Literatur Review PMS Contoh
Literatur Review PMS Contoh
Logo
Dwi Kustriyanti
NIM : 12/ 338404/ PKU/ 13145
2018
Kata Pengantar
Pada makalah ini kami akan membahas penelusuran literatur (literature review) tentang
Premenstrual Syndrome (PMS). Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu .................................selaku pengampu mata kuliah ini.
Makalah ini kami susun, untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Riset Kualitatif. Kami
menyadari masih terdapat kekurangan pada makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah.
Penulis
“Perspektives on
Premenstrual
Syndrome/
Premenstrual
Dysphoric
Syndrome”
Ellen W. Memeriksa Validitas 170 Daily diary for DSR: alat ukur 1. DSR terdiri dari
Freeman, reliabilitas Daily dan premenstrual yang reliable untuk 17 item dibagi
Robert J. De diary for reliabilitas syndrome PMS dalam 4faktor:
Rubeis, Karl premenstrual instrument (DSR) Mood (6 item),
Rckels, 1996 syndrome, struktur PMS : Daily Behavior (6),
faktornya dan diary for Pain (3, Fisik (2)
“Reliability and korelasi dengan premenstrua
validity of a pengukuran l syndrome
daily diary for standart mood lain
premenstrual pada PMS
syndrome”
Sarah E. 1. Memodifikasi Validitas 140 Daily diary for DSR-20 alat ukur DSR-20 terdiri dari
Canning, Mitch DSR (Freeman) dan premenstrual yang konsisten 20 item (anger,
“The
premenstrual
symptoms
screening tool
revised for
adolescents
(PSST-A):
prevalence of
severe PMS and
premenstrual
dysphoric
disorder in
adolescents”
Mingqi Qiao, Huiyun Zhang, Teknik samping: cluster DSRP questionare Prevalensi PMDD 2,1% dan
Huimin Liu, Songping Luo,
sampling (& unit). (diterjemahkan dlm bahasa PMS 21,1%. Gejala yang
Tianfang Wang, Junlong
Zhang, Lijin Ji (2012). China oleh peneliti & umumnya muncul: iritabilitas
Kriteria inklusi: usia 18-45,
diterjemahkan ulang ke B. ((1,21%), nyeri payudara
“Prevalence of PMS and siklus mens teratur (25-35
PMDD population-based Inggris oleh professional dan (77,62), depresi (68,31%),
sample in China” hari), tidak terdiagnosa
diuji validitas. perut gembung (63,70%),
psikologis 2 tahun terakhir.
European Journal of Obstetrics ledakan kemarahan (59,62)
& Gynecology and Kriteria eksklusi: hamil, DSRP terdiri dari 24 item
Reproductive Biollogy riwayat menopause syndrome, (n=21) mengkaji gejala
histerektomi, bilateral psikologis, perilaku & fisik;
oophorektomi, mastopathy, (n=3) mengkaji derajat pengaruh
cancer, diabetyes, penyakit PMS terhadap fungsi &
struktur lain. produktifitas, (kerja/ sekolah,
aktifitas social/ hobbi, hubungan
dengan orang lain). Item terdiri
Elie Attieh, Samer Maalouf, Study cross sectional, n= 428 Kriteriua ACOG : 7,1 % mengalami PMS, 97<2%
Sami Richa, Assaad
partisipan minimal mengalami
Kesrouani, 2012 1) Melaporkan minimal 1
1 gejala PMS. Gejala yang
“PMS among Lebanese gejala afektif dan 1 somatik
umumnya muncul, 65% nyeri
medical students and selama 5 hari sebelum
residents” payudara, 44,3% perut
menstruasi dalam 3 siklus
gembung, sakit kepala (22,3%),
International Federation of mens
Gynecology and Obstetrics iritabilitas (71,8%), ledakan
2) Gejala berkurang dalam 4 kemarahan (58,5%), depresi
hari datangnya mens tanpa (56%), lelah (82,6%).
kekambuhan minimal dalam
60,1% PMS mempengaruhi
hari ke 13 siklus.
perform akademik dan
3) Gejala afektif : depresi, kerjanya. 18,6% partisipan
ledakan kemarahan, minimal absen 1 hari dari kerja/
iritabilitas, cemas, bingung, sekolah, 2,2% gagal dalam
menarik diri dari social. ujian, 1,5% melakukan kesalan
dalam kerja karena PMS.
Takashi Takeda, Shoko Koga, Study based survey dengan PSQ (Premenstrual Sy ndrome 64,6 % remaja mengalami PMS
Nobuo Yaegashi. 2010
sampel siswi di SMU di Questionare) rujukan dari DSM lebih rendah dibanding dewasa.
“Prevalence of PMS and Sundai. IV identik dengan PSST Tapi prevalensi sedang-berat
PMDD in Japanese high
(Steinner, 2003). Tingkat PMS/ PMDD pada remaja lebih
school students” Kriteria inklusi: siswi SMU
keparahan : tidak ada, ringan, tinggi daripada dewasa.
Arch Womens Mental Health dengan siklus menstruasi
sedang, berat.
teratur (22-35 hari). PMS mempengaruhi efisiensi
& produktifitas, kerjaan rumah
(48,9%), katifitas social
(19,45), hubungan dengan
teman sekerja/ keluarga
(19,1%). Gejala umum cemas/
tegang (59,9%), kesulitan
konsentrasi (55,7%), marah/
iritabilitas (54%), lelah/ kurang
Julia Potter, Jean Bouyer, 2863 wanita (interview) 4,1 % mengalami PMS berat,
James Trussel, Caroline 8,1% PMS sedang yang
Moreau. 2009. Cohort contraception survey.
mempengaruhi kehidupan
“PMS prevalence and Kriteria eksklusi: pre/ sehari-harinya. Faktor risiko
fluctuation over time: Results
from a French Population- menopause, hamil, menyusui PMS adalah hormonal,
Based survey” lebih dari 10 bulan dalam 1 psikososial dan fisiologis.
Mahin Delara, Hamed 1379 siswi PAS (Premenstrual Assessment 99,5 % siswi melaporkan gejala
Borzuei, Ali Montazeri. 2013.
Scale), terdiri 32 item skala 0= PMS, 59% memenuhi criteria
Cross sectional study. Kriteria
“Premenstrual disorder: tidak ada gejala, 1= ringan, 2= PMDD. Gejala umumnya:
prevalence and associated Inklusi: 14-19 tahun. Kriteria
sedang, 3= berat.
factors in a sample of Iranian eksklusi: amenorrhea, sklus
adolescents”
menstruasi tidak terartur, Kuesioner untuk demografi:
Irania Red Crescent Medical siklus mens < 21 hari atau >
Journal 1. Kuesioner sosio-demografi:
35 hari, masalah psikologi/
usia, status pernikahan,
medis, menerima terapi
pekerjaan orangtua, status
hormone, riwayat catastrophe.
ekonomi.
3. Kuesioner performen
pendidikan, dan frekuensi
absen sekolah.
Li Ping Wong, Ee Ming Khoo. 1.092 remaja dari 94 sekolah A self administered semi 80,7% dan 83,6% remaja
2011
di Kualalumpur Malaysia, structured quessionare mengalami satu atau lebih
“Menstrual-Related Attitude cross sectional study. (bilingual), terdiri 4 seksi: gejala afektif dan somatic
and Symptoms Among Multi-
dalam fase premenstrual.
racial Asian Adolescent 1. Informasi demografi
Females” Gejala afektif yang sering
2. Sikap terhadap menstruasi dikeluhkan iritabilitas,
International Journal
behavioral Medicine perubahan mood dan tegang,
3. Gejala PMS dan fase
sedangkan gejala somatic; lelah
menstruasi
dan kram. Mpak kerusakan
Takeshi Takeda, Mari 1489 siswi SMU di 2 sekolah PMS diukur dengan Prevalensi PMS/PMDD
tadakawa, Shojo Koga, Satoru
di Sendai, NorthEastern Japan Premenstrual Syndrome meningkat dengan kesakitan
Nagase, Nobuo Yaegashi.
2013 dengan 3 kriteria: PMDD, Questionare PTSD. Ada hubungan
PMS sedang-berat, PMS significan antara PMS &
“Premenstrual symptoms and PTSD diukue menggunakan The
posttraumatic stress disorder in ringan PMDD dengan bencana alam.
Japanese High School students Japanese Language version of
9 months after the great Eas- impact of event scale-revised 3,6% mengalami PMDD,
Japan Earthquake”
10,8% PMS sedang-berat dan
Mari Kitamura, Takashi 1431 siswi SMU di Sendai PMS diukur dengan Prevalensi PMS/PMDD
Takeda, Shoko Koga, Satoru,
Japan Premenstrual Syndrome meningkat dengan adanya
Nobuo Yaegashi. 2012
Questionare dismenorhea. 11,3%
“Relationship between
mengalami PMS sedang-berat,
premenstrual symptoms and
dysmenorrheal in Japanese 3,2% mengalami PMDD.
high school students”
Gejala umumnya cemas/
Arch Womens Ment Health tegang (67,4%), marah/
iritabilitas (62,7%), kesulitan
konsentrasi (60,4%), PMS
merusak keefisienan dan
keefektifan kerja,
tanggungjawab rumah (52,9%),
aktifitas kehidupan social
(24,5%) dan hubungan teman
Cross national web based - PMS/ PMDD diukur dengan Prevalensi PMDD (4,9%),
survey, sampel 1477 wanita DRSP prospektif 2 siklus sedang-berat (30,2%), PMS
usia 15-45 tahun. Study menstruasi. ringan (56,7%), Bukan PMS
dilakukan di wilayah Austria, (8,3%).
- Kerusakan produktifitas kerja
Brazil, Germany, Spain.
dan absen diukur dengan - PMS sedang-berat merusak
Lothar A.J.Heinemann, Thai
WPAI (Work productivity produktifitas khususnya
Do Minh, Anna Filonenko,
Kerstin Uhl Hochgraber. and Activity Impairment) aktifitas sehari-hari (odds
(2010).
ratio 3,19) menggunakan
“Explorative evaluation of the WPAI.
impact of severe premenstrual
disorders on work absenteeism - Menggunakan PSST odds
and productivity”
ratio 5,03.
Women’s Health Issues
- PMS sedang-berat
meningkatkan absensi kerja
> 8 jam(1 hr kerja/ bulan),
15,9% di Brazil, 14,2% di
semua negara
8. Hormonal regimens
Adrianne Bendich (2000) Review Rekomendasi : Bukti scientis dalam efikasi dan
keamanan suplemen khusus untuk
“ The potential for dietary - Suplemen Calsium jangka
PMS:
supplements to reduce panjang bermanfaat untuk
premenstrual syndrome tulang dan mengurangi 1. Calsium
(PMS) symptoms” gejala PMS (10%)
2. Manganese
- Magnesium dan vitamin E
3. Magnesium
dapat mengurangi gejala
Journal of the American
PMS, tapi dibutuhkan 4. Vitamin B6
College of Nutritionk
penelitian lebih lanjut dalam
5. Vitamin E
kelompok besar.
6. Suplemen karbohidrat
- Vitamin B6 masih sedikit
Maria Kleinstauber, Michael, Meta analisis 6 artikel psikoterapi intervensi, 1. Penelitian selanjutnya
Witthoft, Wolfgang Hiller. dan seharusnya menggunakan
Membandingkan treatment
(2012). prosedur diagnostic yang
psikoterapeutik dan psiko 16 artikel psikofarmako terapi
kualitas tinggi termasuk
Sarah Canning, Mitch Sistematik review Rekomendasi: Bukti positif yang paling
Waterman, Louise Dye. bermanfaat adalah Calsium dan
2 studi Calsium, 4 - 2 design yang bagus adalah
(2006). vitamin B6 secara kontinue
magnesium, 10 B6, 4 evening calcium. Penggunaan
primrose oil, 4 agnus castus, 1 supplemen calcium selam 3
gingki biloba, 1 St. John’s siklus dapat mengurangi
“Dietary supplements and
Wort. gejala PMS.
herbal remedies for
premenstrual syndrome - Bukti positif juga pada
(PMS): a systematic research vitamin B6 (odds ratio 2,32
Alison P. Christensen, Tian Group factorial design. Di Sampel: Baik CBT dan IFT efektif
P.S. Oei follow up di bulan ke 6 dan 12 menurunkan gejala PMDD
1. CBT : 24
treatment seperti cemas, depresi, pikiran
“The efficacy of cognitive
2. IFT : 9 negative dan perubahan fisik.
behavior therapy in treating CBT: kognitif terapi (Beck),
premenstrual dysphoric terapi rasional emosi (Ellis),
change” coping skill model
development (Sank &
Journal of affective disorders.
Shaffer).
Fiona Blake, Paul Salkovskis, Controlled trial. Rekomendasi : CBT efektik menurunkan gejala
Dennis gath, Ann Day, PMS khususnya gejala emosional
Sampel memenuhi daily Penelitian selanjutnya focus
Adrienne garrod. (1997). seperti cemas, depresi disbanding
report selam 2 siklus membandingkan cognitive
kelompok tanpa pengobatan.
“Cognitive therapy for menstruasi, siklus mens terapi dengan treatmen
premenstrual syndrome: A teratur, riwayat gejala PMS 6 psikologis lain yang sebanding
controlled trial” bulan (agar sampel sebagai control (relaksasi)
Fiona Blake. (1995) Review Relevansi factor Definisi dan presentasi klinik Rangkuman terapi:
kognitif terhadap PMS dan
“Cognitive Therapy for Epidemiologi 1. Acceptance
bagaimana kognitif terapi
Premenstrual Syndrome”
dapat mengatasi gejala dan Etiology 2. Klarifikasi
Cognitive and Behavioral distress.
5. Behavioral experiments
Exercise Therapy
Amanda Daley Sistematically searching 4 studi yang di review. Semua studi melaporkan
relevant data based bahwa exercise intervensi
“Exercise and Premenstrual Rekomendasi ACOG bahwa
berhubungan dengan
Symptomatology: A aerobic dapat menurunkan
penurunan gejala PMS
Comprehensive Review” gejala PMS, namun
dibutuhkan penelitian RCT
yang berkualitas tinggi.
Journal of Women’s Health
John F. Steege, James A. Subjek adalah wanita Efek aerobic lebih banyak
Blumenthal premenopause usia 45-55 menurunkan gejala PMS
tahun. Sample melengkapi disbanding latihan berat.
“The effect of Aerobic Exercise
kuesioner di fase luteal dan
on Premenstrual Symptoms in
menjalani treatment selama 3
Middle- Aged Women: A
bulan, sample dipiluih secara
Preliminary Study
random.
Bloating/ weight (gembung/ berat) Menarik diri dari sosial Perasaan tak terkendali
Kesulitan konsentrasi
1. Gejala PMDD (tabel 2.2) banyak muncul di minggu sebelum menstruasi, berkurang
dengan datangnya menstruasi dan tidak muncul di minggu menstruasi selanjutnya.
Minimal 5 gejala PMDD muncul di hamper siklus menstruasi sekurang-kurangya
selama 1 tahun.
2. Gejala tampak nyata mengganggu hubungan dengan orang lain, atau aktifitas social
biasanya.
3. Gangguan ini bukan semata-mata akibat buruk dari gangguan fisik atau mental yang
lain.
1. Beberapa gejala emosional, perilaku dan fisik muncul pada fase luteal.
2. Gejala reda dengan datangnya menstruasi dan sisa gejala minimal 1 minggu di fase
folikular.
4. Gejala tidak berhubungan dengan gangguan fisik dan mental lainnya, jika muncul,
maka seharusnya menjadi focus pengobatan primer.
1. Gejala dikaji awal pada fase post dan premenstrual siklus untuk menentukan “baseline
symptom level”
Tegang