Anda di halaman 1dari 21

MINI PROJECT

UPAYA PENURUNAN KASUS ANEMIA PADA IBU HAMIL MELALUI INOVASI

“AYO SEGANI BUMIL” DI DESA LECES

KABUPATEN PROBOLINGGO

Disusun Untuk Melengkapi


Syarat Internsip di Puskesmas Leces
Probolinggo, Jawa Timur

Disusun Oleh :
dr. Alfi Marindi Fitrianti

Pendamping :

dr. Niswah Nilam Qanitah

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA

WAHANA PUSKESMAS LECES KABUPATEN PROBOLINGGO

PERIODE 2020
MINI PROJECT

UPAYA PENURUNAN KASUS ANEMIA PADA IBU HAMIL MELALUI INOVASI


“AYO SEGANI BUMIL” DI DESA LECES
KABUPATEN PROBOLINGGO

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internsip Indonesia

Periode 2020

Penyusun :

dr. Alfi Marindi Fitrianti

Telah Disetujui Oleh :

Pendamping :

dr. Niswah Nilam Qanitah

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan nikmatnya yang tidak terhingga. Karena atas nikmat Nya penulis mampu
menyelesaikan penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Internship Dokter Indonesia dengan judul “Upaya Penurunan
Kasus Anemia Pada Ibu Hamil Melalui Inovasi “Ayo Segani Bumil” di Desa Leces
Kabupaten Probolinggo”. Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya disertai penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Niswah Nilam Qanitah, sebagai dokter pendamping dan selaku Kepala Puskesmas
Leces, atas izin yang telah diberikan dalam melakukan mini project di wilayah kerja
Puskesmas serta dukungan yang telah diberikan selama masa internship di
Puskesmas.
2. Seluruh staf Puskesmas Leces atas bantuan dan kerjasama dalam kelancaran mini
project ini.
3. Seluruh dokter internship Puskesmas Leces bantuan dan dukungan yang telah
diberikan dalam penyelesaian mini project ini.

Penulis menyadari bahwa mini project ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
terbuka kepada saran dan masukan yang membangun untuk menyempurnakan tulisan ini.
Semoga hasil mini project yang disajikan dalam karya tulis ini dapat berguna bagi ilmu
pengetahuan dan banyak pihak. Semoga semua pihak yang telah membantu penyusunan ini
diberkahi dan dirahmati oleh Allah SWT.

Kabupaten Probolinggo, 28 September 2020

Penulis
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Mini Project........................................................................................3
1.4 Manfaat Mini Project......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Anemia.................................................................................................................4
2.1.1. Definisi........................................................................................................4
2.1.2. Kriteria Anemia...........................................................................................4
2.1.3. Faktor Risiko...............................................................................................5
2.1.4. Klasifikasi....................................................................................................8
2.1.5. Patofisiologi.................................................................................................9
2.1.6. Tanda dan Gejala.........................................................................................9
2.1.7 Dampak.......................................................................................................10
2.1.8. Diagnosis...................................................................................................10
2.1.9. Tata Laksana..............................................................................................11
2.1.10. Pencegahan..............................................................................................11
2.2. Kepatuhan.........................................................................................................11
2.2.1 Definisi.......................................................................................................11
2.2.2. Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kepatuhan......................................11
2.2.3. Metode Penukuran Tingkat Kepatuhan.....................................................12
BAB III RANCANGAN INOVASI 14
3.1 Inovasi dan Produk Mini Project.......................................................................14
3.2 Tujuan................................................................................................................14
3.3 Populasi dan Sampel..........................................................................................14
3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan.........................................................................14
PENUTUP 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dengan angka

prevalensi kejadian yang tinggi dan berperan terhadap dampak kesehatan. Anemia dapat

menyerang semua umur dan jenis kelamin di masyarakat. Salah satu kelompok yang

memiliki tingkat kejadian anemia yang tinggi yaitu kelompok wanita hamil. Prevalensi

kejadian anemia sebanyak 38% terjadi pada ibu hamil dari 32 juta wanita hamil di seluruh

dunia (Ani, 2017).

Ibu hamil dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobin <11,0 g/dl pada

kehamilan trimester pertama dan 10,5 g/dl pada kehamilan trimester kedua dan ketiga serta

kadar level ferritin <15 mcg/l (Bakta I Made, 2013). Pembagian anemia ibu hamil menurut

WHO juga bervariasi, yaitu 1) Normal jika Hb 11 g/dl, 2) Anemia ringan jika Hb 9-10 g/dl,

3) Anemia sedang jika Hb 7-9 g/dl dan 4) Anemia berat jika Hb 5-7 g/dl (Kamidah, 2015).

Anemia saat kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu pendarahan,

kehilangan zat besi, faktor nutrisi yang tidak sesuai, peningkatan kebutuhan zat besi, hingga

penyerapan zat besi yang tidak optimal misalnya karena diare dan infeksi cacing (DINKES

Sumatra Utara, 2012).

Kejadian anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak negatif terhadap janin

yang dikandung dari ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas yang di antaranya akan

lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR), partus prematur, abortus, perdarahan

post partum, partus lama dan syok. Hal tersebut barkaitan dengan banyak faktor antara lain :

status gizi, umur dan pekerjaan (Wiknjosastro, 2010).

1
2

Menurut World Health Organization (WHO) pada penelitian Gebre & Mulugeta

(2015) diperkirakan sebanyak 52,5% ibu hamil di Asia Tenggara mengalami anemia. Di

berbagai Negara, termasuk Indonesia melaporkan bahwa angka kejadian anemia masih tinggi.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, bahwa sekitar 21%

penduduk Indonesia mengalami anemia dan 31,7% diantaranya terjadi pada ibu hamil. Di

Provinsi Jawa Timur sebanyak 25,3% dari jumlah keseluruhan ibu hamil menderita anemia.

Mayoritas ibu hamil penderita anemia hanya mengkonsumsi zat besi kurang dari 90 hari,

memiliki usia kehamilan 28 hingga 40 minggu dan lulus SMA / SLTA (Rizki, F. et al. 2015).

Upaya pencegahan dan penanggulangan Anemia Defisiensi Besi dilaksanakan melalui

pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada ibu hamil, karena

prevalensi anemia pada kelompok ini cukup tinggi. Disamping itu, kelompok ibu hamil

merupakan kelompok rawan yang sangat berpotensi memberi kontribusi terhadap tingginya

Angka Kematian Ibu (AKI). Untuk mencegah Anemia Gizi pada ibu hamil dilakukan

suplementasi TTD dengan dosis pemberian sehari sebanyak 1 (satu) tablet (60 mg Elemental

Iron dan 0,25 mg Asam Folat) berturut-turut minimal 90 hari selama masa kehamilan.

Persentase cakupan ibu hamil di Jawa Timur yang mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet

sebesar 87,71% dan yang mendapat 90 tablet sebesar 81,77% (Profil Kesehatan Jawa

Timur,2013)

Sementara di Kabupaten Mojokerto, kejadian anemia pada ibu hamil mengalami

peningkatan signifikan, mencapai dua kali lipat dari tahun 2010 (17,86%) sampai 2013

(37,23%) (Prasetyowati, 2013. Kejadian anemia di wilayah kerja Puskesmas Leces pada ibu

hamil menduduki peringkat pertama sebanyak 10 ibu hamil (22%) di Desa Leces pada bulan

Juni - Agustus 2020. Hal tersebut menunjukkan masih tingginya kejadian anemia pada ibu

hamil dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu hamil, ketidakpatuhan ibu hamil minum tablet
3

tambah darah (Fe) dan dikarenakan ibu hamil yang minum tablet tambah darah dengan

menggunakan air teh.

Berdasarkan masalah diatas penulis merasa tertarik untuk membuat suatu inovasi

“Ayo SEGANI BUMIL” (Ayo Sekarang Cegah Anemia Ibu Hamil) dalam bentuk

memberikan kartu kontrol minum tablet tambah darah pada ibu hamil.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah upaya penurunan kasus anemia pada ibu hamil di Desa Leces

Kabupaten Probolinggo?

1.3 Tujuan Mini Project

Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini yaitu melakukan pengembangan
inovasi untuk menurunkan kasus anemia pada ibu hamil di Desa Leces.

1.4 Manfaat Mini Project

 Memberikan informasi kepada masyarakat terutama ibu hamil tentang apa itu

anemia, pencegahan dan tata laksananya

 Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan

penelitian lanjutan dengan tema yang diangkat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia
2.1.1. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah :
konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria
WHO, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g/dL pada pria dan di bawah 12
g/dL pada wanita. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi penderita anemia (Ani,
2017).

2.1.2. Kriteria Anemia


Kadar hemoglobin secara kllinis biasa digunakan untuk menentukan adanya anemia,
yaitu adanya insufisiensi sel darah merah untuk menghantarkan oksigen yang adekuat ke
jaringan perifer. Anemia absolut terjadi apabila terdapat penurunan dari jumlah sel darah
merah dan relatif jika hubungannya dengan kenaikan volume plasma.

Tabel 1. Kadar Hemoglobin dalam g/dL


Anemia
Populasi Non Anemia Ringan Sedang Berat
Anak 6-59 bulan ≥11,0 10,0-10,9 7,0-9,-9 <7,0
Anak 5-11 tahun ≥11,5 11,0-11,4 8,0-10,9 <8,0
Anak 12-14 tahun ≥12,0 11,0-11,9 8,0-10,9 <8,0
Wanita ≥15 thn & tidak hamil ≥12,0 11,0-11,9 8,0-10,9 <8,0
Wanita ≥ 15 thn & hamil ≥11,0 10,0-10,9 7,0-9,9 <7,0
Pria ≥ 15 tahun ≥13,0 11,0-12,9 8,0-10,9 <8,0

Anemia absolut dapat terbagi menjadi dua kategori yaitu pertama, akibat penurunan
produksi sel darah merah. Penyebabnya antara lain defisiensi nutrisi seperti besi, asam
folat, vitamin B12, dan vitamin B6. Selain itu, peyakit kronik, penyakit ginjal, hati,
endokrin, dan anemia sideroblastik. Kedua, akibat peningkatan destruksi sel darah merah
atau hilangnya kemampuan sumsum tulang untuk menggantikan kelebihan destruksi sel
darah merah. Penyebabnya antara lain perdarahan hebat, hemolisis, dan kelainan

4
5

hemoglobin (hemoglobinopati dan talasemia). Anemia relatif dapat terjadi pada pasien
dengan overhidrasi (volume overload), hamil, dan macrogobulinemia.

2.1.3. Faktor Risiko


Selama masa kehamilan anemia sering terjadi pada ibu hamil, hal ini disebabkan ibu
hamil membutuhkan banyak tambahan zat besi dari biasanya. Namun beberapa faktor
dapat menjadi penyebab terjadinya anemia difisiensi besi, antara lain sebagai berikut:
1. Usia ketika hamil masih remaja (<20 tahun)
Hamil diusia muda < 20 tahun, dikaitkan dengan masalah persiapan mental ibu
saat menjalani kehamilan, ibu hamil juga harus menjalani pemeriksaan kehamilan,
dengan memeriksakan kehamilan secara rutin dapat mengurangi risiko komplikasi
serta gangguan selama kehamilan (Ani, 2017).
2. Usia ketika hamil ≥35tahun
Wanita hamil dengan usia lebih dari 35 tahun memiliki resiko mengalami
anemia, hal ini disebabkan semakin tua usia ibu hamil semakin rendah daya tahan
tubuh (imunitas), dan semakin rendah pula sistem reproduksi ibu.
3. Jarak interval kehamilan yang pendek < 2 tahun
Pada ibu yang hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan
ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahim agar kembali ke
kondisi sebelumnya.
4. Jumlah kehamilan (paritas)
Paritas atau jumlah kehamilan lebih dari 3 kali dapat meningkatkan resiko
anemia. Jumlah kehamilan lebih dari 3 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan
janin dan pendarahan saat persalinan dikarenakan keadaan rahim biasanya sudah
lemah (Wiknjosastro, 2010).
5. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan yang dimulai antara
usia kehamilan 4-10 minggu pada trimester I dan akan menghilang pada usia
kehamilan 20 minggu pada trimester II. Pola makan ibu hamil dapat
mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum dikarenakan ibu yang pola
makan yang kurang teratur sehingga pola makan harus terjaga dan kandungan
kalori, protein, mineral, dan vitamin juga harus seimbang guna memenuhi nutrisi
ibu hamil. Ibu hamil yang mengalami mual muntah yang berlebihan akan disertai
6

dengan penurunan nafsu makan, dan minum sehingga zat gizi yang dibutuhkan
selama kehamilan tidak tercukupi.
6. Hamil kembar
Pada ibu yang sedang hamil janin kembar dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan bergizi lebih banyak, dikarenakan ibu yang mengalami kehamilan
kembar memiliki resiko bayi lahir dengan berat badan lebih rendah.
7. Status Gizi
Status gizi diketahui dari berat badan dan tinggi badan, melalui penghitungan
IMT (Indeks Massa Tubuh) seseorang, yaitu menggunakan rumus:

Dikatakan berat badan berlebih / obese adalah memiliki nilai IMT diatas 25.
Pada ibu hamil yang memiliki status gizi yang rendah akan meningkatkan berat
badan lahir bayi lahir rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki gizi
cukup. Sehingga kenaikan berat badan saat hamil diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi serta akan menurunkan angka kejadin BBLR.
Status gizi ibu juga dapat diukur melalui LILA (lingkar lengan atas). LILA
merupakan salah satu penilaian antropometri pada ibu hamil dengan cara
pengukuran langsung. Pengukuran ini bermanfaat dalam menentukan status gizi
ibu hamil serta bermanfaat untuk mendeteksi apakah ibu hamil menderita KEK
(Kurang Energi Kronik).
8. Merokok
Ibu yang mempunyai kebiasaan merokok khususnya pada saat hamil lebih
rentan mengalami komplikasi plasenta, ketuban pecah dini, persalinan prematur,
berat badan lahir rendah, serta infeksi rahim. Hal ini disebabkan oleh
karbonmonoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen kejaringan
tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan
atelektasis (pengkerutan) pembuluh darah menuju plasenta dan rahim
(Ganganahalli et al., 2015)
9. Tingkat pengetahuan yang rendah
Pengetahuan gizi dan kesehatan selama kehamilan sangat penting dan akan
berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Ibu hamil dapat meningkatkan
pengetahuan kesehatan melalui tenaga dan pelayanan kesehatan yang ada di sekitar
7

lingkungan. Pada ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, ibu hamil
kurang mengetahui manfaat dilakukannya pemeriksaan kesehatan pada masa
kehamilan seperti antenatal care (ANC) sehingga pengetahuan tentang cara hidup
bersih dan sehat yang meliputi makanan bergizi saat kehamilan, serta istirahat yang
cukup sering diabaikan oleh ibu.
10. Sosial ekonomi yang rendah
Pendapatan keluarga dapat mempengaruhi kesehatan dan gizi yang baik.
Keluarga dengan pendapatan yang terbatas, memiliki resiko besar akan kurangnya
kebutuhan makanan yang dibutuhkan oleh ibu dan janin. Sosial ekonomi yang
rendah sering dikaitkan dengan tingkat pengetahuan yang rendah, karena menurut
beberapa studi bahwa masyarakat yang memiliki sosial ekonomi yang rendah
cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang rendah sehingga masyarakat
tersebut tidak memikirkan makanan yang bergizi untuk mereka.
11. Tingkat kepatuhan ibu dalam konsumsi tablet tambah darah
Suplementasi besi atau pemberian tablet tambah darah merupakan salah satu
upaya penanggulangan anemia khususnya anemia akibat kekurangan zat besi.
Wanita hamil membutuhkan tambahan tablet besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah. Seorang wanita yang sedang hamil dan akan melahirkan akan
semakin banyak kehilangan zat besi dan akan menyebabkan anemia. Tingkat
kepatuhan yang rendah menurut beberapa studi menyatakan bahwa masih banyak
ibu hamil yang masih tidak patuh dalam konsumsi tablet tambah darah (Fe) yang
diberikan oleh petugas kesehatan dikarenakan kurangnya kesadaran ibu dalam
mengetahui manfaat tablet tambah darah (Fe) selama masa kehamilan.
12. Antenatal Care (ANC) selama masa hamil.
Pelayanan antenatal care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan pada ibu hamil selama kehamilannya yang bertujuan sebagai deteksi dini
dan mengenal serta menangani penyakit yang menyertai selama masa hamil.
Pemeriksaan antenatal care (ANC) dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan, yaitu
pada awal trimester, trimester kedua, trimester ketiga dan akhir trimester ketiga
atau menjelang persalinan. Hal ini sesuai dengan yang ditetapkan pada buku
pedoman pelayanan antenatal. Di Posyandu dilakukan beberapa kegiatan meliputi
“7T” dalam pelayanan antenatal (timbang berat badan, tinggi badan, ukur tekanan
darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid secara lengkap, pengukuran tinggi
fundus uteri, pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan, tes
8

laboratorium, tes wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan.


Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk memantau dan mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang akan terjadi selama masa kehamilan.
Namun beberapa studi melaporkan masih banyak ibu hamil yang tidak peduli
dalam kesehatan selama masa hamil, sehingga mereka sering kali tidak datang
dalam kegiatan kunjungan kesehatan selama hamil.
13. Pola makan ibu hamil
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan
minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan
mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat
penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi,
anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal
atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja
meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh
tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular
terkait.

2.1.4. Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab utamanya adalah
peningkatan hilangnya sel darah merah, baik oleh karena perdarahan maupun penghancuran
sel, dan penurunan atau kelainan pembentukan sel.

Tabel 2. Klasifikasi Anemia berdasarkan Etiopatogenesis


A. Produksi eritrosit menurun
a. Kekurangan bahan untuk eritrosit
 Besi : Anemia defisiensi besi
 Vitamin B12 dan Asam Folat : Anemia megaloblastik
b. Gangguan utilisasi besi
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia sideroblastik
c. Kerusakan jaringan sumsum tulang
 Atrofi dengan penggantian oleh jaringan lemak :
Anemia aplastik atau hipoplastik
 Penggantian oleh jaringan fibrotik / tumor : Anemia
leukoeritroblastik atau mieloptisik
d. Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui
 Anemia diseritropoetik
 Anemia pada sindrom mielodisplastik
9

B. Kehilangan eritrosit dari tubuh


a. Anemia pasca perdarahan akut
b. Anemia pasca perdarahan kronik

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
tubuh sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada alhirnya
pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini ditandai oleh anemia hipokromik
mikrositik, besi seum menurun, total iron binding capacity (TIBC) meningkat, saturasi
transferrin menurun, ferritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negatif dan
adanya respon terhadap pengobatan dengan preparat besi.

2.1.5. Patofisiologi
Anemia timbul akibat adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, dan invasi tumor. Anemia difisiensi besi disebabkan oleh kurangnyanya
pembebasan makrofag ke serum sehingga kandungan besi dalam hemoglobin berkurang.
Sebagian besar besi dalam tubuh terkandung dalam hemoglobin yang bersirkulasi dan
digunakan ulang untuk sintesis hemoglobin setelah sel darah merah mati. Besi dipindahkan
dari makrofag kedalam transferin plasma dan dengan demikian kepada eritoblast sumsum
tulang. Penyerapan besi dalam keadaan normal hanya cukup untuk menggantikan
kehilangan besi harian. Pada masa hamil tubuh memproduksi lebih banyak darah untuk
mendukung pertumbuhan janin. Jika tubuh tidak mendapat zat besi atau zat gizi dan nutrisi
yang cukup, tubuh tidak mampu menghasilkan sel darah merah yang cukup (Mehta &
Hoffbrand, 2015).

2.1.6. Tanda dan Gejala


Berikut merupakan tanda dan gejala dari anemia. Tanda mengalami anemia, yaitu
Kulit, bibir, kuku pucat, warna kulit merupakan tanda yang dapat diandalkan dalam
menegakkan gejala anemia, hal ini dikarenakan akibat berkurangnya volume darah,
hemoglobin, vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen ke organ-organ vital.
Warna kuku, telapak tangan, membran mukosa dan konjungtiva dapat digunakan untuk
menilai kepucatan. Sementara gejala klinis anemia, yaitu :
1. Letargi (merasa lelah dan lemah), terjadi akibat metabolisme energi didalam otot
terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.
10

2. Pusing & myeri kepala, akibat kekurangan oksigen yang dibawa oleh hemoglobin
darah.
3. Takikardi, terjadi akibat beban kerja dan curah jantung yang meningkat, sehingga
efeknya menyebabkan kekurangan oksigen terhadap organ-organ tersebut
menyebabkan efek kompensasi oleh peningkatan volume yang terganggu
4. Sulit berkonsentrasi (Hoffbrand & Moss, 2013).

2.1.7 Dampak
Dampak dan resiko anemia difisiensi besi yang berat atau tidak diobati selama
kehamilan dapat meningkatkan resiko, antara lain :
1. Kelahiran prematur
2. Keterlambatan perkembangan janin
3. Berat badan lahir rendah (BBLR)
4. Pendarahan postpartum
5. Mortalitas perinatal
6. Hipoksia janin
7. Stress
8. Kematian wanita hamil; Beberapa studi menyampaikan bahwa kematian pada wanita
hamil sering dikaitkan dengan kejadian pendarahan yang diakibatkan absorbsi besi
yang tidak baik.

2.1.8. Diagnosis
Untuk mengetahui seseorang mengalami anemia dengan dilakukan pemeriksaan, antara
lain :
1. Anamnesis, terutama mengenai penyebab kehilangan darah, diet, malabsorbsi.
2. Tes darah, dilakukan pada saat kunjungan ANC meliputi pemeriksaan hemoglobin
dan hematokrit. Tes hemoglobin (Hb) berfungsi untuk mengukur protein yang kaya
akan zat besi pada sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh. Sementara tes hematokrit (HCT) dilakukan untuk mengukur
persentase sel darah merah dalam sampel darah.
3. Hasil laboratorium, jumlah trombosit meningkat dan Gambaran hapusan darah
meliputi sel hipokromik / mikrositik, anisositosis / poikilositosis (Wiknjosastro,
2010).
11

2.1.9. Tata Laksana


Tata laksana dilakukan untuk mengatasi penyebab anemia, yaitu
1. Tablet besi oral fero sulfat (200mg, 67mg beri / tablet) sebelum makan tiga kali
sehari.
2. Besi oral profilaktik, sering dikombinasikan dengan asam folat, diberikan pada
kehamilan.
3. Besi intra muskular atau intra vena (sukrosa besi (venofer) atau dekstran besi
(cosmofer) berfungsi dalam mengembalikan simpanan besi) digunakan pada pasien
dengan malabsorbsi atau tidak mampu menerima besi oral (Wiknjosastro, 2010).

2.1.10. Pencegahan
Upaya pencegahan anemia selama masa kehamilan ialah dengan cara mengantisipasi
agar anemia tidak terjadi selama masa kehamilan, antara lain :
a. Meningkatkan konsumsi zat besi yang bersumber dari makanan hewani dan nabati
yang mudah diserap seperti ikan, hati, daging, ayam, telur, kacang-kacangan,
sayuran hijau, buah buahan serta vitamin C yang dapat membantu pembentukan besi
dan hemoglobin darah.
b. Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke-28
kehamilan pada ibu hamil yang belum pernah mendapat zat besi dan non anemik.
c. Melakukan tes darah rutin meliputi : tes hemoglobin dan tes hematokrit selama
kunjungan antenatal care (Tarwoto, 2007).

2.2. Kepatuhan
2.2.1 Definisi
Kepatuhan terhadap pengobatan didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh tenaga medis mengenai penyakit dan
pengobatannya. Tingkat kepatuhan untuk setiap pasien biasanya digambarkan sebagai
presentase jumlah obat yang diminum setiap harinya dan waktu minum obat dalam jangka
waktu tertentu.

2.2.2 Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kepatuhan


Kepatuhan pasien terhadap pengobatannya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
meliputi :
a) Faktor Demografi
12

Faktor demografi seperti suku, status ekonomi, dan tingkat pendidikan yang rendah
dikaitkan dengan kepatuhan yang rendah terhadap regimen pengobatan.
b) Faktor Psikologi
Faktor psikologi juga dikaitkan dengan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
Kepercayaan terhadap pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan. Sedangkan factor
psikologi, seperti depresi, cemas, dan ganguan makan yang dialami pasien dikaitkan
dengan ketidakpatuhan.
c) Faktor Sosial
Hubungan antara anggota keluarga dan masyarakat juga berperan penting dalam
pengelolaan penyakit. Penelitian menunjukan bahwa pasien dengan tingkat masalah
atau konflik yang rendah dan pasien yang mendapat dukungan dan memiliki
komunikasi yang baik antara keluarga atau masyarakatnya cenderung memiliki tingkat
kepatuhan yang lebih baik. Dukungan sosial juga dapat menurunkan rasa depresi atau
stress bagi penderita.
d) Faktor yang berhubungan dengan penyakit dan medikasi
Penyakit kronik yang diderita pasien, regimen obat yang kompleks, dan efek samping
obat yang terjadi pada pasien dapat meningkatkan ketidakpatuhan pada pasien.
e) Faktor yang berhubungan dengan tenaga kesehatan
Komunikasi yang rendah dan kurangnya waktu yang dimiliki tenaga kesehatan, seperti
dokter, menyebabkan penyampaian informasi yang kurang sehingga pasien tidak cukup
mengerti dan paham akan pentingnya pengobatan. Keterbatasan tenaga kesehatan lain,
waktu dan keahlian juga berpengaruh terhadap pemahaman pasien mengenai
penggunaan obat sehingga cenderung meningkatkan ketidakpatuhan pasien.

2.2.3. Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan


Tingkat kepatuhan terhadap pengobatan dapat diukur melalui dua metode,yaitu:
a) Metode Langsung
Pengukuran kepatuhan melalui metode langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara,
seperti mengukur konsentrasi obat atau metabolit dalam darah atau urin, mengukur atau
mendeteksi petanda biologi di dalam. Metode ini umumnya memerlukan biaya lebih
besar, tingkat kesulitan lebih tinggi, serta rentan terhadap penolakan pasien.
b) Metode Tidak Langsung
Pengukuran kepatuhan melalui metode tidak langsung dapat dilakukan dengan bertanya
kepada pasien tentang penggunaan obat, menggunakan kuisioner, menilai respon klinik
13

pasien, menghitung jumlah pil obat, serta menghitung tingkat pengambilan kembali
resep obat.
BAB III
RANCANGAN INOVASI

3.1 Inovasi dan Produk Mini Project


Rencana Intervensi yang dilakukan dengan membuat suatu inovasi “Ayo SEGANI
BUMIL” (Ayo Sekarang Cegah Anemia Ibu Hamil) dalam bentuk memberikan kartu
kontrol minum tablet tambah darah pada ibu hamil yang harus dibawa setiap kontrol ke
Puskesmas atau bidan.

3.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari inovasi ini
untuk menurunkan kasus anemia pada ibu hamil di Desa Leces.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam minipro ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke posyandu
desa Leces per tanggal 10 Agustus 2020.
Adapun kriteria yang digunakan sebagai berikut :
- Ibu hamil yang masuk di dalam wilayah kerja Puskesmas Leces yaitu Desa Leces

- Ibu hamil yang tidak kooperatif atau tidak bersedia menjadi responden
Besar sampel diperoleh berdasarkan data bumil risti anemia KIA Desa Leces
sebanyak 10 orang. Sedangkan jumlah sampel diperoleh dari teknik sampling yaitu
siapa saja yang secara incidental bersedia bertemu dengan peneliti.

3.4 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan


Lokasi yang dipilih bertempat Posyandu Desa Leces, Kecamatan Leces dan
dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2020.

14
PENUTUP

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilaksanakan melalui pemberian

Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada ibu hamil. Untuk mencegah anemia

pada ibu hamil dilakukan suplementasi TTD dengan dosis pemberian sehari sebanyak 1 (satu)

tablet (60 mg Elemental Iron dan 0,25 mg Asam Folat) berturut-turut minimal 90 hari selama

masa kehamilan.

Kejadian anemia di wilayah kerja Puskesmas Leces pada ibu hamil menduduki

peringkat pertama sebanyak 10 ibu hamil (22%) di Desa Leces pada bulan Juni - Agustus

2020. Hal tersebut menunjukkan masih tingginya kejadian anemia pada ibu hamil

dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu hamil, ketidakpatuhan ibu hamil minum tablet

tambah darah (Fe) dan dikarenakan ibu hamil yang minum tablet tambah darah dengan

menggunakan air teh.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti membuat suatu inovasi “Ayo SEGANI BUMIL”

(Ayo Sekarang Cegah Anemia Ibu Hamil) dalam bentuk memberikan kartu kontrol minum

tablet tambah darah pada ibu hamil guna untuk menurunkan kasus anemia pada ibu hamil di

Desa Leces.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ani, Luh Seri. 2017. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi Masa Prahamil dan Hamil.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2012

3. Gebre, A. & Mulugeta, A. 2015. Prevalence of Anemia and Associated Factor Among

Pregnant Women in North Western Zone of Tigray, Northern Ethiopia : A Cross

Sectional Study.

4. Kamidah. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet

FE di Puskesmas Simo Boyolali. GASTER Vol. XII No. 1, Februari 2015.

5. Prasetyowati, L. D. 2013. Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Kabupaten Mojokerto

Tahun 2013.

6. RISKESDAS. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.

Kementerian Kesehatan RI.

7. Rizki, F., Widodo, D. A. A. & Wulandari, S. P. 2015. Faktor Risiko Penyakit Anemia

Gizi Besi Pada Ibu Hamil di Jawa Timur Menggunakan Analisis Regresi Logistik.

Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 4 No. 2 (2015).

8. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo

16
17

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai