Mini Project DR Isnadiah
Mini Project DR Isnadiah
MINI PROJECT
Disusun Oleh:
dr. Isnadiah Fitria Maharani
Pendamping:
dr. H. Faisal, MARS
CILEGON
1
HALAMAN PENGESAHAN
oleh:
dr. Isnadiah Fitria Maharani
Telah dinilai dan dinyatakan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program internship dokter Indonesia
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan mini project dengan judul “EVALUASI PROGRAM
PENGENDALIAN PTM DAN UPAYA MENURUNKAN PREVALENSI KASUS BARU PTM DI WILAYAH
PUSKESMAS PULOMERAK” dengan baik.
Beberapa sumber yang dihimpun penulis dalam mini project ini berasal dari artikel
dan website kedokteran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pendamping mini project yakni dr. H.
Faisal, MARS yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan mini project ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah mendukung
penulisan ini.
Akhir kata, penulis menyadari mini project ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Penulis berharap semoga
mini project ini dapat menjadi sarana informasi dalam kemajuan dan perkembangan ilmu
di bidang kedokteran.
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Pernyataan Masalah. ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 2
BAB IV HASIL
4.1 Gambaran Umum............................................................................................ 16
4.1.1 Sejarah Puskesmas Pulomerak .....................................................................16
4.1.2 Posisi Lokasi Puskesmas DPT Pulomerak ...................................................16
4.1.3 Wilayah Kerja .............................................................................................. 18
4.1.4 Tujuan Puskesmas Pulomerak ..................................................................... 19
4
4.3 Sasaran Kerja .................................................................................................. 23
4.4 Sarana Kesehatan Pemerikntah di Kecamatan Pulomerak ............................. 25
4.5 Ketenagaan ......................................................................................................26
4.6 Cakupan Program PTM ................................................................................... 26
5
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang sedikit sekali terbukti dapat
penularan dari satu orang ke orang lain dapat terjadi melalui persentuhan, vektor, dan
turunan/warisan secara biologis. Karakteristik penyakit tidak menular yakni: (a) penyebab
penyakit (etiologi) yang tidak tentu; b)terdapat interaksi antara faktor risiko satu penyakit
dengan penyakit lain; (c) riwayat alamiah penyakit (masa laten, masa sakit subklinis, masa
sakit klinis dan cacat) yang panjang; (d) perubahan seseorang yang sehat menjadi sakit tidak
begitu terlihat; dan (e) sulit mengembalikan keadaan pasien menjadi normal akibat
perubahan patologis (misalnya kecacatan).
PTM menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan
bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau
hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh
penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah
dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari
60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan
13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari
70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker
(27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain
bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan
diabetes. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun
(1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak
menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin
menurun. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.
Peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan
faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodic dilakukan
dalm program posbindu PTM. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,
obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini
6
faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan dasar Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen
bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui
Posbindu PTM. Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan, diselenggarakanberdasarkan permasalahan PTM yang ada di
masyarakat dan mencakup berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya.
1. PTM menjadi penyebab utama terjadinya kematian secara global, dimana terjadi
transisi epidemiologi kematian dimana kematian akibat PTM semakin
meningkat dibandingkan dengan penyakit menular
2. Kegiatan posbindu berperan besar dalam pengendalian kematian akibat PTM
Evaluasi program Posbindu dalam penemuan kasus baru dan menekan kasus kematian
yang diakibatkan PTM pada bulan Januari- Mei 2017.
Mini project ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dalam program Posbindu PTM
tahun 2017.
7
1.4.2. Manfaat Aplikatif
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut aktif dalam kegiatan posbindu di
lingkungannya dalam mengatasi tingginya kasus PTM.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi sarana baca dan perpustakaan untuk sebagai pengetahuan dan
informasi bagi rekan sejawat.
3. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil mini project ini dapat dijadikan bahan referensi untuk meningkatkan kinerja
program posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Pulomerak pada tahun
mendatang.
4. Bagi Penulis
Menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh selama pendidikan kedokteran,
menambah pengetahuan, pengalaman serta masukan penulis selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
2.1.2. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor
risiko PTM.
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau
beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang
9
bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau
difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok
atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal
SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.
10
pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat
disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai fa k tor risi ko PTM
6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah
minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok
masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA
positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan,
jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil
IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan
IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan
dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas .
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan
rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana
dalam penanganan pra-rujukan.
11
2.2. Penyakit Tidak Menular (PTM)
2.2.1 Definisi
Porta (2014) mendefinisikan penyakit tidak menular sebagai penyakit yang sedikit
sekali terbukti bahwa penularan dari satu orang ke orang lain dapat terjadi melalui
persentuhan, vektor, dan turunan/warisan secara biologis. Porta menggunakan istilah non-
comunicable disease dan nontransmissiable disease. Aikins (2016) mendefinisikan
penyakit tidak menular dengan sebutan chronic non-communicable disease (NCDs), yaitu
penyakit non infeksi yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan pengobatan dan
perawatan jangka panjang.
Dilihat dari kontribusi penyebab kematian, terdapat penyakit tidak menular yang
paling besar menyebabkan kematian, atau disebut juga major chronic disease, yang meliputi
cardiovascular disease, cancer, diabetes (Boslaugh, 2008), dan chronic respiratory disease
(Aikins, 2016). Selain keempat penyakit tersebut, WHO juga memasukkan disabilitas,
cedera, dan gangguan kesehatan mental sebagai fokus area penyakit tidak menular. Bahkan
beberapa organisasi kesehatan juga memasukkan cacat lahir, kebutaan, penyakit ginjal,
penyakit alzheimer, dementia, dan penyakit mulut ke dalam definisi penyakit tidak
menular. Pada awalnya, penyakit tidak menular berkaitan erat dengan populasi usia tua di
negara-negara maju. Namun saat ini, PTM menyerang wanita dan pria usia produktif pada
berbagai tingkatan penghasilan, terutama di antara anak muda dan berpenghasilan rendah.
Tidak ada batas yang jelas antara penyakit
12
menular dengan penyakit tidak menular. Beberapa kejadian PTM seperti rheumatic heart
disease, Burkitt’s Lymphoma, dan cervical cancer, dimulai dengan proses infeksi dari
penyakit menular.
13
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
secara menetap > 140/90 mmHg. Seringkali hipertensi terjadi tanpa
gejala, sehingga penderita tidak merasa sakit
Jenis-jenis DM
14
Faktor resiko DM
tidak dapat dimodifikasi : Ras/ suku, riwayat keluarga, usia >45 tahun,
riwayat melahirkan bayi besar >4000 gram, riwayat BBLR < 2500gram.
dapat dimodifikasi : IMT > 23kg/m2, kurang aktifitas fisik,
Hipertensi,dislipidemia, diet yang tidak sehat
15
2.2.2.4. Asma
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar penyakit ini
adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma adalah
gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada malam hari atau
menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. Gejala tersebut memburuk pada
malam hari, adanya alergen (seperti debu, asap rokok) atau saat sedang
menderita sakit seperti demam. Gejala hilang dengan atau tanpa pengobatan.
Didefinisikan sebagai asma jika pernah mengalami gejala sesak napas yang
terjadi pada salah satu atau lebih kondisi: terpapar udara dingin dan/atau debu
dan/atau asap rokok dan/atau stress dan/atau flu atau infeksi dan/atau
kelelahan dan/atau alergi obat dan/atau alergi makanan dengan disertai salah
satu atau lebih gejala: mengi dan/atau sesak napas berkurang atau menghilang
dengan pengobatan dan/atau sesak napas berkurang atau menghilang tanpa
pengobatan dan/atau sesak napas lebih berat dirasakan pada malam hari atau
menjelang pagi dan jika pertama kali merasakan sesak napas saat berumur <40
tahun (usia serangan terbanyak).
2.2.2.6. Kanker
Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak
terkendali, terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati). Sel kanker
dapat menyusup ke jaringan sekitar dan dapat membentuk anak sebar. Diagnosis
kanker maupun jenis kanker ditegakkan berdasarkan hasil wawancara terhadap
pertanyaan pernah didiagnosis menderita kanker oleh dokter. prevalensi asma,
PPOK, dan kanker di Indonesia masing-masing 4,5
16
persen, 3,7 persen, dan 1,4 per mil. Prevalensi asma tertinggi terdapat di
Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta
(6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Prevalensi PPOK tertinggi terdapat di
Nusa Tenggara Timur (10,0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi
Barat, dan Sulawesi Selatan masing-masing 6,7 persen. Prevalensi kanker
tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,1‰), diikuti Jawa Tengah (2,1‰), Bali
(2‰), Bengkulu, dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil.
17
fisiologi, genetik, faktor perilaku dan faktor diluar manusia itu sendiri seperti
social, ekonomi dan kondisi lingkungan disekitarnya. Faktor yang berkontribusi
terhadap munculnya PTM biasa disebut sebagai Faktor Risiko.
Gambar berikut menunjukkan adanya factor risiko bersama dimana
beberapa factor merupakan penyebab dari munculnya beberapa jenis penyakit
baik penyakit yang disebut sebagai penyakit antara yang merupakan tanda dan
gejala awal suatu penyakit (hipertensi, obesitas, dislipidemia, lesi pra kanker
dan bronchitis kronis) sampai terjadinya penyakit itu sendiri (penyakit jantung
koronen dan pembuluh darah/PJK-PD, stroke, Diabetes, Ginjal kronis, Penyakit
Paru Obstruktif Kronis/PPOK dan kanker).
18
BAB III
METODE
Jenis mini project yang dilakukan adalah dalam bentuk deskriptif yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi secara objektif.
3.2. Sasaran
3.4.1. dokumentasi
19
Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu data kegiatan program posbindu dan
penyuluhan PTM Puskesmas Pulomerak Kecamatan Pulomerak,
3.4.2. observasi
20
BAB IV
HASIL
Berubahnya status Cilegon menjadi Kota berdasar Undang-Undang No.15 tahun 1999
tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon pada tanggal 27 April 1999
dan terbentuknya Propinsi Banten pada tanggal 17 Oktober tahun 2000 maka Puskesmas
Pulomerak menjadi wilayah Kota Cilegon Propinsi Banten, dengan Kepala Puskesmas
berturut-turut :
21
Propinsi Banten
Cilegon
Tangerang
Pandeglang Lebak
Bandar Lampung
LAUT JAWA
Kepusat-pusat utama
Cilegon lainnya di pulau Jawa
Jabotabek
KETERANGAN : Anyer
Posisi strategis Kota Cilegon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa, merupakan
satu-satunya jalan darat untuk menuju Jakarta dari Pulau Sumatra dan sebaliknya.
Pelabuhan penyeberangan Merak~Bakauni yang menghubungkan Pulau Jawa dan
Sumatera, berada di wilayah Kecamatan Pulomerak.
Sepanjang jalan menuju Kecamatan Pulomerak adalah daerah industri berat , yang
tentunya berciri khas yaitu urbanisasi dan aktifitas manusia meningkat sehingga kepadatan
penduduk meningkat.
Adanya masyarakat di wilayah gunung yang mana akses ke Puskesmas hanya dapat
dijangkau dengan ojek atau jalan kaki, karena jalan menuju gunung yang terjal menanjak
dan masih berbatu-batu, memerlukan pantauan kesehatan secara rutin dari Puskesmas
Pulomerak. Hal ini merupakan tantangan keberanian bagi karyawan Puskesmas
Pulomerak untuk menjalankan tugas Pusling Ojek sesuai dengan visi dan misi Puskesmas.
Posisi Kecamatan Pulomerak yang merupakan jalur arus mudik, merupakan tugas
rutin karyawan Puskesmas Pulomerak untuk tetap bekerja (piket) pada hari Lebaran dan
Natal-Tahun Baru.
Batas Wilayah
23
1. Gunung Cisuru Suralaya
2. Gunung Cipala Lebakgede
3. Gunung Batupayung Lebakgede
4. Gunung Ciporong Mekarsari
5. Gunung Tembulun Mekarsari
6. Gunung Sumurpring Mekarsari
7. Gunung Batur I Mekarsari
8. Gunung Batur II Mekarsari
4.1.4. Tujuan Puskesmas Pulomerak
1. Meningkatkan Mutu Pelayanan
2. Meningkatkan Jangkauan Pelayanan (Utilisasi)
3. Meningkatkan Pengembangan SDM Yang Profesional
4. Meningkatkan Manajemen Puskesmas
5. Meningkatkan Efisiensi
6. Meningkatkan Fungsi Sosial
4.1.5. Visi dan Misi
Nilai-nilai dan Indikator yang disepakati :
1. Pelayanan Prima
Indikator:
Indikator:
24
- masing-masing Program mempunyai pencatatan dan
pelaporan yang tepat waktu dengan data yang akurat
- bekerja sesuai SOP
3. Berwawasan
Kedepan Indikator:
Visi :
“ Menjadi Salah Satu Pusat Pelayanan yang Berkualitas di Kota Cilegon Tahun
2018 ”
Misi :
Promosi Kesehatan Promosi hidup bersih dan sehat Perbaikan perilaku masyarakat
menuju perilaku sehat
25
Kesehatan Ibu dan ANC K4 dan Linakes
Imunisasi Cakupan Imunisasi
Anak
KB Cakupan MKET
(IUD, Implan, MOW/MOP)
26
berbeda adapun nilai target sudah di tentukan, tetapi ada beberapa program yang tidak
ditentukan nilai target cakupan yang harus di capai.
TB Paru meliputi :
27
a) Suspec : 90%
b) CDR : 60%
c) Konversi : 80%
d) CR : 85%
3. Pokok Program Gizi
K/S : 90%
D/S : 60%
N/S : 50%
N/D : 50%
FE 1 : 100%
FE 3 : 90%
VIT A biru (6 – 12 bl) : 90%
VIT A merah (12 -59 bl) : 100%
Pokok Program yang tidak memiliki nilai target yaitu :
1. Promkes
2. Kesling
3. Kespro
4. KB
5. Surveilans
6. Diare/ISPA
7. Kusta
8. Usila
9. Pengobatan
10. Gilut
11. Mata dan Jiwa
28
No Kelurahan Jumlah 01 ~ 11 1 ~ 5 Bumil Bulin Bufas
Bulan Tahun
Penduduk
Jumlah TK : 9
Jumlah PAUD : 12
Jumlah SD : 24
Jumlah SMP : 5
Jumlah SMA : 4
Jumlah Posyandu : 57
Jumlah Posbindu : 8
Jumlah Pusling : 1
29
4.4. Sarana Kesehatan Pemerintah di Kecamatan Pulomerak
A. Sarana Bangunan
Puskesmas Induk
Areal UPTD Puskesmas DTP Pulomerak terletak pada jalan Protokol yang
menguhubungkan arus lalu lintas Jawa – Sumatera, oleh karena itu di tingkat kat menjadi
Puskesmas Perawatan.
Terletak di Lingkungan Sabrang Kelurahan Lebak Gede dengan luas areal 100 M³,luas
bangunan 55 M³ keberadaan PosKesDes ini sebagai syarat pembentukan desa siaga di
Kelurahan Lebak Gede
B. Sarana Transportasi
Kendaraan roda empat : 3 unit Pusling (ambulans)
30
Komputer : 5 Unit ( APBD II )
Alat-alat Kesehatan: 1 Unit USG
: 1 Unit EKG
: 1 Unit Nebulizer
: 1 Unit Dopler, dll
4.5. Ketenagaan
Komposisi Karyawan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Puskesmas Pulomerak
Yang Ada Status
No Jenis Ketenagaan Kekurangan Keterangan
Sekarang Kepegawaian
1 Dokter Umum 2 2 PNS
2 Dokter Gigi 2 0 PNS
3 Apoteker 1 1 PNS
4 Perawat Umum 16 4 PNS
5 Perawat Gigi 1 1 PNS
6 Bidan 14/3/2 2 PNS/PTT/THL
7 Rekam Medik 1 2 pns
9 Pekarya 1 0 PNS
10 Administrasi 2/3 0 PNS/THL
11 Analis Kesehatan 1 1 PNS
12 Nutrisionis 2 0 PNS
13 Kesling 2 0 PNS
14 Petugas Kebersihan 4 0 THL
15 Petugas jaga malam 2 0 THL
16 Sopir 1 0 THL
JUMLAH 61 13
31
No Kelurahan RT RW Jumlah Posbindu PTM
1. Suralaya 5 21 2
2. Lebak Gede 9 43 2
3. Taman Sari 6 35 2
4. Mekar Sari 7 30 2
Jumlah 27 129 8
32
Tabel. Rekapitulasi Laporan Kasus Baru (kunjungan pertama dan belum tercatat di
RS/Faskes lainnya).
Pada laporan kasus baru yang terhitung mulai dari Januari tahun 2017 sampai
mei 2017, didapatkan hasil bahwa pada bulan januari ditemukan 4 besar kasus baru
PTM terbanyak adalah KLL ( kecelekaan lalu lintas) darat yaitu sebanyak 60 kasus
dan diikuti oleh kasus hiperkolesterolemi, hipertensi dan diabetes mellitus yang
jumlah kasus barunya 21, 18 dan 8 kasus. Pada bulan februari didapatkan penurunan
untuk 4 besar kasus tersebut yaitu 46 kasus untuk KLL, 11 untuk
hiperkolesterolemia, 8 untuk hipertensi dan 5 untuk DM. Untuk bulan maret
didapatkan data 4 terbesar kasus PTM yaitu KLL sebanyak 53 kasus,
hiperkolesrolemia 11 kasus, hipertensi 6 kasus, dan DM 4 kasus. Namun pada bulan
maret ini mulai ditemukan peningkatan penemuan kasus baru obesitas yaitu
sejumlah 5 kasus. Pada bulan april didapatkan hasil penemuan KLL masih dalam
kisaran yang sama yaitu 65 kasus, sedangkan hiperkolesterolemia, hipertensi dan
33
DM mengalami penurunan yaitu masing- masing 6, 6 dan 2 kasus, sedangkan untuk
obesitas ditemukan 6 kasus. Penemuan kasus baru pada bulan april sedikit berbeda
dengan bulan bulan sebelumnya karena dari hasil rekapitulasi laporan didapatkan
bahwa paling tinggi penemuan kasusnya adalah obesitas yaitu sejumlah 108 diikuti
oleh KLL sebanyak 55 kasus, hipertensi dan hiperkolesterolemia masing masing 4
kasus, sedangkan DM sama sekali tidak ada kasus baru. Disini dapat dilihat adanya
peningkatan angka penemuan kasus obesitas yang sangat signifikan disbanding
bulan bulan sebelumnya.
Kesimpulan yang didapatkan dari data tersebut diatas adalah terjadi
penururunan adanya penemuan kasus baru PTM seperti Hipertensi,
hiperkolesterolemia dan juga DM. Hal ini kemungkinan karena berhasilnya
program pencegahan PTM yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas
pulomerak sehingga kasus baru yang ditemukan menjadi lebih sedikit.
34
Tabel. Rekapitulasi Laporan Kasus Angka Kematian pada bulan Januari- Mei
2017.
Dari hasil rekapitulasi laporan kasus angka kematian pada bulan januari
sampai Mei 2017 didapatkan hasil yaitu sebagai berikut, dimana kasus terbanyak
penyebab kematian pada bulan januari adalah Diabetes Melitus sebanyak 3 kasus
dan Hipertensi sebanyak 2 kasus. Pada bulan februari ditemukan kasus kematian
disebabkan oleh penyakit jantung coroner dan gagal ginjal kronik yaitu masing
masing 1 kasus. Pada bulan maret dan april didapatkan hasil yang sama yaitu kasus
meninggal 1 kasus akibat DM dan 1 akibat gagal ginjal kronik. Sedangkan pada
bulan mei 2017, kasus angka kematian didapatkan 2 kauss akibar hipertensi dan 1
kasus akibat Diabetes mellitus.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab kasus angka kematian
dari PTM adalah Diabtes mellitus, hipertensi dan gagal ginjal kronik, sehingga
untuk kedepannya sebaiknya program pencegahan serta penanggulanan mengenai
penyakit tersebut harus lebih ditekankan agar angka kematian dapat ditekan.
35
informasi kepada masyrakat secara berkesinambungan sehingga masyrarakat dapat
mengetahui mengenain pengertian, pencegahan bahkan tata laksana mengenai
penyakit tidak menular (PTM) tersebut. Sebenarnya Seperti yang kita ketahui
bahwa Penyakit tidak menular tentu saja seharusnya lebih sederhana dibandingkan
penyakit menular karena penyakit tidak menular apabila mengenai satu orang ttentu
tidak membahayakan orang lain atau orang disekitarnya. Akan tetapi hal ini justru
terkadang disepelekan oleh beberapa orang sehingga justru PTM atau penyakit tidak
menular lebih sering menyebabkan kematian dibandingnya Penyakit menular.
Sebagai contoh penemuan kasus kematian akibat hipertensi, diabetes mellitus serta
penyakit jantung coroner setiap bulannya masih sering ditemukan.
Sebagai salah satu contoh upaya untuk membantu menurunkan tingkat angka
penumuan kasus ptm dan angka kematian ptm, saya telah melakukan sedikit upaya
kesehatan berupa promosi kesehatan yang dilakukan di dalam gedung yaitu pada
tanggal 10 Mei 2017 di puskesmas pulomerak dengan sasaran yaitu para pasien
yang datang berkunjung ke puskesmas pulomerak. Hal ini ditujukan untuk
pemberian informasi mengenai salah satu penyakit tidak menular yang sangat
berbahaya dan sering menyebabkan kematian yaitu hipertensi. Dengan adanya
penyuluhan informasi mengenai hipertensi baik dari pengertian, penyebab, tata
laksana sampai pencegahan mengenai peyakit tersebut diharapkan dapat membantu
para warga agar lebih waspada dan dapat mengingatkan anggota keluarga mereka
di rumah untuk segera memeriksakan keadaan mereka untuk sekaligus screening
penemuan kasus ptm tersebut.
Selain upaya promosi kesehatan didalam gedung dilakukan juga upaya
pelayanan kesehatan melalui pos bindu yang dilakukan beberapa kali di wilayah
kerja kecamatan pulomerak. Dengan diadakannya kegiatan posbindu ini diharapkan
angka penemuan kasus yang ada dapat segera diberi penanganan sehingga angka
kematian akibat ptm dapat ditekan.
36
Dokumentasi kegiatan penyuluhan :
37
BAB V
5.1. KESIMPULAN
Terjadi penururunan adanya penemuan kasus baru PTM seperti Hipertensi,
hiperkolesterolemia dan juga DM. Hal ini kemungkinan karena berhasilnya
program pencegahan PTM yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas
pulomerak sehingga kasus baru yang ditemukan menjadi lebih sedikit.
Masih adanya peningkatan angka penemuan kasus baru obesitas yang sangat
signifikan dibanding bulan bulan sebelumnya.
Adanya partisipasi dan kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas sektor
sehingga program PTM tercapai.
Penyebab terbanyak kasus angka kematian dari PTM adalah Diabtes mellitus,
hipertensi dan gagal ginjal kronik, sehingga untuk kedepannya sebaiknya program
pencegahan serta penanggulanan mengenai penyakit tersebut harus lebih
ditekankan agar angka kematian dapat ditekan.
5.2. SARAN
38
DAFTAR PUSTAKA
4. Kemenkes RI. 2012. Buletin jendela data dan informasi Penyakit Tidak
Menular. Jakarta : Kemenkes RI
39