Anda di halaman 1dari 11

TUMBUHNYA PEMAHAMAN PANCASILA SEIRING

BERKURANGNYA INTENSITAS DALAM BERSOSIAL MEDIA

Naufal Zuhdi Rabbani


Pendidikan Kedokteran Umum FK UAD
nzuhdir@gmail.com

Abstract
Social media could not be kept away from what it is today.As we know, social
media makes us know the various news are presented in each day.But not
menututp likely da variety of many parties who intentionally post a variety of
things including his wealth on social media.Social jealousy is the thing that is
inevitable for a use of social media.As a result, the use of social media has
made some people again asked in themselves are a function of social media is
actually for their life in Westernization and State.The role of the community in
the Westernization of the understanding of the role of Pancasila.Form of
questions covered in the form of a detailed questionnaire has been submitted
to the corresponding sample, i.e. the author.From a study conducted shows
the positive results of a growing curiosity about the comprehension of
pancasila in writer who is still a student.
Abstrak
Sosial media tidak dapat dijauhkan dari masa seperti sekarang ini. Seperti yang
kita tahu, sosial media menjadikan kita mengetahui berbagai berita yang
disajikan dalam setiap harinya. Namun tidak menututp kemungkinan da
berbagai banyak pihak yang sengaja memposting berbagai hal termasuk
kekayaannya pada sosial media. Kecemburuan sosial adalah hal yang tidak bisa
dihindari bagi seorang penggunaan sosial media. Alhasil, penggunaan sosial
media menjadikan beberapa orang kembali bertanya dalam diri mereka apakah
fungsi sosial media sebenarnya bagi kehidupan mereka dalam berdemokrasi dan
bernegara. Peran masyarakat dalam berdemokrasi tidak lepas dari peran
pemahaman tentang Pancasila. Bentuk pertanyaan tertutup berupa kuisioner
telah diajukan kepada sampel yang bersangkutan,yakni penulis. Dari penelitian
yang dilakukan menunjukkan hasil positif tumbuhnya rasa ingin tahu tentang
pemahaman pancasila dalam diri penulis yang masih berstatus mahasiswa.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sosial media adalah tempat kita dapat membagikan setiap momen dalam perjalanan
hidup kita. Tak hanya itu, peran sosial media dalam memajukan bidang ITE sangat besar.
Karena berita-berita yang up to date dapat diakses oleh masyarakat luas. Namun adapun
kalanya sosial media digunakan untuk mengabadikan kejadian-kejadian yang ingin mereka
bagikan kepada masyarakat luas. Adapun tanggapan masyrakat mengenai sosial media
berbeda-beda pula. Namun, yang kita lebih kita utamakan dalam artikel ini adalah segelintir
orang yang teringat tentang pentingnya adanya pemahaman tentang Pancasila dalam
menggunakan sosial media secara bijak. Pancasila bukan hanya ideologi, melainkan sebuah
pedoman untuk mereka berselancar di dalam sosial media. Namun akan ada saatnya
kejenuhan tentang sosial media mulai terjadi, karena kecenderungan diri manusa untuk
mencari sesuatu yang tidak didapatkan dalam sosial media.

Pemahaman Pancasila kembali harus diberikan kepada mahasiswa, karena Pancasila


memiliki peran dalam membentuk karakter dan ideologi dari bangsa Indonesia itu sendiri
khususnya mahasiswa. Seperti yang kita tahu, pendidikan pancasila telah diberikan semenjak
pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Namun, berbagai banyak hal telah
mempengaruhi mahasiswa diantaranya adalah Karena dampak buruk globalisasi, teman
bergaul, media elektronik yang semakin canggih, narkoba, minuman keras, dan hal-hal
negatif lainnya. Hal yang lebih ditekankan adalah media elektronik yang semakin canggih,
sosial media yang semakin bermacam-macam membuat kita ingin selalu mecoba semuanya.

Pancasila yang menjadi dasar dan ideologi Indonesia dapat menjadi salah satu
pencegahan dalam masuknya ideologi selain Pancasila pada sosial media yang sekarang ini
marak digunakan. Pemahaman tentang pancasila perlu ditingkatkan seiring dengan beberapa
penggunaan sosial media yang menurun untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sebenar-benarnya.
Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan artikel ini:

1. Apa fungsi Pancasila dalam bersosial media?


2. Bagaimana peran Pancasila dalam menjaga Ideologi bangsa Indonesia?
3. Apakah sosial media mempengaruhi pemahaman tentang Pancasila?
4. Bagaimana mengimplementasikan Pancasila pada mahasiswa yang aktif bersosial
media?

Tujuan

Tujuan dari penulisan artikel ini untuk memahami :

1. Fungsi Pancasila dalam bersosial media


2. Peran Pancasila dalam menjaga Ideologi bangsa Indoensia
3. Pengaruh sosial media dalam pemahaman tentang Pancasila
4. Pengimplementasian Pancasila pada mahasiswa yang aktif bersosial media

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


1. Liesye Ossy Graciella (2019) pada artikelnya yang berjudul “Kedudukan dan Fungsi
Pancasila bagi Bangsa dan Negara Indonesia” menjelaskan bahwa, Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia dipergunakan sebagai petunjuk dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia, baik dari segi sikap maupun perilaku masyarakat
Indonesia haruslah selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila.

2. Liesye Ossy Graciella (2019) pada artikelnya yang berjudul “Kedudukan dan Fungsi
Pancasila bagi Bangsa dan Negara Indonesia” menuliskan bahwa: Upaya
mempertahankan Pancasila dapat dilakukan dengan melaksanakan nilai-nilai
Pancasila oleh setiap warga Negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
dimanapun berada.
3. Aristyo Rahadiyan (2018) pada karya ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA
INTENSITAS MENGGUNAKAN SOCIAL MEDIA INSTAGRAM DENGAN
KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA” memaparkan bahwa: Kematangan
emosional merupakan penyeimbangan perkembangan internal pikiran dan kecerdasan
dengan realitas eksternal. Jika seseorang benar-benar matang secara emosi, maka
seseorang itu memiliki dan bertindak dengan integritas. Jika seseorang memiliki
integritas, maka sikap dan perilakunya matang secara emosi. Kematangan emosi
merupakan kemampuan untuk memahami kenyataan dan fakta-fakta dan kualitas
menanggapi situasi dengan memisahkan dari tarikan dan tekanan bagi perasaan
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan
HALAMAN JUDUL
B. Kerangka Berpikir
Penelitian ini membahas bagaimana peran Pancasila dalam mempengaruhi
mahasiswa dalam bersosial media, dan menunjukkan kenaikan keinginan mahasiswa
mempelajari Pancasila seiring dengan turunnya keinginan untuk bersosial media.
Selanjutnya pemahaman Pancasila pada mahasiswa akan meningkatkan daya berpikir
dan meningkatkan kebanggaan bangsa Indonesia dalam menjadikan Pancasila sebagai
ideologinya di samping menurunnya waktu bersosial media dalam kehidupan sehari-
hari.

METODE PENELITIAN
Agar dalam menyusun artikel ilmiah ini dengan baik diperlukan suatu metode
penelitian yang sesuai dengan permasalahan. Metode penelitian dipergunakan sebagai sarana
untuk memperoleh data-data yang lengkap dan dapat dipercaya kebenarannya. Pembahasan
metode peneltian dalam artikel ini meliputi sebagai berikut :

A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi atau objek penelitian di Desa
Kemutung Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Batul. Dalam hal ini penulis meneliti
mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

PEMBAHASAN

1. Fungsi Pancasila dalam bersosial media

Pancasila sebagai ideologi nasional Bangsa Indonesia pada hakekatnya merefleksikan


tiga dimensi dari sebuah ideologi yang dimiliki oleh suatu negara-bangsa secara keseluruhan.
(Hidayat, 2013)
Pada umumnya fungsi dan peranan Pancasila menurut ketetapan Tap MPR No. III
/MPR/2000 mengenai Sumber Hukum Nasional dan Tata Urutan Perundangan dinyatakan
bahwa Pancasila sebagai dasar Negara. Hal ini mengandung maksud bahwa Pancasila
digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan Negara, yang
meliputi bidang ideologi, politik,ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan. Fungsi
dan peranan Pancasila sebelumnya kita kenal sebagai;
1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

3. Pancasila sebagai Sumber dari segala Sumber Hukum

4. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

5. Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia

6. Pancasila sebagai Satu-Satunya Asas dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

7. Pancasila sebagai Moral Pembangunan


Dalam bersosial media tentu kita haruslah memiliki dan menjiwai beberapa sikap dan
adab yang sesuai dengan Pancasila. Sesuai dengan fungsi dan peranan yang telah disebutkan
dapat dijelaskan bahwa peran dan fungsi Pancasila seperti di atas dapat kita terapkan saat
bersosial media.

Yang pertama adalah Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia. Maksud dari
Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia adalah Pancasila adalah bagian dari dasar yang ada
dalam diri manusia sehingga bangsa Indonesia diharapkan dapat menjiwai Pancasila. Di
samping itu, peran dalam menjadikan Pancasila menjadi jiwa Bangsa Indonesia membuat
para mahasiswa menjadi berhati-hati dalam bersosial media. Karena dalam bersosial media
Pancasila membuat mereka berhati-hati dalam menuliskan komentar ataupun menuliskan
opini, yang nantinya akan meningkatkan ketelitian mahasiswa dalam bersosial media. Sosial
media memberikan pertanyaan kepada setiap masing-masing individu tentang apakah mereka
benar-benar membutuhkan sosial media atau apakah mereka benar-benar harus menggunakan
waktu sebanyak itu untuk bersosial media. Meskipun sosial media banyak menyita waktu
mereka, hal ini menjadikan mereka berpikir untuk mengurangi waktu mereka bersosial
media. Sehingga dibalik waktu mereka yang berkurang untuk sosial media, mahasiswa dapat
menjiwai lebih lanjut Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia, juga tercapainya tujuan
bersama Bangsa Indonesia, terjiwainya Pancasila.
Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh kualitas sumber
daya manusianya. Bahkan dapat dikatakan bahwa “bangsa yang besar dapat dilihat dari
kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri”. Membangun berarti bersifat memperbaiki,
membina, mendirikan, dan mengadakan sesuatu. Karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat
kejiwaan,akhlak atau budi yang membedakan seseorang dari yang lainnya. Jadi membangun
karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan
atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak, insan manusia sehingga menunjukkan
perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilainilai Pancasila (Suhady dan Sinaga,
2006:64-66).
Yang kedua adalah pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia. Kepribadian
Bangsa Indonesia pada awak dapt terbentuk apabila pemahaman Pancasila telah ditanamkan
sejak dasar hingga tahap perguruan tinggi. Sehingga karakter Pancasila dalam Bangsa
Indonesia dapat terbentuk dalam diri dan jiwa manusia Indoensia.
Oleh karena itu pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang
membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila yang meliputi:
1. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik
dan berprilaku baik.
2. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila
3. Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada
bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia (Kemdiknas, 2011:7).
Proses pewarisan nilai-nilai, cita-cita, dan tujuan nasional yang tertera dalam
konstitusi negara dan pesan anggota pendiri negara merupakan usaha pembangunan karakter
Bangsa Indonesia (Sapriya, 2007:24).
Ketiga adalah Pancasila sebagai segala sumber hukum. Pancasila menjadi rujukan
saat mencari jalan keluar hukum yang terjadi di Indonesia.
Keempat adalah Pancasila sebaga perjanjian luhur. Perjanjian luhur adalah perjanjian
yang harus kita tepati selama hidup kita, karena sebagai Bangsa Indonesia, Pancasila sudah
menjadi bagian dari kehidupan Bangsa Indonesia. Dari segi sosial media, menerapkan
Pancasila dalam bersosial media adalah tetap menjaga tata bahasa dan kesopanan dalam
bersosial media. Namun, bagi mereka yang mengerti perjanjian luhur akan mendapati bahwa
sosial media terdapat berbagai ideologi yang dibagikan dan disisipkan bersamaan sebuah
posting. Alhasil sebagai mahasiswa yang sudah berjanji luhur kepada Pancasila akan berjanji
kepada perjanjian luhur dan menyadari bahwa Pancasila akan selalu hidup di dalam diri
mereka.
Yang kelima adalah Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia. Sila-sila
yang terkandung dalam Pancasila adalah tujuan dan cita-cita yang terkandung untuk Bangsa
Indonesia.
Kalau bangsa Indonesia ingin mencapai kekuasaan politik, yakni ingin merdeka, kalau
bangsa kami itu ingin menjadi tuan didalam rumah sendiri, maka ia harus mendidik diri
sendiri, menjalankan perwalian atas diri sendiri, berusaha dengan kebiasaan dan tenaga
sendiri Soekarno, 1930:92 dalam (Sapriya, 2007:24)
Yang keenam adalah satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia membutuhkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sehingga kehidupan yang terjadi pada masyarakat harus sesuai dengan asas yang terkandung
dalam Pancasila. Seperti halnya sila kedua yaitu yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan
beradab’, penerapan konkret sila kedua adalah bagaimana menjadikan diri kita bisa
menempatkan di berbagai tempat. Sosial media adalah salah satu contoh tempat yang harus
dipertimbangkan, karena dalam sosial media asas kehidupan berbangsa dan bernegara
haruslah tetap dijaga, karena adapun perpecahan antar masyarakat Indonesia dikarenakan
pengguana sosial media melupakan asas pertama dalam bersosial media adalah Pancasila.
Namun pada fungsi yang keenam ini harus dapat dipahami pula bahwa, kehidupan
berabngsa dan bernegara yang sesungguhnya adalah bukan pada sosial media, melainkan
pada kehidupan yang nyata dengan komunikasi antar personal bukan komunikasi antar gawai.
Ini menjadikan salah satu alasan meningkatnya pemahaman Pancasila pada mahasiswa,
karena mahasiswa akan mempertimbangkan waktunya untuk bersosial dengan sesamanya
daripada bersosial melalui gawai mereka.
Yang ketujuh adalah pancasila sebagai moral pembangunan. Moral pembangunan
yang dimaksud adalah bagaimana Pancasila menjadi landasan dalam perencanaan
pembangunan sosial sampai evaluasi pembangunan yang telah terjadi. Sosial media adalah
salah satunya.
Sosial media menjadi salah satu bahan evaluasi bagi mahasisw, seperti penelitian
yang telah dilakukan pada salah satu mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan. Mahasiswa
tersbut menyatakan masih belum membutuhkan media sosial untuk bahan pembelajaran,
namun dia menyatakan bahwa, sosial media hanya ia gunakan saat waktu-waktu tertentu saja,
contohnya saat mahasiswa memiliki waktu luang, hingga membuat mahasiswa merasa
berat untuk meninggalkan gawainya untuk mengerjakan tugas karena dengan alasan untuk
bersosial media.
2. Peran Pancasila dalam menjaga Ideologi bangsa Indoensia
Ideologi memainkan peranan yang penting dalam proses dan memeliara integrasi
nasional, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia (Ubaidillah,
2000). Istilah ideologi berasal dari kata „idea‟ berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita, dan „logos‟ berarti ilmu. Kata idea sendiri berasal dari bahasa Yunani „eidos‟
yang artinya bentuk. Selanjutnya ada kata „idein‟ yang artinya melihat. Maka secara
harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari,
„idea‟ disamakan artinya dengan „cita-cita‟. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang
bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan atau faham (Kaelan, 2010: 113).
Ideologi berkaitan dengan tertib sosial, dan tertib politik yang ada, berupaya untuk
secara sadar sisteatis mengubah, mempertahankan tertib masyarakat. Suatu pemikiran
mendalam, menyeluruh, menjadi ideologi apabila pemikiran, gagasan-gagasan tersebut secara
praktis difungsikan ke dalam lembaga-lembaga politik suatu masyarakat, suatu bangsa, suatu
negara (Suparlan, 2012: 242).
Ideologi Negara dan ideologi bangsa dapat dikatakan sebagai suatu pemikiran yang
mendalam, diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa dalam mempersatukan gerak langkah
suatu kelompok, golongan, dan partai untuk menyatukan diri, menyerasikan diri secara
berdaya guna dalam kehidupan politik, tingka laku politik, tujuan politik suatu Negara dalam
upaya mewujudkan tujuan nasional Indonesia berdasarkan kepentingan nasional Negara.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana idelogi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-
istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan lain perkatan unsur-unsur yang
merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila
(Kaelan dan Zubaidi, 2007: 30-31).
Pendidikan Pancasila pada dasarnya merupakan rumpun pendidikan kewarganegaraan
yang mengkhususkan diri pada penanaman ideologi Pancasila ke dalam pribadi peserta didik
sebagai warga negara Indonesia yang baik. Dengan kata lain, Pendidikan Pancasila adalah
pendidikan ideologi di Indonesia (Margono, 2012: 1).
Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan,
sukubangsa, dan agama. Sehingga semboyan „Bhineka Tungga Ika‟ diterapkan bagi segala
masyarakat Indonesia dalam kesatuan yang utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi nasional berupaya meletakkan kepentingan bangsa dan Negara
Indonesia ditempatkan dalam kedudukan utama di atas kepentingan yang lainnya. Sehingga
kepentingan pribadi, golongan, dan kelompok menjadi nomor dua setelah adanya
kepentingan nasional.
Kedudukan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia, tercantum di
dalam pembukaan UUD 1945 sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang haus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dasar Negara yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 alenia keempat
tersebut, mengandung makna bahwa ideologi nasional tersebut sebagai cita-cita dan tujuan
Negara.
Dengan demikian, Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah sebagai keseluruhan
pandangan, cita-cita, keyakinan, dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang harus
diimplementasikandalam kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Pengaruh sosial media dalam pemahaman tentang Pancasila

Sosial media menjadikan kita mengetahui berbagai banyak hal namun, lain halnya jika
kita mengalami sesuatu hal yang dinamakan depresi sosial media. Depresi ini diakui muncul
pada salah satu mahasiswa yang disurvey dalam penelitian ini. Mahasiswa mengutarakan
pendapat bahwa ketika sosial media menjadi sesuatu yang membuatnya selalu
membandingakan keadaan mereka dengan sesorang mereka lihat di sosial media dan
membuatnya merasa bahwa emosinya sedikit labil saat bersosial media.

Interaksi sosial di dunia maya instagram tersebut dapat cukup mempengaruhi emosi
seseorang, khususnya remaja, karena pada dasarnya emosi pada masa remaja masih
berkembang untuk menjadi matang, namun karena pengaruh adanya komentar atau tanda
love maka itu akan membuat remaja sedikit terguncang emosinya, ketika ada teman dunia
maya memberikan komentar negatif tentang foto atau videonya, atau hanya sedikit yang
memberi tanda love. Dengan demikian diasumsikan bahwa lingkungan sosial internet dapat
mempengaruhi kematangan emosi remaja. Hal tersebut seperti dikatakan oleh Dangwal
(2016) bahwa pengguna internet khususnya pengguna media sosial di kalangan anak muda
akan mempengaruhi kematangan emosinya, dan dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa
remaja pengguna internet, khususnya sosial media cenderung kurang matang emosinya,
terutama instagram.
Pemahaman dalam Pancasila dapat dicapai bila seseorang mahasiswa telah
mempelajari dan menerapkan pemahaman Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya.
Namun, seperti yang telah dilakukan pada penelitian, mahasiswa menunjukkan bahwa waktu
belajar mereka terkadang kurang dikarenakan sosial media merenggut atau membuat mereka
lalai akan tugasnya sebagai mahasiswa. Sehingga, peran sosial media pada pemahaman
Pancasila sangat rendah, karena waktu mereka yang sedikit untuk mempelajarinya. Tidak
mahanya itu beberapa mahasiswa menyatakan bahwa mereka berniat menghentikan kegiatan
sosial media mereka untuk belajar lebih keras.

4. Pengimplementasian Pancasila pada mahasiswa yang aktif bersosial media

Pengimplementasian pemahaman Pancasila terhadap mahasiswa yang aktif bersosial


media adalah bagaimana merangkul mahasiswa yang mengalami depresi diakibatkan emosi
yang sedang labil untuk mencoba memepelajari Pancasila. Keadaan seperti ini akan menekan
mahasiswa untuk berhenti menggunakan bahkan melakukan uninstall pada aplikasi sosial
media tersebut.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA)
juga menunjukkan bahwa teknologi dan media sosial telah banyak membuat remaja stres
yang pada akhirnya mempengaruhi pula keseluruhan kesehatan mentalnya.Kemudian salah
satu kesehatan mental yang terganggu adalah kematangan emosinya, remaja jadi mudah
tersinggung dan sulit mengatur emosinya.
Menurut pengakuan salah satu mahasiswa yang telah disurvey, mahasiswa lebih tenang
saat membaca daripada bermain sosial media. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman dan
implementasi dari Pancasila dapat dicapai sesuai dengan meningkatnya minat baca
mahasiswa. Membaca memberikan manfaat untuk menenangkan pikirannya juga membuat
mereka akan lebih mengerti bagaimana Pancasila bisa dijiwai dan menjadi bagian dari diri
manusia itu sendiri.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dan saran dalam artikel ini adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman Pancasila dapat dipengaruhi dari intensitas atau seberapa lama


mahasiswa menggunakan sosial media. Di samping pengaruhi kurangnya waktu
mereka karena bersosial media, waktu untuk membaca mereka menjadi berkurang
alhasil pemahaman mereka tentang Pancasila jugga semakin berkurang.
b. Dalam penerapan ideologi Pnacasila pada mahasiswa, diharapkan mahasiswa menjadi
pro dan aktif di dalam kelas, sehingga pembelajaran Pancasila menjadi lebih hidup
dan penyampaian materi yang dapat lebih efektif
c. Sosial media memberikan efek pemahaman pada Pnacasila yang sangat signifikan,
karena saat sosial media telah digunakan dlam waktu yang banyak dan menyebabkan
beberapa gangguan emosi, sehingga semangat untuk belajar menurun. Namun apabila
mahasiswa mengurangi porsi mereka bersosial media, gangguan emosi akan lebih
mudah dihindari dan dalam diri mahasiswa sehingga pembelajaran Pancasila lebih
terdukung dengan meningkatnya intensitas mahasiswa dalam mempelajari Pancasila

DAFTAR PUSTAKA

APA (American Psychological Association). (2017). Stress in America™ 2017:


Technology and Social Media. Part 2. Stresinamerica.org

Dangwal, K.L., & Srivastava, S. (2016). Emotional Maturity of Internet Users.


Universal Journal of Educational Research 4(1): 6-11

Kunwar, A.A.K & Kumar, A (2014). Impact of different factors on Emotional


Maturity of adolescents of Coed-School. International Research Journal of Social Sciences.
Vol. 3(11).

Kemdiknas. Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta, 2010.


Kemdiknas. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta, 2010.

Al-Hakim, Suparlan, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks


Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang
Alim, Muhammad, Aziiz Al. 2011. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila untuk
Menumbuhkan Nasionalisme Bangsa. Yogyakarta: STMIK “AMIKOM” Yogyakarta

Sri Untari. 2012. “Pancasila dalam Kehidupan Berasyarakat, Berbangsa, dan


Bernegara” dalam Margono (Ed). Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan
Kebangsaan. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press)

Anda mungkin juga menyukai