Anda di halaman 1dari 63

1

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE


PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS KETAPANG
KECAMATAN KADEMANGAN
KOTA PROBOLINGGO

Oleh :
FATMAWATI
NIM. 06001020

PROGRAM STUDI D 3 KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2009
2

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE


PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS KETAPANG
KECAMATAN KADEMANGAN
KOTA PROBOLINGGO

Karya tulis ilmiah ini diajukan kepada Politeknik Kesehatan Majapahit untuk
memenuhi salah satu persyaratan dala menyelesaikan
Program Studi D3 Keperawatan

Oleh :
FATMAWATI
NIM. 06001020

PROGRAM STUDI D 3 KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2009
3

LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE


PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS KETAPANG
KECAMATAN KADEMANGAN
KOTA PROBOLINGGO

Dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Politeknik


Kesehatan Majapahit Program Studi D3 Keperawatan dan
Diterima Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.md.Kep)
Pada tanggal 6 Juni 2009

Mengesahkan
Politeknik Kesehatan Majahapit Mojokerto
Program D3 Keperawatan

Ketua Program Studi

TRI PENI, SST.M.Kes


NIK. 220 250 015

Direktur Politeknik Kesehatan Majapahit

SARMINI MOEDJIARTO, M.MPd


NIK. 220 250 075

i
4

LEMBAR PENETAPAN TIM PENGUJI

Telah diuji

Pada tanggal 6 Juni 2009

PANITIA PENGUJI

Ketua : SARMINI MOEDJIARTO, M.MPd (………………..)


NIK. 220 250 075

Anggota : 1. EKA DIAH K, SKM (………………..)


NIK. 220 250 003

2. YUDHA LAGA H K, A. Md.Kep S. Psi. (………………..)


NIK. 220 500 080
5

LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan (A. md.Kep)

Oleh :

FATMAWATI
NIM. 06001020

Mojokerto, 6 Juni 2009

Menyetujui

Pembimbing I

EKA DIAH K, SKM


NIK.220 250 003

Pembimbing II

YUDHA LAGA H.K , A. md.Kep S. Psi


NIK. 220 500 080
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya

kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare Pada Anak

Usia Balita Studi Di Puskesmas Ketapang Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo” sebagai salah satu syarat akademik guna menyelesaikan pendidikan

tinggi program D III Keperawatan di Poltekkes Majapahit Mojokerto.

Dalam penyusunan KTI ini memperoleh bantuan moral maupun materiil

dari berbagai pihak oleh Karen aitu penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Sarmini Moedjiarto, M.MPd selaku Direktur Poltekkes Majapahit

Mojokerto yang telah memberikan kebijakan dan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan Karya Tulis Ilmiah sebagai syarat kelulusan.

2. dr. Nurul H. Hidayati selaku Kepala Puskesmas Ketapang Kota

Probolinggo

3. Tri Peni, SST selaku Ketua Program DIII Keperawatan Politeknik

Kesehatan Majapahit Mojokerto

4. Eka Diah K, SKM selaku pembimbing I yang telah memberikan

kesempatan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

5. Yudha Laga HK, A. md.Kep S. Psi selaku pembimbing II yang telah

senantiasa meluangkan waktunya serta denga kesabarannya memberikan

arahan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Semua staf Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

iv
7

7. Masyarakat di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo yang telah

bersedia utuk menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Kedua orang tua yang saya hormati dan saya cintai, yang dengan sabar

mendidik serta selalu memberi motivasi, dukungan serta do’a dan semua

pihak yang telah membantu kelancaran penelitian yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang

telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi penulis sendiri

maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Mojokerto, 6 Juni 2009

Penyusun

v
8

ABSTRAK

Menurut WHO (World Health Organization), diare menyebabkan


kematian pada 2 juta anak di dunia setiap tahun. Sedangkan di Indonesia, menurut
Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, diare merupakan penyebab kematian
kedua terbesar pada balita dan anan-anak. Diare merupakan salah satu penyakit
berbasis lingkungan. Tingginya kejadian diare disebabkan karena masih buruknya
keadaan sarana sanitasi dasar terutama air bersih, jamban keluarga, dan saluran
pembuangan air limbah (SPAL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia balita di
Puskesmas Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo Tahun 2009.
Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan populasi ibu yang mempunyai
anak balita yang diare atau pernah menderita diare di Puskesmas Ketapang
Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo Tahun 2009 sebanyak 15 responden.
Teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik consecutive sampling dengan
variabel penelitian variable independent atau bebas pada penelitian ini adalah
sanitasi lingkungan dan variabel dependent atau tergantung pada penelitian ini
adalah diare. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden yang hidup
dilingkungan yang sehat mengalami kejadian diare <2 kali dalam setahun,
sedangkan 20 % responden yang hidup dilingkungan tidak sehat, mengalami
kejadian diare >2 kali dalam setahun. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan
bahwa p value sama dengan 0,017, nilai p < 0.05 maka Ho ditolak. Jadi ada
pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian diare pada anak usia balita.
Faktor lingkungan (sanitasi lingkingan, penyediaan sumber air bersih,
saluran pembuangan air limbah) merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
kejadian diare. Jadi untuk pencegahan penyakit diare dapat dilakukan melalui
upaya perbaikan sanitasi lingkungan. Penelitian ini dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang sanitasi lingkungan melalui beberapa
kegiatan, misalnya penyuluhan atau konseling. Perlunya diteliti lebih lanjut
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia balita selain
sanitasi lingkungan seperti faktor makanan atau gizi serta PHBS.

Kata Kunci : Lingkungan, Diare, Balita.


9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

MOTTO....................................................................................................... iii

PERSEMBAHAN........................................................................................ iv

HALAMAN PENETAPAN TIM PENGUJI............................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................ 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4

1. Tujuan Umum ................................................................... 4

2. Tujuan Khusus .................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anak ........................................................................... 6

B. Penyakit Diare ......................................................................... 7

C. Kerangka Konsep .................................................................... 21


10

BAB 3 METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian .................................... 22

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................... 22

1. Variabel Penelitian .............................................................. 22

2. Definisi Operasional ........................................................... 23

C. Populasi .................................................................................. 25

D. Sampel ..................................................................................... 25

E. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 26

F. Teknik dan Intsrumen Pengumpulan Data .............................. 27

G. Teknik Analisa Data ................................................................ 28

H. Etika Penelitian ....................................................................... 29

BAB 4 HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................ 31

B. Hasil Penelitian ....................................................................... 32

C. Pembahasan ............................................................................. 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.............................................................................. 36

B. Saran......................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
11

DAFTAR TABEL

Judul Tabel
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .........................23

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi kejadian diare di Puskesmas


Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo........... 32

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi faktor lingkungan yang mempengaruhi


kejadian diare di Puskesmas Ketapang Kecamatan
Kademangan Kota Probolinggo .........................32

Tabel 4.3 Analisis faktor lingkungan dengan kejadian diare pada


anak usia balita .........................33
12

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual faktor lingkungan yang mempengaruhi
Kejadian diare pada anak usia balita .........................21
13

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

1. Tabel Tabulasi ......................................................................40

2. Rekapitulasi Santasi Lingkungan................................................. 42

3. Lembar Permintaan Menjadi Responden..................................... 43

4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................... 44

5. Kuesioner ......................................................................45

6. Lembar Bimbingan ......................................................................46

7. Surat Ijin Penelitian...................................................................... 47

8. Surat Balasan Penelitian............................................................... 48


14

Persembahan
 Thank you for my God “Allah SWT”, atas rah-
mat dan ridhoMu yang selalu menyertaiku
 My Parent, you are is the best, thank you had
made me like this, I love u full
 My Family in Probolinggo, thanks for all
 My Lovely, thanks for your support and always
together with me.
 My best Friend (Lia, Kiki, Yentol, Gestol, M2M),
I miss u so much. My friends in POLTEKKES
MAJAPAHIT MOJOKERTO D3 KEPER-
AWATAN, thanks for all
 My family in kost Gayaman, thanks for your
spirit
 The Big Family of Puskesmas Ketapang Kota
Probolinggo, thanks for my chince
15

MOTTO

TIDAK ADA KATA LELAH UNTUK


MASA DEPAN INDAH
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), diare menyebabkan

kematian pada dua juta anak di dunia setiap setahun. Sedangkan di Indonesia,

menurut Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, diare merupakan penyebab

kematian kedua terbesar pada balita dan anak-anak. Dari sekitar 4 miliar kasus

diare di dunia, terdapat 2,5 juta kasus berakhir dengan kematian dan sebagian

besar (lebih dari 90%) terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 80%

kematian akibat diare tersebut terjadi pada anak dibawah usia dua tahun.

Secara umum kematian akibat diare pada anak di dunia mencapai 42.000 per

minggu, 6.000 per hari, 4 setiap menit, dan 1 kematian setiap 14 detik

(Wahyu, 2005). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun

2005, mulai Januari-September, tercatat 53.903 orang yang berobat ke

Puskesmas karena menderita diare. Dari angka tersebut 46 % diantaranya

(24.941 orang) merupakan pasien diare dari kalangan balita dibawah umur 5

tahun. Sisanya merupakan pasien non balita yaitu usia lebih dari 5 tahun

(Slamet, 2005).

Peningkatan pasien diare itu juga terjadi di Rumah Sakit Umum Dr.

Soetomo, biasanya pasien anak-anak yang berobat karena diare di Instalasi

Gawat Darurat (IGD) hanya 4-5 orang perhari kini ada peningkatan yang

cukup signifikan 7-8 orang perhari. Begitu juga, pasien diare anak-anak yang

dirawat di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Anak selama Oktober 2005 tercatat 50

1
2

orang anak yang dirawat di IRNA Anak (Soegeng, 2005). Selain mewabah di

Kota Surabaya diare juga mewabah di Kota Probolinggo, hal ini dibuktikan

selama tahun 2008 diperoleh data dari puskesmas Ketapang anak yang

terserang diare sebanyak 92 orang. Dari 92 orang kebanyakan berumur atara

1-4 tahun yaitu 50 orang dan sisanya berumur kurang dari 1 tahun dan lebih

dari 4 tahun. Sedangkan selama bulan Januari sampai Maret tahun 2009

terdapat 15 balita yang terserang diare.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya diare meliputi sanitasi

lingkungan (perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih), gizi

(makanan basi, keracunan, alergi makanan), dan perilaku mayarakat yang

salah yaitu membuang sampah secara sembarangan dan berak di sembarang

tempat (Depkes RI, 2002).

Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Tingginya

kejadian diare disebabkan karena masih buruknya keadaan sarana sanitasi

dasar terutama air bersih, jamban keluarga, dan SPAL sedangkan klinik

sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan dengan menintegrasikan

pelayanan kesehatan antara preventif, promotif dan kuratif yang difokuskan

pada penduduk yang beresiko tinggi untuk dapat mengatasi masalah berbasis

lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan

oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dilaksanakan secara aktif

dan pasif di dalam dan di luar gedung.Sehingga peran perawat sangat

dibutuhkan dalam menurunkan dan mencegah timbulnya kembali penyakit

diare melalui : peningkatkan kuantitas dan kualitas tatalaksana penderita Diare

melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan


3

Pelembagaan Pojok Oralit; mengupayakan tatalaksana penderita Diare di

rumah tangga secara tepat dan benar; meningkatkan upaya pencegahan

melalui kegiatan KIA, dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber

masyarakat; meningkatkan sanitasi lingkungan; peningkatan kewaspadaan dini

dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa Diare, sehingga dengan pembinaan

dari perawat, maka dapat melaksanakan tugas kesehatan dalam mencegah

kekambuhan penyakit diare dengan baik.

Dari uraian tersebut diatas memotivasi penulis untuk mengetahui

faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia balita.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan masalah

Faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain sanitasi

lingkungan, gizi, dan perilaku masyarakat maka dalam penelitian ini

dibatasi pada sanitasi lingkungan yang dapat mempengaruhi kejadian

diare, kejadian diare dibatasi pada perubahan frekuensi yang terjadi dalam

satu tahun terakhir.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare pada

anak usia balita di Puskesmas Ketapang Kecamatan Kademangan Kota

probolinggo?
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian

diare pada anak usia balita di Puskesmas Ketapang Kecamatan

Kademangan kota probolinggo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi sanitasi lingkungan di wilayah Puskesmas

Ketapang Kecamatan Kademangan Kota probolinggo.

b. Mengidentifikasi kejadian diare dalam satu tahun terakhir di

Puskesmas Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

c. Menganalisis faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian

diare pada anak usia balita di Puskesmas Ketapang Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan ilmu keperawatan yang dimiliki dan

mengembangkan ilmu keperawatan yang diterapkan kepada

masyarakat.

2. Bagi Institusi

Bagi institusi keperawatan dapat menambah atau

mengembangkan kajian dalam ilmu keperawatan.


5

3. Bagi Responden

Bagi responden hasil penelitian dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk mencegah terjadinya diare.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anak

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Anak

Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud

adalah lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam

perubahan status kesehatan anak, seperti keturunan, jenis kelamin, emosi,

dan lain – lain. Lingkungan internal yang dapat berperan dalam perubahan

status, seperti pada anak baru lahir dengan memiliki kasus penyakit

bawaan maka dikemudian hari akan terjadi perubahan status kasehatan

cenderung mudah sakit. Sedangkan lingkungan eksternal yang berperan

dalam status kesehatan anak adalah gizi anak, peran orang tua, saudara,

teman sebaya atau masyarakat yang berada dalam lingkungan tersebut juga

memiliki potensi untuk mempengaruhi status kesehatan anak. (Hidayat,

2005).

2. Pengertian Anak

Anak didefinisikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari

delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan

khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Anak

merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. (Hidayat,2005).

6
7

3. Klasifikasi Anak menurut umur

Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

dimulai dari bayi ( 0 – 1 tahun ), toddler ( 1 – 2,5 tahun ), pra sekolah ( 2,5

– 5 tahun ), usia sekolah ( 5 – 11 tahun ) hingga remaja (11 – 18 tahun )

(Hidayat, 2005).

B. Penyakit Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang

abnormal (lebih dari 3 kali/ hari ), serta perubahan dalam isi ( lebih dari

200 gr/ hari )dan konsistensi cair ( Brunner and Suddarth, 2000 ).

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 4

kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi tinja encer,

dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan atau darah

(Ngastiyah, 2005).

2. Penyebab Diare.

Menurut Ngastiyah (2005) penyebab diare adalah sebagai berikut:

a. Infeksi :

1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan karena bakteri,

virus, parasit.

2) Infeksi parenteral : otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,

bronchopneumonia.
8

b. Makanan : makanan basi, keracunan, alergi terhadap makanan.

c. Psikologis : rasa takut dan cemas.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare

a. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan

yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air

bersih dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

1) Rumah

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan

manusia (Notoatmodjo, 2003).

a) Indikator Rumah Sehat

(1). Bahan bangunan

(a) Lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak

cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu

sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu

di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk

lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang

dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tdak

berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada

musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang

padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan


9

menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-

benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai

yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

(b) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping

mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah

tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup.

Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan

lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela

tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau

papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat

menambah penerangan alamiah.

(c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai

baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis,

juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan

masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun

demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak

mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun

kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun

asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping

mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.


10

(d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah

umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan

ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-

lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik.

Untuk menghindari ini cara memotongnya harus

menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada

ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso

tersebut ditutup dengan kayu.

(2). Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi

pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam

rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O 2

yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah

berkurang yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi

penghuninya menjadi meningkat.Disamping itu tidak

cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara

didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan

dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan

media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-

bakteri penyebab penyakit).


11

Fungsi kedua daripada ventilasi adalah untuk

membebaskan udara ruangan-ruangan dari bakteri-bakteri,

terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran

udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara

akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga

agar ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humidity)

yang optium.

Ada 2 macam ventilasi, yakni :

(a) Ventilasi alamiah, ini tidak menguntungkan, karena

merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga

lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-

usaha lain untuk melindung kita dari gigitan-gigitan

nyamuk tersebut.

(b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-

alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya

kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas

alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.

Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan

ventilasi harus dijaga agar udara tidak berhenti atau

membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam

ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya

udara.
12

(3).Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,

tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya

yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya

matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan

media atau tempat yang baik untuk hidup dan

berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu

banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,

dam akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat

dibedakan menjadi 2, yakni:

(a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini

sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri

patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh

karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan

masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk

cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%

sampai 20% dari luas lantai yang terdapat didalam

ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat

jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung

masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh

bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai

ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus

diperhatikan dan dusahakan agar sinar matahari lama


13

menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka

sebaiknya jendela itu harus di tengah-tenah tinggi

dinding (tembok).

Jalan masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan

dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat

secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng

biasa waktu pembuatanya kemudian menutupnya

dengan pecahan kaca.

(b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya

yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah,

listrik, api dan sebagainya.

(4). Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup

untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lanai bangunan

tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.

Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah

penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded).

Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan

kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota

keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular

kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang

optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m 2

untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).


14

(5). Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-

fasilitas sebagai berikut:

(a) Penyediaan air bersih yang cukup

(b) Pembuangan Tinja

(c) Pembuangan air limbah (air bekas)

(d) Pembuangan sampah

(e) Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

(Depkes RI, 2002)

2) Sistem Pembuangan

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding

dengan area pemukiman, adalah pembuangan kotoran manusia

meningkat merupakan. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat,

masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang

pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia

(feses) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikomplek.

Penyebaran penyakit yang bersumber pada feses dapat melalui

berbagai macam jalan atau cara (Notoatmodjo, 2003).

b. Gizi.

Dalam kehidupan manusia sehari – hari, orang tidak terleas dari

makanan, karena makanan adalah salah satu ersyaratan pokok untuk


15

manusia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan

bagi kehiduan manusia adalah :

1) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan

serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.

2) Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari – hari.

3) Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air,

mineral dan cairan tubuh yang lain.

4) Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai

penyakit.

Sedangkan makanan yang dapat menyebabkan terjadinya diare

adalah makanan basi, keracunan, dan alergi makanan (Notoatmodjo,

2003).

c. Perilaku Masyarakat (PHBS)

1) Pengertian

Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi

bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,

melalui pendekatan pimpinan (advocacy ), bina suasana (social

support ) dan pemberdayaan masyarakat mengenali dan mengatasi

masalahnya sendiri, dalam tatanan masing – masing, agar dapat


16

menerapkan cara – cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatan ( Depkes RI, 2006 ).

2) Tujuan PHBS

Menurut Depkes RI ( 2006), tujuan PHBS meliputi :

a) Tujuan umum

Meningkatkan pengetahuan, Perubahan sikap dan

Perilaku serta kemandirian perorangan, keluarga dan masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatan agar dapa t hidup bersih

dan sehat.

b) Tujuan khusus

(1).Meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku

individu anggota keluarga di tatanan rumah tangga terhadap

kesehatan diri dan keluarga khususnya melalui program

KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat.

(2).Meningkatkan pengatahuan, perilaku perubahan sikap dan

perilaku siswa dan ditatanan institusi pendidikan khususnya

terhadap program kesehatan lingkungan, gaya hidup.

(3).Meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku

petugas kesehatan ditatanan institusi kesehatan agar mampu

melakukan pembinaan khususnya program kesehatan

lingkungan KIA, gizi dan Harkes.


17

c) Indikator PHBS

(1).Persalinan ditolong oleh bidan.

Persalinan di tolong oleh bidan atau tenaga

kesehatan sangat penting karena untuk mencegah komplikasi

persalinan contohnya eklamsi, perdarahan, partus lama, dan

abortus.

(2).Memberi bayi Asi eksklusif.

Asi eksklusif sangat penting karena dapat mencegah

anak terserang penyakit khususnya diare. Oleh karena itu ibu

balita memberikan ASI kepada balitanya selama 6 bulan.

(3).Menimbang bayi dan balita.

Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat

diketahui apakah anak balita berada pada daerah pita warna

hijau, kuning, atau di bawah garis merah BGM. Bila hasil

penimbangan balita di bandingkan dengan umur KMS

terletak di pita kuning dapat dilakukan perawatan di rumah

namun bila berada di bawah pita kuning harus dilakukan

perawatan di puskesmas.

(4).Menggunakan air bersih.

(5).Mencuci tangan dengan air dan sabun.

Bakteri tidak bisa mati dengan mencuci tangan

menggunakan air saja tetapi harus menggunakan air dan

sabun.
18

(6).Memberantas jentik nyamuk di rumah.

Cara mencegah DBD salah satunya adalah

memberantas jentik-jentik nyamuk dengan cara 3M yaitu

menguras bak mandi, tempat penampungan air, mengubur

barang-barang bekas, dan menutup tempat penampungan air.

(7).Makan buah dan sayur setiap hari.

Buah dan sayur sangat penting karena banyak

mengandung vitamin, fungsi vitamin bagi tubuh kita yaitu

meningkatkan kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak mudah

terserang penyakit.

(8).Melakukan aktifitas fisik setiap hari.

(9).Tidak merokok

(10). Menggunakan jamban sehat.

(Depkes RI, 2006)

4. Tanda dan Gejala Diare.

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian

timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau

lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja yang menjadi asam. Gejala

muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak

kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, berat badan turun,

pada bayi, ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang,

selaput lendir mulut dan bibir kering (Mansjoer A, 2000).


19

Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit tanpa

disertai pemasukan cairan yang berimbang (pengeluaran tidak seimbang

dengan pemasukan cairan), maka tanda dehidrasi mulai tampak seperti

berat badan menurun, turgor kulit berkurang elastisitas atau lebih dari 2

detik, mata cekung atau cowong, ubun-ubun besar menjadi cekung bahkan

bila berat akan ditemui keadaan apatis, letargi atau tidak sadar dengan

cubitan pada kulit yang sangat lambat kembalinya atau lebih dari 2 detik

(Ngastiyah, 2005).

5. Klasifikasi Diare.

Diare dapat bersifat akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan

sebagai volume tinggi, volume rendah, sekresi, osmotik, atau campuran.

Diare dengan volume banyak terjadi bila terdapat lebih dari satu liter feces

cair per hari. Diare dengan volume sedikit terjadi bila terdapat kurang dari

satu liter feces cair yang dihasilkan per hari. Feces berair adalah

karakteristikdari penyakit usus halus,sedangkan feces semi padat lebih

sering dihubungkan dengan gangguan kolon. Feces yang sangat besar dan

berminyak menunjukkan malabsorbsi usus, dan adanya mukus dan pus

dalam feces menunjukkan enteritisinflamasi atau kolitis. Droplet minyak

dalam air toilet menegakkan diagnosa insufisiensi pankreas

(Ngastiyah,2005).
20

6. Komplikasi Diare

Menurut Ngastiyah, 2005 diare dapat menyebabkan kehilangan

cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai komplikasi

sebagai berikut :

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik )

b. Renjatan hipovolemik

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

brakikardi, perubahan elektrokardiogram ).

d. Hipoglikemia

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usu dan defisiensi

enzim laktase.

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik ).

7. Manifestasi Klinis

Frekuensi defekasi meningkat bersamaan dengan meningkatnya

kandungan cairan dalam feces. Keluhan yang dirasakan dapat bermacam –

macam atau malah banyak sebagai berikut : mengeluh kram perut;

distensi; gemuruh usus (borborigimus), anoreksia dan haus. Kontraksi

spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus

(tenesmus), dapat terjadi pada setiap defekasi (Ngastiyah,2005).


21

C. KERANGKA KONSEP

Faktor yang mempengaruhi


status kesehatan anak :
1. Genetik Diare
2. Jenis kelamin
3. Peran orang tua

Faktor yang mempengaruhi Indikator


terjadinya diare : rumah sehat
1. Sanitasi lingkungan
2. Perilaku masyarakat
3. Gizi

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Sumber : Depkes RI (2002) tentang sanitasi lingkungan.


Sumber :Hidayat (2005) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
status kesehatan anak.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual faktor lingkungan yang


mempengaruhi kejadian diare pada anak usia balita.

Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan.


Tingginya kejadian diare disebabkan karena masih buruknya keadaan
sarana sanitasi dasar terutama air bersih, jamban keluarga,SPAL, dan
perilaku masyarakat yang salah. Maka pada penelitian ini peneliti ingin
mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare.
22

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan membahas tentang jenis dan rancang bagun

penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, populasi, sample,

lokasi dan waktu penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data, teknik

analisa data, etika penelitian.

A. Jenis Dan Rancang Bangun Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis

penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain crossectional

yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran variabel hanya

satu kali saja (satu saat saja).

B. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh faktor lingkungan dengan kejadian diare pada anak usia

balita.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Merupakan karakteristik yang dimiliki oleh subyek yang berbeda

dengan kelompok yang lain. “Variabel adalah perilaku atau karakteristik

yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll)

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok tersebut”

(Nursalam, 2003).

22
23

a) Variabel Independent

Variabel independent adalah variabel yang nilainya menen-

tukan variabel lain.Variabel independent atau bebas pada penelitian ini

adalah sanitasi lingkungan.

b) Varabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan

variabel lain. Variabel dependent atau tergantung pada penelitian ini

adalah diare.

2. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dari

istilah yang akan digunakan penelitian secara operasional sehingga

mempermudah pembaca untuk mengerti akan maksud dari peneliti.

Defiinisi operasional dari tiap-tiap penelitian ini akan diuraikan dalam

tabel berikut :
24

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala


Sanitasi Status kesehatan suatu Skor 1.068 – Interval
Lingkungan lingkungan yang mencakup 1.200
perumahan, pembuangan
kotoran, penyediaan air bersih. skor <1.068
Indikator rumah sehat :
1. langit-langit (Depkes
2. dinding RI,2002).
3. lantai
4. jedela kamar tidur
5. jendela ruang kelu-
arga
6. ventilasi
7. lubang asap dapur
8. pencahayaan
9. sarana air bersih
10. jamban atau sarana pem-
buangan kotoran
11. sarana pembuangan air
limbah
12. sarana pembuangan tempat
sampah
13. membuka jendela kamar
tidur
14. membersihkan rumah dan
halaman
15. membuang tinja bayi dan
balita ke jamban
16. membuang sampah pada
tempat sampah
(Depkes RI,2002).
Diare pada Kondisi diare yang <= 2 kali setiap Interval
balita diperhitungkan berdasarkan tahun
frekuensi kekambuhan diare > 2 kali setiap
dalam 1 tahun terakhir. tahun

(Depkes RI, 2002). (Depkes RI,


2002).
25

D. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi terjangkau yaitu seluruh

ibu yang mempunyai anak balita yang diare atau pernah menderita diare di

Puskesmas Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Jumlah

populasi penelitian ini adalah 15 orang.

E. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yang diambil adalah ibu yang mempunyai

anak usia balita dengan diare atau yang pernah menderita diare yang

memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

15 responden.

Rumus :

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat signifikasi

(Hidayat, 2007)

14,45
26

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

consecutive sampling yaitu sampel di ambil jika memenuhi kriteria tertentu

sampai jumlah sampel terpenuhi dalam kurun waktu tertentu (Hidayat,2007).

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu yang mempunyai anak balita yang diare atau yang pernah

menderita diare dalam kondisi tidak di sertai komplikasi atau diare

tanpa di sertai penyakit penyerta.

b. Ibu yang dapat membaca, menilis dan mampu memahami daftar

pertanyaan peneliti.

c. Ibu yang bersedia menjadi responden atau bersedia untuk di teliti.

d. Ibu yang membawa anak balitanya berobat ke puskesmas dengan

diare.

2. Kriteria eksklusi

a. Ibu dengan gangguan jiwa

b. Ibu yang sedang sakit

c. Ibu yang sedang tidak berada di lokasi penelitian padasaat penelitian

dilaksanakan.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Ketapang Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo. Waktu penelitian direncanakan pada bulan

April – Mei 2009.


27

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian melalui metode observasi non

participan dan kuisioner pada responden yang akan diteliti. Metode

observasi non participan adalah dimana peneliti tidak turut ambil bagian

dalam perikehidupan orang atau orang – orang yang diobservasi. Metode

kuisioner adalah peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subyek

untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2003).

2. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang berjumlah 17 pertanyaan dengan jenis pertanyaan

terbuka.

Responden mendapatkan informed concent perihal penelitian yang

akan melibatkan mereka. Responden yang memenuhi kriteria inklusi

menandatangani surat persetujuan untuk diteliti, kemudian dilakukan

wawancara untuk pengumpulan data sesuai dengan materi kuesioner.

Selanjutnya kuisioner di beri kode atau skor dan ditabulasi untuk

selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan uji statistik.


28

H. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah meneliti kembali data, ini berarti bahwa semua

kuesioner harus diteliti satu persatu tentang kelengkapannya, pengisiannya

dan kejelasan penelitian.

2. Coding

Mengklasifikasikan jawaban dari responden macam-macamnya

dengan memberi kode masing-masing jawaban.

3. Skoring

Pemberian skor atau nilai terhadap bagian-bagian yang perlu diberi

skor.

4. Tabulating

Penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

tabulasi silang.

5. Teknik Analisa Data

Untuk data rumah sehat, selanjutnya diuji dengan analisa dengan

menggunakan rumus : nilai x bobot (Depkes RI, 2002).

a. Rumah sehat = 1.068

- 1200

b. Rumah tidak sehat = <1.068

Untuk data kejadian diare, selanjutnya diuji dengan menganalisa

jumlah kejadian diare setiap tahun apakah normal atau tidak normal.
29

a. Normal : <= 2 kali setiap tahun

b. Tidak normal : > 2 kali setiap tahun

Untuk hubungan rumah sehat dan rumah tidak sehat dengan

kejadian diare, diuji dengan analisa test U Mann Whitney.

Rumus :

Keterangan : n1 = jumlah sampel 1

n2 = jumlah sampel 2

U1 = jumlah peringkat 1

U2 = jumlah peringkat 2

R1 = jumlah rangking pada sampel n1

R2 = jumlah rangking pada sampel n2

(Sugiyono, 2007)

I. Etika Penelitian

1. Informed Consent (Lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan pada responden yang bertujuan agar

subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang

diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti

maka penelitian tidak boleh memaksa dan tetapi menghormati haknya

(Hidayat, 2007)
30

2. Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar tersebut hanya diberi nomor

tertentu (Hidayat, 2007).

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh

peneliti banyak data yang dipaparkan untuk kepentingan analisa data

(Hidayat, 2007).
31

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas hasil penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian, selanjutnya hasil ini dianalisa dengan variabel yang diteliti.

E. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Luas wilayah Puskesamas Ketapang adalah 156,2 Ha dengan

Puskesmas pembantu (Pustu) yang berada di Kecamatan Triwung Kidul,

Kecamatan Pilang. Luas wilayah Kecamatan Kademangan adalah 3.125 Km 2,

dengan jumlah penduduk 23.607 jiwa.

Batas – batas wilayah Kecamatan Kademangan :

Utara : Selat Madura

Selatan : Kecamatan Wonomerto

Timur : Kecamatan Mayangan dan Kedupok

Barat : Kecamatan Sumberasih

Puskesmas ketapang memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari

dokter umum (4), dokter gigi (2), perawat (13), bidan (8), ahli gizi (2), asisten

apoteker (3), apoteker (1), sanitarian (2), pronkes atau BKM (1), administrasi

(6), laboratorium (1). Program unggulan Puskesmas Ketapang yang bekerja

sama dengan BKMM yaitu operasi katarak yang penyelenggaraannya

dilaksanakan dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun.


32

F. Hasil Penelitian
31
Pada hasil penelitian ini akan dibagi dalam dua (2) bagian yang

meliputi data umum dan data khusus. Data yang disajikan dalam data umum

merupakan karakteristik kejadian diare dalam satu tahun terakhir. Sedangkan

data khusus berupa data rentang sanitasi lingkungan khsusnya faktor

lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia balita di

Puskesmas Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

1. Data Umum

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi kejadian diare di Puskesmas Ketapang


Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

NO Kejadian Diare Frekuensi Prosentase (%)


1. <= 2 13 86,67
2. >2 2 13,33
Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar balita

mengalami diare sampai 2 kali setiap tahun dan yang mengalami diare

lebih dari 2 kali setiap tahun memiliki proporsi yang sedikit.

2. Data Khusus

Tabel 4.2 Distribusi faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare


pada anak usia balita di Puskesmas Ketapang Kecamatan
Kademangan Kota Probolinggo.

NO Sanitasi Lingkungan Frekuensi Prosentase (%)


1. Skor 1068 – 1200 5 33,33
2. Skor < 1068 10 66,67
Jumlah 15 100
33

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa lebih dari 50%

sanitasi lingkungan responden memiliki skor < 1068 dengan kriteria

rumah tidak sehat dan sisanya memiliki sanitasi lingkungan dengan skor

1068-1200 dengan kriteria rumah sehat.

3. Analisis pengaruh faktor lingkungan dengan kejadian diare pada anak usia

balita.

Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan uji statistik SPSS

didapatkan hasil signifikasi 0,017 sehingga Ho ditolak karena signifikasi

kurang dari α (0,017 < 0,05) sehingga Ho ditolak yang berarti ada

pengaruh faktor lingkungan dengan kejadian diare pada anak usia balita.

Tabel 4.3 Analisis pengaruh faktor lingkungan dengan kejadian diare pada
anak usia balita

Jumlah Kejadian Diare Setiap Tahun


Sanitasi
<= 2 kali >2 kali Jumlah %
Lingkungan
n % n %
Sehat 5 100 0 0 5 100
Tidak Sehat 8 80 2 20 10 100

Jumlah 13 87 2 13 15 100

Dari hasil tabulasi silang pada tabel 4.3 semua responden yang

hidup dilingkungan yang sehat mengalami kejadian diare <2 kali dalam

setahun, sedangkan 20% responden yang hidup dilingkungan tidak sehat,

mengalami kejadian diare >2 kali dalam setahun.


34

G. Pembahasan

1. Sanitasi Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa lebih dari 50%

responden yaitu sebanyak 10 orang (66,67%) memiliki sanitasi lingkungan

tidak sehat, yaitu skor kurang dari 1068. Sanitasi lingkungan yang tidak

sehat disebabkan sebagian besar responden tidak memliki ruang keluarga,

ventilasi kurang dari 10% luas lantai, kurangnya ventilasi akan

menyebabkan O2 didalam rumah berkurang yang berarti kadar CO2 yang

bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu tidak

cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan

naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan.

Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri,

patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit) (Depkes RI, 2002).

Dari data yang dihasilkan bahwa kurang dari 50% responden

memiliki sarana air bersih tetapi tidak memenuhi syarat kesehatan,adapun

syarat sarana air bersih yaitu jarak sumber air dengan jamban adalah 10

meter agar air bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen

contohnya E.Coli yang dapat menyebabkan diare jika terdapat di sumber

air minum (Notoatmodjo, 2003). 60% responden tidak memiliki tempat

sampah sehingga responden tidak membuang sampah pada tempatnya,

padahal sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari

sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab

penyakit (bakteri patogen), dan binatang serangga sebagai pemindah atau

penyebar penyakit atau vektor (Notoatmodjo, 2003). 80% rumah


35

responden tidak memiliki jendela ruang keluarga, sebagian besar memiliki

lubang asap dapur < 10% dari luas lantai dapur.

Menurut Depkes RI 2002, penyediaan air bersih dan sanitasi

lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi faktor

resiko terhadap penyakit diare dan cacingan. Faktor-faktor resiko

lingkungan pada bangunan rumah yang dapat mempengaruhi kejadian

penyakit maupun kecelakaan antara lain ventilasi, kepadatan hunian ruang

tidur, kelembaban ruang, kualitas udara ruang, binatang penular penyakit,

air bersih, limbah rumah tangga, serta perilaku penghuni dalam rumah.

2. Kejadian Diare

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar balita

mengalami diare yang normal, karena sebanyak 13 balita (86,67%)

mengalami diare 1 sampai 2 kali setiap tahun. Menurut Depkes RI 2002,

balita normalnya mengalami diare 1 sampai 2 kali setiap tahun. Balita

tidak boleh diare lebih dari 2 kali setiap tahun karena dalam tubuh balita

sebagian besar terdiri dari air yaitu 80%, jika balita mengalami diare terus

menerus maka cairan didalam tubuh balita akan berkurang sehingga

menyebabkan kematian pada balita akibat kekurangan cairan.

Faktor yang mempegaruhi kejadian diare adalah sanitasi

lingkungan, gizi, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Dampak jika balita

sering mengalami diare, balita akan mengalami dehidrasi, kekurangan

glukosa dalam darah (hipoglikemi), kekurangan kalium dalam darah

(hipokalemia), intoleransi laktosa sekunder, kejang, dan malnutrisi energi

protein (Depkes RI, 2002).


36

3. Analisis pengaruh faktor lingkungan dengan kejadian diare pada anak usia

balita.

Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan uji statistik SPSS

didapatkan hasil signifikasi 0,017 sehingga Ho ditolak karena signifikasi

kurang dari α (0,017 < 0,05) sehingga Ho ditolak, yang berarti ada

pengaruh faktor lingkungan dengan kejadian diare pada anak usia balita.

Dari hasil tabulasi silang pada tabel 4.3 dari 15 responden yang

mengalami kejadian diare lebih dari 2 kali sebanyak 2 balita (20%) dengan

sanitasi lingkungan tidak sehat, yang mengalami kejadian diare kurang

dari atau sama dengan 2 sebanyak 8 balita (80%) dengan sanitasi

lingkungan tidak sehat.

Maka semakin baik sanitasi lingkungan akan memperkecil angka

kejadian diare pada anak usia balita, sesuai dengan Depkes RI 2002,

bahwa diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan.

Tingginya kejadian diare disebabkan karena masih buruknya keadaan

sarana sanitasi dasar terutama air bersih, jamban keluarga, SPAL, dan

perilaku masyarakat yang salah.

Sarana air bersih yang jaraknya kurang dari 10 meter dari tempat

pembuangan sampah baik sampah rumah tannga maupun sampah manusia

dapat menyebabkan diare, karena sarana air bersih tercemar oleh bakteri

patogen misalnya E.Coli. Jika E.Coli tersebut masuk kedalam tubuh

manusia maka dapat mengakibatkan diare (Notoatmodjo, 2003)


37

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sanitasi lingkungan di Wilayah kerja Puskesmas Ketapang Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo bahwa 66,67% responden mempunyai

sanitasi lingkungan yang tidak sehat sedangkan 33,33% responden

memiliki sanitasi lingkungan yang sehat.

2. Kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Ketapang Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo bahwa 86,67% balita mengalami diare <2

kali dalam setahun, sisanya mengalami diare >2 kali dala setahun.

3. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa p value sama dengan 0,017,

nilai p < 0.05 maka Ho ditolak. Jadi ada pengaruh faktor lingkungan

terhadap kejadian diare pada anak usia balita.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menganalisa lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian diare selain sanitasi lingkungan seperti faktor gizi atau makanan

maupun PHBS sehingga dapat mencegah terjadinya diare pada anak usia

balita.

37
38

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian diare pada anak usia balita khususnya sanitasi

lingkungan.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Lebih meningkatkan sanitasi lingkungan baik melalui penyuluhan

atau konseling, sehingga kejadian diare pada anak usia balita dapat

dicegah.
39

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya

Brunner and Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Jilid
2. Jakarta : EGC

Depkes, RI. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare. Jakarta :


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Depkes, RI, WHO. 2002. Buku Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Indonesia.. Jakarta

Depkes, RI. 2006. Perilaku Hidup Bersih Sehat. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba


Medika

______________________. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika

Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Edisi II. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta :
Salemba Medika

Slamet S. 2005. Awas Diare (www.dinkesjatim.go.id/ berita-detail.html ?news –


id = 064. Diakses tanggal 26 Maret 2009)

Soegeng. 2005. Waspadalah Terhadap Diare (www.dinkes jatim.go.id/ berita-


detail.html? news-id = 222. Diakses tanggal 26 Maret 2009)

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Wahyu S. 2005. Kasus Diare (www. Dinkes jatim.go.id/ berita-detail html ? news
– id = 104. Diakses tanggal 26 Maret 2009)
40

REKAPITULASI SANITASI LINGKUNGAN

NILAI KATEGORI JUMLAH KEJADIAN DIARE


RESPONDEN
524 TIDAK 1X
SEHAT
1074 SEHAT 1X
755 TIDAK 2X
SEHAT
780 TIDAK 2X
SEHAT
1168 SEHAT 1X
805 TIDAK 3X
SEHAT
824 TIDAK 3X
SEHAT
824 TIDAK 2X
SEHAT
836 TIDAK 2X
SEHAT
855 TIDAK 1X
SEHAT
1124 SEHAT 1X
880 TIDAK 1X
SEHAT
937 TIDAK 2X
SEHAT
1074 SEHAT 1X
1149 SEHAT 1X
41

PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Umur : tahun

Pendidikan :

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian berjudul :

“Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare


Pada Anak Usia Balita”

Setelah diberikan penjelasan maksud dan tujuan oleh peneliti, dengan

tetap dijamin kerahasiaan saya sebagai responden.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan

dari pihak manapun untuk dipergunakan bilamana perlu.

Probolinggo, 18 Mei 2009

Responden

______________________
42

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA


DIARE PADA ANAK USIA BALITA
STUDI DI PUSKESMAS KETAPANG KECAMATAN KADEMANGAN
KOTA PROBOLINGGO

Kepada Yth,

Ibu Calon Responden

Ibu Calon responden yang saya hormati, perkenankan saya meminta

kesediaan ibu untuk menjadi responden pada penelitian dengan Judul “Faktor

Lingkungan Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare Pada Anak Usia Balita”

yang akan saya lakukan untuk menyelesaikan studi di Poltekkes Majapahit

Mojokerto Program Studi D III Keperawatan.

Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai masukan bagi program

kesehatan maupun masyarakat guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan

kesejahteraan hidup. Adapun cara menjadi responden cukup dengan mengisi

angket yang telah dicantumkan atau disediakan.

Saya menjamin sepenuhnya kerahasiaan identitas ibu yang berkenan

menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian surat ini saya buat atas

kesediaan dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Probolinggo, 18 Mei 2009

FATMAWATI
NIM. 06001020
43

SANITASI LINGKUNGAN

Komponen Hasil Penilaian

Bobot
Nilai
rumah yang Kriteria (No. KK)
dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Komponen Rumah 31

a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit
Langit- dibersihkan dan rawan 1
1
langit kecelakaan
c. Ada, bersih dan tidak
rawan kecelakaan 2
a. Bukan tembok (terbuat
dari anyaman 1
bambu/ilalang)
b. Semi permanen/setengah
tembok/padanan bata atau
batu yang tidak di 2
2 Dinding
plester/papan yang tidak
kedap air
c. Permanen
(tembok/pasangan batu
3
bata yang diplester) papan
kedap air
a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu
dekat dengan tanah/
1
3 Lantai plesteran yang retak dan
berdebu
c. Diplester/ubin/keramik/
papan (rumah panggung) 2

Jendela a. Tidak ada 0


4 kamar
b. Ada 1
tidur
Jendela a. Tidak ada 0
5 ruang
b. Ada 1
keluarga
a. Tidak ada 0
b. Ada lubang ventilasi <
6 Ventilasi 10% dari luas lantai 1
c. Ada, luas ventilasi 2
44

permanen > 10% dari luas


lantai
a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi
dapur < 10% dari luas 1
Lubang lantai dapur
7 asap c. Ada, lubang ventilasi >
dapur 10% dari luas lantai dapur
(asap keluar dengan
2
sampurna) atau ada
exhaust dan ada peralatan
lain yang sejenis
a. Tidak terang, tidak dapat
dipergunakan untuk 0
membaca
b. Kurang terang, sehingga
Pencahay kurang jelas untuk 1
8 membaca dengan normal
aan
c. Terang dan tidak silau,
sehingga dapat
2
dipergunakan untuk
membaca dengan normal

Sarana Sanitasi 25
a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik sendiri
dan tidak memenuhi syarat 1
kesehatan
Sarana air c. Ada, milik sendiri dan
bersih tidak memenuhi syarat 2
1 (sbl/SPT/ kesehatan
PP/KU/P d. Ada, bukan milik sendiri
AH) dan memenuhi syarat 3
kesehatan
e. Ada, milik sendiri dan
memenuhi syarat 4
kesehatan
2 Jamban a. Tidak ada 0
(sarana b. Ada, Bukan leher angsa,
pembuan tidak tertutup, disalurkan 1
gan ke sungai/ kolam
kotoran)
c. Ada, bukan leher angsa 2
ada tutup (leher angsa)
disalurkan ke
sungai/kolam
45

d. Ada, bukan leher angsa


ada tutup, septitank 3
e. Ada, leher angsa, septitank 4
a. Tidak ada, sehingga
tergenang tidak teratur di 0
halaman rumah
b. Ada, diresapkan tetapi
mencemari sumber air
1
(jarak dengan sumber air <
Sarana 10m)
pembuan c. Ada, dialirkan ke selokan
3 gan air 2
terbuka
limbah d. Ada, diresapkan dan tidak
(SPAL) mencemari sumber air
3
(jarak dengan sumber air >
10 m)
e. Ada, dialirkan ke selokan
tertutup (saluran kota) 4
untuk diolah lebih lanjut
a. Tidak ada 0
Sarana b. Ada, tetapi tidak kedap air
dan tidak ada tutup 1
pembuan
4 gan c. Ada, kedap air dan tidak
(tempat 2
tertutup
sampah d. Ada, kedap air dan
3
tertutup

Perilaku Penghuni 44

a. Tidak pernah dibuka 0


Membuat
jendela b. Kadang-kadang
1 1
kamar
tidur c. Setiap hari dibuka 2
a. Tidak pernah dibuka 0
Membuka
jendela b. Kadang-kadang
2 1
kamar
tidur c. Setiap hari dibuka 2
Membersi a. Tidak pernah
0
hkan
b. Kadang-kadang
3 rumah 1
dan
halaman c. Setiap hari 2
46

a. Dibuang ke sungai/ kebun/


Membuan kolam/ sembarangan 0
g tinja
4 bayi dan b. Kadang-kadang ke 1
balita ke Jamban
jamban c. Setiap hari dibuang ke 2
Jamban
a. Dibuang ke sungai/ kebun/
Membuan kolam/ sembarangan 0
g sampah b. Kadang-kadang dbuang ke
5 pada tempat sampah 1
tempat
sampah c. Setiap hari dibuang ke 2
tempat sampah

Total Hasil Penilaian

Cara menghitung hasil penilaian = Nilai x Bobot

Dikatakan rumah sehat jika nilai 1.068 – 1.200 dan rumah tidak sehat jika nilai <

1.068
1

Nomor : IV. b/1236 106/2009 18 Mei 2009


Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Penelitian

Kepada
Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kota Probolinggo
di
Probolinggo

Dengan hormat,

Dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas di Program Studi D III Keperawatan Poltekkes


Majapahit Mojokerto, maka bersama ini kami hadapkan mahasiswa:

Nama : Fatmawati

NIM : 06001020

Semester : VI

Alamat : Jln. Pasar Sayur, Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo

Judul Penelitian : ”Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada


Anak Usia Balita Di Puskesmas Ketapang, Kec. Kademangan Kota
Probolinggo.”

Bermaksud untuk mendapatkan izin melakukan penelitian tentang faktor lingkungan


Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Anak Usia Balita Di Puskesmas Ketapang, Kec.
Kademangan Kota Probolinggo, mulai tanggal 18 Mei s/d 31 Mei 2009. Sehubungan
dengan hal tersebut, kami mohon kesediaan Bapak / Ibu untuk memberikan fasilitas
yang ada kepada mahasiswa yang bersangkutan.

Demikian permohonan kami. Atas bantuan dan kerjasamanya kami sampaikan terima
kasih.

Tembusan :
1. Yth. Kepala Puskesmas Ketapang, Kec. Kademangan Kota Probolinggo
2

Anda mungkin juga menyukai