Anda di halaman 1dari 13

Amelia Ritonga

2014
211 210 208

PROBLEM BASED LEARNING

Kurikulum yang dikembangkan saat ini oleh banyak institusi pendidikan


kedokteran dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa (student-centered learning). Sehingga mahasiswa kedokteran akan belajar
untuk membangun pengetahuan, ketrampilan dan perilakunya berdasarkan
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang telah mereka miliki. Dalam proses
belajar ini mahasiswa akan merasakan adanya suatu siklus pembelajaran yang akan
mereka jalani. Mereka nantinya diharapkan akan memandang belajar itu bukan hanya
untuk mencapai tujuan pembelajaran saja, akan tetapi mereka merasakan belajar itu
sebuah proses bagaimana mereka belajar. Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa
depan mahasiswa yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and
learning skills).

Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan


masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan
kecakapan berkomunikasi sehingga dapat mencapai target kompetensi yang telah
ditentukan dalam hal ini kompetensi dasar yang harus dicapai oleh mahasiswa
kedokteran harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia, yang merupakan suatu badan otonom, mandiri, non struktural dan bersifat
independen, yang bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia, yang
mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan serta pembinaan dokter dan
dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan medis (KKI, 2006).

Di luar negeri PBL diterapkan berdasarkan kesadaran bersama perlunya


penerapan PBL setelah melewati kajian selama belasan tahun. Staf pengajar
kedokteran mereka sering mengadakan pertemuan dan berdiskusi mengenai metode

Problem Based Learning – Seven Jump 1


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

pembelajaran yang cocok untuk dilaksanakan di FK. Melalui berbagai penelitian,


mereka sepakat untuk memilih PBL sebagai salah satu metode pembelajaran terbaik,
sehingga ditetapkanlah PBL melalui peraturan-peraturan. Dengan kata lain, peraturan
dibuat setelah perubahan paradigma.

Sementara di Indonesia peraturan dibuat mendahului perubahan paradigma.


Para tenaga pengajar kedokteran belum seluruhnya mengenal PBL serta belum
mengetahui tujuan, manfaat, kelebihan, kekurangan, dan cara melaksanakan PBL.
Sebagian tenaga pengajar masih belum siap menerima PBL dan belum siap melepas
metode pembelajaran konvensional (teacher-centered). Oleh sebab itu kita perlu
sosialisasi yang tidak pernah putus.

Hampir seluruh tenaga pengajar kedokteran di Indonesia adalah produk non-


PBL. Kita tidak perlu heran bila PBL dilaksanakan dengan metode non-PBL. Kita
dapat menjumpai adanya mini-lecture setiap tutorial PBL, biasanya dilakukan oleh
pengajar senior. Universitas ternama seperti UGM dan UI hingga saat ini juga masih
konsisten melakukan pelatihan-pelatihan untuk sosialisasi PBL dengan harapan
adanya perubahan paradigma tenaga pengajarnya.

Standart Kompetensi Kedokteran tersebut meliputi tujuh area (KKI, 2006) :

1. Komunikasi Efektif;
2. Keterampilan Klinis;
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran;
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan;
5. Pengelolaan Informasi;
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri;
7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien.

Disamping pemenuhan kompetensi yang ada, mahasiswa kedokteran


menghadapi beberapa persoalan yang muncul dalam pembelajaran ilmu kedokteran

Problem Based Learning – Seven Jump 2


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

seperti: retensi ilmu yang rendah (ilmu yang dipelajari bukan dalam konteks
penerapan, terpisah dari cabang ilmu lain); Kesulitan menerapkan ilmu untuk evaluasi
dan pengelolaan pasien di klinik (kurang terlatih dalam pengelolaan klinis);
ketertinggalan dari perkembangan ilmu. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
maka dibutuhkan suatu metode pembelajaran khusus yang dapat membantu
mahasiswa mencapai kompetensi yang harus mereka penuh. Salah satunya yaitu
pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning.

Sejak dijadikan sebagai metode pembelajaran utama pada seluruh fakultas


kedokteran (FK) di Indonesia secara serentak pada tahun 2006, metode tutorial
problem-based learning (PBL) masih sulit diterima oleh sebagian tenaga pengajar,
meskipun telah dilaksanakan pelatihan-pelatihan. Metode pelaksanaan tutorial
problem-based learning (PBL) tidak sama pada tiap fakultas kedokteran (FK) di
Indonesia. Sebagian besar FK menggunakan langkah Maastricht (seven jump),
sebagian lagi menggunakan langkah Brenda atau langkah lainnya. Pada prinsipnya
langkah-langkah tersebut sama karena tutorial PBL dilaksanakan tiga tahap
(pertemuan pertama, belajar individual, pertemuan kedua), namun berbeda dalam
penjabaran (Amin, 2003).

PBL di mulai diperkenalkan di Indonesia tahun 1992. Saat itu yang


melaksanakan pilot project adalah FK Universitas Gadjah Mada (UGM), namun
hanya pada 25% dari kurikulum. FK Universitas Indonesia (UI) juga mulai menguji
coba PBL pada tahun 1995, namun mendapatkan banyak penolakan sehingga PBL
dilaksanakan hanya bagi mahasiswa angkatan 1995. FK UGM dan FK UI
mengirimkan banyak tenaga pengajarnya untuk mempelajari PBL, baik melalui
pelatihan maupun jenjang pendidikan pasca sarjana. FK Universitas Airlangga
(Unair) mulai memperkenalkan PBL pada tahun 1999 dengan meninggalkan beberapa
catatan penting, sehingga pada tahun 2000 disusunlah kurikulum hybrid PBL. Pada
tahun 2002 FK UGM dan FK Universitas Hasanuddin (Unhas) jadi melaksanakan

Problem Based Learning – Seven Jump 3


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

full-PBL di Indonesia dan diikuti FK Universitas Andalas (Unand) pada tahun 2004
(Servant, 2012).

Pada tahun 2006 pemerintah mewajibkan pelaksanaan metode PBL di seluruh


Indonesia. Pemerintah merasa Indonesia telah siap mengaplikasikan PBL setelah
diselenggarakannya proyek Health Workforce and Services (HWS) dari tahun 2003
hingga 2007. Proyek HWS bertujuan untuk mempersiapkan dan menerapkan KBK di
seluruh Indonesia dengan PBL sebagai metode pembelajaran utama. Pelaksanaan
PBL di beberapa universitas ternama seperti UGM, UI, Unair, Unhas, dan Unand
dijadikan sebagai parameter PBL dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia (Servant,
2012).

Problem Based Learning menerapkan pembelajaran ilmu berorientasi pada


masalah, secara terintegrasi dalam konteks klinis, menerapkan penerapan klinis
(clinical reasoning) dalam metode pembelajarannya, serta mengintegrasikan proses
evaluasi kemampuan diri dan proses identifikasi kebutuhan ilmu.

Problem Based Learning (PBL) dalam pelaksanaannya harus dipahami sebagai


proses learning yang dirangsang / diprovokasi oleh masalah, sehingga disini perlu
ditekankan bahwa dalam Problem Based Learning, masalah harus dirancang penuh
makna dan diyakini betul-betul menjadi kebutuhan mahasiswa, demikian juga
learningnya setelah mahasiswa menemukan masalah tersebut sebagai kebutuhan yang
harus difasilitasi untuk menggali, mengeksplorasinya secara mandiri sampai tercapai
target kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang ditetapkan.

Pelaksanaan pembelajaran sistem Problem based learning dilakukan dengan


membentuk sebuah kelompok tutorial, yaitu diskusi kecil antara mahasiswa dan
dosen sebagai fasilitator. Tutorial dengan umpan scenario merupakan ujung
tombak/penggerak utama PBL.

Problem Based Learning – Seven Jump 4


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

Problem Based Learning – Seven Jump 5


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

THE SEVEN JUMP

Metode The Seven Jump adalah sebuah metode PBL (Programme Based
Learning) yang sangat tepat digunakan untuk pembelajaran untuk menganalisa dan
memecahkan sebuah kasus. Metode ini merupakan langkah yang dinamis tetapi tetap
memerlukan keseimbangan dan keserasian atau movement control agar tujuan belajar
dapat tercapai.

Pelaksanaa tutorial ini dilakukan 2 kali pertemuan untuk tiap skenario.


Pertemuan pertama yaitu pelaksanaan langkah ke 1-5 pada seven jump, kemudian
untuk pertemuan kedua yaitu pelaksanaan langkah ke-7 pada seven jump. Untuk
langkah ke-6 dilakukan secara mandiri yaitu pencarian sumber-sumber informasi
untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya.
Berikut langkah-langkah seven jump :

1. Klarifikasi Istilah / Clarify Unfamiliar Terms


2. Definisi Masalah / Define the Problems
3. Analisa Masalah / Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation
4. Gali Konsep / Arrange Explanations Into Tentative Solutions
5. Objek Pembelajaran / Defining Learning Objectives
6. Kumpulan Informasi / Information Gathering : Private Study
7. Kesimpulan / Synthesize and Test Acquired Informations (Reporting Phase)

Implementasi The Seven Jump :


1. Kelompok mahasiswa terdiri dari 8-10 orang.
2. Untuk setiap scenario, dipilih ketua kelompok dan sekretaris.
3. Setiap scenario didiskusikan dalam dua kali tutorial.
4. Pada tutorial I langkah 1 s/d 5 paling tidak dilaksanakan selama 2 jam.

Problem Based Learning – Seven Jump 6


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

5. Langkah ke-6 self study atau independent study dilaksanakan pada hari-hari
berikutnya.
6. Tutorial II dilaksanakan beberapa hari sesudah tutorial pertama, kegiatan ini
merupakan langkah 7.
 Tahap pertama, membaca scenario secara seksama.
 Kelompok dapat mengambil keputusan apakah pembacaan scenario
dilakukan secara tenang (membaca dalam hati) atau dibaca secara keras
oleh anggota kelompok.
 Setelah problem dibaca secara lengkap, maka kelompok mahasiswa bekerja
dengan menggunakan “the seven jump” secara berurutan, sampai selesai
tujuan belajar.
7. Apabila hasil diskusi tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, maka
dimungkinkan karena ada kesalahan dalam langkah-langkah sebelumnya. Oleh
karena itu harus diulang kembali dari tahap yang terdapat kesalahan.

Contoh Skenario :
Beni, 30 tahun, seorang pegawai kantor camat datang ke puskesmas dengan
keluhan pendengarannya berkurang sejak beberapa minggu terakhir. Selain itu Beni
juga sering merasa pusing, sekelilingnya terasa berputar. Beni merasa terganggu
karena sering tidak dapat mendengar kata-kata orang yang berbicara kepadanya.
Dokter Puskesmas kemudian memeriksa kedua telinga Beni dengan otoskop, tampak
pada telinga kanan membran tympani perforasi total. Pada telinga kiri terlihat
membran tympani utuh, reflek cahaya positif. Dokter Puskesmas juga melakukan
pemeriksaan garpu tala berupa tes Rinne, Weber dan Schwabach. Dari hasil
pemeriksaan tersebut Beni kemudian di rujuk ke RS H. Adam Malik Medan.
Di Poliklinik THT, dari anamnesis lebih lanjut diketahui Beni pernah
mengalami keluhan keluar nanah dari telinga kanan dan berbau busuk. Sebelum
keluar nanah dari telinga kanannya tersebut, tonsilnya meradang, dysphagia dan

Problem Based Learning – Seven Jump 7


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

demam. Saat itu, Beni didiagnosis mengalami Otitis Media Suppurativa kronis dan
diberi antibiotik, analgetik dan obat cuci telinga. Beni sejak kecil suka mandi
berenang di sungai. Telinga bernanah ini sering berulang sejak 10 tahun terakhir.
Tetapi Beni termasuk orang yang malas berobat apalagi kalau keluhannya tidak
begitu mengganggu.
Kemudian di Poliklinik THT dilakukan pemeriksaan untuk penatalaksanaan
lebih lanjut. Bagaimana saudara menerangkan hal tersebut ? (FK UNAND)
1. Klarifikasi istilah
 Proses
Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yang maknanya belum jelas dan
anggota kelompok yang lain mungkin dapat memberikan definisinya. Semua
mahasiswa harus dibuat merasa aman, agar mereka dapat menyampaikan
dengan jujur apa yang mereka tidak mengerti.
 Alasan
Istilah asing dapat menghambat pemahaman. Klarifikasi istilah walaupun
hanya sebagian bisa mengawali proses belajar.
 Output Tertulis
Kata-kata atau istilah yang tidak disepakati pengertiannya oleh kelompok
dijadikan tujuan pembelajaran (learning objectives).

2. Definisi Masalah
 Proses
Proses Ini merupakan sesi terbuka dimana semua mahasiswa didorong
untuk berkontribusi pendapat tentang masalah. Tutor mungkin mendorong
semua mahasiswa untuk berkontribusi dengan cepat tetapi dengan analisis yang
luas.
 Alasan

Problem Based Learning – Seven Jump 8


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

Sangat mungkin setiap anggota kelompok tutorial mempunyai perspektif


yang berbeda terhadap suatu masalah. Membandingkan dan menyatukan
pandangan ini akan memperluas cakrawala intelektual mereka dan menentukan
tugas berikutnya
 Output Tertulis
Daftar masalah yang akan dijelaskan.

3. Analisa Masalah
 Proses
Lanjutan sesi terbuka, tetapi sekarang semua mahasiswa mencoba
memformulasikan, menguji dan membandingkan manfaat relatif hipotesis
mereka sebagai penjelasan masalah atau kasus.
 Alasan
Ini merupakan langkah penting, yang mendorong penggunaan prior
knowledge dan memori serta memungkinkan mahasiswa untuk menguji atau
menggambarkan pemahaman lain; link dapat dibentuk antar item jika ada
pengetahuan tidak lengkap dalam kelompok.
 Output Tertulis
Daftar hipotesis atau penjelasan

4. Gali Konsep
 Proses
Mahasiswa akan memiliki banyak penjelasan yang berbeda. Masalah
dijelaskan secara rinci dan dibandingkan dengan hipotesis atau penjelasan yang
diajukan, untuk melihat kecocokannya dan jika diperlukan eksplorasi lebih
lanjut. Langkah ini memulai proses penentuan tujuan pembelajaran (learning
objectives), namun tidak disarankan untuk menuliskannya terlalu cepat.
 Alasan

Problem Based Learning – Seven Jump 9


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

Tahap ini merupakan pemrosesan dan restrukturisasi pengetahuan yang ada


secara aktif serta mengidentifikasi kesenjangan pemahaman. Menuliskan tujuan
pembelajaran terlalu cepat akan menghalangi proses berpikir dan proses
intelektual cepat, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terlalu melebar dan
dangkal.
 Output Tertulis
Pengorganisasian penjelasan masalah secara skematis yaitu
menghubungkan ide-ide baru satu sama lain, dengan pengetahuan yang ada dan
dengan konteks yang berbeda. Proses ini memberikan output visual hubungan
antar potongan informasi (frameworks atau networks).
Contoh Skema :

Immunization
Natural Natural

Active Passive

Artificial Artificial

IMMUNE SYSTEM

Humoral Humoral

Non Spesific Spesific


Immunity Immunity

Cellular Cellular
Different Imune Response :

 Side of Infection
 Antibody Response

Various way of Immunization :

 Orally
 Injection

Problem Based Learning – Seven Jump 10


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

5. Objek Pembelajaran
 Proses
Anggota kelompok menyetujui seperangkat inti tujuan pembelajaran
(learning objectives) yang akan mereka pelajari. Beberapa mahasiswa bisa saja
punya tujuan pembelajaran yang bukan merupakan tujuan pembelajaran
kelompok, karena kebutuhan atau kepentingan pribadi.
 Alasan
Proses kesepakatan untuk mensintesis diskusi sebelumnya menjadi tujuan
pembelajaran yang tepat dan dapat dicapai. Proses ini tidak hanya menetapkan
tujuan pembelajaran, akan tetapi juga mengajak semua anggota kelompok
bersama-sama menyimpulkan diskusi.
 Output Tertulis
Seperangkat tujuan pembelajaran.

6. Kumpulan Informasi
 Proses
Proses ini mencakup pencarian materi di buku teks, di literatur yang
terkomputerisasi, menggunakan internet, melihat spesimen patologis, konsultasi
pakar, atau apa saja yang dapat membantu mahasiswa memperoleh informasi
yang dicari.
 Alasan
Bagian penting dari proses belajar adalah mengumpulkan dan memperoleh
informasi baru yang dilakukan sendiri oleh mahasiswa.
 Output Tertulis
Catatan individual mahasiswa.

Problem Based Learning – Seven Jump 11


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

7. Kesimpulan
 Proses
Mahasiswa mengidentifikasi sumber informasi individual, menyampaikan
informasi dari belajar mandiri serta saling membantu memahami dan
mengidentifikasikan area yang sulit untuk dipelajari lebih lanjut (atau bantuan
pakar).
 Alasan
Langkah ini mensintesis kerja kelompok, mengkonsolidasi pembelajaran
dan mengidentifikasikan area yang masih meragukan, mungkin untuk studi
lebih lanjut.
 Output Tertulis
Catatan individual mahasiswa.

Problem Based Learning – Seven Jump 12


Amelia Ritonga
2014
211 210 208

DAFTAR PUSTAKA

Amin Z and Eng K. H. 2003. Basic in Medical Education. Singapore : World


Scientific Co. Pte. Ltd.

Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Servant V. 2012. PBL in Indonesia: A survey of student-centred education in


Indonesian higher education institutions. Singapore: Promethea.

Taylor D, Miflin B. 2008. Problem-based learning: Where are we now? : AMEE


Guide No. 36. Medical Teacher : 30; 742-63.

http://www.slideshare.net/muhammadalqarni7/1-seven-jumps (diakses 20 November


2014).

Problem Based Learning – Seven Jump 13

Anda mungkin juga menyukai