Anda di halaman 1dari 144

20

BAB II. SUMBER BELAJAR BIDANG STUDI

A. RINGKASAN MATERI
1. ALAT PELINDUNG DIRI
Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk dipakai atau
digunakan oleh orang yang bekerja di laboratorium untuk melindungi
keselamatan dan kesehatannya dari resiko bahaya bahan kimia maupun operasi
kimia. Alat tersebut meliputi semua peralatan dan aksesoris tambahan yang
dirancang untuk memenuhi tujuan yang serupa. Menurut Per.08/Men/VIII/2010
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
a. Macam-macam alat pelindung diri
1) Pelindung mata dan wajah, meliputi:
a) Kacamata Pengaman (Safety Glasses)
Kacamata biasa tidak cukup memberikan perlindungan pada mata.
Alat pelindung mata harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh
American National Standards Institute (ANSI), Standart Z87.1-1989.
Pada bingkai kacamata biasanya akan tertera kode tersebut.

Gambar 1. Safety Glasses


b) Goggles
Penggunaan goggles digunakan jika dibutuhkan perlindungan terhadap
bahan kimia atau partikel. Kacamata pelindung dengan lubang pada
kedua sisi tidak direkomendasikan untuk melindungi mata dari
percikan bahan kimia.
21

Gambar 2. Goggles

c) Pelindung Wajah (Face Shields)


Pelindung seluruh wajah (face shields) melindungi wajah dan leher
dari partikel halus dan percikan cairan. Untuk perlindungan maksimal,
pelindung wajah harus digunakan bersamaan dengan kacamata yang
mampu melindungi dari percikan bahan kimia.

Gambar 3. Face Shields

d) Pelindung Mata dari Sumber Cahaya yang Kuat (Eye Protection for
Intense Light Sources)
Sumber cahaya yang kuat antara lain dari proses pengelasan baik
las listrik maupun las gas, pembentukan kaca, pengelasan dan
pemotongan logam berbahan oksigen, patri, laser, dan lain-lain.
2) Pelindung Tangan (Hand Protection), meliputi:
a) Sarung tangan kain
22

Digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya dibiasakan bila


memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan
logam lainnya.

Gambar 4. Sarung Tangan Kain


b) Sarung tangan asbes
Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan
terhadap bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila
setiap memegang benda yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas
dan pekerjaan menempa.

Gambar 5. Sarung Tangan Asbes


c) Sarung tangan kulit
Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari
ketajaman sudut pada pekerjaan pengecoran.
23

Gambar 6. Sarung Tangan Kulit

d) Sarung tangan karet


Sarung tangan ini menjaga tangan dari bahaya pembakaran asam atau
melindungi dari cairan pada bak dimana pekerjaan tersebut
berlangsung terutama pada pekerjaan pelapisan logam seperti pernikel,
perkhrom dsb. Sarung tangan karet digunakan pula untuk melindungi
kerusakan kulit tangan karena hembusan udara pada saat
membersihkan bagian-bagian mesin dengan menggunakan kompresor.

Gambar 7. Sarung Tangan Karet

3) Pelindung Tubuh (Body protection), meliputi:


a) Jas Laboratorium
Untuk beberapa eksperimen laboratorium biasa, cukup mengenakan
jas laboratorium berlengan panjang yang terbuat dari bahan tidak
mudah meleleh (disarankan dari katun atau kain campuran poliester
dan katun).
24

Gambar 8. Jas Laboratorium

b) Wearpack
Wearpack dikenakan ketika bekerja di lapangan ataupun kegiatan
dengan kondisi yang mengharuskan badan sepenuhnya tertutup oleh
APD.

Gambar 9. Wearpack
c) Apron
Apron juga merupakan alat pelindung badan. Pada beberapa tempat
kerja yang menggunakan api, ketentuan memakai sebuah apron
pelindung harus dibiasakan diluar baju kerja.
25

Gambar 10. Apron


4) Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa benda
berat, keras atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda
tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

Gambar 11. Sepatu Safety


5) Pelindung Pernafasan
Respirator merupakan alat perlindungan yang digunakan untuk menutup
hidung dan mulut atau keseluruhan wajah atau kepala untuk menjaga
pemakainya terhadap atmosfer yang berbahaya. Respirator dapat berupa:
a) Berupa masker setengah wajah, menutup mulut dan hidung serta
masker seluruh wajah yang menutup dari garis rambut hingga bawah
dagu
b) Berupa penutup kepala atau helm yang menutup seluruh kepala
c) Penjernih udara (air purifier), menghilangkan kontaminan dari udara
26

d) Penyuplai udara, menyediakan udara bersih yang berasal dari


sumber yang tidak terkontaminasi.

Gambar 12. Berbagai Jenis Respirator


6) Perlindungan Pendengaran, meliputi:
a) Cap-mounted earmuff. APD ini berbentuk helm dengan earmuff di
bagian telinga sehingga akan memudahkan pengguna ketika ingin
melindungi kepala sekaligus pendengarannya.

Gambar 13. Cap-Mounted Earmuff


b) Sumbat telinga (ear plug), digunakan dengan memasukkan plug
sehingga memblokir saluran telinga. Ear plug berbentuk premolded
(preformed) atau moldable (busa). Ear plug umumnya dijual sebagai
produk sekali pakai (disposable) atau dapat digunakan kembali
(reusable).
27

Gambar 14. Ear plug


c) Penutup Telinga (ear muff), berupa penutup telinga yang terbuat dari
bahan yang lembut yang dapat menurunkan kebisingan dengan cara
menutupi semua bagian telinga dan ditahan oleh head band.

Gambar 15. Ear Muff


d) Semi-insert ear plugs, terdiri dari dua ear plugs yang dipasang di ujung
head band.
APD untuk pendengaran disarankan untuk dipakai apabila tempat anda
bekerja memiliki tingkat kebisingan diatas normal yaitu level
kebisingan yang mencapai di atas 85 dB atau lebih. Sedangkan APD
ini wajib dipakai ketika tingkat kebisingan sudah mencapai 90 dB.
7) Pelindung Kepala, meliputi:
a) Safety helmets, Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan
atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-
bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim
serta menjaga kebersihan kepala dan rambut.
28

Gambar 16. Safety Helmet


b) Sun hats digunakan untuk pekerja di luar ruangan harus mengenakan
topi dengan kemampuan maksimal untuk menahan sinar matahari.
c) Wet weather hats adalah topi tahan air yang disediakan bagi orang
yang bekerja di luar ruangan pada musim penghujan.
8) Electrical protection meliputi:
a) Helm non konduktif dapat menghindarkan pekerja dari cedera
tersengat listrik maupun terbakar akibat kontak dengan arus listrik.
Helm kelas A membantu mengurangi dampak akibat jatuhnya benda
sekaligus mengurangi bahaya akibat kontak dengan konduktor
listrik voltase rendah. Helm tahan uji pada tegangan listrik 2,200
volts. Sementara helm kelas B membantu mengurangi dampak akibat
jatuhnya benda sekaligus mengurangi bahaya akibat kontak dengan
konduktor listrik voltase tinggi. Helm tahan uji pada tegangan listrik
20.000 volts.
b) Alat Pelindung Mata dan Wajah, digunakan untuk meminimalisir
resiko cedera akibat ledakan listrik. Bahaya yang mungkin timbul
berupa panas, benda terbang, dan lelehan metal sehingga alat
pelindung yang digunakan harus awet dan tahan lama, non konduktif,
dan tahan panas.
c) Pakaian Tahan Api meliputi: celana, kemeja, coverall, jaket, parkas,
dan ful flash. Tentunya ukuran yang pas, kenyamanan, dan
fleksibilitas adalah penting, namun indicator terpenting bagi pakaian
tahan api adalah daya serap kain yang dikenal dengan sebutan arc
thermal performance value (ATPV). Pakaian yang terbuat dari serat
acetate, nylon, polyester, rayon (campuran maupun tunggal) tidak
29

boleh dikenakan untuk bekerja di area energy listrik kecuali


pekerja tersebut dapat menunjukkan bahwa kain tersebut telah diberi
perlakuan sehingga tahan terhadap segala kondisi.
d) Sarung Tangan Isolator
Sarung tangan isolator mampu melindungi pekerja dari akibat buruk
kontak listrik. Sarung tangan tersebut diklasifikasikan berdasarkan
warnanya menjadi enam yaitu:
Warna Kelas Hasil Uji Maksimum Voltase
Voltase yang Digunakan
AC/DC
Krem 00 2,500/ 10,000 500/ 750

Merah 0 5,000/ 20,000 1,000/ 1,500

Putih 1 10,000/ 40,000 7,500/ 11,250

Kuning 2 20,000/ 50,000 17,000/ 25,500

Hijau 3 30,000/ 60,000 26,500/ 39,750

Oranye 4 40,000/ 70,000 36,000/ 54,000

b. Tingkatan perlindungan diri


Menurut National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH)/OSHA/EPA, secara umum tingkatan perlindungan dapat
diklasifikasikan sebagai:
1) Level A memberikan perlindungan maksimal terhadap uap dan
cairan. Meliputi pakaian, sarung tangan, dan sepatu yang menutup
seluruh bagian tubuh dan tahan bahan kimia, alat pernafasan,
respirator udara. Perlindungan level A diperlukan bagi pekerja
pada lingkungan yang membahayakan jiwa dan kesehatan dengan
resiko gangguan/cacat permanen, dimana tindakan penyelamatan diri
harus dilakukan dalam waktu 30 menit.
2) Level B digunakan jika dibutuhkan alat perlindungan pernafasan
berupa respirator namun tingkat bahaya uap terhadap kulit lebih
30

rendah. Jadi pada level B, peralatan yang digunakan tahan bahan


kimia berupa cairan, namun tidak kedap udara. Sementara pada level
B, digunakan untuk melindungi pekerja dengan perlindungan
minimum terhadap paparan bahaya bahan kimia yang belum dikenal.
3) Level C berupa pakaian yang dilengkapi dengan respirator berupa
masker dengan filter penahan gas.
4) Level D terbatas pada baju overall, sepatu bot, dan sarung tangan.
c. Pertimbangan pemilihan alat pelindung diri diantaranya adalah:
1) Bahaya bahan kimia atau operasi kimia;
2) Sifat fisika bahan kimia dan rute masuknya bahan kimia ke tubuh
manusia;
3) Kondisi lingkungan;
4) Efektifitas tindakan pengendalian untuk mengurangi resiko.
2. ALAT PEMADAM API RINGAN
a. Penyebab Terjadinya Kebakaran
Senyawa yang dapat menyebabkan kebakaran adalah:
1) Oksigen, bahan ini tersedia di udara. Sebanyak 21% komponen udara
merupakan oksigen.
2) Bahan bakar
a) Bahan bakar padat bisa berupa kertas, kayu, kain, dan plastic
b) Bahan bakar cair bisa berupa bensin, minyak, minyak tanah,
pelarut, dan minyak goreng
c) Bahan bakar gas bisa berupa gas alam, LPG, acetylene
3) Panas (energy)
Panas dihasilkan oleh reaksi oksidasi. Diperlukan sumber panas untuk
mengawali pengapian. Sumber pengapian meliputi:
a) alat pemanas dan peralatan memasak
b) Peralatan listrik yang rusak
c) korek api dan pemantik
d) friksi
31

b. Proses Pemadaman Api


Api dapat terbentuk jika terdapat keseimbangan tiga unsur yang terdiri
dari bahan bakar, oksigen, dan panas. Hubungan ketiga komponen ini
biasanya disebut dengan segitiga api, sehingga bila mana salah satu unsur
tersebut dihilangkan maka api akan padam, jadi prinsip pemadaman api
adalah dengan merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur
penyebab kebakaran, atau dengan menghentikan proses pembakaran
dengan memutus rantai reaksi kemudian mendinginkan bahan yang
terbakar dibawah suhu awal pembakaran.
Penggunaan air tidak disarankan dalam pemadaman kebakaran yang
disebabakan oleh benda cair mudah terbakar karena justru sangat
meningkatkan laju pembakaran dan menyebarkan bahan bakar sehingga
lokasi pembakaran semakin meluas. Kebakaran pelarut organik yang lebih
ringan dari air dan tidak larut dalam air, tidak boleh menggunakan air
sebagai pemadamnya karena api justru akan meluas dan membesar. Untuk
itu digunakan gas CO2 atau bubuk kimia kering. Adapun berbagai jenis
api menurut sumbernya:
a) Kelas A meliputi api yang berbahan bakar bahan karbon padat
seperti kayu, kain, kertas, karet, dan plastic. Api dalam kelas ini
tidak termasuk yang berasal dari logam yang dapat terbakar. Media
pemadam kebakaran ini berupa air, pasir, karung goni yang
dibasahi, dan alat pemadaman kebakaran racun api tepung kimia.
b) Kelas B meliputi api yang berasal dari cairan yang mudah terbakar.
Media pemadaman ini berupa pasir, dan alat pemadam racun api
tepung kimia kering, dilarang memakai air untuk jenis ini karena
berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan terbakar
sehingga apabila dipergunakan air maka kebakaran akan merambat
dan melebar lebih besar.
32

c) Kelas C meliputi api yang berasal dari gas. Media pemadaman


untuk api yang berasal dari gas adalah CO2, halon, bahan kimia
kering.
d) Kelas D meliputi api yang berasal dari logam yang mudah terbakar
yaitu potassium, sodium, dan magnesium.Media pemadam untuk
api jenis adalah bubuk kering (spesifik untuk masing-masing
logam).
e) Kelas E merupakan api yang berasal dari peralatan listrik. Media
pemadaman kebakaran ini berupa alat pemadam kebakaran racun
api tepung kimia kering. Matikan dahulu sumber listrik agar aman
dalam memadamkan api. Perlu diperhatikan dalam memilih jenis
media pemadam yaitu yang tidak menghantar listrik untuk
melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
f) Kelas F meliputi api yang berasal dari minyak goreng dan lemak
c. Alat-alat pengaman bahaya kebakaran
Alat-alat pengaman bahaya kebakaran ada beberapa macam,diantaranya:
1) Fire Extinguisher/racun api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat multi guna. Peralatan ini
mempunyai ukuran beratnya yang sesuai dengan besar kecilnya resiko
kebakaran yang mungkin timbul di daerah tersebut. Bahan yang ada
dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering,
fram busa dan CO2 untuk bahan Halon tidak mendapat ijin digunakan di
Indonesia.
2) Hydrant
Hydrant adalah sebuah alat perlindungan api aktif yang disediakan di
sebagian wilayah perkotaan, pinggiran kota, dan perdesaan yang
memiliki ketersediaan (pasokan) air yang cukup yang memungkinkan
petugas pemadam kebakaran untuk menggunakan pasokan air tersebut
untuk membantu memadamkan kebakaran. Hydrant ini terdiri dari
33

Hydran gedung, Hydran halaman, Hydran kota yang biasanya


mempunyai lokasi sangat dekat dengan titik api.

Gambar 17. Hydrant


3) Fire alarm (alarm kebakaran)
Fire alarm merupakan alat yang akan berbunyi ketika terjadi kebakaran.
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
1) Jenis Air (water)
Sejak dulu air digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan hasil
yang memuaskan ( efektif dan ekonomis ) karena harganya relatif murah,
pada umumnya mudah diperoleh, aman dipakai, mudah disimpan dan
dipindahkan. APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type
(tersimpan bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik
digunakan untuk pemadaman kebakaran kelas A.
2) Jenis Busa (foam)
Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran awal
minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung aluminium sulfat dan
natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan dalam air. Hasilnya adalah
busa yang volumenya mencapai 10 kali lipat. Pemadaman api oleh busa
merupakan sistem isolasi, yaitu untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut
dalam reaksi.
34

3) Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder)


Bahan pemadam api serbuk kimia kering (Dry Chemical Powder) efektif
untuk kebakaran B dan C bisa juga untuk kelas A. Tepung serbuk kimia
kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu:
a) Sodium Bicarbonate dan Natrium Bicarbonate
b) Gas CO2 atau Nitrogen sebagai pendorong
4) Jenis Halon
APAR jenis Halon efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis
cairan mudah terbakar dan peralatan listrik bertegangan. Bahan
pemadaman api gas Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia
seperti: chlorine, flourine, bromide dan iodine.

Gambar 18. Jenis-jenis APAR


Walaupun berbeda bentuk dan ukuran, namun berbagai merk Alat
Pemadam Api Ringan umumnya memiliki cara kerja yang hampir sama. Di
dalam bahasa inggris terdapat singkatan untuk memudahkan kita mengingat
cara menggunakan alat pemadam api ringan, yaitu: P.A.S.S
1) Pull atau Tarik kunci pengaman hingga terlepas. Kunci berfungsi sebagai
pengaman handle atau pegangan dari penekanan yang tidak disengaja.

Gambar 19. Cara Membuka/Menarik kunci APAR


35

2) Aim atau Arahkan nozzle atau ujung hose yang kita pegang ke arah pusat
api.

Gambar 20. Cara Mengarahkan Nozzle


3) Squeeze atau tekan handle atau pegangan untuk
mengeluarkan/menyemprotkan isi tabung. Pada beberapa merk handle
penyemprot terletak Dibagian ujung hose.

Gambar 21. Cara Menekan Handle APAR


4) Sweep atau Sapukan nozzle yang kita pegang kearah Kiri dan Kanan api,
agar media yang disemprotkan merata mengenai api yang sedang terbakar

Gambar 22. Cara Menyapukan Nozzle ke Sumber Api


Perlu diingat setiap jenis alat pemadam api ringan memiliki kemampuan
jangkauan yang berbeda, disamping itu perhatikan arah angin sebelum kita
mulai menyemprotkan isi tabung pemadam api ringan. Jangan sampai
36

posisi kita berdiri berlawanan dengan arah angin, karena angin akan
meniup kembali media yg kita semprotkan kearah kita berdiri. Sebaiknya
kita berdiri diposisi membelakangi arah angin selain untuk menghindari
tiupan hawa panas juga menghindarkan kita dari media yang kita
semprotkan kembali kearah kita.
Pertimbangan pemilihan alat pemadam api meliputi:
a) Kemungkinan ancaman kesehatan dan keselamatan yang
ditimbulkan oleh reaksi kimia antara bahan pemadam api dan
bahan yang terbakar atau ketika menggunakan alat pemadam api di
ruangan tertutup. Alat pemadam api dengan nozzle yang panjang
misalnya, bisa digunakan di ruangan tertutup.
b) Keadaan udara di tempat dimana alat pemadam api diletakkan.
Udara yang sangat dingin akan menyebabkan alat pemadam api
berbasis air menjadi tidak efektif. Lokasi dengan udara yang
korosif sebaiknya memilih alat pemadam api yang tahan terhadap
korosi atau dilengkapi dengan bahan untuk meminimalisir korosi.
c) Kemampuan fisik pengguna. Ukuran dan berat alat
pemadam api harus disesuaikan dengan kemampuan fisik
penggunanya. Jangan memilih alat pemadam api yang terlalu
berat.
d. Instalasi Alat Pemadam Api
Jika tidak dilengkapi dengan roda, pastikan bahwa alat pemadam api
portable dengan berat lebih dari 18 kg dipasang dengan tinggi alat dari tanah
maksimum 1,1 meter. Sementara alat pemadam api dengan berat hingga 18 kg
bisa dipasang dengan tinggi alat dari tanah maksimum 1,5 meter.
Hal berikut perlu diperhatikan berkaitan dengan pemasangan alat pemadam
api:
1) Alat hendaknya ditempatkan di tempat yang terlihat. Petunjuk pemakaian
dan identifikasi alat harus dapat terbaca dengan jelas.
37

2) Alat tersebut mudah dijangkau, yaitu tidak terhalang oleh mesin maupun
barang- barang lain.
3) Alat diletakkan di sisi koridor menuju pintu keluar, namun alat tersebut
tidak boleh menghalangi lalu lintas di koridor tersebut.
4) Alat diletakkan di tempat yang berpotensi sebagai sumber api namun
cukup jauh untuk dapat terjangkau api bila terjadi kebakaran.
5) Alat diletakkan di tempat yang tidak mendorong orang untuk
menggunakannya dengan resiko yang tidak semestinya, misalnya
menggunakan alat pemadam api jenis halon di ruangan tertutup.
6) Alat diletakkan di tempat dimana alat tersebut tidak akan rusak oleh
aktifitas kerja seperti lalu lintas truk, crane, maupun terkorosi oleh proses
kimia
7) Jika ditempatkan di luar ruangan, alat harus diletakkan di tempat yang
terlindung
8) Pada kasus dimana di dalam ruangan kecil dan atau tertutup tersimpan
barang yang mudah terbakar, alat pemadam api hendaknya diletakkan di
luar ruangan tersebut.
9) Alat pemadam api hendaknya diletakkan di dekat ruang penyimpanan
peralatan eletronik.
10) Di dalam kendaraan atau di area dimana alat pemadam api beresiko
mengalamai jarring atau vibration maka instalasi alat tersebut dilengkapi
dengan kurungan pengaman.
3. LARUTAN
a. pH Larutan
Hampir semua proses yang melibatkan air memerlukan pengukuran
pH. Kelangsungan hidup pada sebagian besar makhluk hidup tergantung
pada pH tubuh yang tepat. Pengukuran pH larutan diperlukan untuk
memperoleh data nilai pH yang akurat. Akurasi pH sangat penting agar
reaksi berjalan sempurna.
38

pH didefinisikan sebagai logaritma negativ dari konsentrasi ion


hidrogen. Definisi pH dikenalkan pada tahun 1909 oleh ahli biokimia
Denmark, Soren Peter Lauritz Sorensen. Secara matematika
didefinisikan sebagai:
pH = -log[H+]
dimana [H+] = konsentrasi ion hidrogen (mol/L)

Nilai pH merupakan rasio [H+] terhadap [OH‐] (konsentrasi ion


hidroksida). Sehingga, jika [H+] lebih besar dibanding [OH‐], larutan
bersifat asam. Sebaliknya, jika [OH-] lebih besar dibanding [H+], larutan
bersifat basa. Pada pH 7, rasio [H+] terhadap [OH‐] adalah sama sehingga
larutan bersifat netral. Perubahan nilai pH sebesar 1 unit menunjukkan
perubahan konsentrasi ion hydrogen sebesar 10 kali. Dalam sebuah larutan
netral, [H+] = 1 x 10‐7 mol/L yang menunjukkan pH 7.
pH = - log (1 x 10-7)
= - log (1 + log 10-7)
= - (0.0 + (-7))
= 7.0
Karena konsentrasi ion hidrogen dan ion hidroksida bernilai konstan
pada larutan yang stabil, konsentrasi salah satu ion dapat ditentukan jika
konsentrasi ion yang lain diketahui. Sehingga untuk menentukan pH
larutan konsentrasi ion hidroksida dapat dihitung sebagai:
[H+][OH-] = 10-14
Pengukuran pH
pH dalam suatu larutan dapat diukur dengan berbagai cara. Cara
yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan elektroda kaca,
elektroda referensi, dan pH meter. Metode alternative untuk menentukan pH
larutan adalah Indikator yang merupakan suatu alat yang dirancang untuk
berubah warna ketika terpapar bahan yang berbeda pH. Warna sampel yang
dibasahi cocok dengan warna pada table warna. Tabel tersebut digunakan
39

sebagai referensi untuk membandingkan dan menyimpulkan pH berdasar


warna yang ada. Kertas pH sebagai indicator terdapat pada rentang pH yang
pendek (misalnya untuk pH 3.0 hingga 5.5, 4.5 hingga 7.5, 6.0 hingga 8.0)
dan rentang yang lebih lebar (pH 1 hingga 11). Kertas pH biasa digunakan
pada pengukuran awal dengan volume yang kecil. Pengukuran dengan kertas
pH tidak bisa dilakukan pada proses monitoring yang kontinyu. Walaupun
kertas pH tergolong murah, namun dapat terpengaruh oleh larutan sehingga
mempengaruhi perubahan warna.
Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa,
sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Secara percobaan,
perubahan pH dapat diikuti dengan mengukur pH larutan yang dititrasi
dengan elektrode pada pH meter. Reaksi antara asam dan basa, dapat berupa
asam kuat atau lemah dengan basa kuat atau lemah, meliputi berikut ini ;

Jenis Asam Jenis Basa pH Titik Ekivalen ( TE )


Asam kuat Basa kuat = 7 (netral)
Contoh : HCl Contoh : NaOH
Asam kuat Basa lemah < 7 (asam)
Contoh : HCl Contoh : NH4OH

Asam lemah Basa kuat > 7 (basa)


Contoh : CH3COOH Contoh : NaOH

Asam lemah Basa lemah Tergantung pd harga Ka asam -


Contoh : CH3COOH Contoh : NH4OH lemah dan Kb basa lemahnya.
Bila Ka>Kb maka pH TE < 7,
bila Ka<Kb maka pH TE > 7,
bila Ka=Kb maka pH TE = 7

Dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi


asam basa yang mempunyai harga kisaran pH tertentu.
b. Macam-Macam Campuran
40

1) Larutan
Larutan adalah campuran fase cair yang homogen, baik dari molekul,
atom, ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan tersusun atas pelarut
(solvent) yang berupa cairan dan zat terlarut (solute) yang dapat
berupa gas, cairan, maupun zat padat. Larutan homogen mempunyai
komposisi yang seragam pada keseluruhan larutan. Larutan homogen
terbentuk dari gaya tarik-menarik molekul atau partikel zat terlarut dan
pelarut. Dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel-
partikel yang sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 nm.

No. Zat Terlarut Pelarut Contoh


1 Padat Padat Alloy seperti kuningan, perunggu, tembaga, emas
2 Cair Padat Amalgam merkuri dengan logam
3 Gas Padat Gas hydrogen dalam logam palladium, batu apung
4 Padat Cair Iodine dalam CCl4; asam benzoat dalam C6H6, gula dalam air

5 Cair Cair Ethanol dalam air


6 Gas Cair Oksigen, karbondioksida dalam air
7 Padat Gas Iodine di udara
8 Cair Gas Chloroform dalam nitrogen
9 Gas Gas Udara, campuran gas non-reaktif
Macam-macam larutan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Larutan aqueous: larutan dengan pelarut air


Larutan non-aqueous: larutan dengan pelarut selain air
Konsentrasi larutan: jumlah zat terlarut yang dilarutkan di dalam
sejumlah pelarut Larutan encer: larutan yang mengandung zat terlarut
dengan konsentrasi rendah Larutan pekat: larutan yang mengandung
zat terlarut dengan konsentrasi tinggi.
41

2) Suspensi
Suspensi merupakan campuran heterogen dimana ukuran partikelnya
lebih besar dari 1000 nm, sebagian partikel akan mengendap di bagian
dasar campuran. Suspensi tampak keruh dan merupakan sistem multi
fase. Partikel dalam suspensi berukuran jauh lebih besar dibanding zat
terlarut dalam larutan sehingga dapat mengendap oleh gaya gravitasi.
Tidak seperti pada larutan, partikel dalam suspense dapat dilihat
dengan mata telanjang. Selain itu, partikel yang terdispersi dalam
suspense dapat dipisahkan dari media pendispersi dengan proses
penyaringan. Contoh suspensi: campuran terigu dengan air, tanah liat
dengan air, dan air sungai yang keruh.
3) Koloid
Koloid merupakan campuran heterogen dimana ukuran partikel
penyusun berada di antara larutan dan suspense, yaitu sekitar 1 –
1000 nm. Partikel pada koloid tersebar secara merata dalam
medium pendispersi yang dapat berupa padat, cair, maupun gas.
Tabel berikut merangkum sifat dan perbedaan larutan, koloid, dan
suspensi.

Larutan Koloid Suspensi


Homogen Heterogen Heterogen
Ukuran partikel: 0.01-1 Ukuran partikel: 1-1000 nm, Ukuran partikel: > 1000
nm; partikel terdispersi; molekul nm, partikel tersuspensi;
atom, ion, atau molekul atau aggregat partikel besar atau aggregat
Tidak terpisah Tidak terpisah dalam Partikel mengendap ketika
dalam kedudukannya didiamkan
kedudukannya
Tidak dapat Tidak dapat dipisahkan melalui Dapat dipisahkan melalui
dipisahkan melalui proses filtrasi proses filtrasi
proses filtrasi
42

Dapat menghamburkan
Tidak dapat Dapat menghamburkan
cahaya atau menjadi
menghamburkan cahaya (efek Tyndall)
cahaya buram
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, maka sistem koloid
dapat dibedakan menjadi 8 jenis yaitu seperti yang ditunjukkan dalam tabel
berikut ini:

Fase Medium
No Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi

Gelas berwarna, intan hitam, mutiara,


1 Padat Sol Padat
paduan logam,baja,permata,perunggu

Tinta, cat, sol emas, sol belerang, lem


Padat
2 Cair Sol cair, pati dalam air, protoplasma, air
lumpur

3 Gas Aerosol Padat Asap, debu di udara, buangan knalpot

Emulsi Padat Jeli, mutiara, keju, mentega, selai, nasi,


4 Padat
( Gel ) agar-agar, lateks, lem padat, semir padat

Cair Susu, santan, minyak ikan, es krim,


5 Cair Emulsi
mayones

6 Gas Aerosol Cair Kabut, awan, obat semprot, hair spray

Buih / busa Karet busa,batu apung, stirofoam, lava,


7 Padat
Padat biskuit, kerupuk
Gas
Busa sabun, krim kopi, pasta, ombak,
8 Cair Buih / busa
krim kocok

Dalam sistem koloid, fase terdispersi dan medium pendispersinya dapat


berupa zat padat, cair atau gas.

c. Metode-Metode untuk Menunjukkan Konsentrasi Larutan


1) Persen massa (W/W)
Menunjukkan massa zat terlarut dalam gram yang terlarut di dalam pelarut
untuk membentuk 100 gram larutan
43

massa zat terlarut


% massa = x 100
massa larutan

Dimana: massa larutan = massa zat terlarut + massa pelarut


Persen massa tidak tergantung pada suhu karena tidak mengandung fungsi
suhu
2) Persen volume (V/V)
Didefinisikan sebagai rasio volume zat terlarut terhadap volume larutan
volume zat terlarut
% volume = x 100
volume larutan

Persen volume digunakan ketika kedua komponen larutan berupa fase


cair. Total volume larutan tidak sama dengan jumlah volume zat terlarut
dan volume pelarut karena partikel zat terlarut menempati ruang kosong
pada struktur cairan. Volume tergantung pada suhu sehingga persen
volume berubah menurut perubahan suhu. Persen massa/volume (m/v)
dihitung sebagai massa zat terlarut dalam gram yang terdapat pada 100 ml
larutan.
3) Fraksi mol (x)
Fraksi mol komponen larutan didefinisikan sebagai rasio jumlah mol
komponen yang terdapat dalam larutan terhadap jumlah total mol seluruh
komponen larutan. Secara matematika dapat didefinisikan sebagai berikut:
Untuk larutan dengan dua komponen penyusun, maka:
n1 = jumlah mol pelarut
n2 = jumlah mol zat terlarut
Fraksi mol pelarut:
𝑛1
𝑥1 =
𝑛1 + 𝑛2
Fraksi mol zat terlarut:
44

𝑛2
𝑥2 =
𝑛1 + 𝑛2
Jumlah fraksi mol pelarut dan zat terlarut:

𝑛1 + 𝑛2
𝑥1 + 𝑥2 = =1
𝑛1 + 𝑛2
Fraksi mol tidak tergantung pada suhu
4) Molaritas (M)
Didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam 1 liter
larutan, secara matematis didefinisikan sebagai:
jumlah mol zat terlarut
𝑀olaritas (M) =
volume larutan (L)
massa zat terlarut (gram)
Jumlah mol zat terlarut =
berat molekul (gram)
Molaritas dinyatakan dalam mol/L, tergantung pada suhu karena
mengandung fungsi volume.
5) Molalitas (m)
Didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut yang dilarutkan dalam 1 kg
pelarut.
jumlah mol zat terlarut
molalitas =
massa pelarut (kg)
Metode ini paling baik untuk menentukan konsentrasi larutan karena tidak
tergantung pada suhu.
6) Normalitas (N)

jumlah gram ekuivalen zat terlarut


Normalitas (N) =
volume larutan (L)
45

Dimana:
massa zat terlarut (gram)
jumlah gram ekuivalen zat terlarut =
berat ekuivalen zat terlarut (gram)
Kebasaan menunjukkan jumlah mol ion H+ yang dihasilkan oleh 1 mol
asam
berat molekul basa
berat ekuivalen basa =
keasaman

Keasaman menunjukkan jumlah mol ion OH- yang dihasilkan oleh 1


mol basa
berat molekul garam
berat ekuivalen garam =
muatan total kation
Hubungan antara molaritas dan normalitas
N=nxM
Dimana n menunjukkan keasaman atau kebasaan
Normalitas merupakan parameter yang tergantung pada suhu.
7) Part per million (ppm)
Didefinisikan sebagai massa atau volume zat terlarut dalam gram atau
cm3 per 106 gram atau 106 cm3 larutan.

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


ppm = 𝑥 10⁶
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Ppm dapat diperhitungkan sebagai massa terhadap massa, massa


terhadap volume, atau volume terhadap volume.
d. Solubility Zat Terlarut di dalam Pelarut
Berdasar jumlah zat terlarut yang terdapat dalam larutan, maka
larutan dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
46

1) Larutan jenuh, merupakan larutan yang mengandung zat terlarut


dalam jumlah yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan antara
zat terlarut yang terlarut dan yang tidak terlarut.
2) Larutan tak jenuh, merupakan larutan yang mengandung zat terlarut
dalam jumlah yang lebih sedikit daripada yang diperlukan untuk
membentuk larutan jenuh. Perlu dicatat bahwa tidak akan tercapai
kesetimbangan antara disolusi dan kristalisasi.
3) Larutan lewat jenuh, merupakan larutan dengan jumlah zat terlarut
lebih banyak dibanding yang diperlukan untuk membentuk larutan
jenuh.
Konsep solubilitas
Solubilitas adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut
dsalam pelarut pada suhu tetap. Solubilitas dinyatakan dalam mol/L.
Solubilitas suatu benda akan berubah sesuai dengan suhu.
Pengaruh suhu pada solubilitas zat terlarut padat dalam pelarut cair
Umumnya solubilitas zat padat dalam cairan meningkat dengan
meningkatnya suhu.
Variasi solubilitas dengan suhu pada beberapa senyawa ionic
Solubilitas NaBr, NaCl, KCl sedikit dipengaruhi oleh suhu. Solubilitas
garam seperti KNO3, NaNO3, KBr meningkat secara signifikan dengan
kenaikan suhu. Sementara solubilitas Na2SO4 justru menurun seiring
dengan meningkatnya suhu. Sementara NH4NO3 yang mengalami proses
endotermis sehingga solubilitasnya meningkat dengan peningkatan suhu.
Namun demikian, pada CaCl2 yang mengalami proses eksotermis, ditemui
adanya peningkatan solubilitas ketika terjadi peningkatan suhu.
Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Solubilitas Gas dalam Cairan
Menurut hukum Charles, volume gas bermassa tertentu berbanding
lurus dengan temperaturnya. Jadi peningkatan suhu akan meningkatkan
volume gas tersebut. Volume gas bermassa tertentu yang larut dalam
larutan tersebut akan bertambah seiring dengan meningkatnya suhu. Oleh
47

karena itu, pelarut dalam larutan tidak dapat mengakomodasi zat terlarut
berupa gas sehingga terbentuk gelembung gas. Jadi solubilitas gas di
dalam cairan menurun dengan peningkatan suhu.

e. Sifat Koligatif Larutan


Sifat koligatif larutan nonelektrolit merupakan sifat koligatif larutan
yang dimiliki oleh larutan yang zat terlarutnya tidak terurai menjadi ion-
ionnya. Jadi, sifat koligatif larutan nonelektrolit sangat dipengaruhi oleh
jumlah zat terlarut (nonelektrolit) yang ada dalam larutan. Penambahan zat
terlarut dalam pelarut akan menghasilkan titik didih larutan yang lebih
tinggi dari pada titik didih pelarutnya. Selain itu, tekanan uap dan titik
beku larutan yang dihasilkan larutan lebih rendah dari pada pelarutnya.
Hal ini berlaku untuk zat yang nonvolatil. Sifat koligatif larutan meliputi:
1) Penurunan tekanan uap
Tekanan uap jenuh merupakan tekanan uap tertinggi suatu zat pada suhu
tertentu. Semakin volatil semakin tinggi tekanan uap jenuhnya dan
sebaliknya semakin non volatil, semakin rendah tekanan uap jenuhnya.
Adanya zat terlarut nonvolatile dalam suatu pelarut cair mengakibatkan
penurunan tekanan uap jenuh. Hal ini akibat adanya gaya tarik menarik
antara molekul zat terlarut dengan pelarut cair. Semakin besar konsentrasi
zat terlarut nonvolatil yang ditambahkan, semakin besar pula penurunan
tekanan uap jenuh yang teramati.
Jika P1° adalah tekanan uap pelarut murni dan P adalah tekanan uap
larutan dan P < P1° maka penurunan tekanan uap dihitung sebagai:
∆𝑃 = 𝑃1° − 𝑃
Penurunan tekanan uap relatif pada larutan tersebut merupakan rasio
penurunan tekanan uap pelarut terhadap tekanan uap pelarut murni, yang
secara matematis didefinisikan sebagai berikut;
∆𝑃 𝑃1° − 𝑃
=
𝑃1° 𝑃1°
48

Larutan yang mengikuti hukum Raoult pada semua konsentrasi


disebut dengan larutan ideal. Penurunan tekanan uap, ΔP, didefinisikan
sebagai:
∆𝑃 = P1° - PT
= P1° - P1°x1 = P1°(1-x1)

Dengan 1-x1 = x2 maka:


∆𝑃 = 𝑃1° 𝑥2
Penurunan tekanan uap merupakan hasil tekanan uap pelarut murni
dan fraksi mol zat terlarut dalam larutan. Penurunan tekanan uap
tergantung pada sifat pelarut murni dan konsentrasi zat terlarut dalam
fraksi mol. Penurunan tekanan uap
relative didefinisikan sebagai:

∆𝑃 𝑃1° − 𝑃 𝑃1° − 𝑥2
= = = 𝑥2
𝑃1° 𝑃1° 𝑃1°
Jadi, penurunan tekanan uap relative besarnya sama dengan fraksi mol zat
terlarut (x2). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa penurunan tekanan
uap merupakan sifat koligatif karena tergantung pada konsentrasi zat
terlarut.
2) Kenaikan titik didih
Kenaikan titik didih disebabkan oleh adanya penambahan zat terlarut
nonvolatile ke dalam suatu pelarut. Zat tersebut menghalangi gerakan
molekul-molekul air atau molekul-molekul pelarut sehingga mempersulit
lepasnya molekul dari fase cair ke fase gas. Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
∆ = 𝑇 − 𝑇0
Dimana
T : titik didih larutan
To : titik didih pelarut murni
49

ΔTb : kenaikan titik didih


T > T0
Kenaikan titik didih menunjukkan perbedaan antara titik didih larutan dan
titik didih pelarut murni. Pada larutan encer, kenaikan titik didih (ΔTb)
secara proporsional sebanding dengan molalitas (m) larutan, sehingga ΔTb
∞m
ΔTb = Kb m
Dimana:
m = molalitas larutan
Kb = konstanta kenaikan molal titik didih atau konstanta
ebullioskopik
Kanaikan titik didih juga dapat ditulis sebagai:
Kb W2 KbW2
∆Tb = → M2
M2W2 ∆TbW1
Dimana
∆Tb = (K)
m = (mol/Kg)
Kb = K Kg/mol
Berdasar persamaan di atas dapat didefinisikan bahwa Kb merupakan
kenaikan titik didih yang terjadi ketika 1 mol zat dilarutkan dalam 1 kg
pelarut. Nilai Kb tergantung pada sifat pelarut.
3) Penurunan titik beku
Penurunan titik beku disebabkan oleh adanya penambahan zat terlarut
nonvolatile ke dalam suatu pelarut. Zat-zat ini menghalangi proses
pengaturan molekul-molekul pembentuk Kristal padat. Dengan demikian
diperlukan suhu yang lebih rendah untuk memperoleh Kristal zat padat.
Secara matematis dituliskan sebagai:
∆ = 𝑇 − 𝑇0
Pada larutan encer, nilai ΔTf dapat berubah sesuai dengan konsentrasi
larutan terlepas dari sifat zat terlarut. Penurunan titik beku bernilai
50

proporsional dengan penurunan tekanan uap dan fraksi mol zat terlarut.
Sehingga pada larutan encer
∆Tf ∞ P1° - P. Semakin besar tekanan uap (P1° - P), semakin tinggi
penurunan titik beku.
Penurunan titik beku bernilai proporsional dengan molalitas larutan ΔTf ∞
m, dengan menyertakan faktor konstanta diperoleh:
ΔTf = Kf m
Dimana Kf adalah konstanta proporsionalitas yang dikenal dengan
konstanta krioskopik atau konstanta penurunan titik beku. Dengan
memasukkan nilai molalitas, maka diperoleh:
Kf W2 Kf W2
∆Tf = → M2 =
M2W1 ∆TfW1
Jika m = 1 maka ΔTf = Kf. Konstanta krioskopik (K kg/mol)
didefinisikan sebagai penurunan titik beku yang disebabkan oleh
pelarutan 1 mol zat dalam 1 kg pelarut.
4) Tekanan Osmotik
Peristiwa osmosis adalah proses merembesnya pelarut dari larutan yang
lebih encer ke larutan yang lebih pekat atau dari pelarut murni ke suatu
larutan melalui membrane semi permeable. Jika kedua larutan mencapai
konsentrasi yang sama, osmosis akan berhenti atau dapat dihentikan
dengan memberi tekanan pada larutan pekat. Tekanan ini deisebut tekanan
osmotik. Menurut Van’t Hoff, besarnya tekanan osmotic untuk larutan
encer sebanding dengan molaritas larutan tersebut. Secara matematis
dinyatakan sebagai:
𝜋=𝑀𝑅𝑇
Dimana
π = tekanan osmotic (atm)
M = molaritas (mol/L)
R = tetapan gas = 0,082 L atm/ mol K
T = suhu
51

f. Hasil kali kelarutan


Kenyataan menunjukan bahwa zat yang mudah larut dalam air dan ada
pula zat yang tidak mudah larut dalam air. Zat yang mudah larut dalam air
mempunyai harga kelarutan yang besar, sedang zat yang sukar larut
mempunyai harga kelarutan yang kecil. Jumlah mol zat yang larut dalam 1
liter larutan sehingga terjadi larutan jenuhnya pada suhu 25 C dan
tekanan 1 atm, disebut kelarutan (disingkat l).
Di dalam larutan jenuhnya terjadi kesetimbangan antara padatan dengan
ion-ion
hasil disosiasinya. Contoh :
AgCl (s) ⇄ Ag+ (aq) + Cl- (aq)
(𝐴𝑔+ )(𝐶𝑙 − )
𝐾=
(𝐴𝑔𝐶𝑙)
Konsentrasi padatan selalu tetap selama zat padatnya ada, jadi : K .
(AgCl(s)) = (Ag+) (Cl-)
Ksp = (Ag+) (Cl-)
Secara umum dapat dituliskan :
LaXb (s) ⇄ a L b+ + b X a-
(Lb +)a (X a−)b
𝐾=
(𝐿𝑎𝑋𝑏(𝑠))
K . (LaXb(s)) = Ksp = (Lb+)a . (X a-)b
Hubungan kelarutan dan hasil kali kelarutan
Untuk padatan AxBy yang berada dalam kesetimbangan dengan ion-ion
hasil disosiasinya dalam larutan jenuhnya, berlaku :
AxBy (s) x Ay+ (aq) + y Bx-
(aq)
Kelarutan
1M 1M
y1M
52

Ksp = (Ay+)x . (Bx-)y

= (x l)x . (y l)y

= xx . yy . l (x+y)

l =

contoh :

l AgCl =

l Mg(OH)2=

Mengendap atau tidaknya AxBy, dapat dilihat dari harga (Ay+)x . (Bx-)y
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y < Ksp, maka AxBy belum mengendap
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y = Ksp, maka larutan mencapai jenuh
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y > Ksp, maka AxBy lewat jenuh atau telah
terjadi endapan.
4. LARUTAN STANDAR
a. Pengantar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui secara
akurat. Larutan tersebut dimasukkan di dalam buret dan digunakan untuk
mentitrasi larutan yang konsentrasinya belum diketahui (larutan sampel).
Larutan standar berfungsi sebagai referensi untuk menentukan konsentrasi
larutan. Fungsi lain dari larutan standar yaitu menstandarkan larutan
volumetrik. Larutan baku sekunder juga disiapkan dari larutan standar.
Pada proses kalibrasi instrument, diperlukan penggunaan larutan standar.
Larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer dapat disiapkan dengan
menimbang dan melarutkan larutan pada reagen yang akan direaksikan
dengan analit. Larutan standar primer harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
53

1) Kemurnian yang tinggi, harus berupa bahan dengan kemurnian


tinggi, diutamakan 99.98 %
2) Stabil dengan keberadaan udara.
3) Tidak mengandung air yang mungkin timbul dan bervariasi
dengan perubahan kelembaban dan suhu.
4) Murah.
5) Mudah dilarutkan dalam pelarut tertentu untuk menghasilkan
larutan yang stabil.
6) Merupakan bahan yang anhidrat, tidak mengandung molekul
air dalam struktur molekulnya.
7) Tidak higroskopis sehingga ketika berada dalam wadah
terbuka tidak menyerap molekul air dari udara.
8) Mempunyai berat molekul yang sangat besar
9) Mudah ditimbang, karena sangat murni maka berat bahan
menunjukkan jumlah mol yang tersedia.
10) Tidak beracun.
b. Pembuatan Larutan Standar
1) Pembuatan larutan dari cairan pekatnya
Untuk membuat larutan dari larutan pekatnya maka data yang
perlu diketahui adalah kadar, berat jenis, berat molekul (BM). Alat
yang digunakan adalah labu takar dan pipet ukur, propipet.
Banyaknya larutan pekat (mL) yang harus diambil dapat dihitung
dengan bantuan rumus berikut:
M. V. BM
x (ml) =
10. K. L
Dimana:
M = Molaritas larutan yang akan dibuat
V = Volume larutan yang akan dibuat (mL)
BM = Berat molekul
K = Kadar larutan pekat (%)
54

B = Berat jenis larutan pekat (gram/cm3)

2) Pembuatan larutan dari padatannya


Untuk membuat larutan dari padatannya maka data yang perlu
diketahui adalah kadar, berat molekul (BM). Alat yang digunakan
adalah labu takar dan gelas arloji, neraca analitik. Jumlah padatan
(gram) yang harus diambil dapat dihitung dengan bantuan rumus
berikut:
M. V BM
x (gr) =
10 . K
Dimana:
M = Molaritas larutan yang akan dibuat
V = Volume larutan yang akan dibuat (mL)
BM = Berat molekul
K = Kadar padatan
3) Pengenceran larutan
Pengenceran larutan dilakukan menggunakan peralatan labu takar,
pipet gondok maupun pipet volume. Rumus pengenceran yang
digunakan adalah:
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana:
M1 = Molaritas larutan mula-mula
V1 = Volume larutan mula-mula yang harus diambil (mL)
M2 = Molaritas larutan hasil pengenceran
V2 = Volume larutan hasil pengenceran yang diinginkan
(mL)
4) Pembuatan larutan standar
Larutan standar dalam analisis volumetri pada umumnya
dinyatakan dalam satuan “normal” yang disingkat dengan notasi
55

“N”; dan dapat dibuat baik dari suatu zat yang berfase cair maupun
dari suatu zat yang berfase padat. Apabila suatu larutan standar
dibuat dari suatu zat yang berfase cair, disebut proses pengenceran
dan dibedakan menjadi :
a) Suatu cairan yang telah diketahui normalitasnya
b) Suatu cairan yang belum/tidak diketahui normalitasnya.
Apabila suatu larutan standar dibuat dari suatu cairan yang telah
diketahui normalitasnya, untuk menentukan banyaknya cairan
yang akan diencerkan digunakan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
atau
V1 x M1 x N1 = V2 x M2 x N2
Dimana :
V1 = banyaknya volume cairan yang akan diencerkan
N1 = normalitasnya cairan yang akan dicairkan
V2 = banyaknya volume larutan yang akan dibuat
N2 = normalitas larutannya yang akan dikehendaki
Apabila suatu larutan standar dibuat dari suatu cairan yang
belum/tidak diketahui normalitasnya, untuk menentukan
banyaknya cairan yang akan diencerkan digunakan rumus :
𝑁 𝑥 𝑉 𝑥 𝑀. 𝐴
𝑎=
10 𝑥 𝑛 𝑥𝐾 𝑥 𝐿
Dimana :
a = banyaknya volume cairan yang akan diencerkan
K = kadar (% w/w) cairan yang akan diencerkan
L = kerapatan (gram/ml) cairan yang akan diencerkan
N = normalitas larutan hasil pengenceran
V = banyaknya volume larutan hasil pengenceran
n = bilangan oksidasi zat dalam larutan
56

5. ANALISIS KIMIA
a. Analisis Titrimetri
Dalam setiap metode titrimetri, dilakukan penambahan larutan
titran kedalam larutan titrat, dengan harapan terjadi reaksi antara analit
yang ada didalam larutan titrat dengan reagen yang ada dalam titran.
Penambahan titran dilakukan sedikit demi sedikit sampai saat dimana
reagen dan analit tepat habis bereaksi. Keadaan ini disebut sebagai titik
ekivalen, dan pada saat itu pula penambahan titran harus dihentikan
karena dapat dinyatakan bahwa saat tersebut telah dicapai titik akhir
titrasi. Untuk mengetahui saat tercapainya titik ekivalen diperlukan suatu
zat penunjuk yang disebut indikator. Pada saat titik ekivalen, maka
ekivalen titran sama dengan ekivalen zat yang dititrasi atau:
V1 . N1 = V2. N2
V1 . M1 .n1 = V2. M2.n2

Dimana:
V = volume
N = normalitas
M = molaritas
n = valensi
Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam melakukan yaitu:
1) Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi
samping,
2) Reaksi harus kuantitatif,
3) Reaksi harus berlangsung secara cepat,
4) Pada saat titikekivalen (TE),reaksi harus dapat diketahui titik akhir
titrasinya (TAT) dengan tajam atau jelas perubahannya menggunakan,
5) Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
57

Klasifikasi Metode Analisis Titrimetri:

Metode Teknik Titer


Neutralisasi Alkalimetry MeOH
Acidimetry HAn
(titrasi asam basa)
Halometry HAn, MeOH

Titrasi non-aqueous HClO4 dalam asam asetat atau


nitrometana
NaOH atau CH3ONa dalam
metanol

Redoximetry Permanganatometry KMnO4


(reduksi-oksidasi) Iodometry I2, Na2S2O3
Bromatometry
Cerimetry KBrO3
Vanadatometry Ce(SO4)2
Titanometry NH4VO3
Nitritimetry
Ti2(SO4)3
NaNO2
Titrasi presipitasi Argentometry AgNO3
Mercurometry
Hg2(NO3)2
Rhodanometry
KSCN
Complexometry Mercurimetry Hg(NO3)2
(pembentukan Fluorimetry NaF
senyawa kompleks) Complexonometry EDTA
Perhitungan Pada Analisis Metode Titrimetri
𝑁. 𝑚𝑒𝑞
𝑇=
1000
𝑀
𝑁=
𝑚𝑒𝑞. 𝑉
𝑁. 𝑉. 𝑚𝑒𝑞
𝑚=
1000
𝑁𝑡. 𝑉𝑡. 𝑚𝑒𝑞𝑥
𝑚𝑥(𝑖𝑠) =
𝑝𝑥
58

𝑁𝑡. 𝑉𝑡. 𝑚𝑒𝑞𝑥. 𝑊


𝑚𝑥 (𝑎𝑙) =
𝑉𝑠. 𝑝𝑥
𝑚
𝑎𝑥 = 100%
𝑝𝑥
Dimana:
T = Titer
Nt = Normalitas titer
m = massa bahan
mx (al) = jumlah analiti didefinisikan sebagai aliquot sampel (g)
meqx= massa 1 ekuivalen analit
Vs = aliquot larutan sampel
ax = persentase bahan dalam sampel (%)
N = normalitas (jumlah ekuivalen/L)
Vt = volume titer yang digunakan (mL)
meq = massa 1 ekuivalen (g)
mx(is) = = jumlah analiti didefinisikan sebagai individual sampel (g)
W= volume sampel analit
px = massa sampel (g)
Indikator Pada metode Titrimetri
Indikator merupakan senyawa kimia yang memberikan beberapa
pengaruh eksternal terhadap konsentrasi spesies reaktif berdasar titik
ekuivalen. Pengaruh eksternal tersebut dapat disertai dengan perubahan,
kenampakan atau ketidaknampakan warna, dan pembentukan senyawa yang
mudah larut (pembentukan endapan). Secara teknis, dalam penerapannya,
terdapat dua macam indicator, yaitu indicator internal dan indicator eksternal.
Indikator internal dimasukkan pada larutan yang dititrasi. Pada titik akhir,
akan terjadi perubahan warna pada campuran yang dianalisis. Sementara
eksternal indicator digunakan ketika penggunaan internal indicator dianggap
tidak memungkinkan.
59

Berdasar efek reaksi berupa kenampakan, indicator dibedakan menjadi


indicator reversible dan unreversible. Pada indicator reversible akan terjadi
perubahan warna beberapa kali sesuai dengan perubahan kondisi system
larutan. Sedangkan pada indicator unreversible, perubahan warna hanya
terjadi ketika berlaku kerusakan molekul indicator. Indikator unreversible
dianggap kurang nyaman dan jarang digunakan.
b. Analisis gravimetri
Gravimetri adalah analisis kuantitatif yang menggunakan massa
(berat) sebagai langkah utama dalam melaksankan analisisnya. Suatu
proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen (unsur atau radikal)
dalam suatu zat yang banyaknya tertentu dalam keadaan semurni
mungkin. Pemisahan suatu komponen dilakukan dengan suatu pereaksi
tertentu sehingga menjadi suatu senyawa stabil yang mudah ditimbang.
Banyaknya komponen yang dianalisis, ditentukan/dihitung dari hubungan
antara massa atom, massa molekul dan berat senyawa yang ditimbang.
Perhitungan analisis gravimetri tergolong sederhana,
didasarkan pada
perhitungan stoikiometri dasar. Bentuk perhitungan pada analisis
gravimetric adalah sebagai berikut:
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛)(𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖)
% 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Faktor gravimetri diperhitungkan dari kombinasi rasio mol dan massa
molekul yang digunakan dalam perhitungan stoikiometri.
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑟𝑖
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖 =
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖
Beberapa aturan untuk mencapai kesuksesan pada proses presipitasi
adalah:
1) Endapan harus cukup besar untuk dapat mengendap di dasar
larutan
2) Endapan harus cukup besar untuk dapat disaring
60

3) Proses presipitasi harus sempurna


4) Endapan harus murni
5) Endapan harus stabil ketika kering atau menghasilkan produk yang
stabil
Sifat Ideal Reagen Presipitasi
1) Spesifik
2) Selektif
3) Dapat disaring
4) Solubilitas rendah
5) Tidak reaktif pada kondisi atmosfer
6) Komposisi dapat diketahui setelah dipanaskan
c. Analisis refraktometri
Refraktometri merupakan proses analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi sampel secara cepat, reliable, dan akurat. Metode ini
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi dan tingkat kemurnian
sampel. Refraktometer digunakan untuk mengukur indeks bias dan suhu
cairan serta aliran proses menggunakan fungsi matematika untuk
menentukan tingkat konsentrasi.
Refraktometer mengukur kemampuan bias cairan dan aliran proses
serta menggunakan data tersebut untuk menentukan konsentrasi bahan
terlarut. Proses ini dilakukan berdasar pengaruh refraksi optic yang terjadi
ketika sebuah objek melewati suatu medium menuju medium yang lain,
misalnya dari udara ke air. Dari sudut insiden tertentu, cahaya dipantulkan
menuju dimana kedua media bertemu.
d. Analisis polarimetri
Polarimetri memberikan informasi mengenai struktur molekuler,
konsentrasi bahan, dan pelarut yang digunakan. Aktifitas optic juga
dipengaruhi oleh suhu, panjang gelombang cahaya, dan panjang garis
edar. Semakin panjang garis edar cahaya melalui bahan optic aktif,
61

semakin besar sudut putaran. Variabel tersebut dapat digunakan untuk


mengendalikan sensitivitas peralatan.

e. Analisis konduktometri
Analisis konduktometri merupakan metode analisis yang didasarkan
pada konduktansi elektrolit. Konduktansi adalah kemampuan media
untuk mengalirkan muatan listrik. Muatan listrik melewati konduktor
logam seperti kawat besi atau tembaga dalam bentuk aliran listrik. Tetapi
konduksi listrik melalui larutan elektrolit melibatkan perpindahan muatan
positif menuju katoda dan muatan negative menuju anoda, dimana arus
dialirkan oleh semua ion yang terdapat dalam larutan.
f. Analisis Potensiometri
Analisis sistem titrasi potensiometri pada prinsipnya
menggabungkan antara pengukuran potensial dan volume titran. Prinsip
ini sangat berbeda dengan sistem potensiometri lansung yang hanya
dengan pengukuran potensial langsung.
6. SENYAWA HIDOKARBON
Gugus karbonil merupakan senyawa yang mengandung ikatan
rangkap karbon- oksigen (- >C=O). Rumus umum masing-masing
senyawa ditunjukkan pada gambar berikut:

a. Aldehid dan Keton


Aldehid
62

Aldehid merupakan turunan senyawa hidrokarbon yang mengandung


gugus karbonil (C=O) yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur
hidrogen. Rumus umum senyawa ini adalah R-COH. Aldehid disintesis
dari alkohol dengan cara menghilangkan satu atom hidrogen (alkohol
dehidrogenatum). Aldehida mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen
yang melekat pada gugus karbonil. Gugus lainnya dapat berupa gugus
hidrogen, alkil atau aril.
Jenis-jenis senyawa aldehid

Tata Nama Aldehid


Dalam sistem IUPAC, aldehida diberi akhiran –al (berasal dari
suku pertama aldehid). Contoh-contohnya sebagai berikut:

Karena aldehid telah lama dikenal, nama-nama umum masih sering


digunakan. Nama-nama tersebut dicantumkan dibawah nama IUPAC-nya.
Untuk aldehida yang mempunyai subtituen, penomoran rantai dimulai dari
karbon aldehida sebagai mana contoh berikut :
63

Untuk aldehida siklik, digunakan awalan-karbaldehida. Aldehida


aromatik sering mempunyai nama umum.
Keton
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah
gugus karbonil (C=O) terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau
sebuah alkil dan sebuah aril. Rumus umum struktur keton adalah (R)2-
C=O atau R1-CO-R2. R pada struktur keton di atas merupakan gugus aril
maupun gugus alkil.
Tatanama Keton
Dalam sistem IUPAC, keton diberi akhiran-on (dari suku kata
terakhir keton). Penomoran dilakukan sehingga gugus karbonil mendapat
nomor kecil. Biasanya keton diberi nama dengan menambahkan kata
keton setelah nama-nama gugus alkil atau aril yang melekat pada gugus
karbonil. Sama halnya dengan aldehida nama umum sering digunakan.
Contohnya adalah sebagai berikut:
64

Pembuatan Aldehid dan Keton


1) Melalui oksidasi alkohol
Aldehid umumnya dibuat melalui oksidasi alkohol primer sementara
keton dibuat melalui oksidasi alkohol sekunder
2) Melalui dehidrogenasi alkohol
Metode ini tepat diterapkan pada alkohol volatile dan di dunia industri.
Dalam metode ini, uap alkohol dilewatkan melalui katalis logam berat
(Ag atau Cu).
3) Dari hidrokarbon
a) Melalui ozonolisis alkena; seperti diketahui, ozonalisis alkena
diikuti oleh reaksi dengan debu seng dan air menghasilkan
65

aldehid, keton, atau campuran keduanya, tergantung pada


bentuk subtitusi alkena.
b) Melalui hidrasi alkuna; Penambahan water pada etina dengan
keberadaan H2SO4 dan HgSO4 menghasilkan asetaldehid.
Reaksi yang sama dengan jenis alkuna yang lain akan
menghasilkan keton.
b. Asam Karboksilat
Asam karboksilat adalah turunan hidrokarbon yang mempunyai
gugus fungsi karboksilat yang merupakan gabungan antara gugus
karbonil dan hidroksil. Rumus asam karboksilat rumus umum R-COOH
dengan. Struktur sebagai berikut:

Tatanama Asam karboksilat


Karena banyak terdapat di alam, asam-asam karboksilat adalah
golongan senyawa yang paling dulu dipelajari oleh kimiawan organik.
Nama-nama asam karboksilat biasanya diturunkan dari bahasa Latin yang
menunjukkan asalnya. Banyak dari asam ini mula-mula dipisahkan dari
lemak sehingga sering dinamakan sebagai asam-asam lemak. Untuk
memperoleh nama IUPAC suatu asam karboksilat diperlukan awalan kata
asam dan akhiran at.
Metode Pembuatan Asam Karboksilat
1) Dengan mengoksidasi alkohol primer.
66

2) Dengan mereaksikan gas CO2 dengan pereaksi Grignard.

3) Dengan sintesis nitril, yaitu dengan mereaksikan alkil halida (R –


X) dengan NaCN atau KCN dalam larutan teralkohol membentuk
alkana nitril, kemudian alkana nitril terhidrolisis membentuk asam
karboksilat.

4) Asam formiat dibuat dengan mereaksikan gas karbonmonoksida


dengan uap air, dengan katalisator oksida logam pada suhu sekitar
200 °C dan tekanan tinggi.

c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu komponen yang paling
penting dalam makanan. Karbohidrat terdapat sebagai molekul
terisolasi maupun terhubung secara fisik atau terikat secara kimia
dengan molekul lainnya. Molekul-molekul individu dapat digolongkan
67

berdasar jumlah monomer yang terkandung, meliputi monosakarida,


oligosakarida, atau polisakarida.
1) Monosakarida
Monosakarida: terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi
dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih
sederhana. macam-macam monosakarida : triosa (C3), tetrosa (C4),
pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7).
Triosa : gliserosol, gliseraldehid, dihidroksi aseton
Tetrosa : threosa, eritrosa, selulosa
Pentosa : lyxosa, xilosa, arabinosa, ribosa, ribulosa
Hexosa : galaktosa, glukosa, mannosa, fruktosa
Heptosa : sedoheptulosa
Monosakarida merupakan sakarida sederhana yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi satuan terkecil walaupun dalam suasana yang lunak
sekalipun. Monosakarida paling sederhana adalah gliseraldehid atau
aldotriosa dan isomerinya adalah dihidroksiaseton atau. Kedua senyawa
tersebut merupakan suatu triosa karena mengandung tiga atom karbon.
Jadi suatu monosakarida, tidak hanya dapat dibedakan berdasarkan gugus-
gugus fungsionalnya melainkan juga dari jumlah atom karbonnya.
68

2) Disakarida
Disakarida: senyawanya terbentuk dari 2 molekul
monosakarida yang sejenis atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis
oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul
monosakarida.
Sukrosa: glukosa + fruktosa (C 1-2)
Maltose : 2 glukosa (C 1-4)
Trehalosa: 2 glukosa (C1-1)
Laktosa : glukosa + galaktosa (C1-4)
69

3) Oligosakarida
Merupakan senyawa yang terdiri dari gabungan molekul-molekul
monosakarida yang banyak gabungan dari 3-8 monosakarida
misalnya maltotriosa dan dektrin.
4) Polisakarida
Senyawa yang terdiri dari gabungan molekul-
molekul monosakarida yang banyak jumlahnya, senyawa ini bisa
dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida. Polisakarida
merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari lebih 6
monosakarida dengan rantai lurus/cabang.
Contoh Karbohidrat
1) Kanji; merupakan campuran dua polisakarida, yaitu amilosa dan
amilopektin.
2) Glikogen
a) Disimpan dalam hati dan otot;
b) Merupakan polimer unit glukosa;
c) Serupa dengan komponen amilopektin dalam kanji;
d) Mempunyai cabang lebih banyak dibanding kanji
e) Terdapat 11-18 residu glukosa di antara cabang-cabangnya
3) Dextrin
Merupakan produk hidrolisis parsial kanji.
4) Selulosa
70

a) Terbuat dari β-D glucose yang dihubungkan dengan ikatan


glikosidik β 1-4
b) Dicerna dengan enzim selulosa pada binatang, tidak terdapat
pada tubuh manusia
c) Berperan sebagai serat tumbuhan dan membantu proses
peristaltik
5) Inulin
a) Terdiri dari sejumlah β D-fructose terhubung oleh ikatan
glikosidik β 2-1
b) Digunakan untuk mengukur laju filtrasi glomerulus, yaitu
suatu uji untuk menilai fungsi ginjal.
d. Protein
Protein merupakan komponen utama dalam sel hidup yang
memegang peranan penting dalam proses kehidupan. Protein berperan
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein
dalam bentuk enzim beperan sebagai katalis dalam bermacam-macam
proses biokimia. Sebagai alat transport, yaitu protein hemoglobin
mengikat dan mengangkut oksigen dalam bentuk (Hb-O) ke seluruh
bagian tubuh. Dalam tinjauan kimia protein adalah senyawa organik
yang kompleks berbobot molekul tinggi berupa polimer dengan
monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur
serta Posfor.
Asam Amino
Untuk mengetahui lebih jauh tentang protein kita kaji terlebih
dahulu monomer penyusun protein yaitu asam amino. Asam amino adalah
senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksilat (COOH)
dan amina (NH2) yang terikat pada satu atom karbon (Cα) yang sama,
atom ini juga umumnya merupakan C asimetris. Secara rinci struktur asam
amino dibangun oleh sebuah atom C yang mengikat empat gugus yaitu;
71

gugus amina (NH2), gugus karboksilat (-COOH), atom hidrogen (H), dan
satu gugus sisa R. Gugus ini yang membedakan satu asam amino dengan
asam amino lainnya. Berikut adalah gambar dari asam amino.

Ketika membahas struktur protein dan peptida, setiap asam amino


diberikan sebuah singkatan satu atau tiga huruf, contohnya:

7. POLIMERISASI
a. Polimerisasi adisi atau pertumbuhan rantai
Pada polimerisasi tipe ini, molekul-molekul monomer yang sama
maupun berbeda akan bergabung bersama untuk membentuk polimer.
Monomer yang digunakan pada tipe polimerisasi ini normalnya
mengandung ikatan rangkap karbon-karbon (senyawa tak jenuh, yaitu
alkena dan turunannya) yang dapat berpartisipasi dalam reaksi rantai.
Reaksi tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1) Tahap inisiasi
72

Pada tahap inisiasi, molekul inisiator akan terdekomposisi secara


termal atau mengalami reaksi kimia menghasilkan spesies aktif, yang
dapat berupa radikal bebas atau kation atau anion, kemudian
menginisiasi polimerisasi dengan melakukan penambahan ikatan
rangkap karbon-karbon pada monomer. Reaksi berlangsung
sedemikian rupa sehingga terbentuk radikal bebas, kation, atau
anion yang baru. Monomer awal menjadi unit ulangan pertama
pada rantai polimer yang baru terbentuk tersebut.
2) Tahap propagasi
Pada tahap propagasi, spesies aktif yang baru terbentuk
ditambahkan pada monomer lain dengan cara yang sama seperti pada
tahap inisiasi. Prosedur ini diulang terus-menerus sehingga tahap akhir
proses terjadi, yaitu terminasi.
3) Tahap terminasi
Pada tahap terminasi, rantai yang tumbuh diakhiri melalui reaksi
dengan rantai lain yang tumbuh, melalui reaksi dengan spesies lain
pada campuran polimer atau melalui dekomposisi sisi aktif. Pada
kondisi tertentu, anionic dapat dilaksanakan tanpa tahap terminasi
untuk menghasilkan polimer hidup.
Tahapan Penjelasan
Tahap Inisiasi yaitu tahap pembentukan pusat-pusat aktif.

Tahap propagasi yaitu tahap pembentukan rantai lewat adisi


monomer secara kontinyu.

Tahap terminasi yaitu tahap deaktivasi pusat aktif.

Mekanisme reaksi polimerisasi adisi


a) Polimerisasi radikal bebas
1) Berbagai alkena atau diena dan turunannya dipolimerisasi dengan
keberadaan radikal bebas menghasilkan inisiator (katalis) seperti
73

benzoil peroksida, asetil peroksida, tert-butil peroksida, dan lain-


lain.
2) Sebuah radikal bebas dapat didefinisikan sebagai senyawa
intermediate yang mengandung jumlah electron ganjil, namun
tidak mempunyai muatan listrik dan bukan ion bebas.
3) Sebagai contoh, polimerisasi etena menjadi polietena terdiri dari
pemanasan atau paparan campuran etena pada cahaya dengan
sejumlah kecil benzoil peroksida sebagai inisiator.
4) Tahap pertama reaksi rantai adalah proses inisiasi; proses tersebut
dimulai dengan penambahan radikal bebas fenil yang terbentuk
dengan mengubah peroksida menjadi etena berikatan rangkap
sehingga menghasilkan radikal bebas yang baru dan lebih besar.
5) Tahap kedua reaksi rantai adalah proses propagasi, radikal
bereaksi dengan molekul etena yang lain sehingga terbentuk
radikal dengan ukuran lebih besar.
6) Pengulangan tahap tersebut dengan radikal baru yang lebih besar
membuat reaksi terus berjalan.
7) Tahap terakhir reaksi rantai adalah proses terminasi; produk
radikal yang terbentuk bereaksi dengan radikal yang lain untuk
membentuk produk polimer.
b) Polimerisasi ionik, terdiri atas polimerisasi kationik dan anionik
1) Polimerisasi adisi yang terjadi karena intermediate ionik disebut
sebagai polimerisasi ionik.
2) Berdasarkan sifat ion yang digunakan pada proses inisiasi,
polimerisasi ionik digolongkan menjadi dua tipe yaitu polimerisasi
kationik dan polimerisasi anionik
Polimerisasi kationik dan polimerisasi anionik
Polimerisasi kationik tergantung pada penggunaan inisiator
kationik yang termasuk reagen yang mampu menghasilkan ion positif
74

atau ion H+. Contohnya: Pada reaksi antara aluminium klorida dengan air
(AlCl3 + H2O) atau boron triflorida dengan air (BF3 + H2O)
Polimerisasi anionik tergantung pada penggunaan inisiator anionik
yang meliputi reagen yang mampu menyediakan ion negatif. Contohnya:
Amida logam alkali seperti senyawa KNH2 yang dapat digunakan sebagai
katalis untuk mempercepat polimerisasi monomer CH2 = CHX.
b. Polimerisasi koordinasi
Polimerisasi koordinasi merupakan sub-kelas dari polimerisasi adisi,
yang pada umumnya melibatkan katalis logam transisi. Pada
polimerisasi koordinasi, spesies aktif merupakan kompleks
koordinasi, yang menginisiasi polimerisasi melalui penambahan pada
ikatan rangkap karbon-karbon dari monomer.
c. Polimerisasi kondensasi.
Jenis polimerisasi ini umumnya melibatkan reaksi kondensasi
berulang (dua molekul bergabung bersama, mengakibatkan hilangnya
molekul-molekul kecil) di antara dua monomer bi-fungsional. Reaksi
polikondensasi menyebabkan hilangnya molekul sederhana seperti air,
alcohol, dan lain-lain mendorong terbentuknya polimer kondensasi
dengan massa molekul tinggi. Contoh polimerisasi kondensasi adalah
pembentukan polyester seperti terilene atau dakron melalui interaksi
etilen glikol dan asam terfatalat.

Tabel perbedaan reaksi polimerisasi adasi dengan kondensasi


No Polimerisasi Adisi Polimerisasi Kondensasi

1 Tidak ada produk samping Umumnya terbentuk


yang terbentuk produk samping
2 Diperoleh polimer rantai Diperoleh polimer rantai
sejenis heterogen
3 Tersedia bifunctionality Tersedia bifunctioanlity
75

karena adanya ikatan rangkap karena adanya gugus


pada monomer fungsional reaktif pada
kedua ujung monomer
Pertumbuhan rantai terjadi Pertumbuhan rantai
4 pada satu pusat aktif terjadi pada paling
sedikit dua pusat aktif
5 Menghasilkan polimer Menghasilkan polimer
termoplastik termoseting
6 Produk polimer terbentuk Produk polimer terbentuk
seketika secara bertahap
Proses sesuai dengan Proses sesuai dengan
mekanisme radikal bebas atau mekanisme radikal bebas
7 kationik atau anionik atau kationik atau anionik
reaksi kondensasi seperti
esterifikasi dan
pembentukan amida

d. Kopolimerisasi
Merupakan reaksi polimerisasi dimana campuran lebih dari
satu spesies monomeric berpolimerisasi membentuk kopolimer.
Kopolimer dapat dibuat tidak hanya melalui polimerisasi
pertumbuhan rantai tetapi juga melalui polimerisasi bertahap, juga
mengandung beberapa unit per monomer yang digunakan dalam rantai
polimerik yang sama.

8. ESTERIFIKASI
a. Pengantar
Pada umumnya ester diproduksi melalui reaksi antara asam
karboksilat dan alkohol dengan mengeliminasi air melalui reaksi
esterifikasi.
76

Ester asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus


-CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Esterifikasi
berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversibel.Laju esterifikasi
suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya
memainkan peranan kecil dalam laju pembentukan ester.
Urutan bertambahnya kereaktivan alkohol terhadap esterifikasi :
ROHtersier, ROHsekunder, ROHprimer, dan CH3OH.
b. Reaksi antara Asam Organik dan Alkohol
Pada esterifikasi asam organic dengan alcohol, ditunjukkan bahwa
pada hamper semua kasus dengan katalis asam, terjadi perpaduan gugus
asil dan alkoksi. Hidrolisis asam dari asam asetoksisuksinat menghasilkan
asam malat dengan retensi konfigurasi pada atom karbon asimetrik,
sebagai berikut:

n-Amyl alkohol dihasilkan melalui hidrolisis dasar dari n-amyl


asetat dengan air yang diperkaya dengan 18O tidak mengandung oksigen
18.
c. Pengaruh Struktur
Laju dimana alkohol dan asam yang berbeda diesterifikasi dan
reaksi kesetimbangan tergantung pada struktur molekul dan tipe pengganti
fungsional alkohol dan asam. Dalam pembuatan ester asetat, alkohol
primer diesterifikasi secara cepat dan sempurna, methanol memperoleh
yield yang tertinggi dan reaksi yang tercepat. Etil, n- propil, dan n-butil
alkohol bereaksi dengan kecepatan dan konversi yang hampir sama.
Pada pembuatan etil ester menggunakan etil alkohol anhidrat dan
katalis HCl, laju esterifikasi asam lemak rantai lurus dari propionate
77

melalui stearate adalah konstant, percabangan rantai asam lemak


menyebabkan perlambatan laju esterifikasi.
d. Proses Esterifikasi
1) Etil asetat
Asam etanoat atau asam asetat bereaksi dengan etanol dengan
keberadaan asam sulfat pekat sebagai katalis, untuk menghasilan
ester etil etanoat atau atil asetat. Reaksi berlangsung lambat dan
reversible. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi
balik, setelah terbentuk, ester akan didistilasi.

Etil etanoat

2) Metil Metanoat
Reaksi antara asam metanoat (HCOOH) dan metanol (CH3OH)
menghasilkan metil metanoat.
HCOOH + CH3OH → HCOOCH3 + H2O
Asam metanoat + Metanol → Metil Metanoat + Air

Metil metanoat
Metode distilasi dapat diterapkan untuk menghilangkan produk air
dan ester dari reaksi esterifikasi. Pada umumnya, esterifikasi
dibagi menjadi tiga kelas, tergantung pada volatilitas ester, yaitu:
1) Ester dengan volatilitas tinggi, seperti metil format, metil
asetat, dan etil format, mempunyai titik didih yang lebih
78

rendah dibanding alcohol sehingga mudah dihilangkan melalui


proses distilasi.
2) Ester dengan volatilitas menengah, air yang terbentuk dapat
dihilangkan melalui proses distilasi.
3) Ester dengan volatilitas rendah dapat diperoleh melalui
berbagai tipe esterifikasi.
9. JANGKA SORONG DAN MIKROMETER
Jangka sorong dan mikrometer sekrup adalah jenis alat ukur langsung
yang digunakan untuk mengetahui berbagai ukuran atau dimensi benda kerja
dimana datanya dapat langsung dibaca. Instrumen ini memiliki skala utama
(dalam milimeter) dan skala nonius geser atau berputar.
a. Skala utama
Pada jangka sorong skala utama terletak pada rahang tetap yang
berupa skala dalam cm dan mm.
Pada mikrometer sekrup: skala utama mempunyai skala mm dan 0,5
mm.
b. Skala nonius
Pada jangka sorong: skala nonius terletak pada rahang geser yang
terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm. skala nonius mempunyai 50
skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran.
Jangka Sorong
Bagian-Bagian Utama Pada Jangka Sorong

Gambar 23. Bagian- bagian utama jangka sorong


79

Bagian-bagian utama jangka sorong


1) Rahang dalam (Jaws), terdiri dari rahang geser dan tetap yang berfungsi
untuk mengukur dimensi luar atau sisi bagian luar sebuah benda.
2) Rahang luar (Jaws), terdiri dari rahang geser dan tetap yang berfungsi
untuk mengukur diameter dalam atau sisi dalam sebuah benda.
3) Pengunci (Screw clamp), berfungsi untuk menahan bagian-bagian yang
bergerak saat berlangsung proses pengukuran.
4) Skala utama (Main scale), menyatakan ukuran utama.
5) Skala nonius (Vernier scale), sebagai skala pengukur fraksi.
6) Pengukur kedalaman (Stem for measuring depth), untuk mengukur
kedalaman sebuah benda.
Contoh Pengukuran Dengan Jangka Sorong
Untuk mengukur dimensi luar suatu benda, benda tersebut
ditempatkan di antara rahang, yang kemudian rahang tersebut digerakkan
bersama-sama sampai mereka menyentuh objek dengan tepat. Kemudian
sekrup penjepit dapat dikencangkan untuk memastikan bahwa
pembacaan tidak berubah selama pembacaan skala sedang dilakukan.
Angka utama dibaca di sebelah kiri nol dari skala nonius dan
angka/digit yang tersisa diambil sebagai bagian dari skala nonius yang
berada tepat segaris (berimpit) dengan bagian skala utama. Beberapa
contoh lain pengukuran menggunakan jangka sorong diberikan di bawah
ini. Pada masing-masing gambar berikut diberikan juga gambar daerah
penting dari skala nonius yang diperbesar (inset) di sudut kanan atas.
80

Gambar 24. Pembacaan Hasil Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong


Pada Gambar 24 di atas, angka utama yang diambil dari
pembacaan skala utama yang terdapat di sebelah kiri angka nol pada skala
nonius adalah 37 mm. Dua digit angka sisanya diambil dari pembacaan
skala nonius yang posisinya tepat segaris dengan skala utama, yaitu 46
atau 0.46 mm. Sehingga pembacaan hasil pengukuran adalah 37.46 mm.
Mikrometer
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur dimensi benda yang
lebih kecil yang sulit dilakukan dengan jangka sorong. Mikrometer juga
memiliki skala tambahan (skala nonius dengan pengukuran hingga seratus
milimeter) yang ditandai pada bidal- putar. Pada prinsipnya, alat ini adalah
sekrup dengan suatu jarak ukur (pitch) yang tetap secara akurat (banyaknya
bidal bergerak maju atau mundur untuk satu putaran penuh).
Bagian-Bagian Mikrometer

Gambar 25. Bagian-Bagian Mikrometer


81

1) Anvil
Anvil memiliki fungsi sebagai penahan saat sebuah benda
akan diukur dan ditempatkan diantara anvil dengan spindle.
2) Spindle
Spindle atau poros gerak merupakan sebuah silinder yang
bisa digerakan menuju anvil.
3) Lock
Pengunci mempunyai fungsi untuk menahan spindle atau
poros gerak agar tidak bergerak saat proses pengukuran benda.
4) Sleeve
Tempat terletaknya skala utama.
5) Thimble
Thimble adalah tempat skala putar berada, yaitu ujung
kanan digunakan untuk memutar maju spindle ketika masih
belum berdekatan dengan benda yang diukur atau memutar
mundur melepaskan benda yang di ukur.
6) Ratchet
Dipakai untuk memutar Spindle atau poros gerak saat
ujung dari Spindle telah dekat dengan benda yang akan di ukur
dan kemudian untuk mengencangkan Spindle atau poros gerak
sampai terdengar suara bunyi. Untuk bisa dipastikan jika ujung
Spindle telah menempel sempurna dengan benda yang akan
diukur maka Ratchet diputar sebanyak 2 sampai 3 putaran.
7) Frame
Frame ini mempunyai bentuk menyerupai huruf C, frame
dibuat dengan desain agak tebal serta kuat dengan tujuan untuk
meminimalkan terjadinya peregangan yang bisa mengganggu
proses pengukuran. Frame juga di lapisi dengan lapisan plastik
guna meminimalkan terjadinya transfer panas dari tangan
manusia terhadap baja saat proses pengukuran.
82

Contoh Pengukuran Dengan Mikrometer


Untuk mengukur suatu objek, objek tersebut ditempatkan di antara
rahang dan bidal diputar menggunakan ratchet sampai benar-benar
menyentuh objek dengan baik. Perhatikan bahwa tombol ratchet harus
digunakan untuk menyentuh objek dengan tepat di antara rahang, jika
tidak, instrumen ini dapat rusak atau memberikan pembacaan ukuran
yang tidak tepat.
Angka pertama diambil dari graduasi terakhir yang ditunjukkan secara
langsung pada lengan (sleeve) di sebelah kiri bidal yang bergulir.
Perhatikan bahwa penambahan skala (0,5 mm) harus disertakan jika tanda
di bawah skala utama terlihat di antara bidal dan pembagian skala utama
pada sleeve. Sisa dua angka lainnya (seratus milimeter) diambil langsung
dari skala utama di seberang/di hadapan bidal.

Gambar 26. Pembacaan Hasil Pengukuran Menggunakan


Mikrometer
Pada Gambar 26, gradasi terakhir pada skala utama terlihat di
sebelah kiri bidal adalah 7 mm dan posisi garis pada bidal dengan skala utama
adalah 38/100 milimeter (0,38 mm). Oleh karena itu, hasil pembacaan skala
adalah 7.38 mm.
10. TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI
a. Mikrobiologi
83

Mikrobiologi merupakan kajian tentang mikroorganisme, meliputi


aspek: morfologi, fisiologi, reproduksi, ekologi dan genetika.
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang berukuran kecil
(mikroskopis), yang memiliki bentuk kehidupan serta karakteristik yang
khas yang bisa dibedakan dari organisme lain, terutama mampu hidup
diberbagai habitat (cosmopolitan). Ukuran mikroorganisme yaitu: Satuan
μm ; 1μm = 1/1000 mm =0.001 mm.
Klasifikasi organisme:
1) Organisme prokariotik: organisme yang tidak memiliki membran
nukleus, dan kelengkapan organel sel sederhana.
2) Organisme Eukariotik: organisme yang sudah memiliki membran
nukleus dan organel sel lengkap.

b. Pengelompokan Mikroba
1) Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang
kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
KebanyakanProtozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi
lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa
akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut kista.
2) Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup
eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Kalangan ilmuwan
kerap menggunakan istilah cendawan sebagai sinonim bagi fungi.
3) Alga adalah protista yang bersifat fotoautotrof yang dapat membuat
makanannya sendiri dengan cara fotositentis. Alga memiliki
kloroplas dengan mengandung klorofil atau plastida yang berisi
pigmen fotosintetik lainnya. Alga dapat dengan mudah ditemukan
84

di air tawar maupun air laut. Ada yang hidup dengan menempel di
suatu tempat atau melayang-layang di air.
4) Bakteri adalah sebuah makhluk hidup uniseluler yang tidak
memiliki inti sel (prokariota). Bakteri ini membelah diri untuk
berkembang biak, sehinga butuh mikroskop untuk mengamatinya.
Bakteri merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi pada
tubuh manusia dan hewan.
Morfologi Bakteri
a. Ukuran bakteri;
Pada umumnya bakteri berukuran antara 0,5 -1,0 x 2,0 -5,0 μm
(mikron meter)
b. Bentuk dasar bakteri
Bakteri mempunyai 4 bentuk dasar, yaitu kokus, basil, spiral
dan vibiro (koma)
5) Virus merupakan organisme nonselular yang karena ukurannya
sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri.
Ciri-ciri dan karakteristik virus:
a) Berukuran ultra- mikroskopis: 28 -200 nm
b) Organisme nonseluler
c) Parasit obligat
d) Tubuh disusun oleh asam nukleat (DNA atau RNA) dan
protein
e) Dapat memperbanyak diri dalam jaringan/ organisme hidup
f) Dapat melewati saringan bakteri
g) Dapat dikristalkan
h) Terdiri dari asam nukleat (DNA atau RNA)
i) Protein----kapsid, unit kapsid----capsomere
j) Ada yang memiliki “envelope”—lipid bilayer
k) Partikel virus yang utuh disebut virion
85

c. Fermentasi
Fermentasi adalah proses perombakan senyawa organik
dalam kondisi anaerob menghasilkan produk berupa asam-asam
organik, alkohol dan gas
Fermentasi berdasarkan produk:
1) Alkoholik: anggur (wine), beer, tape, sake, whiskey, cider dan lain
lain.
Glukosa → C2H5OH + CO2 + E
2) Non-alkoholik: Tempe, yoghurt, kimchi, saurkrauet,
kefir,keju,kecap dsb.
Glukosa → Asam laktat

Produk fermentasi susu


Yoghurt: -----bahan baku susu-------asam laktat oleh Bakteri asam laktat
(BAL), yaitu: Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus
Kefir: mikroorganisme: Streptococcus lactis, L. bulgaricus dan Candida
sp.
Tape
Bahan baku: beras ketan, singkong
Mikroorganisme: Saccharomyces cerevisiae,Endomycopsis
fibuligera, R. oryzae, Mucor, Chlamydomucor
Termasuk fermentasi alkoholik :
Glukosa C2H5OH + CO2 + E
d. Media
Pembiakan mikrobia di laboratorium memerlukan media yang
berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroba.
Media adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba
yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat makanan.
86

Syarat media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah


lingkungan kehidupannya harus sesuai dengan lingkungan pertumbuhan
mikroba tersebut, yaitu: susunan makanannya (media harus mengandung
air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran zat/metabolisme,
juga mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas), tekanan
osmose yaitu harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tapi
ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai dan steril. Media harus
mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroba, yaitu:
sumber energi (contoh: gula), sumber nitrogen, juga ion inorganik
essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti vitamin.
Macam-macam cara mengisolasi dan menanam mikrobia adalah:
1) Teknik spread plate (cara Tebar/Sebar) merupakan teknik isolasi
mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba secara
pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba.
2) Pour Plate Method (Cara Tabur) Cara ini dasarnya ialah
menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada temperatur 45-
50°C dengan suspensi bahan 31 yang mengandung mikroba, dan
menuangkannya ke dalam cawan petri steril.
3) Streak Plate Method (Cara Gores) Cara gores umumnya digunakan
untuk mengisolasi koloni mikroba pada cawan agar sehingga
didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni. Cara ini
dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung
mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan
petri.
e. Inokulasi dan Isolasi Bakteri
Teknik ini bertujuan untuk mengisolasi memisahkan pertumbuhan
bakteri satu dengan yang lainnya (spesimen); memperbanyak bakteri
(yang ditanam culture bakteri atau koloni bakteri; dan menghitung
jumlah kuman (yang ditanam, suspensi sampel)
87

Teknik tersebut memerlukan adanya kondisi optimum untuk


pertumbuhan organisme inangnya, yang meliputi:
a) Nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya
b) Suhu/Temperatur
c) Keasaman atau Kebasaan (pH)
d) Ketersediaan Oksigen
f. Pemeriksaan E. Coli pada contoh Air
Menurut UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, keamanan pangan
adalah kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran fisik, biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga
aman untuk dikonsumsi. Berbagai jenis bakteri dapat menyebabkan
kejadian foodborne illnesses, salah satu bakteri tersebut adalah bakteri
Escherichia coli (E.Coli). Bakteri ini berasal dari kotoran manusia dan
hewan. Untuk menganalisis kualitas mikrobiologis makanan (jumlah
koloni bakteri, keberadaan E.coli, dan gen virulensi E.coli) diperlukan
pemeriksaan laboratorium dengan rincian seperti di bawah ini:
a) Metode Total Plate Count Agar (TPC) merupakan salah satu
metode untuk menentukan jumlah koloni bakteri.
b) Uji E.coli pada media EMBA Sampel yang telah diencerkan secara
seri bertingkat dengan larutan Bacteriological Peptone (OXOID),
disebar dengan menggunakan batang kaca bengkok pada cawan petri
yang sesuai.
c) Teknik Biologi Molekuler Polymerase Chain Reactions (PCR) Untuk
enganalisis keberadaan E.coli yang patogen dilanjutkan dengan
menggunakan teknik yang berbasiskan DNA dengan teknik PCR
spesifik yang menggunakan primer dan oligonukleotida spesifik.
Polymerase Chain Reactions (PCR) adalah suatu metode
88

memperbanyak jumlah DNA atau target gen yang diinginkan secara in


vitro, melalui serangkaian reaksi enzymatic.
11. PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN KATUP
Katup atau valve adalah sebuah alat untuk mengatur aliran suatu fluida
(baik fluida gas maupun cairan seperti minyak, air, dan fluida lainnya) dengan
menutup, membuka atau menghambat sebagian dari jalannya aliran. Setiap
jenis katup memiliki karakteristik tersendiri, meskipun beberapa diantaranya
memiliki aplikasi yang sangat mirip. Berikut adalah gambaran fungsi dari
beberapa model katup di sektor industri:
a. Katup kupu-kupu (Butterfly Valve)
Katup kupu-kupu memiliki kinerja yang baik jika digunakan dalam
sistem bertekanan, ada peralatan pemadam kebakaran yang mana
membutuhkan pembukaan dan pemutusan aliran yang cepat dan efektif.
Keuntungan butterfly valve adalah pressure drop yang rendah, minim
perawatan, high capacity, dan good flow control. Sedangkan
kekurangannya adalah cenderung terjadi kavitasi pada aliran dengan
tekanan rendah sekalipun.
b. Katup Jarum (Needle Valve)
Katup jarum adalah suatu jenis katup yang memiliki lubang kecil dan
pendorong seperti jarum, memungkinkan regulasi yang tepat dari laju
aliran umumnya kecil. Katup ini digunakan di semua sektor industri,
dengan aplikasi yang berbeda-beda seperti bidang aeroangkasa, kontrol
instrumentasi dan sistem pendingin untuk pembangkit listrik.
c. Katup Globe (Globe Valve)
Katup globe adalah jenis katup yang biasa digunakan dalam pipa
untuk mengontrol aliran fluida yang lebih kental seperti minyak. Sudut
katup globe diindikasikan untuk memblokir/menahan aliran dan
mengontrol debit fluida baik cairan maupun gas.
d. Katup Gerbang (Gate Valve)
89

Katup gerbang digunakan dalam fasilitas industri dan aplikasi


rumah tangga. Katup ini dapat diproduksi dari bahan besi cor, stainless
steel, perunggu dan paduan lainnya. Biasanya katup ini dikembangkan
dan dirancang untuk digunakan dalam rekayasa sanitasi di pipa limbah,
serta mampu bekerja dalam kondisi sempurna jika berada di bawah
tekanan dan suhu tidak lebih dari 60 °C.
e. Katup Solenoid (Solenoid Valve)
Solenoid valve merupakan katup yang dikendalikan dengan arus
listrik baik AC maupun DC melalui kumparan/selenoida. Solenoid valve
ini merupakan elemen kontrol yang paling sering digunakan dalam sistem
fluida. Seperti pada sistem pneumatik, sistem hidrolik ataupun pada sistem
kontrol mesin yang membutuhkan elemen kontrol otomatis. Contohnya
pada sistem pneumatik, solenoid valve bertugas untuk mengontrol saluran
udara yang bertekanan menuju aktuator pneumatic (cylinder).

f. Katup Piston (Piston Valve)


Katup solenoid banyak diterapkan pada sistem pneumatik dan
hidrolik tenaga fluida untuk mengontrol silinder, motor hidrolik atau
berbagai katup industri. Katup ini khusus untuk mengontrol aliran fluida
cair atau gas, sehingga menjadi salah satu alat yang paling banyak
digunakan untuk kontrol aliran dan fluida.
g. Katup Injeksi (Injection Valve)
Jenis katup piston retensi yang dapat mencegah aliran balik fluida,
yaitu, setelah aliran melewati pipa, katup piston tidak mengijinkan aliran
balik kembali melalui pipa, yang dapat mempengaruhi kinerja pompa dan
menyebabkan flooding.
h. Stop Valve
Katup ini adalah salah satu perangkat yang paling penting untuk
operasi penuh dari sistem perpipaan. Katup dapat digunakan untuk
90

memblok/menghentikan aliran dan mengontrol aliran untuk semua jenis


fluida dalam pipa seperti sistem gas, uap, minyak, dan air.
i. Foot Valve
Foot valve banyak digunakan dalam industri kimia untuk mengontrol
aliran dan cairan, terutama cairan kimia. Ringan dan kuat, kaki katup atau
hisap sempurna untuk menghemat energi di pompa hisap. Kaki katup atau
saringan dikembangkan untuk mencegah aliran balik dari produk ke
pompa utama atau kompartemen dalam kasus pemeliharaan atau
kebocoran.
j. Air Valve
Fungsi utama dari katup ini adalah untuk mempertahankan udara yang
mengalir melalui saluran bersama dengan air, sehingga ada
penghematan cukup air.

Gambar 27. Air Valve


k. Flow Ring Valve
Fungsi utama katup ini adalah sebagai tingkat kontrol air,
pengendalian dan pengurangan atau tekanan pendukungan mengalir.
91

Gambar 28. Flow Ring Valve

12. ALAT PENUKAR KALOR


Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses berpindahnya energi
kalor atau panas (heat) karena adanya perbedaan temperatur. Dimana, energi
kalor akan berpindah dari temperatur media yang lebih tinggi ke temperatur
media yang lebih rendah. Proses perpindahan panas akan terus berlangsung
sampai ada kesetimbangan temperatur yang terjadi pada kedua media tersebut.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi,
dan radiasi.
Konduksi adalah perpindahan panas melalui suatu benda oleh
perpindahan momentum dari molekul atau atom tanpa proses pencampuran
sedangkan konveksi adalah perpindahan panas dari fluida panas kebagian
yang dingin degan pengadukan. Radiasi proses aliran panas dari fluida yang
92

bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu rendah bila fluida tersebut terpisah
dalam suatu ruang tanpa menggunakan medium.
a. Koefisien Perpindahan Kalor Total
Besarnya koefisien perpindahan kalor total suatu alat penukar kalor
khususnya pipa ganda berbandinng terbalik dengan tahanan totalnya.
Tahanan ini merupakan jumlah tahanan konveksi fluida panas, lapisan
atau kotoran, konduksi karena tebal tube, dan tahanan konveksi fluida itu
sendiri. Koefisien ini dapat dihitung dengan persamaan (Holman, 1981):
1
U=
1 ∆x 1
+ +
hi k h0
Dalam ungkapan itu, hi adalah koefisien perpindahan kalor konveksi
sisi tube, ho adalah koefisien perpindahan kalor konveksi sisi shell, ∆x
merupakan tebal tube, dan k adalah nilai konduktivitas termal bahan tube.
Koefisien perpindahan kalor total tersebut di atas mempengaruhi
besarnya jumlah kalor yang dapat diserap yang dapat dihitung dengan
persamaan :
Q = U . A. ∆TLMTD
dimana A merupakan luas permukaan pipa anulus, dan ∆TLMTD adalah
selisih suhu rata-rata logaritmik (Log Mean Temperature Difference).
LMTD merupakan perbedaan temperatur yang dipukul rata-rata setiap
bagian HE. Karena perbedaan temperatur di setiap bagian HE tidak sama.
Untuk aliran berlawanan arah, besarnya ∆TLMTD dapat dihitung dengan
persamaan (Incropera dan D. P. DeWitt, 1996):
[(t h,o − t c,i ) − (t h,i − t c,o )]
∆TLMTD =
(t h,o − t c,i )
ln [ ]
(t h,i − t c,o )
93

Gambar 29. Perubahan Suhu Pada Alat Penukar Kalor Lawan Arah
b. Kesetimbangan Energi dan Efektivitas
Kesetimbangan energi menggambarkan besarnya jumlah kalor
yang dilepas oleh aliran fluida panas (hot side) sebanding dengan
jumlah kalor yang diterima oleh aliran fluida dingin (cold side).
Kesetimbangan energi untuk kedua aliran fluida tersebut masing-
masing dapat dihitung dengan persamaan berikut (Incropera dan
DeWitt, 1996):
𝑄𝑖𝑛,𝑐𝑜𝑙𝑑 = (𝑚. 𝑐𝑝)𝑐 (𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖 )
𝑄𝑖𝑛,ℎ𝑜𝑡 = (𝑚. 𝑐𝑝)ℎ (𝑇ℎ𝑜 − 𝑇ℎ𝑖 )
dimana m adalah laju aliran massa fluida (kg/s), cp adalah kalor
spesifik fluida, dan T merupakan suhu fluida. Indeks c dan h masing-
masing menunjukkan fluida dingin (cold), dan panas (hot). Sedangkan
indeks i dan o menunjukkan sisi aliran masuk (in), dan keluar (out).
c. Jenis-Jenis Alat Penukar Kalor
Dalam industri kimia, penukar kalor yang banyak digunakan
adalah model selongsong (cangkang) dan tabung (shell and tube)
Untuk menjamin fluida pada sisi shell mengalir melintasi luar tabung
dan terbentuk aliran turbulen yang mana akan meningkatkan proses
perpindahan kalor konveksi, maka di dalam selongsong dipasang
sekat-sekat (baffles).
94

Gambar 30. Penukar kalor selongsong dan tabung (one shell pass and one tube pass)
Jenis lain dari alat penukar kalor adalah penukar kalor kompak
(Compact Heat Exchangers). Jenis penukar kalor ini ditujukan untuk
mendapatkan laju perpindahan kalor per unit volume yang besar
khususnya untuk pemanasan dan pendinginan gas. Hal ini dicirikan
dengan luas permukaan perpindahan kalor per unit volume yang besar,
laluan aliran kecil, dan aliran laminar.
95

Gambar 31. Penukar kalor kompak. (a) Fin-tube (flat tubes, continuous plate fins (b)
Fin- tube (circular tubes, continuous plate fins); (c) Fin-tube (circular tubes,
circular fins); (d) Plate-fin (single pass); (e) Plate-fin (multipass)
d. Fouling
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak
dikehendaki di permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan
fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut
adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi. Fouling dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang secara
signifikan mempengaruhi performa alat penukar kalor sebagai berikut:
1) Scaling merupakan bentuk pengotoran yang paling utama dan
dihubungkan dengan solubilitas tebalik garam. Beberapa contoh
garam adalah CaCO3, CaSO4, Ca3(PO4)2, CaSiO3, Ca(OH)2,
Mg(OH)2, MgSiO3, Na2SO4, LiSO4, and Li2CO3.
2) Korosi (Corrosion fouling) yang disebabkan oleh reaksi kimia dari
komponen fluida dengan bahan tabung penukar kalor.
3) Chemical reaction fouling atau pengotoran karena reaksi kimia
seperti reaksi kimia dalam aliran proses yang menghasilkan deposit
material pada tabung penukar kalor.
4) Freezing fouling yang mana timbul ketika sebagian aliran fluida
panas didinginkan mendekati titik beku salah satu komponen
penyusun fluida tersebut. Kasus ini sering terjadi pada proses
pemurnian (seperti minyak) dimana paraffin sering memadat dari
produk minyak pada berbagai tahap proses permurnian.
5) Biological fouling banyak terjadi jika air dari sumber alami yang
belum diolah misalnya air sungai dan air danau digunakan sebagai
coolant.
6) Particulate fouling atau pengotoran karena deposit partikel
dihasilkan dari keberadaan mikro partikel dalam fluida. Partikel-
96

partikel tersebut akan menyatu dan mengeras jika terakumulasi


pada penukar kalor.
Akibat fouling diantaranya adalah kenaikan tahanan heat transfer,
sehingga meningkatkan biaya, baik investasi, operasi maupun
perawatan. ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan
energi meningkat, waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan
meningkat.
Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :
1) Kecepatan Linier Fluida (Velocity)
Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah
kemungkinan terjadinya fouling. Sebagai batasan dalam rancangan
dapat digunakan nilai-nilai berikut:
a) Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3-6 ft/s
b) Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5-8 ft/s
c) Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat
terjadinya fouling adalah 10-15 ft/s
d) Kecepatan fluida shell adalah 1-3 ft/s.
2) Temperature Permukaan dan Temperature Fluida. Kecepatan
terbentuknya fouling akan meningkat dengan meningkatnya
temperatur.
13. PROSES, SISTEM KERJA, DAN APLIKASI EVAPORASI
Evaporasi adalah proses pengolahan dengan alat operasi (evaporator)
untuk mengurangi kandungan air yang berada dalam bahan/material.
Evaporator berfungsi untuk mengubah keseluruhan atau sebagian pelarut
dari suatu larutan berbentuk cair menjadi uap. Produk dari evaporator adalah
padatan atau larutan yang berkonsentrasi (lebih padat atau kental) dan larutan
terevaporasi yang biasanya terdiri dari beberapa komponen mudah menguap.
Proses yang terjadi di dalam evaporator disebut dengan evaporasi. Evaporator
memiliki dua prinsip dasar yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap air yang terlarut dalam cairan.
97

a. Proses Evaporasi
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam
keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap
air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Penguapan dapat dilihat
dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas
dengan volume signifikan. Tujuan dari evaporasi ini sendiri ialah untuk
memekatkan larutan yang terdiri dari komponen zat yang memiliki titik
didih rendah (mudah menguap) dengan zat yang memiliki titik didih yang
tinggi (tidak mudah menguap), dalam proses evaporasi kebanyakan
pelarutnya adalah air, zat inilah yang diuapkan agar terlepas dari liquid
yang diinginkan. Dalam proses evaporasi terdapat dua peristiwa yang
terjadi, yaitu:
1) Interface evaporation, yaitu proses dimana air akan berubah
menjadi uap air (gelembung) di permukaan.
2) Vertikal vapour transfers, merupakan perpindahan lapisan yang
kenyang dengan uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penguapan dari
permukaan cairan:
1) Suhu, penguapannya akan lebih cepat bila suhu di sekitarnya lebih
tinggi bila dibandingkan dengan titik didihnya. Hal ini terjadi karena
evaporasi akan menyerap kalor laten yang ada disekelilingnya.
2) Kelembaban udara, semakin kering udara (sedikitnya kandungan
air dalam udara) maka proses penguapan akan lebih cepat terjadi.
3) Kecepatan angin, sirkulasi udara yang cepat akan membantu
pergerakan molekul air.
4) Sifat cairan, cairan yang memiliki titik didih yang yang rendah akan
lebih cepat terevaporasi jika dibandingkan dengan cairan yang memiliki
titik didih yang tinggi.
5) Tekanan, semakin besar tekanan yang dialami maka proses evaporasi
akan lebih lambat, begitupun sebaliknya, sehingga terdapat jenis
98

evaporator vacum yang berarti evaporator tersebut menggunakan


tekanan hampa atau tekannya dibawah tekanan udara luar (<1 atm).
b. Prinsip Kerja Evaporator
Prinsip Kerja Evaporator ialah dengan menambahkan kalor atau panas
yang bertujuan untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat
pelarut yang memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang
memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang memiliki titik
didih yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan yang
lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi.
Ketentuan Proses Evaporasi:
a) Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih antar zat-
zatnya.
b) Titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan.
c) Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
d) Titik didih cairan yang mengandung zat yang tidak menguap akan
tergantung tekanan dan kadar zat tersebut.
e) Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut
kenaikan titik didih (boiling range).
Berdasarkan cara pemanasan, evaporator dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a) Direct Fired Evaporator, merupakan jenis evaporator dengan cara
pengapian langsung dimana api dan pembakar gas dipisahkan dari
cairan mendidih dengan pembatas dinding besi atau permukaan
untuk memanaskan.
b) Submerged Combustion Evaporator, yaitu evaporator yang
dipanaskan oleh api yang menyala di bawah permukaan cairan,
dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.
c) Steam Heated Evaporator, adalah evaporator yang
menggunakan pemanas steam atau uap lain yang dapat
dikondensasi, sumber panas dimana uap terkondensasai pada suatu
99

sisi di permukaan pemanas dan kemudian panas ditransmisi lewat


dinding ke cairan yang mendidih.
Berdasarkan cara kerjanya, evaporator dapat dibedakan menjadi lima jenis,
yaitu:
a) Horizontal Tube Evaporator
Jenis ini merupakan evaporator yang paling klasik dan banyak
diaplikasikan pada berbagai bidang industri. Umumnya, jenis ini
digunakan untuk keperluan-keperluan skala kecil dengan penggunaan
teknologi sederhana. Karena alat ini merupakan alat yang klasik
sehingga perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) Sulit untuk dibersihkan karena pengendapan yang memicu
timbulnya kerak terjadi pada permukaan luar pipa. Kontruksi alat
ini perlu didesain sedemikian rupa agar bundle pipa bisa
dikeluarkan untuk keperluan pembersihan.
2) Koefisien perpindahan panas cukup rendah sehingga kurang
efisien, hal tersebut disebabkan karena dalam operasinya tidak
memungkinkan terjadinya sirkulasi cairan.
100

Gambar 32. Horizontal Tube Evaporator


b) Standard Vertical-Tube Evaporator
Prinsip kerja pada standard vertical-tube evaporator yakni,
cairan akan mengalir di dalam pipa sementara uap (steam) mengalir
di dalam shell. Di dalam tabung, cairan akan mendidih dan uap yang
timbul bergerak membawa cairan ke atas. Pada tahap ini, akan
terjadi sirkulasi cairan yang disebabkan oleh perbedaan fasa antara
fluida yang terdiri dari campuran uap-cair dengan cairan yang berada
di bagian luar pipa. Pada bagian atas pipa terdapat ruang (bejana
uap) yang berperan memisahkan cairan dengan uap. Proses
pemisahan antar uap dengan cairan dalam ruang uap dimana uap
akan keluar melalui saluran atas sementara cairan akan keluar
melalui saluran di bagian bawah bejana, selanjutnya akan
bersirkulasi kembali melalui pipa-pipa.
101

Gambar 33. Standard Vertical-Tube Evaporator

c) Basket Evaporator
Sirkulasi cairan berlangsung natural (natural circulation) dan terjadi
dengan baik sehingga transfer panas secara konveksi akan
berlangsung secara efektif dalam jumlah besar. Natural circulation
disebabkan oleh adanya perbedaan rapat massa karena pebedaan
fasa antara cairan yang terdapat di dalam pipa dengan cairan yang
berada di luar pipa. Selain itu, kerak yang terbentuk di bagian luar
pipa mempersulit proses pembersihan, jenis ini hampir mirip dengan
horizontal tube evaporator.
102

Gambar 34. Basket Evaporator

d) Vertical Tube Evaporator With Forced Circulation


Evaporator jenis ini menggunakan pompa untuk membantu
proses sirkulasi sehingga memperbesar koefisien perpindahan panas.
Perpindahan panas dilakukan secara paksa atau konveksi paksa,
tujuannya untuk mempercepat laju perpindahan panas antar fluida.
Selain itu, penggunaan pompa juga bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyumbatan di dalam pipa, dengan menggunakan
pompa maka tentu arus aliran akan tinggi sehingga meminimalkan
timbulnya endapan penyebab kerak. Selain itu, aliran yang cepat akan
membuat larutan lerutan menjadi/lebih homogen.
103

Gambar 35. Vertical Tube Evaporator With Forced Circulation


e) Long Tube Vertical Evaporator
Long tube vertical evaporator memiliki ukuran tube transfer
panas yang lebih panjang bila dibandingkan dengan ukuran tube
pada jenis evaporator lainnya. Tujuannya untuk memperbesar serta
mempercepat sirkulasi cairan agar proses perpindahan panas lebih
besar. Setelah aliran memasuki ruang uap untuk dipisahkan dari uap
yang telah terbentuk, selanjutnya akan mengalir ke bawah melalui
pipa luar evaporator.
Keunggulan jenis evaporator ini yakni koefisien perpindahan
panas jauh lebih besar, sehingga panas yang diserap oleh cairan jauh
lebih besar. Sementara kekurangannya adalah besarnya jumlah
cairan yang menguap karena tube transfer panas yang jauh lebih
panjang.
104

Gambar 36. Long Tube Vertical Evaporator


c. Aplikasi Evaporasi
1) Evaporated Milk (Susu Evaporasi)
Pada proses, evaporasi susu melewati tabung uap panas di bawah
kondisi vakum. Pemanasan berlangsung antara 65-70oC.
Kandungan bahan kering pada susu meningkat ketika proses
pemanasan. Konsentrasi padatan telah sesuai ketika densitas
mencapai nilai 1,07. Pada tingkatan ini, 1 kg unsweetened milk
dengan lemak 8% dan padatan non lemak 18% diproduksi dari 2,1
kg bahan baku susu yang memiliki kandungan lemak 3,8% dan
padatan non lemak 8,55%.
105

2) Sweetened Condensed Milk (Susu Kental Manis)


Pada proses evaporasi, setelah dimasukkan gula ke dalam
evaporator kemudian dicampur dengan susu. Evaporasi dilanjutkan
hingga kandungan bahan kering yang dikehendaki tercapai.
Kandungan bahan kering diperiksa secara tidak langsung dengan
menentukan densitas dari konsentrat. Yaitu sekitar 1,3 untuk
sweetened wholemilk dan 1,35 untuk sweetened skimmilk. Pada
tahapan ini 1 kg susu kental manis dengan kandungan 8%, 45%
gula, dan 27% air akan dihasilkan dari 2,5 kg dari 3,2% susu full
krim dicampur dengan 0,44 kg gula.
3) Instant Coffee (Kopi Instan)
Proses pemekatan dan pengeringan yang menggunakan panas
(evaporasi vakum dan pengeringan semprot) juga berpotensi
menyebabkan hilangnya komponen aroma dan citarasa yang
volatil karena mereka ikut menguap bersama air yang
dikeluarkan sehingga menghasilkan produk kopi instan dengan
aroma dan citarasa yang lebih ringan dibandingkan dengan proses
beku (pemekatan beku dan pengeringan beku). Didalam unit ini,
komponen volatil dikeluarkan dari ekstrak kopiebelum ekstrak
masuk ke evaporator.
4) Granulated Sugar (Gula Pasir)
Di pabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan
beberapa evaporator dengan sistem multiple effect yang
disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan
bergantian. Evaporator biasanya terdiri dari 4-5 bejana yang
bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya.
5) Concentrated Fruit and Vegetable Juice
Proses evaporasi pada pengolahan concentrated fruit and
vegetable juice menggunakan alat penguap vakum (vacuum
evaporator). Alat ini sangat baik digunakan untuk menguapkan
106

bahan-bahan yang peka terhadap suhu tinggi seperti santan, susu,


dalam industri pembuatan pasta tomat maupun industri minuman
juice.
14. PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH
a. Proses Pengolahan Air
Air adalah sumber kehidupan, air selalu dibutuhkan untuk
manusia maupun hewan dan tumbuhan. Air untuk kebutuhan manusia
mempunyai standar tertentu agar aman bagi kesehatan, ditetapkan dalam
permenkes. Demikian juga dalam industri, ketersediaan air dipenuhi
baik untuk proses maupun air untuk kebutuhan manusia, yang
menjalankan proses tersebut. Biasanya dalam suatu industri pemenuhan
kebutuhan air tersebut dilaksanakan oleh bagain utility. Bagian inilah yang
menyediakan air yang memenuhi spesfikasi baik untuk kebutuhan manusia,
kebutuhan alat proses, seperti boiler, cooling tower, air untuk digunakan
sarana proses produksi.
Pengolahan air atau water treatment sudah banyak dikenal dan
dijalankan, tujuan dari pengolahan air tersebut adalah untuk memenuhi
spesifikasi dan persyaratan dari kesehatan jika untuk konsumsi atau
peralatan yang menggunakan air tersebut. Dalam proses pengolahan air
menjadi air minum, air untuk keperluan rumah tangga, air untuk keperluan
air cooling tower, air untuk boiler atau untuk Heat exchanger mempunyai
persyaratan persyaratan yang berbeda untu masing masing kebutuhan.
Proses pengolahan air pada dasarnya dilakukan atas dasar proses sebagai
berikut:
Proses fisika, meliputi:
a) Screening atau penyaringan (untuk memisahkan benda dengan
diameter yang lebih besar agar tidak terikut dalam proses beikutnya).
b) Sedimentasi fisik dengan gaya gravitasi (untuk benda benda yang
mempunyai berat jenis lebih besar dari air).
107

c) Bak penampung lemak (Proses yang dilakukan dengan


mengatur laju alir air limbah, untuk memisahkan benda benda
terapung atau berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis air).
d) Proses perajangan ( untuk mengecilkan ukuran diameter dari
padatan yang terikut dalam air limbah).
1) Proses biologi
Proses pengolahan ini dilakukan secara biologi untuk mendegradasi
limbah organik agar terurai menjadi lebih sederhana lagi,
contohnya:
a) Bak aerob pada pengolahan biologi, menguraikan
kandungan senyawa organik menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan mikroba aerob.
b) Bak Anaerob pada pengolahan biologi menguraikan
kandungan senyawa organik menjadi yang lebih sederhana
dengan bantuan mikroba anaerob.
2) Proses kimia, adalah proses pengolahan dengan menambah
bahan kimia agar diperoleh baku mutu air yang sesuai dengan
yang dikehendaki. Sebagai contoh pengolahan secara kimia adalah
penambahan chemical agent untuk menurunkan padatan yang
terlarut maupun yang terikut pada badan air, sebagai contoh
penambahan tersebut adalah penambahan ferro sulfat, alum sulfat
dan atau PAC. Penambahan ini mengakibatkan terbentuknya flok-
flok yang lebih besar sehingga mengalami koagulasi yang akhirnya
mengendap.
Tahap-tahap pengolahan air
1) Pengolahan pendahuluan (Pre treatment process) dan Pengolahan
pertama (primary treatment process ). Air untuk pemadam
kebakaran harus melewati proses primary treatment ini, yang
dimaksud adalah jika dalam proses pretreatment masih kurang baik
108

dari segi mutu misalnya air tersebut masih berbau maka perlu
dilakukan proses lagi agar mutu air tersebut lebih baik.

Gambar 37. Diagram Alir Pre Treatment Proses dan Primary Treatment Proses.

2) Pengolahan kedua (secondary treatment process). Pada proses


pengolahan kedua ini dihasilkan air untuk kebutuhan cooling
tower, industri makanan dan untuk keperluan rumah tangga. Air
yang dihasilkan tidak berbau dan warna yang dihasilkan akan
jernih dan bening. Perlu untuk diperhatikan adalah kebutuhan air
dan alat yang tersedia untuk melakukan proses tersebut. Kemudian
ketersediaan air yang akan diproses agar diperoleh sesuai dengan
kebutuhan air.
109

Gambar 38. Diagram Alir Proses Pengolahan kedua (Secondary Treatment).

3) Pengolahan ketiga (tertiary treatment ). Pada proses pengolahan


ketiga ini teknologi yang digunakan termasuk yang belum banyak
dikenal, dengan berbagai proses yang menjadi pertimbangan,
seperti misalnya penukar kation (kation exchange lemah/kuat) atau
menggunakan proses sodium kation bertujuan untuk menggantikan
kation-kation dari garam/basa yang tersisa yang masih terlarut
dalam badan air.
110

Gambar 39. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Ketiga (Tertiary Process).
b. Proses Pengolahan Limbah
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah
berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat,
konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau
membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup.
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah
adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis,
dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi
dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke
dalam lingkungan.
Proses pengolahan limbah secara fisika, antara lain:
1) Saringan bar (bar screen), berfungsi untuk menahan dan
menyaring bendabenda keras dan besar seperti ranting kayu,
potongan kayu, dan sampah serta mencegah rusaknya saringan
berikutnya.
111

2) Saringan pasir dan kerikil, digunakan untuk mencegah limbah


cair dan kerikil agar tidak mengganggu dan merusak bak
penampung dan pompa limbah cair.
3) Ekualisasi, proses ekualisasi berfungsi untuk meminimumkan
dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas
maupun kualitas yang berbeda dan menghomogenkan
konsentrasi limbah cair dalam bak ekualisasi. Proses
pencampuran dan aerasi diperlukan pada proses ekualisasi
untuk menghindari kondisi septik.
4) Sedimentasi, proses sedimentasi limbah cair untuk
memisahkan zat padat dan cair digunakan prinsip pengendapan
gravitasi.
5) Filtrasi yang digunakan untuk pemisahan senyawa kimia padat
dan cair dimana cairan melewati media porous untuk
memindahkan padatan tersuspensi halus. Media filtrasi porous
digunakan untuk memisahkan padat-cair dengan menggunakan
prinsip gravitasi sehingga padatan tersuspensi dipisahkan
6) Flotasi, digunakan proses daya apung untuk memisahkan
partikel padatan tersuspensi dari limbah cair dan pemisahan
lemak, pelumas dari industri olahan susu sapi/kerbau dan
juga untuk memisahkan partikel padat rendah densitas.
7) Adsorpsi, digunakan untuk memindahkan senyawa kimia
tertentu larutan dengan menggunakan adsorben karbon aktif
mampu mengadsorpsi senyawa organik dan juga
menghilangkan bau tak sedap, rasa, dan warna serta senyawa
organik toksik. Wujud karbon aktif yang digunakan ialah
karbon aktif bentuk granular
Proses pengolahan limbah secara kimia meliputi:
1) Netralisasi dengan basa atau asam, Limbah cair yang bersifat
basa, maka proses netralisasi dilakukan dengan penambahan
112

HCl, atau asam sulfat, atau gas CO2 sehingga dicapai nilai pH
antara 6,50-8,50. Limbah cair yang bersifat asam dinetralkan
dengan penambahan bahan kimia air kapur atau Ca(OH)2,
kostik soda atau NaOH, soda abu atau Na2CO3.
2) Koagulasi dan flokulasi, koagulasi adalah proses destabilisasi
partikel senyawa koloid dalam limbah cair. Proses
pengendapan dengan menambahkan bahan koagulan ke dalam
limbah cair sehingga terjadi endapan pada dasar tangki
pengendapan. Flokulasi adalah proses pengendapan pencemar
dalam limbah cair dengan penambahan bahan koagulan utama
dan koagulan pendukung sehingga terjadi gumpalan sebelum
mencapai dasar tangki pengendap.
3) Adsorpsi, proses adsorpsi adalah kumpulnya senyawa kimia
dipermukaan adsorben padat, sebaliknya absorpsi adalah
penetrasi kumpulan senyawa kimia ke dalam senyawa padat.
Jika kedua peristiwa terjadi simultan maka peristiwa ini disebut
sorpsi.
4) Dialisis adalah proses pemisahan solute dari berbagai ionik
atau ukuran molekul dalam larutan oleh membran permiabel
selektif.
5) Perpindahan oksigen dan pencampuran, Perpindahan oksigen
dan proses pencampuran dilakukan dengan aerasi dari alat
kompresor. Sistem aerobik menggunakan bak terbuka yang
berisi limbah cair kemudian dipasok oksigen dalam udara
untuk proses metabolisme sehingga mampu mendegradasi
senyawa organik dalam limbah cair dengan nilai BOD yang
tidak terlalu tinggi.
6) Ozonisasi adalah salah satu pendekatan proses kimia untuk
mendegradasi limbah pestisida dalam limbah cair dan limbah
senyawa organik meskipun limbah pestisida merupakan residu
113

yang permanen. Tujuan ozonisasi adalah mengeliminasi


bakteri patogen dalam air maupun limbah cair.
7) Khlorin dioksida, metode penambahan khlorin ke limbah cair
untuk mengoksidasi senyawa ammonia menjadi gas
nitrogen dipengaruhi oleh: waktu kontak reaksi, suhu
reaksi, dan nilai pH reaksi.
8) Penghilangan ammonia, ammonia dihasilkan oleh dekomposisi
senyawa organik terdapat dalam limbah cair yang harus
dihilangkan sebab ammonia bersifat toksik atau beracun
terhadap kehidupan ikan air tawar jika konsentrasi ammonia
dalam air lebih dari 3 mg/L dan senyawa ammonia akan
dioksidasi oleh mikroba menjadi nitrat dengan menggunakan
oksigen.
Proses pengolahan limbah secara biologi, meliputi:
1) Perlakuan lumpur aktif, lumpur aktif adalah kumpulan mikroba
yang masih aktif berupa gumpalan lumpur atau menyerupai
lumpur, maka disebut lumpur aktif. Aliran limbah cair (Q)
dicampur dengan aliran lumpur (R) kemudian campuran ini
dengan kadar antara 2000 mg/L sampai 4000 mg/L masuk ke
dalam bioreaktor. Dalam bioreaktor lumpur aktif
mengadsorpsi senyawa organik padat tersuspensi selama
waktu antara 20 sampai 40 menit.
2) Trickling filter atau perlokasi berbentuk silinder atau empat
persegi panjang dengan dinding baja untuk menyimpan
kerikil, batu, kepingan plastik atau batu kapur. Diameter
trickling filter sangat bervariasi mulai dari 1 m-50 m.
3) Proses aerobik, perlakuan aerobik limbah cair bertujuan untuk
melarutkan dan menggumpalkan senyawa organik menjadi
produk baru seperti CO2, NH3, radikal anorganik seperti SO4¯,
PO-3 , dan mikroba baru.
114

4) Proses anaerobik, manfaat proses anaerobik ialah


prosesnya murah dengan inokulum yang diperoleh dari
kotoran sapi/kerbau dan sekaligus mereduksi nilai BOD.
Perlakuan anaerobik sangat baik untuk limbah cair dengan nilai
BOD tinggi namun biodegradasi tidak sempurna, karena itu
limbah cair yang keluar dari bak anaerobik perlu diproses
lebih lanjut.
5) Nitrifikasi dan denitrifikasi, proses denitrifikasi terjadi
karena terdapat Pseudomonas denitrificans. Metode
penghilangan senyawa nitrogen dapat dilakukan dengan
perlakuan kolam stabilisasi.

B. MATERI YANG SULIT DIPAHAMI


Untuk Bab 1 s/d Bab 5
Menurut saya materi yang sulit dipahami adalah Bab III tantang Larutan dan
Bab V tantang Analisis Kimia, pada Bab III tantang larutan sulit di pahami
karena pada bab tersebut pembahasannya sangat meluas tidak hanya
menyangkut larutan tetapi juga materi yang lain misalnya tentang campuran
dll, sehingga menurut saya sulit untuk di pahami. Pada bab V tentang Analisis
kimia juga sulit dipahami karena menyagkut tentang analisis kimia yang
kompetensi tersebut biasanya dipelajari pada paket keahlian kimia analis
misalnya pada analisis refraktometri, analisis polarimetri, analisis
konduktometri, dan analisis potensiometri.
Untuk Bab 6 s/d Bab 10
Menurut saya materi yang sulit dipahami pada modul ini adalah penamaan
senyawa pada protein dan esterifikasi. Karena selain mengikuti aturan yang
telah ditetapkan penamaan protein juga harus menhhaflkan nama dan
singkatan dari protein tersebut. Sedangkan pada esterifikasi sulit karena
paham tentang sintesis senyawa organic yang berdasarkan reaksi esterifikasi
atau trans esterifikasi.
115

Untuk Bab 11 s/d Bab 14


Menurut saya materi yang sulit dipahami dalam modul ini Alat Penukar Kalor
karena pada materi Alat Penukar Kalor alat penukar kalor sangat dibutuhkan
pada industri kimia, untuk mengetahui unjuk kerja dan spesifikasi dari alat
tersebut harus dilakukan analisis supaya alat yang dipilih menghasilkan kalor
yang sesuai dengan kebutuhan dan standart kerja pada industry tersebut
analisis pemilihan inilah yang menurut saya adalah suatu hal yang sulit.
C. MATERI YANG ESENSIAL YANG TIDAK DIJELASKAN PADA
SUMBER BELAJAR
Untuk Bab 1 s/d Bab 5
Menurut saya materi yang esensial yang tidak dijelaskan pada sumber belajar
adalah:
1. Peralatan dasar laboratorium (alat gelas dan non gelas) karena materi
dasar yang sangat penting setiap melakukan praktikum tidak lepas dari
alat-alat laboratorium baik itu alat gelas maupun non gelas, pada saat
membuat larutan, standarisasi larutan dll pasti menggunakan alat-alat
laboratorium.
2. Simbol tanda bahaya untuk mengetahui karakteristik bahan kimia
ketika melakukan pekerjaaan di laboratorium tidak lepas dari simbol
tanda bahaya dan material safety data sheet yang ada pada bahan-
bahan kimia. Jadi materi tersebut sangat penting menurut saya.
Untuk Bab 6 s/d Bab 10
Menurut saya materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar lipid/lemak
Materi lemak perlu karena ketika kita belajar metabolisme tidak akan terlepas
dari materi karbohidrat, protein dan lemak. Dalam modul ini sudah membahas
tentang karbohidrat dan protein tetapi belum membahas tentang lemak.
116

Untuk Bab 11 s/d Bab 14


Menurut saya materi yang esensial tetapi tidak ada pada sumber belajar adalah
Pompa karena dalam suatu sistem perpipaan untuk mengalirkan fluida,
komponen atau peralatan umum yang digunakan antara lain pipa/tabung,
valve, dan pompa. Pipa berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluida,
sementara valve berguna untuk mengatur aliran fluida. Pompa menyediakan
energi mekanik yang diperlukan untuk memindahkan dan mengatur kecepatan
alir fluida dalam sistem perpipaan. Pompa merupakan mesin untuk
menggerakan fluida. Pompa menggerakan fluida dari tempat bertekanan
rendah ke tempat dengan tekanan yang lebih tinggi, untuk mengatasi
perbedaan tekanan ini maka diperlukan tenaga (energi). Pompa untuk udara
biasa disebut kompresor, kecuali untuk beberapa aplikasi bertekanan rendah,
seperti di ventilasi, pemanas, dan pendingin ruangan maka disebut
menjadi kipas atau penghembus (blower). Jadi menurut saya materi pompa
termasuk materi yang essential.
D. MATERI YANG TIDAK ESENSIAL TETAPI ADA PADA SUMBER
BELAJAR
Untuk Bab 1 s/d Bab 5
Menurut saya adalah pada Bab V yaitu tentang analisis kimia terutama:
analisis refraktometri, analisis polarimetri, analisis konduktometri, dan
analisis potensiometri, karena materi-materi tersebut secara lebih rinci dibahas
pada paket keahlian kimia analisis, sehingga pada kimia industry cukup
sampai pada analisis titrimetric dan gravimetric.
Untuk Bab 6 s/d Bab 10
Menurut saya materi yang kurang esensial adalah metode pemeriksaan
laboratorium untuk menganalisis kontaminasi bakteri terhadap makanan
karena di kimia industry kita lebih banyak dituntut untuk membuat produk
dari pada menganalisis hasil produk. Sedangkan analisis lebih detail dipelajari
pada kimia analisis. Pada paket keahlian kimia analisis lebih detail dibahas
tentang analisis bahan pangan.
117

Untuk Bab 11 s/d Bab 14


Pada materi mikrobiologi khususnya Metode Pemeriksaan Laboratorium
Untuk Menganalisis Kontaminasi Bakteri Terhadap Makanan, karena pada
kompetensi diatas lebih sesuai dibahas pada paket keahlian kimia analisis,
untuk paket keahlian kimia industri lebih fokus pada produk yang dihasilkan
yang melibatkan mikroorganisme.

E. JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN


SOAL LATIHAN ALAT PELINDUNG DIRI
1. Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk dipakai atau digunakan
oleh orang yang bekerja di laboratorium untuk melindungi keselamatan
dan kesehatannya dari resiko bahaya bahan kimia maupun operasi kimia.
Alat tersebut meliputi semua peralatan dan aksesoris tambahan yang
dirancang untuk memenuhi tujuan yang serupa.
Menurut Per.08/Men/VIII/2010 Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
potensi bahaya di tempat kerja.
2. Macam-macam alat pelindung diri
a. Pelindung mata dan wajah, meliputi:
1) Kacamata Pengaman (Safety Glasses)
Kacamata biasa tidak cukup memberikan perlindungan pada mata.
Alat pelindung mata harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh
American National Standards Institute (ANSI), Standart Z87.1-
1989. Pada bingkai kacamata biasanya akan tertera kode tersebut.
2) Goggles
Penggunaan goggles digunakan jika dibutuhkan perlindungan
terhadap bahan kimia atau partikel. Kacamata pelindung dengan
lubang pada kedua sisi tidak direkomendasikan untuk melindungi
mata dari percikan bahan kimia.
118

3) Pelindung Wajah (Face Shields)


Pelindung seluruh wajah (face shields) melindungi wajah dan leher
dari partikel halus dan percikan cairan. Untuk perlindungan
maksimal, pelindung wajah harus digunakan bersamaan dengan
kacamata yang mampu melindungi dari percikan bahan kimia.
4) Pelindung Mata dari Sumber Cahaya yang Kuat (Eye Protection
for Intense Light Sources)
Sumber cahaya yang kuat antara lain dari proses pengelasan
baik las listrik maupun las gas, pembentukan kaca, pengelasan
dan pemotongan logam berbahan oksigen, patri, laser, dan lain-
lain.
b. Pelindung Tangan (Hand Protection), meliputi:
1) Sarung tangan kain
Digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya dibiasakan
bila memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau
bahan logam lainnya.
2) Sarung tangan asbes
Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan
terhadap bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila
setiap memegang benda yang panas, seperti pada pekerjaan
mengelas dan pekerjaan menempa.
3) Sarung tangan kulit
Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari
ketajaman sudut pada pekerjaan pengecoran.
4) Sarung tangan karet
Sarung tangan ini menjaga tangan dari bahaya pembakaran asam
atau melindungi dari cairan pada bak dimana pekerjaan tersebut
berlangsung terutama pada pekerjaan pelapisan logam seperti
pernikel, perkhrom dsb. Sarung tangan karet digunakan pula untuk
melindungi kerusakan kulit tangan karena hembusan udara pada
119

saat membersihkan bagian-bagian mesin dengan menggunakan


kompresor.
c. Pelindung Tubuh (Body protection), meliputi:
1) Jas Laboratorium
Untuk beberapa eksperimen laboratorium biasa, cukup
mengenakan jas laboratorium berlengan panjang yang terbuat dari
bahan tidak mudah meleleh (disarankan dari katun atau kain
campuran poliester dan katun).
2) Wearpack
Wearpack dikenakan ketika bekerja di lapangan ataupun kegiatan
dengan kondisi yang mengharuskan badan sepenuhnya tertutup
oleh APD.
3) Apron
Apron juga merupakan alat pelindung badan. Pada beberapa
tempat kerja yang menggunakan api, ketentuan memakai sebuah
apron pelindung harus dibiasakan diluar baju kerja.
d. Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa
benda berat, keras atau berbenturan dengan benda-benda berat,
tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan
jasad renik, tergelincir.
e. Pelindung Pernafasan
Respirator merupakan alat perlindungan yang digunakan untuk
menutup hidung dan mulut atau keseluruhan wajah atau kepala untuk
menjaga pemakainya terhadap atmosfer yang berbahaya. Respirator
dapat berupa:
1) Berupa masker setengah wajah, menutup mulut dan hidung serta
masker seluruh wajah yang menutup dari garis rambut hingga
bawah dagu
120

2) Berupa penutup kepala atau helm yang menutup seluruh kepala


3) Penjernih udara (air purifier), menghilangkan kontaminan dari
udara
4) Penyuplai udara, menyediakan udara bersih yang berasal dari
sumber yang tidak terkontaminasi.
f. Perlindungan Pendengaran, meliputi:
1) Cap-mounted earmuff. APD ini berbentuk helm dengan earmuff di
bagian telinga sehingga akan memudahkan pengguna ketika ingin
melindungi kepala sekaligus pendengarannya.
2) Sumbat telinga (ear plug)
Ear Plug, digunakan dengan memasukkan plug sehingga
memblokir saluran telinga. Ear plug berbentuk premolded
(preformed) atau moldable (busa). Ear plug umumnya dijual
sebagai produk sekali pakai (disposable) atau dapat digunakan
kembali (reusable).
3) Penutup Telinga (ear muff)
Berupa penutup telinga yang terbuat dari bahan yang lembut yang
dapat menurunkan kebisingan dengan cara menutupi semua bagian
telinga dan ditahan oleh head band.
4) Semi-insert ear plugs, terdiri dari dua ear plugs yang dipasang di
ujung head band.
APD untuk pendengaran disarankan untuk dipakai apabila tempat
anda bekerja memiliki tingkat kebisingan diatas normal yaitu level
kebisingan yang mencapai di atas 85 dB atau lebih. Sedangkan
APD ini wajib dipakai ketika tingkat kebisingan sudah mencapai
90 dB.
g. Pelindung Kepala, meliputi:
1) Safety helmets, Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,
kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
121

melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api,


percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan
suhu yang ekstrim serta menjaga kebersihan kepala dan rambut.
2) Sun hats digunakan untuk pekerja di luar ruangan harus
mengenakan topi dengan kemampuan maksimal untuk menahan
sinar matahari.
3) Wet weather hats adalah topi tahan air yang disediakan bagi orang
yang bekerja di luar ruangan pada musim penghujan.
h. Electrical protection meliputi:
1) Helm Non Konduktif
Helm non konduktif dapat menghindarkan pekerja dari cedera
tersengat listrik maupun terbakar akibat kontak dengan arus listrik.
Helm kelas A membantu mengurangi dampak akibat jatuhnya
benda sekaligus mengurangi bahaya akibat kontak dengan
konduktor listrik voltase rendah. Helm tahan uji pada tegangan
listrik 2,200 volts. Sementara helm kelas B membantu mengurangi
dampak akibat jatuhnya benda sekaligus mengurangi bahaya
akibat kontak dengan konduktor listrik voltase tinggi. Helm tahan
uji pada tegangan listrik 20,000 volts.
2) Alat Pelindung Mata dan Wajah
Alat pelindung mata dan wajah untuk meminimalisir resiko cedera
akibat ledakan listrik. Bahaya yang mungkin timbul berupa panas,
benda terbang, dan lelehan metal sehingga alat pelindung yang
digunakan harus awet dan tahan lama, non konduktif, dan tahan
panas.
3) Pakaian Tahan Api
Pakaian tersebut meliputi celana, kemeja, coverall, jaket, parkas,
dan ful flash. Tentunya ukuran yang pas, kenyamanan, dan
fleksibilitas adalah penting, namun indicator terpenting bagi
pakaian tahan api adalah daya serap kain yang dikenal dengan
122

sebutan arc thermal performance value (ATPV). Pakaian yang


terbuat dari serat acetate, nylon, polyester, rayon (campuran
maupun tunggal) tidak boleh dikenakan untuk bekerja di area
energy listrik kecuali pekerja tersebut dapat menunjukkan bahwa
kain tersebut telah diberi perlakuan sehingga tahan terhadap segala
kondisi.
4) Sarung Tangan Isolator
Sarung tangan isolator mampu melindungi pekerja dari akibat
buruk kontak listrik. Sarung tangan tersebut diklasifikasikan
berdasarkan warnanya menjadi enam yaitu:
Warna Kelas Hasil Uji Maksimum Voltase
Voltase yang Digunakan
AC/DC
Krem 00 2,500/ 10,000 500/ 750
Merah 0 5,000/ 20,000 1,000/ 1,500
Putih 1 10,000/ 7,500/ 11,250
40,000
Kuning 2 20,000/ 17,000/ 25,500
50,000
Hijau 3 30,000/ 26,500/ 39,750
60,000
Oranye 4 40,000/ 36,000/ 54,000
70,000

3. Tingkatan perlindungan diri


Menurut National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH)/OSHA/EPA, secara umum tingkatan perlindungan dapat
diklasifikasikan sebagai:
a. Level A memberikan perlindungan maksimal terhadap uap dan
cairan. Meliputi pakaian, sarung tangan, dan sepatu yang menutup
seluruh bagian tubuh dan tahan bahan kimia, alat pernafasan,
respirator udara. Perlindungan level A diperlukan bagi pekerja
pada lingkungan yang membahayakan jiwa dan kesehatan dengan
123

resiko gangguan/cacat permanen, dimana tindakan penyelamatan diri


harus dilakukan dalam waktu 30 menit.
b. Level B digunakan jika dibutuhkan alat perlindungan pernafasan
berupa respirator namun tingkat bahaya uap terhadap kulit lebih
rendah. Jadi pada level B, peralatan yang digunakan tahan bahan kimia
berupa cairan, namun tidak kedap udara. Sementara pada level B,
digunakan untuk melindungi pekerja dengan perlindungan minimum
terhadap paparan bahaya bahan kimia yang belum dikenal.
c. Level C berupa pakaian yang dilengkapi dengan respirator berupa
masker dengan filter penahan gas.
d. Level D terbatas pada baju overall, sepatu bot, dan sarung tangan.
4. Pertimbangan pemilihan alat pelindung diri
a. Bahaya bahan kimia atau operasi kimia;
b. Sifat fisika bahan kimia dan rute masuknya bahan kimia ke tubuh
manusia;
c. Kondisi lingkungan;
d. Efektifitas tindakan pengendalian untuk mengurangi resiko.
5. Resiko yang dapat dihindari dari pemakaian respirator
Respirator diperlukan ketika pekerja harus bekerja dalam lingkungan yang
kekurangan oksigen atau lingkungan yang penuh dengan debu, kabut, asap,
maupun uap berbahaya. Bahan-bahan berbahaya ini dapat memicu kanker,
penurunan fungsi paru, hingga kematian. Respirator diperlukan ketika di
lingkungan kerja terdapat bahan berbahaya sementara tindakan pengendalian
teknis tidak mampu mengurangi atau menghilangkannya. Meningkatnya laju
pernafasan, detak jantung dan gangguan berpikir atau gangguan koordinasi
sering terjadi di lingkungan dengan suplai oksigen yang rendah. Hilangnya
koordinasi tubuh dapat berakibat lebih buruk jika hal tersebut terjadi ketika
yang bersangkutan sedang melakukan aktifitas yang beresiko seperti naik
tangga. Respirator merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi paparan
bahan berbahaya seperti asap, kabut, gas, uap, atau debu yang
124

berbahaya. Respirator juga digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya


akibat kekurangan oksigen, yaitu suatu keadaan dimana kandungan oksigen di
udara kurang dari 19.5%.
SOAL LATIHAN ALAT PEMADAM API RINGAN
1. Penggunaan air tidak disarankan dalam pemadaman kebakaran yang
disebabakan oleh benda cair mudah terbakar karena justru sangat
meningkatkan laju pembakaran dan menyebarkan bahan bakar sehingga lokasi
pembakaran semakin meluas. Kebakaran pelarut organik yang lebih ringan
dari air dan tidak larut dalam air, tidak boleh menggunakan air sebagai
pemadamnya karena api justru akan meluas dan membesar. Untuk itu
digunakan gas CO2 atau bubuk kimia kering.
2. Senyawa yang dapat menyebabkan kebakaran
a. Oksigen, bahan ini tersedia di udara. Sebanyak 21% komponen udara
merupakan oksigen.
b. Bahan bakar
1) Bahan bakar padat bisa berupa kertas, kayu, kain, dan plastic
2) Bahan bakar cair bisa berupa bensin, minyak, minyak tanah, pelarut,
dan minyak goreng
3) Bahan bakar gas bisa berupa gas alam, LPG, acetylene
c. Panas (energy)
Panas dihasilkan oleh reaksi oksidasi. Diperlukan sumber panas untuk
mengawali pengapian.
d. Sumber pengapian meliputi:
1) alat pemanas dan peralatan memasak
2) Peralatan listrik yang rusak
3) korek api dan pemantik
4) friksi
3. Berbagai jenis api berdasarkan sifatnya
a. Kelas A meliputi api yang berbahan bakar bahan karbon padat seperti
kayu, kain, kertas, karet, dan plastic. Api dalam kelas ini tidak
125

termasuk yang berasal dari logam yang dapat terbakar. Media


pemadam kebakaran ini berupa air, pasir, karung goni yang dibasahi,
dan alat pemadaman kebakaran racun api tepung kimia.
b. Kelas B meliputi api yang berasal dari cairan yang mudah terbakar.
Media pemadaman ini berupa pasir, dan alat pemadam racun api
tepung kimia kering, dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat
jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan terbakar sehingga
apabila dipergunakan air maka kebakaran akan merambat dan melebar
lebih besar.
c. Kelas C meliputi api yang berasal dari gas. Media pemadaman untuk
api yang berasal dari gas adalah CO2, halon, bahan kimia kering.
d. Kelas D meliputi api yang berasal dari logam yang mudah terbakar
yaitu potassium, sodium, dan magnesium.Media pemadam untuk api
jenis adalah bubuk kering (spesifik untuk masing-masing logam).
e. Kelas E merupakan api yang berasal dari peralatan listrik. Media
pemadaman kebakaran ini berupa alat pemadam kebakaran racun api
tepung kimia kering. Matikan dahulu sumber listrik agar aman dalam
memadamkan api. Perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantar listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
f. Kelas F meliputi api yang berasal dari minyak goreng dan lemak
4. Pertimbangan pemilihan alat pemadam api meliputi:
a. Kemungkinan ancaman kesehatan dan keselamatan yang ditimbulkan
oleh reaksi kimia antara bahan pemadam api dan bahan yang terbakar
atau ketika menggunakan alat pemadam api di ruangan tertutup. Alat
pemadam api dengan nozzle yang panjang misalnya, bisa digunakan
di ruangan tertutup.
b. Keadaan udara di tempat dimana alat pemadam api diletakkan. Udara
yang sangat dingin akan menyebabkan alat pemadam api berbasis air
menjadi tidak efektif. Lokasi dengan udara yang korosif sebaiknya
126

memilih alat pemadam api yang tahan terhadap korosi atau dilengkapi
dengan bahan untuk meminimalisir korosi.
c. Kemampuan fisik pengguna. Ukuran dan berat alat pemadam api
harus disesuaikan dengan kemampuan fisik penggunanya. Jangan
memilih alat pemadam api yang terlalu berat.
5. Prinsip pemadaman api:
Api dapat terbentuk jika terdapat keseimbangan tiga unsur yang terdiri dari
bahan bakar, oksigen, dan panas. Hubungan ketiga komponen ini biasanya
disebut dengan segitiga api, sehingga bila mana salah satu unsur tersebut
dihilangkan maka api akan padam, jadi prinsip pemadaman api adalah dengan
merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran, atau
dengan menghentikan proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi,
kemudian mendinginkan bahan yang terbakar dibawah suhu awal
pembakaran.
SOAL LATIHAN LARUTAN
1. Tentukan konsentrasi larutan asam kuat dengan pH 4.6.
pH = 4,6
[H+] = -log[H+ ]
-log[H+ ] = 4,6
log[H+ ] = - 4,6
log[H+ ] = log 10-4,6
[H+] = 10-4,6
[H+] = 2,512 x 10-5
Jadi konsentrasi larutan asam kuat dengan pH 4.6 adalah 2,512 x 10-5
2. Tentukan pH 0.2 mol/l HCl.
M (Molaritas) adalah mol atau mmol zat dalam liter atau milliliter larutan.
Contoh larutan 1M artinya 1 mol zat dalam 1 liter larutan atau 1mmol zat
dalam 1 ml larutan.
Molaritas = mol/L
0,2 mol/L = 0,2 M
127

HCl → [H+] + [Cl-]


[H+] = X [HA]
[H+] = 1 x 0,2
pH = 0,2
pH = - log 2.10-1
pH = 1 – log 2
pH = 0,698
Jadi pH 0.2 mol/l HCl adalah = 0,698
3. Tentukan titik didih dan titik beku larutan yang mengandung 55 g gliserol
(C3H5(OH)3) dan 250 g air. Diketahui Kb air = 0.51oC/m dan Kf air =
1.86oC/m
Mr (C3H5(OH)3) = 92
55 g 1000 g
molalitas = 92 g/mol x 250 g

= 2,3912 m
Titik didih
∆Tb = Kb . m
= 0,51°C /m . 2,3912 m
= 1,2195°C
T = ∆Tb + T°
= 1,2195°C + 100°C
= 101, 2195°C
Titik beku
∆Tf = Kf. m
= 1.86oC/m x 2,3912 m
= 4,4476°C
T = 0°C - 4,4476°C
= - 4,4476°C
Jadi titik didih larutan yang mengandung 55 g gliserol (C3H5(OH)3) dan 250 g
air adalah 101, 2195°C
128

Jadi titik beku larutan yang mengandung 55 g gliserol (C3H5(OH)3) dan 250 g
air adalah
- 4,4476°C
4. Suatu larutan dibuat dengan mencampur 1.0 gram benzene (C6H6) dalam 100
g air sehingga menghsilkan total volume 100 ml. Tentukan molaritas, persen
massa, fraksi mol, dan molalitas benzene dalam larutan tersebut.
1,0 gram benzene (C6H6) Mr = 78 g/mol
100 g air = 0,1 kg
total volume 100 ml = 0,1 L
1g
jumlah mol zat terlarut = g
78
mol
= 0,012 𝑚𝑜𝑙
0,012 mol
molaritas larutan =
0,1 L
Jadi molaritasnya = 0,12 mol/L
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑒𝑛𝑒
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Massa larutan = 101 g
1𝑔
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
101𝑔
Jadi persen massanya = 0,99 %
Fraksimol
Mol C6H6 = 0,012
100 g
mol H2O =
18 g/mol
= 5,56
0,012
Jadi fraksi mol C6H6 = 0,012+5,56 = 0,0021

5,56
Jadi fraksi mol H2O = = 0,997
0,012 + 5,56
Molalitas
Jadi molalitasnya
129

0,012 mol
Molalitas = = 0,12 mol/kg
0,1 kg
5. Suatu larutan terbuat dari 25 g benzene (C6H6) dan 2.5 g senyawa X. Titik
beku larutan tersebut adalah 4.3oC. Jika titik beku benzene adalah 5.5oC dan
Kf benzene adalah 5.12oC/m, tentukan massa molekul senyawa X
∆𝑇𝑓 = 𝑚 𝑥 𝐾𝑓
∆𝑇𝑓
𝑚=
𝐾𝑓
5,5℃ − 4,3℃
molalitas =
5,12 °𝐶/𝑚
molalitas = 0,234 m
mol Zat
0,234 =
Kg pelarut
2,5 𝑔/𝑀𝑟
0,234 =
0,025 𝑘𝑔
Mr = 426, 6212
Jadi massa molekul senyawa X adalah = 426,6212
SOAL LATIHAN LARUTAN STANDART
1. Tentukan konsentrasi zat terlarut pada larutan berikut dalam satuan molaritas
(M):
a. Larutan Sodium chloride yang dibuat dengan melarutkan 25 g Sodium
Chloride (NaCl) dalam 250 mL air suling.
Massa NaCl= 25 g
Volume air suling = 250 ml = 0,25 L
Mr NaCl = 58,8 g/mol
1 mol
mol NaCl = 25 g x
58,5
= 0,4274 mol
0,4274 𝑚𝑜𝑙
Molaritas =
0,25 𝐿
Jadi Molaritasnya = 1,7096 M
130

b. Sodium Persulfate (Na2S2O8) yang mengandung 100 g Na2S2O8 dalam


250 mL air.

Massa Na2S2O8 = 100 g

Volume air = 250 ml = 0,25 ml

Mr Na2S2O8 = 238 g/mol

1mol
mol Na2S2O8 = 100 g x
238 g/mol

= 0,0042 mol

0,0042 mol
Molaritas =
0,25L

Jadi molaritasnya = 0,0168 M

c. Larutan Sodium hydroxide 25 %(w/v) NaOH


Mengandung 25 g NaOH dalam 100 ml (0,1 L) larutan
Mr NaOH = 40 g/mol
Persen berat volume biasanya digunakan pada larutan dalam air yang
sangat encer dari zat padat.
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

𝑔
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
𝑀𝑟

25 g
=
40 g/mol

= 0,625 mol

0,625 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
0,1 𝐿
131

Jadi molaritanya = 6,25 mol/L

d. Na2S2O3 1000 ppm (mg/L)


1 ppm ekivalen dengan 1 miligram zat terlarut dalam 1 liter larutan
1000 mg
1 liter larutan
1000 mg =1 g
Mr Na2S2O3 = 158 g/mol
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑔
𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
1𝑔
=
158 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,0063 mol
0,0063 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1𝐿
Jadi molaritasnya = 0,0063 mol/L
2. Blank solution untuk analisis logam pada ICP-OES pada umumnya berupa
larutan asam nitrat (HNO3) 2%. Bagaimana cara membuat 1 liter blank
solution dari larutan asam nitrat pekat jika pada botol tertulis 69% (w/w),
d=1.408 g/cm3, M.W = 63.01288 g/mol?
Mr HNO3 = 63, 0129 g/mol
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 10 𝑥𝜌
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑀𝑟
M1 = 15,418
M2= 0,4469
𝑀2 . 𝑉2. 𝑀𝑟
𝑥 (𝑚𝐿) =
10. 𝐾. 𝜌
0,4469 𝑥 1000 𝑥 63,01288
𝑥 (𝑚𝑙) =
10 𝑥 69 𝑥 1,408
= 28.99 ml.
132

Volume yang dibutuhkan unttuk membuat larutan HNO3 2% sebanyak


1 liter adalah = 28,99 ml. Jadi cara membuat larutannya adalah
dengan cara mengambil HNO3 pekat sebanyak 28,99 ml dengan
menggunakan pipet ukur kemudian dimasukkan kedalam labu takar
ukuran 1000 ml dan diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

3. Pengujian Diesel Range Organic (DRO) di laboratorium dilakukan dengan


Gas Chromatography (GC), standard dibuat dari bahan bakar diesel komersial
dari SPBU. Bagaimana cara membuat 100 mL larutan 5,000 ppm (mg/L) dari
bahan diesel dengan pelarut hexane?
1% = 10000 ppm
Persen ke ppm dikali 10000
Ppm ke persen dubagi 10000
5000 ppm = 0,5 %
Larutan yang akan dibuat 0,5 persen bahan bakar diesel pelarutnya heksane.
Caranya dengan mengambil sebanyak 0,5 ml bahan bakar diesel dengan
menggunakan pipet ukur kemudian dimasukkan kedalam labu takar ukuran
100 ml dan diencerkan dengan hexane sampai tanda batas.
4. Densitas ammonia pekat, yaitu 28.0 % w/w NH3, sebesar 0.899 g/mL. Berapa
banyak reagent yang harus dilarutkan untuk menghasilkan 1000 mL larutan
NH3 0.036 M?
Mr NH3 = 17 g/mol
M x V x Mr
X (ml) =
10 x K x ρ
X (ml) = banyaknya larutan yang harus diambil
M = molaritas larutan yang akan dibuat
V = Volume larutan yang kan dibuat
Mr = Berat molekul
K = Kadar larutan pekat (%)
L = Berat jenis larutan pekat
133

0,036 M x 1000 ml x17 g/mol


X (ml) =
10 x 28 x 0,899 g/ml
X (ml) = 2,43 ml
Jadi banyaknya reagent yang harus dilarutkan untuk membuat NH3 sebanyak
1000 ml, 0,036 M adalah 2,43 ml.
5. Berapa gram perchloric acid, HClO4, yang terdapat dalam 37.6 g larutan asam
perklorat 70.5 wt %? Berapa grams air yang terdapat dalam larutan yang
sama?
Massa zat terlarut
% massa = x 100
Massa larutan
70,5
Massa zat terlarut = x 37,6 g
100
= 26,508 g
Jadi banyaknya HClO4, yang terdapat dalam 37.6 g larutan asam perklorat 70.5
wt % adalah 26,508 g dan banyaknya air adalah 37,6 g – 26,508 g = 11,092 g.
SOAL LATIHAN ANALISIS KIMIA
1. Suatu sampel minuman jeruk sebanyak 50.00 mL memerlukan 17.62 mL
NaOH 0.04166 M untuk mencapai titik akhir phenolphthalein. Tentukan
keasaman sampel tersebut dalam gram asam sitrat, C6H8O7, per 100 mL.
Kadar (% v/v) = V C6H8O7 . 100%
V sampel
Keterangan:
M1 = molaritas asam sitrat (mol./L)
M2 = molaritas NaOH (mol./L)
V1 = volume asam sitrat (ml)
V2 = volume NaOH (ml)
Val = valensi
Penghitungan molaritas asam sitrat ditentukan sebagai berikut :
Molek H+ = Molek OH-
Val1.V1.M1 = Val2.V2.M2
1.50ml. M1 = 1. 17,61 ml.0,0416 M
134

M1 = 0.01465 M
Penghitungan massa:
𝑔 𝑥 1000
𝑀=
𝑀𝑟 𝑥 𝑉

𝑔 𝑥 1000
0,01465 =
192 𝑥100
𝑔 = 0,281
Penghitungan volume:
𝑚
𝑉=
𝜌
0,281 𝑔
𝑉=
1,042 𝑔/𝑚𝑙
𝑉 = 0.2697 𝑚𝑙
Penghitungan Kadar:
𝑣 0,2697
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 % ( ) = 100
𝑣 50
= 0,5394
Ka = 1,8.10-5
M1 = 0.01465 M
[H+] = Ka . M
= 1,8.10-5 x 1,4 .10 -2
= 2,52 .10 -7
pH = - log [H +]
= - log 2,52 .10 -7
= 7 – log 2,52
= 7 – 0.4014
= 6, 5986
2. Kemurnian sulfanilamide, C6H4N2O2S, ditentukan dengan mengoksidasi
sulfur menjadi SO2 dan proses bubbling melewati H2O2 untuk menghasilkan
H2SO4. Asam dititrasi hingga mencapai titik akhir bromothymol blue dengan
135

larutan standard berupa NaOH. Tentukan kemurnian larutan jika 0.5136-g


sampel memerlukan 48.13 mL NaOH 0.1251 M.

H2SO4
volume V1 = mL
valensi n1 = 2
berat = 0,5136
Mr = 98 g/mol
NaOH
volume V2 = 48,13 mL
molaritas = 0,1251 M
𝑚
𝑉=
𝜌
0,5136 𝑔
𝑉=
1,3 𝑔/𝑚𝑙
𝑉 = 0,3950 𝑚𝑙
Val1.V1.M1 = Val2.V2.M2
2 x 0,3950 M1 = 1 x 48,13 x 0,1251
M1 = 7,621
𝑀𝑟 𝑥 𝑀 𝑥 𝑉
% 𝐻2𝑆𝑂4 = 𝑥 100
𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
98 𝑥 7,621 𝑥 0,3950
% 𝐻2𝑆𝑂4 = 𝑥 100
0,5136
= 5,74 %

JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN SENYAWA HIDOKARBON


1. Complete the following reaction and name the carboxylic acid salt
formed:
CH3 - CH2 - COOH + NaOH  CH3CH2COONa + H2O
Asam propanoat Natrium hidroksida Natrium Propanoat Air
2. Give the IUPAC names for each of the following aldehydes.
136

(a) CH3CH2CHO : Propanal


(b)
CH3CH2CHCH2CHO
: 3-metilpentanal
CH3

(c) CH3CH2CH2CH2CHO : Pentanal


(d)
CH3CHCH2CHO
: 3-klorobutanal
Cl

3. Write the structure of each of the following compounds.


a) acetaldehyde
CH3CHO
b) acetone

c) diethyl ketone

d) 3-methylbutanal
137

4. Name each of the following:

: siklopentil anilin

: 3,4 bromo anilin

: etil heksilamia

5. Name each of the following amides:

: metil siklopentamida
138

: metil,etil benzalmida

JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN POLIMERISASI


1. Macam-macam reaksi polimerisasi
a) Tahap inisiasi
Pada tahap inisiasi, molekul inisiator akan terdekomposisi secara
termal atau mengalami reaksi kimia menghasilkan spesies aktif, yang
dapat berupa radikal bebas atau kation atau anion, kemudian
menginisiasi polimerisasi dengan melakukan penambahan ikatan
rangkap karbon-karbon pada monomer. Reaksi berlangsung
sedemikian rupa sehingga terbentuk radikal bebas, kation, atau
anion yang baru. Monomer awal menjadi unit ulangan pertama
pada rantai polimer yang baru terbentuk tersebut.
b) Tahap propagasi
Pada tahap propagasi, spesies aktif yang baru terbentuk
ditambahkan pada
monomer lain dengan cara yang sama seperti pada tahap inisiasi.
Prosedur ini diulang terus-menerus sehingga tahap akhir proses terjadi,
yaitu terminasi.
c) Tahap terminasi
139

Pada tahap terminasi, rantai yang tumbuh diakhiri melalui reaksi


dengan rantai lain yang tumbuh, melalui reaksi dengan spesies lain
pada campuran polimer atau melalui dekomposisi sisi aktif. Pada
kondisi tertentu, anionic dapat dilaksanakan tanpa tahap terminasi
untuk menghasilkan polimer hidup.
Tahapan Penjelasan

Tahap Inisiasi yaitu tahap pembentukan pusat-pusat aktif.

Tahap propagasi yaitu tahap pembentukan rantai lewat adisi


monomer secara kontinyu.
Tahap terminasi yaitu tahap deaktivasi pusat aktif.
2. Perbedaan reaksi polimerisasi adisi dengan polimerisasi kondensasi
Tabel perbedaan reaksi polimerisasi adasi dengan kondensasi
No Polimerisasi Adisi Polimerisasi Kondensasi
1 Tidak ada produk samping Umumnya terbentuk produk
yang terbentuk samping
2 Diperoleh polimer rantai Diperoleh polimer rantai
sejenis heterogen
3 Tersedia bifunctionality karena Tersedia bifunctioanlity karena
adanya ikatan rangkap pada adanya gugus fungsional reaktif
monomer pada kedua ujung monomer
4 Pertumbuhan rantai terjadi pada Pertumbuhan rantai terjadi
satu pusat aktif pada paling sedikit dua pusat aktif
5 Menghasilkan polimer Menghasilkan polimer
termoplastik termoseting
6 Produk polimer terbentuk Produk polimer terbentuk
seketika secara
bertahap
7 Proses sesuai dengan Proses sesuai dengan mekanisme
mekanisme radikal bebas atau radikal bebas atau kationik atau
140

kationik atau anionik anionik reaksi kondensasi seperti


esterifikasi dan pembentukan
amida

3. Mekanisme reaksi polimerisasi adisi


c) Polimerisasi radikal bebas
1) Berbagai alkena atau diena dan turunannya dipolimerisasi dengan
keberadaan radikal bebas menghasilkan inisiator (katalis) seperti
benzoil peroksida, asetil peroksida, tert-butil peroksida, dan lain-
lain.
2) Sebuah radikal bebas dapat didefinisikan sebagai senyawa
intermediate yang mengandung jumlah electron ganjil, namun
tidak mempunyai muatan listrik dan bukan ion bebas.
3) Sebagai contoh, polimerisasi etena menjadi polietena terdiri dari
pemanasan atau paparan campuran etena pada cahaya dengan
sejumlah kecil benzoil peroksida sebagai inisiator.
4) Tahap pertama reaksi rantai adalah proses inisiasi; proses tersebut
dimulai dengan penambahan radikal bebas fenil yang terbentuk
dengan mengubah peroksida menjadi etena berikatan rangkap
sehingga menghasilkan radikal bebas yang baru dan lebih besar.
5) Tahap kedua reaksi rantai adalah proses propagasi, radikal
bereaksi dengan molekul etena yang lain sehingga terbentuk
radikal dengan ukuran lebih besar.
6) Pengulangan tahap tersebut dengan radikal baru yang lebih besar
membuat reaksi terus berjalan.
7) Tahap terakhir reaksi rantai adalah proses terminasi; produk
radikal yang terbentuk bereaksi dengan radikal yang lain untuk
membentuk produk polimer.
d) Polimerisasi ionik, terdiri atas polimerisasi kationik dan anionik
141

1) Polimerisasi adisi yang terjadi karena intermediate ionik disebut


sebagai polimerisasi ionik.
2) Berdasarkan sifat ion yang digunakan pada proses inisiasi,
polimerisasi ionik digolongkan menjadi dua tipe yaitu polimerisasi
kationik dan polimerisasi anionik
4. Polimerisasi kationik dan polimerisasi anionik beserta contohnya:
a) Polimerisasi kationik tergantung pada penggunaan inisiator
kationik yang termasuk reagen yang mampu menghasilkan ion positif
atau ion H+.
Contohnya:
Pada reaksi antara aluminium klorida dengan air (AlCl3 + H2O) atau
boron triflorida dengan air (BF3 + H2O)
b) Polimerisasi anionik tergantung pada penggunaan inisiator anionik
yang meliputi reagen yang mampu menyediakan ion negatif.
Contohnya:
Amida logam alkali seperti senyawa KNH2 yang dapat digunakan
sebagai katalis untuk mempercepat polimerisasi monomer CH2 = CHX.
5. Karakteristik polimerisasi kondensasi:
a) Rantai polimer terbentuk perlahan, kadang-kadang memerlukan
beberapa jam hingga beberapa hari.
b) Semua monomer segera terkonversi menjadi oligomer sehingga
konsentrasi rantai tumbuh tinggi.
c) Karena hampir semua reaksi kimia memerlukan energy aktivasi
yang relatif tinggi, campuran polimerisasi dipanaskan hingga suhu
tinggi.
d) Umumnya, polimerisasi bertahap menghasilkan polimer
dengan massa molekul menengah, yaitu <100.000.
e) Percabangan atau ikatan silang tidak akan terjadi tanpa
penggunaan monomer dengan tiga atau lebih gugus fungsional.
142

JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN ESTERIFIKASI


1. Lengkapi reaksi esterifikasi berikut:

2. Tuliskan nama masing-masing ester berikut.

: metil dekanoat

: isopropil benzoat

: etil butanoat

: propil propanoat

3. Lengkapilah reaksi berikut:


143

4. Tentukan hasil reaksi esterifikasi antara asam etanoat dengan tersier


butyl alcohol dengan keberadaan HCI kering.

C4H10O + CH3COOH CH3COCH2COOC2 + H2O


5. Tuliskan reaksi pembentukan etil asetat

JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN JANGKA SORONG


1. Pengertian jangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrup adalah jenis alat ukur langsung
yang digunakan untuk mengetahui berbagai ukuran atau dimensi benda
kerja dimana datanya dapat langsung dibaca.
2. Jelaskan dua jenis skala yang terdapat pada jangka sorong atau
mikrometer?
a) Skala utama
Pada jangka sorong skala utama terletak pada rahang tetap yang
berupa skala dalam cm dan mm.
Pada mikrometer sekrup: skala utama mempunyai skala mm dan 0,5
mm.
144

b) Skala nonius
Pada jangka sorong: skala nonius terletak pada rahang geser yang
terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm. skala nonius mempunyai 50
skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran.
3. Bagian-bagian utama jangka sorong
a) Rahang dalam, terdiri dari rahang geser dan tetap yang berfungsi
untuk mengukur dimensi luar atau sisi bagian luar sebuah benda.
b) Rahang luar, terdiri dari rahang geser dan tetap yang berfungsi
untuk mengukur diameter dalam atau sisi dalam sebuah benda.
c) Pengunci, berfungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak
saat berlangsung proses pengukuran.
d) Skala utama, menyatakan ukuran utama.
e) Skala nonius, sebagai skala pengukur faraksi.
f) Pengukur kedalaman, untuk mengukur kedalaman sebuah benda.
Bagian-bagian utama micrometer
a. Anvil, memiliki fungsi sebagai penahan saat sebuah benda akan
diukur dan ditempatkan diantara anvil dengan spindle.
b. Spindle atau poros gerak merupakan sebuah silinder yang bisa
digerakan menuju anvil.
c. Lock atau Pengunci mempunyai fungsi untuk menahan spindle
atau poros gerak agar tidak bergerak saat proses pengukuran
benda.
d. Sleeve, Tempat terletaknya skala utama.
e. Thimble adalah tempat skala putar berada, yaitu ujung kanan
digunakan untuk memutar maju spindle ketika masih belum
berdekatan dengan benda yang diukur atau memutar mundur
melepaskan benda yang di ukur.
f. Ratchet, Dipakai untuk memutar Spindle atau poros gerak saat
ujung dari Spindle telah dekat dengan benda yang akan di ukur dan
kemudian untuk mengencangkan Spindle atau poros gerak sampai
145

terdengar suara bunyi. Untuk bisa dipastikan jika ujung Spindle


telah menempel sempurna dengan benda yang akan diukur maka
Ratchet diputar sebanyak 2 sampai 3 putaran.
g. Frame ini mempunyai bentuk menyerupai huruf C, frame dibuat
dengan desain agak tebal serta kuat dengan tujuan untuk
meminimalkan terjadinya peregangan yang bisa mengganggu
proses pengukuran. Frame juga di lapisi dengan lapisan plastik
guna meminimalkan terjadinya transfer panas dari tangan manusia
terhadap baja saat proses pengukuran.
4. Bagian obyek/benda yang dapat diukur menggunakan jangka sorong
a) Diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng).
b) Diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah
cincin).
c) Kedalaman sebuah benda/tabung
5. Pengambilan bacaan nol pada alat ukur sangat penting dilakukan sebelum
melakukan mengukur karena:
Ketika kita menutup alat ukur tidak tepat membaca angka nol maka jika
kemudian kita membuka rahang dan menempatkan objek yang akan
diukur tanpa di-nol- kan terlebih dahulu, sehingga kita akan mendapatkan
hasil pengukuran aktual yang berbeda.
JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN TEKNIK DASAR
MIKROBIOLOGI
1. Pengertian mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan kajian tentang mikroorganisme, meliputi aspek:
Morfologi, fisiologi, reproduksi, ekologi dan genetika
2. Klasifikasi organisme berdasar susunan selnya:
a) Organisme prokariotik: organisme yang tidak memiliki
membran nukleus, dan kelengkapan organel sel sederhana
b) Organisme Eukariotik: organisme yang sudah memiliki membran
nukleus dan organel sel lengkap
146

3. Pengelompokkan mikroba
a. Protozoa
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-
kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
KebanyakanProtozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Habitat
hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi
lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa
akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut kista.
b. Fungi
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup
eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Kalangan ilmuwan
kerap menggunakan istilah cendawan sebagai sinonim bagi fungi.
c. Algae
Alga adalah protista yang bersifat fotoautotrof yang dapat membuat
makanannya sendiri dengan cara fotositentis. Alga memiliki kloroplas
dengan mengandung klorofil atau plastida yang berisi pigmen
fotosintetik lainnya. Alga dapat dengan mudah ditemukan di air tawar
maupun air laut. Ada yang hidup dengan menempel di suatu tempat
atau melayang-layang di air.
d. Bakteri
Bakteri adalah sebuah makhluk hidup uniseluler yang tidak memiliki
inti sel (prokariota). Bakteri ini membelah diri untuk berkembang
biak, sehinga butuh mikroskop untuk mengamatinya. Bakteri
merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi pada tubuh manusia
dan hewan.
e. Virus
Virus merupakan organisme nonselular yang karena ukurannya sangat
kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Ukurannya lebih kecil daripada bakteri.
147

4. Peranan mikroorganisme
Peranan Protozoa
Peran menguntungkan :
a) Mengendalikan populasi Bakteri, sebagian Protozoa memangsa
Bakteri sebagai makanannya, sehingga dapat mengontrol jumlah
populasi Bakteri di alam.
b) Sumber makanan ikan, Di perairan sebagian Protozoa berperan
sebagai plankton (zooplankton) dan benthos yang menjadi
makanan hewan air, terutama udang, kepiting, ikan, dan lain lain.
c) Indikator minyak bumi, Fosil Foraminifera menjadi petunjuk
sumber minyak, gas, dan mineral.
Peran Merugikan :
Menimbulkan berbagai jenis penyakit, penyakit yang ditimbulkan
misalnya disentri yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica
Peranan Alga
Peranan menguntungkan:
a) Alga hijau merupakan sumber dari fitoplanton yang difungsikan
sebagai pakan ikan dan hewan air lainnya
b) Alga cokelat (Macrocrytis pyrifera) mengandung yodium dengan
mengandung Na, P, N dan Ca yang dimanfaatkan sebagai
suplemen untuk hewan ternak. Mengandung asam alginat, sebagai
pengental produk makanan, industri, dan alat-alat kecantikan
(Laminaria, Macrocytis, Acophylum, dan Fucus).
c) Alga merah dimanfaatkan untuk makanan suplemen kesehatan
(Porphyra), sumber makanan (Rhodymenia Palmata), pembuatan
agar (Gellidium), dan penghasil karagenan (pengental es krim).
Peranan Bakteri:
Peranan menguntungkan:
a) Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya
Escherichia coli).
148

b) Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya


Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus
pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan
nata de coco dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt.
c) Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu
Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar
tanaman kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.
d) Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang
berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang
dibutuhkan tanaman.
Peranan merugikan
a) Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum
b) Penyebab penyakit pada manusia contohnya Mycobacterium
tuberculosis (penyebab penyakit TBC), Vibrio cholerae (penyebab
kolera atau muntaber), Clostridium tetani (penyebab penyakit
tetanus) dan Mycobacterium leprae (penyebab penyakit lepra )
c) Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis
(penyebab penyakit antraks pada sapi).
d) Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya
Pseudomonas solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman
tomat, lombok, terung dan tembakau) serta Agrobacterium
tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan).
Peranan Fungi
Peranan menguntungkan:
a) Olvariella Volvacae ( jamur merang ) berguna sebgai bahan
pangan protein.
b) Rhizopus dan Mucor berguna sebagai bahan maknan industri yaitu
dalam pembuatan tempe dan oncom.
c) Khamir Saccharomyces berguna sebagai frementor dalam industri
seperti keju, roti dan bir.
149

d) Penicillium Notattum berguna sebgai penghasil antibiotic.


e) Higropprus dan Lycoperdon Perlatum berguna sebagai
dekomposer.
Peranan merugikan:
a) Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit
rebah semai
b) Phythophthora estan menyebablan penyakit pada daun tanman
kentang
c) Saprolegnia sebagai parasit pa tubuh organisme cair
d) Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian
Peranan Virus
Peranan menguntungkan:
a) Virus yang digunakan untuk membuat hormon insulin, Virus ini
digunakan untuk menyembuhkan penyakit gula (diabetes melitus). Hal
ini merupakan rekayasa yang berguna di bidang kedokteran.
b) Virus yang bermanfaat untuk mengendalikan serangga yang dapat
merusak tubuh tanaman, virus juga bisa dimanfaatkan untuk
mengendalikan serangga. Sehingga bisa digunakan untuk membasmi
hama dalam bidang pertanian.
c) Virus untuk terapi gen, terapi gen adalah upaya penyembuhan suatu
penyakit keturunan yang disebabkan oleh pewarisan gen.
Peranan merugikan:
Virus yang Menyerang Manusia, seperti halnya pada hewan, penyakit
pada manusia pun banyak yang disebabkan oleh virus. Penularan oleh
virus ini dapat melalui berbagai cara, antara lain melalui udara, cairan
tubuh, dan air. Misalnya: Influenza
Virus influenza hanya menyerang membran trakea. Virus ini bernama
Orthomyxovirus. Virus ini menyebar melalui udara dan masuk ke dalam
tubuh manusia melalui saluran pernapasan.
150

5. Syarat media yang baik untuk pertumbuhan mikroba


a) Lingkungan
Lingkungan kehidupannya harus sesuai dengan
lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu: susunan
makanannya (media harus mengandung air untuk menjaga
kelembaban dan untuk pertukaran zat/metabolisme, juga
mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas), tekanan
osmose yaitu harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral
tapi ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai dan steril.
b) Kebutuhan untuk pertumbuhan,
Media harus mengandung semua kebutuhan untuk
pertumbuhan mikroba, yaitu: sumber energi (contoh: gula), sumber
nitrogen, juga ion inorganik essensial dan kebutuhan yang
khusus, seperti vitamin
6. Macam-macam cara mengisolasi dan menanam mikrobia
a) Spread Plate Method (Cara Tebar/Sebar)
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara
menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran di
permukaan media agar yang telah memadat. Metode ini dilakukan
dengan mengencerkan biakan kultur mikroba.
b) Pour Plate Method (Cara Tabur)
Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang
mencair pada temperatur 45-50oC dengan suspensi bahan 31 yang
mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri
steril. Setelah inkubasi akan terlihat koloni- koloni yang tersebar di
permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga
dapat diisolasi lebih lanjut
c) Streak Plate Method (Cara Gores)
Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba
pada cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan
151

biakan murni. Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan


yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang
sesuai pada cawan petri.
7. Tujuan inokulasi dan isolasi bakteri:
Untuk mengisolasi memisahkan pertumbuhan bakteri satu dengan
yang lainnya (spesimen); memperbanyak bakteri (yang ditanam
culture bakteri atau koloni bakteri; dan menghitung jumlah kuman
(yang ditanam, suspensi sampel). Isolasi bakteri merupakan suatu cara
untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Teknik
tersebut memerlukan adanya kondisi optimum untuk pertumbuhan
organisme inangnya.
JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN PENGOPERASIAN DAN
PERAWATAN KATUP
1. Definisi katup (valve) dan cara kerja katup
Valve atau katup adalah sebuah perangkat yang terpasang pada sistem
perpipaan, yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol dan mengarahkan
laju aliran fluida dengan cara membuka, menutup atau menutup sebagian
aliran fluida.
2. Sebutkan lima jenis katup yang anda ketahui
a. Katup kupu-kupu (Buterfly valve), digunakan untuk mengatur debit
aliran fluida atau mengisolasi aliran secara total.
b. Katup Jarum (Needle Valve), jenis ini digunakan pada instrument, gage
dan meter line service. Valve ini dapat digunakan untuk throtling dengan
sangat akurat serta dapat juga digunakan pada tekanan tinggi dan
temperatur tinggi.
c. Katup Globe (Globe Valve) jenis katup yang biasa digunakan dalam
pipa untuk mengontrol aliran fluida yang lebih kental seperti minyak.
d. Katup Gerbang (Gate Valve), jenis katup ini biasanya digunakan dalam
fasilitas industri dan aplikasi rumah tangga.
152

e. Katup Solenoid (Solenoid Valve), katup ini banyak diterapkan pada


sistem pneumatik dan hidrolik tenaga fluida untuk mengontrol silinder,
motor hidrolik atau berbagai katup industri.
3. Katup yang paling tepat digunakan pada sistem perpipaan yang
menggunakan pipa berdiameter lebih besar adalah katup bola (ball valve)
dan katup kupu- kupu (butterfly valve) yang biasanya digunakan untuk
mengatur aliran fluida pada pipa dengan diameter yang lebih besar.
4. Perbedaan foot valve dan check valve
Check Valve adalah alat (valve) yang digunakan untuk mengatur fluida
(gas,cair) hanya mengalir ke satu arah saja dan mencegah aliran ke arah
sebaliknya (backflow). Check Valve tidak menggunakan handel untuk
mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan dari aliran fluida
itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow).
Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah equipment
dalam sistem perpipaan. Foot valve sama dengan fungsinya seperti chek
valve tapi bedanya pada Foot valve ada saringan sampah, sehingga tidak
mudah merusah pada sistim pemipaan.
5. Bagian-bagian utama globe valve:
Gambar globe valve:
153

Bagian-bagian utama:
a. Disk, pada globe Valve ada beberapa jenis lagi disk yang
digunakan , antara lain:
1) Ball Disc (disk bola), Desain ball disk (disk bola) yang
digunakan terutama untuk tekanan rendah dan suhu yang
rendah, pada prinsipnya diterapkan untuk berhenti dan
membuka sebuah aliran.
2) Composition Disc (disk komposisi), Desain Komposisi disk
menggunakan bahan non logam berbentuk cincin yang
menjamin penutupan yang sempurna/kuat.
3) Plug Disc ( plug disk). Desain Plug Disk memberikan
throttling yang lebih baik daripada jenis ball maupun
komposisi. Tersedia dalam bentuk yang berbeda namun semua
berbentuk panjang dan runcing.
b. Seat, seat globe valve terintegrasi atau memutar kebadan valve.
Banyak globe valve memiliki backseats dalam bonnet. Backseat
memberikan segel antara batang (stem) dan bonnet untuk
mencegah tekanan system dari build ke packing valve saat valve
terbuka penuh.
c. Stem, globe valve menggunakan dua metode untuk
menghubungkan disk dan batang (stem) yaitu:
1) T-slot,
2) Disc Nut Contruction.
JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN ALAT PENUKAR KALOR
1. Pengertian alat penukar kalor atau Heat Exchanger (HE) adalah alat
yang digunakan untuk menukar atau mengubah temperatur fluida atau
mengubah fase fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan
fluida lain. Arti dari mempertukarkan disini adalah memberikan atau
mengambil kalor.
154

2. Jumlah kalor yang diserap atau dilepas pada suatu penukar kalor
sangat tergantung pada besarnya koefisien perpindahan kalor total (U).
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai U tersebut adalah:
a. Koefisien perpindahan kalor konveksi sisi tube
b. Koefisien perpindahan kalor konveksi sisi shell
c. Tebal tube
d. Nilai konduktivitas termal bahan tube
3. Jenis bahan/material penukar kalor memiliki peran yang vital dalam
meningkatkan kinerja suatu penukar kalor. Beberapa satu faktor dalam
pemilihan bahan/material tersebut:
a. Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk
menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah.
Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban
yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik,
kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan
lengkung.
b. Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai kemampuan
suatu bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan
(abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat
tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya
korelasi dengan kekuatan.
c. Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan untuk
menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila
suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan
bentuk. Apabila tegangan yang bekerja besarnya tidak
melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi
hanya bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan
hilang bersama dengan hilangnya tegangan yang diberikan.
Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas
155

kemampuannya, maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut


akan tetap ada walaupun tegangan yang diberikan telah
dihilangkan.
4. Jenis-jenis penukar kalor dan penukar kalor yang banyak diaplikasikan
pada industri kimia:
Dalam industri kimia, penukar kalor yang banyak digunakan
adalah model selongsong (cangkang) dan tabung (shell and tube)
Untuk menjamin fluida pada sisi shell mengalir melintasi luar tabung
dan terbentuk aliran turbulen yang mana akan meningkatkan proses
perpindahan kalor konveksi, maka di dalam selongsong dipasang
sekat-sekat (baffles).

Gambar. Penukar kalor selongsong dan tabung (one shell pass and one tube pass)

Jenis lain dari alat penukar kalor adalah penukar kalor kompak
(Compact Heat Exchangers). Jenis penukar kalor ini ditujukan untuk
mendapatkan laju perpindahan kalor per unit volume yang besar
khususnya untuk pemanasan dan pendinginan gas. Hal ini dicirikan
dengan luas permukaan perpindahan kalor per unit volume yang besar,
laluan aliran kecil, dan aliran laminar.
156

Gambar. Penukar kalor kompak. (a) Fin-tube (flat tubes, continuous plate fins (b)
Fin- tube (circular tubes, continuous plate fins); (c) Fin-tube (circular tubes,
circular fins); (d) Plate-fin (single pass); (e) Plate-fin (multipass)
5. Salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kinerja penukar
kalor adalah fouling. Tiga jenis fouling yaitu:
a. Freezing fouling yang mana timbul ketika sebagian aliran
fluida panas didinginkan mendekati titik beku salah satu
komponen penyusun fluida tersebut. Kasus ini sering terjadi
pada proses pemurnian (seperti minyak) dimana paraffin sering
memadat dari produk minyak pada berbagai tahap proses
permurnian. Hal ini menghambat aliran dan perpindahan kalor.
b. Biological fouling banyak terjadi jika air dari sumber alami
yang belum diolah misalnya air sungai dan air danau
digunakan sebagai coolant. Mikroorganisme seperti alga atau
mikroba lainnya dapat berkembang biak di dalam penukar
kalor dan selanjutnya dapat menghambat perpindahan kalor.
c. Particulate fouling atau pengotoran karena deposit partikel
dihasilkan dari keberadaan mikro partikel dalam fluida.
Partikel-partikel tersebut akan menyatu dan mengeras jika
157

terakumulasi pada penukar kalor. Deposit ini juga sulit


untuk dibersihkan.
JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN PROSES, SISTEM KERJA,
DAN APLIKASI EVAPORASI
1. Fungsi evaporator dan produk yang dihasilkan dari proses evaporasi
Evaporator berfungsi untuk mengubah keseluruhan atau sebagian
pelarut dari suatu larutan berbentuk cair menjadi uap. Produk dari
evaporator adalah padatan atau larutan yang berkonsentrasi (lebih padat
atau kental) dan larutan terevaporasi yang biasanya terdiri dari
beberapa komponen mudah menguap.
2. Ada dua jenis proses evaporasi yaitu:
a. Interface evaporation, yaitu proses dimana air akan
berubah menjadi uap air (gelembung) di permukaan.
b. Vertikal vapour transfers, merupakan perpindahan lapisan
yang kenyang dengan uap air dari interface ke uap (atmosfer
bebas).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya penguapan dari
permukaan cairan:
a. Suhu, walaupun cairan dapat dievaporasi di bawah suhu titik
didihnya, namum proses penguapannya akan lebih cepat bila suhu
di sekitarnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan titik didihnya.
Hal ini terjadi karena evaporasi akan menyerap kalor laten yang ada
disekelilingnya.
b. Kelembaban udara, semakin kering udara (sedikitnya
kandungan air dalam udara) maka proses penguapan akan
lebih cepat terjadi.
c. Kecepatan angin, sirkulasi udara yang cepat akan membantu
pergerakan molekul air, contohnya saja saat anda menjemur
pakaian, pasti pakaian yang anda jemur akan lebih cepat kering jika
diletakkan pada tempat yang memiliki sirkulasi angin yang lancar.
158

d. Sifat cairan, cairan yang memiliki titik didih yang yang rendah akan
lebih cepat terevaporasi jika dibandingkan dengan cairan yang
memiliki titik didih yang tinggi.
e. Tekanan, semakin besar tekanan yang dialami maka proses
evaporasi akan lebih lambat, begitupun sebaliknya, sehingga
terdapat jenis evaporator vacum yang berarti evaporator tersebut
menggunakan tekanan hampa atau tekannya dibawah tekanan udara
luar (<1 atm).
4. Tiga jenis evaporator berdasarkan cara pemanasannya:
a. Direct Fired Evaporator, merupakan jenis evaporator dengan cara
pengapian langsung dimana api dan pembakar gas dipisahkan
dari cairan mendidih dengan pembatas dinding besi atau
permukaan untuk memanaskan.
b. Submerged Combustion Evaporator, yaitu evaporator yang
dipanaskan oleh api yang menyala di bawah permukaan cairan,
dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.
c. Steam Heated Evaporator, adalah evaporator yang
menggunakan pemanas steam atau uap lain yang dapat
dikondensasi, sumber panas dimana uap terkondensasai pada suatu
sisi di permukaan pemanas dan kemudian panas ditransmisi lewat
dinding ke cairan yang mendidih.
5. Tiga alat pengolahan pangan yang menerapkan proses evaporasi:
a. Evaporated milk (susu evaporasi)
Pada proses, evaporasi susu melewati tabung uap panas di
bawah kondisi vakum. Pemanasan berlangsung antara 65-70oC.
kandungan bahan kering pada susu meningkat ketika proses
pemanasan. Konsentrasi padatan telah sesuai ketika densitas
mencapai nilai 1,07. Pada tingkatan ini, 1 kg unsweetened milk
dengan lemak 8% dan padatan non lemak 18% diproduksi dari
159

2,1 kg bahan baku susu yang memiliki kandungan lemak 3,8%


dan padatan non lemak 8,55%.
b. Sweetened condensed milk (susu kental manis)
Pada proses evaporasi, setelah dimasukkan gula ke dalam
evaporator kemudian dicampur dengan susu. Evaporasi
dilanjutkan hingga kandungan bahan kering yang dikehendaki
tercapai. Kandungan bahan kering diperiksa secara tidak
langsung dengan menentukan densitas dari konsentrat. Yaitu
sekitar 1,3 untuk sweetened wholemilkn dan 1,35 untuk
sweetened skimmilk. Pada tahapan ini 1 kg susu kental manis
dengan kandungan 8%, 45% gula, dan 27% air akan dihasilkan
dari 2,5 kg dari 3,2% susu full krim dicampur dengan 0,44 kg
gula.
c. Granulated sugar (gula pasir)
Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan
beberapa evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun
secara interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian.
Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu
bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas
bidang pemanas 5990 m2.
JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN PENGOLAHAN AIR DAN
LIMBAH
1. Tujuan dari pengolahan air atau water treatment adalah untuk
memenuhi spesifikasi dan persyaratan dari kesehatan jika untuk
konsumsi atau peralatan yang menggunakan air tersebut.
2. Jelaskan mengenai macam-macam proses pengolahan air
a. Proses fisika, proses pengolahan ini dilakukan secara fisik,
contoh untuk proses fisika adalah:
160

1) Screening atau penyaringan (untuk memisahkan benda


dengan diameter yang lebih besar agar tidak terikut dalam
proses beikutnya).
2) Sedimentasi fisik dengan gaya gravitasi (untuk benda
benda yang mempunyai berat jenis lebih besar dari air).
b. Proses biologi, Proses pengolahan ini dilakukan secara biologi
untuk mendegradasi limbah organik agar terurai menjadi lebih
sederhana lagi. Sebagai contoh pengolahan biologi adalah:
1. Bak aerob pada pengolahan biologi, menguraikan
kandungan senyawa organik menjadi senyawa yang
lebih sederhana dengan bantuan mikroba aerob.
2. Bak Anaerob pada pengolahan biologi menguraikan
kandungan senyawa organik menjadi yang lebih
sederhana dengan bantuan mikroba an-aerob.
c. Proses kimia, adalah proses pengolahan dengan menambah
bahan kimia agar diperoleh baku mutu air yang sesuai dengan
yang dikehendaki. Sebagai contoh pengolahan secara kimia
adalah penambahan chemical agent untuk menurunkan padatan
yang terlarut maupun yang terikut pada badan air, sebagai
contoh penambahan tersebut adalah penambahan ferro sulfat,
alum sulfat dan atau PAC.
3. Jelaskan tahap-tahap pengolahan air
a. Pengolahan pendahuluan (Pre treatment process) dan Pengolahan
pertama (primary treatment process ). Air untuk pemadam
kebakaran masih disebutkan harus melewati proses primary
treatment ini, yang dimaksud adalah jika dalam proses pretreatment
masih kurang baik dari segi mutu misalnya air tersebut masih
berbau maka perlu dilakukan proses lagi agar mutu air tersebut
lebih baik.
161

b. Pengolahan kedua (secondary treatment process). Pada proses


pengolahan kedua ini dihasilkan air untuk kebutuhan cooling tower,
industri makanan dan untuk keperluan rumah tangga. Air yang
dihasilkan tidak berbau dan warna yang dihasilkan akan jernih dan
bening. Perlu untuk diperhatikan adalah kebutuhan air dan alat yang
tersedia untuk melakukan proses tersebut. Kemudian ketersediaan
air yang akan diproses agar diperoleh sesuai dengan kebutuhan air.
c. Pengolahan ketiga (tertiary treatment ). Pada proses pengolahan
ketiga ini teknologi yang digunakan termasuk yang belum banyak
dikenal, dengan berbagai proses yang menjadi pertimbangan,
seperti misalnya penukar kation (kation exchange lemah/kuat) atau
menggunakan proses sodium kation bertujuan untuk menggantikan
kation kation dari garam/basa yang tersisa yang masih terlarut
dalam badan air.
4. Proses pengolahan limbah secara fisika, yang termasuk proses
pengolahan limbah secara fisika antara lain:
a. Saringan bar (bar screen), berfungsi untuk menahan dan
menyaring bendabenda keras dan besar seperti ranting kayu,
potongan kayu, dan sampah serta mencegah rusaknya saringan
berikutnya.
b. Saringan pasir dan kerikil, digunakan untuk mencegah limbah
cair dan kerikil agar tidak mengganggu dan merusak bak
penampung dan pompa limbah cair.
c. Ekualisasi, proses ekualisasi berfungsi untuk meminimumkan
dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas
maupun kualitas yang berbeda dan menghomogenkan
konsentrasi limbah cair dalam bak ekualisasi. Proses
pencampuran dan aerasi diperlukan pada proses ekualisasi
untuk menghindari kondisi septik.
162

d. Sedimentasi, proses sedimentasi limbah cair untuk


memisahkan zat padat dan cair digunakan prinsip pengendapan
gravitasi.
e. Filtrasi yang digunakan untuk pemisahan senyawa kimia padat
dan cair dimana cairan melewati media porous untuk
memindahkan padatan tersuspensi halus. Media filtrasi porous
digunakan untuk memisahkan padat-cair dengan menggunakan
prinsip gravitasi sehingga padatan tersuspensi dipisahkan
f. Flotasi, digunakan proses daya apung untuk memisahkan
partikel padatan tersuspensi dari limbah cair dan pemisahan
lemak, pelumas dari industri olahan susu sapi/kerbau dan
juga untuk memisahkan partikel padat rendah densitas.
g. Adsorpsi, digunakan untuk memindahkan senyawa kimia
tertentu larutan dengan menggunakan adsorben karbon aktif
mampu mengadsorpsi senyawa organik dan juga
menghilangkan bau tak sedap, rasa, dan warna serta senyawa
organik toksik. Wujud karbon aktif yang digunakan ialah
karbon aktif bentuk granular
5. Proses pengolahan limbah secara biologi, meliputi:
6) Perlakuan lumpur aktif, lumpur aktif adalah kumpulan mikroba
yang masih aktif berupa gumpalan lumpur atau menyerupai
lumpur, maka disebut lumpur aktif. Aliran limbah cair (Q)
dicampur dengan aliran lumpur (R) kemudian campuran ini
dengan kadar antara 2000 mg/L sampai 4000 mg/L masuk ke
dalam bioreaktor. Dalam bioreaktor lumpur aktif mengadsorpsi
senyawa organik padat tersuspensi selama waktu antara 20
sampai 40 menit.
7) Trickling filter atau perlokasi berbentuk silinder atau empat
persegi panjang dengan dinding baja untuk menyimpan kerikil,
163

batu, kepingan plastik atau batu kapur. Diameter trickling filter


sangat bervariasi mulai dari 1 m-50 m.
8) Proses aerobik, perlakuan aerobik limbah cair bertujuan untuk
melarutkan dan menggumpalkan senyawa organik menjadi produk
baru seperti CO2, NH3, radikal anorganik seperti SO4¯, PO-3 , dan
mikroba baru.
9) Proses anaerobik, manfaat proses anaerobik ialah prosesnya
murah dengan inokulum yang diperoleh dari kotoran
sapi/kerbau dan sekaligus mereduksi nilai BOD. Perlakuan
anaerobik sangat baik untuk limbah cair dengan nilai BOD tinggi
namun biodegradasi tidak sempurna, karena itu limbah cair
yang keluar dari bak anaerobik perlu diproses lebih lanjut.
10) Nitrifikasi dan denitrifikasi, proses denitrifikasi terjadi karena
terdapat Pseudomonas denitrificans. Metode penghilangan
senyawa nitrogen dapat dilakukan dengan perlakuan kolam
stabilisasi.

Anda mungkin juga menyukai