Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diare

Sub pokok bahasan : Penanganan Pertama Saat Terkena Diare

Sasaran : Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak usia bayi-sekolah

Hari/tanggal : 08 Desember 2018

Tempat : Gang Karya

Pukul : 14.00 WITA-15.00 WITA

A. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, diharapkan ibu-ibu mampu
memahami tentang cara pencegahan dan pertolongan pertama diare.
b. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 60 menit, diharapkan sasaran dapat :
a. Menyebutkan pengertian diare
b. Menyebutkan penyebab diare
c. Menyebutkan tanda dan gejala diare
d. Menjelaskan cara pencegahan diare secara primer, sekunder dan tersier
e. Menjelaskan cara penanganan diare
f. Menjelaskan tanda-tanda dehidrasi

B. Kegiatan Penyuluhan
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
2. Materi
a. Pengertian diare
b. Penyebab diare
c. Tanda dan gejala diare
d. Pencegahan diare secara primer, sekunder dan tersier
e. Cara penanganan diare
f. Tanda-tanda dehidrasi
3. Media
a. Power Point
b. Leaflet

C. Pengorganisasian
a. Ketua : Rini Perinda
b. Sekretaris : Leny Setiawati
c. Bendahara & Konsumsi : Shellya Eka Sari
d. Moderator : Ana Pratiwi
e. Pemateri : Theresia Hosana
f. Fasilitator : Reni Puspita Radian Sari
g. Observer : Ricy Gunawan
h. Dokumentasi : Gregorius Gerry

D. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta


1 10 Menit Pembukaan :
14.00- a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam
14.10 mengucapkan salam; b. Menanggapi dan memberi respon
b. Memprkenalkan diri; c. Memperhatikan penjelasan yang
c. Menjelaskan tujuan dari diberikan
penyuluhan dan kontrak waktu
40 Menit Pelaksanaan Penyampaian Materi :
14.10- a. Menjelaskan materi pembelajaran a. Mendengarkan dan memperhatikan
2 14.40 b. Memberikan kesempatan kepada materi yang diberikan
sasaran untuk bertanya b. Mengajukan beberapa pertanyaan
c. Menjawab pertanyaan yang dari materi yang sudah diberikan
diberikan c. Mendengarkan dan memperhatikan
jawaban yang diberikan
3 20 menit Penutup :
14.40- a. Bertanya sebagai bahan evaluasi a. Menjawab dengan benar
15.00 b. Menyimpulkan materi yang telah b. Mendengarkan dan menyimak
disampaikan dengan baik
c. Salam penutup c. Menjawab salam

E. Evaluasi
1. Prosedur : Post Test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Essay

F. Lampiran
1. Uraian Materi
2. Pertanyaan dan Kunci Jawaban
Lampiran Materi Tentang Diare

A. Pengertian Diare
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting
harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi
tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja
cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare
didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam
satu hari (Depkes RI, 2011).
Menurut Arifianto (2012) diare adalah produksi tinja yang lebih cair
dibandingkan biasanya dan frekuensi buang air besar (BAB) menjadi lebih sering.
Umumnya, anak-anak mengalami BAB tidak mencapai tiga kali sehari sehingga
frekuensi lebih dari tiga kali sering digunakan sebagai patokan diare meskipun tidak
selalu.

B. Etiologi
Menurut Warman (2008) diare disebabkan oleh :
1) Faktor infeksi
Jenis-jenis bakteri dan virus yang umumnya menyerang dan mengakibatkan
infeksi adalah bakteri E.coli, Salmonela, Vibrio cholerae (kolera) Shigella, Yersinia
enterocolitica, virus Enterovirus echovirus, human Retrovirus seperti Agent,
Rotavirus, dan parasit oleh cacing (Askaris), Giardia calmbia, Crytosporidium, jamur
(Candidiasis).
2) Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu masih banyak yang merugikan
kesehatan salah satunya kurang memperhatikan kebersihan makanan seperti
pengelolaan makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan makanan,
penyimpanan bahan mentah dan perlindungan bahan makanan terhadap debu.
3) Faktor lingkungan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk (2009) diare dapat disebabkan
dari faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang sudah tercemar,
pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar,
kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga kebersihannya.

C. Manisfestasi Klinis
1) Diare Akut
a) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b) Onset yang tak terduga dari buang air besar yang encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut
c) Nyeri pada kuadran bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d) Demam
2) Diare Kronik
a) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b) Penurunan BB dan nafsu makan
c) Demam indikasi terjadi infeksi
d) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah (Yuliana, 2009).

D. Pencegahan Penyakit Diare


a. Pencegahan Primer
Menurut WHO (1992), pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Pemberian air susu ibu
a. Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan ASI
bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu tahun.
b. Untuk menyusu dengan nyaman dan aman, ibu harus :
Jangan beri cairan tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk, terutama
dalam hari-hari awal kehidupan anak; memulai pemberian ASI segera setelah
bayi lahir; menyusukan sesuai keperluan (peningkatan pengisapan
meningkatkan penyediaan susu); keluarkan susu secara manual untuk
mencegah pembendungan payudara selama masa pemisahan dari bayi.
c. Jika ibu bekerja di luar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka
ibu harus mempersiapkan ASI untuk bayinya sebelum ibu meninggalkan
rumah.
d. Ibu seharusnya terus memberikan air susu ibu sewaktu bayinya sakit dan
setelah sakit.
2. Perbaikan cara menyapih
a. Pada usia 4-6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan penyapih yang
bergizi dan bersih. Pada tahap awal sebaiknya makanan saring lunak.
b. Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan mencakup
makanan pokok di masyarakat (biasanya serelia atau umbi); kacang atau
kacang polong; sejumlah makanan dari hewan, sebagai contoh produk susu,
telur dan daging; serta sayuran hijau atau sayuran jingga.
c. Anak juga harus diberikan buah-buahan atau sari buah dan minyak atau
lemak yang ditambahkan ke dalam makanan penyapih.
d. Anggota keluarga seharusnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan
penyapih dan sebelum memberi makan bayi.
e. Makanan harus dipersiapkan di tempat bersih, menggunakan wadah dan
peralatan yang bersih.
f. Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih sebelum
dimakan.
g. Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan
dahulu sebelum dimakan.
h. Makanan yang disimpan harus ditutup dan jika mungkin masukkan ke dalam
lemari es.
Gunakan banyak air bersih
a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b. Sumber air harus dilindungi dengan: menjauhkannya dari hewan; melokasi
kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber air; serta lebih rendah;
dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari
sumber.
c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih dan gunakan
gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d. Air untuk masak dan minum bagi anak anda harus dididihkan.
3. Cuci tangan
a. Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan dengan baik:
b. Setelah membersihkan anak yang telah buang air besar dan setelah
membuang tinja anak
c. Setelah buang air besar. sebelum menyiapkan makanan. sebelum makan.
sebelum memberi makan anak.
d. Orang tua atau kakak seharusnya mencuci tangan anak yang lebih kecil.
4. Menggunakan kakus
a. Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang masih
berfungsi. Kakus harus digunakan oleh semua anggota keluarga yang cukup
besar.
b. Kakus harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan yang kotor secara
teratur.
c. Jika tidak ada kakus, anggota keluarga harus:
Buang air besar jauh dari rumah, jalan atau daerah anak bermain dan paling
kurang 10 meter dari sumber air, jangan buang air besar tanpa alas kaki, tidak
mengizinkan anak mengunjungi daerah buang air besar sendiri.
5. Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat
a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau
kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b. Bantu anak untuk membuang air besar ke dalam wadah yang bersih dan
mudah dibersihkan, kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau
anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau
daun besar dan buang ke dalam kakus.
c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya.
6. Imunisasi terhadap campak, anak harus diimunisasi terhadap campak secepat
mungkin setelah usia 9 bulan.

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Pada
pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit
diare. Menurut Ngastiyah (2005) penatalaksanaan atau penanggulangan penderita
diare di rumah antara lain:
a. Memberi tambahan cairan
Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian, jika
anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air matang sebagai tambahan.
Anak yang tidak memperoleh ASI eksklusif berikan satu atau lebih cairan berikut:
oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air matang. Petugas kesehatan
atau kader kesehatan harus memberitahu ibu berapa banyak cairan sehatinya:
1. Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali buang air besar.
2. Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali buang air besar.
Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering dan jika muntah tunggu 10
menit kemudian lanjutkan lagi sampai diare berhenti.
b. Memberi makanan
Saat diare anak tetap harus diberi makanan yang memadai, jangan pernah
mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan susu.
Hindari makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti makanan
yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar. Bila diare
terjadi berulang kali, balita atau anak akan kehilangan cairan atau dehidrasi.
c. Pencegahan Tersier
Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare dengan
maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya
yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat
diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari
tubuh. Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang
telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah
makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada
sama sekali. Pada tingkat ini perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu
dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan
(Fahrial Syam, 2006). Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare,
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan
melakukan beberapa upaya sebagai berikut (Depkes RI, 2007):
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaa Pojok
Oralit.
2. Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di rumah tangga secara tepat dan
benar.
3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat.
4. Meningkatkan sanitasi lingkungan.
5. Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Diare.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan petugas kesehatan untuk
menyokong praktek pencegahan diare (WHO, 1992):
a. Menggunakan teknik pendidikan yang baik
Pesan harus singkat dan jelas serta relevan dengan orang atau
kelompok pendengar. Petugas kesehatan hanya boleh membahas beberapa
pesan pada satu pertemuan. Jika petugas kesehatan menggunakan teknik
pendidikan yang baik, maka ia akan lebih efektif membantu anggota
masyarakat memahami manfaat praktek pencegahan. Tahap untuk mengajar
anggota keluarga tentang pengobatan diare di rumah yang diberikan juga
bermanfaat sewaktu mengajarkan tentang pencegahan.
b. Memberikan contoh yang baik
Petugas kesehatan harus selalu melakukan apa yang diajarkannya
tentang pencegahan, sebab tindakan akan berpengaruh lebih kuat daripada
sekedar kata-kata saja.
c. Berperan serta dalam proyek masyarakat untuk mermperbaiki tindakan
pencegahan.
Di dalam bekerja sama dengan kelompok masyarakat, petugas
kesehatan dapat menggunakan pengetahuannya tentang cara mencegah diare
untuk membantu merencanakan proyek yang bermanfaat. Beberapa contoh
proyek yang dapat dilakukan dengan peralatan yang terbatas dan yang akan
bermanfaat bagi banyak anggota masyarakat mencakup:
a. Membeli sabun dalam jumlah besar bagi masyarakat.
b. Memperbaiki sumber air.
c. Merancang dan menyokong pembangunan kakus keluarga.
d. Berkebun untuk menghasilkan bahan makanan yang lebih baik dan lebih
murah untuk makanan penyapih.

E. Penanganan Diare Pada Bayi dan Balita


Tindakan yang perlu dilakukan dirumah ketika anak diare :
1. Berikan air susu ibu (ASI) lebih sering. Bila anak mendapatkan susu formula,
berikan lebih sering.
2. Makan seperti biasa dan minum lebih sering. Pemberian makanan dan minuman
selama diare bertujuan untuk memberikan gizi agar anak tetap kuat dan mencegah
dehidrasi.
3. Berikan segera cairan orarit ,atau dapat membuat larutan gula dengan takaran satu
sendok teh dan garam setengah sendok teh, jika bayi tetap muntah tunggu 10 menit
kemudian lanjutkan lagi pemberian cairan orarit sedikit demi sedikit.
4. Jangan berikan obat apapun kecuali obat dari petugas kesehatan atau dokter.
Pemberian obat anti diare dapat membahayakan bayi dan anak balita
5. Segera bawa bayi/ anak balita kepuskesmas dan rumah sakit terdekat jika diare
terjadi secara terus –menerus,dan muntah tanpa henti .

F. Tanda – Tanda Dehidrasi


a. Tanda-tanda dehidrasi pada anak
Anak-anak umumnya lebih rentan terserang dehidrasi karena tubuhnya yang
mungil, sehingga cadangan cairan dalam tubuhnya yang lebih sedikit dibandingkan
dengan orang dewasa. Anak-anak mengalami dehidrasi bisa disebabkan oleh
beberapa kondisi, seperti terserang demam (air yang terkandung dalam tubuh akan
menguap lebih banyak saat suhu tubuh Anda tinggi), mengalami diare, muntah-
muntah, atau mengeluarkan banyak keringat saat bermain (didukung dengan paparan
suhu yang tinggi dari sinar matahari). Bila anak Anda mengalami kondisi seperti
yang telah disebutkan di atas, sebaiknya waspadai gejala-gejala yang akan mengikuti
setelahnya, seperti:
1. Mengeringnya lidah dan mulut.
2. Ketiadaan air mata saat menangis.
3. Mata dan pipi yang terlihat cekung ke dalam.
4. Menggelapnya warna kuning urin, menurunnya volume dan frekuensi buang air
kecil, atau bahkan tidak buang air kecil hingga selama 6-8 jam.
5. Mengeringnya kulit.
6. Pusing, perasaan goyang, tidak stabil, atau yang sering disebut dengan
sempoyongan.
7. Perasaan mudah lelah dan mengantuk.
8. Meningkatnya kecepatan detak jantung.
9. Pada beberapa anak, dehidrasi bahkan dapat menyebabkan tidak sadarkan diri.

b. Tanda-tanda dehidrasi pada orang dewasa


Beberapa kondisi yang menyebabkan orang dewasa dapat mengalami
dehidrasi antara lain demam, paparan suhu tinggi, terlalu banyak beraktivitas hingga
akhirnya mengeluarkan keringat dalam jumlah yang tinggi, dan muntah-muntah dan
diare. Selain itu, orang dewasa juga dapat mengalami dehidrasi karena kondisi-
kondisi lain seperti peningkatan pengeluaran urin karena serangan suatu infeksi
tertentu dan terlukanya kulit (air dalam tubuh juga dapat hilang dari kulit yang
rusak). Bila Anda mengalami kondisi- kondisi seperti yang disebutkan di atas, Anda
akan lebih rentan mengalami dehidrasi. Sebagian besar gejala dehidrasi pada orang
dewasa serupa dengan tanda-tanda dehidrasi yang dialami oleh anak-anak. Tapi di
beberapa kondisi tertentu, seorang dewasa dapat diindikasikan juga mengalami
dehidrasi, bila mengalami gejala:
1. Bau mulut. Seorang ahli kardiologi Lyndon B. Johnson General Hospital, John
Higgins, mengungkapkan bahwa, dehidrasi menyebabkan tubuh Anda memproduksi
air liur dalam volume yang lebih sedikit. Ketiadaan air liur yang cukup dalam mulut
dapat menyebabkan berkembangnya bakteri dalam mulut Anda, diikuti dengan
munculnya aroma yang tidak sedap dari mulut Anda.
2. Kram otot. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, berkurangnya kadar cairan
dalam tubuh Anda dapat berdampak terhadap kadar kandungan dalam tubuh yang
lain. Pengurangan cairan dalam tubuh ini akan berdampak pada elektrolit dalam
tubuh Anda, lalu mempengaruhi kadar kandungan garam dan potasium dalam tubuh
yang mampu menimbulkan efek kram otot.
3. Menginginkan makanan tertentu, terutama makanan manis. Saat tubuh Anda
mengalami penurunan cairan, hati Anda akan mengalami kesulitan dalam
memproduksi glikogen, yang merupakan hasil akhir dari proses pengolahan gula
dalam tubuh. Akibatnya, tubuh Anda menginginkan gantinya yang sering kali berupa
makanan manis.

G. Derajat Dehidrasi
Menurut lekasana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan presentase kehilangan air
dari berat badan.

a) Dehidrasi ringan : Kehilangan air 5% dari berat badan


b) Dehidrasi sedang : Kehilangan air 10% dari berat badan
c) Dehidrasi berat : Kehilangan air 15% dari berat badan
Menurut Kemenkes RI (2011).

a) Diare tanpa dehidrasi


- Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
- Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali naka mencret
- Umur diatas 5 tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b) Diare dehidrasi ringan/sedang
Dosis oralit yang di berikan 3 jam pertama 75 ml/kg dan selanjutnya di teruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c) Dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segara di rujuk ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat.

Derajat dehidrasi yang perlu dibawa ke dokter :


a. Tangisan yang tidak wajar
Bila tiba-tiba bayi menangis tidak seperti biasanya dan Anda tidak bisa
menenangkan bayi yang menangis dengan cara yang biasa atau tangisannya
terdengar sangat tinggi, anak kemungkinan mengalami sakit serius. Bisa juga
terjadi sebaliknya, hubungi dokter bila si kecil terlihat tidak senang dan tidak
menangis tapi tidak aktif dan sulit terjaga. Bila bayi tetap aktif bermain, senang
dan menyusunya baik, kemungkinan sakitnya tidak serius.
b. Batuk, pilek, dan masalah pernafasan lain
Saat anak yang usianya lebih besar mengalami pilek, biasanya mereka
tidak perlu ke dokter. Tapi hubungi dokter bila bayi kena pilek saat usianya
kurang dari 3 bulan, karena pilek bisa cepat berubah menjadi kondisi yang
serius, seperti bronkitis atau pneumonia.
c. Nafsu makan
Nafsu makan anak akan bervariasi dari hari ke hari. Tapi bila lapar, ia
akan makan dengan lahap. Bayi yang menolak menghisap ASI atau tidak tertarik
menyusu kemungkinan mengalami sakit. Begitu juga bila ia gumoh lebih banyak
dari biasanya. Hubungi dokter bila bayi muntah dan muntahnya berwarna
kehijauan.
d. Buang air besar tidak wajar
Bayi kecil, terutama yang menerima ASI, akan sering buang air besar
dengan tekstur sangat lembut atau cair, dan warnanya bisa berubah-ubah. Bila
feses bayi menjadi sangat encer, bayi kemungkinan terkena diare.
e. Rasa sakit saat pipis
Ini jadi pertanda serius, Bun, terutama pada anak perempuan. Hubungi
dokter bila area genital anak berwarna merah atau muncul ruam, atau hal lain.
Dokter akan memeriksa apakah anak mengalami infeksi saluran kemih.
f. Benturan pada kepala
Segera menuju rumah sakit bila anak terbentur kepalanya dan pingsan.
Tapi bila ia menangis setelah terjatuh, segera hubungi dokter bila ia muntah
lebih dari satu kali, terlihat mengantuk, atau ada cairan keluar dari hidung atau
telinga. Anda juga perlu memeriksa kepala anak. Benjolan di dahi memang
terlihat menakutkan tapi lebih serius bila ia membentur sisi kepala. Bisa jadi
tanda keretakan bila tengkoraknya terlihat sedikit menekuk.
g. Kesulitan bernafas
Segera cari bantuan medis bila bayi kesulitan bernafas.
h. Demam
Meski demam pada bayi menjadi tanda kalau ia sakit, demam sendiri
bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Bayi bisa mengalami demam rendah dan
sakit berat atau demam tinggi tapi sakitnya ringan. Periksakan bayi bila usianya di
bawah 3 bulan dengan demam lebih dari 38 derajat Celsius. Demam
dikategorikan tinggi bila bayi berusia antara 3 hingga 6 bulan, dengan suhu tubuh
38,3 derajat Celsius, dan 39,4 derajat atau lebih pada bayi usia lebih dari 6 bulan.
i. Ruam
Kebanyakan ruam pada anak tidak berbahaya dan hilang dengan
sendirinya atau dengan penanganan obat. Tapi hubungi dokter bila: Anak tidak
berenergi, merasakan sakit pada area ruam, atau ruam sampai ke dalam kulit.
Ruam seperti memar berwarna ungu atau tidak membaik setelah pemberian obat
yang dijual bebas.
j. Mata bengkak
Wajar bila mata anak bengkak karena gigitan serangga tapi bila anak juga
mengalami demam, ada kemungkinan orbital cellulitis, yakni infeksi sinus yang
serius dan menjalar ke bagian tengkorak tempat mata. Awalnya mata anak
menjadi merah dan bengkak, tapi dalam beberapa jam, seluruh mata mulai
menonjol dan ia sulit bergerak. Anak harus segera ditangani dengan infus
antibiotik dan perlu dirawat di rumah sakit.
k. Sakit perut lebih dari 2 jam
Hubungi dokter bila rasa sakit bertambah parah ketika anak melompat atau
ketika bergerak di tempat tidur. Bila terjadi infeksi di perut, jaringan pada perut
anak mengalami peradangan. Bergerak atau melompat menyebabkan gesekan
pada bagian jaringan dan menimbulkan rasa sakit yang lebih berat. Pada kondisi
usus buntu, rasa sakit berawal di pusar dan menjalar ke sisi kanan bawah.
l. Sakit berat pada siku
Bila Anda memegang tangan anak dan menariknya lalu ia menarik tangan
satunya, ada kemungkinan sikunya mengalami dislokasi. Kondisi ini
menimbulkan rasa sakit yang disebut nursemaid's elbow. Anak akan menolak
menggerakkan lengannya. Kondisi ini lebih umum terjadi pada batita, tapi bisa
juga pada anak hingga usia 6 tahun. Dokter bisa memanipulasi siku anak untuk
kembali ke posisinya, tapi penting untuk segera menghubungi dokter sebelum
sikunya menjadi bengkak.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, S, Handoyo, Widiyanti,D.A.K. 2009. Analisis Faktor-Faktor Resiko Yang


Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Ambal 1 Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen. Diakses tanggal 26 November 2018 pukul 21:30. Dari
www.ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/jikk/article/view/52/50

Arifianto. 2012. Orangtua cermat, anak sehat. Jakata: Trans Media

Astuti W.P, Herniyatun, Yudha, H.T. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi
Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Lingkup Kerja Puskesmas Klirong I.
Diakses tanggal 26 November 2018 pukul 21:25. Dari
www.ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/article/view/7/6

Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri,edisi 5. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2011. Buku saku petugas kesehatan lintas diare. Jakarta : Depkes RI

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/tanda-tanda-dehidrasi/

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Situasi Diare di Indonesia.

Warman, Y. 2008. Hubungan faktor lingkunan, sosial ekonomi dan pengetahuan ibu
dengan kejadian diare pada balita diKelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan.
Karya tulis ilmiah : Palembang. Diakses tanggal 26 November 2018 pukul 20:58

World Health Organization WHO (2017). Diarrhoeal disease.

Yuliana E. 2009. ISO farmakoterapi. Jakarta : ISFI

Anda mungkin juga menyukai