Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Charis Medika, maka
diperlukan penyelenggaraan tentang kriteria risiko nutrisional;
2. Bahwa agar pelaksanaan skrining nyeri di Rumah Sakit Charis Medika dapat terlaksana dengan
baik, perlu adanya kebijakan Rumah Sakit Charis Medika;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud didalam a dan b, maka perlu ditetapkan
dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Charis Medika
Mengingat :
1. Undang Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
3. Undang Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CHARIS MEDIKA BATAM
TENTANG PANDUAN KRITERIA RISIKO NUTRISIONAL
Kedua : Panduan tentang kriteria risiko nutrisional
TENTANG
Menimbang :
1. Bahwa rumah sakit harus mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki kriteria risiko
nutrisional
2. Bahwa rumah sakit harus melakukan evaluasi peningkatan kriteria risiko nutrisional
3. Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka perlu dibuat Panduan kriteria risiko
nutrisional di Rumah Sakit Charis Medika Batam.
Mengingat :
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Pertama : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CHARIS MEDIKA BATAM
TENTANG PENETAPAN PANDUAN KRITERIA RISIKO
NUTRISIONAL
Kedua : Panduan tentang kriteria risiko nutrisional
Ketiga : Lampiran dalam panduan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan dan dapat ditinjau ulang apabila di kelak
kemudian hari terdapat kekeliruan
Direktur
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya telah tersusun
buku Panduan Tentang Kriteria Risiko Nutrisional Rumah Sakit Charis Medika Batam.
Buku Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
melakukan Kriteria Risiko Nutrisional.
Dalam Panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana dalam melaksanakan
Kriteria Risiko Nutrisional Rumah Sakit Charis Medika Batam.
Kami menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang mungkin belum tertampung dalam
buku panduan ini, dengan kata lain bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritikan yang
membangun dan saran-saran dari berbagai pihak guna perbaikan dimasa mendatang.
Terima kasih.
Batam, Februari 2018
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Pengertian ............................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit
merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para
professional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan
kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di
rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan
efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan
untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasiem yang mana yang dapat
dilayani di rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, transfer dan
pemulangan pasien yang tepat ke rumah.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat
skrining pada kontak pertama.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi /
apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk
mengobati, mengirim / merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan dan konsisten dengan misalnya dapat mempertimbangkan untuk menerima
pasien rawat inap / pasien rawat jalan dan rujukan ke pelayanan kesehatan lainnya yang
memiliki fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang
dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
B. Pengertian
Skrining nyeri adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan oleh seseorang dengan menggunakan suatu cara terentu sehingga bisa
dilakukan penilaian terhadap rasa nyeri yang dirasakan. Nyeri sebagai rasa sakit yang
merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, biasanya
berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan atau yang berpotensi menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh.
BAB II
RUANG LINGKUP
Assesmen nyeri meliputi seluruh instalasi rawat inap dan rawat jalan yang dilakukan pada
tahap awal saat pasien dilakukan anamnesis, yang meliputi :
A. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Onset nyeri akut atau kronik, traumatik, atau non-traumatik
2) Karaktek dan derajat keparahan nyeri, nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar, tidak
nyaman, kesemutan, neuralgia
3) Pola penjalaran / penyebaran nyeri
4) Durasi dan lokasi nyeri
5) Gejala lain yeng menyertakan misalnya kelemahan, baal, kesemutan, mual / muntah,
gangguan keseimbangan / kontrol motorik
6) Faktor yang memperhambat dan memperingan
7) Kronisitas
8) Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respon terapi
9) Gangguan / kehilangan fungsi akibat nyeri atau luka
10) Penggunaan alat bantu
11) Perubahan fungsi alat mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup dasar (activity
of daily living)
12) Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya fraktur yang
tidak stabil, gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan sindrom kauda
ekuina.
B. Riwayat Pembedahan / Penyakit Dahulu
C. Riwayat Psiko-sosial
1) Riwayat konsumsi alkohol, merokok, atau narkotika
2) Identifikasi pengasuh / perawat utama (primer) pasien
3) Identifikasi kondisi tempat tinggal yang berpotensi menimbulkan eksaserbasi nyeri.
4) Pembatasan / restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial yang berpotensi
menimbulkan pengaruh negatif terhadap motivasi dan kooperasi pasien dengan program
penanganan / manajemen nyeri kedepannya. Pada pasien dengan masalah psikiatrik,
diperlukan dukungan psikoterapi / psikofarmaka
5) Tidak dapat bekerkerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkan stress bagi pasien /
keluarga.
D. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti mengangkat benda berat,
membungkuk atau memutar merupakan pekerjaan tersering yang berhubungan dengan nyeri
punggung.
E. Obat-obat dan alergi
1) Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri (suatu studi
menunjukan bahwa 14% populasi di Indonesia mengkonsumsi suplemen / herbal, dan
36% mengkonsumsi vitamin)
2) Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, efektifitas, dan efek samping obat
3) Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obat-obatan dengan efek
samping kognitif dan fisik
F. Riwayat Keluarga
Evaluasi riwayat medis terutama penyakit genetik
G. Asesmen Sistem Organ Yang Komprehensif
1) Evaluasi gejala kardiovaskuler psikiatri pulmoner, gastrointestinal, neuralgia,
reumatologi, genitourinaria, endokrin dan muskuloskletal
2) Gejala kontitusional penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat malam, dan
sebagainya
BAB III
TATA LAKSANA
A. Asesmen Nyeri
1. Asesmen Nyeri Menggunakan Numeric Rating Scale
a. Indikasi digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 3 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya
b. Instruksi pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0-10
1) 0 : Tidak Nyeri
2) 1-3 : Nyeri ringan (secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik)
3) 4-6 : Nyeri sedang (secara objektif pasien menyeringai, dapat menunjukan
lokasi nyeri, atau mendeskripsikan, dapat mengikuti perintah dengan baik)
4) 7-9 : Nyeri berat ( secara objektif pasien terkadang tidak mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan dan menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan dan tidak dapat diatasi dengan atur posisi, nafas, dan
distraksi)
5) 10 : Nyeri yang sangat (pasien sudah tidak dapat mendeskripsikan lokasi nyeri,
tidak dapat berkomunikasi, memukul)
Derajat Definisi
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan
kuat
4 Mampu melawan tahanan ringan
3 Mampu bergerak melawan gravitasi
2 Mampu bergerak / bergeser ke kiri dan ke kanan tetapi tidak
mampu melawan gravitasi
1 Terdapat kontraksi otot (inspeksi, palpasi) tidak
menghasilkan pergerakan
0 Tidak terdapat kontraksi otot
5. Pemeriksaan Sensorik
Lakukan pemeriksaan : sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum, pin prick), gerakan,
dan suhu.
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan keperawatan
wajib didokumentasikan sebagai bentuk pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
terhadap asuhan keperawatan yang sudah dilakukan perawat terhadap pasien sesuai kebijakan
yang berlaku, karena dokumentasi perawat merupakan dokumen legal dalam sistem pelayanan
keperawatan, sehingga diharapkan melalui dokumentasi yang baik maka informasi mengenai
keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan