A. RINGKASAN MATERI
1. ALAT PELINDUNG DIRI
Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk dipakai atau
digunakan oleh orang yang bekerja di laboratorium untuk melindungi
keselamatan dan kesehatannya dari resiko bahaya bahan kimia maupun operasi
kimia. Alat tersebut meliputi semua peralatan dan aksesoris tambahan yang
dirancang untuk memenuhi tujuan yang serupa. Menurut Per.08/Men/VIII/2010
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
a. Macam-macam alat pelindung diri
1) Pelindung mata dan wajah, meliputi:
a) Kacamata Pengaman (Safety Glasses)
Kacamata biasa tidak cukup memberikan perlindungan pada mata.
Alat pelindung mata harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh
American National Standards Institute (ANSI), Standart Z87.1-1989.
Pada bingkai kacamata biasanya akan tertera kode tersebut.
Gambar 2. Goggles
d) Pelindung Mata dari Sumber Cahaya yang Kuat (Eye Protection for
Intense Light Sources)
Sumber cahaya yang kuat antara lain dari proses pengelasan baik
las listrik maupun las gas, pembentukan kaca, pengelasan dan
pemotongan logam berbahan oksigen, patri, laser, dan lain-lain.
2) Pelindung Tangan (Hand Protection), meliputi:
a) Sarung tangan kain
22
b) Wearpack
Wearpack dikenakan ketika bekerja di lapangan ataupun kegiatan
dengan kondisi yang mengharuskan badan sepenuhnya tertutup oleh
APD.
Gambar 9. Wearpack
c) Apron
Apron juga merupakan alat pelindung badan. Pada beberapa tempat
kerja yang menggunakan api, ketentuan memakai sebuah apron
pelindung harus dibiasakan diluar baju kerja.
25
2) Aim atau Arahkan nozzle atau ujung hose yang kita pegang ke arah pusat
api.
posisi kita berdiri berlawanan dengan arah angin, karena angin akan
meniup kembali media yg kita semprotkan kearah kita berdiri. Sebaiknya
kita berdiri diposisi membelakangi arah angin selain untuk menghindari
tiupan hawa panas juga menghindarkan kita dari media yang kita
semprotkan kembali kearah kita.
Pertimbangan pemilihan alat pemadam api meliputi:
a) Kemungkinan ancaman kesehatan dan keselamatan yang
ditimbulkan oleh reaksi kimia antara bahan pemadam api dan
bahan yang terbakar atau ketika menggunakan alat pemadam api di
ruangan tertutup. Alat pemadam api dengan nozzle yang panjang
misalnya, bisa digunakan di ruangan tertutup.
b) Keadaan udara di tempat dimana alat pemadam api diletakkan.
Udara yang sangat dingin akan menyebabkan alat pemadam api
berbasis air menjadi tidak efektif. Lokasi dengan udara yang
korosif sebaiknya memilih alat pemadam api yang tahan terhadap
korosi atau dilengkapi dengan bahan untuk meminimalisir korosi.
c) Kemampuan fisik pengguna. Ukuran dan berat alat
pemadam api harus disesuaikan dengan kemampuan fisik
penggunanya. Jangan memilih alat pemadam api yang terlalu
berat.
d. Instalasi Alat Pemadam Api
Jika tidak dilengkapi dengan roda, pastikan bahwa alat pemadam api
portable dengan berat lebih dari 18 kg dipasang dengan tinggi alat dari tanah
maksimum 1,1 meter. Sementara alat pemadam api dengan berat hingga 18 kg
bisa dipasang dengan tinggi alat dari tanah maksimum 1,5 meter.
Hal berikut perlu diperhatikan berkaitan dengan pemasangan alat pemadam
api:
1) Alat hendaknya ditempatkan di tempat yang terlihat. Petunjuk pemakaian
dan identifikasi alat harus dapat terbaca dengan jelas.
37
2) Alat tersebut mudah dijangkau, yaitu tidak terhalang oleh mesin maupun
barang- barang lain.
3) Alat diletakkan di sisi koridor menuju pintu keluar, namun alat tersebut
tidak boleh menghalangi lalu lintas di koridor tersebut.
4) Alat diletakkan di tempat yang berpotensi sebagai sumber api namun
cukup jauh untuk dapat terjangkau api bila terjadi kebakaran.
5) Alat diletakkan di tempat yang tidak mendorong orang untuk
menggunakannya dengan resiko yang tidak semestinya, misalnya
menggunakan alat pemadam api jenis halon di ruangan tertutup.
6) Alat diletakkan di tempat dimana alat tersebut tidak akan rusak oleh
aktifitas kerja seperti lalu lintas truk, crane, maupun terkorosi oleh proses
kimia
7) Jika ditempatkan di luar ruangan, alat harus diletakkan di tempat yang
terlindung
8) Pada kasus dimana di dalam ruangan kecil dan atau tertutup tersimpan
barang yang mudah terbakar, alat pemadam api hendaknya diletakkan di
luar ruangan tersebut.
9) Alat pemadam api hendaknya diletakkan di dekat ruang penyimpanan
peralatan eletronik.
10) Di dalam kendaraan atau di area dimana alat pemadam api beresiko
mengalamai jarring atau vibration maka instalasi alat tersebut dilengkapi
dengan kurungan pengaman.
3. LARUTAN
a. pH Larutan
Hampir semua proses yang melibatkan air memerlukan pengukuran
pH. Kelangsungan hidup pada sebagian besar makhluk hidup tergantung
pada pH tubuh yang tepat. Pengukuran pH larutan diperlukan untuk
memperoleh data nilai pH yang akurat. Akurasi pH sangat penting agar
reaksi berjalan sempurna.
38
1) Larutan
Larutan adalah campuran fase cair yang homogen, baik dari molekul,
atom, ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan tersusun atas pelarut
(solvent) yang berupa cairan dan zat terlarut (solute) yang dapat
berupa gas, cairan, maupun zat padat. Larutan homogen mempunyai
komposisi yang seragam pada keseluruhan larutan. Larutan homogen
terbentuk dari gaya tarik-menarik molekul atau partikel zat terlarut dan
pelarut. Dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel-
partikel yang sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 nm.
2) Suspensi
Suspensi merupakan campuran heterogen dimana ukuran partikelnya
lebih besar dari 1000 nm, sebagian partikel akan mengendap di bagian
dasar campuran. Suspensi tampak keruh dan merupakan sistem multi
fase. Partikel dalam suspensi berukuran jauh lebih besar dibanding zat
terlarut dalam larutan sehingga dapat mengendap oleh gaya gravitasi.
Tidak seperti pada larutan, partikel dalam suspense dapat dilihat
dengan mata telanjang. Selain itu, partikel yang terdispersi dalam
suspense dapat dipisahkan dari media pendispersi dengan proses
penyaringan. Contoh suspensi: campuran terigu dengan air, tanah liat
dengan air, dan air sungai yang keruh.
3) Koloid
Koloid merupakan campuran heterogen dimana ukuran partikel
penyusun berada di antara larutan dan suspense, yaitu sekitar 1 –
1000 nm. Partikel pada koloid tersebar secara merata dalam
medium pendispersi yang dapat berupa padat, cair, maupun gas.
Tabel berikut merangkum sifat dan perbedaan larutan, koloid, dan
suspensi.
Dapat menghamburkan
Tidak dapat Dapat menghamburkan
cahaya atau menjadi
menghamburkan cahaya (efek Tyndall)
cahaya buram
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, maka sistem koloid
dapat dibedakan menjadi 8 jenis yaitu seperti yang ditunjukkan dalam tabel
berikut ini:
Fase Medium
No Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi
𝑛2
𝑥2 =
𝑛1 + 𝑛2
Jumlah fraksi mol pelarut dan zat terlarut:
𝑛1 + 𝑛2
𝑥1 + 𝑥2 = =1
𝑛1 + 𝑛2
Fraksi mol tidak tergantung pada suhu
4) Molaritas (M)
Didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam 1 liter
larutan, secara matematis didefinisikan sebagai:
jumlah mol zat terlarut
𝑀olaritas (M) =
volume larutan (L)
massa zat terlarut (gram)
Jumlah mol zat terlarut =
berat molekul (gram)
Molaritas dinyatakan dalam mol/L, tergantung pada suhu karena
mengandung fungsi volume.
5) Molalitas (m)
Didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut yang dilarutkan dalam 1 kg
pelarut.
jumlah mol zat terlarut
molalitas =
massa pelarut (kg)
Metode ini paling baik untuk menentukan konsentrasi larutan karena tidak
tergantung pada suhu.
6) Normalitas (N)
Dimana:
massa zat terlarut (gram)
jumlah gram ekuivalen zat terlarut =
berat ekuivalen zat terlarut (gram)
Kebasaan menunjukkan jumlah mol ion H+ yang dihasilkan oleh 1 mol
asam
berat molekul basa
berat ekuivalen basa =
keasaman
karena itu, pelarut dalam larutan tidak dapat mengakomodasi zat terlarut
berupa gas sehingga terbentuk gelembung gas. Jadi solubilitas gas di
dalam cairan menurun dengan peningkatan suhu.
∆𝑃 𝑃1° − 𝑃 𝑃1° − 𝑥2
= = = 𝑥2
𝑃1° 𝑃1° 𝑃1°
Jadi, penurunan tekanan uap relative besarnya sama dengan fraksi mol zat
terlarut (x2). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa penurunan tekanan
uap merupakan sifat koligatif karena tergantung pada konsentrasi zat
terlarut.
2) Kenaikan titik didih
Kenaikan titik didih disebabkan oleh adanya penambahan zat terlarut
nonvolatile ke dalam suatu pelarut. Zat tersebut menghalangi gerakan
molekul-molekul air atau molekul-molekul pelarut sehingga mempersulit
lepasnya molekul dari fase cair ke fase gas. Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
∆ = 𝑇 − 𝑇0
Dimana
T : titik didih larutan
To : titik didih pelarut murni
49
proporsional dengan penurunan tekanan uap dan fraksi mol zat terlarut.
Sehingga pada larutan encer
∆Tf ∞ P1° - P. Semakin besar tekanan uap (P1° - P), semakin tinggi
penurunan titik beku.
Penurunan titik beku bernilai proporsional dengan molalitas larutan ΔTf ∞
m, dengan menyertakan faktor konstanta diperoleh:
ΔTf = Kf m
Dimana Kf adalah konstanta proporsionalitas yang dikenal dengan
konstanta krioskopik atau konstanta penurunan titik beku. Dengan
memasukkan nilai molalitas, maka diperoleh:
Kf W2 Kf W2
∆Tf = → M2 =
M2W1 ∆TfW1
Jika m = 1 maka ΔTf = Kf. Konstanta krioskopik (K kg/mol)
didefinisikan sebagai penurunan titik beku yang disebabkan oleh
pelarutan 1 mol zat dalam 1 kg pelarut.
4) Tekanan Osmotik
Peristiwa osmosis adalah proses merembesnya pelarut dari larutan yang
lebih encer ke larutan yang lebih pekat atau dari pelarut murni ke suatu
larutan melalui membrane semi permeable. Jika kedua larutan mencapai
konsentrasi yang sama, osmosis akan berhenti atau dapat dihentikan
dengan memberi tekanan pada larutan pekat. Tekanan ini deisebut tekanan
osmotik. Menurut Van’t Hoff, besarnya tekanan osmotic untuk larutan
encer sebanding dengan molaritas larutan tersebut. Secara matematis
dinyatakan sebagai:
𝜋=𝑀𝑅𝑇
Dimana
π = tekanan osmotic (atm)
M = molaritas (mol/L)
R = tetapan gas = 0,082 L atm/ mol K
T = suhu
51
= (x l)x . (y l)y
= xx . yy . l (x+y)
l =
contoh :
l AgCl =
l Mg(OH)2=
Mengendap atau tidaknya AxBy, dapat dilihat dari harga (Ay+)x . (Bx-)y
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y < Ksp, maka AxBy belum mengendap
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y = Ksp, maka larutan mencapai jenuh
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y > Ksp, maka AxBy lewat jenuh atau telah
terjadi endapan.
4. LARUTAN STANDAR
a. Pengantar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui secara
akurat. Larutan tersebut dimasukkan di dalam buret dan digunakan untuk
mentitrasi larutan yang konsentrasinya belum diketahui (larutan sampel).
Larutan standar berfungsi sebagai referensi untuk menentukan konsentrasi
larutan. Fungsi lain dari larutan standar yaitu menstandarkan larutan
volumetrik. Larutan baku sekunder juga disiapkan dari larutan standar.
Pada proses kalibrasi instrument, diperlukan penggunaan larutan standar.
Larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer dapat disiapkan dengan
menimbang dan melarutkan larutan pada reagen yang akan direaksikan
dengan analit. Larutan standar primer harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
53
“N”; dan dapat dibuat baik dari suatu zat yang berfase cair maupun
dari suatu zat yang berfase padat. Apabila suatu larutan standar
dibuat dari suatu zat yang berfase cair, disebut proses pengenceran
dan dibedakan menjadi :
a) Suatu cairan yang telah diketahui normalitasnya
b) Suatu cairan yang belum/tidak diketahui normalitasnya.
Apabila suatu larutan standar dibuat dari suatu cairan yang telah
diketahui normalitasnya, untuk menentukan banyaknya cairan
yang akan diencerkan digunakan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
atau
V1 x M1 x N1 = V2 x M2 x N2
Dimana :
V1 = banyaknya volume cairan yang akan diencerkan
N1 = normalitasnya cairan yang akan dicairkan
V2 = banyaknya volume larutan yang akan dibuat
N2 = normalitas larutannya yang akan dikehendaki
Apabila suatu larutan standar dibuat dari suatu cairan yang
belum/tidak diketahui normalitasnya, untuk menentukan
banyaknya cairan yang akan diencerkan digunakan rumus :
𝑁 𝑥 𝑉 𝑥 𝑀. 𝐴
𝑎=
10 𝑥 𝑛 𝑥𝐾 𝑥 𝐿
Dimana :
a = banyaknya volume cairan yang akan diencerkan
K = kadar (% w/w) cairan yang akan diencerkan
L = kerapatan (gram/ml) cairan yang akan diencerkan
N = normalitas larutan hasil pengenceran
V = banyaknya volume larutan hasil pengenceran
n = bilangan oksidasi zat dalam larutan
56
5. ANALISIS KIMIA
a. Analisis Titrimetri
Dalam setiap metode titrimetri, dilakukan penambahan larutan
titran kedalam larutan titrat, dengan harapan terjadi reaksi antara analit
yang ada didalam larutan titrat dengan reagen yang ada dalam titran.
Penambahan titran dilakukan sedikit demi sedikit sampai saat dimana
reagen dan analit tepat habis bereaksi. Keadaan ini disebut sebagai titik
ekivalen, dan pada saat itu pula penambahan titran harus dihentikan
karena dapat dinyatakan bahwa saat tersebut telah dicapai titik akhir
titrasi. Untuk mengetahui saat tercapainya titik ekivalen diperlukan suatu
zat penunjuk yang disebut indikator. Pada saat titik ekivalen, maka
ekivalen titran sama dengan ekivalen zat yang dititrasi atau:
V1 . N1 = V2. N2
V1 . M1 .n1 = V2. M2.n2
Dimana:
V = volume
N = normalitas
M = molaritas
n = valensi
Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam melakukan yaitu:
1) Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi
samping,
2) Reaksi harus kuantitatif,
3) Reaksi harus berlangsung secara cepat,
4) Pada saat titikekivalen (TE),reaksi harus dapat diketahui titik akhir
titrasinya (TAT) dengan tajam atau jelas perubahannya menggunakan,
5) Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
57
e. Analisis konduktometri
Analisis konduktometri merupakan metode analisis yang didasarkan
pada konduktansi elektrolit. Konduktansi adalah kemampuan media
untuk mengalirkan muatan listrik. Muatan listrik melewati konduktor
logam seperti kawat besi atau tembaga dalam bentuk aliran listrik. Tetapi
konduksi listrik melalui larutan elektrolit melibatkan perpindahan muatan
positif menuju katoda dan muatan negative menuju anoda, dimana arus
dialirkan oleh semua ion yang terdapat dalam larutan.
f. Analisis Potensiometri
Analisis sistem titrasi potensiometri pada prinsipnya
menggabungkan antara pengukuran potensial dan volume titran. Prinsip
ini sangat berbeda dengan sistem potensiometri lansung yang hanya
dengan pengukuran potensial langsung.
6. SENYAWA HIDOKARBON
Gugus karbonil merupakan senyawa yang mengandung ikatan
rangkap karbon- oksigen (- >C=O). Rumus umum masing-masing
senyawa ditunjukkan pada gambar berikut:
c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu komponen yang paling
penting dalam makanan. Karbohidrat terdapat sebagai molekul
terisolasi maupun terhubung secara fisik atau terikat secara kimia
dengan molekul lainnya. Molekul-molekul individu dapat digolongkan
67
2) Disakarida
Disakarida: senyawanya terbentuk dari 2 molekul
monosakarida yang sejenis atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis
oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul
monosakarida.
Sukrosa: glukosa + fruktosa (C 1-2)
Maltose : 2 glukosa (C 1-4)
Trehalosa: 2 glukosa (C1-1)
Laktosa : glukosa + galaktosa (C1-4)
69
3) Oligosakarida
Merupakan senyawa yang terdiri dari gabungan molekul-molekul
monosakarida yang banyak gabungan dari 3-8 monosakarida
misalnya maltotriosa dan dektrin.
4) Polisakarida
Senyawa yang terdiri dari gabungan molekul-
molekul monosakarida yang banyak jumlahnya, senyawa ini bisa
dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida. Polisakarida
merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari lebih 6
monosakarida dengan rantai lurus/cabang.
Contoh Karbohidrat
1) Kanji; merupakan campuran dua polisakarida, yaitu amilosa dan
amilopektin.
2) Glikogen
a) Disimpan dalam hati dan otot;
b) Merupakan polimer unit glukosa;
c) Serupa dengan komponen amilopektin dalam kanji;
d) Mempunyai cabang lebih banyak dibanding kanji
e) Terdapat 11-18 residu glukosa di antara cabang-cabangnya
3) Dextrin
Merupakan produk hidrolisis parsial kanji.
4) Selulosa
70
gugus amina (NH2), gugus karboksilat (-COOH), atom hidrogen (H), dan
satu gugus sisa R. Gugus ini yang membedakan satu asam amino dengan
asam amino lainnya. Berikut adalah gambar dari asam amino.
7. POLIMERISASI
a. Polimerisasi adisi atau pertumbuhan rantai
Pada polimerisasi tipe ini, molekul-molekul monomer yang sama
maupun berbeda akan bergabung bersama untuk membentuk polimer.
Monomer yang digunakan pada tipe polimerisasi ini normalnya
mengandung ikatan rangkap karbon-karbon (senyawa tak jenuh, yaitu
alkena dan turunannya) yang dapat berpartisipasi dalam reaksi rantai.
Reaksi tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1) Tahap inisiasi
72
atau ion H+. Contohnya: Pada reaksi antara aluminium klorida dengan air
(AlCl3 + H2O) atau boron triflorida dengan air (BF3 + H2O)
Polimerisasi anionik tergantung pada penggunaan inisiator anionik
yang meliputi reagen yang mampu menyediakan ion negatif. Contohnya:
Amida logam alkali seperti senyawa KNH2 yang dapat digunakan sebagai
katalis untuk mempercepat polimerisasi monomer CH2 = CHX.
b. Polimerisasi koordinasi
Polimerisasi koordinasi merupakan sub-kelas dari polimerisasi adisi,
yang pada umumnya melibatkan katalis logam transisi. Pada
polimerisasi koordinasi, spesies aktif merupakan kompleks
koordinasi, yang menginisiasi polimerisasi melalui penambahan pada
ikatan rangkap karbon-karbon dari monomer.
c. Polimerisasi kondensasi.
Jenis polimerisasi ini umumnya melibatkan reaksi kondensasi
berulang (dua molekul bergabung bersama, mengakibatkan hilangnya
molekul-molekul kecil) di antara dua monomer bi-fungsional. Reaksi
polikondensasi menyebabkan hilangnya molekul sederhana seperti air,
alcohol, dan lain-lain mendorong terbentuknya polimer kondensasi
dengan massa molekul tinggi. Contoh polimerisasi kondensasi adalah
pembentukan polyester seperti terilene atau dakron melalui interaksi
etilen glikol dan asam terfatalat.
d. Kopolimerisasi
Merupakan reaksi polimerisasi dimana campuran lebih dari
satu spesies monomeric berpolimerisasi membentuk kopolimer.
Kopolimer dapat dibuat tidak hanya melalui polimerisasi
pertumbuhan rantai tetapi juga melalui polimerisasi bertahap, juga
mengandung beberapa unit per monomer yang digunakan dalam rantai
polimerik yang sama.
8. ESTERIFIKASI
a. Pengantar
Pada umumnya ester diproduksi melalui reaksi antara asam
karboksilat dan alkohol dengan mengeliminasi air melalui reaksi
esterifikasi.
76
Etil etanoat
2) Metil Metanoat
Reaksi antara asam metanoat (HCOOH) dan metanol (CH3OH)
menghasilkan metil metanoat.
HCOOH + CH3OH → HCOOCH3 + H2O
Asam metanoat + Metanol → Metil Metanoat + Air
Metil metanoat
Metode distilasi dapat diterapkan untuk menghilangkan produk air
dan ester dari reaksi esterifikasi. Pada umumnya, esterifikasi
dibagi menjadi tiga kelas, tergantung pada volatilitas ester, yaitu:
1) Ester dengan volatilitas tinggi, seperti metil format, metil
asetat, dan etil format, mempunyai titik didih yang lebih
78
1) Anvil
Anvil memiliki fungsi sebagai penahan saat sebuah benda
akan diukur dan ditempatkan diantara anvil dengan spindle.
2) Spindle
Spindle atau poros gerak merupakan sebuah silinder yang
bisa digerakan menuju anvil.
3) Lock
Pengunci mempunyai fungsi untuk menahan spindle atau
poros gerak agar tidak bergerak saat proses pengukuran benda.
4) Sleeve
Tempat terletaknya skala utama.
5) Thimble
Thimble adalah tempat skala putar berada, yaitu ujung
kanan digunakan untuk memutar maju spindle ketika masih
belum berdekatan dengan benda yang diukur atau memutar
mundur melepaskan benda yang di ukur.
6) Ratchet
Dipakai untuk memutar Spindle atau poros gerak saat
ujung dari Spindle telah dekat dengan benda yang akan di ukur
dan kemudian untuk mengencangkan Spindle atau poros gerak
sampai terdengar suara bunyi. Untuk bisa dipastikan jika ujung
Spindle telah menempel sempurna dengan benda yang akan
diukur maka Ratchet diputar sebanyak 2 sampai 3 putaran.
7) Frame
Frame ini mempunyai bentuk menyerupai huruf C, frame
dibuat dengan desain agak tebal serta kuat dengan tujuan untuk
meminimalkan terjadinya peregangan yang bisa mengganggu
proses pengukuran. Frame juga di lapisi dengan lapisan plastik
guna meminimalkan terjadinya transfer panas dari tangan
manusia terhadap baja saat proses pengukuran.
82
b. Pengelompokan Mikroba
1) Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang
kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
KebanyakanProtozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi
lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa
akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut kista.
2) Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup
eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Kalangan ilmuwan
kerap menggunakan istilah cendawan sebagai sinonim bagi fungi.
3) Alga adalah protista yang bersifat fotoautotrof yang dapat membuat
makanannya sendiri dengan cara fotositentis. Alga memiliki
kloroplas dengan mengandung klorofil atau plastida yang berisi
pigmen fotosintetik lainnya. Alga dapat dengan mudah ditemukan
84
di air tawar maupun air laut. Ada yang hidup dengan menempel di
suatu tempat atau melayang-layang di air.
4) Bakteri adalah sebuah makhluk hidup uniseluler yang tidak
memiliki inti sel (prokariota). Bakteri ini membelah diri untuk
berkembang biak, sehinga butuh mikroskop untuk mengamatinya.
Bakteri merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi pada
tubuh manusia dan hewan.
Morfologi Bakteri
a. Ukuran bakteri;
Pada umumnya bakteri berukuran antara 0,5 -1,0 x 2,0 -5,0 μm
(mikron meter)
b. Bentuk dasar bakteri
Bakteri mempunyai 4 bentuk dasar, yaitu kokus, basil, spiral
dan vibiro (koma)
5) Virus merupakan organisme nonselular yang karena ukurannya
sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri.
Ciri-ciri dan karakteristik virus:
a) Berukuran ultra- mikroskopis: 28 -200 nm
b) Organisme nonseluler
c) Parasit obligat
d) Tubuh disusun oleh asam nukleat (DNA atau RNA) dan
protein
e) Dapat memperbanyak diri dalam jaringan/ organisme hidup
f) Dapat melewati saringan bakteri
g) Dapat dikristalkan
h) Terdiri dari asam nukleat (DNA atau RNA)
i) Protein----kapsid, unit kapsid----capsomere
j) Ada yang memiliki “envelope”—lipid bilayer
k) Partikel virus yang utuh disebut virion
85
c. Fermentasi
Fermentasi adalah proses perombakan senyawa organik
dalam kondisi anaerob menghasilkan produk berupa asam-asam
organik, alkohol dan gas
Fermentasi berdasarkan produk:
1) Alkoholik: anggur (wine), beer, tape, sake, whiskey, cider dan lain
lain.
Glukosa → C2H5OH + CO2 + E
2) Non-alkoholik: Tempe, yoghurt, kimchi, saurkrauet,
kefir,keju,kecap dsb.
Glukosa → Asam laktat
bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu rendah bila fluida tersebut terpisah
dalam suatu ruang tanpa menggunakan medium.
a. Koefisien Perpindahan Kalor Total
Besarnya koefisien perpindahan kalor total suatu alat penukar kalor
khususnya pipa ganda berbandinng terbalik dengan tahanan totalnya.
Tahanan ini merupakan jumlah tahanan konveksi fluida panas, lapisan
atau kotoran, konduksi karena tebal tube, dan tahanan konveksi fluida itu
sendiri. Koefisien ini dapat dihitung dengan persamaan (Holman, 1981):
1
U=
1 ∆x 1
+ +
hi k h0
Dalam ungkapan itu, hi adalah koefisien perpindahan kalor konveksi
sisi tube, ho adalah koefisien perpindahan kalor konveksi sisi shell, ∆x
merupakan tebal tube, dan k adalah nilai konduktivitas termal bahan tube.
Koefisien perpindahan kalor total tersebut di atas mempengaruhi
besarnya jumlah kalor yang dapat diserap yang dapat dihitung dengan
persamaan :
Q = U . A. ∆TLMTD
dimana A merupakan luas permukaan pipa anulus, dan ∆TLMTD adalah
selisih suhu rata-rata logaritmik (Log Mean Temperature Difference).
LMTD merupakan perbedaan temperatur yang dipukul rata-rata setiap
bagian HE. Karena perbedaan temperatur di setiap bagian HE tidak sama.
Untuk aliran berlawanan arah, besarnya ∆TLMTD dapat dihitung dengan
persamaan (Incropera dan D. P. DeWitt, 1996):
[(t h,o − t c,i ) − (t h,i − t c,o )]
∆TLMTD =
(t h,o − t c,i )
ln [ ]
(t h,i − t c,o )
93
Gambar 29. Perubahan Suhu Pada Alat Penukar Kalor Lawan Arah
b. Kesetimbangan Energi dan Efektivitas
Kesetimbangan energi menggambarkan besarnya jumlah kalor
yang dilepas oleh aliran fluida panas (hot side) sebanding dengan
jumlah kalor yang diterima oleh aliran fluida dingin (cold side).
Kesetimbangan energi untuk kedua aliran fluida tersebut masing-
masing dapat dihitung dengan persamaan berikut (Incropera dan
DeWitt, 1996):
𝑄𝑖𝑛,𝑐𝑜𝑙𝑑 = (𝑚. 𝑐𝑝)𝑐 (𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖 )
𝑄𝑖𝑛,ℎ𝑜𝑡 = (𝑚. 𝑐𝑝)ℎ (𝑇ℎ𝑜 − 𝑇ℎ𝑖 )
dimana m adalah laju aliran massa fluida (kg/s), cp adalah kalor
spesifik fluida, dan T merupakan suhu fluida. Indeks c dan h masing-
masing menunjukkan fluida dingin (cold), dan panas (hot). Sedangkan
indeks i dan o menunjukkan sisi aliran masuk (in), dan keluar (out).
c. Jenis-Jenis Alat Penukar Kalor
Dalam industri kimia, penukar kalor yang banyak digunakan
adalah model selongsong (cangkang) dan tabung (shell and tube)
Untuk menjamin fluida pada sisi shell mengalir melintasi luar tabung
dan terbentuk aliran turbulen yang mana akan meningkatkan proses
perpindahan kalor konveksi, maka di dalam selongsong dipasang
sekat-sekat (baffles).
94
Gambar 30. Penukar kalor selongsong dan tabung (one shell pass and one tube pass)
Jenis lain dari alat penukar kalor adalah penukar kalor kompak
(Compact Heat Exchangers). Jenis penukar kalor ini ditujukan untuk
mendapatkan laju perpindahan kalor per unit volume yang besar
khususnya untuk pemanasan dan pendinginan gas. Hal ini dicirikan
dengan luas permukaan perpindahan kalor per unit volume yang besar,
laluan aliran kecil, dan aliran laminar.
95
Gambar 31. Penukar kalor kompak. (a) Fin-tube (flat tubes, continuous plate fins (b)
Fin- tube (circular tubes, continuous plate fins); (c) Fin-tube (circular tubes,
circular fins); (d) Plate-fin (single pass); (e) Plate-fin (multipass)
d. Fouling
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak
dikehendaki di permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan
fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut
adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi. Fouling dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang secara
signifikan mempengaruhi performa alat penukar kalor sebagai berikut:
1) Scaling merupakan bentuk pengotoran yang paling utama dan
dihubungkan dengan solubilitas tebalik garam. Beberapa contoh
garam adalah CaCO3, CaSO4, Ca3(PO4)2, CaSiO3, Ca(OH)2,
Mg(OH)2, MgSiO3, Na2SO4, LiSO4, and Li2CO3.
2) Korosi (Corrosion fouling) yang disebabkan oleh reaksi kimia dari
komponen fluida dengan bahan tabung penukar kalor.
3) Chemical reaction fouling atau pengotoran karena reaksi kimia
seperti reaksi kimia dalam aliran proses yang menghasilkan deposit
material pada tabung penukar kalor.
4) Freezing fouling yang mana timbul ketika sebagian aliran fluida
panas didinginkan mendekati titik beku salah satu komponen
penyusun fluida tersebut. Kasus ini sering terjadi pada proses
pemurnian (seperti minyak) dimana paraffin sering memadat dari
produk minyak pada berbagai tahap proses permurnian.
5) Biological fouling banyak terjadi jika air dari sumber alami yang
belum diolah misalnya air sungai dan air danau digunakan sebagai
coolant.
6) Particulate fouling atau pengotoran karena deposit partikel
dihasilkan dari keberadaan mikro partikel dalam fluida. Partikel-
96
a. Proses Evaporasi
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam
keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap
air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Penguapan dapat dilihat
dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas
dengan volume signifikan. Tujuan dari evaporasi ini sendiri ialah untuk
memekatkan larutan yang terdiri dari komponen zat yang memiliki titik
didih rendah (mudah menguap) dengan zat yang memiliki titik didih yang
tinggi (tidak mudah menguap), dalam proses evaporasi kebanyakan
pelarutnya adalah air, zat inilah yang diuapkan agar terlepas dari liquid
yang diinginkan. Dalam proses evaporasi terdapat dua peristiwa yang
terjadi, yaitu:
1) Interface evaporation, yaitu proses dimana air akan berubah
menjadi uap air (gelembung) di permukaan.
2) Vertikal vapour transfers, merupakan perpindahan lapisan yang
kenyang dengan uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penguapan dari
permukaan cairan:
1) Suhu, penguapannya akan lebih cepat bila suhu di sekitarnya lebih
tinggi bila dibandingkan dengan titik didihnya. Hal ini terjadi karena
evaporasi akan menyerap kalor laten yang ada disekelilingnya.
2) Kelembaban udara, semakin kering udara (sedikitnya kandungan
air dalam udara) maka proses penguapan akan lebih cepat terjadi.
3) Kecepatan angin, sirkulasi udara yang cepat akan membantu
pergerakan molekul air.
4) Sifat cairan, cairan yang memiliki titik didih yang yang rendah akan
lebih cepat terevaporasi jika dibandingkan dengan cairan yang memiliki
titik didih yang tinggi.
5) Tekanan, semakin besar tekanan yang dialami maka proses evaporasi
akan lebih lambat, begitupun sebaliknya, sehingga terdapat jenis
98
c) Basket Evaporator
Sirkulasi cairan berlangsung natural (natural circulation) dan terjadi
dengan baik sehingga transfer panas secara konveksi akan
berlangsung secara efektif dalam jumlah besar. Natural circulation
disebabkan oleh adanya perbedaan rapat massa karena pebedaan
fasa antara cairan yang terdapat di dalam pipa dengan cairan yang
berada di luar pipa. Selain itu, kerak yang terbentuk di bagian luar
pipa mempersulit proses pembersihan, jenis ini hampir mirip dengan
horizontal tube evaporator.
102
dari segi mutu misalnya air tersebut masih berbau maka perlu
dilakukan proses lagi agar mutu air tersebut lebih baik.
Gambar 37. Diagram Alir Pre Treatment Proses dan Primary Treatment Proses.
Gambar 39. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Ketiga (Tertiary Process).
b. Proses Pengolahan Limbah
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah
berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat,
konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau
membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup.
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah
adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis,
dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi
dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke
dalam lingkungan.
Proses pengolahan limbah secara fisika, antara lain:
1) Saringan bar (bar screen), berfungsi untuk menahan dan
menyaring bendabenda keras dan besar seperti ranting kayu,
potongan kayu, dan sampah serta mencegah rusaknya saringan
berikutnya.
111
HCl, atau asam sulfat, atau gas CO2 sehingga dicapai nilai pH
antara 6,50-8,50. Limbah cair yang bersifat asam dinetralkan
dengan penambahan bahan kimia air kapur atau Ca(OH)2,
kostik soda atau NaOH, soda abu atau Na2CO3.
2) Koagulasi dan flokulasi, koagulasi adalah proses destabilisasi
partikel senyawa koloid dalam limbah cair. Proses
pengendapan dengan menambahkan bahan koagulan ke dalam
limbah cair sehingga terjadi endapan pada dasar tangki
pengendapan. Flokulasi adalah proses pengendapan pencemar
dalam limbah cair dengan penambahan bahan koagulan utama
dan koagulan pendukung sehingga terjadi gumpalan sebelum
mencapai dasar tangki pengendap.
3) Adsorpsi, proses adsorpsi adalah kumpulnya senyawa kimia
dipermukaan adsorben padat, sebaliknya absorpsi adalah
penetrasi kumpulan senyawa kimia ke dalam senyawa padat.
Jika kedua peristiwa terjadi simultan maka peristiwa ini disebut
sorpsi.
4) Dialisis adalah proses pemisahan solute dari berbagai ionik
atau ukuran molekul dalam larutan oleh membran permiabel
selektif.
5) Perpindahan oksigen dan pencampuran, Perpindahan oksigen
dan proses pencampuran dilakukan dengan aerasi dari alat
kompresor. Sistem aerobik menggunakan bak terbuka yang
berisi limbah cair kemudian dipasok oksigen dalam udara
untuk proses metabolisme sehingga mampu mendegradasi
senyawa organik dalam limbah cair dengan nilai BOD yang
tidak terlalu tinggi.
6) Ozonisasi adalah salah satu pendekatan proses kimia untuk
mendegradasi limbah pestisida dalam limbah cair dan limbah
senyawa organik meskipun limbah pestisida merupakan residu
113
memilih alat pemadam api yang tahan terhadap korosi atau dilengkapi
dengan bahan untuk meminimalisir korosi.
c. Kemampuan fisik pengguna. Ukuran dan berat alat pemadam api
harus disesuaikan dengan kemampuan fisik penggunanya. Jangan
memilih alat pemadam api yang terlalu berat.
5. Prinsip pemadaman api:
Api dapat terbentuk jika terdapat keseimbangan tiga unsur yang terdiri dari
bahan bakar, oksigen, dan panas. Hubungan ketiga komponen ini biasanya
disebut dengan segitiga api, sehingga bila mana salah satu unsur tersebut
dihilangkan maka api akan padam, jadi prinsip pemadaman api adalah dengan
merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran, atau
dengan menghentikan proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi,
kemudian mendinginkan bahan yang terbakar dibawah suhu awal
pembakaran.
SOAL LATIHAN LARUTAN
1. Tentukan konsentrasi larutan asam kuat dengan pH 4.6.
pH = 4,6
[H+] = -log[H+ ]
-log[H+ ] = 4,6
log[H+ ] = - 4,6
log[H+ ] = log 10-4,6
[H+] = 10-4,6
[H+] = 2,512 x 10-5
Jadi konsentrasi larutan asam kuat dengan pH 4.6 adalah 2,512 x 10-5
2. Tentukan pH 0.2 mol/l HCl.
M (Molaritas) adalah mol atau mmol zat dalam liter atau milliliter larutan.
Contoh larutan 1M artinya 1 mol zat dalam 1 liter larutan atau 1mmol zat
dalam 1 ml larutan.
Molaritas = mol/L
0,2 mol/L = 0,2 M
127
= 2,3912 m
Titik didih
∆Tb = Kb . m
= 0,51°C /m . 2,3912 m
= 1,2195°C
T = ∆Tb + T°
= 1,2195°C + 100°C
= 101, 2195°C
Titik beku
∆Tf = Kf. m
= 1.86oC/m x 2,3912 m
= 4,4476°C
T = 0°C - 4,4476°C
= - 4,4476°C
Jadi titik didih larutan yang mengandung 55 g gliserol (C3H5(OH)3) dan 250 g
air adalah 101, 2195°C
128
Jadi titik beku larutan yang mengandung 55 g gliserol (C3H5(OH)3) dan 250 g
air adalah
- 4,4476°C
4. Suatu larutan dibuat dengan mencampur 1.0 gram benzene (C6H6) dalam 100
g air sehingga menghsilkan total volume 100 ml. Tentukan molaritas, persen
massa, fraksi mol, dan molalitas benzene dalam larutan tersebut.
1,0 gram benzene (C6H6) Mr = 78 g/mol
100 g air = 0,1 kg
total volume 100 ml = 0,1 L
1g
jumlah mol zat terlarut = g
78
mol
= 0,012 𝑚𝑜𝑙
0,012 mol
molaritas larutan =
0,1 L
Jadi molaritasnya = 0,12 mol/L
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑒𝑛𝑒
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Massa larutan = 101 g
1𝑔
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
101𝑔
Jadi persen massanya = 0,99 %
Fraksimol
Mol C6H6 = 0,012
100 g
mol H2O =
18 g/mol
= 5,56
0,012
Jadi fraksi mol C6H6 = 0,012+5,56 = 0,0021
5,56
Jadi fraksi mol H2O = = 0,997
0,012 + 5,56
Molalitas
Jadi molalitasnya
129
0,012 mol
Molalitas = = 0,12 mol/kg
0,1 kg
5. Suatu larutan terbuat dari 25 g benzene (C6H6) dan 2.5 g senyawa X. Titik
beku larutan tersebut adalah 4.3oC. Jika titik beku benzene adalah 5.5oC dan
Kf benzene adalah 5.12oC/m, tentukan massa molekul senyawa X
∆𝑇𝑓 = 𝑚 𝑥 𝐾𝑓
∆𝑇𝑓
𝑚=
𝐾𝑓
5,5℃ − 4,3℃
molalitas =
5,12 °𝐶/𝑚
molalitas = 0,234 m
mol Zat
0,234 =
Kg pelarut
2,5 𝑔/𝑀𝑟
0,234 =
0,025 𝑘𝑔
Mr = 426, 6212
Jadi massa molekul senyawa X adalah = 426,6212
SOAL LATIHAN LARUTAN STANDART
1. Tentukan konsentrasi zat terlarut pada larutan berikut dalam satuan molaritas
(M):
a. Larutan Sodium chloride yang dibuat dengan melarutkan 25 g Sodium
Chloride (NaCl) dalam 250 mL air suling.
Massa NaCl= 25 g
Volume air suling = 250 ml = 0,25 L
Mr NaCl = 58,8 g/mol
1 mol
mol NaCl = 25 g x
58,5
= 0,4274 mol
0,4274 𝑚𝑜𝑙
Molaritas =
0,25 𝐿
Jadi Molaritasnya = 1,7096 M
130
1mol
mol Na2S2O8 = 100 g x
238 g/mol
= 0,0042 mol
0,0042 mol
Molaritas =
0,25L
𝑔
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
𝑀𝑟
25 g
=
40 g/mol
= 0,625 mol
0,625 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
0,1 𝐿
131
M1 = 0.01465 M
Penghitungan massa:
𝑔 𝑥 1000
𝑀=
𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑔 𝑥 1000
0,01465 =
192 𝑥100
𝑔 = 0,281
Penghitungan volume:
𝑚
𝑉=
𝜌
0,281 𝑔
𝑉=
1,042 𝑔/𝑚𝑙
𝑉 = 0.2697 𝑚𝑙
Penghitungan Kadar:
𝑣 0,2697
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 % ( ) = 100
𝑣 50
= 0,5394
Ka = 1,8.10-5
M1 = 0.01465 M
[H+] = Ka . M
= 1,8.10-5 x 1,4 .10 -2
= 2,52 .10 -7
pH = - log [H +]
= - log 2,52 .10 -7
= 7 – log 2,52
= 7 – 0.4014
= 6, 5986
2. Kemurnian sulfanilamide, C6H4N2O2S, ditentukan dengan mengoksidasi
sulfur menjadi SO2 dan proses bubbling melewati H2O2 untuk menghasilkan
H2SO4. Asam dititrasi hingga mencapai titik akhir bromothymol blue dengan
135
H2SO4
volume V1 = mL
valensi n1 = 2
berat = 0,5136
Mr = 98 g/mol
NaOH
volume V2 = 48,13 mL
molaritas = 0,1251 M
𝑚
𝑉=
𝜌
0,5136 𝑔
𝑉=
1,3 𝑔/𝑚𝑙
𝑉 = 0,3950 𝑚𝑙
Val1.V1.M1 = Val2.V2.M2
2 x 0,3950 M1 = 1 x 48,13 x 0,1251
M1 = 7,621
𝑀𝑟 𝑥 𝑀 𝑥 𝑉
% 𝐻2𝑆𝑂4 = 𝑥 100
𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
98 𝑥 7,621 𝑥 0,3950
% 𝐻2𝑆𝑂4 = 𝑥 100
0,5136
= 5,74 %
c) diethyl ketone
d) 3-methylbutanal
137
: siklopentil anilin
: etil heksilamia
: metil siklopentamida
138
: metil,etil benzalmida
: metil dekanoat
: isopropil benzoat
: etil butanoat
: propil propanoat
b) Skala nonius
Pada jangka sorong: skala nonius terletak pada rahang geser yang
terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm. skala nonius mempunyai 50
skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran.
3. Bagian-bagian utama jangka sorong
a) Rahang dalam, terdiri dari rahang geser dan tetap yang berfungsi
untuk mengukur dimensi luar atau sisi bagian luar sebuah benda.
b) Rahang luar, terdiri dari rahang geser dan tetap yang berfungsi
untuk mengukur diameter dalam atau sisi dalam sebuah benda.
c) Pengunci, berfungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak
saat berlangsung proses pengukuran.
d) Skala utama, menyatakan ukuran utama.
e) Skala nonius, sebagai skala pengukur faraksi.
f) Pengukur kedalaman, untuk mengukur kedalaman sebuah benda.
Bagian-bagian utama micrometer
a. Anvil, memiliki fungsi sebagai penahan saat sebuah benda akan
diukur dan ditempatkan diantara anvil dengan spindle.
b. Spindle atau poros gerak merupakan sebuah silinder yang bisa
digerakan menuju anvil.
c. Lock atau Pengunci mempunyai fungsi untuk menahan spindle
atau poros gerak agar tidak bergerak saat proses pengukuran
benda.
d. Sleeve, Tempat terletaknya skala utama.
e. Thimble adalah tempat skala putar berada, yaitu ujung kanan
digunakan untuk memutar maju spindle ketika masih belum
berdekatan dengan benda yang diukur atau memutar mundur
melepaskan benda yang di ukur.
f. Ratchet, Dipakai untuk memutar Spindle atau poros gerak saat
ujung dari Spindle telah dekat dengan benda yang akan di ukur dan
kemudian untuk mengencangkan Spindle atau poros gerak sampai
145
3. Pengelompokkan mikroba
a. Protozoa
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-
kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
KebanyakanProtozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Habitat
hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi
lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa
akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut kista.
b. Fungi
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup
eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Kalangan ilmuwan
kerap menggunakan istilah cendawan sebagai sinonim bagi fungi.
c. Algae
Alga adalah protista yang bersifat fotoautotrof yang dapat membuat
makanannya sendiri dengan cara fotositentis. Alga memiliki kloroplas
dengan mengandung klorofil atau plastida yang berisi pigmen
fotosintetik lainnya. Alga dapat dengan mudah ditemukan di air tawar
maupun air laut. Ada yang hidup dengan menempel di suatu tempat
atau melayang-layang di air.
d. Bakteri
Bakteri adalah sebuah makhluk hidup uniseluler yang tidak memiliki
inti sel (prokariota). Bakteri ini membelah diri untuk berkembang
biak, sehinga butuh mikroskop untuk mengamatinya. Bakteri
merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi pada tubuh manusia
dan hewan.
e. Virus
Virus merupakan organisme nonselular yang karena ukurannya sangat
kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Ukurannya lebih kecil daripada bakteri.
147
4. Peranan mikroorganisme
Peranan Protozoa
Peran menguntungkan :
a) Mengendalikan populasi Bakteri, sebagian Protozoa memangsa
Bakteri sebagai makanannya, sehingga dapat mengontrol jumlah
populasi Bakteri di alam.
b) Sumber makanan ikan, Di perairan sebagian Protozoa berperan
sebagai plankton (zooplankton) dan benthos yang menjadi
makanan hewan air, terutama udang, kepiting, ikan, dan lain lain.
c) Indikator minyak bumi, Fosil Foraminifera menjadi petunjuk
sumber minyak, gas, dan mineral.
Peran Merugikan :
Menimbulkan berbagai jenis penyakit, penyakit yang ditimbulkan
misalnya disentri yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica
Peranan Alga
Peranan menguntungkan:
a) Alga hijau merupakan sumber dari fitoplanton yang difungsikan
sebagai pakan ikan dan hewan air lainnya
b) Alga cokelat (Macrocrytis pyrifera) mengandung yodium dengan
mengandung Na, P, N dan Ca yang dimanfaatkan sebagai
suplemen untuk hewan ternak. Mengandung asam alginat, sebagai
pengental produk makanan, industri, dan alat-alat kecantikan
(Laminaria, Macrocytis, Acophylum, dan Fucus).
c) Alga merah dimanfaatkan untuk makanan suplemen kesehatan
(Porphyra), sumber makanan (Rhodymenia Palmata), pembuatan
agar (Gellidium), dan penghasil karagenan (pengental es krim).
Peranan Bakteri:
Peranan menguntungkan:
a) Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya
Escherichia coli).
148
Bagian-bagian utama:
a. Disk, pada globe Valve ada beberapa jenis lagi disk yang
digunakan , antara lain:
1) Ball Disc (disk bola), Desain ball disk (disk bola) yang
digunakan terutama untuk tekanan rendah dan suhu yang
rendah, pada prinsipnya diterapkan untuk berhenti dan
membuka sebuah aliran.
2) Composition Disc (disk komposisi), Desain Komposisi disk
menggunakan bahan non logam berbentuk cincin yang
menjamin penutupan yang sempurna/kuat.
3) Plug Disc ( plug disk). Desain Plug Disk memberikan
throttling yang lebih baik daripada jenis ball maupun
komposisi. Tersedia dalam bentuk yang berbeda namun semua
berbentuk panjang dan runcing.
b. Seat, seat globe valve terintegrasi atau memutar kebadan valve.
Banyak globe valve memiliki backseats dalam bonnet. Backseat
memberikan segel antara batang (stem) dan bonnet untuk
mencegah tekanan system dari build ke packing valve saat valve
terbuka penuh.
c. Stem, globe valve menggunakan dua metode untuk
menghubungkan disk dan batang (stem) yaitu:
1) T-slot,
2) Disc Nut Contruction.
JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN ALAT PENUKAR KALOR
1. Pengertian alat penukar kalor atau Heat Exchanger (HE) adalah alat
yang digunakan untuk menukar atau mengubah temperatur fluida atau
mengubah fase fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan
fluida lain. Arti dari mempertukarkan disini adalah memberikan atau
mengambil kalor.
154
2. Jumlah kalor yang diserap atau dilepas pada suatu penukar kalor
sangat tergantung pada besarnya koefisien perpindahan kalor total (U).
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai U tersebut adalah:
a. Koefisien perpindahan kalor konveksi sisi tube
b. Koefisien perpindahan kalor konveksi sisi shell
c. Tebal tube
d. Nilai konduktivitas termal bahan tube
3. Jenis bahan/material penukar kalor memiliki peran yang vital dalam
meningkatkan kinerja suatu penukar kalor. Beberapa satu faktor dalam
pemilihan bahan/material tersebut:
a. Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk
menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah.
Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban
yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik,
kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan
lengkung.
b. Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai kemampuan
suatu bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan
(abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat
tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya
korelasi dengan kekuatan.
c. Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan untuk
menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila
suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan
bentuk. Apabila tegangan yang bekerja besarnya tidak
melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi
hanya bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan
hilang bersama dengan hilangnya tegangan yang diberikan.
Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas
155
Gambar. Penukar kalor selongsong dan tabung (one shell pass and one tube pass)
Jenis lain dari alat penukar kalor adalah penukar kalor kompak
(Compact Heat Exchangers). Jenis penukar kalor ini ditujukan untuk
mendapatkan laju perpindahan kalor per unit volume yang besar
khususnya untuk pemanasan dan pendinginan gas. Hal ini dicirikan
dengan luas permukaan perpindahan kalor per unit volume yang besar,
laluan aliran kecil, dan aliran laminar.
156
Gambar. Penukar kalor kompak. (a) Fin-tube (flat tubes, continuous plate fins (b)
Fin- tube (circular tubes, continuous plate fins); (c) Fin-tube (circular tubes,
circular fins); (d) Plate-fin (single pass); (e) Plate-fin (multipass)
5. Salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kinerja penukar
kalor adalah fouling. Tiga jenis fouling yaitu:
a. Freezing fouling yang mana timbul ketika sebagian aliran
fluida panas didinginkan mendekati titik beku salah satu
komponen penyusun fluida tersebut. Kasus ini sering terjadi
pada proses pemurnian (seperti minyak) dimana paraffin sering
memadat dari produk minyak pada berbagai tahap proses
permurnian. Hal ini menghambat aliran dan perpindahan kalor.
b. Biological fouling banyak terjadi jika air dari sumber alami
yang belum diolah misalnya air sungai dan air danau
digunakan sebagai coolant. Mikroorganisme seperti alga atau
mikroba lainnya dapat berkembang biak di dalam penukar
kalor dan selanjutnya dapat menghambat perpindahan kalor.
c. Particulate fouling atau pengotoran karena deposit partikel
dihasilkan dari keberadaan mikro partikel dalam fluida.
Partikel-partikel tersebut akan menyatu dan mengeras jika
157
d. Sifat cairan, cairan yang memiliki titik didih yang yang rendah akan
lebih cepat terevaporasi jika dibandingkan dengan cairan yang
memiliki titik didih yang tinggi.
e. Tekanan, semakin besar tekanan yang dialami maka proses
evaporasi akan lebih lambat, begitupun sebaliknya, sehingga
terdapat jenis evaporator vacum yang berarti evaporator tersebut
menggunakan tekanan hampa atau tekannya dibawah tekanan udara
luar (<1 atm).
4. Tiga jenis evaporator berdasarkan cara pemanasannya:
a. Direct Fired Evaporator, merupakan jenis evaporator dengan cara
pengapian langsung dimana api dan pembakar gas dipisahkan
dari cairan mendidih dengan pembatas dinding besi atau
permukaan untuk memanaskan.
b. Submerged Combustion Evaporator, yaitu evaporator yang
dipanaskan oleh api yang menyala di bawah permukaan cairan,
dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.
c. Steam Heated Evaporator, adalah evaporator yang
menggunakan pemanas steam atau uap lain yang dapat
dikondensasi, sumber panas dimana uap terkondensasai pada suatu
sisi di permukaan pemanas dan kemudian panas ditransmisi lewat
dinding ke cairan yang mendidih.
5. Tiga alat pengolahan pangan yang menerapkan proses evaporasi:
a. Evaporated milk (susu evaporasi)
Pada proses, evaporasi susu melewati tabung uap panas di
bawah kondisi vakum. Pemanasan berlangsung antara 65-70oC.
kandungan bahan kering pada susu meningkat ketika proses
pemanasan. Konsentrasi padatan telah sesuai ketika densitas
mencapai nilai 1,07. Pada tingkatan ini, 1 kg unsweetened milk
dengan lemak 8% dan padatan non lemak 18% diproduksi dari
159