Anda di halaman 1dari 3

1.

Twittamentary adalah proyek film dokumenter oleh Tan Siok Siok, seorang pembuat film
asal Singapura yang tinggal di Beijing. Tan dan dua orang temannya, ekspatriat yang tinggal
di China, membuat situs web yang mendukung proyek ambisius Tan yang disebut
Twittamentary. Alasan dibuat proyek ini adalah bahwa Tan tidak memiliki visi yang jelas di
akhir cerita, serta tidak memiliki dana yang mencukupi untuk produksi film ini.
Untuk proses film dokumenter tersebut, Tan memutuskan untuk mencoba melalui media
sosial dan twitter untuk proses pemasarannya.

Twitter adalah jaringan informasi real-time didukung oleh orang-orang di seluruh dunia yang
memungkinkan untuk berbagi dan menemukan berita apapun yang terjadi saat ini.

2. CO CREATION AND THE NEW DISTRIBUTION CHALLEGES


Tekhnologi – contoh kasus penulisan (dalam buku Naked Conversations) – penurunan
penjualan surat kabar.

3. CROWDSOURCING
Pengertian Menurut Jeff Howe :

Istilah crowdsourcing pertama kali dimunculkan oleh Howe (2006) ,dia mendefinisikannya
sebagai sebuah upaya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu oleh orang banyak
(crowd) yang berasal dari lokasi-lokasi berbeda atau tingkat pengetahuan yang berbeda
pula terhadap pekerjaan tersebut. Sebenarnya crowdsourcing bukanlah sebuah prinsip
yang baru dalam meminta orang banyak untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ada
beberapa istilah yang memiliki maksud serupa, seperti user-generated content, collaborative
systems, mass collaboration, human computation dan lain sebagainya yang terkait dengan
partisipasi masyarakat (Doan, Ramakrishnan, & Halevy, 2011).

Contoh-contoh situs yang menggunakan metode Crowdsourcing:


a. Wikipedia : ensiklopedia online dalam 260 bahasa
b. i stock photo : clearing house konsumen dan produsen konten FG dan designer.
Konsumen hanya membayar biaya rendah dan gambar bisa digunakan kembali tanpa
membayar royalti tambahan.
Gambar dijual US $1 - $50

 Para kritikus berpendapat situs tersebut (dan yang sejenis lainnya) telah
memaksa perubahan yang tidak diinginkan pada pasar yang sudah mapan.
 Mengakibatkan penurunan pendapatan seniman – biaya peralatan fotografi
tinggi.
 Contoh kegagalan kasus crowdsourcing:
Pencarian penerbang bernama Steve Fossett pada tahun 2007. Dalam pencarian
tersebut mengunakan 50.000 orang untuk memeriksa lebih dari 2 juta foto
satelit, namun tidak menghasilkan bukti nyata nasib Steve Fossett dari
crowdsourcing. Dan akhirnya jenazah ditemukan oleh seorang pejalan kaki.
Meskipun tidak semua crowdsourcing menghasilkan keberhasilan, banyak orang
berkeyakinan bahwa berkolaborasi dan bekerja sama adalah gelombang terbaik untuk masa
depan.

4. DEVELOPMENT HELL
Pada pembuatan film konvensional, pembuat film merahasiakan idenya hingga pendanaan
aman. Pembuat film biasanya telah menandatangani kontrak, menyelesaikan detail hukum,
serta menyiapkan tim praproduksi sebelum mengumumkan project film tersebut.
Tan Siok Siok mengestimasi hanya ada 1 dari 10 film yang berhasil melalui tahap ini hingga
mencapai tahap produksi. Hal ini yang disebut sebagai DEVELOPMENT HELL.
Banyak project yang terjebak pada tahap development hell dan mengalami gagal produksi.

Lima tahap pembuatan film tradisional:


1. Development : produser mengembangkan cerita dan menetakan tema (taha
dilaksanakan secara rahasia)
2. Pre – production : produser menekankan perencanaan dan membentuk tim inti.
3. Production : tahap film dibuat dan pengambilan gambar .
4. Post production : tahap pengeditan film.
5. Sales dan distribution : film dibagikan pada para distributor dan selanjutnya sampai
pada konsumen (penonton).

Pemilik bioskop selaku distributor, yang menentukan rantai bioskop dan film mana yang
akan diputar, seringkali memiliki hubungan erat dengan studio pembuatan film. Hal ini lah
yang menyulitkan proses crowdsourcing.

Berdasarkan pembahasan kasus Twittamentary, Tan Siok Siok tidak memiliki seorang asisten
pun yang membantu, sehingga dia adalah satu-satunya orang yang menginisiasi. Adanya
same of interest membuat orang-orang di seluruh dunia secara sukarela menawarkan diri
sebagai volunteer, sampai dengan film tersebut bisa di screening di seluruh dunia.

Para volunteers tersebut dengan sukarela menyebarkan dengan sukarela kisah-kisah mereka
selama 3 tahun melalui twitter, yang pada saat itu adalah media sosial mainstream pertama
yang muncul. Sehingga pada saat Tan siok siok mendapatkan banyak tanggapan dari project
yang dibuat, tidak lagi mengalami kesulitan dalam menanggapinya karena terdapat banyak
volunteers yang membantu proses pembuatan film dari awal sampai dengan akhir.

PERTANYAAN:

1. Mengapa proyek Crowdsourcing untuk pencarian penerbang Steve Fossett gagal dan
project Twittamentary berhasil? Apa yang membedakan?
2. Dalam pembuatan film konvensional hanya ada 1 dari 10 film yang berhasil melalui
tahap Development Hell (tahap pra produksi merahasiakan ide sebelum pendanaan agar
tidak dicuri kompetitor, penandatanganan kontrak dan negosiasi hukum, tidak kesiapan
pendanaan sebelumnya. Apakah ini sebuah Disrupsi???

Anda mungkin juga menyukai