Anda di halaman 1dari 10

INFOMATEK

Volume 18 Nomor 1 Juni 2016

KAJIAN PROGRAM MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK SEKOLAH


(PMT-AS) DI BANDUNG

Ira Endah Rohima*)

Program Studi Teknologi Pangan


Fakultas Teknik – Universitas Pasundan

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji kinerja PMT-AS di Bandung, persepsi pihak sekolah
mengenai pelaksanaan, manfaat, beban, kebutuhan, dan pelatihan dari PMT-AS, dan persepsi masyarakat
mengenai pelaksanaan, manfaat, beban, kebutuhan dari PMT-AS. Desain penelitian ini adalah cross sectional
study dan retrospective yang dilaksanakan di Kabupaten dan Kota Bandung. Pengambilan data primer dan
sekunder dari responden pihak sekolah dan masyarakat yang berjumlah 54 orang. Pejabat Daerah di Bandung
memberikan persepsi bahwa pelaksananan PMT-AS berjalan dengan baik (100%), 75-100% menilai bahwa
PMT-AS memberikan manfaat, tidak menjadi beban (50-100%), masih dibutuhkan (100%).Pihak sekolah
memberikan persepsi bahwa pelaksanaan PMT-AS berjalan dengan baik (100%), 75-91,7% pihak sekolah
menilai bahwa PMT-AS memberikan manfaat (100%), tidak menjadi beban(100%), dan masih dibutuhkan
(100%). Masyarakat di Bandung memberikan persepsi bahwa pelaksanaan PMT-AS berjalan dengan baik
(100%), memberikan manfaat (90,9-100%), dan tidak menjadi beban (100%) dan masih dibutuhkan (100%).

Kata kunci : PMT-AS, persepsi, responden

I. PENDAHULUAN1 Pemerintah bertanggung jawab atas pendidikan,


1.1 Latar Belakang menyediakan sekolah cuma-cuma, dan
Murid Sekolah Dasar adalah masa pertumbuhan mengharuskan wajib belajar karena banyak
yang cepat dan kegiatan fisik yang aktif. orang tua tidak mampu menyekolahkan
Keturunan dan lingkungan merupakan anaknya. Keadaan tingkat kesehatan gizi anak-
determinan yang sangat penting dalam anak di sebagian besar dunia menimbulkan
pertumbuhan dan perkembangan sekolah anak. keragu-raguan karena ketidakmampuan orang
Penyebab langsung seorang anak dapat tua dalam menyediakan gizi yang cukup. Bila
tumbuh dan berkembang secara baik adalah terjadi penyakit kurang gizi, maka pemerintah
cukupnya masukan gizi serta terbebasnya dari harus melakukan intervensi. Penyelesaian untuk
penyakit infeksi. membantu mengatasinya, pemerintah harus
melakukan kegiatan (Berg [1]).

*)
iraendahrohima@unpas.ac.id
Infomatek Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 : 17 - 26

Program makanan tambahan anak sekolah berbentuk makanan lengkap atau makanan
merupakan usaha yang dilakukan. Negara- pokok dan bersifat sebagai makanan suplemen
negara berkembang dalam rangka memenuhi bukan substitusi, selain itu makanan harus
makanan bergizi. Di banyak Negara, program mengandung kurang lebih 300 kalori dan 5 gram
makanan tambahan berbeda jenisnya dan protein untuk setiap kali pemberian. Kudapan
biasanya tergantung dari tujuan yang akan diberikan tiga kali seminggu atau 108 kali dalam
dicapai [1]. satu tahun ajaran. Kegiatan lainnya berupa
pemberian obat cacing setiap dua kali per tahun
Program makanan tambahan untuk anak
serta penyuluhan pendidikan gizi dan
Indonesia dilaksanakan dengan latar belakang
kesehatan.
bahwa anak merupakan asset sumber daya
manusia yang sangat penting guna membangun
Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang
masa depan bangsa yang maju, mandiri,
beragam mengenai pelaksanaan PMT-AS baik
sejahtera, dan berkeadilan (Hidayat [2]).
pengaruh positif seperti status gizi anak yang
lebih baik tetapi di lain pihak belum memenuhi
Program Makanan Tambahan Anak Sekolah
persyaratan gizi makanan yang diberikan
(PMT-AS) merupakan program pemerintah
sehingga perlu dilakukan kajian pada Program
dengan memberikan makanan tambahan dan
Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)
pemberian obat cacing dalam upaya
yang telah dilaksanakan.
peningkatan status gizi anak. Indikator
keberhasilan PMT-AS meliputi peningkatan
1.2 Tujuan Penelitian
status gizi anak SD/MI, penurunan angka
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji :
absensi, peningkatan nilai anak, penurunan
1. Kinerja PMT-AS di Bandung
angka infeksi kecacingan anak, serta
2. Persepsi pihak sekolah mengenai
peningkatan pengetahuan dalam aspek
pelaksanaan, manfaat, beban, dan
kesehatan. Tujuan PMT-AS berdimensi gizi,
kebutuhan, dari PMT-AS
kesehatan, pendidikan, pertanian, ekonomi, dan
3. Persepsi pihak sekolah mengenai
pemberdayaan masyarakat. Sasaran PMT-AS
pelaksanaan, manfaat, beban, dan
berdimensi anak, orang tua murid, guru, dan
kebutuhan dari PMT-AS
masyarakat (Forum Koordinasi PMT-AS).
1.3 Manfaat Penelitian
PMT-AS ini dilakukan tiga kegiatan yaitu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
pemberian makanan kudapan dengan syarat
sebagai bahan masukan bagi pembuat dan
tertentu seperti menggunakan bahan lokal, tidak
pengambil kebijakan program dalam

18
Kajian Program Makanan Tambahan Untuk Anak Sekolah (PMT-AS) di Bandung

meningkatkan pelaksanaan program makanan mempengaruhi keberlanjutan suatu program.


tambahan bagi anak sekolah dasar sehingga Persepsi tersebut dipengaruhi oleh
dapat meningkatkan kualitas sumberdaya pelaksanaan, manfaat, beban, dan kebutuhan.
manusia di masa depan. Persepsi pejabat daerah dipengaruhi oleh
persepsi pihak sekolah dan masyarakat
1.4 Kerangka Pemikiran
demikian sebaliknya pesepsi pihak sekolah dan
Program Makanan Tambahan Anak Sekolah
masyarakat seipenaruhi oleh persepsi pejabat
(PMT-AS) merupakan salah satu komponen
daerah.
Program Perluasan Jaring Pengaman Sosial
dan Penanggulangan Kemiskinan (PJPS-PK)
II. METODOLOGI
sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi
2.1 Desain dan Lokasi Penelitian
masalah kurang gizi dan angka putus sekolah
Desain penelitian ini adalah cross-sectional
yang tinggi pada murid Sekolah Dasar. Selain
study dan retrospectif dengan menggali
itu diharapkan juga mampu memberdayakan
informasi mengenai kinerja PMT-AS, persepsi
orang tua murid dan masyarakat sehingga lebih
dan upaya serta perbaikan dalam keberlanjutan
memperhatikan pendidikan, gizi, dan kesehatan
PMT-AS. Penelitian dilaksanakan di Bandung
anak.
meliputi Kabupaten dan Kota. Kabupaten
Bandung merupakan daerah yang mempunyai
Pelaksanaan PMT-AS dipengaruhi oleh kinerja,
resiko tinggi rawan pangan dan gizi dan Kota
persepsi, dan upaya oleh pihak terkait seperti
Bandung merupakan daerah yang mempunyai
pihak sekolah dan masyarakat. Kinerja PMT-AS
resiko rendah rawan pangan dan gizi.
mencakup input, proses, dan output. Input
meliputi dana dari APBD, tenaga dari pihak
2.2 Teknik Penarikan Contoh
terkait, sarana, prasarana, pelatihan dan
Responden adalah pihak sekolah meliputi
penyuluhan. Proses mencakup perencanaan,
Kepala Sekolah, Dewan Sekolah dan guru SD
pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan
dan MI dan masyarakat terutama orang tua
pemantauan. Output meliputi peningkatan status
murid, PKK, dan tokoh masyarakat yang ada di
gizi anak, penurunan angka absensi dan
Kota dan Kabupaten Bandung. Pemilihan
peningkatan nilai anak.
responden dilakukan secara purposif. Jumlah
responden adalah 54 orang yang terdiri dari
Dukungan berbagai pihak mulai dari pejabat
pejabat daerah 10 orang, pihak sekolah 24
daerah, pihak sekolah, dan masyarakat
orang dan masyarakat 20 orang.
menentukan keberlangsungan pelaksanaan
PMT-AS. Persepsi yang berbeda dapat

19
Infomatek Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 : 17 - 26

Tabel 1 PMT-AS dari masyarakat dan pihak sekolah.


Daftar Responden Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian
Responden Bandung Jumlah
Kota Kab
deskriptif kualitatif.Penilaian kinerja diperoleh
1. Pejabat Daerah
• Dinas Pendidikan 1 1 2
dari laporan atau arsip di pejabat daerah, PKK,
• Dinas Kesehatan 1 1 2
• Puskesmas 1 1 2 dan sekolah yang meliputi input, proses, dan
• Kecamatan 1 1 2
• Kelurahan 1 1 2 output di Kota dan Kabupaten Bandung.
2. Pihak Sekolah
• Kepala Sekolah 4 4 8
• Guru 4 4 8 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
• Dewan Sekolah 4 4 8
3. Masyarakat 3.1 Keadaan Wilayah
• Orang tua murid 4 4 8
• PKK 4 4 8 Bandung dan Bogor merupakan wilayah dengan
• Tokoh masyarakat 1 3 4
Jumlah 21 23 44 penduduk yang cukup padat. Kabupaten
Bandung merupakan daerah yang mempunyai
2.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
resiko tinggi rawan pangan dan gizi dan Kota
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer
Bandung merupakan daerah yang mempunyai
dan data sekunder. Pengumpulan data primer
resiko rendah rawan pangan dan gizi.
dilakukan dengan melakukan wawancara
berdasarkan kuesioner, sedangkan data Tabel 2
sekunder diperoleh dari arsip yang diperoleh Keadaan Wilayah Bandung
dari responden. Wilayah Luas Wilayah Jumlah Jml Jml
Penduduk Kec Desa
2
Kota 168,23 km 1,461 juta 30 151
Data primer berupa wawancara dengan pejabat
2
Kab 1.768 km 3,418 juta 31 280
daerah, pihak sekolah, dan masyarakat untuk
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)
mengetahui persepsi, kebijaksanaan
pemerintah, sumberdaya manusia, dan
Tabel 3
pengalokasian dana untuk PMT-AS. Data Kriteria Sasaran PMT-AS
sekunder berupa arsip mengenai kinerja, data Kriteria Kota Bandung Kab Bandung
sekolah, data murid, pengalokasian dana, jalur Desa Desa tertinggal Desa tertinggal

pencairan dana, struktur APBD, dan kondisi Sekolah SD di daerah miskin SD dari keluarga
Dasar (SD) dari keluarga KS/KS1 Pra Sejahtera
wilayah.
Madrasah MI di daerah miskin MI di daerah miskin
Ibtidaiyah dari keluarga Pra dari keluarga Pra
2.4 Pengolahan dan Analisis Data (MI) KS/KS1 Sejahtera
Pondok Ponpes di desa IDT
Data yang dikumpulkan merupakan data Pesantren dengan usia santri 7-
(Ponpes) 12 tahun
kualitatif dan diolah secara deskriptif. Data yang
Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat
diolah mencakup sikap terhadap keberlanjutan

20
Kajian Program Makanan Tambahan Untuk Anak Sekolah (PMT-AS) di Bandung

3.2 Keadaaan Sekolah


Dalam penelitian ini, Sekolah Dasar (SD) dan 3.3 Kinerja Program Makanan Tambahan
Madrasah (MI) dipilih secara purposif. Di Anak Sekolah (PMT-AS)
kabupaten Bandung dipilih 2 SD dan 2 MI
sedangkan di Kota Bandung dipilih 2 SD dan 2 3.3.1 Komponen Input
MI. 1. Dana
Tabel 4. Penyaluran dana PMT-AS dari Anggaran
Lokasi Sekolah untuk contoh penelitian
Pendapaan Belanja Daerah (APBD)
Wilayah SD/MI Kec Desa
Kab SD. Cilampeni Katapang Pangauban dialokasikan ke rekening masing-masing
SD. Margahayu 7 Margahayu Margahayu
MI. Miftahul Jannah Katapang Katapang kepala sekolah melalui Bank penyalur unit
MI. Al Haq Margahayu Margahayu
Kota SD. Cibuntu 2 Bandung Warung
kecamatan seperti Bank Rakyat Indonesia
Kulon muncang di Kabupaten Bandung dan Bank
SD. Citarip 3 Bojongloa Kopo
Kaler Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Jabar
MI. YPPI Bandung Warung
Kulon muncang di Kota Bandung.
MI. Salafiyah 3 Bandung Kaler Kopo

2. Tenaga
Pemilihan lokasi sekolah didasari oleh
PMT-AS didukung bebagai pihak dari
karakteristik yang berbeda dari sekolah-sekolah
pejabat daerah, pihak sekolah, dan
yang ada di kota dan kabupaten Bandung.
masyarakat. Pejabat daerah mempunyai
Pemilihan lokasi dilihat dari keadaan bangunan
kewenangan dalam membuat kebijakan
sekolah, perbandingan guru dengan murid, dan
mengenai pengalokasian dana,
kebun sekolah.
pelaksanaan dan mekanismenya. Pihak
sekolah dan masyarakat merupakan tim
Tabel 5
Karakteristik sekolah yang menjadi contoh pelaksana.
penelitian

SD/MI Jml Jml Jml WC Kebun 3. Sarana dan Prasarana


Murid Guru Kls
Sarana PMT-AS adalah alat ukur tinggi dan
SD. timbangan badan, sedangkan prasarananya
Cilampeni 157 8 5 2 Tdk ada
Margahayu 7 261 8 6 1 Tdk ada adalah alat masak, kebun sekolah, dan
Cibuntu 2 262 8 5 3 Tdk ada
Citarip 3 298 6 3 3 Tdk ada sarana air bersih.
MI.
Al Haq 146 6 6 2 Ada
Miftahul 67 6 5 0 Tdk ada
Jannah 181 4 6 2 Tdk ada 4. Pelatihan dan Penyuluhan
YPPI 225 13 8 1 Tdk ada
Salafiyah 3

21
Infomatek Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 : 17 - 26

Pelatihan diberikan oleh tim pengelola Perbaikan status gizi diperoleh dari adanya
tingkat kecamatan terutama Tenaga peningkatan berat badan dan tinggi badan
Pelaksana Gizi (TPG) kepada tim setelah pemberian PMT-AS.
pelaksana. TPG Puskesmas berperan
dalam melatih kelompok petugas masak Tabel 6

dari PKK untuk membuat kudapan yan baik Persentase status gizi anak
Wilayah Status Gizi Sebelum Sesudah
dan sesuai dengan standar, selain itu PMT-AS PMT-AS
memantau dalam pengukuran berat dan Kab Kurang 10,69% 10,07%
tinggi badan. Baik 85,51% 85,87%
Lebih 4,04% 4,06%
3.3.2 Komponen Proses Kota Kurang 12,05% 7,64%
1. Perencanaan Baik 85,82% 83,5%

Perencanaan yang dilakukan adalah Lebih 2,03% 3,55%

pengaggaran dana, pendatan lokasi Sumber : Dinas Kesehatan

sasaran, survey lokasi, sosialisasi, dan


rapat koordinasi. 2. Prestasi Akademik
Prestasi akademik yang dicerminkan oleh
2. Pengorganisasian nilai mata pelajaran Matematika, IPS, dan
Organisasi dimulai dari tingkat koordinasi IPA belum dapat menggambarkan dampak
kota/kabupaten sampai tingkat sekolah PMT-AS. Peningkatan dan penurunan
sebagai pelaksana. prestasi tidak bisa dikaitkan dengan
pemberian PMT-AS saja melainkan
3. Pelaksanaan dipengaruhi oleh dukungan sekolah dan
Pelaksanaan meliputi penyaluran dana, keluarga juga lingkungan murid untuk
pemberian kudapan, dan pemberian obat merangsang peningkatan prestasi tersebut.
cacing.
3. Kebersihan diri dan lingkungan
4. Evaluasi dan Pemantauan Kebersihan diri dan lingkungan meruoakan
Evaluasi dan pemantauan dilakukan oleh bagian dari penyelenggaraan PMT-AS yang
tim secara berjenjang. Pelaporan dlakukan dapat berdampak pada kehidupan sehari-
setiap bulan. hari. Kebersihan diri tercermin saat anak
harus mencuci tangan sebelum makan juga
3.3.3 Komponen Output saat membuang pembungkus makanan ke
1. Status Gizi tempat sampah.

22
Kajian Program Makanan Tambahan Untuk Anak Sekolah (PMT-AS) di Bandung

7. Persepsi mengenai beban PMT-AS


4. Pengetahuan Gizi Pada umumnya PMT-AS tidak dianggap
PMT-AS diharapkan dapat meningkatkan beban oleh sebagian besar responden.
pengetahuan gizi melibatkan guru, orang Persepsi dinilai beban bila ada kerugian yang
tua, dan murid. Namun penelitian dirasakan dari segi biaya, tenaga, moril, dan
sebelumnya di Kabupaten Bogor waktu.
menunjukkan bahwa kegiatan PMT-AS
Tabel 9
belum memberikan dampak positif terhadap
Persepsi mengenai beban PMT-AS
pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi siswa.
Responden Kabupaten Kota
Beban Tidak Beban Tidak
beban beban
5.Persepsi mengenai pelaksanaan PMT-AS
Pejabat daerah 50% 50% 0% 100%
Responden seluruhnya menyatakan
Pihak sekolah 0% 100% 0% 100%
pelaksanaan PMT-AS berjalan dengan baik.
Masyarakat 0% 100% 0% 100%

Tabel 7
Persepsi Pelaksanaan PMT-AS 8. Persepsi mengenai kebutuhan PMT-AS
Responden Kabupaten Kota PMT-AS diarasakan masih dibutuhkan oleh
Baik Tidak Baik Tidak
baik baik sebagian besar responden tetapi perlu
Pejabat daerah 100% 0% 100% 0%
adanya perbaikan pada mekanisme
Pihak sekolah 100% 0% 100% 0%
Masyarakat 100% 0% 90,9% 9,1% pelaksanannya.

6. Persepsi mengenai manfaat PMT-AS


Tabel 10
Manfaat PMT-AS meberikan persepsi yang
Persepsi mengenai kebutuhan PMT-AS
berbeda, sebagian besar merasakan manfaat
Responden Kabupaten Kota
tapi sebagian kecil tidak merasakan manfaat Masih Tidak Masih Tidak
dibutuh dibutuh dibutuh dibutuh
dari pemberian PMT-AS. kan kan kan kan
Pejabat daerah 100% 0% 100% 0%
Tabel 8
Pihak sekolah 100% 0% 100% 0%
Persepsi mengenai manfaat PMT-AS
Masyarakat 100% 0% 100% 0%
Responden Kabupaten Kota
Ada Tidak Ada Tidak
Manfaat Manfaat Manfaat manfaat
Pejabat
100% 0% 75% 25% 3.4 Pembahasan
daerah
Pihak sekolah 91,7% 8,3% 75% 25% Responden pada umumnya memberikan sikap
Masyarakat 100% 0% 90,9% 9,1% yang positif terhadap pelaksanaan PMT-AS

23
Infomatek Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 : 17 - 26

walaupun partisipasi untuk keberlanjutannya hubungan antar daerah akan memperluas


masih rendah. Partisipasi dalam kerangka arus jangkauan pemanfaatan sumber daya dan
dari atas (top down) seringkali melahirkan berbagai hasil suatu daerah (Manan [3]).
parisipasi yang artifisial dan cenderung bersifat
mobilisasi. Keterlibatan masyarakat hanya Keberhasilan mengatasi masalah gizi
dijadikan sebagai pelengkap, bukan yang merupakan tanggung jawab bersama. Berhasil
utama. Partisipasi dipahami sebagai suatu atau gagalnya program juga dipengaruhi oleh
kewajiban. Walaupun ada manfaatnya dari segi sikap masyarakat terhadapnya. Apabila sikap ini
efisiensi waktu dan upaya pemaksaan program, menguntungkan maka masyarakat akan
pendekatan yang top down ini lebih efektif dan bertindak sesuai rencana program.
cepat.
Perencanaan pembangunan daerah juga
dikaitkan dengan keputusan politik dari
Sebaliknya, pendekatan bottom up yang
pemerintah, maka ada hal tertentu yang harus
melibatkan masyarakat memiliki daya dukung
dilaksanakan tanpa harus mengenyampingkan
yang kuat. Hal ini dapat dimengerti dan
kepentingan kepentingan masyarakat, namun
dipahami karena masyarakat telah menentukan
untuk jangka panjang kebijakan yang diambil
sendiri apa yang terbaik bagi dirinya dan
harus sejalan dengan kesepakatan yang telah
masyarakat sekitarnya. Pendekatan ini dapat
digariskan.
dilakukan di masyarakat pada tahap memiliki
keammpuan, semangat, dan antusiasme yang
Pelaksanaan PMT-AS yang paling sering
tingi serta memiliki kebersihan yang tinggi, maka
dikeluhkan responden adalah pencairan dana
kualitas dan kuantitas hasil pembangunan akan
yang tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan
menunjukkan kemajuan yang signifikan.
jumlah murid. Hal ini terjadi karena kurangnya
koordinasi tim pelaksana pada masing-masing
PMT-AS saat ini mempunyai kerangka arus dari
tingkatan. Oleh karena itu diperlukan
bawah (bottom up) sejak otonomi daerah
perencanaan yang lebih matang dalam
diberlakukan. Secara konsep PMT-AS sangat
mengantisipasi keterlambatan pencairan dana
relevan dengan keadaan saat ini karena
tersebut.
keadaan ekonomi Indonesia yang masih belum
stabil sehingga berdampak pada keluarga yang
mayoritas sangat sulit untuk menyediakan Pelaksanaan PMT-AS pada pengendalian dan

makanan yang bergizi. Otonomi daerah evaluasi tidak optimal sehingga akan kesulitan

memerlukan kerjasama dan harmonisasi dalam melihat keberhasilan program tersebut.

24
Kajian Program Makanan Tambahan Untuk Anak Sekolah (PMT-AS) di Bandung

Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran 2. Pejabat Daerah di Bandung memberikan
masyarakat pentingnya evaluasi program untuk persepsi bahwa pelaksananan PMT-AS
melihat perkembangan yang terjadi setelah berjalan dengan baik (100%), 75-100%
pemberian PMT-AS. menilai bahwa PMT-AS memberikan
manfaat, tidak menjadi beban (50-100%),

Manfaat PMT-AS memang dirasakan masih dibutuhkan (100%).

pengaruhnya tidak terlalu besar tapi tetap 3. Pihak sekolah memberikan persepsi bahwa

berdampak positif pada murid, sekolah, dan pelaksanaan PMT-AS berjalan dengan baik

lingkungan. Ketahanan fisik murid yang lebih (100%), 75-91,7% pihak sekolah menilai

baik akan memberikan peluang menerima bahwa PMT-AS memberikan manfaat

pelajaran lebih baik. Pengetahuan gizi tidak (100%), tidak menjadi beban (100%), dan

meningkat tetapi anak dibiasakan memilih masih dibutuhkan (100%).

makanan yang lebih baik saat jajan. 4. Masyarakat di Bandung memberikan


persepsi bahwa pelaksanaan PMT-AS
Memajukan perekonomian masyarakat adalah berjalan dengan baik (100%), memberikan
hal yang sulit dilakukan karena masyarakat manfaat (90,9-100%), dan tidak menjadi
sekitar mengelola kebun kurang beragam beban (100%) dan masih dibutuhkan (100%).
komoditinya sehingga upaya meningkatkan
penghasilan masyarakat belum dapat tercapai. 4.2 Saran
Kebutuhan makanan beragam tidak terpenuhi 1. PMT-AS masih relevan dan dibutuhkan saat
dari kebun masyarakat tetapi membeli dari ini sehingga pembuat kebijakan setidaknya
pasar sekitar. mempertimbangkan kembali penghapusan
PMT-AS di Kabupaten atupun Kota Bandung.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Koordinasi, pemantauan, dan evaluasi lebih
4.1 Kesimpulan ditingkatkan untuk menunjukka keberhasilan

1. Kinerja PMT-AS mencakup input, proses, program.

dan output.Input meliputi dana, tenaga,


sarana, prasarana, pelatihan, dan DAFTAR PUSTAKA
penyuluhan. Proses meliputi perencanaan, [1] Berg, A. 1986. Peranan Gizi dalam
pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, Pembangunan Nasional. Rajawali.
dan monitoring. Ouput meliputi status gizi, Jakarta.
angka absensi, prestasi akademik, dan [2] Hidayat, S.1997. Membangun Sumber
pengetahuan gizi. Daya Manusia yang Berkualitas, Suatu

25
Infomatek Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 : 17 - 26

Telaahan Gizi Masyarakat dan Sumber [3] Manan, B. 2001. Menyongsong Fajar
Daya Keluarga. Orasi Ilmiah. Fakultas Otonomi Daerah. Pusat Studi Hukum
Pertanian Bogor. (PSH) Fakultas Hukum UII. Yogyakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai