Anda di halaman 1dari 23

UNIVERSITAS GADJAH MADA

SEKOLAH VOKASI/TEKNIK SIPIL


Jalan Yacaranda Sekip Unit IV Bulaksumur

Buku 2: RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)
Modul Pembelajaran Pertemuan ke 6

PERKERASAN JALAN
IV/2/PDTS 1212
oleh
1. Dr. Eng. Iman Haryanto, ST., MT.
2. Heru Budi Utomo, MT.

Didanai dengan dana


Hibah Pembelajaran Berbasis Riset P3-UGM
Tahun Anggaran 2012

Desember 2012

1
I. Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM)
Media Ajar
Pertemuan ke

Topik
Aktivitas
Tujuan Ajar/ (pokok, Metode

Audio/Video
Metode Ajar Aktivitas Dosen/ Sumber

Presentasi

Soal-tugas
Keluaran/ subpokok Evaluasi dan

Gambar
(STAR) Mahasiswa Nama Ajar

Teks

Web
Indikator bahasan, alokasi Penilaian
Pengajar
waktu)

6 Dapat melakukan Ruang lingkup mix    -  - Hasil tugas Mahasiswa (1) Baca buku Menjelaska Buku ajar
mix design beton design beton aspal: Skoring 0- mendengarkan ajar sebelum n materi
aspal (1) sifat-sifat dan kuliah, (2) kuliah,
volumetrik, (2)
100 memberikan Mendengar- memandu
stabilitas, (3) flow, komentar, kan (3) diskusi
(4)MQ, (5) KAO berdiskusi serta bertanya dan
berlatih soal menjawab (4) Pengajar:
Waktu: 2 × 50 menit berlatih Iman
menghitung Haryanto
mix design
beton aspal

2
BAB V

PERENCANAAN CAMPURAN KERJA

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan pengertian campuran kerja, persyaratan teknis campuran

beraspal, metode perencanaan campuran kerja untuk campuran beraspal dan

metode perencanaan campuran kerja untuk beton.

2. Relevansi
Campuran kerja terdiri dari agergat dan aspal atau semen-air. campuran kerja

harus memperhatikan karakteristik bahan susunnya. Sifat-sifat teknis campuran

kerja untuk campuran beraspal atau beton berpengaruh terhadap kinerja struktural

perkerasan jalan. Oleh karena itu, bab ini berkaitan dengan bab-bab lain dalam

bahan ajar ini.

3. Tujuan Instruksional Khusus


Pada akhir kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertian

campuran kerja, persyaratan teknis campuran beraspal, metode perencanaan

campuran kerja untuk campuran beraspal dan metode perencanaan campuran kerja

untuk beton.

B. PENYAJIAN

1. Pengertian Resep Campuran Kerja


Campuran beraspal atau beton dibuat dengan material yang tersedia di

lapangan. Variasi sifat-sifat teknik agregat, aspal, dan semen cukup luas sesuai

lokasi proyek dan tidak selalu dapat langsung memenuhi persyaratan teknis yang

ditetapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan tahap coba-coba untuk menemukan

komposisi campuran beraspal atau beton yang memenuhi persyaratan teknik.

Komposisi campuran beraspal atau beton yang telah memenuhi persyaratan teknik
disebut resep campuran kerja. Proses perencanaan resep campuran kerjadisebut

perencanaan campuran. Resep campuran kerja herupa komposisi fraksi-

fraksiagregat yang menghasilkan spesifikasi gradasi dan proporsi bahan ikat, dalam

hal ini % aspal atau rasio semen-air.

2. Sifat-sifat Teknis Campuran Beraspal


Campuran beraspal yang lazim digunakan untuk perkerasan jalan di

Indonesia adalah campuran beraspal panas (hot mixed asphalt). Campuran beraspal

panas diperoleh dari pencampuran agregat panas dan aspal keras yang dipanaskan

sehingga kondisinya cair dengan kekentalan tertentu. Agergat perlu dipanaskan

agar benar-benar kering dari air. Persyaratan kering dari air penting sekali karena

ikatan antara aspal-agergat dapat terganggu dengan adanya air. Persyaratan

kekentalar, aspal harus dipenuhi supaya diperoleh aspal dapat rnelapisi agergat

selama pencampuran dan pemadatan berlangsung.

Perencanaan rumus campuran kerja dilaksanakan di laboratorium dan

selanjutnya diadakan simulasi di pabrik (asphalt mixitig plant). Simulasi di pabrik

harus dilakukan karena pencampuran di dalam pabrik tidak sama persis dengan

pencampuran beraspal yang di lakukan di laboratorium. Setelah pencampuran

agregat dan aspal di mixing plant selesai dilakukan selanjutnya diangkut ke lokasi

pekerjaan dan segera dihamparkan sampai didapat lapisan yang seragam. Dalam

kondisi masih panas, lapisan tersebut segera dipadatkan untuk mendapatkan

lapisan yang rata dan padat. Mula-mula dilaksanakan percobaan pemadatan (trial

mix)untuk menentukan jumlah gilasan pemadatan mesin pemadat yang diperlukan

untuk mencapai persyaratan kepadatan. Selama persyaratan suhu pemadatan masih

terpenuhi, uji coba pemadatan terhadap resep campuran kerja biasanya dapat

memenuhi persyaratan teknis. Jika persyaratan kepadatan terpenuhi maka resep

campuran kerja dapat diterima sehingga produksi campuran beraspal di asphalt

mixing plant dan pekerjaan pemadatan dapat dilanjutkan. Namun apabila ternyata

uji coba tersebut tidak berhasil memenuhi persyaratan kepadatan, maka mau tidak

4
mau resep campuran kerja harus diubah atau dikoreksi lagi.

Perencanan campuran beraspal dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan

teknis, sehingga campuran beraspal yang dihasilkan memiliki kecukupan stabilitas

(stability), keawetan (durability), kecukupan kelenturan (flexibility), kecukupan

kekedapan (impermeability), mudah dikerjakan (workability), tahan terhadap

kelelahan (fatigue resistance), kekesatan yang cukup (skid resistance).

Stability, yaitu kemampuan untuk menahan deformasi akibat beban yang diderita.

Ketidakstabilan perkerasan ditandai dengan adanya alur (rutting)dan

keriting(corrugation). Stability perkerasan tergantung pada kohesi dan internal

friction.

Durability, yaitu kemampuan untuk menahan disintegrasi oleh perubahan cuaca

maupun beban lalulintas. perubahan cuaca bisa mengakibatkan perubahan

karakteristik aspal, antara lain karena oksidasi, kerusakan oleh air dan lain-lain.

Flexibility, yaitu kemampuan untuk dapat mengikuti perubahan bentuk akibat beban

berulang yang diterima.

Fatigue resistance, yaitu ketahanan lapis perkerasan untuk menahan beban roda yang

berulang.

Skid resistance, yaitu kemampuan perkerasan dalam kondisi basah untuk

menghindari terjadinya slipping.

Impermeability, yaitu kemampuan lapis perkerasan untuk menahan masuknya air

atau udara ke dalam perkerasan.

Workability, yaitu kemudahan dalam pelaksanaan konstruksi, meliputi

pencampuran, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan.

Sifat-sifat teknis tersebut bernilai kualitatif. Agar kualitas sifat-sifat tersebut

dapat dipenuhi dalam perencanaan campuran beraspal maka dikeluarkan

spesifikasi teknik. Spesifikasi teknik berisi nilai-nilai parameter-parameter yang

ditinjau. Bina Marga (sekarang menjadi bagian Departemen Permukiman dan

Prasarana Wilayah) menetapkan sifat-sifat Marshall sebagai parameter dalam

spesifikasi teknik. Dinamakan sifat-sifat Marshall karena sifat-sifat tersebut

5
diperoleh dari sampel yang disiapkan dengan prosedur dan peralatan pemadatan

serta kemudian diuji dengan mesin yang dikembangkan oleh Bruce Marshall dari

USA. Secara rinci persyaratan teknik campuran terdiri dari stabilitas, kelelehan, dan

parameter volumetrik (yaitu Voids In the Mixtures (VIM), Voids in Mineral Aggregates

(VMA) dan Voids Filled with Bitumens (VFB). Di USA sendiri telah dikembangkan

spesifikasi baru yang disusun oleh SHRP (Strategic Highway Research Project).

Spesifikasi tersebut tidak lagi mendasarkan pada sifat-sifat Marshall tetapi

parameter volumetrik dan parameter mekanis misalnya kekakuan.

3. Prosedur Pencampuran Aspal di Laboratorium


Tahap Penyiapan dan Pengujian Material serta Penyiapan Peralatan. Tahap

penyiapan dan pengujian material dimaksudkan untuk mengevaluasi agregat dan

bitumen. Prosedur pengujian material mengikuti SNI. Apabila standaryang

diperlukan ternyata belum terdapat pada SNI maka penelitian dirujukkanpada

ASTM atau AASHTO. Material yang tidak memenuhi persyaratan, tidak digunakan

untuk penibuatan briket.

a) Evaluasi agregatyang terdiri dari : fraksi kasar, agregat halus dan bahan
pengisi. Sifat-sifat teknis agregat yang diuji adalah :
Tabel 5.1. Sifat-sifat teknis agregat dan persyaratannya

Sifat (Satuan) Metoda Uji Nilai


Ketahanan agregat dengan alat Maksimum
SNI 03-4426-1997
tumbuk (%) 30
Keausan agregat dengan mesin abrasi Maksimum
SNI –03-2417-1991
LosAngeles (%) 40
BJ agregat kasar SNI 03-1969-1990 Minimum 2,5
Penyerapan (%) SNI 03-1969-1990 Maksimum 3
BJ agregat halus SNI 03-1970-1990 Minimum 2,5
Nilai SE abu batu (%) SNI 03-4428-1997 Minimum 60
BJ bahan pengisi SNI 15-2531-1991 -

Pemilihan agregat harus mempertimbangkan

 Ketersediaan (lokal)

 Ekononlis

6
 Kualitas

Setelah dievaluasi sifat-sifat teknis per fraksi agregat, selanjutnya dilakukan

pencampuran agregat. Campuran fraksi-fraksi agregat kemudian dihitung nilai

BJ campuran agregat. Rumus untuk menghitung BJ campuran agregat adalah :

........................................................................................ (5.1)

dengan

Gsb : berat jenis bulkcampuran agregat

P1, P2, …, Pn : persentase berat dari komponen agr. 1, 2, ... n

G1,G2,...,Gn : berat jenis bulk dari masing-masing agr.1, 2, ..., n

b) Evaluasi bitumen. Sifat-sifat teknis aspal yang dinilai adalah :


Tabel 5.2. Sifat-sitat teknis aspal dan persyaratannya
Nilai Spesifikasi
Jenis Pengujian (Satuan) Metoda Uji
pen 60/70
Penetrasi : 25°C, 5 detik, SNI-06-2456-1991 60-79
100gram(dmm)
Titik lembek, (°C) SNI-06-2434-1991 48-58
Titik nyala, (°C) SNI-06-2433-1991 Minimum 200
Kehilangan berat :163 °C, 5 jam, SNI-06-2440-1991 Maksimum SO
(%berat)
Kelarutan dalam C,HC13 (% ASTM D 2041 Minimum 99
Daktilitas : 25°C, 5 cm/menit, SNI-06-2432-1991 Minimum 100
(cm)
Penetrasi dari residu, (% semula) SNI-06-2456-1991 Minimum 54

Tabel 5.2. Sifat-sifat teknis aspal dan persyaratannya (lanjutan)


Mai Spesifikasi
Jenis Pengujian (Satuan) Metoda Uji
Pen 60/70
Berat jenis (25°C) SNI-06-2441-1991 Minimum 1
Daktilitas setelah kehilangan SNI-06-2432-1991 Minimum 50
berat25°C, 5 cm/menit, (cm)
Viskositas AASHTO T 72-90 -

Uji viskositas dirnaksudkan untuk mencari suhu pencampuran dan suhu

pemadatan. Suhu pencampuran adalah suhu pada saat viskositas aspal mencapai

170 ± 20 cSt. Suhu pemadatan adalah suhu pada saat viskositas aspal mencapai

7
280 ± 30 cSt.

c) Peralatan utamaberupa alas pemadat dan mesin uji marshall untuk mengukur nilai
stabilitas dan kelelehan briket yang telah dipadatkan.
Pengujian Campuran Beraspal yang terdiri dari :
a) Pencampuran agregat panas dan aspal cair panas.
b) Pemadatan Marshall sejumlah jumlah tumbukan Marshall yang sesuai kategori
lalulintas rencananya. Variasi tumbukan Marshall terdiri dari 2 × 35, 2 × 50, 2 ×
75tumbukan.
c) Jumlah benda uji yang dipersiapkan sesuai dengan jumlah variasi kadaraspal. Untuk
campuran beraspal jenis Hot Rolled Asphalt (FIRA) biasanya dilakukan uji coba
terhadap enam variasi kadar aspal sesuai tipe HRA yang dipilih. Untuk jenis aspal
beton, jumlah uji coba sampel adalah enam variasi kadar aspal, yaitu P est, Pest, ± 0,5 %,
Pest ± 1 % dan Pest– 1,5 %. Nilai Pest, dihitung dari persamaan berikut :
Pest = 0,035 × CA + 0,045 × FA + 0,18 × FF + Konstanta ..................(5.2)

Nilai konstanta untuk laston adalah 0,5 – 1.


d) Perhitungan sifat-sifat volumetrik campuran beraspal yang terdiri dari kepadatan,
kadar aspal terserap, VMA, VIM dan VFA. Konsep perhitungan campuran beraspal
disajikan pada Gambar 5.1 berikut.

Gambar 5.1 campuran Aspal Beton setelah Dipadatkan

Keterangan :

Va : volume udara/pori = VIM

Vma : volume pori antar butir agregat

Vmb : volume bulk campuran yg telah dipadatkan

8
Vmm : volume campuran tanpa volume udara

Vb : volume aspal

Vba : volume aspal yang terabsorbsi

Vsb : volume bulkagregat

Vse : volume agregat efektif

Rumus-rumus untuk menghitung sifat-sifat volumetrik diberikan pada

persamaan-persamaan berikut.
 Kadar aspal terserap :

....................................................................... (5.3)

dengan

Pba : aspal yg diserap, persen dari berat agregat

Gsb : berat jenis bulk campuran agregat

Gse : berat jenis efektif dari total agregat.

Dimana Gse dihitung sebagai berikut :

...................................................................................... (5.4)

dengan

Wmm, Vmm : berat dan volume campuran sebelum dipadatkan

Wb, Vb : berat dan volume aspal dalam campuran

.................................................................... (5.5)

dengan adalah BJ air (1 g/ml)

 BJbulk campuran beraspal :


Nilai ini ditentukan melalui rasio berat di udara dengan volume bulk. Ada

beberapa cara, salah satunya dengan menyelimuti benda uji dengan peraffin

sebelum ditimbang di air.

9
............................................................................... (5.6)

dengan

Gmb : BJ bulk campuran padat

Wm : berat benda uji padat (tanpa selimut paraffin)

: vol bulk benda uji padat + vol paraffin

Vp : volume selimut paraffin

............................................................ (5.7)

Cara lain adalah tanpa menyelimuti benda uji dengan paraffin, tetapi dengan

menggunakan berat kering permukaan jenuh (Wmssd), dengan rumus :

................................................................................ (5.8)

 Analisa kepadatan dan pori (density-voids)yang dilakukan sebagai berikut :

Nomor
Parameter Rumus Persama
an
 Berat campuran beraspal W = 100 Gmb (5.9)
 Berat aspal (5.10)

 Berat agregat (5.11)


 Berat aspal terabsorbsi (5.12)

 Volume aspal (5.13)

 Volume aspal terabsorpsi (5.14)

 Volume agregat (5.15)

 Rongga udara dalam campuran (VIM) (5.16)


 Rongga dalam mineral agregat (5.17)
(VMA)

10
 Berat jenis maksimum (teoritis) campuran beraspal yaitu BJ campuran

beraspal tanpa pori.

Nilai BJ maksimum teoritis dihitung dengan persamaan berikut.

................................................................ (5.18)

atau

............................................................................... (5.19)

 Kadar aspal efektif

Kadar aspal efektif adalah kadar aspal total tanpa jumlah aspal yang terserap

agregat. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kadar aspal efektif

adalah :

..................................................................................... (5.20)

yang kemudian dapat dikembangkan menjadi :

............................................................... (5.21)

e) Pengukuran stabilitas dan kelelehan campuran beraspal dengan mesin uji Marshall.
f) Penentuan kadar aspal optimum, yaitu kadar aspal yang dinilai memenuhi semua
kriteria sifat-sifat Marshall sesuai spesifikasi teknis yang diacu, misalnya persyaratan
VIM, VMA, VFA, stabilitas, kelelehan dan stabilitas sisa.
Contoh Perhitungan Campuran Beraspal

Berikut ini diberikan contoh perhitungan campuran beraspal

menggunakan persamaan- persamaan di atas dari contoh data yang tersedia.

Contoh data :
a) BJ aspal dan agregat serta proporsi agregat sesuai fraksi
Berat Jenis Prosentase thd
Material
Apparent Bulk berat total campuran

11
Asphalt Cement, 85 – 100 1,010 - 6,96
Agregat kasar - 2,604 51,45
Agregat halus - 2,723 34,24
Filler/pengisi 2,701 - 7,35

b) Pengukuran berat campuran sebelum dipadatkan


 Berat bersih campuran di udara (Wmm) : 1260,0 g

 Berat bersih labu diisi air (W1) : 2001,0 g

 Berat bersih labu, sampel dan air (W2) : 2744,9 g


c) Pengukuran berat campuran setelah dipadatkan
 Berat campuran padat (Wm) : 1174,7 g

 Berat campuran padat dilapisi parafin (Wmp) : 1219,9 g

 Berat campuran padat berlapis parafin di dalam air (Wmpw) : 668,6 g

 Berat jenis parafin (Gp) : 0,9

 Berat campuran di dalam air (Wmw) : 679,8 g

 Berat campuran tiering permukaan jenuh (Wmssd) : 1 179,9 g

Contoh langkah-langkah perhitungan :

1) Perhitungan BJ total agregat

Rumus yang digunakan adalah persamaan 5.1 untuk menghitung G sb,

sehingga hitungan menjadi:

2) Kadar aspal terserap agregat

Mula-mula digunakan persamaan 5.5 untuk menghitung V mm,

sehinggahitungan menjadi :

Kemudian digunakan persamaan 5.4 untuk menghitung G se, sehingga

hitungan menjadi :

12
Kemudian digunakan persamaan 5.3 untuk menghitung P ba, sehingga

hitungan menjadi :

3) Perhitungan BJ bulk campuran beraspal dengan menggunakan persamaan 5.7

sehingga diperoleh hasil hitungan :

4) Perhitungan kepadatan dan pori (density-voids) yang dilakukan sebagai

berikut :
 Perhitungan berat (persamaan 5.9)

 Perhitungan berat aspal (persamaan 5.10)

 Perhitungan berat agregrat (persamaan 5.11)

 Perhitungan berat aspal terabsorpsi (persamaan 5.12)

 Perhitungan volume aspal (persamaan 5.13)

 Perhitungan volume aspal terabsorpsi (persamaan 5.14)

 Perhitungan volume agregat (persamaan 5.15)

13
 Perhitungan VIM (persamaan 5.16)

 Perhitungan VMA (persamaan 5.17)

5) BJ maksimum campuran beraspal

Nilai ini dihitung dengan persamaan 5.18 sehingga diperoleh :

atau dihitung dengan persamaan 5.19 sehingga diperoleh :

6) Kadar aspal efektif

Nilai kadar aspal efektif dihitung dengan persamaan 5.21

4. Sifas-sifat Teknis Beton untuk Perkerasan Jalan


Perencanaan rumus campuran kerja dilaksanakan di laboratorium dan

selanjutnya diadakan simulasi di pabrik (asphalt mixing plant). Simulasi di pabrik

harus dilakukan karena pencampuran di dalam pabrik tidak sama persis dengan

pencampuran beraspal yang di lakukan di laboratorium. Setelah pencampuran

agregat air dan semen di concrete mixing plant selesai dilakukan selanjutnya diangkut

ke lokasi pekerjaan. Sesampai ditempat tujuan, campuran segar betondihampar dan

dipadatkan dengan pemadat getar. Hasilnya kemudian ditunggu sampai dengan 28

hari. Hal tersebut dimaksudkan untuk menunggu beton membentuk kekuatan

akhir. Setelah itu, dilakukan core drill pada struktur atau diuji secara non destruktive

test. Jika dilakukan secara core drill selanjutnya harus diuji dengan uji tekan silinder.

Jika persyaratan kekuatan tekan terpenuhi maka resep campuran kerja dapat

diterima sehingga produksi campuran beton di concrete mixing plant dan pekerjaan

pemadatan dapat dilanjutkan. Jika persyaratan teknis tersebut tidak dipenuhi maka

14
perencanaan campuran kerja harus diulang dan konstruksi semula harus dibongkar.

Sifat-sifat teknis yang penting untuk campuran beton adalah kekuatan tekan,

kekuatan tarik, kekuatan lentur, keawetan, permeabilitas, tahanan terhadap abrasi,

workability, harshness dan perubahan volume. Deskripsi sifat-sifat teknis adalah

sebagai berikut :
a) Kekuatan tekan yaitu tekanan maksimum yang dapat ditahan silinder beton setelah 28
hari. Kekuatan tekan diperoleh dari beban maksimum yang dapat ditahan silinder dibagi
luas penampang silinder beton. Kekuatan tekan beton penting karena beton terutama
mampu menahan beban tekan.
b) Kekuatan tank beton sebenarnya jauh lebih rendah dibandingkan kekuatan

tekannya yaitu sekitar 10 %. Kekuatan tarik dilihat karena beban kendaraan

menimbulkan tegangan dan regangan tarik pada slab beton. Regangan tarik

pada beton juga dapat terjadi akibat perubahan volume beton. Namun untuk

regangan tank yang disebabkan oleh beban kendaraan biasanya diatasi dengan

pemasangan tulangan pada pelat beton.

c) Kekuatan lentur atau modulus rupture (Mr). Kekuatan lentur diperoleh dari uji

lentur. Secara kasar nilai kekuatan lentur dapat dikaitkan dengan kekuatan tekan

juga dan dirumuskan sebagai berikut.

Mr = 0,7 × (kekuatan tekan) Mpa........................................................ (5.22)

atau

Mr = 8,4 × (kekuatan tekan) psi...........................................................(5.23)

Kisaran kekuatan lentur beton adalah 15 % dari kekuatan tekannya.

d) Keawetan adalah tahanan beton terhadap beragam kondisi yang menimbulkan

disintegrasi. Sifat keawetan harus dipertimbangkan karena terdapat sejumlah

reaktif yang terpengaruhi sifat kembang susut.

e) Permeabilitas adalah sifat kedap air. Semakin porous campuran beton, semakin

mudah aliran udara atau air melalui material beton. Terdapat indikasi bahwa

permeabilitas terkait dengan keawetan.

15
f) Tahanan terhadap abrasi. Sifat ini penting karena beban dan orientasi roda

kendaraan akan menimbulkan pengausan pada permukaan beton. Tahanan

terhadap abrasi dinilai dari depth of wear (mm).

g) Workability menunjukkan konsistensi atau plastisitas atau kemudahan

penghamparan beton tanpa segregasi atau bleeding. Segregasi adalah pemisahan

agregat kasar dari mortar. Bleeding adalah perpindahan atau pergerakan air ke

permukaan beton. Bleeding dapat mengakibatkan rasio semen air di permukaan

beton menjadi meningkat sehingga mengakibatkan lapisan yang lemah.

Segregasi atau bleeding dapat disebabkan kelebihan getaranakibat pemadatan

selama penghamparan, terlalu banyak air atau perencanaan campuran beton

yang jelek. Secara umum dikatakan bahwa penambahan air akan meningkatkan

workability. Workability harus memadai untuk menjamin bahwa beton setelah

dihamparkan selanjutnya dapat dipadatkan dengan mudah dan memadai yaitu

kadar air minimum yang memungkinkan beton dapat dihampar dan kemudian

mengental dan bertahan dengan stabil terhadap vibrasi pemadat.

h) Harshness adalah indikasi kualitas penyelesaian beton. Harshness hampir mirip

dengan skid resistance pada perkerasan lentur.

i) Perubahan volume disebabkan perubahan suhu. Perubahan volume dapat

disebabkan oleh perubahan panjang, penyusutan dan creep.

5. Prosedur Pencampuran Beton


Prosedur perencanaan campuran beton menurut ACI adalahs sebagai

berikut :
1. Dipilih nilai Slamuntuk konstruksi jenis perkerasan atau pelat (slab)yaitu 25 mm – 75
mm.
2. Dipilih ukuran nomimal agregat yang ekonomis sesuai ketersediaan bahan diagregat
crushing plant. Sebagai kriteria, ukuran nominal agergat sebaiknya nilai maksimum dari
1/5 lebar cetakan, 1/3 dari ketebalan slab dan ¼ dari jarak antar tulangan.
3. Dipilih ketentuan kebutuhan air dan jumlah pori udara berdasarkan ukuran nominal
agregat sesuai tabel berikut.

16
Tabel 5.3. Estimasi air untuk campuran beton dan persyaratan kadar udara
Air (kg/m) sesuai ukuran nominal agregat
Slam (mm)
9,5 12,5 19 25 37,5 50 75 150
Non Air entrained concrete
25 – 50 207 199 190 179 166 154 130 113
50 – 75 228 216 205 193 181 169 145 124
Perkiraan entrapped air ( ) 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2
Air entrained concrete
25 – 50 181 175 168 160 150 142 122 107
50 – 75 202 193 184 175 165 157 133 119
Kadar udara yang direkomendasikan ( )
Kontak udara luar ringan 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1
Kontak udara luar sedang 6 5,5 5 4,5 4,5 4 3,5 3
Kontak udara luar inensif 7,5 7 6 6 5,5 5 4,5 4

4. Dipilih rasio air-semen berdasarkan estimasi kekuatan tekan atau kondisi kontak dengan
udara luar (exposure) dari tabel berikut.

Tabel 5.4. Estimasi kekuatan rerata untuk beton


Rasio air-semen (berdasarkan massa) untuk kriteria kuat desak
Kekuatan desak
Non air entrained concrete Air entrained concrete
setelah 28 hari
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70

Tabel 5.5. Rasion air semen maksiumum sesuai kondisi lingkungan


Struktur yang basah terus
Struktur yang kontak
menerus, atau sering kontak
Tipe struktur dengan air laut atau
dengan kembang susut akibat
sulfat
saldu dan panas
Bagian yang tipis (rel, kerb, sills, 0,45 0,4
ledges, pekerjaan ornamental) atau
pekerjaan yang kurang selimut
betonnya kurang dari 1 inchi
Struktur lain selain di atas 0,5 0,45

5. Dihitung kadar semen berdasarkan nilai rasio air-semen (langkah 4) dan estimasi
kebutuhan air (langkah 3).

6. Diperkirakan proporsi agregat kasar dari tabel berikut.


Tabel 5.6. Estimasi volume agregat kasar kering per unit volume beton

17
Volume agregat kasar kering per unit volume
beton untuk beragam nilai Fineness modull
agregat halus
Ukuran nominal
2,4 2,6 2,8 3
agregat(mm)
9,5 0,5 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19 0,66 0,64 0,62 0,6
25 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,8 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81

7. Diperkirakan massa agregat halus dari tabel massa beton segar berikut
Tabel 5.7. Estimasi massa agregat halus
Perkiraan awal massa beton sear per kg, /m3
Ukuran nominal
Non air entarinedconcrete Air entarined concrete
agregat (mm)
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
37,5 2410 2350
50 2445 2345
75 2490 2405
150 2530 2435

8. Dihitung ulang proporsi agregat halus, agregat kasar, semen dan air berdasarkan nilai
absorpsi agregat halus.
9. Dihitung kebutuhan pembuatan silinder uji desak beton.
10. Dilakukan uji coba campuran beton di batch-batch. Pada proses ini diukur nilai Slam,
kadar rongga, kepadatan dan kekuatan tekan. Pada tahap ini dimungkinkan penambahan
dan pengurangan air untuk memenuhi persyaratan Slam. Jika terdapat koreksi terhadap
jumlah air semula maka dilakukan perhitugan ulang.
11. Selanjutnya dilakukan uji desak silinder beton jika diperlukan. Jika telah memenuhi
persyaratan maka, resep campuran kerja untuk beton dapat digunakan. Jika tidak maka
perlu dilakukan percobaan lagi misalnya dengan perubahan material.

6. Rangkuman
18
1) Resep campuran kerja adalah komposisi campuran beraspal atau beton yang

telah memenuhi persyaratan teknik. Proses perencanaan resep campuran kerja

disebut perencanaan campuran. Proses tersebut dilaksanakan secara coba-coba di

laboratorium dan bersifat empirik. Resep campuran kerja berupa komposisi

fraksi-fraksi agregat yang menghasilkan spesifikasi gradasi dan proporsi bahan

ikat, dalam hal ini % aspal atau rasio semen-air.


2) Penerapan resep campuran kerja dilapangan meliputi pembuatan resep campuran kerja di
pabrik/plant, baikasphalt mixing plant atau concrete, mixing plant. Setelah itu, campuran
diangkut ke lokasi proyekdengan truk untuk dihampar dan dipadatkan. Pada campuran
beraspal, mula-mula dilaksanakan percobaan pemadatan (trial mix)untuk menentukan
jumlah gilasan pemadatan mesin pemadat yang diperlukan utuk mencapai persyaratan
kepadatan. Jika persyaratan kepadatan terpenuhi maka resep campuran kerja dapat
diterima sehingga produksi campuran beraspal di asphalt mixing plant dan pekerjaan
pemadatan dapat dilanjutkan. Pada campuran beton, sesampai ditempat tujuan, campuran
segar beton dihampar dan dipadatkan dengan pemadat getar. Hasilnya kemudian ditunggu
sampai dengan 28 hari. Hal tersebut dimaksudkan untuk menunggu beton membentuk
kekuatan akhir. Setelah itu, dilakukan core drill pada struktur atau diuji secara non
destruktive test. Jika dilakukan secara core drill selanjutnya harus diuji dengan uji tekan
silinder. Jika persyaratan kekuatan tekan terpenuhi maka resep campuran kerja dapat
diterima sehingga produksi campuran beton di concrete mixing plant dan pekerjaan
pemadatan dapat dilanjutkan. Jika persyaratan teknis tersebut tidak dipenuhi maka
perencanaan campuran kerja harus diulang dan konstruksi semula harus dibongkar.
3) Perencanan campuran beraspal dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan teknis, berupa
stabilitas (stability), keawetan (durability), kelenturan (flexibility), kekedapan
(impermeability), mudah dikerjakan (workability), tahan terhadap kelelehan(fatigue
resistance), kekesatan yang cukup (skid resistance). Perencanaan campuran beraspal di
Indonesia lazim dilaksanakan sesuai prosedur Marshall.
4) Perencanaan beton dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan teknis, berupa kekuatan
tekan, kekuatan tarik, kekuatan lentur, keawetan, permeabilitas, tahanan terhadap abrasi,
workability, harshness dan perubahan volume. Perencanaan campuran beraspal dapat
dilakukan dengan prosedur AC1.

C. PENUTUP

19
1. Latihan Soal
1) Apakah yang dimaksud resep campuran kerja?

2) Jelaskan proses penerapan resep campuran kerja di lapangan!

3) Campuran beton aspal mengandung 2250 kg agregat dan 150 aspal per m3.

Absorpsi agregat 1.2 %. BJ bulk agregat = 2,67 dan BJ aspal = 1,05. Hitunglah

kepadatan, kadar aspal (total, efektif, terserap) dan sifat-sifat volumetrik (VIM,

VMA dan VFA).

4) Konstruksi perkerasan beton setebal 150 mm akan dibangun di daerah

yangterkena pengaruh air laut. Persyaratan kekuatan tekan sebesar 20 Mpa. Nilai

modulus offineness pasir = 2,8 dan memiliki nilai absorpsi 1,2 %. Agregatkasarnya

memiliki nilai absorpsi 1,6 %, kepadatan keringnya 1730 kg/m 3 dankadar air 3 %.

Jenis beton air entrained concrete. Rencanakan kebutuhan bahan untuk uji desak

silinder beton dan uji-uji lainnya bila diperkiran semua uji tersebut

membutuhkan 0,03 m3 campuran beton segar.

2. Petunjuk Penilaian
Setiap nomor pada latihan di atas berbobot 25 %. Kemampuan anda

menjawab soal dengan benar mencerminkan penguasaan materi yang telah

diberikan.

Jawaban yang benar Kategori Penguasaan Materi


< 25 % Kurang
25 % - 50 % Cukup
50 % - 75 % Baik
> 75 % Sangat Baik

3. Jawaban
1) Resep campuran kerja adalah komposisi campuran beraspal atau beton yang

telah memenuhi persyaratan teknik. Proses perencanaan resep campuran kerja

disebut perencanaan campuran. Proses tersebut dilaksanakan secara coba-coba di

laboratorium. Resep campuran kerja berupa komposisi fraksi-fraksi agregat yang

20
menghasilkan spesifikasi gradasi dan proporsi bahan ikat (% aspal atau rasio

semen-air).
2) Penerapan resep campuran kerja dilapangan meliputi pembuatan resep campuran kerja di
pabrik/plant. Setelah itu, campuran diangkut ke lokasi proyek dengan truk untuk
dihampar dan dipadatkan. Pada campuran beraspal, mula-mula dilaksanakan trial mix
untuk menentukan jumlah gilasan pemadatan mesin pemadat yang diperlukan utuk
mencapai persyaratan kepadatan. Jika persyaratan kepadatan terpenuhi maka resep
campuran kerja dapat diterima sehingga produksi campuran beraspal di asphalt mixing
plant dan pekerjaan pemadatan dapat dilanjutkan. Pada campuran beton, sesampai
ditempat tujuan, campuran segar beton dihampar dan dipadatkan dengan pemadat getar.
Hasilnya kemudian ditunggu sampai dengan 28hari. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menunggu beton membentuk kekuatan akhir.Setelah itu, dilakukan core drill pada
struktur atau diuji secara non destructive test. Jika dilakukan secara core drill selanjutnya
harus diuji dengan uji tekan silinder. Jika persyaratan kekuatan tekan terpenuhi maka
resep campuran kerja dapat diterima sehingga produksi campuran beton di concrete
mixing plant dan pekerjaan pemadatan dapat dilanjutkan. Jika persyaratan teknis tersebut
tidak dipenuhi maka perencanaan campuran kerja harus diulang dan konstruksi semula
harus dibongkar.
3) Diasumsikan volume = 1 m3.
Massa aspal terserap = 1,2 % × 2250 = 27 kg.
Massa aspal efektif (yang melapisi agregat) 150 – 27 = 123 kg.
Volume bulk agregat = 2250 (2,67 × 1000) 0, 843 m3.
Volume aspal efektif = 123 / (1,02 × 1000) = 0,1 17 m3.
Volume rongga berisi udara = I – (0,843 + 0,117) = 0,04 m3.
Kadar aspal = 150 / (2250 + 150) = 6,25 %.
Kadar aspal efektif = 123 / (2250 + 150) = 5,12 %.
Kadar aspal terserap = 27 / (2250 + 150) = 1,12
VIM = 0,04/1 =4%.
VMA = (0,04 0.117) / I = 15,7 %.
V FA = 0,1 17 (0,04 + 0,117) = 74,5 %.
4) Perhitungan dilakukan sebagai berikut :
a) Nilai slam = 25 – 27 inni.

21
b) Ketebalan slab 150 mm, sehingga maksimum ukuran nominal agregat sebesar = 1/3 ×
150 = 50 mm. Selanjutnya dipilih ukuran nominal agregat sebesar 37,5 mm (misalnya
dengan pertimbangan faktor ketersediaan bahan di lapangan).
c) Jumlah kebutuhan air untuk nilai-nilai slam 25 – 50 mm adalah 150 (lihat tabel 5.3).
d) Maksimum rasio air semen adalah 0,47 untuk kriteria kekuatan (lihat tabel 5.4) dan
0,45 untuk kriteria kondisi lingkungan (lihat tabel 5.5). Dipilih yang paling rendah
rasio air semennya yaitu 0,45. (Mengapa?)
e) Kadar semen = 150 × 0,45 = 333 kg/m3.
f) Estimasi awal volume kering agregat terhadap volume kering beton = 0,71 (lihat
Label 5.6). Sehingga massa agregat kasar = 0,71 × 1730 kg = 1228 kg.
g) Estimasi massa awal beton segar = 2350 kg, sehingga massa kering agregat halus =
2350 – (150 + 333 + 1228) = 2350 – 1711 = 639 Kg.
h) Dengan pertimbangan faktor absorpsi (agregat halus dan agregat kasar) maka
kebutuhan air perlu dikoreksi sebagai berikut :
q Akibat faktor absorpsi agregat halus, maka jumlah air yang nantinya akan

diserap agregat halus = 1,2 % × 639 = 7,7 kg.

q Faktor absorpsi agregat kasar 1,6 %. Oleh karena kadar air agregat kasar 3

% maka kelebihan air agregat kasar (3 %– 1,6 %) × 1228 kg = 17,2 kg.

q Koreksi proporsi campuran menjadi sebagai berikut.

 semen = 333 kg.

 air = 150+7,7 – 17,2 = 140 kg.

 Agregat halus leering = 639 kg.

 Agregat kasar (basah) = 1228 + (3 % × 1228) = 1265 kg.


i) Pengujian diperkirakan membutuhkan beton segar sebanyak 0,03 m3. Oleh karena itu
maka diperlukan bahan sebayak sebanyak :
 semen = 333 × 0,03 = 9,99 kg,

 air = 140 × 0,03 = 4,2 kg.

 Agregat halus leering = 639 kg × 0,03 = 19,2 kg.

 Agregat kasar (basah) = 1265 × 0,03 = 38,0 kg

22
23

Anda mungkin juga menyukai