A. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, diharapkan ibu-ibu mampu
memahami tentang cara pencegahan dan pertolongan pertama diare.
b. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 60 menit, diharapkan sasaran dapat :
a. Menyebutkan pengertian diare
b. Menyebutkan penyebab diare
c. Menyebutkan tanda dan gejala diare
d. Menjelaskan cara pencegahan diare secara primer, sekunder dan tersier
e. Menjelaskan cara penanganan diare
f. Menjelaskan tanda-tanda dehidrasi
B. Kegiatan Penyuluhan
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
2. Materi
a. Pengertian diare
b. Penyebab diare
c. Tanda dan gejala diare
d. Pencegahan diare secara primer, sekunder dan tersier
e. Cara penanganan diare
f. Tanda-tanda dehidrasi
3. Media
a. Power Point
b. Leaflet
C. Pengorganisasian
a. Ketua : Rini Perinda
b. Sekretaris : Leny Setiawati
c. Bendahara & Konsumsi : Shellya Eka Sari
d. Moderator : Ana Pratiwi
e. Pemateri : Theresia Hosana
f. Fasilitator : Reni Puspita Radian Sari
g. Observer : Ricy Gunawan
h. Dokumentasi : Gregorius Gerry
D. Kegiatan Penyuluhan
E. Evaluasi
1. Prosedur : Post Test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Essay
F. Lampiran
1. Uraian Materi
2. Pertanyaan dan Kunci Jawaban
Lampiran Materi Tentang Diare
A. Pengertian Diare
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting
harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi
tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja
cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare
didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam
satu hari (Depkes RI, 2011).
Menurut Arifianto (2012) diare adalah produksi tinja yang lebih cair
dibandingkan biasanya dan frekuensi buang air besar (BAB) menjadi lebih sering.
Umumnya, anak-anak mengalami BAB tidak mencapai tiga kali sehari sehingga
frekuensi lebih dari tiga kali sering digunakan sebagai patokan diare meskipun tidak
selalu.
B. Etiologi
Menurut Warman (2008) diare disebabkan oleh :
1) Faktor infeksi
Jenis-jenis bakteri dan virus yang umumnya menyerang dan mengakibatkan
infeksi adalah bakteri E.coli, Salmonela, Vibrio cholerae (kolera) Shigella, Yersinia
enterocolitica, virus Enterovirus echovirus, human Retrovirus seperti Agent,
Rotavirus, dan parasit oleh cacing (Askaris), Giardia calmbia, Crytosporidium, jamur
(Candidiasis).
2) Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu masih banyak yang merugikan
kesehatan salah satunya kurang memperhatikan kebersihan makanan seperti
pengelolaan makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan makanan,
penyimpanan bahan mentah dan perlindungan bahan makanan terhadap debu.
3) Faktor lingkungan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk (2009) diare dapat disebabkan
dari faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang sudah tercemar,
pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar,
kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga kebersihannya.
C. Manisfestasi Klinis
1) Diare Akut
a) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b) Onset yang tak terduga dari buang air besar yang encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut
c) Nyeri pada kuadran bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d) Demam
2) Diare Kronik
a) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b) Penurunan BB dan nafsu makan
c) Demam indikasi terjadi infeksi
d) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah (Yuliana, 2009).
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Pada
pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit
diare. Menurut Ngastiyah (2005) penatalaksanaan atau penanggulangan penderita
diare di rumah antara lain:
a. Memberi tambahan cairan
Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian, jika
anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air matang sebagai tambahan.
Anak yang tidak memperoleh ASI eksklusif berikan satu atau lebih cairan berikut:
oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air matang. Petugas kesehatan
atau kader kesehatan harus memberitahu ibu berapa banyak cairan sehatinya:
1. Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali buang air besar.
2. Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali buang air besar.
Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering dan jika muntah tunggu 10
menit kemudian lanjutkan lagi sampai diare berhenti.
b. Memberi makanan
Saat diare anak tetap harus diberi makanan yang memadai, jangan pernah
mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan susu.
Hindari makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti makanan
yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar. Bila diare
terjadi berulang kali, balita atau anak akan kehilangan cairan atau dehidrasi.
c. Pencegahan Tersier
Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare dengan
maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya
yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat
diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari
tubuh. Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang
telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah
makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada
sama sekali. Pada tingkat ini perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu
dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan
(Fahrial Syam, 2006). Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare,
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan
melakukan beberapa upaya sebagai berikut (Depkes RI, 2007):
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaa Pojok
Oralit.
2. Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di rumah tangga secara tepat dan
benar.
3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat.
4. Meningkatkan sanitasi lingkungan.
5. Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Diare.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan petugas kesehatan untuk
menyokong praktek pencegahan diare (WHO, 1992):
a. Menggunakan teknik pendidikan yang baik
Pesan harus singkat dan jelas serta relevan dengan orang atau
kelompok pendengar. Petugas kesehatan hanya boleh membahas beberapa
pesan pada satu pertemuan. Jika petugas kesehatan menggunakan teknik
pendidikan yang baik, maka ia akan lebih efektif membantu anggota
masyarakat memahami manfaat praktek pencegahan. Tahap untuk mengajar
anggota keluarga tentang pengobatan diare di rumah yang diberikan juga
bermanfaat sewaktu mengajarkan tentang pencegahan.
b. Memberikan contoh yang baik
Petugas kesehatan harus selalu melakukan apa yang diajarkannya
tentang pencegahan, sebab tindakan akan berpengaruh lebih kuat daripada
sekedar kata-kata saja.
c. Berperan serta dalam proyek masyarakat untuk mermperbaiki tindakan
pencegahan.
Di dalam bekerja sama dengan kelompok masyarakat, petugas
kesehatan dapat menggunakan pengetahuannya tentang cara mencegah diare
untuk membantu merencanakan proyek yang bermanfaat. Beberapa contoh
proyek yang dapat dilakukan dengan peralatan yang terbatas dan yang akan
bermanfaat bagi banyak anggota masyarakat mencakup:
a. Membeli sabun dalam jumlah besar bagi masyarakat.
b. Memperbaiki sumber air.
c. Merancang dan menyokong pembangunan kakus keluarga.
d. Berkebun untuk menghasilkan bahan makanan yang lebih baik dan lebih
murah untuk makanan penyapih.
G. Derajat Dehidrasi
Menurut lekasana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan presentase kehilangan air
dari berat badan.
Astuti W.P, Herniyatun, Yudha, H.T. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi
Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Lingkup Kerja Puskesmas Klirong I.
Diakses tanggal 26 November 2018 pukul 21:25. Dari
www.ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/article/view/7/6
Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri,edisi 5. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2011. Buku saku petugas kesehatan lintas diare. Jakarta : Depkes RI
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/tanda-tanda-dehidrasi/
Warman, Y. 2008. Hubungan faktor lingkunan, sosial ekonomi dan pengetahuan ibu
dengan kejadian diare pada balita diKelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan.
Karya tulis ilmiah : Palembang. Diakses tanggal 26 November 2018 pukul 20:58