Pengukuran Jarak Dan Tinggi (Laporan Akhir)
Pengukuran Jarak Dan Tinggi (Laporan Akhir)
Oleh
Kelompok 5
Nama : Kelompok 5
Fakultas : Teknik
i
PENGUKURAN JARAK DAN TINGGI
Oleh
KELOMPOK 5
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman.
iv
DAFTAR TABEL
Halaman.
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau kedudukan
suatu objek di atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat. Dalam
pelaksanaan pengukuran itu sendiri, yang dicari dan dicatat adalah angka-angka,
jarak, dan sudut. Jadi koordinat yang akan diperoleh adalah dengan melakukan
pengukuran-pengukuran sudut terhadap sistem koordinat teoretis tersebut
(Krakwisky, 2001).
Dalam pembuata peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan
melakukan pengkuran – pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai
bentuk tidak beraturan. Pengukuran – pengukuran di bagi dalam bentuk
pengukuran yang mendatar untuk mendapatkan hubungan – hubungan titik – titik
yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran kerangka horizontal) dan
pengukurant tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik – titik yang diukur
(Pengukuran kerangka dasar vertikal) serta pengukuran titik – titik detail. Titik –
titik kerangka dasar pemetaan yang akan di tentukan, lebih dahulu koordinat dari
3
Pengukuran titik detail dilakukan dengan mengambil data dari permukaan fisis
bumi yang dianggap pantas untuk dijadikan wakil gambaran tersebut diatas peta.
Dengan sendirinya gambaran ini harus tentu terhadap interfensi yang telah ada,
yaitu kerangka dasar diatas. Dengan demikian, titik ikat tersebut dapat langsung
menjadi acuan dari titik – titik detail yang berada disekitarnya. Suatu kombinasi
jaring – jaring sederhana dan pengukuran ofset menguntungkan dalam pembuatan
peta dengan pemasangan titik – titik kontrol baru terutama untuk pengukuran
suatu areal yang kecil cakupannya tetapi dengan skala yang besar. Maksud ini
dasar dicapai dengan pengukuran jarak dengan menggunakan rantai atau pita ukur
yang sederhana dan pengukuran offeset. Dalam pengukuran jaring – jaring
sederhana ini, seperti urairan – urairan yang diatas bahwa yang ditentukan
hanyalah kerangka dari daerah pengukuran. Sesungguhnya, sepanjang kerangka
daerah pengukuran tersebut terdapat detail keadaan topografi dan bangunan –
bangunan yang diukur secara mendetail. (Waiyati, 2007).
III. METODOLOGI PRATIKUM
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Alat tulis.
2. Meteran.
3. Tongkat.
4. Penggaris.
5. Kalkulator.
5
Berikut adalah diagram alir dari pratikum pengkuran jarak dan tinggi :
Mulai
Ulang pengukuran
sebanyak 2 kali, pada 8
objek yang berbeda
Selesai
A. Data Pengamatan
Adapun data pengamatan pada praktikum ini tersaji dalam tabel sebagai
berikut:
TABEL 1. Jarak dan Tinggi
B. Pembahasan
Pada praktikum perpetaan yang telah dilaksanakan di ruangan TG-1 Teknik
Geofisika dan di halaman GSG Unila pada 27 Februari 2019 yang membahas
tentang pengukuran jarak dan tinggi. Sebelum pratikum Dengan waktu
bersamaan dengan pratikum sudut azimuth dan kompas kami melaksanakan
pristest tentang jarak dan tinggi sebanyak 3 butir dengan waktu sama dengan
7
Tinggi adalah pengukuran secara vertikal dari sebuah objek sendangkan jarak
adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi
melalui suatu lintasan tertentu. Menurut Farouki Dinda Rassarandi, S.T., dalam
jurnal berjudul‘’ Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa
Banyuripan’’, menyatakan bahwa jarak diukur secara optis, dan beda tinggi
diukur secara trigonometris, selain itu Perhitungan jarak, sudut horisontal dan
beda tinggi dengan ekstrapolasi koordinat kutub menggunakan metode
takhimetri, selain itu dia jelaskan bahwa Untuk mendapatkan arah orientasi
utara secara astronomis, maka dilakukan pengukuran azimuth matahari dengan
metode tinggi matahari.
Perkiraan jarak atau tinggi dapat kita lakukan dengan memanfaatkan benda-
benda yang kita miliki seperti lengan, jari-jari dan langkah kaki. Agar kita
mengetahui besaran tersebut maka kita perlu mengukur berapa panjag
sebenarnya bagian tubuh kita tersebut sehingga dapat kita gunakan untuk
memperkirakan jarak ataupun tinggi. Fungsi pengukuran jarak dan tinggi
dalam bidang geofisika diantaranya adalah digunakan dalam metode gaya berat
(gravity) karena dasar teori yang digunakan yaitu Hukum Newton tentang
gravitasibumi.untuk bumi yang berbentuk bulat , homogen dan tidak berotasi
maka massa bumi dengan jari jari (R) atau jarak menimbulkan gaya tarik.
Karena bentuk bumi bbukan merupakan bola pejal sempurna, dengan relief,
berotasi serta berevolusi dalam sistem matahari dan tidak homogen maka
variasi gaya berat di setiap titik permukaan bumi akan di pengaruhi oleh lima
faktor , yaitu: lintang, ketinggian, topografi, pasang surut dan variasi densitas
bawah permukaan. Kedua dalam pengukuran penampang memanjang dan
8
bahwa pohon tersebut tingginya 19,1 meter. Lalu pada percobaan kedua
mendapatkan tingginya sebesar 19,5 meter.
Kedua kami mengukur pada titik ke 6 pada gambar6.1.3., di titik ini kami
mengukur pohon, di titik ini kami mengalami kesulitan dikarena daratan
kurang rata pada percobaan 2 sehingga hasil yang dapatkan adalah 9,06 meter,
sedangkan Pada percobaan pertama kami mendapatkan tingginya sebesar 12,3
meter sehingga mendapatkan selisih yang sangat jauh dari kedua percobaan.
Ketiga kami mengukur titik ke 7 pada gambar6.1.4, di titik ini kami mengukur
pohon yang sangat bercabang sehingga kami memilih mengukur dengsn jarak
yang jauh agar dapat melihat puncat pohon tersebut, sehingga kami
mendapatkan hasil nya yaitu Pada percobaan pertama kami mendapatkan
tingginya sebesar 10,86 meter dan pada percobaan kedua mendapatkan
tingginya sebesar 11,55 meter.
Keempat kami mengukur titik ke 8 pada gambar 6.1.5, merupakan tiang listrik,
di titik ini kami tidak menglami kesulitan karena tidak adanya gangguan dari
dedaunan senghingga puncak tiang terlihat jelas. Pada percobaan pertama kami
mendapatkan tinggi sebesar 5,73 meter dan pada percobaan kedua kami
mendapatkan tingginya sebesar 6,06 meter.
Kelima kami mengukur titik 1 pada gambar 6.1.6, di titik ini kami mengikur
pohon palem di dekat jalan, Pada percobaan pertama kami mengukur hingga ke
jalan dan kami mendapatkan tingginya sebesar 15,45 meter. Lalu pada
percobaan kedua kami mendapatkan tingginya sebesar 14,5 meter.
Keenam kami mengukur titik ke 2 pada gambar 6.1.7, sebuah pohon palem,
dimana kami tidak mengalami kesulitan dalam percobaan pertama pada titik ini
kami mendapatkan tingginya sebesar 13,2 meter dan percobaan kedua
mendapatkan tingginya sebesar 13,5 meter.
Ketujuh kami mengukur titik ke 3 pada gambar 6.1.8, adalah sebuah tiang
lampu yang tidak memiliki kesulitan dimana pada percobaan pertama kami
10
mendapatkan tingginya sebesar 7,26 meter. Lalu pada percobaan kedua kami
mendapatkan tingginya sebesar 7,25 meter.
Kedelapan kami mengukur titik ke 4 pada gambar 6.1.9, adalah sebuah pohon
yg rendah dimana puncaknya dapat dilihat jelas, dapatlah hasil nya yaitu pada
percobaan pertama kami mendapatkan tingginya sebesar 6 meter. Dan pada
percobaan kedua 6,63 meter.
Pendahuluan
Bencana banjir dan kekeringan semakin sering terjadi, bahkan di beberapa
daerah, banjir telah menenggelamkan ribuan rumah, prasarana transportasi,
sawah, tambak, dan menewaskan puluhan nyawa manusia. Sebagai contoh
kejadian rob pada 24-27 November 2007 telah mengejutkan warga ibukota dan
masyarakat pesisir Utara Jawa karena luas genangannya tidak seperti biasanya.
Tinggi dan jarak genangan rob yang disebabkan oleh gelombang badai pasang
(storm tide) dan variasi antar tahunan di sepanjang pantai utara Jawa
disimulasikan dengan menggunakan model hidrodinamika 2D dengan fasilitas
Flooding and Drying (FAD).
Metode Penelitian
Dalam simulasi tersebut, digunakan batimetri dari General Bathymetric Chart
of the Oceans (GEBCO), peta DISHIDROS TNI-AL, dan topografi daerah
utara Pulau Jawa berdasarkan data Digital Elevation Model (DEM) dari The
NASA Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM). Gaya penggerak
gelombang badai pasang yang digunakan adalah data elevasi pasang surut yang
diperoleh dari hasil prediksi Global Tidal Model ORI.96 dan data angin serta
tekanan udara yang diperoleh dari National Centers for Environmental
Prediction (NCEP). Metode yang akan digunakan dalam memprediksi run-up
dan genangan rob dalam penelitian ini adalah model hidrodinamika yang
diselesaikan secara numerik. Model hidrodinamika yang digunakan dalam
11
penelitian ini adalah MIKE 21 Software (DHI Water and Environment, 2007).
Model ini didasarkan pendekatan flexible-mesh yang memungkinkan ukuran
grid yang lebih rapat (kecil) di daerah tinjauan utama model dan ukuran grid
yang lebih besar di daerah lainnya dalam domain yang sama.
Pendahuluan
Pengukuran beda tinggi dapat diperoleh dengan dua pendekatan yaitu dengan
metode sipatdatar menggunakan alat Waterpass (WP) dan metode
trigonometris menggunakan alat Total Station (TS) atau Theodolit. Kedua
metode ini masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Metode
sipatdatar menghasilkan ketelitian lebih tinggi namun kurang praktis dan
kurang ekonomis digunakan pada area yang tidak datar, dibandingkan dengan
pengukuran beda tinggi secara trigonometris. Prinsip trigonometris
menghasilkan ketelitian yang lebih rendah namun memiliki kelebihan karena
alat TS sangat praktis digunakan di lapangan baik pada kondisi daerah
pengukuran yang datar maupun yang bervariasi sehingga waktu dan biaya yang
dibutuhkan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Berbagai penelitian untuk
mengevaluasi dan membandingkan beda tinggi dengan kedua metode tersebut
telah dilakukan, diantaranya oleh Parseno dan Yulaikhah (2008) yang telah
mencoba menerapkan pengukuran beda tinggi secara trigonometris dengan
12
alatTS NIKON DTM 352. Hasil penelitian yang dilakukan Xiau Fuhe dan Zan
Dezheng (1996) menyatakan bahwa pada pengukuran trigonometric leveling
dengan jarak pendek, kesalahan pengukuran sudut vertikal memberi kontribusi
paling dominan terhadap ketelitian beda tinggi yang dihasilkan. Tujuana dari
penelitian ini adalah mengkaji lebih lanjut mengenai fenomena/kesalahan
apakah hal itu merupakan kesalahan sistematis dan lalu bagaimanakah model
koreksinya.
Metode Penelitian
Tahapan penelitian secara garis besar adalah yang pertama pengukuran
lapangan, pengukuran beda tinggi dilakukan di dua lokasi yaitu di lingkungan
Fakultas Teknik UGM (lokasi 1) dan di sekitar bundaran UGM (lokasi 2) . Di
lokasi pertama, didesain jarak maksimal 8m dibagi menjadi 4 penggal. Di
lokasi 2 desain dibuat satu garis lurus sepanjang 300m dibagi menjadi penggal-
penggal jarak 10m, 30m, 50m, 100m, 200m, 300m. Tahapan yang kedua yakni
data simulasi, data simulasi adalah data yang dibuat untuk mensimulasi
ketelitian beda tinggi berdasarkan teori perambatan kesalahan. Tujuannya
adalah untuk mengevaluasi pengaruh jarak dan sudut vertikal terhadap
ketelitian beda tinggi. Data simulasi terdiri atas data jarak dan sudut vertikal.
Data simulasi jarak dibuat pada rentang 0 800 m, dengan interval 50 m. Data
simulasi sudut vertikal dibuat pada rentang 0o – 21o, dengan interval 3o.
Tahapan terakhir yaitu pengolahan data analisis.
Pendahuluan
Pada sebuah bangunan, balok-balok maupun rangka atap bertumpu pada
kolom-kolom Berdiri tegaknya setiap kolom merupakan faktor teknis yang
sangat penting sebelum balok-balok dan rangka atap dipasang. Walaupun
sebuah kolom tidak berdiri tegak secara vertikal, merupakan masalah serius
yang akan terjadi dalam hal konstruksi, maka harus dihindari. Cara yang umum
dipergunakan untuk melakukan pengecekan ketegakan kolom yakni dengan
cara pemotongan kemuka pada as kolom atas dan as kolom bawah. Cara
tersebut relatif mudah dilaksanakan apabila jarak antar kolom relatif lebar, dan
kondisi lapangan cukup bersih (tanpa halangan berarti), apalagi untuk kolom
yang berbentuk persegi pada mantelnya. . Apabila nilai sudut penyimpangan
pada kolom berada di luar toleransi, menyebabkan kesulitan-kesulitan pada
pemasangan konstruksi. Puncak kolom yang telah bergeser dari posisinya
mengakibatkan rangka atap yang miring. Banyaknya perancah merupakan
rintangan yang berarti untuk melakukan pengukuran di lapangan.
Metode Penelitian
Metode pelaksanaan penelitian dalam bentuk pengujian ketegakan kolom ini
menggunakan metode pemotongan sisi. Metode Pemotongan Sisi merupakan
metode yang hampir mirip dengan metode pemotongan kemuka. Pemotongan
sisi mengarah pada sisi tepi kolom bagian atas dan bawah, sedangkan
pemotongan kemuka mengarah pada as kolom. Pengukuran ini menggunakan
metode pemotongan sisi yang mirip dengan metode pemotongan kemuka. Titik
yang digunakan sebagai target dalam metode pemotongan sisi adalah tiap sisi
kolom (bagian atas dan bawah), sementara pada metode pemotongan kemuka
menggunakan pusat kolom sebagai titik target.
14
Adapun kesimpulan dari praktikum Pengukuran Jarak Dan Tinggi ini adalah
1. Pengukuran jarak dan tinggi bukan hanya untuk mengukur objek biasa,
tetapi dapat juga mengukur objek yang lain seperti mengukur jarak
genangan daerah yang rawan bencana, kedalaman objek yang
tenggelam menggunakan alat canggih,
2. Pada praktikum yang kedua praktikan dapat mengetahui bagaimana
cara mengukur jarak dan tinggi suatu objek dengan menggunakan
tongkat jacob staf.
3. Tinggi adalah pengukuran secara vertikal dari sebuah objek sendangkan
jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda
berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu
DAFTAR PUSAKA
Krakwisky. 2001. Ilmu Ukur Tanah dan Alat Ukur Tanah. UGM Press.
Yogyakarta.