Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Agroteknologi.

Desember 2015

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

Arlena Dewi Harnum, Fajar Setiawan, Harviani Syamaroh, Ika Mawarni, Nurul Rahma
Fitriyani, Riswanto, Yuke Mareta A.S.

Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian, Perikanan, Dan Biologi. Universitas Bangka


Belitung

ABSTRACT
Pada umumnya, tanaman yang terserang penyakit, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi,
aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu perlu dilakukan
isolasi dan identifikasi terhadap penyakit yang menyerang buah pada tanaman mentimun sehingga
dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Praktikum ini dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Pertanian; Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi; Universitas
Bangka Belitung. Praktikum dilakukan pada hari Selasa, tanggal 24 November 2015. Berdasarkan
hasil praktikum pada media NA ditumbuhi cendawan, sedangkan pada media PDA tidak
ditumbuhi oleh cendawan. Hal tersebut dapat diduga karena media PDA maupun media NA
mengalami kontaminasi maupun kesalahan dari alat yang kotor, debu diudara atau kesalahan
teknis saat inokulasi. Pengamatan penyakit dari tanaman sayur mentimun belum diketahui mikroba
yang menyerang tanaman tersebut.

PENDAHULUAN Gangguan terhadap tanaman yang


Mentimun (Cucumis sativus L.) disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur
merupakan salah satu jenis sayuran dari disebut penyakit. Tidak seperti hama,
famili cucurbitales yang sudah populer penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi
ditanam petani di Indonesia. Tanaman mereka merusak tumbuhan dengan
mentimun dapat diusahakan di dataran mengganggu proses–proses dalam tubuh
rendah sampai dataran tinggi. Namun di tanaman sehingga mematikan tumbuhan.
Indonesia kebanyakan di tanam di dataran Pada umumnya, tanaman yang
rendah. Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, terserang penyakit, bagian tubuhnya utuh.
dan lahan gambut dapat ditanami tanaman Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu
ini. Selain itu, mentimun juga dapat ditanam dan dapat menyebabkan kematian. Oleh
sebagai tanaman sela diantara tanaman karena itu perlu dilakukan isolasi dan
palawija atau sayuran lainnya. Jenis sayuran identifikasi terhadap penyakit yang
ini juga dapat ditanam dengan pola tumpang menyerang buah pada tanaman mentimun
sari ataupun tumpang gilir. Pada dasarnya sehingga dapat mencegah kerusakan yang
tanaman mentimun dapat tumbuh dan ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
beradaptasi di hampir semua jenis tanah
(Rukmana 1994). METODE PENELITIAN
Tanaman tidak selamanya bisa hidup Praktikum ini dilakukan di
tanpa gangguan. Kadang tumbuhan Laboratorium Mikrobiologi Pertanian;
mengalami gangguan oleh binatang atau Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi;
organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Universitas Bangka Belitung. Praktikum
Seperti halnya tanaman sayuran lain, dilakukan pada hari Selasa, tanggal 24
mentimun juga merupakan salah satu November 2015. Pengamatan penyakit yang
sayuran yang rentan terhadap serangan hama menyerang pada buah mentimun ini
serta penyakit. Di Indonesia hama penting dilakukan dengan cara mengisolasi biakkan
pada tanaman mentimun secara umum dan mengamati secara makroskopis dan
adalah kumbang daun Aulacophora sp. dan mikroskopis.
kutu daun Aphis gossypii; sedangkan Tahapan isolasi ini dimulai dari
penyakit yang banyak menginfeksi tanaman pembuatan media biakkan yaitu Nutrien
mentimun adalah CMV, layu, embun Agar (NA) dan Potato Dextrosa Agar
tepung, busuk buah dan embun bulu (PDA), setelah selesai pembuatan media,
(Sumpena 2001). media tersebut harus dilakukan sterilisasi
Jurnal Agroteknologi. Desember 2015

dan kemudian dilakukan pemindahan media dan Potato Dextrosa Agar (PDA) di dalam
biakkan pada petridis. cawan Petri steril mengunakan teknik gores.
Isolasi mikrobia dilakukan dengan Tahap selanjutnya adalah media
cara yang dikembangkan oleh Isnaini biakkan inkubasi selama 7 hari. Kemudian
(2006). Bagian jaringan yang sakit dipotong setelah 7 hari media biakkan tersebut
kurang lebih 1 x 2 cm dengan menggunakan diamati dan identifikasi dengan cara
pisau skalpel aseptis. Potongan jaringan mengamati secara makroskopis (warna
selanjutnya dimasukkan ke dalam alkohol koloni, jumlah koloni dan bentuk koloni)
70% selama 3 menit di dalam laminar flow dan secara mikroskopis dengan
kabinet. Masing masing potongan sampel menggunakan mikroskop. Pengamatan
dimasukkan ke media Natrium Agar (NA) dilakukan dua kali selama 2 minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Pengamatan Isolasi Penyakit yang Terdapat Di Buah Mentimun Pada Media NA
dan PDA
Peubah yang diamati
Media
Ulangan Jumlah
Biakan Warna Koloni Bentuk Koloni
Koloni
Inti Koloni Berwarna Hitam
1 46 Bulat
dengan Pinggiran Putih
Putih dengan Lingkaran
2 2 Bulat
NA Kekuningan di Tengah Koloni
Koloni Pertama Berwarna Abu-
3 2 abu dan Koloni Kedua Berwarna Bulat
Kehijauan
1 - - -
PDA 2 - - -
3 - - -

Tabel 2. Gambar Pengamatan koloni cendawan yang tumbuh pada media biakan NA
Media Ulangan Gambar
Biakan

NA 2

Media NA adalah media biakan dapat dilihat secara kasat mata. Pada hasil
untuk menumbuhkan mikroba berupa pengamatan media NA tidak ditumbuhi
bakteri, sedangkan PDA adalah media bakteri melainkan ditumbuhi oleh cendawan
biakan untuk menumbuhkan cendawan, agar sedangkan pada media PDA tidak ditemukan
Jurnal Agroteknologi. Desember 2015

cendawan yang tumbuh baik pada ulangan 1, Rukmana R. 1994. Budidaya Mentimun.
2 maupun 3 (Tabel 1). Hal tersebut Yogyakarta: Kanisius.
menunjukkan bahwa pada media NA
mengalami kontaminasi dengan adanya Sumpena U. 2001. Budi Daya Mentimun
cendawan yang tumbuh dan pada media Intensif, dengan Mulsa, Secara
PDA juga mengalami kontaminasi, dimana Tumpang Gilir. Jakarta: Penebar
tidak ditumbuhi oleh cendawan pembawa Swadaya.
penyakit.
Media NA yang mengalami
kontaminasi tersebut, ditumbuhi oleh
cendawan dengan ciri-ciri koloni yang
sesuai dengan ciri cendawan yaitu memiliki
miselium dengan koloni yang memiliki
warna yang jelas (Tabel 2). Menurut Irianto
(2006) ciri-ciri cendawan memiliki
miselium, memiliki spora, dan warna yang
jelas. Pada media PDA yang sama sekali
tidak ditumbuhi oleh mikroba, diduga karena
pada saat kultivasi isolat ke media tersebut,
isolatnya terlalu steril sehingga mikroba
tidak dapat tumbuh pada media PDA
tersebut.
Kontaminasi pada media tersebut
diduga dapat terjadi karena alat yang
digunakan masih kotor atau terjadi
kontaminasi dari debu diudara. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro
(1998) yang menyatakan bahwa kontaminasi
dapat terjadi melalui alat yang masih kotor,
debu dari udara ataupun kesalahan teknis
dalam pelaksanaan inokulasi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, pada
media NA ditumbuhi cendawan, sedangkan
pada media PDA tidak ditumbuhi oleh
cendawan. Media NA maupun media PDA
mengalami kontaminasi maupun kesalahan
dari alat yang kotor, debu diudara atau
kesalahan teknis saat praktikum.
Pengamatan penyakit dari sayuran buah
mentimun belum diketahui mikroba yang
menyerangnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Irianto K. 2006. Mikrobiologi. Bandung:


Yrama Widya.

Isnaini M. 2006. Isolasi, deteksi dan


inokulasi jamur penyebab penyakit
layu tanaman Kacang Tanah dan
Cabe daerah sentra penanaman di
Pulau Lombok. Jurnal Penelitian
HAPETE. 3 (1): 25-30.

Anda mungkin juga menyukai