Lapsus Hiperemesis Gravidarum RizkyBillyChika Jejaring Gianyar
Lapsus Hiperemesis Gravidarum RizkyBillyChika Jejaring Gianyar
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Oleh:
Pembimbing
dr. Pande Md. Ngr. Geriawan, Sp.OG
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, maka laporan kasus dengan topik “Hiperemesis
Gravidarum” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat
dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM
Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUD
Sanjiwani.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul......................................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mual dan muntah adalah kondisi yang wajar yang sering ditemukan pada kehamilan
trimester pertama. Mual dan muntah ini dapat menjadi masalah apabila terjadi secara
berlebihan sehingga dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk karena terjadinya dehidrasi. Mual dan muntah yang
berlebihan ini disebut dengan hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam
mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan yang terjadi di Indonesia, 0,3% dari seluruh
kehamilan di Swedia, 0,5% dari seluruh kehamilan di California, 0,8% di Canada,
10,8% di Cina, 0,9% di Norwegia, dan 0,5% di Amerika Serikat. Berdasarkan hasil
penelitian Depkes RI tahun 2009 menjelaskan bahwa 80% perempuan hamil
mengalami rasa mual dan muntah. Hal ini dapat memicu perempuan hamil
menghindari makanan tertentu yang dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi ibu dan
janin.1,2
Mual dan muntah berlebih yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu disebut hiperemesis gravidarum.1 Hiperemesis gravidarum
merupakan kondisi yang kompleks dan mengganggu aktivitas sehari-hari atau
menimbulkan komplikasi. Keadaan ini merupakan indikasi tersering ibu hamil untuk
dirawat di rumah sakit pada trimester awal kehamilan.2
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian namun hampir 25%
pasien dirawat inap lebih dari sekali dengan keluhan serupa.3 Hiperemesis
gravidarum yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai
komplikasi baik komplikasi terhadap ibu maupun komplikasi terhadap janin. Ibu
yang mengalami muntah persisten dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit serta ketosis. Sedangkan pada bayi dapat terjadi pertumbuhan janin
terhambat serta kematian janin. Maka dari itu sangat penting untuk mengetahui tanda
dan gejala serta penanganan yang tepat untuk hiperemesis gravidarum.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai usia kehamilan 20 minggu.1 Menurut The Society of Obstetricians and
Gynaecologyst of Canada (SOGC), hiperemesis gravidarum didefinisikan
sebagai keadaan mual dan muntah yang berlebihan atau menetap pada wanita
hamil dan mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menimbulkan komplikasi
seperti penurunan berat badan lebih dari 5% dari berat sebelum hamil, adanya
tanda-tanda dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan ketonuria.4
2.2. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida.1 Insiden hiperemesis gravidarum bervariasi pada beberapa studi
populasi. Beberapa melaporkan antara 50-90% tetapi kebanyakan berkisar
antara 70-80%. Pada 20% kasus hiperemesis gravidarum gejala berlangsung
menetap selama kehamilan.4 Di dalam penelitian Mahmoud (2012) dinyatakan
bahwa hiperemesis gravidarum terjadi pada 59.000 wanita hamil di AS, dengan
angka insiden sebesar 0,5%. Selain itu, diperkirakan bahwa wanita hamil yang
memiliki gejala mual dan muntah berat di China adalah mencapai 10,8%. Di
Malaysia, ditemukan bahwa prevalensi wanita yang mengalami HG adalah
3,9%.5
Berdasarkan hasil penelitian Depkes RI tahun 2009 menjelaskan bahwa
80% perempuan hamil mengalami rasa mual dan muntah. Hal ini dapat
memicu perempuan hamil menghindari makanan tertentu yang dapat
mempengaruhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin.1,2
2.3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum diketahui
secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin,
biokimiawi dan psikologis. Walaupun penyebab pastinya belum diketahui,
namun umur kehamilan muda, kehamilan pertama, mola hidatidosa, kehamilan
ganda, adanya riwayat keluarga yang mengalami hiperemesis gravidarum, dan
2
wanita yang sebelumnya memiliki riwayat hiperemessis gravidarum
diperkirakan dapat menjadi penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum.
Keluhan mual dan muntah pada kehamilan dapat dipicu oleh berbagai stimulus
diantaranya stimulus visual, vestibular, olfaktorik, gustatorik, gastrointestinal,
psikogenik dan emetogenik.7
3
dengan wanita hamil yang normal. Hal ini dipercaya disebabkan oleh aktivitas
berlebihan dari sistem saraf simpatis dan peningkatan produksi dari TNFα.7
4
yang mengandung kafein, tembakau dan alkohol. Adanya kelainan enzim hati
yang ditemukan pada wanita dengan hiperemesis gravidarum mungkin
disebabkan oleh adanya peningkatan beban metabolik dari inaktivasi hormon
trofoblastik dan mungkin emetogen lain yang berhubungan dengan kehamilan.7
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak seimbangnya elektrolit.3 Hiperemesis gravidarum ini dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton
dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida urin. Selain
itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolik toksik. Kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah
lingkaran setan yang sulit dihentikan. Di samping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan
lambung (sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat pendarahan gastrointestinal.
Pada umumnya robekan ini ringan dan pendarahan dapat berhenti sendiri,
jarang sampai diperlukan transfusi dan tindakan operatif. 7
5
oliguria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari udara pernafasan, dapat pula
ditemukan dalam urin.
2.5.3 Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat. Dapat terjadi komplikasi pada
susunan saraf pusat yang dikenal sebagai Ensefalopati Wernicke.
2.6. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Adapun informasi yang perlu
digali saat anamnesis yaitu gejala amenore yang disertai mual dan muntah
yang berlebihan pada kehamilan muda trimester pertama. Mual dan muntah
berlebih ini biasanya mulai muncul pada usia kehamilan 4-10 minggu
kemudian puncaknnya terjadi saat umur kehamilan 8-12 minggu dan menurun
kejadiannya saat umur kehamilan mencapai 20 minggu. Pada kasus yang
jarang, gejala dapat ditemukan persisten hingga memasuki setengah usia
kehamilan.8,9
Hiperemesis gravidarum memengaruhi keadaan umum, nadi meningkat
100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril, dan
gangguan kesadaran (apatis-koma).1 Pasien biasanya datang dengan keluhan
yang menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, ketosis, gangguan asam-basa dan
elektrolit, dan penurunan berat badan >5%. Ptialisme (berludah yang
berlebihan) kadang dikeluhkan. 10
Sebuah skor untuk menilai tingkat mual muntah pada kehamilan telah
dibuat dan divalidasi yang diberi nama dengan pregnancy-unique
quantification of emesis/nausea (PUQE) score. Tabel PUQE score dapat dilihat
pada tabel 2.1.8
Klasifikasi mual muntah berdasarkan PUQE score adalah jumlah poin
dari ketiga pertanyaan diatas, bila skor total < 6 dikategorikan sebagai mual
muntah yang ringan, skor 7-12 dikategorikan sebagai mual muntah moderate,
nilai skor > 13 dianggap mual muntah yang berat. Berdasarkan kategori
tersebut selanjutnya dilakukan manajemen terapi yang sesuai. Dimana mual
muntah yang berat pada kehamilan membutuhkan perawatan yang lebih
seksama.8
6
Penanganan mual dan muntah pada kehamilan tergantung dari tingkat
berat ringannya gejala, berkisar dari perubahan pola diet pada pasien dengan
gejala yang ringan, hingga pemberian obat-obatan, nutrisi parenteral total
(NPT) pada gejala yang berat. Terminasi kehamilan karena hiperemesis sudah
sangat jauh berkurang.
7
HCG. Hasil pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda
dehidrasi sepertipeningkatan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood
urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Kelainan elektrolit dan asam basa
dapat dijumpai seperti hipokloremia, hiponatremia, penurunan potasium dan
asidosis. Peningkatan aminotransferase serum dan kadar bilirubin total dapat
ditemukan.2Selain pemeriksaan laboratoris juga dapat dilakukan pemeriksaan
USG harus dipertimbangkan dilakukan untuk mengeklusi kehamilan multipel
dan kehamilan mola.
8
kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah.
Pemeriksaan serum amilase dapat membantu menegakkan diagnosis.4
2.7.4 Hipertiroidism
Hipertiroidism dapat bermanifestasi asimtomatik maupun dengan gejala dan
tanda yang signifikan.Adapun gejala dari hipertiroidism adalah kegelisahan,
iritablitas, peningkatan keringat, berdebar, tangan tremor, cemas, sulit tidur,
penipisan kulit, kelemahan otot terutama lengan atas dan paha.Gerakan usus
pasien dengan hipertiroidim lebih sering dan diare sering terjadi.Penurunan
berat badan dapat terjadi bahkan ketika nafsu makan baik, muntah dan pada
wanita aliran darah mestruasi berkurang dan siklus menstruasi tidak teratur
cenderung berkurang atau dengan siklusnya memanjang. Pemeriksaan fisik dan
penunjang fungsi tiroid akan sangat membantu dalam penegakan diagnosis ini.
2.7.5 Hepatitis
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya
sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT dan
SGPT yang nyata.4
2.8. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi maternal maupun fetal.Pada risiko maternal, ibu dapat mengalami
diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia dan kejang akibat dari defisiensi
tiamin (B1). Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis korsakoff
(meliputi amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas) ataupun
kematian. Penyulit ini disebut Ensephalopati Wernicke dengan trias klasik,
yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang
tidak teratur (ataksia), dan kebingungan.Dengan demikian, untuk hyperemesis
tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.Penyulit lainnya yang
mungkin timbul adalah ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss pada esofagus,
pneumotoraks dan neuropati perifer.1
Komplikasi yang mungkin terjadi pada janin yaitu meningkatkan
peluang kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR) akibat
penurunan berat badan ibu yang kronis. Selain itu dapat juga terjadi kematian
janin, pertumbuhan janin terhambat, preterm, berat badan lahir rendah, dan
kelainan kongenital.3
9
2.9. Penatalaksanaan
Penanganan mual dan muntah pada kehamilan didasarkan pada berat ringannya
gejala. Secara garis besar, tatalaksana dapat dibagi menjadi terapi cairan,
pemberian antiemetik serta terapi nutrisi.
Tujuan utama dari terapi cairan adalah mencegah terjadinya mekanisme
kompensasi dari dehidrasi berupa penurunan perfusi uterus yang termasuk
sebagai organ nonvital. Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan
cairan isotonik, misalnya ringer laktat, ringer asetat, atau normal salin. Normal
salin sebaiknya diberikan secara hati-hati untuk mencegah komplikasi seperti
delusional acidosis atau hyperchloremic acidosis.11 Resusitasi dikatakan
adekuat bila terdapat parameter seperti tekanan darah arteri rata-rata 70 – 80
mmHg, denyut jantung kurang dari 100x per menit, ekstremitas hangat dengan
pengisian kapiler baik, susunan saraf pusat baik, produksi urin sejumlah 0.5 – 1
ml/kg BB/jam dan asidosis tidak berlanjut.3
Jumlah cairan yang diperlukan untuk rehidrasi dalam 2 jam pertama,
dapat dihitung menggunakan skor dan rumus yang dikemukakan oleh
Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk
rehidrasi inisial berdasarkan sistem skor. Adapun nilai (score) gejala klinis
dapat dilihat pada tabel 2.2.
Semua skor ditulis lalu dijumlahkan. Jumlah cairan yang sebaiknya
diberikan dalam 2 jam pertama dapat dihitung berdasarkan rumus :
Keterangan :
BB = Berat Badan (kg)
10
6
Tabel 2.2 Daldiyono Score
11
Dopamin antagonis meminimalkan efek dopamin pada reseptor D 2 pada
CTZ yang akan mengurangi rangsangan terhadap pusat muntah di
medula. Meskipun dopamin antagonis murah dan mempunyai efikasi
luas namun mempunyai efek samping diantaranya sedasi, ortostatik
hipotensi, dan gejala ekstrapiramidal seperti tardive diskinesia.4
2.9.1.3 Serotonin Antagonis
Selektif serotonin antagonis menghambat kerja serotonin pada reseptor
5-hidroksitriptamin3 (5-HT3) pada usus kecil, saraf vagus, dan CTZ.
Bekerja menurunkan rangsangan aferen visceral dan CTZ pada pusat
muntah di medula. Karena penghambatan yang menyebar pada
serotonin, obat ini menjadi pengobatan primer pada muntah. Umumnya
serotonin antagonis telah ditunjukkan aman, dengan efek samping yang
minimal. Nyeri kepala, diare, dan lesu merupakan efek samping yang
tersering. Reaksi hipersensitivitas jarang timbul tetapi telah
berhubungan dengan komplikasi dari urtikaria sampai bronkhospasme
dan anafilaksis.4
2.9.1.4 Kortikosteroid
Sebuah studi menunjukan tidak ada perawatan kembali untuk muntah
berulang pada wanita dengan hiperemesis gravidarum yang diberikan
metilprednisolon per oral, dibandingkan dengan lima orang yang
memerlukan perawatan kembali yang diberikan terapi promethazin
oral.1 Penulis studi tersebut mempercayai metilprednisolon 16 mg tiga
kali sehari (28 mg per hari) diikuti dengan penurunan dosis dalam 2
minggu, berguna bagi hiperemesis yang sukar disembuhkan.1
Kortikosteroid secara umum dianggap aman diberikan selama
kehamilan.
13
Jahe dilaporkan bahwa pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 2 kali
perhari lebih baik hasilnya dibandingkan plasebo pada wanita dengan
hiperemesis gravidarum. Belum ada penelitian yang menunjukan
hubungan kejadian abnormalitas pada fetus dengan jahe.11
2.9.3.2 Vitamin B6 (piridoksin)
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme
lipid, karbohidrat dan asam amino. Peranan vitaminB6 untuk mengatasi
hiperemesis masih kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif
berkisar 12,5-25 mg per hari tiap 8 jam. Selain itu Czeizel melaporkan
suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi kejadian
mencegah insiden hiperemesis gravidarum.11
2.10 Prognosis
Prognosis hiperemesis gravidarum dapat sangat memuaskan bila dilakukan
dengan penanganan yang baik, namun pada tingkatan yang berat dan tidak
mendapatkan penanganan yang baik akan berkaitan dengan pengeluaran yang
buruk. Pada suatu penelitian diketahui bahwa seorang ibu yang hiperemetik
memiliki risiko nutrisi buruk bila mean diatary intake dari semua nutrien
dibawah 50% dari recommended dietary allowances. Kemudian, diketahui
lebih dari 60% pasien memiliki cadangan tiamin, riboflavin, vitamin B6,
vitamin A dan retinol binding protein yang suboptimal.8
Pada kasus yang diseleksi dengan penurunan berat badan >5% dan
malnurish berkepanjangan, didapatkan keluaran kehamilan yang buruk seperti
berat badan lahir bayi rendah, pendarahan antepartum, kelahiran premature
dan terkait anomali fetal.Hal ini terkait dengan kontrol gejala yang kurang
danketidakmampuan dalam mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit.8
14
Bagan 2.1.Tahap-Tahap Penanganan Hiperemesis Gravidarum.9
15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : NWW
No RM : 624087
Umur : 28 tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gianyar
MRS : 22 Mei 2018
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Mual muntah sejak 3 minggu lalu, Muntah pasien berisi makanan dan cairan
dengan volume 1 gelas air mineral (250 ml), Pasien mengatakan kemarin
muntah sebanyak lebih dari 5 kali, dalam sehari mual bisa dirasakan lebih
dari 6 jam, faktor yang memperberat penyakit pasien adalah pasien mencoba
untuk makan dan minum, pasien selalu memuntahkan apapun yang pasien
makan dan minum, faktor yang memperingan penyakit pasien yaitu istirahat
dan tidak ada keluhan penyerta pada pasien ini.
16
melitus, asma, dan penyakit jantung disangkal pasien. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat ataupun makanan.
3.2.4 Riwayat Menstruasi
Pasien mendapatkan haid pertama pada usia 11 tahun dengan siklus setiap
bulannya teratur setiap 28 hari. Lamanya haid dalam 1 periode adalah 7 hari
dengan frekuensi mengganti softex 3 kali perhari (±50 ml). Hari pertama haid
terakhir (HPHT) pasien adalah 26 Maret 2018, dengan taksiran persalinan
pasien yaitu pada tanggal 3 Desember 2018.
Hidup
Rumah
1. Aterm 2400 I pspt Nakes I Usia 8
Sakit
th
Hidup
Rumah
2. Aterm 3600 I pspt Nakes I Usia 5
Sakit
th
Hamil
3.
ini
17
apendiktomi tahun 2012. Pasien tidak merokok maupun mengkonsumsi
minuman beralkohol.
Status General
Mata : Anemia -/-, ikterus -/-, cowong + /+
THT : Kesan tenang
Thoraks : Mammae : Hiperpigmentasi areola mammae
Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : ~ Status Obstetri
Ekstremitas : Edema (-), turgor kulit menurun
Hangat + +
- -
Status Ginekologi
Abdomen : TFU tidak teraba, bising usus (BU) (+) baik, distensi (-)
Vagina : Pendarahan (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (22/05/2018) :
WBC : 13,5 . 103/μL
RBC : 4,53 . 106/μL
18
HGB : 12,3 g/dL
HCT : 35,6 %
PLT : 228 . 103/μL
PP Test : Positif (+)
Kimia Darah (22/05/2018) :
Gula sewaktu : 103 mg/dL
Ureum : 32 mg/dL
Kreatinin : 0,6 mg/dL
SGOT : 25 U/L
SGPT : 22 U/L
Protein total : 8,65 g/dL
Albumin : 4,57 g/dL
Globulin : 4,1 g/dL
Urinalisis (22/05/2018) :
Warna : Kuning
Leukosit : Negatif
pH : 5
Reduksi : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilin : Normal
Keton : +1 mg/dL
Nitrit : Negatif
Eritrosit : Negatif
Berat Jenis : 1,030
Sedimen :
Eritrosit : 0-1/LP
Leukosit : 1-3/LP
Epitel : ++
Bakteri : +
Elektrolit (22/05/2018) :
Natrium : 141 mmol/L
Kalium : 3,8 mmol/L
Klorida : 101 mmol/L
19
3.4. Diagnosis Kerja
G3P2002 Umur Kehamilan 8 minggu 2 hari T/H + Hiperemesis Gravidarum
grade II.
3.5. Penatalaksanaan
I. KIE :
Hasil pemeriksaan, diagnosis, rencana terapi bahwa pasien harus
dirawat inap untuk penanganan yang lebih intensif, komplikasi serta
prognosis, bahwa hiperemesis gravidarum ini sering berulang
kejadiannya namun setelah 20 minggu kejadiannya akan menurun.
Diet dan perubahan pola hidup, makan lebih sering dengan porsi lebih
sedikit, pisahkan makanan padat dan cair, hindari makanan
berminyak, hindari minuman dingin, hindari makanan yang terlalu
manis, hindari rangsangan sensorik seperti bau yang berlebihan.
II. Terapi
MRS
Maintenance Dekstrosa 10% : Ringer Laktat = 4 : 1 500 cc
a. Medikamentosa
Ranitidine 50mg tiap 12 jam IV
Ondansentron 8 mg tiap 8 jam IV
Neurobion drip 1 ampul/hari dalam NaCl 0.5% 100cc
b. Non Medikamentosa
Diet kering
Puasa 24 jam
III. Monitoring/Evaluasi
Keluhan, Tanda Vital, Berat Badan, Produksi Urine dan Keton urin.
20
3.6. Perjalanan Penyakit
Tanggal S O A P
22-05- Mual (+) St.Present G3P2002 UK Px: DL, UL
2018 muntah (+) Kes : CM 8 minggu 2 Tx :
frek. TD : 100/70 hari T/H + Ringer Laktat 500 cc
muntah > mmHg Hiperemesis 28 tetes/menit
5x N : 90 x/menit Gravidarum Ranitidine 2x1 amp iv
R : 20x/menit Ondansentron 3x4mg iv
T : 37 oC Neurobion drip 1
St. Ginekologi ampul/hari dalam
Abd : tfu belum NaCl 0.5% 100cc
teraba, BU(+)N, Puasa 24 jam
distensi (-) Mx : keluhan, tanda
vital
23-05- Mual (-), St.Present G3P2002 UK Tx :
2018 muntah (-), Kes : CM 8 minggu 2 Perbaiki KU, cek UL
TD : 110/70 hari T/H + Neurobion drip 1
mmHg Hiperemesis ampul/hari dalam
N : 82 x/menit Gravidarum NaCl 0.5% 500cc
R : 20x/menit Ranitidine 150 mg tiap
T : 36,8oC 12 jam io
St. General : Ondansentron 8 mg
mata : anemis tiap 8 jam io
-/- diet kering
St. Ginekologi Mx : keluhan, tanda
Abd : tfu belum vital
teraba, BU(+)N,
distensi (-)
21
24-05- mual (+), St.Present G3P2002 UK Tx :
2018 muntah (+) KU : Baik 8 minggu 2 Perbaiki KU
TD : 100/70 hari T/H + Ranitidine 150 mg tiap
mmHg Hiperemesis 12 jam io
N : 80 x/menit Gravidarum Ondansentron 8 mg
R : 18 x/menit hari ke 2 tiap 8 jam io
T : 36,4 oC Mx : keluhan, tanda
St. General vital
mata : anemis
-/-
St. Ginekologi
Abd : tfu belum
teraba, BU(+)N,
distensi (-)
25-05- mual (+) St.Present G3P2002 UK Tx :
2018 muntah (-) KU : Baik 8 minggu 2 Perbaikan KU
BAB (-) TD : 100/70 hari T/H + Ondansentron 8 mg
mmHg Hiperemesis tiap 8 jam io
N : 80 x/menit Gravidarum Ranitidin 150 mg tiap
R : 18 x/menit hari ke-3 12 jam io
T : 36,7oC Asam folat 1x1
St. General Microlax supp
mata : anemis BPL, kontrol 2 juni
-/- 2018
St. Ginekologi
Abd : tfu belum
teraba, BU(+)N,
distensi (-)
12.00 Pasien pulang
22
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Diagnosis
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena
berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan
muntah yang berat, dimana keluhan tersebut sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari. Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien dalam usia kehamilan 8
minggu 2 hari mengalami keluhan muntah sejak 3 minggu yang lalu. Fakta ini
mendukung diagnosis hiperemesis gravidarum yang didefinisikan sebagai
keadaan muntah yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. 1
Keluhan tersebut kembali semakin memberat sejak sehari sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mengatakan kemarin muntah berisikan air dan sisa
makanan yang tidak disertai darah terjadi lebih dari lima kali, volume tiap kali
muntah sekitar 1 gelas aqua. Pasien mengaku mual yang dirasakan cukup berat
dimana pasien dalam sehari merasa mual > 6 jam. Pasien tidak mengeluhkan
ada muntah tanpa ada isi lambung yang keluar. Berdasarkan keluhan tersebut,
didapatkan skor PUQE sejumlah 10-11 sehingga tergolong gejala mual dan
muntah yang sedang.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pasien 100/70
mmHg dengan nadi 90 kali per menit. Pada status generalis didapatkan kedua
mata dalam keadaan cowong, turgor kulit menurun dan ekstremitas bawah
dingin. Hasil pemeriksaan penunjang, tidak didapatkan hemokonsentrasi,
elektrolit dalam batas normal, namun didapatkan ketonuria +1. Data tersebut
sesuai dengan diagnosis hiperemesis gravidarum grade II.
4.2. Penatalaksanaan
Berdasarkan Daldiyono score, didapatkan skor yaitu: muntah (1), Turgor Kulit
(1), Mata Cowong (2). Kemudian dengan menggunakan rumus (berat badan
pasien adalah 53 kg), maka:
23
= 1.41 liter
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan bahwa jumlah cairan rehidrasi
yang harus diberikan dalam 2 jam pertama adalah sebanyak 1,41 liter.
Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik. Cairan
pemeliharaan yang digunakan adalah Dekstrosa 10% : Ringer laktat = 4 : 1.
Digunakannya cairan ini adalah selain untuk memenuhi kebutuhan cairan
pasien juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalori pasien. Digunakan
dektrosa, karena pada pasien hiperemesis gravidarum terjadi oksidasi lemak
yang tidak sempurna yang ditandai dengan ditemukannya benda keton di dalam
urin. Selain itu cairan ini bersifat isotonik hiperosmotik membantu transport
cairan intravaskuler menuju intraseluler sehingga dapat memperbaiki kondisi
dehidrasi pasien.
Pasien ini dipuasakan selama 24 jam pertama yang bertujuan untuk
mengistirahatkan saluran cerna pasien. Pemberian makanan akan merangsang
saluran cerna untuk mengeluaran asam lambung dan mengakibatkan iritasi
saluran cerna sehingga muntah bertambah berat. Kebutuhan cairan dan kalori
penderita pada 24 jam pertama hanya didapat dari cairan infus yang masuk.
Setelah 24 jam coba diberikan makanan sesuai dengan diet hiperemesis I.
Pada pasien ini diberikan ondansetron karena terjadi muntah-muntah
yang hebat pada pasien ini hingga menimbulkan komplikasi. Antagonis
reseptor 5-hydroxytryptamine (5HT3) seperti ondansetron mulai sering
digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih
terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama
dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil.
Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada
penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan.
Pasien juga diberikan ranitidine dan neurobion (mengandung vitamin A,
B1, B6, B12,). Ranitidine adalah golongan antagonis H2 yang menurunkan
produki asam lambung. Pemberian multivitamin Vitamin B1, B6, dan B12,
yang merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat
dan asam amino bertujuan untuk mencegah defisiensi lebih lanjut akibat
muntah yang dialami serta secara bermakna mengurangi dan mencegah insiden
hiperemesis gravidarum.
24
Pada pasien ini dilakukan monitoring keluhan, tanda vital, dan keton
urin. Keluhan pasien perlu diperhatikan untuk mengetahui apakah masih
terdapat keluhan mual maupun muntah pada pasien. Tanda vital pasien dilihat
apakah terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi atau
peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda-tanda dehidrasi. Keton urin
dilihat untuk mengetahui apakah telah terjadi metabolisme yang tidak
sempurna pada pasien ini.
25
BAB V
SIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27