Anda di halaman 1dari 5

KETAMIN

Ketamine (Ketalar) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur mirip dengan


phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik
cair 258-261ºC. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin
yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara
3,5-5,5 (Anonimus b, 2005). Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat
ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering
menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika
selama perang Vietnam.

Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman (batas
keamanan lebar). Ketamin mempunyai sifat analgesic, anastetik dan kataleptik dengan kerja
singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim
visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit
meninggi.

Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non
barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan
oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum. Ketamin kurang
digemari untuk induksi anastesia karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi,
nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah – muntah, pandangan kabur dan mimpi
buruk. Ketamin juga sering menyebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan
mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.

Mekanisme kerja

Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus
dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan
analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan
sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata
masih terbuka. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam
otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap
reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.

Efek farmakologis

Efek pada susunan saraf pusat

Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan
tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan
nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan
mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan
tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode
pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan
peningkatan tekanan darah intrakranial.
Efek pada mata

Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan
tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.

Efek pada sistem kardiovaskular.

Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan
tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer.

Efek pada sistem respirasi

Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan
dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien
asma.

Dosis dan pemberian

Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh
darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat
diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 – 10
mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk
mendapatkan efek yang diinginkan.

Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara
intermitten diulang setiap 10 – 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi
selesai.

Farmakokinetik

Absorbsi

Pemberian ketamin dapat dilakukan secara intravena atau intramuscular

Distribusi

Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh organ.10
Efek muncul dalam 30 – 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan dosis induksi, dan akan
kembali sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan secara I.M maka efek baru akan muncul
setelah 15 menit.

Metabolisme

Ketamin mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa metabolit
yang masih aktif.
Ekskresi

Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan melalui ginjal.

Keuntungan dan Kerugian

Penggunaan ketamin mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan penggunaan ketamin,


yaitu; (1) dalam pengaplikasianya ketamin sangat mudah, (2) menyebabkan pendepresan
kardiovaskuler dan respirasi minimal, (3) dapat digunakan dalam situasi darurat dimana hewan
belum dipuasakan, karena refleks faring tetap ada, (4) induksi cepat dan tenang, dan (5) dapat
dikombinasikan dengan agen preanestesi atau anestesi lainnya. Kerugian dari penggunaan
ketamin adalah (1) menyebabkan relaksasi otot tidak maksimal bila penggunaannya secara
tunggal, (2) respon yang bervariasi pada beberapa pasien, (3) dapat menyebabkan hipotermia, (4)
dapat menyebabkan kekejangan ektremitas, (5) menyebabkan konvulsi pada beberapa pasien,
dan (6) recovery yang lama.

Efek samping

Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain itu dapat
menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi,
pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat
meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan
diplopia.

Kontra indikasi

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan diatas,
maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit
sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat,
misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler
meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien yang
menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ;
hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.
Daftar pustaka

1. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI, Jakarta,


ANESTESIOLOGI, CV INDOMEDIKA, JAKARTA, 1989.
2. http://ferli88.wordpress.com/2009/12/16/obat-anestesi-intravena/
3. http://heriblog.web.id/preanestesi-dan-anestesi-sebelum-operasi.htm
Referat Anestesi

KETAMIN

Pembimbing :
Dr. A. B lubis, Sp.An

Disusun oleh :
Nony Indriani Yunita
110.2000.185

KEPANITERAAN ANESTESI
RS. MOH. RIDWAN MEURAKSA
PERIODE 15 FEBRUARI – 19 MARET 2010

Anda mungkin juga menyukai