Ka Denika
Ka Denika
Skripsi dengan judul “Hubungan Kontribusi Zat Gizi Makro dan Aktivitas
Fisik terhadap Status Gizi Siswa Kelas 3 dan 4
di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan” disusun oleh Denika Padma Praja /
NPM : P2.31.31.1.15.012
Telah disetujui oleh Pembimbing Utama Skripsi untuk diujikan dalam rangka
penyusunan skripsi sebagai syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana
Terapan Jurusan Gizi.
i
ABSTRAK
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
SKRIPSI, MEI 2019
Hubungan Kontribusi Zat Gizi Makro dan Aktivitas Fisik terhadap Status
Gizi Siswa Kelas 3 dan 4 di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
xii+ V BAB, 76Halaman, 26Tabel, 8 Lampiran
ii
ABSTRACT
NUTRITION DEPARTMENT
HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH JAKARTA II
Essay, May 2019
iii
RIWAYAT PENULIS
DATA DIRI
Nama : Denika Padma Praja
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Mei 1997
Agama : Kristen
Alamat : jln. Sdn baruampar 01 pagi. RT 06/02 n02.
Kelurahan Batuampar, Kecamatan KramatJati,
Jakarta Timur, DKI Jakarta
Email : denikapadmapraja@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
2003 – 2009 SD Negeri Kramat jati 01 pagi Jakarta
2009 – 2012 SMP Negeri 150 Jakarta
2012 – 2015 SMA Negeri 104 Jakarta
2015 – 2019 Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkaat, rahmat-Nya dalam penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan
Zat Gizi Makro dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Siswa Sekolah
Dasar Kelas III & Kelas IV di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal skripsi ini
banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan dukungan,
kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa
sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
G. Alat Pengumpulan Data ...................................................................................... 37
H. Cara Pengolahan Data........................................................................................ 38
F. Analisis Data ......................................................................................................... 41
1. Analisis Univariat ............................................................................................ 41
2. Analisis Bivariat .............................................................................................. 41
BAB IV HASIL PEMBAHASAN .................................................................................... 42
A. Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 42
B. Gambaran Umum ................................................................................................ 42
C. Analisis Univariat .................................................................................................. 42
1. Karakteristik Umur, Berat Badan, Tinggi Badan & Nilai Z-Score……….42
2. Status Gizi pada Anak ................................................................................... 44
3. Aktivitas fisik .................................................................................................... 46
4. Asupan Lemak ................................................................................................ 47
5. Asupan Karbohidrat ....................................................................................... 47
6. Asupan Protein ............................................................................................... 48
D. Analisis Bivariat .................................................................................................... 49
1. Analisis Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Status Gizi ......................... 49
2. Analisis Hubungan Asupan Lemak Terhadap Status Gizi ....................... 50
3. Analisis Hubungan Asupan Protein Terhadap Status Gizi ...................... 51
4. Analisis Hubungan Asupan Karbohidrat Terhadap Status Gizi .............. 52
5. Analisis Hubungan Aktivitas fisikTerhadap Status Gizi ............................ 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 55
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 55
B. Saran...................................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 56
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 59
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah investasi bangsa yang harus
dijaga dan dipelihara karena mereka adalah generasi penerus bangsa.
Tumbuh kembang anak yang optimal diantaranya dipengaruhi oleh
pemberian gizi dan asupan makanan yang adekuat yang perlu
mendapatkan perhatian lebih.(1)
Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan
antara gizi kurang dan lebih(2). Artinya, masalah gizi kurang masih
belum teratasi sepenuhnya, sementara muncul masalah gizi lebih.
Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada anak-
anak hingga usia dewasa. Hasil data Riset Kesehatan Dasar Nasional
2013 menunjukkan masih tingginya masalah kelebihan gizi pada anak
umur 5-12 tahun. Berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh menurut
umur (IMT/U), status gizi anak dibagi menjadi sangat kurus, kurus,
normal, gemuk, dan obesitas. (3)
Berdasarkan data Riskesdas oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2013, secara nasional masalah gemuk pada
anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk
10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,0 persen. Prevalensi gemuk
terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta
(30,1%). Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas
nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan
Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi,
Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta.(3)
Menurut Saraswati Lestari penyebab terjadinya obesitas
diantaranya adalah faktor genetik, faktor kesehatan, faktor psikologis,
faktor kurang aktivitas fisik/olahraga, faktor lingkungan dan juga pola
makan. Pola makan yang merupakan penyebab terjadinya kegemukan
dan obesitas adalah mengkonsumsi makanan porsi besar
1
(melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi
karbohidrat sederhana dan rendah serat. (4)
Menurut Rimbawan & Siagian dikutip oleh Rachmalia, para peneliti
dari Divisi Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Massachusetts
membuktikan bahwa pola makan, frekuensi makan dan kebiasaan
sarapan berkaitan erat dengan risiko menderita obesitas. Pola makan
yang berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang kegemukan. Secara
psikologis, orang yang kegemukan biasanya lebih responsif dibanding
dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap isyarat lapar
eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan.(5)
Selain itu peningkatan pendapatan kelompok masyarakat tertentu
terutama di perkotaan juga menyebabkan perubahan gaya hidup
terutama dalam pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi
karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru
yaitu rendah karbohidrat, rendah serat, dan tinggi lemak sehingga terjadi
pergeseran mutu makanan kearah tidak seimbang.(6)
Menurut Mahoney yang dikutip (5), obesitas pada anak-anak akan
menjadi masalah karena beratlebih yang dimiliki si anak pada
akhirnyaakan memberikan dampak pada masalahkesehatan yang
biasanya dialami orangdewasa seperti diabetes, tekanan darahtinggi,
dan kolesterol.(5)
Kegemukan dan obesitas pada anak yang kurang beraktivitas fisik
dan berolahraga disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah
energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai
fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan sehingga menimbulkan penimbunan lemak
dalam tubuh (7), kemajuan teknologi yang secara tidak langsung
berhubungan dengan aktivitas fisik sehari-hari, misalnya alat-alat
permainan yang mengandalkan kecepatan jari-jari tangan dan mata
daripada gerak tubuh, seperti playstation, komputer, film, televisi, game,
dan juga konsumsi makanan cepat saji telah membuat kebiasaan hidup
2
menjadi santai dan malas sehingga menyebabkan kegemukan pada
anak(8).
Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya gizi lebih adalah
kelompok umur usia sekolah. Hasil penelitian Husaini yang dikutip oleh
Hamam (2005), mengemukakan bahwa, dari 50 anak laki-laki yang
mengalami gizi lebih, 86% akan tetap obesitas hingga dewasa dan dari
50 anak perempuan yang obesitas akan tetap obesitas sebanyak 80%
hingga dewasa. Obesitas permanen, cenderung akan terjadi bila
kemunculannya pada saat anak berusia 5-7 tahun dan anak berusia
4 – 11 tahun, maka perlu upaya pencegahan terhadap gizi lebih dan
obesitas sejak dini (usia sekolah)(9). Oleh karena itu penelitian ini
dilakukan untuk melihat hubungan kontribusi zat gizi makro dan aktivitas
fisik terhadap status gizi Siswa Kelas 3 dan 4 di SDN01 Gunung Jakarta
Selatan
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan asupan zat gizi makro dan aktivitas fisik
terhadap status gizi siswa kelas 3 dan 4 di SDN01 Gunung Jakarta
Selatan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan asupan zat gizi makro dan aktivitas fisik
terhadap status gizi siswa kelas 3 dan 4 di SDN 01 Gunung Jakarta
Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik siswa kelas 3 dan 4 di SDN 01
Gunung Jakarta Selatan (jenis kelamin dan usia)
b. Mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) siswa kelas 3
dan 4 di SDN 01Gunung Jakarta Selatan
c. Mengidentifikasi Aktivitas Fisik pada siswa kelas 3 dan 4 di SDN
01 Gunung Jakarta Selatan.
d. Menganalisis status gizi (IMT/U) pada siswa kelas 3 dan 4 di SDN
01 Gunung Jakarta Selatan.
3
e. Menganalisis Asupan lemak pada siswa kelas 3 dan 4 di SDN 01
Gunung Jakarta Selatan.
f. Menganalisis Asupan Protein pada siswa kelas 3 dan 4 di SDN
01 Gunung Jakarta Selatan.
g. Menganalisis Asupan karbohidrat pada siswa kelas 3 dan 4 di
SDN 01 Gunung Jakarta Selatan.
h. Menganalisis aktivitas fisik pada siswa kelas 3 dan 4 di SDN 01
Gunung Jakarta Selatan
i. Menganalisis asupan lemak dengan status gizi siswa kelas 3 dan
4 di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
j. Menganalisis asupan protein dengan status gizi siswa kelas 3
dan 4 di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
k. Menganalisis asupan karbohidrat dengan status gizi siswa kelas
3 dan 4 di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
l. Menganalisis aktivitas fisik dengan status gizi siswa kelas 3 dan
4 di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
D. Hipotesis
1. Terdapat hubungan Zat Gizi makro terhadap status gizisiswa kelas
3 dan 4 di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
2. Terdapat hubungan aktivitas fisik terhadap status gizi siswa kelas 3
dan 4 di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
3. Terdapat hubungan Zat Gizi makro dan aktivitas fisik terhadap status
gizi siswa kelas 3 dan 4 di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
4
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Mendeteksi sejak dini resiko obesitas pada siswa kelas 3 dan 4
di SDN 01 Gunung Jakarta Selatan
2. Bagi Jurusan Gizi
Sebagai referensi untuk penelitian mendatang mengenai
hubungan kontribusi zat gizi makro dan aktivitas fisik terhadap status
gizisiswa kelas 3 dan 4 di SDN Gunung Jakarta Selatan.
3. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian mengenai hubungan
kontribusi zat gizi makro dan aktivitas fisik terhadap status gizisiswa
kelas 3 dan 4 di SDN Gunung Jakarta Selatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Anak Sekolah Dasar
a. Definisi Anak Sekolah
WHO dalam standar Antropometri anak tahun 2007 yang
dikutip oleh (10) menetapkan batasan usia anak sekolah secara
internasional adalah 5 – 19 Tahun. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia melalui surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1995/SK/Menkes/XII/2010 menetapkan batasan anak
usia sekolah di Indonesia adalah 5 – 18 Tahun, sesuai dengan
umumnya usia anak sekolah di Indonesia.(10)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
66 Tahun 2010 Sekolah Dasar, yang selanjutnya disingkat SD,
adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan
dasar.(11)
Usia anak duduk di bangku sekolah dasar antara 6-12 tahun.
Pada umumnya usia anak masuk sekolah yaitu pada usia 6
tahun, pada usia ini anak mulai masuk ke dalam dunia yang baru,
dari mulai berhubungan dengan orang lain selain dengan
keluarganya, dan anak mengenal hal-hal baru yang belum
pernah dia temui mulai dari suasana dan lingkungannya. Hal ini
yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak. (12)
6
menghabiskan banyak waktu untuk berolahraga dan bermain.
Anak pada usia sekolah dasar tumbuh dengan perbedaan tinggi
badan yang sudah mulai tampak. Ada sebagian anak yang
terlihat relatif lebihpendek atau lebih tinggi. Komposisi tubuh anak
usia sekolah dasar juga mulai berubah. Komposisi lemak
meningkat setelah anak berusia 6 tahun(13)
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah dasar
akan lebih maksimal jika kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi.
Selain itu, pembiasaan pola makan sehat di dalam keluarga
harus benar- benar ditanamkan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara maksimal(13).
TABEL 1
ANGKA KECUKUPAN GIZI 2013
Karbohid
Kelompok BB TB Energi Protein Lemak
rat
Umur (kg) (cm) (kkal) (g) (g)
(g)
Anak
7-9 Tahun 27 130 1850 49 72 254
Laki – laki
10-12
34 142 2100 56 70 289
Tahun
Perempuan
10-12
36 145 2000 60 67 275
Tahun
Sumber : Kemenkes.Permenkes Tentang Angka Kecukupan
Gizi.[Online]September 2013. http://gizi.depkes.go.id/permenkes-
tentang-angka-kecukupan-gizi.
2. Karakteristik
a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah seperangkat peran yang menunjukkan
pada identitas dan digunakan untuk mengidentifikasikan
perbedaan laki-laki atau perempuan dari segi anatomi
biologis.(14)
7
b. Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur
keberadaan suatu benda hidup ataupun mati dan diukur dari
sejak lahir hingga waktu umur dihitung (15).
3. Status Gizi
a. Definisi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbanganantara asupan zat gizi dari makanan dengan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan untukmetabolisme tubuh.
Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang
berbedaantarindividu, hal ini tergantung pada usia orang
tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan,
dan lainnya (16).
Menurut (Supariasa, 2002) status gizi adalah ekpresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu(17).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat – zat gizi(18).
8
makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan
mudah terserang penyakit.
9
Antropometri banyakdigunakan untuk mengukur status
gizi anak. Hal ini karena prosedur yang digunakan sangat
sederhana dan aman, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli,
menghasilkan data yang tepat dan akurat serta dapat
mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa
lampau. Parameter yang sering digunakan yaitu umur, berat
badan , dan tinggi.(15)
Terdapat beberapa alasan kenapa antropometri
digunakan sebagai indikator status gizi, yaitu:
a) Pertumbuhan seorang anak agar berlangsung baik
memerlukan asupan gizi yangseimbang antara kebutuhan
gizi dengan asupan gizinya.
b) Gizi yang tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya
gangguan pertumbuhan, kekurangan zat gizi akan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, sebaliknya
kelebihan asupan gizi dapat mengakibatkan tumbuh
berlebih (gemuk) dan mengakibatkan timbulnya gangguan
metabolisme tubuh.
c) Antropometri sebagai variable status pertumbuhan dapat
digunakansebagai indikator untuk menilai status gizi.(16)
10
- Alat untuk ukur antropometri harganya cukup murah
terjangkau, mudah dibawa dan tahan lama digunakan
untuk pengukuran.
- Ukuran antropometri hasilnya tepat dan akurat
- Hasil ukuran antropometri dapat mendeteksi riwayat
asupan gizi yang telah lalu.
- Hasil antropometri dapat mengidentifikasi status gizi
baik, sedang, kurang danburuk.
- Ukuran antropometri dapat digunakan untuk skrining
(penapisan), sehingga dapat mendeteksi siapa yang
mempunyai risiko gizi kurang atau gizi lebih(20).
b) Metode antropometri untuk menilai status gizi, juga
mempunyai kekurangan diantaranya adalah:
- Hasil ukuran antropometri tidak sensitif, karena tidak
dapat membedakankekurangan zat gizi tertentu,
terutama zat gizi mikro misal kekurangan zink.
- Apakah anak yang tergolong pendek karena
kekurangan zink atau kekurangan zatgizi yang lain.
- Faktor-faktor di luar gizi dapat menurunkan spesifikasi
dan sensitivitas ukuran.Contohnya anak yang kurus
bisa terjadi karena menderita infeksi,
sedangkanasupan gizinya normal. Atlet biasanya
mempunyai berat yang ideal, padahalasupan gizinya
lebih dari umumnya.
- Kesalahan waktu pengukuran dapat mempengaruhi
hasil. Kesalahan dapat terjadi karena prosedur ukur
yang tidak tepat, perubahan hasil ukur maupunanalisis
yang keliru. Sumber kesalahan bisa karena pengukur,
alat ukur, dan kesulitan mengukur(16).
11
2) Metode Laboratorium
Penentuan status gizi dengan metode laboratorium
adalah salah satu metode yangdilakukan secara langsung
pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan penilaian status gizi
ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi
dalam tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari
makanan(20).
a) Kelebihan
Metode laboratorium untuk menilai status gizi
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
metode yang lain. Kelebihan tersebut adalah(15):
- Metode laboratorium dapat mengukur tingkat gizi
pada jaringan tubuh secara tepat,sehingga dapat
dipastikan apakah seseorang mempunyai kadar zat
gizi yang cukupatau kurang.
- Dengan mengetahui tingkat gizi dalam tubuh, maka
kemungkinan kejadian yang akan datang dapat
diprediksi.
- Data yang diperoleh pemeriksaan laboratorium
hasilnya cukup valid dan dapatdipercaya
ketepatannya.
b) Kelemahan
Selain kelebihan tersebut di atas, metode
laboratorium juga mempunyai beberapa kelemahan, di
antaranya adalah:
- Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan di
laboratorium memerlukan peralatanyang harganya
cukup mahal.
- Peralatan laboratorium umumnya sangat sensitif dan
mudah pecah
- Pada waktu melakukan pemeriksaan dengan metode
laboratorium, umumnyamemerlukan tempat dan
12
kondisi yang khusus agar pemeriksaan berjalan
dengan baik dan aman(16).
3) Metode Klinis
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode
klinis yang dapat digunakanuntuk mendeteksi gejala dan
tanda yang berkaitan dengan kekurangan gizi. Gejala dan
tanda yang muncul, sering kurang spesifik untuk
menggambarkan kekurangan zat gizi tertentu. Mengukur
status gizi dengan melakukan pemeriksaan bagian-bagian
tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala akibat
kekurangan atau kelebihan gizi. Pemeriksaan klinis biasanya
dilakukan dengan bantuan perabaan, pendengaran,
pengetokan, penglihatan, dan lainnya(21).
Metode klinis untuk menilai status gizi, memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya adalah:
a) Pemeriksaan status gizi dengan metode klinis mudah
dilakukan dan pemeriksaannyadapat dilakukan dengan
cepat.
b) Melakukan pemeriksaan status gizi dengan metode klinis
tidak memerlukan alat-alatyang rumit.
c) Tempat pemeriksaan klinis dapat dilakukan di mana saja,
tidak memerlukan ruanganyang khusus.
d) Kalau prosedur ukur dilakukan dengan tepat, maka
metode klinis menghasilkan datayang cukup akurat dalam
menilai status gizi.
Penggunaan metode klinis untuk menilai status gizi di
samping memiliki kelebihan,juga memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut adalah:
a) Pemeriksaan klinis untuk menilai status gizi memerlukan
pelatihan yang khusus. Setiapjenis kekurangan gizi akan
menunjukkan gejala klinis yang berbeda, masing-
masingharus dilakukan pelatihan yang berbeda
13
b) Ketepatan hasil ukuran terkadang dapat bersifat subjektif.
Terkadang pengalamanmelakukan pemeriksaan
mempengaruhi hasil, semakin lama pengalaman yang
dimiliki,maka hasil akan semakin tepat.
c) Untuk kepastian data status gizi, terkadang diperlukan
data pendukung lain, sepertidata pemeriksaan biokimia.
d) Waktu pelaksanaan pengukuran dengan metode klinis,
dipengaruhi oleh lingkungan,seperti bising, anak rewel,
tebal kulit/pigmen, dan pengaruh yang lain(20).
14
a) Hasil ukur pengukuran konsumsi pangan dapat
memprediksi status gizi yang akan terjadi di masa yang
akan datang
b) Hasil pengukuran konsumsi pangan cukup akurat untuk
menilai asupan gizi atauketersediaan pangan
c) Pengukuran konsumsi pangan mudah dilakukan dengan
pelatihan yang khusus
d) Pelaksanaan pengukuran tidak memerlukan alat yang
mahal dan rumit.
15
mengetahui asupan zat gizi individu dalam sehari,
sehingga tergolong pada kelompok metode kuantitatif.
Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat
jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi
individu pada 1 hari sebelum dilakukan recall (misal recall
dilakukan hari Selasa, maka asupan makanan yang
ditanyakan adalah asupan selama 24 jam pada hari
Senin). Dalam pelaksanaan pengumpulan data, terdapat
dua cara melakukan wawancara recall yaitu cara pertama
adalah asupan makanan ditanyakan dimulai dari bangun
pagi kemarin sampai saat tidur malam kemarin hari. Cara
kedua adalah dengan menanyakan asupan makanan
dalam kurun waktu 24 jam ke belakang sejak wawancara
dilakukan. Prinsip pengukuran dari metode recall 24-hour
adalah mencatat semua makanan yang dikonsumsi baik di
rumah maupun diluar rumah, mulai dari nama makanan
yang dikonsumsi, komposisi dari makanan tersebut dan
berat dalam gram atau dalam ukuran rumah tangga (URT).
Perlu ditanyakan jumlah konsumsi makanan secara teliti
dengan menggunakan URT, seperti sendok, gelas, piring,
atau ukuran lain. Untuk mendapatkan kebiasaan asupan
makanan sehari-hari, wawancara recall dilakukan minimal
2 x 24 jam, dengan hari yang tidak berurutan.(22)
16
4. Antropometri
a. Jenis Parameter
1) Berat Badan
Berat badan adalah ukuran tubuh yang lazim yang
ditimbangdalam keadaan berpakaian minimal untuk menilai
suatu gizi manusia. (23)
TABEL 2
BERAT BADAN IDEAL SESUAI UMUR
2) Tinggi badan
Tinggi badan adalah jarakdari alas kaki sampai titik
tertinggi pada kepala dan berdiri tegak.(23)
17
TABEL 3
TINGGI BADAN IDEAL SESUAI UMUR
b. Indeks Antropometri
1) IMT/U
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan
pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau
melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya
dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik
dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan
melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih
mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain,
terutama untuk daerah pedesaan (17)
18
Klasifikasi Status Gizi Dalam penelitian status gizi,
khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO
2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri
untuk anak dan remaja di dunia. Klasifikasi status gizi
menggunakan standar deviasi unit disebut juga Z-skor.
TABEL 4
KATEGORI IMT/U
5. Lemak
a. Definisi
Lemak adalah senyawa ester organik yang terdiri atas
carbon (c), hidrogen (h) dan oksigen. Lemak mempunyai sifat
dapat larut dalam zat-zat tertentu.(21)
Merupakan substansi yang terdiri dari lemak, minyak dan
kolesterol. Asam lemak merupakan bagian terbesar dari lipid
sehingga harus disediakan dalam diet karena tidak disintesis oleh
tubuh sendiri. Asupan lemak pada anak sekolah dianjurkan
19
berasal dari sumber lemak essensial seperti kacang-kacangan,
minyak nabati, beras merah.
Lemak yang terdapat di dalam makanan, berguna
untukmeningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan
vitamin A, D, E dan K, sebagai sumber asam lemak essensial,
memelihara suhu tubuh, sebagai pelumas serta memberi rasa
kenyang dan kelezatan.
Konsumsi lemak dan minyak dalamhidangan sehari-hari
dianjurkan sebanyak 15-25% dari kebutuhan energi. Konsumsi
lemak berlebih dalam waktu lama berakibat pada peningkatan
berat badan yang dapat berlanjut menjadi kegemukan, selain itu
dapat pula mengakibatkan berkurangnyakonsumsi makanan lain.
Hal ini disebabkan karena lemak berada didalamsistem
pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan protein
dankarbohidrat, sehingga lemak menimbulkanrasakenyangyang
lebih lama.
b. Jenis Lemak
1) Berdasarkan kejenuhannya
a) Asam Lemak Jenuh
TABEL 5
ASAM LEMAK JENUH BERDASARKAN NAMA ASAM
20
b) Asam Lemak tak jenuh
TABEL 6
ASAM LEMAK TAK JENUH BERDASARKAN NAMA
ASAM
2) Berdasarkan sumbernya
TABEL 7
JENIS LEMAK BERDASARKAN SUMBERNYA
Sumber Keterangan
Berasal dari tanaman (nabati) - Biji-bijian
- Minyak jagung
Berasal dari hewan (hewani) - Lemak susu
- Lemak hewan
Sumber : Hardiansyah P SI dewa nyoman. Ilmu Gizi : Teori
& Aplikasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
6. Karbohidrat
a. Definisi
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang
fungsi utamanyasebagai penghasil energi, dimana setiap
gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan
enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di
konsumsisehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama
pada negara sedangberkembang. Di negara sedang
berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%dari total
kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%.
21
Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya
sekitar 40 60%. Hal ini disebabkansumber bahan makanan yang
mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan
sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein.
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organic
yang mengandungatom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan
pada umumnya unsur Hidrogen danoksigen dalam komposisi
menghasilkan H 2 O. Di dalam tubuh karbohidrat dapatdibentuk
dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak.
Akan tetapisebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan
makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.(24)
b. Klasifikasi Karbohidrat
1. Monosakarida
Terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi
dihidrolisis oleh larutanasam dalam air menjadi karbohidrat
yang lebih sederhana. berikut macam-macam monosakarida:
dengan ciri utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-beda :
triosa (C3),tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa
(C7).
a) Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton
b) Tetrosa : threosa, Eritrosa, xylulosa
c) Pentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa
d) Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa
e) Heptosa : Sedoheptulosa
2. Disakarida
Senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida
yang sejenis atau tidak.Disakarida dapat dihidrolisis oleh
larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2molekul
monosakarida.
22
a) hidrolisis : terdiri dari 2 monosakarida al
b) sukrosa : glukosa + fruktosa (C 1-2)
3. Oligosakarida
Senyawa yang terdiri dari gabungan molekul2
monosakarida yangbanyak gabungan dari 3 – 6
monosakarida,misalnya maltotriosa.
4. Polisakarida
Senyawa yang terdiri dari gabungan molekul- molekul
monosakarida yangbanyak jumlahnya, senyawa ini bisa
dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida.
Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari
lebih 6monosakarida dengan rantai lurus/cabang(24)
7. Protein
a. Definisi
Protein merupakan salah satu kelompok bahan
makronutrien, tidak sepertibahan makronutrien lainnya
(karbohidrat, lemak), protein ini brperan lebih pentingdalam
pembentukan biomolekul daripada sumber energy (penyusun
bentuk tubuh).Namun demikian apabila organisme sedang
kekurangan energi, maka protein inidapat juga di pakai sebagai
sumber energi. Keistimewaan lain dari protein adalahstrukturnya
yang selain mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P,
dan Fe(25)
23
b. Klasifikasi
Berdasarkan bentuknya protein dapat dibedakan menjadi:
1) Protein fibriler (skleroprotein)
Merupakan protein yang bentuknya serabut. Protein ini
tidak bisa larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan
garam, asam basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen yang
terdapat pada tulang rawan, keratin pada rambut, miosin pada
otot, dan fibrin pada gumpalan darah.
2) Protein globuler (steroprotein)
Merupakan protein yang berbentuk mirip dengan bola.
Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, untuk
protein jenis ini lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu,
konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan
protein fibriler. Protein ini sangat mudah terdenaturasi, yaitu
susunan molekul dapat berubah diikuti dengan perubahan
sifat fisik dan fisiologik seperti yang dialami oleh enzim dan
hormon. (25)
8. Aktivitas fisik
a. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization, 2010), aktivitas
fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga sebagai upaya dalam pemeliharaan
kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup
agar tetap sehatdan bugar dalam melakukan aktivitas sehari.
Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen
penyakit kronis, secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan
kematian secara global .(26)
Menurut Kementerian Kesehatan RI, Aktivitas Fisik adalah
setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran
tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik
dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik
24
atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari
dalam seminggu.(27)
Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas
yang dilakukan contoh dan lama waktu melakukan aktivitas fisik
dalam sehari. FAO (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik
adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam
penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan FAO (2001),
besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam
dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat
aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan
(kkal/kap/hari) per kilogram berat badan dalam 24 jam(28). PAL
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
25
TABEL 8
PERHITUNGAN AKTIVITAS FISIK
Physical Activity
Aktivitas
Ratio/satuan waktu
Tidur(siang dan malam) 1
Tidur-tiduran, duduk diam,
1.2
membaca
Duduk sambil menonton tv 1.72
Mandi dan berpakaian 2.3
Berdiri diam, beribadah,
1.5
menunggu (berdiri), berhias
Berkendaraan di
1.2
mobil/bus/angkutan
Makan minum 1.6
Jalan santai 2.5
Mengendarai kendaraan 2.4
Melakukan perkerjaan rumah
2.75
tangga
Duduk didepan meja, ,menulis,
1.3
mengetik
Berjalan 1.6
Olahraga (badminton) 4.85
Olahraga (bersepeda) 3.6
Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5
Olahraga (aerobic, berenang,
7.5
sepak Bola, dll)
Kegiatan dilakukan dengan
1.5
duduk
Kegiatan ringan 1.4
Sumber: (FAO/WHO/UNU, 2001)
26
TABEL 9
KATEGORI AKTIVITAS FISIK BERDASARKAN SKOR (PHYSICAL
ACTIVITY LEVEL) PAL
27
hakikatnya obesitas terjadi akibat interaksi faktor lingkungan (makan
berlebihan atau kurangnya aktivitas fisik) dan faktor genetis.(7)
Obesitas merupakan suatu keadaanakibat terjadinya
ketidakseimbangan kalori di dalam tubuh, yakni kalori yang masuk
melebihi kalori yang dikeluarkan dalam bentuk energi (tenaga) dan
kelebihan ini ditimbun dalam lemak tubuh dalam jangka waktu
tertentu. Obesitas yang muncul pada usia anak-anak cenderung
berlanjut hingga dewasa, dan lansia(7).
B. Kerangka Konsep
Karakteristik :
Jenis Kelamin dan Usia
Asupan Karbohidrat
Asupan Lemak
Asupan Protein
Penyakit
Sosial Ekonomi
Keterangan :
28
C. Definisi Operasional
TABEL 9
DEFINISI OPERASIONAL
No. Variabel Definisi Cara Ukur dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur
1. Usia Lama hidup yang dimulai Wawancara menggunakan Tahun Rasio
dari kelahiran sampai pada kuisioner, lalu menghitung
saat diwawancarai selisih antara tanggal waktu
pengukuran dengan tanggal
lahir responden
2. Jenis Status gender seseorang Wawancara menggunakan 1. Laki-laki Nominal
kelamin yang diketahui dengan kuesioner 2. Perempuan
melihat fisik yang
bersangkutan
3. Berat Berat badan merupakan Cara Ukur : Pengukuran Berat badan dalam Rasio
Badan ukuran tubuh dalam sisi Alat Ukur: Timbangan badan satuan kg
berat yang ditimbang dalam digital dengan
keadaan berpakaian minim kapasitas 150 kg
tanpa perlengkapan dan ketelitian 0,1 kg
apapun. Pengukuran
menggunakan timbangan
29
digital dengan kapasitas
150 kg yang memiliki
ketelitian 0,1 kg
30
5. Status Gizi Keadaan tubuh individu Cara Ukur: Nilai Z-Score Ordinal
yang ditentukan Penghitungan IMT/U IMT/U
berdasarkan IMT/U, dengan berdasarkan pengukuran Cara Ukur:
rumus Z-Score BB dan TB a. < -3SD
Alat Ukur : software WHO b. 3 SD sampai
Anthro dengan < - 2
SD
c. -2 SD sampai
dengan1 SD
d. 1 SD sampai
dengan 2 SD
e. >2 SD
6. Asupan Konsumsi lemak yang Wawan cara dengan Asupan Lemak: Ordinal
Lemak diperoleh dari makanan menggunakan metode recall Persentase lemak
yang dikonsumsi selama 2x24 jam berdasarkan AKG:
dengan metode Kurang : <80%
recall2x24jam tidak berturut AKG
– turut Cukup : >80%
31
7. Asupan Konsumsi Protein yang Wawancara dengan Asupan Protein: Ordinal
Protein diperoleh dari makanan menggunakan metode recall Persentase
yang dikonsumsi selama 2x24 jam Protein
dengan metode recall berdasarkan AKG:
2x24jam tidak berturut – Kurang : <80%
turut AKG
Cukup : >80%
32
9. Aktivitas Kegiatan rutin yang sering Wawancara menggunakan Skor PAL aktivitas Ordinal
Fisik dilakukan reponden selama kuisioner dengan perhitungan fisik responden
2x24 jam yang aktivitas fisik menurut FAO 1. Ringan : 1,20 -
menggambarkan kebiasaan 2001 1.69
responden 2. Berat : 1.70-
2.40
33
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan
rancangan penelitian cross-sectional dimana data variabel dependen
dan independent akan dikumpulkan secara bersamaan. Pengambilan
data dilakukan dengan bantuan 20 enumerator yang terlatih. Subjek
yang diteliti yaitu siswa kelas 3 dan 4, dimana sampel yang digunakan
sebanyak 88 orang yang dihitung dengan menggunakan rumus besar
sampel dengan jumlah populasi diketahui. Cara pengambilan subjek
dengan menggunakan dengan metode proportional random sampling
karena jumlah siswa dalam setiap kelas tidak sama, sehingga dapat
terwakili secara proporsional sesuai dengan banyaknya siswa.
Kriteria inklusi yaitu siswa-siswi kelas 3 dan 4, tidak sedang
menderita sakit, berada dilokasi pada saat dilakukan penelitian, dan
bersedia menjadi sampel dan kriteria eksklusi sedang menderita sakit
dan mengalami cacat fisik sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran
antropometri.
Penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner berupa daftar
pertanyaan, formulir food recall 24 jam tidak berturut-turut, Formulir
recall aktivitas fisik dengan metode pengukuran wawancara dan
pengukuran antropometri dengan mengukur berat badan dan tinggi
badan untuk menganalisis status gizi.
34
Variabel bebas (independen) dalam penelitian adalah asupan
energi dan aktivitas fisik sedangkan variabel terikat (dependen) adalah
status gizi (IMT/U).
C. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas 3 dan 4
di SDN 01 Gunung, Jakarta Selatan yang berjumlah 120 orang.
D. Sampel
1. Kriteria Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi
kriteria inklusi, sedangkan yang terkena kriteria eksklusi akan
dikeluarkan.
a. Kriteria Inklusi
Responden merupakan siswa atau siswi kelas 3 dan 4 di
SDN 01 Pagi, Kelurahan Gunung, Jakarta Selatan, berusia 8-
11 tahun, responden berada di lokasi saat dilakukan penelitian,
dan responden bersedia untuk menjadi sampel penelitian
b. Kriteria Eksklusi
Responden sedang menderita sakit, mengalami cacat fisik
sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran antropometri.
2. Besar Sampel
Sampel pada penelitian ini dipilih dari populasi dengan
menggunakan teknik random sampling. Besar sampel yang akan
diambil ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
2
𝑍1− 𝛼 (𝑝)(𝑞)𝑁
2
𝑛= 2
(N − 1)𝑑2 + 𝑍1− 𝛼 (𝑝)(𝑞)
2
2 (0,188)(0,812)
1,96 120
𝑛=
(119)0,052 + 1,962 (0,188)(0,812)
35
70,37
𝑛=
0,2975 + 0,5864
70,37
𝑛=
0,8839
𝑛 = 79,61 ≈ 80 + 10% 𝑑𝑟𝑜𝑝𝑜𝑢𝑡
𝑛 = 88
Keterangan :
2
𝑍1− 𝛼 = Nilai standar distribusi normal
2
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
d = Besarnya penyimpangan (5%)
p = Proporsi prevalensi kejadian (diambil dari prevalensi gizi
lebih di Indonesia menurut Riskesdas 2013)
q = 1–p
36
E. Jenis Data yang Dikumpulkan
Penelitian ini merupakan penelitian payung dari penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nanang Prayitno,MPS dan tim
1. Data Sekunder
a. Data identitas dan karakteristik responden yang meliputi nama,
usia, jenis kelamin, tanggal lahir, kelas dan alamat.
b. Data asupan makan dalam sehari
c. Data antropometri yang meliputi tinggi badan dan berat badan
d. Data aktivitas fisik
e. Data sekunder yang diambil yaitu data gambaran umum SDN 01
Pagi, Kelurahan Gunung, Jakarta Selatan
37
2. Formulir food recall untuk menuliskan makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden selama 24 jam di hari sebelum dilakukannya
penelitian. Formulir ini berisi waktu makan, keterangan cara
memperoleh makanan atau minuman, nama makanan atau
minuman, jumlah makanan atau minuman, nama bahan makanan
atau minuman, jumlah bahan makanan atau minuman dan
keterangan pengolahan makanan atau minuman.
3. Formulir data antropometri untuk memperoleh data berat badan,
tinggi badan, dan status gizi IMT/U.
4. Formulir aktivitas fisik
5. Buku foto makanan SDT 2014 yang digunakan saat food recall 24
jam, yang berisi foto makanan jadi (sumber karbohidrat, protein
hewani, protein nabati, sayur, buah, dan makanan jajanan) dan alat
makan dan minum URT.
6. Timbangan digital injak untuk mengukur berat badan dengan
kapasitas 125 kg dengan ketelitian 0,1 kg.
7. Microtoise untuk mengukur tinggi badan dengan kapasitas 200 cm
dengan ketelitian 0,1 cm.
38
total asupan energi dengan menggunakan aplikasipanganku.org lalu
dijumlahkan total asupan lemak sehari selama 2 hari tidak berturut-
turut dan dihitung rata-ratanya. Kemudian dibandingkan dengan
kecukupan individu
4. Asupan protein yang didapatkan dari wawancara langsung dengan
responden mengenai asupan makanan dengan menggunakan
metode food recall 24 jam lalu dilakukan perhitungan total asupan
energi dengan menggunakan aplikasi panganku.org lalu dijumlahkan
total asupan lemak sehari selama 2 hari tidak berturut-turut dan
dihitung rata-ratanya. Kemudian dibandingkan dengan kecukupan
individu
5. Antropometri, hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan
𝐵𝐵
dihitung IMT dengan rumus . Kemudian dibagi dengan umur
𝑇𝐵2
39
TABEL 10
KATEGORI TINGKAT AKTIVITAS FISIK BERDASARKAN NILAI
PAL
40
F. Analisis Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisis untuk mengetahui
makna dari hasil penelitian yang dilakukan. Analisis data dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi variabel
dependen dan independent. Variabel independent yaitu asupan
lemak, aktivitas fisik dan kebiasaan jajan. Sedangkan variabel
dependen yaitu status gizi.
a. Distribusi responden berdasarkan usia
b. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
c. Distribusi responden berdasarkan asupan lemak
d. Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik
e. Distribusi responden berdasarkan status gizi
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel
dependen dan independent
a. Hubungan Jenis kelamin dengan status gizi(diuji dengan chi
Square)
b. Hubungan Zat Gizi makro dengan status gizi (diuji dengan chi
Square)
c. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi(diuji dengan chi
Square)
RUMUS CHI SQUARE
41
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Pada saat dilakukan wawancara subjek kurang bisa diajak
komunikasi dikarenakan fokus terbagi dengan hal lain.
B. Gambaran Umum
Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi Kelurahan Gunung Kecamatan
Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan NPSN 20105923 adalah salah
satu sekolah dasar negeri di daerah Jakarta Selatan dengan status
kepemilikan pemerintah pusat yang berakreditasi A. Jumlah siswa yang
tercatat pada tahun ajaran 2018/2019 sebanyak 624 siswa yang terdiri
dari 319 siswa laki-laki dan 305 siswa perempuan. Jumlah guru pada
tahun ajaran 2018/2019 berjumlah 36 orang yang terdiri dari 12 guru
laki-laki dan 24 guru perempuan serta 3 orang tenaga pendidik yang
terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Sekolah Dasar
Negeri 01 Pagi Kelurahan Gunung Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta
Selatan memiliki 26 ruang kelas dan 1 ruang perpustakaan.
C. Analisis Univariat
1. Karakteristik Umur, Berat Badan, Tinggi Badan Dan Nilai Z-Score
IMT/U
Berdasarkan data yang telah diambil di SDN 01 Pagi Kelurahan
Gunung Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatandengan
metode wawancara, dan pengukuran. Berikut adalah tabel yang
mengambarkan nilai rata rata, maksimum dan minimum berdasarkan
usia, berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan nilai Z- Score IMT/U.
42
TABEL 11
DISTRIBUSI UMUR, BERAT BADAN, TINGGI BADAN
43
status gizi normal (27).Bila karakteristik responden dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin dan kategori usia secara rinci dapat dilihat
pada tabel 4.2
TABEL 12
DISTRIBUSI JENIS KELAMIN RESPONDEN
Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 39 44,3
Perempuan 49 55,7
Total 88 100
44
TABEL 13
DISTRIBUSI STATUS GIZI RESPONDEN
Status Gizi N %
Kurus 6 6.8
Normal 50 56.8
Gemuk 20 22.7
Obesitas 12 13.6
Total 88 100
45
3. Aktivitas fisik
Data aktivitas fisik didapatkan dengan cara wawancara recall
aktivitas fisik selama 24 jam yang kemudian dihitung menggunakan
rumus untuk mendapatkan skor Physical Activity Level.
TABEL 14
DISTRIBUSI AKTIVITAS FISIK
(n=88)
Aktivitas Fisik N %
RIngan 56 63,6
Berat 32 36,4
Total 88 100
46
4. Asupan Lemak
Konsumsi lemak yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi
selama dengan metode recall 2x24jam tidak berturut – turut.
TABEL 15
DISTRIBUSI JUMLAH ASUPAN LEMAK
(n=88)
Asupan lemak n %
Kurang 39 44,3
Cukup 49 55,7
Total 88 100
5. Asupan Karbohidrat
Konsumsi Karbohidrat yang diperoleh dari makanan yang
dikonsumsi selama dengan metode recall 2x24jam tidak berturut –
turut.
47
TABEL 16
DISTRIBUSI JUMLAH ASUPAN KARBOHIDRAT
(n=88)
Asupan karbohidrat n %
Kurang 41 46.6
Cukup 47 53.4
Total 88 100
6. Asupan Protein
Konsumsi protein yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi
selama dengan metode recall 2x24jam tidak berturut – turut.
TABEL 17
DISTRIBUSI JUMLAH ASUPAN PROTEIN
(n=88)
Asupan Protein n %
Kurang 37 42,0
Cukup 51 58,0
Total 88 100
48
jajanan fastfood berupa ayam goreng tepung dll. Hal ini juga
disebabkan oleh akses yang mudah anak untuk membeli makanan
tersebut karena letak sekolah yang berada di kota dan berdekatan
dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
D. Analisis Bivariat
1. Analisis Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Status Gizi
Berikut ini adalah tabel Analisis Hubungan Jenis Kelamin
Terhadap Status Gizi pada siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi
Kelurahan Gunung Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan:
TABEL 18
ANALISIS HUBUNGAN JENIS KELAMIN TERHADAP STATUS GIZI
Status Gizi
Jenis OR
Tidak Normal Normal P Value
Kelamin
n % N %
Laki Laki 18 46.2 21 53.8 0,926 0,875
Perempuan 21 42.9 28 57.1
49
status gizi lebih didasarkan pada pola konsumsi, aktivitas fisik, social
ekonomi, penyakit dan genetik daripada oleh jenis kelamin.
TABEL 19
ANALISIS HUBUNGAN ASUPAN LEMAK TERHADAP STATUS
GIZI
Status Gizi
Asupan OR
Tidak Normal Normal P Value
Lemak
n % N %
kurang 12 30.8 27 69.2 0,039 2,761
Cukup 27 55.1 22 44.9
50
bahwa terdapat hubungan yang signifikan (35). Letak wilayah SDN
01 Gunung yang berada di perkotaan menyebabkan anak mudah
mendapatkan akses makanan yang digoreng dan junk food.
n % n %
Kurang 18 48.6 19 51.4 0,632 0,485
Cukup 21 41.2 30 58.8
51
tinggi. Jumlah konsumsi makanan yang kurang dan pola
konsumsi yang salah dapat menyebabkan konsumsi makanan
yangkurang(33).
Status Gizi
Asupan OR
Tidak Normal Normal P Value
Karbohidrat
n % n %
Kurang 13 31.7 28 68.3 0.045 2.667
Cukup 26 55.3 21 44.7
52
karbohidratnya. Hasil ini sebanding dengan hasil penelitian lain yaitu
Mutia tentang asupan karbohidrat dan protein berhubungan dengan
status gizi anak sekolah dasar syafa Islamic school di Tangerang
dengan p-value = 0,04 (α = 0.05) atau dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan(36). Hal ini dikarenakan
karbohidrat merupakan pembentuk energy yang paling besar dari
anak sekolah dasar, karena hampir keseluruhan konsumsi
responden di dominasi oleh karbohidrat diantara nya yaitu nasi dan
mie.
TABEL 22
ANALISIS HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK
Status Gizi
P OR
Aktivitas Fisik Tidak Normal Normal
Value
n % n %
Ringan 31 55.4 25 44.6 0.011 3.720
Berat 8 25.0 24 75.0
53
beresiko 3,720 kali memiliki status gizi tidak normal dibandingkan
dengan yang aktivitas fisiknya berat. Hasil ini sebanding dengan
hasil penelitian lain yaitu ( Dian 2018 ) tentang sttaus gizi, aktivitas
fisik, dan asupan zat gizi makro pada anak sekolah dasar di
Yogyakarta dengan p-value = 0,00 (α = 0.05) atau dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan(35) .
Hal ini dimungkinkan karena jenis aktivitas fisik yang dilakukan
anak-anak seperti berlarian di sela-sela jam pelajaran di sekolah. Di
sisi lain, aktivitas fisik perlu memerhatikan aspek tipe, frekuensi,
durasi, dan intensitas aktivitas fisik. Olahraga atau aktivitas fisik yang
efektif terhadap berat badan harus dilakukan secara teratur minimum
selama 30 menit per hari.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebanyak 88 responden penelitian ini sebagian besar (55,7%) anak
memiliki jenis kelamin perempuan
2. Terdapat prevalensi status gizi kurus sebesar 6,0%, dan gemuk serta
obesitas sebesar (36,3)%.
3. Sebagian besar (63,6%) anak memiliki aktivitas fisik yang ringan
4. Sebagian besar(58,0%) anak cukup asupan proteinnya
5. Sebagian besar(53,4%) anak cukup asupan karbohidratnya
6. Sebagian besar(63,6%) anak cukup asupan lemaknya
7. ujiChi-Square didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara
asupan lemak dengan status gizi (p-value = 0,039), asupan
karbohidrat dengan status gizi(p-value = 0,045) dan aktivitas fisik
dengan status gizi (p value = 0,011) pada anak dengan status gizi
normal dan tidak normal
8. ujiChi-Square didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan status gizi (p-value = 0,926) dan asupan
protein dengan status gizi (p value = 0.632) pada anak dengan status
gizi normal dan tidak normal
B. Saran
1. Terkait dengan cukupnya asupan lemak, karbohidrat dab protein
maka disarankan untuk diadakan edukasi mengenai gizi seimbang
kepada anak. Sehingga anak dapat meilih makananya dengan tepat.
2. Terkait rendahnya aktivitas fisik pada anak perlu diberikan kelas
khusus berupa senam aerobik untuk membantu menurunkan berat
badan Anak dengan status gizi gemuk dan obesitas serta
meningkatkan berat badan anak dengan status gizi kurus
55
DAFTAR PUSTAKA
56
Yogyakarta. 2014;1–16.
10. Purnamasari DU. Panduan Gizi dan Kesehatan Anak Sekolah.
Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2018.
11. INDONESIA PR. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN
DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN. 2010.
12. Purtiantini. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan
Makanan Jajanan dengan Perilaku anak Memilih Makanan di SDIT
Muhammadiyah AL KAUTSAR Gumpang Kartasura. 2010;1–93.
13. Muhilal didit damayanti. Hidup Sehat gizi seimbang dalam siklus
kehidupan. jakarta: Ranch Market; 2006.
14. Uris Udau. Pemahaman Orang tua tentang gender dalam
menerapkan pola asuh kepada anak remaja di desa long payau.
ejournal.sosiatri.or.id. 2013;1(4):72–84.
15. Soepomo P. Model penentuan status gizi balita di puskesmas 1.
2013;1:367–73.
16. Harjatmo TP, Par’i HM, Wiyono S. Penilaian status Gizi. Kementeri
Kesehat RI. 2017;315.
17. Nyoman. SI dewa. penilaian status gizi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002.
18. Atmasier S. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia; 2003.
19. Suhardjo. berbagai cara pendidikan gizi. Bumi AKsara; 2003.
20. Rosalind G. principle of nutritional assessement. new york: Oxford
univerity press; 2005.
21. Hardiansyah P SI dewa nyoman. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016. p. 621.
22. Octaviana SP. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
lebih pada siswa sekolah dasar 05 kuningan barat di kecamatan
mampang prapatan. 2013;
23. Dewi AR. Hubungan berat badan dan tinggi badan dengan
kelincahan pemain futsal putri universitas negeri yogyakarta. 2015;
24. HUTAGALUNG DH. Karbohidrat. Bagian Ilmu Gizi Fak Kedokt Univ
57
Sumatera Utar. 2004;1–13.
25. Primasoni N. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga,
Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini. 2011;
26. Organization WH. World health statistics 2010. 2010;
27. Kemenkes RI. Pembinaan Kesehatan Olahraga di Indonesia. 2015.
28. Fao. Human energy requirements. 2001;0.
29. Weisell RC. Body mass index as an indicator of obesity. Asia Pacific
J Clin Nutr [Internet]. 2002;11 Suppl:S681-4. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12534690
30. Grundy SM. Obesity, metabolic syndrome, and cardiovascular
disease. J Clin Endocrinol Metab. 2004;89(6):2595–600.
31. Kemenkes. Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010. Jakarta;
2010.
32. Pendidikan K, Kebudayaan DAN, Jenderal S, Data P, Statistik DAN,
Dan P. STATISTIK SEKOLAH DASAR ( SD ). 2016;
33. Hadju V, Virani D. Macro nutrient intake relationship with nutritional
status in elemantary school child in region the coastal area of
makassar 2013 2013;1–12.
34. Yoga A. hubungan jenis kelamin, aktivitas fisik dan status gizi
dengan kesegaran jasmani anak sekolah dasar. Jur Kesehat Masy
Fak Kedokt dan Ilmu-Ilmu Kesehat Univ Jenderal Soedirman,
Purwokerto. 2010;31–9.
35. Aliyah DP, Prasetyaningrum YI. Status gizi , aktivitas fisik , dan
asupan zat gizi makro antara siswa sekolah dasar full day dan half
day 2018;02(01):59–68.
36. Sari M, Safitri DE. Asupan karbohidrat dan protein berhubungan
dengan status gizi anak sekolah di syafana islamic school primary ,
tangerang selatan. 2018;3(1):48–58.
58
LAMPIRAN
Jumlah
Jenis Kelamin
n %
Laki-Laki
Perempuan
Total
Jumlah
Status Gizi
n %
Sangat kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
Total
59
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK TERHADAP STATUS GIZI SISWA
KELAS 3 DAN 4 DI SDN 01 GUNUNG, JAKARTA SELATAN
Status Gizi
Asupan
Lemak Sangat Kurus Normal Gemuk Obesitas
Kurus
n % n % n % n % n %
Kurang
Cukup
Lebih
Total
Status Gizi
Asupan
Karbohidrat Sangat Kurus Normal Gemuk Obesitas
Kurus
n % n % N % n % n %
Kurang
Cukup
Lebih
Total
60
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN TERHADAP STATUS GIZI SISWA
KELAS 3 DAN 4 DI SDN 01 GUNUNG, JAKARTA SELATAN
Status Gizi
Asupan
Sangat Kurus Normal Gemuk Obesitas
Protein
Kurus
n % n % n % n % n %
Kurang
Cukup
Lebih
Total
Status Gizi
Aktivitas
Fisik Sangat Kurus Normal Gemuk Obesitas
Kurus
n % n % n % n % n %
Sangat
Ringan
Ringan
Sedang
Berat
Total
61
HUBUNGAN JENIS KELAMIN TERHADAP STATUS GIZI SISWA
KELAS 3 DAN 4 DI SDN 01 GUNUNG, JAKARTA SELATAN
Status Gizi
Jenis
Kelamin Sangat Kurus Normal Gemuk Obesitas
Kurus
n % n % N % n % n %
Laki – laki
Perempuan
Total
62
KUESIONER KARAKTERISTIK DAN STATUS GIZI RESPONDEN
I. Identitas Responden
Kode Responden :
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir : - -
Umur :
Kelas :
Alamat :
RT: RW:
Status gizi :
Keterangan : 1. Sangat kurus : <-2 SD
2. Kurus : <-1 SD
3. Normal : -1SD sampai +1SD
4. Gemuk : > +2 SD
63
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM, HARI KE-1
NAMA :
UMUR : tahun
TGL. WAWANCARA/HARI : :
*informasi tambahan spt : harga per porsi, cara persiapan dan pemasakan.
64
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM, HARI KE-2
NAMA :
UMUR : tahun
TGL. WAWANCARA/HARI : :
*informasi tambahan spt : harga per porsi, cara persiapan dan pemasakan.
65
FORMULIR AKTIVITAS FISIK
TOTAL
66
Naskah penjelasan
67
Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
(INFORMED CONSENT untuk wawancara dan pengukuran)
Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti hal yang
berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Denika Padma Praja,
Politeknik Kesehatan Jakarta II jurusan Gizi yaitu
...............................,...................... 2018
(...................................) (...................................)(...................................)
Saksi Peneliti Siswa/Siswi
68
CURRICULUM VITAE
A. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Denika Padma Praja
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Mei 1997
Agama : Kristen Protestan
Status : Mahasiswa
Tinggi Badan : 175 cm
Berat Badan : 90 kg
Alamat : Jalan SDN BatuAmpar 01 Pagi RT 06 RW
002 No 2 Kecamatan Batuampar Kelurahan
KramatJati, Jakarta Timur 13520
Telepon Seluler : 085714903071
E-mail : denikapadmapraja@gmail.com
B. PENDIDIKAN
Pendidikan yang pernah ditempuh
TK PEMBINA ( 2002 – 2003 )
SDN 01 KRAMAT JATI ( 2003 – 2009 )
SMPN 150 JAKARTA ( 2009 – 2012 )
SMAN 104 JAKARTA ( 2012 – 2015 )
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II ( 2015 – sekarang )
C. PENGALAMAN ORGANISASI
BEMJ GIZI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
69
CURRICULUM VITAE PEMBIMBING
A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UI Depok UI Depok -
Bidang Ilmu Kes Mas Kes Mas
Tahun Masuk-Lulus 1994-1996 2000-2002
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
70
B. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber*
1 2012 Pengaruh subtitusi Tepung DIPA
garut terhadap mutu
organoleptik dan daya terima
biskuit dan kandungan zat gizi
2 2015 Efektifitas pelatihan kader DIPA
konseling PMBA kepada ibu
/pengasuh dan praktik PMBA
oleh ibu/pengasuh Bayi
berumur 6-12 bulan di
Kecamatan Pondok aren
Tangerang Selatan
3 2016 Pengaruh Frekwensi DIPA
menggoreng dan
Penambahan bubuk kunyit
terhadap kadar MDA dan
angka asam minyak goreng
71