan yang tidak merata sehingga tidak bisa menampung mereka dengan
kemampuan yang rendah pada akhirnya membuat mereka lebih memilih untuk mengemis. Ya,
mengemis ternyata lebih menguntungkan daripada harus bekerja. Bermodalkan wajah
memelas dan menyedihkan mampu membuat banyak orang merasa iba sehingga memberikan
Rupiah demi Rupiahnya untuk digelontorkan. Tak jarang banyak pengemis yang meminta
dengan cara memaksa ataupun mengumpat. Hal ini tentu bukan cara yang baik, mengemisnya
saja pun sudah tidak baik apalagi ditambah dengan paksaan dan kata-kata tidak terpuji.
Banyaknya pengemis sudah tak terbendung lagi, apalagi kondisi ini diperparah
dengan membludaknya pengemis-pengemis dadakan. Kenapa disebut pengemis dadakan?
Karena banyak orang yang notabenenya masih sanggup bekerja dan memiliki kehidupan
yang cukup layak tetapi berpura-pura miskin dan mengemis untuk menambah penghasilan.
Bukankah hal ini begitu miris? Mengemis yang pada awalnya dilakukan oleh orang-orang
yang benar-benar tak berkecukupan kini malah dilirik oleh kalangan yang lebih elite. Ini
menyebabkan tugas pemerintah untuk mengatasi banyaknya pengemis semakin sulit.
Mengemis telah dikategorikan sebagai profesi yang memberikan banyak keuntungan.
Padahal, seseorang dikatakan bekerja manakala dia telah produktif atau menghasilkan sesuatu
baik itu barang maupun jasa. Jelas, bahwa mengemis bukanlah sebuah profesi bahkan
kegiatan mengemis bukanlah tindakan yang terpuji. Bukankah Tuhan menyuruh kita untuk
selalu berusaha dan bekerja keras secara positif dan terpuji? Oleh sebab itu, mengemis
bukanlah jalan yang baik untuk mencari uang, masih banyak cara dan pekerjaan lain yang
bisa dilakukan.
Bertambahnya jumlah pengemis setiap tahun tentunya memiliki dampak terhadap
keindahan kota. Bagaimana tidak, jika setiap penjuru jalanan dihiasi oleh para pengemis
menjadikan kota penuh dengan gelandangan. Indonesia bisa saja disebut sebagai “Negeri
Seribu Pengemis”. Namun, yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana pemerintah
menanggulangi persebaran pengemis yang sangat cepat. Dibutuhkan lapangan pekerjaan yang
tidak sedikit. Ditambah lagi bagaimana para pengemis tersebut ditampung dan diberikan
pelatihan keterampilan atau keahlian sehingga mereka bisa masuk pada pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Masalah pengemis bukanlah masalah yang sederhana sehingga gerak cepat
pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut sangatlah diharapkan. Poin pentingnya
adalah pelatihan keterampilan kerja sehingga para pengemis tersebut dapat disalurkan ke
berbagai lapangan pekerjaan.
Semakin banyaknya pengemis adalah tanda semakin tidak kondusifnya situasi
perekonomian kita. Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan bisa memperluas sektor lapangan
pekerjaan sehingga orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetapi telah dilatih berbagai
keterampilan bisa cepat bekerja. Karena sampai kapan para pengemis tersebut akan
mengandalkan hidupnya dari belas kasihan orang lain? Ini adalah kondisi yang sangat riskan.
Oleh sebab itu, menjadi perhatian bagi kita untuk tidak memberi kepada pengemis terutama
pengemis yang masih segar bugar. Karena pengemis seperti itu masih memiliki kemampuan
untuk bekerja. Ingatlah! Jika kita memberi, bukankah kita memberikan kontribusi terhadap
Indonesia sebagai negara dengan mental peminta-minta?

Anda mungkin juga menyukai