Anda di halaman 1dari 20

MINI PROJECT

“MONITORING PASIEN PTM DI ERA PANDEMI”

Oleh:
dr. Jessy Teressa Yang

Pembimbing Internship :
dr. Endah Sulistyowati

UPT PUSKESMAS GEDONGAN KOTA MOJOKERTO


2020
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................................3
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................5
BAB 1.........................................................................................................................................................6
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................6
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................7
1.3. Tujuan..........................................................................................................................................7
1.4. Manfaat........................................................................................................................................7
a. Lintas Sektor................................................................................................................................7
b. Puskesmas Gedongan..................................................................................................................7
BAB 2.........................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................7
2.1. Coronavirus.................................................................................................................................8
2.2. Penyakit Tidak Menular...............................................................................................................9
2.3. Hipertensi..................................................................................................................................11
BAB 3.......................................................................................................................................................15
ANALISA MASALAH............................................................................................................................15
BAB 4.......................................................................................................................................................18
INTERVENSI..........................................................................................................................................18
4.1. Jenis Kegiatan............................................................................................................................18
4.2. Rancangan Kegiatan..................................................................................................................18
4.3. Populasi.....................................................................................................................................19
4.4. Prosedur Kegiatan......................................................................................................................19
BAB 5.......................................................................................................................................................20
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................................20
5.1. Kesimpulan................................................................................................................................20
5.2. Saran..........................................................................................................................................20
a. Untuk Petugas Kesehatan..............................................................................................................20
b. Untuk Puskesamas Gedongan........................................................................................................20

2
LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT

MONITORING PASIEN PTM DI ERA PANDEMI

Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka memenuhi

tugas Internship di Puskemas

Mojokerto, September 2020

Pendamping Internship Peserta Internship

(dr. Endah Sulistyowati) (dr. Jessy Teressa Yang)

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan, karena hanya berkat dan rahmatnya dapat
menyelesaikan mini project yang berjudul “MONITORING PASIEN PTM DI ERA PANDEMI”.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, doa
dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:

1. dr. Endah Sulistyowati, selaku Kepala Puskesmas Gedongan dan selaku dokter pendamping peneliti
selama menyelesaikan mini project yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan moral
untuk terus giat belajar dan menyelesaikan penelitian tepat waktu.
2. Dokter, perawat, dan bidan di Puskesmas Gedongan yang telah bersedia memberikan saran dan kritik,
serta bimbingan selama peneliti meyelesaikan mini project ini.
3. Rekan-rekan seperjuangan peserta PIDI Mojokerto khususnya dr. Melinda Matsurina, dr. Siwi Arifah,
dr. Kharisma Septari dan dr. Martinus Mukti. Terima kasih untuk dukungan dan bantuannya selama
menyelesaikan mini project dan menjalankan PIDI di Puskesmas Gedongan.
4. Seluruh staf Puskesmas Gedongan dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan mini project ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa mini project ini masih terdapat banyak keterbatasan. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga mini
project ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi berkah bagi peneliti
maupun pembacanya.

Mojokerto, 10 September 2020

Penulis
dr. Jessy Teressa Yang

4
BAB 1

1.1. Latar Belakang


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2
merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit
yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi
COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Umumnya
penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun (Gunawan,
2012). Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang
terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala.

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis daerah di bawah naungan Dinas


Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat luas yang dilakukan secara meyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang
meliputi upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerja.

Puskesmas memilik enam tugas pokok dalam memberikan upaya pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, antara lain: promosi kesehatan, upaya 2 kesehatan lingkungan, upaya
perbaikan gizi, kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pemberantesan penyakit
menular, dan pengobatan.
Berbagai program telah dilaksakan untuk mencapai visi dan misi Puskesmas
Gedongan. Namun, terdapat beberapa masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
5
Gedongan selama masa COVID-19, salah satu progam yang terdampak adalah
menurunnya kunjungan pasien-pasien penyakit tidak menular (PTM), terutama pelayanan
pasien usia produktif.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana upaya peneliti untuk meningkatkan indikator program pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular di Puskesmas Gedongan selama masa pandemi?

1.3. Tujuan
Untuk tercapainnya indikator program kesehatan program pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular.
1.4. Manfaat
a. Puskesmas Gedongan
Sebagai inovasi pengembangan dalam meningkatkan capaian indikator kerja
program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Coronavirus
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019
(Li et al, 2020). Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga
berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah
China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus
jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab
SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih
menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses
penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC
pada tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan
tergantung pada populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara,
dan ketersediaan pemeriksaan laboratorium. Thailand merupakan negara pertama di luar
China yang melaporkan adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya
yang melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang
kemudian berkembang ke negara-negara lain.
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan 10.185.374 kasus
konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling
banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan
United Kingdom. Sementara, negara dengan angka kematian paling tinggi adalah
Amerika Serikat, United Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol.
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan
jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020
Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875
kasus meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi

7
pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling
sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien
dengan usia 55-64 tahun.

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa


COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain
yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan
diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat
(dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau
bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva
(mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi
droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19
dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak
langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi
(misalnya, stetoskop atau termometer).

Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan dalam


keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol
seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan
nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap,
memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif noninvasif, trakeostomi, dan
resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi
melalui udara.

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.
Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri
kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau
ruam kulit.

8
2.2. Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di


Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan
penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat
merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Menteri
Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat membuka Temu
Nasional Strategi Kemitraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Penguatan
Sistem Kesehatan pada Era desentralisasi di Jakarta, Kamis 18 Agustus 2011. Hasil
pertemuan ini akan menjadi bahan masukan bagi delegasi Indonesia dalam Pertemuan
Tingkat Tinggi tentang PTM di Majelis Umum PBB, New York, September 2011. Dalam
sambutannya Menkes menjelaskan, proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari
41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007.
Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%),
disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat
PTM terjadi di perkotaan dan perdesaan.

Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan, kematian akibat stroke pada


kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%. Hal
tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia produktif. Sementara itu
prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%),
penyakit jantung (7.2%), dan cedera (7,5%). Menkes mengatakan, PTM dipicu berbagai
faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya
hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas
merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang
aktivitas fisik.

Menkes menambahkan, peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan


produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan
biaya besar. Beberapa jenis PTM adalah penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat
mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM

9
adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Pemerintah sedang
melakukan langkah-langkah bagi terwujudnya jaminan kesehatan menyeluruh atau
universal coverage of social health insurance untuk masalah penyakit kronik dan
katastropik dalam periode 2010-2014, ujar Menkes.

2.3. Hipertensi
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg.

Hipertensi berdasarkan kriteria Joint National Committee (JNC) 7, didefinisikan


sebagai kondisi di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg yang diambil
berdasarkan rata-rata dua atau lebih pembacaan/pengukuran tekanan darah yang
dilakukan secara benar di awal kunjungan kemudian di ukur kembali pada kunjungan
berikutnya.

Semua definisi hipertensi adalah angka kesepakatan berdasarkan bukti klinis


(evidence based) atau berdasarkan konsensus atau berdasarkan epidemiologi studi meta
analisis. Bila tekanan darah tinggi dari angka normal yang disepakati, maka risiko
morbilitas dan mortalitas kejadian kardiovaskular akan meningkat. Yang paling penting
ialah tekanan darah harus persisten di atas atau sama dengan 140/90 mmHg.

Persistensi peningkatan di atas 140/90 mmHg ini harus terbukti, sebab bisa saja
peningkatan tekanan darah tersebut bersifat transien atau hanya merupakan peningkatan
diurnal dari tekanan darah normal sesuai siklus sirkadian (pagi sampai siang tekanan
darah meningkat, malam hari tekanan darah menurun, tetapi masih dalam batas normal)

Klasifikasi Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) 2012 dan


klasifikasi hipertensi yang dipakai saat ini berpedoman pada Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 7 (JNC 7).
Hipertensi dapat di golongkan sebagai berikut ini.

10
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 < 90
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol ≥ 140 -
terisolasi
Sub grup : perbatasan 140-149 -
Sumber : WHO, 2012

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi stage 2 > 160 > 100

Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk follow
paling tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai.
Kunjungan yang lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori hipertensi stage 2
atau jika disertai dengan komplikasi penyakit penyerta. Pemeriksaan kadar serum kalium
dan kreatinin harus dilakukan paling tidak sebanyak 1-2 kali per-tahun. Setelah tekanan
darah mencapai target dan stabil, follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam

11
interval 3-6 bulan sekali. Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat
mempengaruhi frekuensi jumlah kunjungan. Namun, jika tekanan darah target tidak dapat
tercapai dengan penggunaan obat dosis optimal dan kombinasi beberapa obat yang
sesuai, dipertimbangkan untuk berkonsultasi dengan spesialis.(37)

Upaya penetalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan melalui


pengendalian faktor risiko (non-farmakologi) dan terapi farmakologi. Menjalani pola
hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum
sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada
pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka
strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani
setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan
penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular
yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.

2.4. Hubungan Hipertensi dengan Tingkat Kepatuhan Kontrol


Berdasarkan hasil penelitian Zukhruf (2016). Dengan judul “Tingkat Kepatuhan
Antihipertensi dan pengontrolan tekanan darah pasie rawat jalan RS PKU
Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta yang mendapatkan brief counseling-5A dan SMS
motivasional”. Menyebutkan Kepatuhan terapi telah banyak diteliti dan dihubungkan
dengan faktor-faktor penting dalam pengontrolan tekanan darah pasien hipertensi.
Kepatuhan terapi pada menejemen hipertensi dilaporkan berbeda-beda dari penelitian
yang sudah ada, hal ini tergantung dari metode, jumlah pasien, definisi kepatuhan dan
pengukuran kepatuhan dari masing-masing penelitian. Kelompok perlakuan (83,33%)
menunjukkan prosentase yang lebih besar pada kategori patuh daripada kelompok kontrol
(20%) pada kunjungan kedua setelah diberikan brief counselling-5A serta SMS
motivasional. Dengan rerata tekanan darah sistolik 137,8±17,79 mmHg dan diastolik
81,60±7,46 mmHg. Hal ini sesuai dengan target pengontrolan tekanan darah berdasarkan
JNC 7 dimana sistolik <140mmHg dan diastolic <90mmHg. Hal ini menunjukkan dengan
adanya brief counseling-5A dan SMS motivasional dapat meningkatkan kepatuhan dan

12
pengontrolan tekanan darah.Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan
dengan pengontrolan tekanan darah,(47)

Menurut Ramanath et al (2012), peningkatan kepatuhan dan pengontrolan tekanan


darah yang terjadi pada masing-masing kelompok baik kontrol dan perlakuan dianalisis
kembali menggunakan uji fisher untuk melihat ada atau tidaknya hubungan kedua
variable. Walaupun terjadi peningkatan pada tingkat kepatuhan dan pengontrolan tekanan
darah pada kelompok intervensi (post study) namun tidak ada hubungan bermakna antara
tingkat kepatuhan dan pengontrolan tekanan darah pada kedua kelompok. Hal ini
berlawanan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan hubungan positif antara
kepatuhan dan pengontrolan tekanan darah. Hasil penelitian ini menunujukkan tingkat
kepatuhan kontrol menunjukkan peningkatan namun tidak ada hubungan bermakna.

13
BAB 3

ANALISA MASALAH

Hasil Pencapaian Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Gedongan

Targe Analis
Targe Total Keterc
Total t Penc Sub a akar
Targ Sasar t sasar Cakupan apaian Rencana
No Kegiatan sasar sasar apai varia perma Tindak Lanjut Evaluasi
et an sasar an s/d riil Target tindak lanjut
an an s/d an bel salaha
an juli Tahun
juli n

1 Desa/
Kelurahan
yang desa/k
melaksanaka 50% elurah 6 3 6 3 4 66.7 100.0 tercapai        
n kegiatan an
Posbindu
PTM

2 Sekolah yang
ada di
wilayah
Puskesmas sekola
50% 38 19 22 11 36 94.7 100.0 tercapai        
atau h
Puskesmas
melaksanaka
n KTR

3 Pelayanan 100 orang 14967 14967 8731 8731 1202 8.0 8.0 tidak Skrinin Melakukan Melakukan Melakukan
Kesehatan % tercap g di skrining skrining di screening di
Usia ai FKTP kepada pasien FKTP dan FKTP dan
Produktif belum di pelayanan melakukan dengan Road
optimal dan saat skreening show
melakukan roadshow dilanjutkan
tracing setelah

14
pandemic covid
19

4. Deteksi Dini 10% Kunjun


Kanker Leher (aku gan
membuat
rahim dan mula pemeri
jadwal khusus
kanker si ksaan
tidak melakukan membuat media untuk pasien
Payudara mulai menuru
orang 6656 666 3328 333 441 6.6 66.3 tercap sosialisasi di promosi di yang ingin
pada wanita tahun n
ai media sosial medsos melakukan
usia 30 - 50 2015 terkend
pelayanan via
tahun - ala
WA
2019 covid
) 19

Berdasarkan data kegiatan program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Gedongan selama
bulan Januari – Juli Tahun 2020 diambil kesimpulan bahwa program Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Deteksi Dini Kanker
Leher rahim dan kanker Payudara pada wanita usia 30 - 50 tahun belum mencapai target yang diharapkan. Pelayanan kesehatan usia
produktif hanya dapat mejangkau 1202 pasien dari tolat sasaran sejumlah 14967 pasien sementara Pelayanan deteksi dini kanker leher
rahim dan kanker payudara wainta usia 30-50 tahun hanya dapat menjangkau 441 dari total sasaran sejumlah 3328.

15
Teknik atau metode yang kami gunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah
dengan menggunakan teknik scoring.

Berikut adalah daftar masalah yang ditemukan:

 Masalah A : Pelayanan Kesehatan Usia Produktif


 Masalah B : Deteksi Dini Kanker Leher rahim dan kanker Payudara pada wanita usia 30 -
50 tahun

Tabel 1.1 Teknik scoring untuk menentukan prioritas masalah di Wilayah Kerja Puskesmas
Gedongan tahun 2020 dengan metode USG

%
No Indikator U S G Total Prioritas
Cakupan
Pelayanan Kesehatan
1 8.0% 4 4 5 13 1
Usia Produktif
Deteksi Dini Kanker
Leher rahim dan kanker
2 6.6% 3 4 4 11 2
Payudara pada wanita
usia 30 - 50 tahun
Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil)

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa masalah Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
diangkat sebagai masalah prioritas yang selanjutnya akan dilakukan tindak lanjut.

16
BAB 4

INTERVENSI

4.1. Jenis Kegiatan


Jenis kegiatan yang dilakukan adalah skrining kepada pasien sebelum pelayanan
dengan pendaftran online atau skrining on the spot dan saat melakukan tracing.

 Membuat kuisioner skrining online melalui aplikasi Whatsapp yang wajib diisi
pasien dewasa muda sebelum berobat ke Puskesmas Gedongan.
 Skrining on the spot yang langsung dilaksanakan saat pendaftaran pasien walk-in.
 Skrining pada keluarga maupun warga saat melakukan skrining COVID-19.

4.2. Rancangan Kegiatan


Rancangan kegiatan ini dilakukan oleh Tim internal penanganan PTM di wilayah
kerja Puskesmas Gedongan.

1. Membuat kuisioner online pada aplikasi non berbayar (survey monkey,


typeform, google form, dan sebagainya)
Alat: Smartphone atau PC. Paket data atau Wifi. Tim yang berkompetensi
dalam membuat kuisioner secara padat, jelas dan mudah dipahami
masyarakat.
Cara: semua pasien yang mendaftar melalui jalur online wajib mengisi
kuisioner yang telah dikirim ke nomor Whatsapp pasien. Hasil pengisian
kuisioner ditunjukkan (screen shoot) saat pasien mengambil nomor antrian
di PKM Gedongan.
2. Membuat kuisioner tertulis
Alat: Tim yang berkompetensi dalam membuat kuisioner secara padat,
jelas dan mudah dipahami masyarakat. Form Skrining. Alat Tulis.
Cara: semua pasien yang datang berobat dan mendaftar langsung (walk-in)
wajib mengisi form kuisioner sebelum dilakukana pemeriksaan kesehatan
di balai pengobatan. Hasil kuisioner yang telah diisi dikumpulkan kepada
tenaga medis saat pemeriksaan berlangsung.

17
3. Membuat kuisioner tertulis
Alat: Tim yang berkompetensi dalam membuat kuisioner secara padat,
jelas dan mudah dipahami masyarakat. Form Skrining. Alat Tulis.
Cara: semua keluarga pasien maupun warga sekitar yang terdapat di
wilayah tracing dilakukan skrining melalui pengisian kuisioner. Seluruh
kuisioner diisikan oleh petugas melalui wawancara dan segera
dikumpulkan.

4.3. Populasi
Populasi kegiatan adalah semua pasien usia produktif (15-64th, menurut WHO) di
wilayah kerja puskesmas Gedongan.

4.4. Prosedur Kegiatan


Kegiatan ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :

1. Koordinasi dengan tim penangangan PTM Puskesmas Gedongan

2. Persiapan peralatan dan kuisioner yang digunakan selama kegiatan

3. Persiapan pelaksaan kegiatan

18
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Pandemi Covid 19 mempengaruhi target capaian Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Gedongan periode januari 2020-juli
2020
2. Belum tersampaikannya informasi terkait pelayanan kesehatan dan tatacara
berobat selama masa pandemic COVID-19 kepada semua masyarakat sehingga
masyarakat enggan berobat ke layanan kesehatan.
3. Diharapkan program pelayanan kesehatan PTM tetap terlaksana dengan mematuhi
protokol kesehatan dan agar dapat menurunkan komplikasi.
4. Tercapainnya indikator kerja program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular

5.2. Saran
a. Untuk Petugas Kesehatan
Mengevaluasi proses pelayanan kesehatan pasien dengan PTM,
pengobatan teratur dengan obat-obat dan menurunkan kejadian komplikasi pada
PTM.
b. Untuk Puskesamas Gedongan
Meningkatkan mutu dan pelayanan yang selalu menerapkan protocol
kesehatan agar pasien tidak takut untuk berobat.

19

Anda mungkin juga menyukai