LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
No RM : 852418
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan kiri buram sejak 4 hari
lalu.
Keluhan tambahan : Pasien juga mengeluh kedua mata merah, nyeri sekitar mata dan
sakit kepala.
1
Riwayat penyakit sekarang
Sejak 4 hari lalu, pasien mengeluh penglihatan pada mata kanan dan kiri buram. Buram pada
kedua mata munculnya tiba-tiba. Pasien mengeluh hanya bisa melihat bayangan
samar-samar. Pasien juga mengeluh kedua mata merah, sedikit berair namun
menyangkal terdapatnya gatal, belekan dan silau. Pasien juga mengeluh terdapat
nyeri pada kedua mata. Nyeri dirasakan terus menerus dan menghilang setelah tidur
sebentar. Pasien juga mengeluh sakit kepala terus-menerus. Keluhan mual dan
muntah disangkal. Riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan tetes mata yang lama
sebelumnya disangkal.
Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal pasien. Tidak ada riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus pada pasien. Riwayat memakai kaca mata juga disangkal.
Tidak ada anggota keluarga serumah yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
2
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36.6oC
B. Status Oftalmologis
Oedema (-), Hiperemis (-), Palpebra superior Oedema (-), Hiperemis (-),
Enteropion (-), Ekteropion Enteropion (-), Ekteropion
(-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Trikiasis (-), Distikiasis
(-) (-)
Oedema (-), Hiperemis (-), Palpebra inferior Oedema (-), Hiperemis (-),
3
Enteropion (-), Ekteropion Enteropion (-), Ekteropion
(-), Trikiasis (-), Distikiasis (-), Trikiasis (-), Distikiasis
(-) (-)
Hiperemis (-), Folikel (-), Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), Folikel (-),
Papil (-), Litiasis (-) Papil (-), Litiasis (-)
Konjungtiva Superior
Hiperemis (-), Folikel (-), Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), Folikel (-),
Papil (-), Litiasis (-), Sekret Papil (-), Litiasis (-, Sekret
Inferior
(-) (-)
Injeksi silier (-), Injeksi Konjungtiva Bulbi Injeksi silier (+), Injeksi
konjungtiva (+), konjungtiva (+),
Subkonjungtival bleeding Subkonjungtival bleeding
(-), Pinguekula (-), (-), Pinguekula (-),
Pterigium (-) Pterigium (-)
4
IV. RESUME
Tn. S usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan pada mata kanan dan kiri buram
sejak 4 hari lalu. Buram pada kedua mata munculnya tiba-tiba dan hanya bisa melihat
bayangan samar-samar. Kedua mata merah, sedikit berair dan nyeri. Nyeri dirasakan
terus menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh sakit
kepala terus-menerus.
V. DIAGNOSIS
VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
• Glaucon tab 2 dd I
• KCL tab 2 dd I
5
VII. PROGNOSIS
• Ad vitam : Ad bonam
• Ad fungsionam : Ad bonam
• Ad sanationam : Ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien didiagnosis glaukoma akut pada mata kanan dan kiri berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil anamnesis yang mendukung
Nyeri kepala.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada mata kanan didapatkan :
6
Visus mata kanan dan kiri menurun (3/60)
• OD: 25.8
• OS:30.4
kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma
sekunder adalah glaukoma yang disebabkan oleh kelainan penyakit di dalam mata tersebut
seperti kelainan pada kornea (seperti lekoma adherens), COA (seperti hifema, hipopion),
iris/pupil (sinekia posterior, tumor iris), dan lain-lain. Glaukoma kongenital adalah glaukoma
yang dibawa sejak lahir. Sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular,
glaukoma terbagi dalam glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Pasien dalam
kasus ini tergolong dalam glaukoma primer sudut tertutup. Gejala dan tanda pada glaukoma akut
tertutup, ditemukan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, tekanan intraokuler
meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di sekitar lampu yang dilihat, terdapat
gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda peradangan
dengan kelopak mata bengkak, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, pupil melebar
dengan reaksi terhadap sinar yang lambat, papil saraf optik hiperemis. Gejala spesifik seperti di
atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaucoma akut. Kadang-kadang riwayat mata sakit
disertai penglihatan yang menurun mendadak sudah dapat dicurigai telah terjadinya serangan
Ketika terjadi serangan glaukoma akut primer, terjadi sumbatan sudut kamera anterior
oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran humor akuos dan tekanan intraokular meningkat
dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Serangan akut
7
biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina yang
berkaitan dengan penuaan. Pada glaukoma akut, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan
pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam hari saat tingkat pencahayaan berkurang. Rasa nyeri
hebat pada mata yang menjalar sampai kepala merupakan tanda khas glaukoma akut. Hal ini
daerah kornea yang merupakan cabang dari nervus trigeminus. Sehingga daerah sekitar mata
yang juga dipersarafi oleh nervus trigeminus ikut terasa nyeri. Pada Glaukoma akut, tekanan
okular sangat meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edem
kornea, hal ini menyebabkan penghilatan pasien sangat kabur secara tiba-tiba dan visus menjadi
menurun.
mata sehingga penatalaksanaan harus dilakukan segera di rumah sakit. Tujuan pengobatan pada
glaukoma akut adalah untuk menurunkan tekanan bola mata secepatnya kemudian apabila
tekanan bola mata normal dan mata tenang maka dapat dilakukan pembedahan. Pengobatan pada
glaukoma akut harus segera berupa kombinasi pengobatan sistemik dan topikal.
Pada kasus ini, pasien diberikan obat topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1 tetes (ODS)
dan Polynel 6x1 tetes (ODS) sedangkan untuk pengobatan sistemik diberikan Glaucon
inhibitor. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humor akuos
sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat. Obat ini dapat
diberikan secara oral dengan dosis 250-1000 mg per hari. Pada pasien dengan glaukoma akut
yang disertai mual muntah dapat diberikan Asetazolamid 500 mg IV, yang disusul dengan 250
8
mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan mual hilang. Pemberian obat ini memberikan efek
samping hilangnya kalium tubuh, parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan
miopia sementara. Untuk mencegah efek samping tersebut, pada pasien ini diberikan pemberian
KCL tablet.
Timolol merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas dan konsentrasi tertinggi
pada camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian
topikal. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengurangi produksi
humor aquos. Penggunan beta bloker non selektif sebagai inisiasi terapi dapat diberikan 2 kali
dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian. Pemberian
Timolol 0.5% 2x1 tetes (ODS) sudah tepat. Timolol termasuk beta bloker non selektif sehingga
perlu diperhatikan pemberiannya pada pasien dengan asma, PPOK, dan penyakit jantung.
Polynel tetes mata steril ini mengandung Fluoromethasone 1 mg dan Neomycin Sulfate diberi
BAB III
GLAUKOMA AKUT
I. DEFINISI
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan
sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akueus
dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat,
9
kemerahan dan kekaburan penglihatan. Glaukoma Akut merupakan kedaruratan okuler
sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan
bila tidak segera ditangani dalam 24 – 48 jam.
II. EPIDEMIOLOGI
Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan
angka kejadian yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini
adalah 4:1. Pasien dengan glaukoma sudut tertutup kemungkinan besar rabun dekat karena
mata rabun dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior lebih padat.
III. ETIOLOGI
Glaukoma akut terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler secara mendadak yang
dapat disebabkan oleh sumbatan di daerah kamera okuli anterior oleh iris perifer, sehingga
menyumbat aliran humor akueus dan menyebabkan tekanan intra okular meningkat dengan
cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat.
IV. PATOFISIOLOGI
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor akueus mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat
karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus
10
berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka
akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
VI. DIAGNOSIS
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis,
pemeriksaan status umum dan oftalmologis, serta penunjang.
Berdasarkan ananmnesis, pasien akan mengeluhkan pandangan kabur, melihat pelangi
atau cahaya di pinggir objek yang sedang dilihat (halo), sakit kepala, sakit bola mata, pada
kedua matanya, muntah – muntah.
Pada pemeriksaan akan ditemukan tanda-tanda, antara lain : visus sangat menurun, mata
merah, tekanan intra okular meningkat, injeksi pericorneal, kornea oedem, COA dangkal,
iris oedem dan berwarna abu – abu, pupil sedikit melebar dan tidak bereaksi terhadap sinar,
serta diskus optikus terlihat merah dan bengkak.
11
Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksa penunjang, diantaranya, pemeriksaan
tekanan intra okular dengan menggunakan tonometri, melihat sudut COA, menilai CDR,
pemeriksaan lapang pandang, tonografi, serta tes kamar gelap.
VII. KLASIFIKASI
Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi :
a. Akut
Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut
kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran diafragma lensa-iris ke anterior
disertai perubahan volume di segmen posterior mata.
b. Subakut
Glaukoma dengan gejala klinis nyeri unilateral berulang dan mata tampak kemerahan
c. Kronik
Glaukoma dengan gejala klinis terdapat peningkatan tekanan intraokular, sinekia
anterior perifer meluas
d. Iris plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai kedalaman kamera anterior
sentral normal tetapi sudut kamera anterior sangat sempit karena insersi iris secara
kongenital terlalu tinggi.
12
tindakan terapeutik misalnya fotokoagulasi panretina, krioterapi retina, dan scleral buckling
untuk pelepasan retina. Gambaran klinis biasanya mempermudah diagnosis.
IX. KOMPLIKASI
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia
anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior yang
memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan saraf optikus sering terjadi.
X. PENATALAKSANAAN
Glaukoma hanya bisa diterapi secara efektif jika diagnose ditegakkan sebelum
serabut saraf benar-benar rusak. Tujuannya adalah menurunkan tekanan intraokular, dapat
dilakukan dengan minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase
(misalnya asetazolamid 500 mg iv dilanjutkan dgn oral 500 mg/1000mg oral). Tetes mata
pilokarpin menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang
tersumbat. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta bloker
(Timolol 0.5% atau betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari) dan kortikosteroid topikal dengan atau
tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan saraf optik. Setelah suatu
serangan, pemberian pilokarpin dan beta bloker serta inhibitor karbonik anhidrase biasanya
terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan
manitol intravena (melalui pembuluh darah).
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor
akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat menurunkan tekanan
intra okuler sesegera mungkin. Obat – obat yang dapat digunakan, yaitu :
• Menghambat pembentukan humor akueus
Penghambat beta andrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat
digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang tersedia antara lain
Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan
0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin adalah suatu agonis alfa adrenergik yang
baru yang berfungsi menurunkan produksi humor akueous tanpa efek pada aliran keluar.
epinefrin dan dipiferon juga memiliki efek yang serupa. Inhibitor karbonat anhidrase
13
sistemik asetazolamid digunakan apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan
dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokuler sangat tinggi dan perlu segera
dikontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%.
• Miotik, Midriatik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut
primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam penutupan
sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior. Apabila penutupan sudut diakibatkan
oleh pergeseran lensa ke anterior, atropine atau siklopentolat bisa digunakan untuk
melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan apparatus zonularis.
Bila tidak dapat diobati dengan obat – obatan, maka dapat dilakukan tindakan :
• Iridektomi dan iridotomi perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi langsung
antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan diantara keduanya
14
menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser neonidium: YAG atau aragon atau
dengan tindakan bedah iridektomi perifer, tetapi dapat dilakukan bila sudut yang
tertutup sebesar 50%.
• Trabekulotomi (Bedah drainase)
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan
iridektomi.
XI. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap glaukoma akut dapat dilakukan Pada orang yang telah berusia
20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala secara teratur setiap
3 tahun, bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan
setiap tahun. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan
mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma. Sebaiknya diperiksakan tekanan
mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala yang berat, serta keluarga yang pernah
mengidap glaukoma.
XII. PROGNOSIS
Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera ditangani
dalam 24 – 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma
sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Tetapi
bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG, Asbury
T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 14 ed. Jakarta. Widya Medika. 1996
2. Friedmand NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Ophtalmology. Philadelphia. Elsevier Saunders.
2002
3. Gerhard KL, Oscar, Gabriele, Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook. Second
edition. Thieme Stuttgart : New York. 2007.
4. Lang, GK. Ophthalmology. Germany. 2000.
5. Khaw PT, Elkington AR. AC Of Eyes. Edisi ke-4. BMJ Book: London.2005
6. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Ed 9. EMS: Jakarta. 2005
7. Gondowihardjo T, Simanjuntak G. editor. Glaukoma Akut dalam Panduan Manajemen
Klinis Perdami. PP Perdami: Jakarta. 2006
16
17