Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN”
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Lingkungan
Dosen Mata Kuliah : Mimi Halimah, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh:

Yustika Nur Eka Sari (165040050)


Dini Marini ( 165040057)
Dodo Septian Hadiyanto (165040058)

Biologi B

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Pasundan
2018
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Karunia
serta Hidayah-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Makalah Mikrobiologi
tentang “Mikrobiologi Lingkungan”. Sholawat serta salam senantiasa tercurah pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta kerabat, sahabat dan seluruh pengikut
beliau hingga akhir zaman.
Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Dosen Pengampu Mata Kuliah Mikrobiologi yaitu Mimi Halimah, S.Pd., M.Si. Penyusun
menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan
terbatasnya kemampuan penyusun. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan makalah ini
kedepannya.

Bandung, 11 Desember 2018

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................................................ i
Daftar Isi ....................................................................................................................................ii
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN .......................................................................................... 1
A. Lingkungan Terestrial ....................................................................................................... 1

B. Pelindian Bijih Logam Oleh Mikroba (Microbial Leaching) ........................................... 1

1. Bioleaching .................................................................................................................... 1

2. Bioremoval ..................................................................................................................... 5

C. Mikrobiologi Limbah ........................................................................................................ 9

D. Pengolahan limbah .......................................................................................................... 11

E. Bioremediasi .................................................................................................................... 14

F. Mikroorganisme Penghancur Senyawa Kimia Berbahaya .............................................. 17

Kesimpulan .............................................................................................................................. 19
Daftar Pustaka

ii
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
A. Lingkungan Terestrial
Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan alga
renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula
dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan
orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme
sangat kecil.
Pada lingkungan terestrial, mikroorganisme biasanya berinteraksi di dalam tanah,
rerumputan, pepohonan bahkan perumahan juga terdapat mikroorganisme.
Mikroorganisme di lingkungan terestrial ini menyebabkan pencemaran-pencemaran
tanah. Walaupun, ada mikroorganisme yang berperan sebagai dekomposer dalam suatu
siklus di lingkungan terestrial ini. Tanda-tanda adanya mikroorganisme terestrial biasanya
berdampak pada pencemaran atau rusaknya suatu lingkungan. Contoh: Rusaknya
penanaman dan pemanenan sayuran di suatu lahan karena adanya mikroorganisme yang
merugikan sayuran tersebut.
Mikroorganisme di lingkungan terestrial yang menyebabkan pencemaran ini ada
solusi untuk menanggulangi pencemaran di lingkungan terestrial oleh mikroorganisme
yaitu: Membuang sampah pada tempatnya, mengolah sampah organik menjadi kompos,
mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable), melakukan proses pemurnian terhadap limbah industri sebelum
dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan, remediasi dan Bioremediasi.

B. Pelindian Bijih Logam Oleh Mikroba (Microbial Leaching)


1. Bioleaching
Bioleaching adalah suatu proses pelarutan/pelepasan logam atau pengambilan
ekstraksi logam dari sedimen limbah atau bijih logam menjadi bentuk yang larut
denganmenggunakan bantuan mikroorganisme. Pada metode bioleaching tidak
mempersoalkan tentang pelarut yang digunakan, jadi boleh menggunakan pelarut
yang tidak selektif terhadap logam tertentu. Faktor penting yang dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas bioleaching logam dari limbah padat (sedimen) atau bijih logam
adalah jenis limbah padat yang akan diolah, ukuran partikel bijih, persen padatan, laju
pengadukan yang paling optimal, pemilihan jenis mikroorganisme, waktu ekstraksi,
persen ekstraksi, serta pH medium dan temperatur.

1
Jenis padatan logam yang dapat digunakan untuk aplikasi bioleaching dapat
berupa bijih dengan kandungan logam yang rendah ataupun limbah padat yang
mengandung logam, seperti emas, timbal, seng, nikel, tembaga, krom dan sebagainya.
Pemilihan mikroorganisme yang akan digunakan harus memiliki selektifitas terhadap
logam-logam tertentu. Mikroorganisme yang umumnya digunakan dalam proses
bioleaching bisa dari golongan bakteri dan fungi. Golongan bakteri seperti
Thiobacillus ferooxsidans, thiobasillus thiooxidans, Escherechia Coli, dan
sebagainya, sedang golongan fungi seperti Aspergillus niger, dan penicillium
simplicissium.
Pengembangbiakan mikroorganisme dilakukan dengan mengambil sampel
mineral dengan kondisi yang belum dilakukan perlakuan apapun. Sampel masih
dalam kondisi terkemas tepat sebelum dilakukan pengambilan. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya interaksi dengan mikroorganisme yang tidak diharapkan,
dengan kata lain untuk menjagaorisinalitas sampel. Mikroorganisme
dikembangbiakan didalam media dan nutrisi tertentu. Media yang akan digunakan
adalah media 9K+ yang mengandung (NH4)SO4, KCl, MgSO4.7H2O, FeSO4.7H2O.
Nutrisi untuk bakteri atau sumber energi didapat dari sulfur dan besi. Sulfur dapat
bersumber dari senyawa pirit (FeS2) atau sulfur elemental dalam bentuk bubuk.
Nutrisi lain seperti karbon, oksigen dan nitrogen dapat diperoleh dari atmosfer dan
limbah industri tahu dan tempe yang kaya akan unsur-unsur ini.
Penentuan temperatur bioleaching disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan
optimum dari mikroorganisme yang digunakan agar didapatkan yield konsentrasi
logam yang maksimal. Dibawah ini merupakan skema alat utama yang digunakan
dalam proses bioleaching.
Skema Alat Bioleaching

(Kurniawan dkk, 2009)

2
Keterangan
A. Shaker
B. Water Batch
C. Termometer
D. Regulator Temperatur
E. Labu Erlemeyer
Bioleaching dilakukan dengan metode shaking (kocok) menggunakan shaker yang kecepatan
putarnya dapat diatur-atur.
Tahap Pemisahan Logam dengan Bioleaching
(Kurniawan dkk, 2009)

Mempersiapkan bahan baku spent catalyst


(pengecilan ukuran menjadi 30-40 mesh)

menimbang bahan baku spent catalyst


dengan massa 100 g

Mempersiapkan Mempersiapkan
mikroorganisme yang telah nutrisi
dinokulasi mikroorganisme

Jumlah mikroorganisme yang Nutrisi yang


ditambahkan adalah 10% dari ditambahkan adalah 10
total medium cair 200 ml ml

Mencampur semua bahan dalam labu erlemeyer dan


menambahkan aqua DM sebanyak 170 ml

Melakukan proses bioleaching secara aerob pada


temperatur 370C untuk bakteri dan fungi, pada
waktu bioleaching yang telah ditentukan

Melakukan dekantasi kemudian


mengambil 25 ml sampel rafinat pada
setiap variasi waktu yang telah ditentukan

Melakukan analisis konsetrasi logam Padatan sisa yang diperoleh


pada 25 ml sampel rafinat yang dibuang karena tidak dipergunakan
diperoleh 3 lagi
Pada percobaan bioleaching, medium cair terdiri dari aqua DM, nutrisi, dan
kultur mikroorganisme. Medium cair yang mengandung asam organik inilah yang
berperan sebagai solvent untuk melarutkan logam ke dalam rafinat. Jika kandungan
logam dalam bahan baku relatif besar, maka volume medium cair yang diumpankan
juga harus besar. Hal ini bertujuan untuk memperbesar yield logam dan juga
menjamin mikroorganisme tetap hidup , karena jika volume medium cair kecil
sedanngkan kandungan logam dalam bahan baku besar, maka hal ini dapat bersifat
toxic bagi mikroorganisme sehingga kemungkinan mikroorganisme akan menjadi non
aktif lebih ceapat.
Selama bioleaching berlangsung pertumbuhan mikroorganisme untuk
memperbanyak diri tidak terlalu besar, karena mikroorganisme ini akan lebih
berkonsentrasi pada aktivitas metabolismenya dengan mengkonsumsi makanan.
Aktivitas metabolisme yang dilakukan mikroorganism yaitu glikolisis. Dalam hal ini
glukosa sebagai sumber karbon berasal dari medium nutrisi mikroorganisme yang ikut
diumpankan bersama mikroorganisme. Dengan pertimbangan bahwa bioleaching akan
dilangsungkan dalam waktu yang cukup lama, maka dibutuhkan nutrisi yang cukup
untuk menunjang aktivitas metabolisme mikroorganisme untuk menghasilkan asam
organik secara kontinyu.
Aktivitas glikolisis yang terjadi berlangsung pada suasana aerobik. Asam
piruvat yang dihasilkan dari aktivitas tersebut selanjutnya dikonversi oleh
mikroorganisme dari nutrisi menjadi senyawa asam organik, seperti asam asetat dan
asam sitrat. Asam organik yang dihasilkan berperan sebagai agen leaching yang
melarutkan solut logam menuju fasa cair.
Pada saat logam mengalami pelarutan, maka reaksi yang berlangsung adalah
difusi, dimana driving forcenya adalah perbedaan konsentrasi logam. Reaksi ini
merupakan reaksi antara atom-atom pada lapisan permukaan kristal logam dengan
larutan asam organik reaktif yang berada di luar kristal. Waktu bioleaching sangat
berpengaruh terhadap perolehan logam dalam rafinat.
Perolehan logam akan maksimal ketika tercapai kondisi kesetimbangan yaitu
ketika tidak terjadi lagi pelarutan logam ke dalam rafinat. Pada umumnya proses
pelarutan dipengaruhi oleh temperatur, dimana semakin tinggi temperatur maka
pelarutan solut dari padatan ke dalam fasa cair (rafinat) juga akan semakin besar,
maka pada proses bioleaching temperatur juga berpengaruh (Kurniawan dkk, 2009).
Contoh Mikroorganisme pada proses bioleaching:
4
(1) Thiobacillus ferrooxidans
Di daerah pertambangan, bakteri Thiobacillus ferrooxidans merupakan salah
satu mikroorganisme penting. Bakteri ini termasuk pelarut (leaching) logam-logam
dari bijih tambang, ditemukan pada daerah tambang yang telah didrainase dengan pH
lingkungan masam. Thiobacillus ferrooxidans merupakan kelompok acidophilik
kemolithotropik yang toleran terhadap logam-logam toksik (Clausen, 2000) dan hidup
pada lingkungan masam dengan temperatur panas, retakan bahan volkanik, dan
deposit bijih sulfida dengan konsentrasi asam sulfurik tinggi. Bakteri ini dapat
mengoksidasi mineral sulfida dari fero menjadi feri dan mengubah mineral sulfit
menjadi asam sulfat. Thiobacillus ferrooxidans berperan memisahkan logam dari
bijinya atau kotoran sehingga di dapat logam berkualitas tinggi. Bakteri ini juga
berperan memindahkan uranium dari bijih tambang melalui reaksi secara langsung
dan tidak langsung.
(2) Sulfolobus acidocaldarius dan S. brierleyi
Kedua bakteri ini dapat mengoksidasi sulfur dan besi sebagai sumber energi,
dan memanfaatkan CO2 atau senyawa organik sederhana untuk mendapatkan karbon.
Bakteri ini hidup dalam lingkungan aerobik maupun anaerobik. Mineral-mineral
chalcopyrite (CuFeS2) dan molybdenite (MoS2) yang tahan terhadap kebanyakan
mikroorganisme, dapat dengan mudah diserang oleh Sulfolobus dan menghasilkan
logam-logam dapat larut yang tidak toksik bagi organisme. Molibdenum adalah
sangat toksik untuk Thiobacilli, namun dengan mudah dapat ditahan oleh S. brierleyi
pada konsentrasi 750 mg/L. Walaupun Sulfolobus belum diisolasi sebagai pelarut
komersil, tetapi studi laboratorium menegaskan bahwa mikroorganisme tersebut
memiliki kemampuan untuk berkembang biak di dalam lingkungan tanah.
Kemampuannya untuk melarutkan logam-logam dari bijih tambang baru diakui saat
ini, yaitu dapat menyerang struktur mineral resisten (Brierley, 1982).
2. Bioremoval
Bioremoval didefinisikan sebagai terakumulasinya dan terkonsentrasinya zat
pencemar dari suatu cairan oleh bahan biologi, selanjutnya melalui proses recovery
bahan tersebut dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Proses tersebut
meliputi pemilihan strain yang sesuai, metode kulturisasi dan kondisi fisik biomassa.
Mikroorganisme dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air
yang tercemar ion-ionlogam berat.

5
Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan
agar biomassa terikat dengan ion logam. Semakin lama logam dikontakkan dengan
permukaan sel,maka akan semakin banyak permukaan sel yang menjadi aktif dan
melakukan penyerapanterhadap logam. Setelah jangka waktu tertentu kemampuan
penyisihan logam oleh biomassamenjadi menurun sampai mendekati konstan. Pada
kondisi konstan mengindikasikan tidak ada lagi permukaan sel yang dapat menjadi
aktif untuk membentuk ikatan dengan logam. Kemudian ion logam yang telah terikat
tersebar pada permukaan sel, pengikatan ini didasarkan pada kemampuan daya
afinitas yang dimilikinya (Droste 2007), kemudian penyerapan logam pada dinding
sel terjadi akibat adanya berbagai senyawa pembangun dinding sel seperti senyawa-
senyawa polysaccharides dan protein serta ligan-ligan ionik seperti asam karboksil,
amino dan posfat .Senyawa-senyawa ini yang dianggap sebagai komponen aktif
dalam proses biosopsi dengan membentuk senyawa kompleks dengan logam.
Setelah terikat biomassa tersebut dipisahkan dari cairan. Biomassa yang terikat
dengan ion logam diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang
kelingkungan. Kemudian pembuangan limbah merupakan aspek yang terpenting dari
suatu proses bioremoval, pertama logam yang berikatan dapat di elute dan biomassa
dapat digunakan kembali untuk beberapa siklus proses dan kedua biomassa yang
berikatan dengan logam berat dapat direduksi dengan menggunakan sistem
pengeringan.
Skema pemisahan dengan metode Bioremoval
(Droste, 2007)

pemilihan strain

metode kulturisasi dan kondisi


fisik biomassa

Mikroorganisme dimasukkan

Mikroorganisme ditumbuhkan

Mikroorganisme dikontakkan dengan


limbah logam berat

6
Logam dan Biomassa dipisahkan dari cairan

Biomassa yang terikat dengan ion logam


diregenerasi untuk digunakan kembali

logam di elute

Cairan tanpa logam dibuang ke lingkungan.

7
Proses bioremoval ion logam berat umumnya melalui dua mekanisme yaitu yang
melibatkan proses active uptake dan passive uptake.
a. Passive Uptake (Biosorpsi)
Passive uptake dikenal dengan istilah biosorpsi. Bisorpsi merupakan salah satu
proses penyerapan logam berat dari limbah dengan menggunakan biomassa
organisme. Proses tersebut terjadi ketika ion logam berat mengikat dinding sel dengan
dua cara yang berbeda, yaitu :
i. Pertukaran ion yang ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg, dan Ca pada
dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat,
ii. Pembentukan kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsi seperti
karbonil, amino, thiol, hidroksi, phosfat, dan hidroksi karboksil yang berada pada
pada dinding sel. Sebagian besar mikroorganisme mempunyai suatu muatan
elektrik negatif yakni yang terdapat pada gugus bermuatan negatif dari atom
membran sel dan dinding sel. Selanjutnya kelompok bermuatan atau ligan
contohnya phosphoryl (PO4-), carboxyl (COO-), dan hidroksil (OH-)
bertanggung jawab untuk adsorpsi ion-ion logam bermuatan positif dalam larutan
Proses biosorpsi bersifat bolak balik dan cepat tidak tergantung terhadap faktor
kinetik bioremoval bila dikaitkan dengan penyebaran sel. Proses bolak balik
ikatan ion logam berat di permukaan sel tersebut dapat terjadi pada sel mati dan
sel hidup dari suatu biomassa. Proses bisorpsi dapat lebih efektif dengan
kehadiran pH tertentu, karena pH dapat mempengaruhi titik isolistrik permukaan
biomassa. Pada pH rendah, permukaan sel akan bermuatan negatif. dan kehadiran
ion-ion lainnya di media dimana logam berat dapat terendapkan sebagai garam
yang tidak larut. (Tortora, 2011)
Biosorpsi dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari materi biologi untuk
mengakumulasi logam berat dari limbah melalui metabolically mediated atau adsorpsi
fisika-kimia dari materi biologi tersebut.
b. Actve uptake
Active Uptake dapat terjadi pada berbagai sel hidup. Mekanisme tersebut
secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan
mikroorganisme atau/dan akumulasi intraseluler ion logam tersebut. logam berat
dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi tingkat dua. Proses
tersebut tergantung pada energi yang terkandung, dan sentitifitasnya terhadap
parameter-parameter yang berbeda seperti suhu, kekuatan ikatan ionik, dan
8
cahaya. Proses tersebut dapat dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya
sumber energi dan penghambat-penghambat metabolisme sel. Biosorpsi logam
berat dengan sel hidup terbatas karena akumulasi ion yang menyebabkan racun
terhadap mikroorganisme. Hal tersebut dapat menghalangi pertumbuhan
mikroorganisme pada saat keracunan terhadap ion logam tercapai. Kemampuan
bertahan mikoorganisme terhadap efek racun dari ion logam bergantung pada
jenis mikroorganisme. (Glik dan Pasternak, 2011).
Kedua mekanisme tersebut dapat berjalan serentak pada sel hidup
Mikroorganisme yang digunakan umumnya untuk kedua mekanisme diatas
adalah adalah sel biomassa mati, karena lebih menguntungkan daripada
menggunakan biomassa hidup. Dengan sel biomassa mati ketoksikan ion logam
yang diserap tidak mempengaruhi sel, tidak memerlukan nutrien tambahandan
prosesnya relatif cepat dan efisien.
C. Mikrobiologi Limbah
Limbah adalah bahan sisa yang merupakan hasil sampingan dari suatu proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.
Limbah pada dasarnya adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari aktivitas
manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi,
bahkan mungkin memiliki nilai ekonomi negatif. Sementara limbah B3, menurut
BAPEDAL (1995), merupakan setiap bahan sisa (limbah) dari suatu kegiatan
proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena
sifat (toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung maupuntidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Klasifikasi limbah menurut bentuknya :
a. Limbah cair (termasuk di dalamnya air limbah)
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari limbah
yaitu sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Pengertian
limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas
domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan
buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesnya. Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air

9
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses
pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu
bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian
diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air. Limbah cair yang tidak ditangani atau diolah dengan baik dapat
menimbulkan dampak yang besar bagi pencemaran lingkungan serta dapat
menjadi sumber penyakit bagi masyarakat.
b. Limbah Padat
Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas
domestik yang berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya yaitu:
kertas, plastik, serbuk besi, serbuk kayu, kain, dll. Limbah padat dapat
diklasifikasikan menjadi enam kelompok sebagai berikut:
 Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah,
berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai
mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur, sampah sayuran,
kulit buah-buahan.
 Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat
anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme,
sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa, kertas, plastik, kaca,
logam.
 Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah
membusuk.
 Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
 Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan
yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas
dan plastik.
 Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal
daribuangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.
Penanganan limbah padat bisa dibedakan dari kegunaan atau fungsi
limbah padat itu sendiri. Limbah padat ada yang dapat didaur ulang atau
dimanfaatkan lagi serta mempunyai nilai ekonomis seperti plastik, tekstil,
potongan logam, namun ada juga yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Limbah
padat yang tidak dapat dimanfaatkan lagi biasanya dibuang, dibakar, atau
ditimbun begitu saja. Beberapa industri tertentu limbah padat yang dihasilkan
terkadang menimbulkan masalah baru yang berhubungan dengan tempat atau
areal luas yang dibutuhkan untuk menampung limbah tersebut.
c. Limbah Gas (Udara)
Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.
Secara alami udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2,
CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan
udara alami akan menurunkan kualitas udara. Limbah gas yang dihasilkan
berlebihan dapat mencemari udara serta dapat mengganggu kesehatan
masyarakat. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin

10
terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume.
Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui
penciuman (untuk gas tertentu) atau pun akibat langsung.
Limbah gas yang dibuang keudara biasanya mengandung partikel-
partikel bahan padatan atau cairan yang berukuran sangat kecil dan ringan
sehingga tersuspensi dengan gas-gas tersebut. Bahan padatan dan cairan
tersebut disebut sebagai materi partikulat. Seperti limbah gas yang dihasilkan
oleh suatu pabrik dapat mengeluarkan gas yang berupa asap, partikel serta
debu. Apabila ini tidak ditangkap dengan menggunakan alat, maka dengan
dibantu oleh angin akan memberikan jangkauan pencemaran yang lebih luas.
Jenis dan karakteristik setiap jenis limbah akan tergantung dari sumber
limbah.
Beberapa macam limbah gas yang umum ada di udara, yaitu:
No. Jenis Keterangan
1. Karbon monoksida (CO) Gas tidak berwarna, tidak berbau
2. Karbon dioksida (CO2) Gas tidak berwarna, tidak berbau
3. Nitrogen oksida (NOx) Gas berwarna dan berbau
4. Sulfur oksida (SOx) Gas tidak berwarna dan berbau tajam
5. Asam klorida (HCl) Berupa uap
6. Amonia (NH3) Gas tidak berwarna, berbau
7. Metan (CH4) Gas berbau
8. Hidrogen fluorida (HF) Gas tidak berwarna
9. Nitrogen sulfida (NS) Gas berbau
10. Klorin (Cl2) Gas berbau

Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya yaitu:


 Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya
yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
 Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari
industri pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.
 Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan
ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air limbah dapat merembes ke
dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan
luapan dapat melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung
kepermukaan. Contohnya yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan
(AC), bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan.
 Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa
partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.

D. Pengolahan limbah
Pengolahan limbah cair maupun air limbah secara biologis melibatkan
transformasi kimiawi yang ditimbulkan oleh tindakan organisme hidup seperti bakteri,
jamur, avertebrata, dan tanaman air. Salah satu metode biologi yang digunakan dalam
pengolahan limbah cair ialah dengan bioteknologi (bioremediasi). Bioremediasi

11
merupakan suatu upaya pemulihan kondisi lingkungan dengan menggunakan aktivitas
biologis untuk mendegradasi dan/atau menurunkan toksisitas dari berbagai senyawa
pencemar. Mikroorganisme dari kelompok bakteri, khamir, dan kapang merupakan
kelompok utama yang berperan penting dalam bioremediasi limbah pencemar di
lingkungan.
Air limbah berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, dan rembesan.
Selain itu, limbah ini juga mungkin mengandung senyawa beracun dan organisme
patogen. Untuk menghilangkan atau meminimalisasikan kandungan limbah sebelum
dibuang/dilepaskan ke lingkungan, maka dibutuhkan pengolahan dan perlakuan
(treatment) terhadap limbah agar tidak membahayakan mahkluk hidup maupun
lingkungan. Ada 3 tahap perlakuan: primer, sekunder, dan tersier.
a. Pengolahan Primer: merupakan pemisahan fisik bahan organik tersuspensi
(padatan) dalam bak pengendapan untuk mengurangi kebutuhan oksigen biologis (BOD).
Pemisahan fisik limbah pada sistem primer diawali saat air limbah melewati jeruji untuk
memisahkan partikel-partikel besar, kemudian memasuki saringan untuk menyaring
partikel yang lebih kecil dan tangki grit untuk menyingkirkan pasir dan kerikil. Setelah itu
limbah masuk ke tangki pengendapan dan dibiarkan tenggelam selama beberapa jam
untuk mengendapkan padatan organik tersuspensi berupa lumpur atau biosolid.
Perlakuan ini dapat mereduksi 20-30% dari kebutuhan oksigen biokimia (BOD).
b. Pengolahan Sekunder: Pada tahap ini, terjadi degradasi limbah oleh mikroba
untuk mengurangi kandungan senyawa organik. Bahan organik dan nutrisi berkurang
akibat aktivitas mikroba hingga 95% sehingga limbah aman untuk dialirkan masuk ke
sungai. Perlakuan ini dapat dibagi menjadi proses pengolahan anoksik atau oksik.
1. Pengolahan Anoksik (Anaerobik):
Pengolahan anoksik adalah serangkaian reaksi kompleks pencernaan
dan fermentasi oleh campuran bakteri yang dapat menghapus 95% BOD,
merupakan pilihan jika ada banyak materi terlarut, selulosa, dan limbah
industry pada limbah yang diolah. Degradasi dilakukan dalam tangki besar
yaitu tangki pengolahan lumpur atau bioreaktor. Komponen molekul dicerna
dan difermentasi menjadi bentuk FA, H2, CO2. Komponen ini merupakan
substrat untuk bakteri metanogen untuk membuat metana. Produk utamanya
adalah metana dan CO2, yang dapat digunakan ataupun dibakar.
2. Pengolahan Oksik (Aerobik):

12
Proses dekomposisi oksis atau aerobik ada beberapa macam. Tetesan filter
dan lumpur aktif adalah yang paling umum. Filter berupa lapisan batuan
berukuran 2 m. Limbah disemprotkan pada bagian atas lapisan tersebut dan
perlahan melewati saringan batu, bahan organik terserap ke dalam batu dan terjadi
pertumbuhan mikroba sehingga mineralisasi lengkap bahan organik terjadi. Pada
dekomposisi dengan lumpur aktif, air limbah dicampur dan diaerasi dalam tangki
besar. Terjadi aktivitas mikroba dalam lumpur aktif. Bakteri pembentuk lendir
seperti Zoogloea tumbuh dan membentuk gumpalan sehingga hewan kecil dan
protozoa dapat menetap di sini. Proses oksidasi ini mirip dengan proses
penyaringan. Limbah yang mengandung gumpalan dialirkan ke tangki
pengendapan. Beberapa gumpalan disirkulasi ulang yang memakan waktu 5-10
jam, terlalu pendek untuk oksidasi lengkap. Proses yang diutamakan adalah
penyerapan gumpalan bahan organik tersebut. Kadar BOD berkurang hingga
95%. Pengurangan BOD terjadi karena diserap dan dicerna oleh gumpalan lumpur
aktif dalam digestor lumpur.
Pengolahan anaerobik memiliki keunggulan dibandingkan aerobik. Pengolahan
anaerobik menghasilkan metana dan lumpurnya dapat dikeringkan dengan mudah, tapi
dikhawatirkan mengandung logam berat terkonsentrasi. Lumpur dapat diolah lebih lanjut
dengan perlakukan aerobik AAO (anaerobik-anoxi-oksik). Pengolahan anaerobik dapat
digunakan untuk mengolah limbah aerobik atau limbah cair dengan konsentrat yang
sangat tinggi. Tong penampungan memiliki ventilasi pemanas, alat pencampur, dan
lumpur penyemaian.
Proses pengolahan limbah lainnya adalah dengan kolam oksidasi, dan
merupakan pengolahan yang sangat sederhana, dapat digunakan di daerah pedesaan,
dan sangat cocok untuk daerah tropis. Kolam ini membutuhkan area yang cukup luas
dengan kedalaman kurang dari 3m sehingga memungkinkan cahaya untuk menembus
masuk.
c. Pengolahan Tersier: merupakan perlakuan yang lengkap, namun tidak selalu
dibutuhkan dan biayanya sangat mahal sehingga jarang digunakan. Pengolahan ini
bertujuan untuk menghilangkan sisa senyawa organik dan mineral. Pengolahan ini
digunakan jika air dilepaskan di suatu lingkungan yang rentan (lahan basah) atau
sumber air minum. Pengolahan tersier diperlukan untuk menghilangkan nitrat dan
fosfat, dan mengarah ke eutrofikasi. Bedeng alang-alang (lahan basah buatan) dapat
digunakan untuk menghilangkan kandungan ini.

13
E. Bioremediasi
 Pengertian Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat diartikan
sebagai proses dalam menyelesaikan masalah. Bioremediasi merupakan penggunaan
mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Menurut Munir (2006),
bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan
memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Menurut Sunarko
(2001), bioremediasi mempunyai potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan
yang bersih, alami, dan paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan.
Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah
lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang
dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri yang berfungsi
sebagai agen bioremediator. Selain dengan memanfaatkan mikroorganisme, bioremediasi
juga dapat pula memanfaatkan tanaman air. Tanaman air memiliki kemampuan secara
umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam perairan dan sangat
bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair ( misalnya menyingkirkan kelebihan
nutrien, logam dan bakteri patogen). Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan
istilah fitoremediasi.
Bioremediasi juga dapat dikatakan sebagai proses penguraian limbah
organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali.
 Tujuan Bioremediasi :
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata
lain mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.
 Jenis-jenis Mikroorganisme yang berperan dalam bioremediasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bioremediasi adalah salah satu
teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan
bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fungi
(mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri. Mikroorganisme akan mendegradasi zat
pencemar atau polutan menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun.

14
Beberapa bakteri dan fungi diketahui dapat digunakan untuk mendegradasi
minyak bumi. Beberapa contoh bakteri yang selanjutnya disebut bakteri
hidrokarbonuklastik yaitu bakteri yang dapat menguraikan komponen minyak bumi
karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon
sebagai donor elektronnya. Adapun contoh dari bakteri hidrokarbonuklastik yaitu
bakteri dari genus Achromobacter, Arthrobacter, Acinetobacter, Actinomyces,
Aeromonas, Brevibacterium, Flavobacterium, Moraxella, Klebsiella, Xanthomyces
dan Pseudomonas, Bacillus. Beberapa contoh fungi yang digunakan dalam
biodegradasi minyak bumi adalah fungi dari genus Phanerochaete, Cunninghamella,
Penicillium, Candida, Sp.orobolomyce, Cladosp.orium, Debaromyces, Fusarium,
Hansenula, Rhodosp.oridium, Rhodoturula, Torulopsis, Trichoderma, Trichosp.oron.
Sejumlah bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter calcoaceticus,
Arthrobacter sp., Streptomyces viridans dan lain-lain menghasilkan senyawa
biosurfaktan atau bioemulsi. Kemampuan bakteri dalam memproduksi biosurfaktan
berkaitan dengan keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam sintesis
biosurfaktan. Biosurfaktan merupakan komponen mikroorganisme yang terdiri atas
molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak
larut air dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Selain itu biosurfaktan secara
ekstraseluler menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon sehingga mudah untuk
didegradasi oleh bakteri. Biosurfaktan meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak
larut melalui beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat yang berupa
cairan akan teremulsi dibentuk menjadi misel-misel, dan menyebarkannya ke
permukaan sel bakteri sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel.
Selain dari golongan bakteri, mikroba pendegradasi hidrokarbon juga dapat
dilakukan oleh fungi. Fungi pendegradasi hidrokarbon umumnya berasal dari genus
Phanerochaete, Cunninghamella, Penicillium, Candida, Sporobolomyces,
Cladosporium. Jamur dari genus ini mendegradasi hidrokarbon polisiklik aromatik.
Jamur Phanerochaete chrysosporium mampu mendegradasi berbagai senyawa
hidrofobik pencemar tanah yang persisten. Adapun oksidasi dan pelarutan
hidrokarbon polisiklik aromatik oleh Phanerochaete chrysosporium menggunakan
enzim lignin peroksidase.
 Proses Bioremediasi
Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi dan
biokatalis. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
15
polutan tersebut. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan energi
aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Pada proses ini
terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang
kurang toksik atau tidak toksik. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada
biodegradasi. Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan
proses yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di
lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia yang cukup kompleks
dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Misalnya
mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang tidak berbahaya misalnya CO2.
Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan senyawa kimia tersebut untuk
pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi. Enzim yang
dihasilkan juga berperan untuk mengkatalis reaksi degradasi, sehingga tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai keseimbangan. Lintasan
biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti berdasarkan
lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon, lignin,
selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir
metabolisme umumnya berlangsung melalui proses yang sama.
Supaya proses tersebut dapat berlangsung optimal, diperlukan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangangbiakan
mikroorganisme. Tidak terciptanya kondisi yang optimum akan mengakibatkan
aktivitas degradasi biokimia mikroorganisme tidak dapat berlangsung dengan baik,
sehingga senyawa-senyawa beracun menjadi persisten di lingkungan. Agar tujuan
tersebut tercapai diperlukan pemahaman akan prinsip-prinsip biologis tentang
degradasi senyawa-senyawa beracun, pengaruh kondisi lingkungan terhadap
mikroorganisme yang terkait dan reaksi-reaksi yang dikatalisnya. Salah satu cara
untuk meningkatkan bioremediasi adalah melalui teknologi genetik. Teknologi
genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode
enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan
dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba
memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
 Jenis-Jenis Bioremediasi
Bioremediasi yang melibatkan mikroba terdapat 3 macam yaitu :
1. Biostimulasi
Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat
pertumbuhan mikroba yang sudah ada di daerah tercemar dengan cara
memberikan lingkungan pertumbuhan yang diperlukan, yaitu
penambahan nutrien dan oksigen. Jika jumlah mikroba yang ada dalam
jumlah sedikit, maka harus ditambahkan mikroba dalam konsentrasi
yang tinggi sehingga bioproses dapat terjadi. Mikroba yang
ditambahkan adalah mikroba yang sebelumnya diisolasi dari lahan
tercemar kemudian setelah melalui proses penyesuaian di laboratorium
di perbanyak dan dikembalikan ke tempat asalnya untuk memulai
bioproses. Namun sebaliknya, jika kondisi yang dibutuhkan tidak
terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati. Secara
16
umum kondisi yang diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang
tercemar (Suhardi, 2010).
2. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi merupakan penambahan produk mikroba
komersial ke dalam limbah cair untuk meningkatkan efisiensi dalam
pengolahan limbah secara biologi. Cara ini paling sering digunakan
dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Hambatan
mekanisme ini yaitu sulit untuk mengontrol kondisi situs yang
tercemar agar mikroba dapat berkembang dengan optimal. Selain itu
mikroba perlu beradaptasi dengan lingkungan tersebut (Uwityangyoyo,
2011). Menurut Munir (2006), dalam beberapa hal, teknik
bioaugmentasi juga diikuti dengan penambahan nutrien tertentu.
Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme
yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan
ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau
tanah yang tercemar.
Bioremediasi berdasarkan lokasi terdapat 2 macam yaitu:
1. In situ, yaitu dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar
(proses bioremediasi yang digunakan berada pada tempat lokasi
limbah tersebut). Proses bioremadiasi in situ pada lapisan surface
juga ditentukan oleh faktor bio-kimiawi dan hidrogeologi.
2. Ex situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil
limbah tersebut lalu ditreatment ditempat lain, setelah itu baru
dikembalikan ke tempat asal. Lalu diberi perlakuan khusus dengan
memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan mudah
dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis
kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam.
F. Mikroorganisme Penghancur Senyawa Kimia Berbahaya
Secara umum pembagian jenis mikroorganisme yang dapat mengahncurkan
senyawa kimia yang berbahaya yang dimaksud adalah seperti dari golongan khamir,
fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri. Mikroorganisme-mikroorganisme ini
akan mendegradasi zat pencemar atau polutan menjadi bahan yang kurang beracun
atau tidak beracun.
Beberapa bakteri dan fungi diketahui dapat digunakan untuk
mendegradasi minyak bumi. Beberapa contoh bakteri yang selanjutnya disebut
bakteri hidrokarbonuklastik yaitu bakteri yang dapat menguraikan komponen
minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan
hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Adapun contoh dari bakteri
hidrokarbonuklastik yaitu bakteri dari genus Achromobacter, Arthrobacter,
Acinetobacter, Actinomyces, Aeromonas, Brevibacterium, Flavobacterium,
Moraxella, Klebsiella, Xanthomyces dan Pseudomonas, Bacillus. Beberapa contoh
fungi yang digunakan dalam biodegradasi minyak bumi adalah fungi dari genus
Phanerochaete, Cunninghamella, Penicillium, Candida, Sporobolomyce,
Cladosporium, Debaromyces, Fusarium, Hansenula, Rhodosporidium,
Rhodoturula, Torulopsis, Trichoderma, Trichosporon. Sejumlah bakteri seperti
Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter calcoaceticus, Arthrobacter sp.,
Streptomyces viridans dan lain-lain menghasilkan senyawa biosurfaktan atau

17
bioemulsi. Kemampuan bakteri dalam memproduksi biosurfaktan berkaitan dengan
keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam sintesis biosurfaktan.
Biosurfaktan merupakan komponen mikroorganisme yang terdiri atas molekul
hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air
dan mampu menurunkan tegangan permukaan.

Secara umum diketahui bahwa logam berat merupakan unsur yang berbahaya
di permukaan bumi, sehingga kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan
masalah yang besar. Berikut ini merupakan salah satu mikrobia yang berperan dalam
pendegradasian lagam yaitu: Bakteri belerang, khususnya Thiobacillus ferroxidans
banyak berperan pada logam-logam dalam bentuk senyawa sulfida untuk
menghasilkan senyawa sulfat.

18
Kesimpulan
1. Terestrial (terrestrial) berarti terkait dengan tanah atau permukaan tanah (terra, tanah).
Pada lingkungan terestrial, mikroorganisme biasanya berinteraksi di dalam tanah,
rerumputan, pepohonan bahkan perumahan juga terdapat mikroorganisme.
Mikroorganisme di lingkungan terestrial ini menyebabkan pencemaran-pencemaran
tanah. Tanda-tanda adanya mikroorganisme terestrial biasanya berdampak pada
pencemaran atau rusaknya suatu lingkungan.
2. Bioleaching adalah suatu proses pelarutan/pelepasan logam atau pengambilan
ekstraksi logam dari sedimen limbah atau bijih logam menjadi bentuk yang larut
denganmenggunakan bantuan mikroorganisme.
3. Limbah adalah bahan sisa yang merupakan hasil sampingan dari suatu proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.
Klasifikasi limbah menurut bentuknya terdiri dari Limbah cair, limbah padat dan
limbah gas.
4. Bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah
lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Salah satu metode biologi
yang digunakan dalam pengolahan limbah cair ialah dengan bioteknologi (bioremediasi).
5. Mikroorganisme Penghancur Senyawa Kimia Berbahaya salah satunya mikrobia yang
berperan dalam pendegradasian lagam yaitu: Bakteri belerang, khususnya
Thiobacillus ferroxidans banyak berperan pada logam-logam dalam bentuk senyawa
sulfida untuk menghasilkan senyawa sulfat.

19
Daftar Pustaka
 http://www.academia.edu/10879636/PEMISAHAN_LOGAM_MENGGUNA
KAN_MIKROORGANISME\
 http://www.bangazul.com/pencegahan-dan-penanggulangan-dampak-
pencemaran/
 http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994
031KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/
BAB__I_PENDAHULUAN.pdf
 http://mnurcholis.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/Mikroba-dan-lingkungan.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai