Anda di halaman 1dari 283

Mulyono HAM


MEMBUAT REAGEN KIMIA
Di LABORATORIUM

Penulis: Mulyono HAM.

Hak Cipta © 2005, pada penulis.


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh dari isi buku ini
dalam bentuk apapun, tanpa seizin tertulis dari penulis/penerbit

Edisi Pertama
Cetakan Pertama, September 2005.

Penerbit: PT. Bumi Aksara Jakarta

ISBN:
MEMBUAT REAGEN KIMIA DI LABORATORIUM

Drs. Mulyono HAM, M.Pd.


Staf Pengajar FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Penerbit Kupi Sains Media Bandung, 2017


KATA PENGANTAR
Diakui, analisis kimia kini telah beralih dari cara konvensional
ke cara instrumentasi. Namun hal ini tidaklah berarti bahwa cara-
cara konvensional telah ditinggalkan sama sekali. Pada dasarnya,
cara instrumentasi merupakan cara perbandingan dengan mengacu
pada karakter zat murni atau larutan baku yang telah dikalibrasi.
Dengan kata lain, cara instrumentasi masih bergantung pada cara-
cara konvensional tertentu seperti gravimetri atau titrimetri. Di
samping itu, beberapa cara konvensional masih diterapkan dalam
pendidikan IPA (termasuk di Indonesia) karena beberapa faktor
selain dapat memberikan nilai intelektual dan nilai keterampilan
dasar tertentu bagi peserta didik.
Buku ini ditulis untuk memberikan khasanah pengetahuan dan
pelengkap bagi para pengguna laboratorium dan bagi individu yang
melakukan aktivitas praktikum atau penelitian terutama yang
berhubungan dengan sediaan reagen kimia, cara pembuatan,
pembakuan, dan penyimpanannya. Untuk memudahkan
penggunaan buku, informasi yang diperlukan dapat ditelusuri melalui
penyajian indeks di halaman terakhir.
Teori singkat yang disajikan di dalam buku ini hanya ditujukan
untuk menambah wawasan yang mendasari sifat kuantitatif dari
sediaan.
Untuk kepentingan yang bersifat kualitatif dan teknis, disajikan
pula beberapa informasi tambahan seperti pembuatan koloid;
pembuatan gas; pembuatan cairan pembersih dan penggunaannya;
serta dilengkapi dengan informasi lain (berupa lampiran) yang terkait
dengan sifat fisik dan sifat kimia dari bahan/zat.
Isi dalam Bab 5 terutama banyak mengacu pada buku yang
ditulis oleh Ibu S. Handari Suntoro dan Ibu Istriyati P. Untuk ini,
penulis memohon maaf dan pengertian dari Ibu atas penggunaan
bagian dari materi buku tanpa memohon izin langsung terlebih dulu.
Tak ada gading yang tak retak; kesalahan adalah kekurangan
penulis; perbaikan dan kritik terhadap isi buku ini sangat dinantikan.
Semoga buku sederhana ini dapat membantu dan bermanfaat.

Bandung, 02 Februari 2004.


Penulis,

M.HAM

iv
KATA PENGANTAR
Edisi Kedua 2017

Buku Edisi Kedua (Oktober 2017) ini mengalami pengembangan


jumlah halaman. Kecuali Bab 6, hampir di setiap bab terjadi perbaikan
terhadap beberapa kekurangan/kesalahan dan penyempurnaan terhadap
tampilan. Khusus pada Bab 4 dan Bab 10 terjadi sedikit penambahan isi
dan kerangka penyajian.
Para siswa, para mahasiswa, para komunitas kimia, dan
masyarakat luas dapat memperoleh buku ini lewat website
“mulyonoham.com” dengan maksud, buku ini dapat dijangkau dan dibaca
secara cepat dan murah oleh yang berkepentingan dari pelosok tanah air.
Ini sebagai persembahan saya di masa pensiun saya (THT 01 Juli 2017)
kepada pengguna.
Buku ini masih sederhana dan masih banyak kekurangannya;
harapan saya, di masa datang, muncul penulis yang dapat
mengembangkan dan/atau menyempurnakannya.
Selamat memiliki, membaca, dan menggunakan/menerapkan
buku ini. Semoga dapat membantu dan bermanfat bagi pengguna dalam
menyelesaikan tugas di lingkungan pekerjaannya.
Jika diperkenankan saya bermohon: do’a dari anda untuk Ibu S.
Handari Suntoro, untuk Ibu Istriyati P, dan untuk saya beserta keluarga,
Kritik, saran, atau pertanyaan dapat disampaikan. Selamat belajar
tuntas dan bekerja keras. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah SWT.

Bandung, 28 Oktoberi 2017.


Penulis,

M.HAM

v
DAFTAR ISI
Halaman Isi
iv Kata Pengantar
vi Daftar Isi
vii Daftar Tabel
vii Daftar Gambar
viii Daftar Lampiran
1 Bab 1 PENDAHULUAN
3 Bab 2 SIFAT LARUTAN
3 A. Proses Melarut
4 B. Konsentrasi Larutan
8 C. Kelarutan Zat
12 D. pH Air Dan pH Larutan
20 Bab 3 PELARUTAN DAN PENGENCERAN
20 A. Mengenal Zat
25 B. Teknik Pelarutan Dan Teknik Pengenceran
36 Bab 4 PEMBUATAN LARUTAN DAN PEREAKSI
36 A. Pembuatan Larutan Asam Encer Dan Basa Encer
39 B. Pembuatan Larutan/Pereaksi Umum
54 C. Pembuatan Larutan/Pereaksi Khusus
83 Bab 5 PEMBUATAN LARUTAN INDIKATOR
83 A. Macam Indikator
84 B. Pembuatan Larutan Indikator
102 Bab 6 PEMBUATAN LARUTAN PEWARNA BIOLOGIS
102 A. Teknik Biokimia dalam Histologi
102 B. Pembuatan Larutan Pewarna Biologis
125 Bab 7 PEMBUATAN LARUTAN BAKU PRIMER
125 A. Persyaratan Zat Baku Primer
126 B. Alat Ukur Volumetrik Dan Penggunaannya
129 C. Teknik Pembuatan Larutan Baku
130 D. Prosedur Pembuatan Larutan Baku Primer Dan Sifatnya
139 Bab 8 PEMBUATAN DAN PEMBAKUAN LARUTAN
140 A. Pembakuan Cara Asidi/alkali-metri
151 B. Pembakuan Cara Oksidimetri
157 C. Pembakuan Cara Pengendapan
161 D. Pembakuan Cara Pengompleksan
165 Bab 9 PEMBUATAN LARUTAN BUFER
166 A. pH Larutan Bufer
167 B. Kapasitas Dan Keefektifan Larutan Bufer
169 C. Perhitungan Pembuatan Larutan Bufer
172 D. Pembuatan Larutan Bufer
184 Bab 10 PEMBUATAN KOLOID
184 A. Sistem Koloid
185 B. Pembuatan Koloid
196 Bab 11 PEMBUATAN GAS DAN BROM CAIR
196 A. Pembuatan Beberapa Gas
202 B. Pembuatan Brom Cair
204 Bab 12 PEMBUATAN CAIRAN PECUCI DAN PENERAPANNYA
204 A. Peralatan Gelas
207 B. Pembuatan Cairan Pecuci dan Cara Penggunaannya
216 Lampiran- Lampiran
261 Daftar Pustaka
262 Indeks



vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
1 1.1 Jenis-jenis larutan
8 2.1 Istilah Kelarutan Zat
9 2.2 Kelarutan Beberapa Gas dalam Air
10 2.3 Kelarutan Kualitatif Garam dalam Air Dan Asam-kuat Encer
12 2.4 Kelarutan AgCl dan BaSO4 dalam Larutan KNO3
17 2.5 Pengelompokan Garam Normal Dan Contohnya
21 3.1 Beberapa Zat Dan Bahayanya
24 3.2 Label Bahan Kimia Tingkat Teknis
24 3.3 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen (ACS Specification)
25 3.4 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen (Pro Analysi)
25 3.5 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen (USP Specification)
33 3.6 Bagan Pengenceran Cairan Pekat Satuan Persen
127 7.1 Toleransi Alat Ukur Volumetrik
151 8.1 Pasangan Oksidator Dan Reduktor dalam Oksidimetri
167 9.1 pH Bufer Dan Perubahan pH oleh Penambahan Asam/Basa
172 9.2 Pembuatan Bufer Baku
173 9.3 Pembuatan Bufer pH 0,65-4,76 (Bufer CH3COONa-HCl)
173 9.4 Pembuatan Bufer pH 1,00-2,20 (Bufer KCl-HCl)
174 9.5 Pembuatan Bufer pH 2,20-4,00 (Bufer KHP-HCl)
174 9.6 Pembuatan Bufer pH 3,4-5,5 (Bufer As. Sitrat-Natrium Sitrat)
175 9.7 Pembuatan Bufer pH 3,8-5,6 (Bufer CH3COOH-CH3COONa)
175 9.8 Pembuatan Bufer pH 4,10-5,90 (Bufer KHP-NaOH)
176 9.9 Pembuatan Bufer pH 4,6-6,4 (Bufer Na-maleat -NaOH)
176 9.10 Pembuatan Bufer pH 5,3-8,0 (Bufer Na2HPO4-NaH2PO4)
177 9.11 Pembuatan Bufer pH 5,8-8,0 (Bufer KH2PO4-NaOH)
177 9.12 Pembuatan Bufer pH 7,00-9,00
178 9.13 Pembuatan Bufer pH 7,4-9,2 (Bufer H3BO3-Na2B4O7)
178 9.14 Pembuatan Bufer pH 8,00-9,10 (Bufer Boraks-HCl)
179 9.15 Pembuatan Bufer pH 7,8-10,0 (Bufer H3BO3-KCl-NaOH)
179 9.16 Pembuatan Bufer pH 9,20-10,80 (Bufer Boraks-NaOH)
180 9.17 Pembuatan Bufer pH 9,60-11,00 (Bufer Boraks-HCl)
180 9.18 Pembuatan Bufer pH 10,90-12,00 (Bufer Na2HPO4-NaOH)
181 9.19 Pembuatan Bufer pH 12,00-13,00 (Bufer KCl-NaOH)
181 9.20 Pembuatan Bufer pH 2,2-8,0 (Bufer Asam Sitrat-Na2HPO4)
182 9.21 Pembuatan Bufer pH 2,62-9,16 (Bufer Veronal-Asetat-NaOH)
183 9.22 Pembuatan Bufer pH 2,6-12,0 (Bufer Universal)
185 10.1 Tipe Koloid Berdasarkan Fasanya

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
13 2.1 Diagram Skala pH Dan Sifat Keasaman/Kebasaan
20 3.1 Lambang Bahaya Bahan Kimia
127 7.1 Teknik Pemindahan Dan Penggunaan Labu Takar
128 7.2 Melihat Permukaan Larutan Dan Skala Pada Buret
129 7.3 Pengukuran Dan Pemindahan Cairan Dari Vol-pipet
161 8.1 Deret Kereaktifan Ligan
197 11.1 Pembuatan Gas H2
197 11.2 Elektrolisis Air dengan Pesawat Hoffmann
197 11.3 Elektrolisis Air dengan Sel Elektrolisis Rancangan
198 11.4 Pembuatan Gas O2
199 11.5 Pembuatan Gas CO2
200 11.6 Pembuatan Gas NH3
202 11.7 Pembuatan Gas H2S
202 11.8 Pembuatan Gas SO2

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran
216 1. Satuan Sistem Internasional (Satuan SI)
217 2. Tetapan Fisika Dan Kimia
218 3. Satuan Dan Konversi
219 4. Kelipatan Dan Subkelipatan Dalam Satuan SI
219 5. Sifat-sifat Air
220 6. Titik Didih Air terhadap Tekanan
220 7. Tekanan Uap Air terhadap Suhu
220 8. Massa-jenis Air pada Berbagai Suhu
221 9. Massa-jenis Dari Beberapa Pelarut
221 10. Komposisi/Kepekatan Beberapa Asam-basa Anorganik
222 11. Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan NH4OH
222 12. Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Klorida
223 13. Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Format
223 14. Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Asetat
224 15. Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Nitrat
224 16. Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Sulfat
225 17. Massa-jenis dan Persen/kadar dari Larutan Asam Fosfat
225 18. Massa-jenis dan Persen/kadar dari Gliserol
226 19. Unsur Kimia dalam Air Laut
226 20. Botol-plastik yang Digunakan di Laboratorium
226 21. Awalan Dalam Tatanama Kimia
227 22. Nama Gugus Sebagai Ion Dan Ligan
227 23. Derajat Ionisasi Larutan dari Asam-Basa-Garam (180C)
228 24. Perkiraan Nilai pH Cairan
229 25. Tetapan Disosiasi Asam-asam Organik dalam Air (250C)
232 26. Tetapan Disosiasi Basa-basa Organik dalam Air (250C)
234 27. Tetapan Disosiasi Asam-asam Anorganik dalam Air (250C)
235 28. Tetapan Disosiasi Basa-basa Anorganik dalam Air (250C)
239 29. Indikator-indikator Asam-Basa
238 30. Indikator Pendar-fluor (Indikator Fluoresen)
239 31. Tetapan Ketakstabilan Kompleks
239 32. Zat-zat Baku Primer
240 33. Sifat Fisik Pelarut Dan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal
241 34. Sifat Fisik Pelarut Dan Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal
242 35. Daftar Kelarutan Dan Tetapan Hasilkali Kelarutan Senyawa
246 36. Sifat-sifat Garam
258 37. Daftar Unsur-unsur Kimia
260 38. Peralatan Sederhana dalam Laboratorium Kimia



viii
Mulyono H. Abdul Manan lahir pada tanggal 07 Juni
1952 di Pontianak-Kalimantan Barat.
Menamatkan pendidikan menengah dari Sekolah
Teknologi Menengah Atas (STMA) di Pontianak
pada tahun 1971, dan melanjutkan studi pada
tahun 1973 di Jurusan Kimia Fakultas Keguruan
Ilmu Eksakta (FKIE) IKIP Bandung (kini: Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI).

Memperoleh gelar Sarjana Muda Pendidikan Kimia pada tahun 1976 dan
gelar Sarjana Pendidikan Kimia pada tahun 1980. Gelar Magister Pendidikan
Kimia diperoleh dari Program Pascasarjana IKIP Jakarta pada tahun 1989.
Bekerja di UPI sejak tahun 1979 dan menjadi dosen tetap pada Mata-mata
Kuliah Proses Belajar Mengajar, dan Kimia Fisik.
Pengalaman mengajar di Jenjang Pendidikan Menengah antara lain di SMU
(1975-1989) dan di SMF (1987-1995).
Beberapa hasil-tulis antara lain:
ILMU KIMIA 1 - Untuk SMU/MA Kelas 1 Edisi Ke-2 (2002),
ILMU KIMIA 2 - Untuk SMU/MA Kelas 2 Edisi Ke-2 (2002),
ILMU KIMIA 3 - Untuk SMU/MA Kelas 3 Edisi Ke-2 (2002),
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KIMIA (Tim, 2003; Edisi Revisi),
KAMUS KIMIA (2006; Edisi Ke-2).
MEMBUAT REAGEN KIMIA DI LABORATORIUM (2017; Edisi Kedua).
MODUL KONSEP DASAR KIMIA UNTUK PGSD (2010).
PEDOMAN KIT DAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk
Kelas X SMA/MA (2012).
PEDOMAN KIT DAN PENUNTUN PRAKTIKUM SAINS-KIMIA SKALA KECIL
- Untuk SMP/MTs (2013).
PEDOMAN KIT DAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk
Kelas XI SMA /MA (2015).
PEDOMAN KIT DAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk
Kelas XII SMA/MA (Draft, 2012; sedang diedit).
Beberapa hasil lain (berupa alat peraga-bantu pembelajaran kimia):
KIT PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas X SMA/MA (2012).
KIT PRAKTIKUM SAINS-KIMIA SKALA KECIL - Untuk SMP/MTs (2013).
KIT PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas XI SMA /MA (2015).
KIT PRAKTIKUM KIMIA SKALA KECIL - Untuk Kelas XI SMA /MA (Sedang
disempurnakan).

Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan
campuran homogen antar 2 atau lebih zat berbeda jenis. Ada 2
komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute), dan
pelarut (solvent).
Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat
bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila
fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada
dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat
lainnya sebagai zat terlarut-nya.
Tabel 1.1 Jenis-jenis Larutan

Jenis larutan Zat penyusun


1. Larutan gas Campuran antar gas atau antar uap
(dalam semua perbandingan).
Contoh: “udara” dengan N2 sebagai
pelarut.
2. Larutan cair Zat padat, zat cair, atau gas melarut ke
dalam pelarut cair.
Contoh: iod dalam alkohol; asam asetat
dalam air; O2 dalam air; dst.
3. Larutan padat
a. Gas terlarut dalam zat Gas H2 dalam logam paladium; gas N2
padat dalam logam titanium.
b. Zat cair terlarut dalam Raksa dalam logam emas (amalgam).
zat padat
c. Zat padat terlarut dalam Seng dalam tembaga (disebut kuningan);
zat padat (disebut aliasi) karbon dalam besi (disebut baja); timah
dalam tembaga (disebut perunggu); dsb.

1
Di samping itu masih ada beberapa macam penggolongan lain
terhadap larutan. Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun
larutan, dikenal larutan biner (tersusun dari 2 jenis zat); larutan terner
(3 jenis zat penyusun); larutan kuartener (4 jenis zat penyusun); dst.
Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit
(larutan yang dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan
nonelektrolit (tidak dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan
ditinjau dari kemampuan suatu zat melarut ke dalam sejumlah pelarut
pada suhu tertentu, dikenal:
(1) Larutan tak-jenuh (unsaturated-solution); larutan yang masih
dapat melarutkan sejumlah zat terlarutnya.
(2) Larutan jenuh (saturated-solution); larutan yang mengandung zat
terlarut dalam jumlah maksimal pada suhu tertentu.
(3) Larutan lewat-jenuh (supersaturated-solution); larutan yang
mengandung zat terlarut melebihi jumlah maksimumnya.
Larutan terakhir ini dapat terjadi pada zat padat yang kelarutannya
sangat tinggi terutama pada garam berair kristal tinggi seperti
Na2CO3.10H2O, Na2S2O3.5H2O; atau karena penurunan suhu yang
cepat. Larutan lewat-jenuh yang terjadi akibat penurunan suhu
bersifat kurang/tidak stabil (misalnya oleh goncangan) dan mudah
berubah dengan membentuk larutan jenuhnya kembali sedangkan
kelebihan zat terlarutnya muncul sebagai kristal zat semula.

Pada buku ini, pembahasan hanya ditujukan pada campuran


atau larutan berfasa cair dengan air sebagai komponen utama
pelarutnya yang selanjutnya dalam buku ini akan diterapkan dengan
istilah “larutan”.
Membuat sediaan kimia berupa larutan dan pereaksi khusus di
laboratorium memerlukan teknik tertentu dengan ditunjang oleh
pengetahuan teoretis yang mendasarinya.
Kekeliruan atau penyimpangan dalam pembuatan pereaksi kimia
(sediaan kimia) akan mengakibatkan hasil pengamatan (data
percobaan) menjadi tidak jelas atau hasil analisis menjadi tidak tepat.
Hal ini dapat menimbulkan kerugian dan pemborosan yang seharusnya
tidak perlu terjadi, bahkan teknik pembuatan yang salah dapat
mengancam kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan/atau orang
lain. Oleh karena itu penerapan teknik pembuatan sediaan kimia yang
benar merupakan pekerjaan penting dan menentukan keberhasilan
dalam percobaan atau analisis kimia.



2
Jenis zat terlarut dan jenis pelarut akan mempengaruhi sifat
larutan yang terbentuk. Dalam buku ini uraian lebih menitikberatkan
pada zat terlarut dalam pelarut air, dan sifat larutannya.
Air merupakan pelarut yang tidak asing lagi dalam kehidupan.
Sifat-sifat air seperti mudah diperoleh, mudah digunakan, memiliki
trayek cair yang panjang, dan kemampuannya untuk melarutkan
berbagai zat adalah sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh pelarut lain. Sifat
ini menempatkan air sebagai pelarut universal. Kenyataan inilah yang
mendorong banyaknya usaha pengkajian prilaku, perubahan sifat, dan
analisis kimia zat sering dilakukan di dalam medium air.

A. PROSES MELARUT
Melarut (to dissolve) dapat diartikan sebagai:
1) terdispersinya molekul-molekul zat terlarut di dalam molekul-molekul
air; misalnya gula dalam air, minyak dalam air, atau dalam hal lain
CCl4 dalam benzen.
2) berinteraksinya molekul/ion zat terlarut dengan molekul-molekul air.
Interaksi dengan air ini biasa disebut hidrasi (atau istilah umumnya
disebut solvasi). Hal ini terjadi pada zat-zat terlarut yang bersifat
polar atau bersifat ionis, seperti HCl, NaCl, KCl, Na2SO4, dsb.
Contoh:
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
NaOH(s) → Na+(aq) + OH-(aq)
Na2SO4(s) → 2 Na+(aq) + SO4-2(aq)
3) bereaksinya zat terlarut dengan pelarut (air).
Contoh:
2 Na(s) + 2H2O(l) → 2 Na+(aq) + 2 OH–(aq) + H2(g)
NH3(g) + H2O(l) NH4OH(aq) NH4+(aq) + OH-(aq)
CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq) H+(aq) + HCO3-(aq)

3
B. KONSENTRASI LARUTAN
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut
dalam sejumlah pelarut. Beberapa satuan konsentrasi yang sering
dijumpai antara lain persen-massa; persen-volum; bagian per juta;
molalitas; dan molaritas.

1 Persen Massa
Simbol satuan: %(b/b).
massa zat terlarut
%(massa) = x 100% (2.1a)
(massa zat terlarut) + (massa pelarut)

massa zat terlarut


%(massa) = x 100% (2.1b)
massa total larutan
Contoh :
➢ NaOH 10% (massa) diartikan bahwa per 100 g larutan ini
mengandung 10 g NaOH (atau setiap 100 g larutan tersebut
terdiri dari 10 g NaOH dan 90 g air, bila pelarutnya air).
➢ 10 ml H2SO4 95% (massa-jenis, d 1,834) terlarut dalam 100 ml
air (d 1,00). Konsentrasi larutan asam sulfat ini dalam satuan
%(massa) dapat ditetapkan melalui perhitungan berikut.
(10)(1,834)(95%) g H2SO4
%(massa) = x 100%
(10)(1,834) g + (100)(1,00) g
17,423 g H2SO4
= x 100%
118,34 g
= 17,5 %

2. Persen Volum
Simbol satuan: %(v/v).
volum zat terlarut
%(volum) = x 100% (2.2a)
(volum zat terlarut) + (volum pelarut)

volum zat terlarut


%(volum) = x 100% (2.2b)
(volum total larutan)
Contoh:
➢ Alkohol 70% (volum) dapat diartikan bahwa untuk setiap 100 ml
larutan ini terdiri dari 70 ml alkohol (etanol) dan 30 ml air (bila
komponen selain alkohol hanya air).

4
➢ 25 ml alkohol 70% dicampur dengan 75 ml air, maka konsentrasi
larutan alkohol yang terbentuk dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.2 seperti berikut.
(25)(70%) mL alkohol
%(volum) = x 100%
(25 + 75) mL
17,5 mL alkohol
= x 100% = 17,5% alkohol.
100 mL
Catatan:
1. Ada beberapa zat cair dimana satu sama lainnya dapat bercampur dalam
semua bagian (disebut misibel penuh), misalnya antara alkohol dan air.
2. Untuk tipe larutan zat cair dalam zat cair, sering dipertukarkan antara istilah
pelarut dan istilah zat terlarut seperti pada larutan alkohol dalam air di atas.
Penukaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat kemurnian atau
kepekatan zat cair yang bersangkutan. Umumnya, kecuali air maka untuk tipe
larutan ini, biasanya pernyataan konsentrasinya disertai dengan penyebutan
komponen lainnya; misalnya CCl4 30% (v) dalam benzen.
3. Satuan % dapat juga diartikan sebagai tingkat kemurnian atau ketakmurnian
zat yang bersangkutan, misalnya H2SO4 95% (massa) menunjukkan adanya
zat asing (pengotor) sebesar 5% terhadap asam sulfat tersebut.

3. Bagian Per Juta


Simbol satuan: bpj atau ppm.
Untuk larutan, antar dua zat penyusunnya dapat dinyatakan
suatu hubungan:
bagian zat terlarut
bpj = x 10 6 (2.3a)
(bagian zat terlarut) + (bagian pelarut)

Untuk larutan dengan lebih dari 2 zat penyusunnya satuan konsentrasi


bpj dapat dirumuskan sebagai:
bagian zat terlarut
bpj zat A = x 10 6 (2.3b)
(total bagian larutan)

Contoh:
➢ Suatu air minum mempunyai kandungan besi sebesar 2 bpj. Hal ini
dapat diartikan bahwa setiap 1 liter air minum tersebut (massa jenis  1)
mengandung 2 mg besi.
➢ Udara memiliki komposisi (dalam % volum) sebagai 78% N 2; 21% O2;
0,9% argon; 0,03% CO2; dan 0,07% gas-gas lain. Konsentrasi gas CO2
dalam satuan bpj dapat dihitung seperti berikut.
0,03% CO2
bpj zat CO2 = x 10 6 = (0,03)(104 ) = 300.
100%

5
Catatan:
1. Bpj merupakan padanan dari ppm (part per million).
2. Satuan bpj sering diterapkan untuk konsentrasi zat yang kuantitasnya
sangat kecil dalam campurannya; terutama banyak dijumpai dalam analisis
mikro; analisis spektrometri, atau pada pernyataan komposisi
pencemar/racun.

4. Molalitas
Simbol satuan: m
Satu molal, atau 1 m suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol
zat terlarut di dalam 1000 g pelarut.
Secara umum berlaku:
mol zat A
molalitas A = (2.4a)
1000 g pelarut

Bentuk lain dari persamaan 2.4a adalah


W A x 1000
molalitas = (2.4b)
MA x WP
Dimana: wA = massa zat A (dalam gram); MA = massa molekul relatif
zat A (dalam g/mol); dan WP = massa pelarut (dalam gram)
Contoh:
➢ NaCl 0,1 m dapat diartikan bahwa ada 0,1 mol NaCl (atau ada 5,85 g
NaCl) terlarut di dalam 1000 g pelarut (dalam hal ini adalah air).
➢ Ke dalam 500 ml air dilarutkan 34,2 g gula, C 12H22O11 (Mr 342).
Konsentrasi larutan gula ini dengan satuan molal dapat ditetapkan
melalui perhitungan berikut.
Mr(gula) = MA = 342; W(gula) = 34,2; W(air) = 500 g (massa-jenis
air  1); maka molalitas gula adalah,
(34,2 g)(1000)
mgula = = 0,2
(342 g/mol)(500 g)

5. Molaritas
Simbol satuan: M.
Satu molar, atau 1 M suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol
suatu zat terlarut di dalam 1 liter larutan, atau 1 mmol zat itu terlarut
dalam 1 ml larutan. Secara umum dapat dinyatakan menurut hubungan
berikut:
mol zat A mmol zat A
molaritas zat A = = (2.5a)
1L larutan 1mL larutan

6
Persamaan 2.5a dapat diubah menjadi persamaan berikut:
w A x 1000
molaritas zat A = (2.5b)
MA x V

Dimana: wA = massa zat A (dalam g), MA = massa molekul relatif


zat A (dalam g/mol), dan V = volum larutan (dalam mL).
Contoh:
➢ NaOH 0,1 M mempunyai pengertian bahwa untuk setiap 1 liter (atau
1000 ml) larutan ini mengandung 0,1 mol NaOH (atau 4 gram NaOH).
➢ 6,3 g H2C2O4.2H2O (Mr 126) dituangi dengan air sampai volum larutan
mencapai 100 mL. Konsentrasi larutan asam oksalat dalam satuan
molar, besarnya adalah:
(6,3 g)(1000)
molaritas H2C2O4 = = 0,5.
(126 g/mol)(100 mL)

Catatan:
Simbol satuan molar, M dapat juga dinyatakan ke dalam bentuk simbol lain
sebagai [ ]. Hubungan antara kedua simbol ini adalah:
M = mol/L = mmol/mL; atau dengan simbol lain: [ ]
Sebagai contoh, untuk H2C2O4 0,5 M dapat dinyatakan sebagai [H2C2O4] = 0,5.

6. Konversi Satuan Konsentrasi


a bpj = ( a )(10 − 4 )% atau a % = ( a )(10 ) bpj
4
(2.6)

 ( a )(1000) 
a%= m (2.7)
 (100 - a )( M ) 

 ( a )(d)(10) 
a%= M (2.8)
 ( M ) 
 ( a )(d)(1000) 
am= M (2.9)
1000 + ( a.M ) 
 ( a )(1000) 
aM=  m (2.10)
 { (1000 .d) - ( a.M ) } 
Keterangan:
a = harga konsentrasi M = molar
bpj = bagian per juta M = massa molekul relatif
% = persen-massa d = massa-jenis.
m = molal
Catatan : Rumus/hubungan di atas akan memenuhi bila pelarutnya air (dan
massa-jenis air dianggap sama dengan 1).

7
C. KELARUTAN ZAT
Hampir sebagian besar zat dapat melarut di dalam air; hanya ada
yang mudah/sangat-mudah dan ada pula yang sukar bahkan sangat
sukar melarut.
Kemampuan melarut suatu zat di dalam sejumlah pelarut pada
suhu tertentu berbeda-beda antara satu dengan lainnya. “Jumlah
maksimal zat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu” inilah
yang disebut kelarutan (solubility) zat itu. Pada umumnya turunnya
suhu akan menurunkan kelarutan dari zat terlarutnya. Berbeda dengan
dengan gas-gas, kelarutan gas menurun dengan naiknya suhu di
samping oleh pengaruh tekanan barometer di atas permukaan
larutannya. Biasanya pernyataan kelarutan zat selalu disertai dengan
kondisi suhunya atau bila tanpa ada nilai suhunya berarti kelarutannya
dimaksudkan pada suhu kamar; sedangkan untuk gas-gas,
kelarutannya sering disertai dengan kondisi suhu dan tekanan udara
permukaan (tekanan total)-nya.
Beberapa istilah “ukuran kelarutan” yang bersifat kualitatif dapat diacu
menurut Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Istilah Kelarutan Zat *
Fraksi atau jumlah bagian pelarut
Istilah kelarutan yang diperlukan untuk melarutkan
1 bagian zat terlarut
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10000
Praktis tidak larut lebih dari 10000
*Farmakope Indonesia, Edisi III, 1979.

1. Kelarutan Gas
Gas-gas umumnya sedikit melarut ke dalam air; sementara yang
sukar bereaksi dengan pelarut (air) adalah O2, H2, CO, NO, dan gas-
gas mulia. Gas-gas yang cukup tinggi kelarutannya (dan ada yang
dapat bereaksi dengan air) di antaranya adalah gas-gas seperti NH3,
CO2, SO2, dan gas hidrogen-halida. Kelarutan beberapa gas di dalam
air ditunjukkan pada Tabel 2.2.

8
2. Kelarutan Elektrolit
Sifat elektrolit (meliputi asam, basa, dan garam), sifat pelarut,
dan juga suhu akan mempengaruhi kelarutan elektrolit tersebut.
Tabel 2.2 Kelarutan beberapa Gas dalam Air
Kelarutan (dalam mg per 100 g air) * pada:
Gas
0 0C 10 0C 20 0C 25 0C 30 0C 40 0C
N2 2,942 2,312 1,901 1,751 1,624 1,391
O2 6,945 5,368 4,339 3,931 3,588 3,082
H2 0,192 0,174 0,160 0,154 0,147 0,138
CO 4,397 3,479 2,838 2,603 2,305 2,075
NO 9,833 7,560 6,173 5,630 5,165 4,394
CO2 334,6 231,8 168,8 144,9 125,7 97,3
H2S 706,6 511,2 384,6 337,5 298,3 236,1
SO2 22,83a 16,21a 11,28a 9,41a 7,80a 5,41a
*) Saat tekanan total (yakni jumlah tekanan parsial dan tekanan uap air) di
atas permukaan cairan adalah 760 mmHg (atau tekanan barometer) dalam
gram gas per 100 gram air.

Kecuali asam silikat (H2SiO3), pada umumnya asam-asam mudah


larut dalam air. Untuk senyawa basa*, hanya NH4OH (atau amoniak
pekat), dan basa-basa dari logam alkali dan logam alkali tanah yang
mudah larut sedangkan sebagian besar basa sukar larut di dalam air.
Asam dan basa yang melarut ada yang langsung terionisasi sebagian
besar, dan ada yang hanya sebagian kecil. Asam dan basa yang
sebagian besar berada sebagai ion-ionnya masing-masing disebut
asam kuat, dan basa kuat. Sedangkan asam dan basa yang sebagian
besar berada sebagai molekul-molekulnya disebut asam lemah dan
basa lemah. Basa sukar larut, kelarutannya secara kuantitatif dicirikan
dari harga tetapan hasilkali kelarutan ion-ionnya, Ksp (lihat Lamp. 35).
Dihubungkan dengan konsentrasi larutan dari asam/basa, secara
kualitatif dikenal istilah asam/basa pekat dan asam/basa encer**.

Keterangan:
* Hanya NH4OH berwujud cair (basa pekat; tepatnya sebagai amoniak
cair), umumnya basa berwujud padat berwarna putih kecuali basa-basa
dari logam transisi.
** pekat atau encernya suatu larutan menunjukkan banyak atau sedikitnya
zat terlarut di dalam sejumlah pelarutnya, dan umumnya larutan
tergolong larutan encer apabila konsentrasinya antara 1,0 N – 0,01 N.
(Lihat juga Tabel 2.1.)

9
Garam-garam terlarut ada yang langsung terionisasi menjadi
kation dan anionnya, dan ada pula yang kemudian mengalami
hidrolisis. Kelarutan garam-garam sangat bervariasi. Tabel 2.3
memberikan gambaran kualitatif terhadap kelarutan garam-garam di
dalam air dan di dalam asam kuat encer. Untuk garam-garam yang
sukar (atau sedikit) larut dalam air, kelarutannya secara kuantitatif pada
suhu 250C dicirikan oleh harga tetapan hasilkali kelarutan (Ksp) dari
garam yang bersangkutan. (Lihat Lampiran 35.)

Tabel 2.3 Kelarutan Beberapa Garam dalam Air dan Asam-kuat Encer
Kelarutan dalam Air Kelarutan dalam Asam-kuat Encer
Garam
Sukar Mudah Sukar Mudah
(1) (2) (3) (4) (5)
Nitrat - Semua - Semua
Sulfat CaSO4 putih Selain (2) CaSO4 putih Selain (4)
SrSO4 putih SrSO4 putih
BaSO4 putih BaSO4 putih
PbSO4 putih PbSO4 putih
Klorida AgCl putih Selain (2) AgCl putih Selain (4)
Hg2Cl2 putih Hg2Cl2 putih
PbCl2 putih PbCl2 putih
Bromida AgBr kuning Selain (2) AgBr kuning Selain (4)
Hg2Br2 putih Hg2Br2 putih
PbBr2 putih PbBr2 putih
Iodida AgI kng.muda Selain (2) AgI kng.muda Selain (4)
Hg2I2 kuning Hg2I2 kuning
HgI2 merah HgI2 merah
PbI2 kuning PbI2 kuning
Karbonat ; Selain (3) Na+; K+; NH4+ - Selain (4)
Sulfit ; Silikat (putih)
Fosfat ; Arsenat
Sulfida Selain (3) Na+; K+; NH4+; Selain (5) Na+; K+; NH4+; Ca2+;
Ca2+; Sr2+; Sr2+; Ba2+; Mg2+;
Ba2+; Mg2+ Fe2+; Zn2+; Mn2+

Catatan:
1) Garam-garam PbCl2, PbBr2, dan PbI2 mudah larut dalam air panas.
2) Warna dari beberapa endapan sulfida:
hitam coklat kuning kuning kotor jingga putih
FeS; CuS; PbS; SnS As2S3; As2S5; MnS Sb2S3; Sb2S5 SnS
HgS; Ag2S; Bi2S3 CdS; SnS2

10
3. Larutan Jenuh
Konsep larutan jenuh sangat berhubungan erat dengan konsep
endapan. Terbentuknya endapan merupakan salahsatu ciri bahwa
suatu reaksi telah terjadi. Timbulnya endapan amat bergantung pada
kelarutan suatu zat di dalam pelarut, atau pada tercapainya larutan
jenuh dari zat itu. Semakin rendah kelarutan suatu zat semakin mudah
pencapaian larutan jenuhnya.
Telah dikemukakan bahwa elektrolit terutama hampir semua
basa dan beberapa garam memiliki kelarutan yang rendah di dalam
pelarut air. Larutan jenuh dari elektrolit seperti ini dapat digambarkan
secara umum melalui persamaan kesetimbangan larutan jenuhnya
seperti berikut.
AxBy(s) x A+y(aq) + y B–x(aq) (2.11)
Dengan demikian dalam larutan jenuh elektrolit sukar larut, jumlah atau
konsentrasi ion-ionnya dalam larutan tidak akan mengalami perubahan
(berharga tetap) pada suhu tetap. Oleh karena itu terhadap elektrolit
sukar larut, untuk larutan jenuhnya berlaku:
Ksp = [A+y]x [B–x]y (2.12)
Harga Ksp pada suhu kamar untuk setiap elektrolit sukar larut dapat
ditemui pada berbagai literatur. (Lihat juga: Lampiran.)
Sebagai contoh adalah garam perak karbonat, Ag2CO3 dalam pelarut
air dapat membentuk kesetimbangan sebagai:
Ag2CO3(s) 2Ag+(aq) + CO32– (aq)
dan berlaku:
Ksp = [Ag+]2[CO32–]
[Harga Ksp dari Ag2CO3(s) pada 250C adalah 8,45 x 10–12; lihat: Lampiran].

Berdasar pada persamaan (2.12), dapat dikemukakan bahwa bila:


1) hasil perkalian ion = Ksp, berarti larutan bersifat jenuh,
2) hasil perkalian ion < Ksp , berarti larutan bersifat tak-jenuh, dan
3) hasil perkalian ion > Ksp , berarti terbentuk endapan.

Dengan menerapkan prinsip kesetimbangan, maka akibat


adanya salahsatu ion sejenis di dalam pelarut akan memperkecil jumlah
atau konsentrasi dari elektrolit yang melarut; atau dengan kata lain
“kelarutan elektrolit menjadi berkurang di dalam pelarut yang

11
mengandung ion sejenis” (efek ini dikenal sebagai efek ion-sejenis). Di
samping itu adanya ion-ion tak-sejenis pun atau adanya garam tertentu
di dalam pelarut ada yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu
elektrolit. Gejala ini dikenal sebagai gejala keaktifan.

Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan


sangat membantu kita untuk memperoleh hasil analisis atau sintesis
yang maksimal, misalnya bagaimana untuk memperoleh hasil
pengendapan yang sempurna atau hasil pencucian endapan yang
efektif. Tabel 2.4 memperlihatkan perubahan kelarutan garam perak
klorida, AgCl dan garam barium sulfat, BaSO4 di dalam pelarut (air)
yang mengandung garam KNO3.

Tabel 2.4 Kelarutan AgCl dan BaSO4 dalam larutan KNO3 1

Konsentrasi KNO3. Kelarutan (dalam molar):


(dalam molar) AgCl BaSO4
0,000 1,00 x 10 –5 1,00 x 10–5
0,001 1,04 x 10–5 1,21 x 10–5
0,005 1,08 x 10–5 1,48 x 10–5
0,010 1,12 x 10–5 1,70 x 10–5
1
Day & Underwood (l981: p. 224).

D. pH AIR DAN pH LARUTAN


1. pH Air
Air tergolong elektrolit sangat lemah*, dan dapat terionisasi sendiri
(autoionisasi) menurut kesetimbangan,
H2O H+ + OH–

Tetapan kesetimbangan ionisasinya adalah,


[H+ ] [OH− ]
K= , atau
[H2O]

Kw = [H+][OH–] (2.13)

dimana Kw dinamakan tetapan autoionisasi air (atau biasa dikenal


sebagai tetapan ionisasi air). Melalui perhitungan yang berdasarkan

*daya hantar listrik air pada 25 0C adalah 6,0 x 10– 8 ohm–1 cm–1.

12
pada hasil pengukuran hantaran listrik terhadap air, diperoleh harga Kw
sebesar 1,0 x 10– 14 pada 25 0C. Dengan demikian untuk air murni
pada 25 0C besarnya [H+] = [OH–] = 10– 7.

Konsentrasi dari ion H+ atau ion OH– dalam larutan akan


menentukan sifat keasaman atau sifat kebasaan dari larutan itu.
Adanya zat terlarut seperti asam, basa, atau garam dapat mengubah
konsentrasi ion-ion tersebut dalam larutannya. Melarutnya asam ke
dalam air akan memperbesar konsentrasi H+ sedangkan basa akan
memperbesar konsentrasi OH–; sementara garam dapat memperbesar
[H+] atau [OH–] bergantung pada tipe dari garam yang melarut.
Cara yang paling populer untuk menyatakan tingkat keasaman
atau tingkat kebasaan suatu larutan adalah seperti yang diperkenalkan
oleh Sorensen, yakni dengan menggunakan skala pH (kadang disebut
skala Sorensen).
pH didefinisikan sebagai,
negatif logaritma dasar 10 dari konsentrasi ion H+.
Atau secara matematis dapat dinyatakan sebagai:
pH = – log [H+] (2.14)
dan berlaku juga:
pOH = – log [OH–] (2.15)

pH
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

semakin asam netral semakin basa

Gbr 2.1 Diagram skala pH dan sifat keasaman/kebasaan

Karena harga tetapan ionisasi air (Kw) adalah 10–14 pada 250C, maka
untuk air murni berlaku:
pH + pOH = 14 (2.16)
Dengan demikian pH (maupun pOH) dari air murni adalah 7 (netral).

13
2. pH Larutan Asam
Asam-asam umumnya melarut dan terionisasi di dalam air
memberikan ion H+ sehingga memperbesar konsentrasi ion ini dalam
larutan. Banyaknya ion H+ yang terbentuk bergantung pada kekuatan
suatu asam, dan biasanya dicirikan oleh derajat-ionisasi asam () atau
tetapan ionisasi asam (Ka) dari asam itu sendiri.
pH larutan asam dapat diduga (dihitung) melalui hubungan berikut
apabila nilai  atau nila Ka-nya diketahui.
[H+] = {n..Ca} (2.17a)
Atau:
[H+]2 = Ca .Ka (2.17b)
dimana Ca = konsentrasi asam, n = valensi asam;  = derajat ionisasi
asam; dan Ka = tetapan ionisasi asam.
Catatan: Untuk asam-asam kuat, nilai  dapat dianggap sama dengan 1.

Contoh Soal:
Berapa liter akuades yang harus ditambahkan ke dalam 5 mL asam sulfat 6 M
agar diperoleh larutan asam sulfat dengan pH 1?
Penyelesaian:
pH = – log {n..Ca}  [H+] = {n..Ca}
Rumus molekul asam sulfat: H2SO4  n=2
H2SO4 (asam kuat)  =1
5 mL H2SO4 6M  30 mmol H2SO4
pH = 1  [H+] = 10 –1 = 0,1
Volum asam = 5 mL; volum air = x mL; volum larutan = (x+5) mL.
Diperoleh harga hubungan {n..Ca} = 0,1; sehingga Ca = (0,1)/(2) = 0,05 mmol/mL.
Hubungan konsentrasi asam (Ca), mol asam, dan volum larutan adalah,
mol asam 30 mmol
Ca = = = 0,05 mmol/mL  (0,05)(x + 5) = 30.
volum larutan (x + 5) mL
Diperoleh: x = 595.
Jadi banyaknya air yang harus ditambahkan kedalam 5 mL asam adalah 595 mL.

Hal lain untuk dikaji proses penyelesaiannya:


(1) Asam format 0,1 N dengan Ka = 1,77 x 10–5 memiliki pH larutan
sebesar 2,88.
(2) Derajat ionisasi () dari CH3COOH 0,01 M adalah 0,042. Hasil
perhitungan, larutan ini mempunyai pH = 3,38.

14
Catatan:
Asam-asam lemah poliprotik, harga Ka dari tahap pertama ionisasinya umumnya
memiliki nilai jauh lebih besar dari harga Ka dari tahap kedua bahkan tahap ketiganya.
Contoh berikut dapat memperjelas hal ini.
Tahap 1: H3PO4 H+ + H2PO4– Ka(1) = 7,5 x 10–3
Tahap 2: H2PO4– H+ + HPO4–2 Ka(2) = 6,2 x 10–8
Tahap 3: HPO4–2 H+ + PO4–3 Ka(3) = 1,0 x 10–12
Biasanya untuk menyederhanakan perhitungan perkiraan harga pH larutan asam lemah
polivalen seperti H3PO4 di atas, nilai Ka yang diterapkan cukup dari tahap ionisasi
pertamanya untuk selanjutnya disubstitusikan ke persamaan (2.17b).

3. pH Larutan Basa
Telah dikemukakan bahwa hampir sebagian besar basa tergolong
sukar larut, dan hanya sebagian kecil yang mudah larut; dii antara basa
terakhir ini hanya beberapa yang bersifat basa kuat. Untuk basa-basa
lemah seperti NH4OH, anilin, dan seterusnya, maka konsentrasi ion-ion
OH– ditentukan dari nilai  (derajat ionisasi) atau nilai Kb (tetapan
ionisasi basa)-nya. Beberapa hubungan di bawah ini dapat diterapkan
untuk memperkirakan harga pH larutan basa terutama dari basa yang
mudah larut.
pH = 14 – log [OH-] (*)

[OH–] = {n..Cb} (2.18a)

[OH–]2 = Cb .Kb (2.18b)

dimana Cb = konsentrasi basa, n = valensi basa;  = derajat ionisasi


basa; dan Kb = tetapan ionisasi basa. Untuk basa-basa kuat, nilai 
dapat dianggap samadengan 1.
Keterangan (*) bentuk lain dari persamaan 2.16.

Beberapa contoh:
1. Ke dalam 250 mL air ditambahi 0,1 g NaOH (Mr = 40). Jika volum basa
terlarut ini diabaikan, pH diperkirakan sebesar 12.
2. Larutan basa lemah, NH4OH 0,1 M memiliki derajat ionisasi basa () =
0,04. pOH dan pH dari larutan basa ini dapat dihitung seperti berikut.
Penyelesaian:
Cb = 0,1;  = 0,04; dan n = 1
pOH = – log {(1)(0,04)(0,1)}
= – log (4 x 10– 3)
= 3 – log 4
= 3 - 0,6 = 2,4
pH = 14 – 2,4 = 11,6

15
3. Larutan basa lemah, NH4OH berkonsentrasi 0,1 M. pOH dan pH-nya
dapat diduga melalui perhitungan berikut.
Penyelesaian:
Nilai Cb = 0,1 dan nilai Kb (NH4OH) = 1,77 x 10–5 (dari tabel)
disubstitusikan ke dalam persamaan 2.19b maka,
[OH-]2 = (0,1)(1,77 x 10-5) = 1,77 x 10-6
[OH-] = 1,33 x 10-3
pOH = 3 – log 1,33 = 3 – 0,12 = 2,88.
pH = 14 – 2,88 = 11,12

Dalam hal lain, basa-basa yang tergolong kurang larut di dalam


air akan membentuk sistem kesetimbangan antara basa dengan ion
terlarutnya termasuk ion OH–. Adanya ion OH– yang berasal dari basa
sukar larut kadang perlu diperhitungkan pengaruhnya terhadap pH
lingkungannya terutama bila lingkungan itu harus dipersyaratkan netral
(pH 7). Pengaruh ini dapat diperkirakan dari jumlah basa yang terlarut
atau harga tetapan hasilkali kelarutan (Ksp)-nya.
B(OH)n(s) B+n (aq) + n OH– (aq)
x x n.x
Untuk kelarutan basa sebesar x, maka konsentrasi ion terlarutnya
adalah [B+n] = x dan [OH-] = n.x. Sehingga persamaan hasilkali kelarut-
annya (Ksp) secara umum adalah:
Ksp = [B+n][OH-]n = (x)(n.x)n; atau,
Kelarutan basa atau konsentrasi basa terlarut (x) yang menentukan
konsentrasi [OH-] dapat diperkirakan dari hubungan:

K SP
x = n+1 (2.18c)
nn

K SP
[OH- ] = n. n+1 (2.18d)
nn
Keterangan:
n = valensi basa, x = kelarutan basa (dalam mol/L), dan KSP =
tetapan hasilkali kelarutan basa.

Dengan demikian pOH dapat dihitung dan pH dapat ditetapkan dengan


menggunakan persamaan 2.16.

Contoh:
2,5 g Ba(OH)2 dituangi air sebanyak 250 mL. Perkirakanlah pH larutan ini.

16
Penyelesaian:
Dari Tabel: Mr{Ba(OH)2} = 171,4; dan Ksp {Ba(OH)2} = 2,55 x 10– 4
Sebelumnya diteliti dulu, apakah basa sejumlah 2,5 g tersebut
melarut seluruhnya. Kelarutan basa (x) dapat dihitung seperti berikut:
Ksp = (x)(2x)2 = 2,55 x 10– 4 
x = {0,64 x 10– 4}1/3 = 4 x10– 2 mol Ba(OH)2 per liter
= 6,86 g Ba(OH)2 per liter.
Ba(OH)2 yang dapat larut dalam 250 mL air hanya sebesar adalah:
1,715 g. Dengan kata lain basa tersebut tidak melarut seluruhnya.
Kontribusi ion OH– hanya berasal dari basa yang melarut, sehingga:
[OH– ] = n.x = (2)(4 x 10– 2) = 8 x 10– 2
pOH = - log (8 x 10– 2)
= 1,1
Jadi pH larutan basa tersebut adalah 14 – 1,1 = 12,9.

4. pH Larutan Garam
Sifat larutan dari garam bergantung pada ion-ion pembentuk
garam itu. Ion-ion pembentuk garam ada yang stabil di dalam air, dan
ada yang tidak stabil karena dapat bereaksi dengan air (ter-hidrolisis).
Ion-ion yang terhidrolisis inilah yang dapat mempengaruhi pH
larutannya atau lingkungannya. Dengan kata lain, garam tertentu dapat
mempengaruhi pH larutannya.
Pada bagian ini ada 4 kelompok garam normal yang akan disinggung.
Tabel 2.5 Pengelompokan Garam Normal dan Contohnya.
Kelompok Ion pembentuk garam dari:
Garam Contoh
Basa Asam
Garam-1 kuat kuat NaCl; KNO3; K2SO4; dst.
Garam-2 kuat lemah NaCN; CH3COOK; Na 2CO3; dst.
Garam-3 lemah kuat FeCl3; NH4Br; CuSO4; dst.
Garam-4 lemah lemah CH3COONH4; NH4CN; dst.
Catatan: Garam-1, -2, dan garam-3 tergolong garam kuat (  1).

Garam-1 yang melarut akan menghasilkan ion-ion yang stabil


dan tidak bereaksi dengan pelarut air. Dengan demikian, kelarutan
garam-1 tidak menyebabkan perubahan konsentrasi ion H+ maupun ion
OH– dari pelarut, sehingga pH larutannya sama dengan pH air yakni 7
(jika pelarutnya air).
Berbeda jika yang melarut adalah jenis garam-2, garam-3, dan
garam-4. Ketiga jenis garam ini mengandung ion-ion yang berasal dari

17
asam lemah dan/atau basa lemah. Ion-ion ini akan bereaksi dengan
pelarut air; atau dengan kata lain, garam-garam tersebut mengalami
hidrolisis-sebagian (jika salah satu ion pembentuknya bereaksi
dengan pelarut air) atau mengalami hidrolisis-total (jika kedua jenis
ion pembentuknya bereaksi dengan pelarut air). Peristiwa ini akan
mengakibatkan perubahan konsentrasi ion H+ atau ion OH– dalam
larutan; dan menyebabkan larutannya bersifat asam (pH < 7) atau
bersifat basa (pH > 7) bergantung pada jenis ion yang bereaksi
tersebut.

Contoh reaksi hidrolisis:


Garam Reaksi yang terjadi:
Na2CO3 CO32– + 2 H2O H2CO3 + 2 OH–
NH4Br NH4+ + H2O NH4OH + H+
NH4CN NH4+ + H2O NH4OH + H+
CN – + H2O HCN + OH–

Pada contoh di atas, hidrolisis garam berhubungan erat dengan


pembentukan asam lemah atau basa lemah yang bersangkutan; atau
secara umum berhubungan erat dengan asam- atau basa-
konyugasinya. Oleh karena itu pH larutan garam akan berhubungan
dengan jumlah garam terlarut dan juga harga dari Ka dan/atau Kb dari
asam/basa lemah yang terbentuk.
Untuk singkatnya, di bawah ini diberikan rumusan atau hubungan
matematis untuk memperkirakan pH dari larutan garam-garam yang
terhidrolisis.

Kelompok Garam Perkiraan pH larutan garam

Garam dari AkBl pH = 7 – ½ (log [G] – log Kb )


Garam dari AlBk pH = 7 + ½ ( log [G] – log Ka )
Kb
Garam dari AlBl pH = 7 + 1
2 (log )
Ka

Keterangan:
[G] = konsentrasi garam; A = asam; B = basa; k = kuat; l = lemah;
Ka = tetapan ionisasi asam; Kb = tetapan ionisasi basa.

Catatan: Selain garam normal, dikenal juga tipe garam lain seperti:
▪ Garam Asam (NaHCO3; KHSO4; NaH2PO4; dst.).
▪ Garam Basa {Ba(OH)NO3; Ca(OH)Cl; dst.}.

18
▪ Garam Rangkap {K.NH4(SO4); K.Na2(PO4); KAl(SO4)2; dst.}.
▪ Garam Kompleks {K3[Fe(CN)6]; K4[Fe(CN)6]; [Ag(NH3)2]Cl; dst.}.
Umumnya garam-garam ada yang mengandung air kristal. (Lihat: Lampiran 36.)

5. pH Campuran Bufer
(Secara lengkap dibahas pada bab tersendiri, yakni Bab 09.)



19
A. MENGENAL ZAT
Pengenalan terhadap zat merupakan hal yang sangat penting
dan suatu keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan zat
(terutama di laboratorium atau gudang kimia) atau yang akan
mengemas, menggunakan, atau memperlakukan zat itu dalam
pekerjaaan tertentu. Kemampuan ini sangat penting dan sangat
membantu bagaimana orang itu seharus dan sebaiknya berbuat
sehingga diri dan lingkungannnya tetap bersih, sehat, dan aman di
samping pekerjaannya menjadi lebih lancar dan cermat.

1. Sifat Zat
Zat dalam keseharian dapat dibedakan sebagai:
▪ bahan (material) yakni zat yang menjadi komponen dari suatu
proses atau pembentukan barang atau produk.
▪ pereaksi (reagent), yakni zat yang berperan dalam suatu reaksi
kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis kimia.
Sifat zat meliputi sifat fisis dan sifat kimia. Sifat-sifat ini meliputi
antara lain wujud, warna, bau, titik didih, titik bakar, higroskopis, daya
larut, daya cemar, daya rusak, daya racun, rumus molekul, rumus
kristal, dan kereaktifan. Sebagian besar zat kimia merupakan pencemar
bagi lingkungannya, dan sekelompok zat ada yang bersifat mudah
terbakar, mudah meledak, korosif (terutama asam-asam), merusak
organ tubuh, atau meracuni organisme. Kereaktifan zat dapat diartikan
sebagai kemudahan zat itu bereaksi dengan zat tertentu, udara,
cahaya, atau benda lain di sekitarnya.

20
Tabel 3.1 Beberapa Zat dan Bahayanya.
Sifat Contoh Zat Bahaya/Akibat
Mudah terbakar/menyala Pelarut organik, P, CS2, Kebakaran
Mudah meledak TNT, KClO3 Ledakan
Iritasi saluran pernafasan Cl2, NO2 (asam HNO3) Merusak jaringan
Iritasi kulit Basa kuat, fenol Kulit melepuh/terbakar/gatal
Iritasi mata Metanol. Buta (terminum), gangguan mata
Hidrasi H2SO4 pekat Membakar kulit, melapukkan kain
Oksidator HNO3, H2SO4, KMnO4, Merusak peralatan logam, kulit,
KCr2O7, KCrO4, KClO3, H2O2 plastik/karet.
Korosif Asam-asam Merusak benda (logam/kayu)
Racun Benzena, toluen, Cl2(g), Kanker/gangguan pernafasan.
Br2(g), Hg(g)
Racun Benzena, toluen, Cl2(g), Kanker/gangguan pernafasan/
Br2(g), Hg(g) kerapuhan tulang.
Pencemar Umumnya limbah kimia Pencemaran (air, tanah, udara)

Zat yang diperdagangkan sering disertai dengan lambang


tertentu pada label/etiket kemasannya, terutama dimaksudkan pada
bahaya atau akibat yang dapat ditimbulkan oleh zat yang bersangkutan.
Beberapa lambang yang sering dijumpai pada reagen yang
diperdagangkan adalah seperti berikut:
E

Gbr 3.1a Lambang E (explossive); berarti bahan


kimia bersifat dapat meledak.

Gbr 3.1b Lambang F (highly flammable); berarti bahan


kimia bersifat mudah menyala/terbakar.

F+

Gbr 3.1c Lambang F+ (extremely flammable); berarti


bahan kimia bersifat sangat mudah terbakar .

21
O

Gbr 3.1d Lambang O (oxidant substance); berarti


bahan kimia bersifat pengoksidasi.

Gbr 3.1e Lambang T (toxic); berarti bahan kimia


bersifat racun.

T+

Gbr 3.1f Lambang T+ (very toxic); berarti bahan kimia


bersifat racun-kuat.

Gbr 3.1g Lambang C (corrosive); berarti bahan kimia


bersifat korosif; atau dapat merusak jaringan hidup.
X

Gbr 3.1h Lambang X (harmful/irritant); berarti bahan kimia


dapat melukai atau bersifat iritasi. Lambang Xn (harmful);
lambang Xi (irritant).

Gbr 3.1i Lambang N (dangerous for the environment);


berarti bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau
beberapa komponen dalam lingkungan kehidupan.

Gbr 3.1 Lambang Bahaya dari Bahan-bahan Kimia

22
Kemasan suatu zat dapat mengandung 1 bahkan lebih lambang
yang menandakan bahaya yang dapat ditimbulkannya. Namun
demikian kemasan tanpa lambang bahaya bukanlah berarti bahwa zat
yang bersangkutan aman atau bebas bahaya; setiap bahan atau
reagen kimia harus berhati-hati di dalam memperlakukannya.
Umumnya bahan kimia bersifat racun bagi tubuh bila masuk ke dalam
tubuh melalui oral (lewat tangan tidak bersih) atau luka. Mengenal dulu
sebelum berhubungan langsung dengan zat yang bersangkutan akan
memberikan rasa aman bekerja; dan rasa takut atau sikap hati-hati
yang berlebihan dalam memperlakukan suatu zat merupakan tindakan
yang tidak perlu.

2. Tingkat Spesifikasi Zat


Bagi laboran, analis, atau pelaku penelitian perlu mengetahui sifat
atau spesifikasi pereaksi (reagen) yang akan digunakan; salah satunya
adalah tingkat kemurnian zat yang diperkenankan menurut jenis
analisis yang diterapkan. Umumnya berdasar pada kriteria ini zat-zat
dapat dikelompokkan sebagai berikut.

▪ Tingkat Teknik (Technical Grade) 1)


Zat-zat ini umumnya digunakan untuk kebutuhan industri, dan jarang
digunakan untuk tujuan analisis kimia kecuali (a) untuk larutan
pembersih/pencuci, dan (b) untuk larutan pereaksi kualitatif (demonstra-
tif) bila masih dapat memberikan hasil yang cukup jelas; atau bila
pengotornya masih dapat diperkecil melalui proses dengan cara
tertentu sebelum digunakan.
1) Istilah lainnya: tingkat komersial.

▪ Tingkat Farmasi (Pharmaceutical Grade)


Pereaksi ini tingkat kemurniannya memenuhi kebakuan USP (United
States Pharmacopeia) dan biasanya digunakan untuk kebutuhan
bidang farmasi dan kedokteran; sebagai pereaksi kimia di laboratorium,
tingkat kemurnian ini cukup memenuhi kecuali untuk analisis kimia.

▪ Tingkat Murni (Chemically Pure, CP) 2)


Pereaksi pada tingkat ini umumnya jauh lebih murni dari pereaksi
Tingkat Farmasi (kata ‘murni’ di sini berarti murni secara kimiawi). Tidak
ada ketentuan khusus mengenai aturan kebakuan umum terhadap
tingkat kemurniannya. Oleh karena itu biasanya setiap pabrik
pembuatnya mencantumkan keterangan mengenai tingkat kemurnian.
2) Istilah lainnya: General Purpose Reagents¸ GPR)

23
Umumnya pereaksi tingkat ini dapat digunakan sebagai pereaksi
analisa, namun untuk analisis kimia tertentu. pereaksi Tingkat Murni
perlu diuji lagi ketidakmurniannya sebelum digunakan.

▪ Tingkat Pereaksi (Analyzed Grade) 3)


Pereaksi tingkat ini memenuhi aturan kebakuan yang ditetapkan oleh
The American Chemical Society Committee on Analytical Reagents,
dan pabrik pembuatnya akan mencantumkan pernyataan “Conforms to
ACS Specifications” pada label pereaksi yang juga memuat daftar
pengotor dan persen kemurniannya. Untuk kepentingan baku primer,
kemurnian 99,5–100,5% cukup memenuhi persyaratan analisis.
3) Istilah lainnya: Pro Analysi, p.a. ; Analaar Reagent, AR; Guaranteed Reagent, GR).

Berikut ditunjukkan beberapa contoh etiket yang sering dijumpai pada


kemasan zat kimia.

Tabel 3.2 Label Bahan Kimia Tingkat Teknis

PERAK NITRAT Kristal


Teknis

AgNO3 > 99% Isi 500 Gram Net

Tabel 3.3 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen

Potassium Biphthalate, Crystal, Primary Standard


Meet ACS Specification
Assay 99,95 – 100,5 %
Insoluble matter 0,005 %
pH of a 0,05 M solution at 250C 4,00
Chlorine compound (as Cl) 0,003 %
Senyawa belerang (as S) 0,002 %
Heavy metal (as Pb) 0,0005 %
Iron (as Fe) 0,0005 %
Sodium (as Na) 0,0005 %

24
Tabel 3.4 Label Bahan Kimia Tingkat Reagen (pro analysi; p.a.)

500 G Garantieschein
Gehalt
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O Min. 99%
Chlorid (Cl) Max. 0,001%
Phosphat (PO4) ,, 0,009%
PRO ANALYSI Blei (Pb) ,, 0,001%
Ammonium eisen(II)sulfat Cuper (Cu) ,, 0,002%
Zur Analyse Eisen(III) (Fe) ,, 0,01%
Zink (Zn) ,, 0,005%
Mangan (Mn) ,, 0,05%
Magnesium (Mg) ,, 0,01%
Ferro Ammonium Sulphate Calcium (Ca) ,, 0,01%
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O Natrium (Na) ,, 0,01%
Kalium (K) ,, 0,01%

Tabel 3.5 Etiket Bahan Kimia Tingkat Reagen

0984 1 LB (453,6 Gm.)

Mallinck DANGER !
rodt POISONOUS IF SWALLOWED CAUSES
IODINE IRRITASION OF SKIN, EYES, NOSE, AND
U.S.P Resublimed Crystals THROAT
Avoid breathing dust of vapor.
I At.Wt. 126,91 Avoid contact with skin and eyes.
In case of contact: Immediately flush skin or
eyes with planly of water for at least 15 minutes;
FOR PRESCRIPTION COMPOUNDING
for eyes, get medical attention.
MALLINCKRODT CHEMICAL WORKS  POISON 
ST. LUIS • NEW YORK • MONTREAL

B. TEKNIK PELARUTAN DAN PENGENCERAN


Telah diketahui bahwa setiap zat padat, zat cair, atau setiap gas
memiliki kemampuan melarut berbeda di dalam suatu pelarut.
Perbedaan wujud ini memberi petunjuk bahwa pelarutan harus
menggunakan cara-cara atau teknik-teknik tertentu. Rencana dan
prosedurnya pun berkembang sesuai dengan sifat melarut dan sifat
percobaan/analisis yang diterapkan dan sifat zat yang terlibat.
Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan menuntut sediaan
pereaksi tertentu agar analisis/eksperimen itu memberikan hasil yang
tepat dan teliti. Berarti, jenis peralatan dan spesifikasi zat yang dipilih
pun harus memenuhi persyaratan agar diperoleh hasil sediaan yang
mendukung tujuan analisis. Dengan demikian, pembuatan sediaan

25
pereaksi berupa larutan akan menuntut cara atau teknik pembuatan
dengan prosedur tersendiri bergantung pada sifat pembentukan larutan
itu. Sebagai contoh adalah pembuatan larutan antara NaCl 1 M dan
NaCl 0,1000 M, atau antara HCl 1 M dan HCl 0,1000 M. Yang pertama,
melibatkan teknik pengukuran massa dan teknik pelarutan; sedangkan
yang kedua, melibatkan teknik pengukuran volum dan teknik
pengenceran. Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut
pelarutan; dan proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari
cairan pekatnya disebut pengenceran.
Uraian tentang teknik pelarutan dan teknik pengenceran berikut
masih bersifat umum dan singkat, uraian rinci dapat dijumpai pada bab
tersendiri tentang pembuatan larutan atau pereaksi khusus.

1. Teknik Pelarutan
Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering
dilakukan dalam keseharian. Caranya, “sejumlah zat padat dituangi
sevolum pelarut” atau “sevolum pelarut dimasukkan sejumlah zat
padat”; biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari
zat padat sebagai pereaksi umum atau pereaksi khusus tidaklah
sesederhana itu apalagi bila pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif
atau untuk tujuan tertentu lainnya. Pembuatnya harus melakukan
perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan atau
sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Bayangkan bila
terjadi kesalahan; akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal,
tenaga dan waktu hilang, data pengamatan yang tidak jelas, serta hasil
analisis yang tidak tepat (salah).
Beberapa hal dan langkah tentang pembuatan larutan dari
padatan dan teknik pelarutannya yang harus diperhatikan adalah,

Hal Langkah
1. Sifat analisis 1. Tetapkan: kulitatif atau kuantitatif
(sesuaikan dengan tujuan analisis.)
2. Kuantitas larutan (volum, 2. Tetapkan: sesuai dengan kebutuhan.
konsentrasi)
3. Kuantitas zat padat 3. Tetapkan: rumus zat padat (kristal), daya
(rumus, kelarutan, massa) larut, dan massa padatan yang akan dilarut-
kan (dihitung).
4. Sifat zat padat a) 4. Tetapkan: stabil, higroskopis, atau
bereaksikah dengan air.
5. Alat ukur massa (neraca) 5. (Jika kualitatif), gunakan: neraca T/SA, atau
(Jika kuantitatif): neraca T dan neraca A b)

26
6. Alat ukur volum 6. (Jika kualitatif), gunakan: gelas uku c).
(Jika kuantitatif), gunakan: labu takar.
7. Pelarutan d) 7. Teknik Pelarutan
a. Peralatan pendukung e) a. Siapkan: gelas kimia, batang pengaduk,
botol timbangf), corong, pipet tetes, botol
semprot, botol kemasan pereaksi.
b. Pelaksanaan g) b. (Jika kualitatif): pidahkan padatan ke gelas
kimia dan larutkan dengan akuades
secukup-nya; lalu pindahkan ke gelas ukur,
dan tuangi akuades sampai tanda batas. h)
(Jika kuantitatif): pindahkan dulu seluruh
padatan ke gelas kimia dan larutkan
dengan akuades secukupnya; lalu
pindahkan seluruhnya (secara kuantitatif)
ke labu takar lewat corong; tambahkan
akuades sedemikian; keringkan bagian atas
skala; lalu terakhir secara tetes per tetes
sampai tanda batas volum; tutup labunya;
dan homogenkan. i)
c. Pengemasan c. Bilasi botol pereaksi bersih/kering dengan
sedikit larutan di atas, dan pindahkan
seluruh larutan ke botol ini; tutup; dan beri
label dengan jelas.

Keterangan:
a) Terhadap zat tertentu, biasanya untuk tujuan analisis kuantitatif diterapkan perlakuan
khusus, seperti pengeringan (misal asam oksalat), atau sublimasi (iodium). (Lihat
selanjutnya: larutan baku primer.)
b) Teknik mengukur massa zat secara kuantatif: timbang zat secara kasar (mendekati)
di neraca teknis (T); lalu dengan neraca analitik (A), baca hasilnya, dan catat sampai
4 desimal.
c) Gunakan gelas ukur yang sesuai atau mendekati volum cairan yang akan diukur.
d) Sifat zat dan sifat analisis (kualitatif atau kuantitatif) menentukan teknik yang
diterapkan dan alat yang digunakan.
Jika zat bersifat mudah larut dan larutannya bersifat encer (kualitatif), pelarutan
dapat langsung di gelas pengukurnya.
Jika zat terutama garam bersifat mengalami hidrolisis, pelarutannya dengan
sedikit akuades bersuasana asam lalu encerkan sesuai volum yang diinginkan.
Jika zat bersifat higroskopis atau dapat berubah selama penimbangan tetapi
larutannya memenuhi syarat sebagai larutan baku maka pembuatan awal
larutannya dilakukan secara kualitatif kemudian harus dilanjutkan dengan
pembakuan terhadap larutan baku primer (titrimetri). Lihat selanjutnya: larutan
baku primer dan pembakuan larutan.
e) Jenis dan jumlah alat pendukung bergantung pada teknik pelarutan (berdasar
subskrit d). Jika larutan ini harus dibakukan, peralatan titrimetri diperlukan seperti
labu Erlenmeyer, pipet volum, buret, dan lain di samping larutan/pereaksi yang
terlibat dalam pembakuan.

27
f) Jika zat bersifat stabil selama penimbangan, dapat digunakan kertas licin atau gelas
kimia kecil untuk wadah zat.
g) Pelaksanakan pencampuran/pelarutan bergantung pada hal 1, hal 4, dan subskrit d.
g) Jika zat cukup mudah larut, kalor pelarutannya rendah, dan sedikit jumlahnya, zat
dapat langsung dipindahkan ke gelas ukur, larutkan dengan akuades secukupnya.
Jadikan volum larutan sampai tanda batas.
h) Jika zat cukup mudah larut dan kalor pelarutannya rendah (terutama asam), zat
dapat langsung dipindahkan lewat corong ke labu takar, semprot dengan sejumlah
akuades, goyang labunya hingga zat melarut. Jadikan volum larutan sampai tanda
batas dengan cara yang sama.

Untuk memberikan gambaran lebih khusus, berikut ditunjukkan


perbedaan dalam pembuatan larutan antara 250 mL NaCl 0,1 M dan
250 mL NaCl 0,1000 M.
a) Pembuatan larutan 250 mL NaCl 0,1 M.
●Perencanaan:
—Gunakan NaCl dengan spesifikasi teknis atau farmasi—terapkan Mr (NaCl)
= 58,5 g/mol.
—Perhitungan massa NaCl = (0,25 L)(0,1 M) = 0,025 mol = (0,025)(58,5) g
 1,5 g.
●Pelaksanaan:
—Timbang NaCl kira-kira sejumlah itu dengan neraca teknis atau semi
analitis (misal: hasilnya 1,48).
—Pindahkan ke gelas ukur 250 mL; tambahkan 50 mL; goyang hingga
homogen; terakhir, jadikan volum akhir larutan sampai tanda batas.
—Diperoleh: 250 mL NaCl 0,1 M (kualitatif).

b) Pembuatan larutan 250 mL NaCl 0,1000 M.


⚫Perencanaan:
—Gunakan NaCl dengan spesifikasi p.a.—terapkan harga Mr (NaCl) =
58,453 g/mol.
—Perhitungan massa NaCl:
massa NaCl = (0,250 L)(0,1000 M)
= 0,0250 mol = (0,025)(58,453) g = 1,4613 g.
⚫Pelaksanaan:
—Timbang NaCl dengan neraca teknis sebanyak 1,4613 g  1,5 g
(gunakan kertas licin).
—Timbang ulang kertas dan isi dengan neraca analitis-elektronik; baca
langsung hasilnya (misal: 4,7836 g).
—Pindahkan hati-hati semua kristal ke labu takar 250 mL melalui corong;
sementara timbang kertas kosongnya pada neraca analitis-elektronik
(baca langsung, misal 3,3011 g).

28
—Alirkan akuades pada corong secara memutar hingga mengisi 1/3 volum
labu; goyang labu perlahan hingga kristal melarut; tambahkan akuades
sampai volum sedikit di bawah skala; keringkan bagian atas skala dari
labu; lanjutkan penambahan tetes per tetes akuades sampai tanda batas;
tutup rapat; dan homogenkan cairan.
⚫Perhitungan konsentrasi:
—(Massa kertas + isi) – (massa kertas) = (4,7836 g) – (3,3011 g)
= 1,4825 g.

— Molaritas NaCl = massa NaCl


(volum larutan)(M r )
1,4825 g
=
(0,250 L)(58, 4530 g/mol)
= 0,101449 mol/L  0,1014 M.
—Diperoleh: 250 mL NaCl 0,1014 M (kuantitatif).
(Lihat juga: Pembuatan larutan baku NaCl.)

Catatan:
• Kadang, sediaan pereaksi sebagai larutan dari zat padatnya harus disiapkan
dalam satuan kadar tertentu seperti persen-massa (%b/b), molalitas (m) atau
bagian per juta (ppm). Massa zat padat dan volum pelarut yang harus
dicampurkan dapat diperkirakan melalui hubungan 2.1; hubungan 2.3; atau
hubungan 2.4.
• Beberapa asam ada yang berwujud padat, kebanyakan berwujud cair; dan
pembuatan larutan asam dari cairan pekatnya melalui teknik pengenceran.
Untuk memperoleh larutannya dalam satuan persen-massa tidak dilakukan
pengukuran massa, tetapi melalui pengukuran volum (hasil konversi satuan).

2. Teknik Pengenceran
Pada umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat; ada
yang berasap, dan yang bersifat korosif. Zat cair organik umumnya
bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam anorganik
dan beberapa cairan organik sering harus disiapkan sebagai sediaan
berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut.
Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan
pekat organik pada dasarnya tidak begitu berbeda. Teknik pengenceran
melibatkan teknik pengukuran volum dan teknik pelarutan (teknik
pencampuran). Tentang kedua teknik ini, beberapa hal harus
diperhatikan seperti diuraikan berikut ini.

29
a. Teknik Pengenceran dari Cairan Pekat
Pra Pengenceran
▪ Hitung volum cairan pekat dan volum akuades yang akan diukur.
▪ Ukur volum akuades tersebut dan siapkan di dalam gelas kimia.
Teknik pengukuran volum cairan pekat
▪ Mengingat sifat zat cair pekat, maka pengukuran volumnya harus
dilakukan di ruang asam1) dan pembacaan skala volumnya harus
sesegera mungkin2).
1) Jika tidak ada ruang asam, lakukan di tempat terbuka, dekat dengan bak/
kran air (siap alir), dan hadapkan muka se arah dengan arah angin.
2) Agar cepat: tuangkan asam pekat ke gelas-ukurnya (kering) sedemikian
sehingga sedikit melebihi volum yang diinginkan (hasil hitung); baca segera
skalanya. Jika perlu untuk penambahan/ pengurangan volum gunakanlah pipet
tetes. Tutup segera botol cairan asal dengan rapat. (Lihat: catatan.)
▪ Sebaiknya menggunakan masker, jika asam pekatnya berasap.
Pencampuran/pelarutan
▪ Segera alirkan perlahan cairan pekat lewat batang pengaduk ke
dalam gelas kimia berisi akuades di atas.
▪ Hitung balik, konsentrasi cairan hasil pengenceran; tambahkan
sesuai dengan kekurangan akuades. (Lihat: contoh.)
Catatan:
• Cairan pekat yang diperdagangkan umumnya mencantumkan kadar atau
konsentrasi selain tingkat spesifikasi pada lebel kemasannya. Kadar atau
konsentrasi sering dijumpai dalam satuan persen (%) atau molar (M).
• Jika cairan pekat dikemas dalam botol cukup besar, sebaiknya dituangkan
dulu ke gelas kimia kecil yang diberi tanda garis setinggi volum yang
diinginkan; tutup segera botol asal dan tuangkan seluruh cairan tadi ke
dalam gelas ukur; baca skalanya, dan segera tuangkan ke dalam gelas kimia
yang berisi akuades di atas. Hal ini untuk menghindarkan hal-hal yang tidak
diinginkan (seperti kecelakaan, cairan membasahi dinding-luar gelas ukur,
dll.) di samping lebih cepat, juga untuk menjaga pengotoran cairan asal
karena pengembalian.
• Khusus untuk asam-asam pekat dengan kalor pelarutan tinggi misalnya
H2SO4, pelarutan harus dilakukan dalam gelas kimia tahan panas (pyrex) dan
pengaliran asam harus perlahan-lahan, sedikit demi sedikit melalui batang
pengaduk. Jika volum asam pekatnya cukup banyak, sebaiknya gelas kimia
tersebut terendam dalam bak berisi air kran (untuk pendingin);

b. Teknik pengenceran dari cairan kurang pekat


Teknik pengenceran dari larutan agak pekat menjadi larutan yang
lebih encer (misal dari 3 M ke 1 M) lebih mudah dilakukan dan tidak
perlu di ruang asam.

30
Caranya:
Ukur akuades (hasil hitung) dengan gelas ukur (berukuran sesuai
dengan volum akhir larutan); kemudian tuangkan larutan lebih pekatnya
ke dalam gelas ukur tersebut sampai volumnya mendekati tanda batas;
lanjutkan penambahan* tetes per tetes sampai tanda batas volum akhir
yang diharapkan.
*Gunakan pipet tetes (bersih dan kering).

c. Perhitungan volum dan konsentrasi cairan


Sebelum melakukan perhitungan volum cairan, catatlah harga
kadar/konsentrasi cairan yang akan diencerkan dari label kemasannya,
dan tetapkan besarnya volum larutan encer yang hendak dibuat. Asam-
asam pekat yang diperdagangkan, pada labelnya ditemukan harga dari
molar, persen (b/b), dan massa-jenisnya; sementara cairan oraganik,
harga dari persen (v/v) dan massa-jenisnya. Berikut ini disajikan
hubungan matematis atau diagram hubungan pengenceran termasuk
beberapa contoh perhitungan untuk kadar/konsentrasi dalam satuan
molar (M) dan persen (%) yang sering dijumpai pada sediaan larutan
atau pereaksi.

Hubungan pengenceran molar (M).


Hubungan matematis yang diterapkan:
V1 x M1 = V2 x M2 (3.1a)
Dimana V = volum cairan (L); dan M = molaritas (mol/L).

Bentuk lainnya:
v1 x M1 = v2 x M2 (3.1b)
Dimana v = volum cairan (mL); dan M = molaritas (mmol/L).

Berikut ditunjukkan beberapa contoh perkiraan volum asam yang akan


diencerkan dan volum akuades serta teknik pengencerannya.
(1) Membuat 500 mL HCl 3 M dari HCl pekat.
Molaritas HCl pekat dapat dilihat pada label kemasannya; atau diduga
dari Daftar Tabel (lihat: lampiran).
(VHCl encer )(MHCl encer ) (500 mL)(3 M)
VHCl pekat = = = 129,3 mL.
MHCl pekat 11,6 M

31
Diperoleh perkiraan:
HCl pekat (11,6 M) 129,3 mL
Akuades (500 – 129,3) mL
◼Dalam hal ini ukur secara terpisah, 130 mL HCl pekat dan 370 mL
akuades (isikan 300 mL ke botol/gelas-kimia 600 mL). Tuangkan
segera asam secara perlahan ke botol ini; sementara tuangkan
akuades sisa ke gelas ukur berasam, lalu masukkan larutan ini ke
dalam botol/gelas di atas, dan tutup botolnya.
◼Lakukan penghitungan balik untuk memperkirakan penambahan
akuades selanjutnya agar diperoleh larutan yang konsentrasinya
mendekati seperti yang diharapkan.

(2) Membuat 500 mL H2SO4 3 M dari H2SO4 pekat


(500 mL)(3 M)
VH2SO4 pekat = = 84,3 mL.
17,8 M
Diperoleh perkiraan:
H2SO4 pekat (17,8 M) 84,3 mL
Akuades (500 – 84,3) mL
◼Ukur dulu secara terpisah, 85 mL H2SO4 pekat dan 415 mL akuades.
Alirkan asam secara perlahan lewat batang pengaduk ke dalam
botol/gelas-kimia 600 mL berisi 350 mL akuades sambil sesekali
diselingi dengan pengadukan perlahan. Masukkan akuades sisa ke
gelas ukur berasam, dan terakhir, tuangkan larutan ini ke dalam
botol/gelas di atas.
◼Lakukan penghitungan balik dan perlakuan seperti larutan HCl di atas.

Konsentrasi larutan asam yang diperoleh bersifat kualitatif/kasar.


Untuk kepentingan analisa, asam-asam yang digunakan harus
memenuhi spesifikasi PA atau AR, dan setelah dilakukan pengenceran
lalu dilakukan pembakuan lebih lanjut. Pembahasan lebih rinci diberikan
pada Bab 7 dan Bab 8).

Hubungan pengenceran persen (%).


Hubungan matematis yang diterapkan:

v1 x P1 = v2 x P2 (3.2)
Dimana v = volum cairan; dan P = persentase dalam %(v/v).

32
Untuk kadar persen dalam %(b/b), gunakan hubungan:

v1 x P1 x d1 = v2 x P2 x d2 (3.3)
Dimana v = volum cairan; P = persentase dalam %(b/b);
dan d = massa jenis cairan.

Bentuk lain dari hubungan antara pengenceran dan kadar persen


adalah dengan menggunakan tabel pengenceran. Tabel ini hanya
berlaku untuk perkiraan kadar %(v/v).

Tabel 3.6 Pengenceran dari Cairan Lebih Pekat (satuan %v/v)

100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 40 30 20
95 5 95
90 10 5 90
85 15 10 5 85
80 20 15 10 5 80
75 25 20 15 10 5 75
70 30 25 20 15 10 5 70
65 35 30 25 20 15 10 5 65
60 40 35 30 25 20 15 10 5 60
55 45 40 35 30 25 20 15 10 5 55
50 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 50
40 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 40
30 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 10 30
20 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 20 10 20
10 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 30 20 10 10
100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 40 30 20

Bilangan di antara kolom gelap menyatakan jumlah air yang diperlukan.

Beberapa contoh penggunaan hubungan matematis atau tabel


pengenceran persen.
(1) Perhitungan pembuatan 100 mL alkohol 70%(v/v) dari alkohol 95%(v/v)
yang tersedia.
Penyelesaian:

33
Penyelesaian:
Melalui hubungan matematis (pers. 3.2):
(v akhir )(Pakhir ) (500 mL)(70%)
v alkohol pekat = =
Palkohol pekat 95%
= 368, 4 mL.
Campurkan 368,4 mL alkohol 95% dan (500 – 368,4) mL air.

Melalui tabel pengenceran:


Perhatikan pada tabel kadar 95% dan kadar 70%; ditemukan angka
pencampuran, yakni 70 mL alkohol 95% dan 25 mL air dan diperoleh 95
mL alkohol 70% (ditemukan angka perbandingan, alkohol : air = 70 : 25).
Untuk menyiapkan 500 mL alkohol 70% tinggal menggandakan masing-
masing komponen. Misalnya penggandaan 5,4 kali; campurkan 378 mL
alkohol 95% dan 135 mL air sehingga diperoleh 513 mL alkohol 70%.

(2) Membuat 500 mL larutan NH4OH 1 M dari amoniak pekat 28%(b/v).


Penyelesaian:
Baca, dan catat harga massa jenis atau molaritas amoniak pekat dari label
kemasannya, jika tidak, harganya dapat diduga (diasumsikan) menurut
tabel pada lampiran 10 atau 11; misal diperoleh:
▪ Untuk NH3 pekat (NH3 28%) ditemukan d = 0,90; [NH4OH] = 14,76 M.
▪ Untuk [NH4OH] = 1 M; intrapolasi terhadap nilai tabel diperoleh:
%NH3 = 1,72% dan d = 0,9907.
▪ Perhitungan:
Dari hubungan 3.1b,
v1 x M1 (500 mL)(1M)
v pekat = = = 33,88 mL  34 mL.
Mpekat 14,76 M

Dari hubungan 3.3,


v1 x P1 x d1
v pekat =
Ppekat x dpekat
500 mL x 1,72% x 0,9907
=
28% x 0,90
= 33,81 mL ≈ 34 mL.
▪ Pelaksanaan,
Siapkan 466 mL akuades dalam gelas kimia, lalu tuangkan 34 mL
amoniak pekat ke dalam akuades tersebut
(Peringatan: lakukan di ruang asam dengan blower yang aktif; jika tidak:
lakukan di ruang terbuka dan perhatikan arah angina.).

34
(3) Membuat 500 mL larutan H2SO4 (d 1,280)* dari cairan H2SO4 98%(b/b).
Penyelesaian:
Dari lampiran 10 dan 16,
H2SO4 98,0%(b/b) memiliki d = 1,84.
H2SO4 (d = 1,280) memiliki kadar 37,1% (hasil intrapolasi).
(v akhir )(Pakhir )(dakhir )
v asam pekat =
(Pakhir )(dakhir )
(500 mL)(37,1%)(1,280)
= = 131,7 mL
(98,0%)(1,84)
Diperoleh:
Volum H2SO4 98% = 131,7 mL; dan volum air = (500 – 131,7) mL =
368,3 mL.
Alirkan secara perlahan dan sedikit demi sedikit lewat batang pengaduk
131,7 mL H2SO4 98% ke dalam gelas kimia 600 mL berisi 369 mL air
sambil sesekali disertai pengadukan perlahan.
Keterangan: * untuk cairan aki; biasa diperdagangkan sebagai air-aki (aquazuur).



35
Pada bab ini akan disajikan pembuatan reagen-reagen
laboratorium yang umum digunakan, meliputi larutan asam encer,
larutan basa encer, dan pereaksi umum, serta pereaksi khusus yang
masih diterapkan di beberapa laboratorium kimia.

A. PEMBUATAN LARUTAN ASAM ENCER DAN BASA ENCER


1. Pembuatan Larutan Asam Encer
Pembuatan sediaan berupa larutan asam encer dari asam
pekatnya merupakan pekerjaan awal dan dapat menyederhanakan
pekerjaan selanjutnya. Sediaan ini dapat disesuaikan dengan sifatnya,
yakni sebagai sediaan baik untuk tujuan kualitatif ataupun untuk tujuan
kuantitatif. Berikut konsentrasi dari larutan asam yang sering dikemas
sebagai sediaan untuk stok di laboratorium.

Asam asetat 3 M ; 3 N
CH3COOH 17,4 M ; 99–100% (b/b) 172 mL
Akuades 826 mL

Asam fosfat 3 M ; 9 N
H3PO4 14,6 M ; 85% (b/b) 200 mL
Akuades 774 mL

Asam klorida 3 M ; 3 N
HCl 11,6 M ; 36% (b/b) 260 mL
Akuades 740 mL

36
Asam nitrat 3 M; 3 N
HNO3 15,4 M ; 69% (b/b) 200 mL
Akuades 826 mL

Asam sulfat 3 M ; 6 N
H2SO4 17,8 M ; 95% (b/b) * 170 mL
Akuades 830 mL
Keterangan:
* konsentrasi/kadar asam pekat yang diterapkan dapat disesuaikan dengan
asam pekat yang tersedia di lab kemudian lakukan perhitungan ulang.

Untuk tujuan kuantitatif, asam-asam encer yang dibuat dari asam pekat
dengan spesifikasi p.a. selanjutnya dapat dibakukan terhadap larutan
baku untuk menetapkan kadar/konsentrasinya yang tepat.

2. Pembuatan Larutan Basa Encer


Seperti hal sediaan asam encer, sebagai stok larutan basa encer
dibuat dari padatan basa (kecuali NH4OH berfasa cair). Sifat larutan ini
umumnya mudah menyerap gas CO2 (dari udara), larutan NH4OH
mudah mengurai, dan basa kuat dapat bereaksi dengan kaca; harus
dikemas dalam botol plastik dan ditutup rapat). Larutan basa yang
diperoleh masih bersifat kualitatif. Konsentrasi larutan basa yang lebih
pasti dapat ditetapkan melalui pembakuan (titrimetri) terhadap larutan
baku. Berikut beberapa larutan basa encer yang dibuat untuk stok.

Amonium hidroksida 3 M ; 3 N
NH4OH 14,8 M (atau NH3 28 %) 102 mL
Akuades 400 mL
Siapkan 400 mL air di dalam botol 600 mL kemudian dituangi
dengan 102 mL NH4OH pekat; tutup rapat. Usahakan botolnya
selalu dalam keadaan tertutup, larutan ini mudah mengurai
dengan melepaskan NH3.

Barium hidroksida 0,2 M ; 0,4 N


Ba(OH)2.8H2O 31,5 g
Akuades
Didihkan 600 mL akuades selama 10-15 menit agar bebas CO2;
tutup rapat; dinginkan. Ukur 500 mL akuades ini dan masukkan ke
dalam botol 500 mL kemudian tambahkan 31,5 g barium

37
hidroksida; tutup rapat; kocok hingga melarut; biarkan semalam;
pisahkan larutan jernihnya dan simpan dalam botol tertutup.
Diperoleh: larutan jenuh Ba(OH)2; disebut air barit.

Kalium hidroksida 3 M ; 3 N
KOH 95 % (butiran atau serpihan)* 88,5 g
Akuades bebas CO2 500 mL
KOH ditimbang secara teknis dalam gelas kimia 100 mL dengan
cepat; tuangi segera dengan 50 mL akuades, aduk hingga KOH
melarut; pindahkan segera ke dalam botol plastik 600 mL;
encerkan larutan hingga volumnya menjadi 500 mL; dan tutuplah
dengan rapat.
Catatan: Kadang disebut lindi kalium; larutan ini mudah menyerap CO2.
*sangat higroskopis (mudah menyerap air).

Kalsium hidroksida 0,02 M ; 0,04 N


Cara 1:
Ca(OH)2 0,8 g
Akuades bebas CO2 500 mL
Masukkan kalsium hidroksida ke dalam botol 600 mL; tuangi 500
mL akuades; tutup rapat; kocok sampai semuanya hampir melarut;
diamkan semalam; pisahkan larutan jernihnya ke dalam botol 500
mL bertutup.
Diperoleh: larutan jenuh Ca(OH)2; biasanya dibakukan terhadap
larutan baku asam.
Cara 2:
Kapur tohor*, CaO
Air bersih
Tambahkan air ke dalam kapur tohor; aduklah; setelah terbentuk
bubur, diamkan semalam. Setelah memisah, buang cairan bagian
atas, tambahkan akuades (2x volum kapur), aduk, masukkan ke
dalam botol bertutup, dan diamkan semalam. Setelah memisah
ambil cairan jernihnya.
Keterangan: *dapat dibeli di toko besi/bahan bangunan.
Catatan:
1. Larutan Ca(OH)2 disebut juga air kapur.
2. Bubur dalam botol dapat digunakan 2-3x.

38
Larutan hasil cara 2 biasanya digunakan untuk mendetekasi
adanya gas CO2 secara kualitatif; untuk keperluan yang bersifat
kuantitatif sebaiknya digunakan sediaan larutan hasil cara-1.

Natrium hidroksida 3 M ; 3 N *
NaOH 95 % (butiran atau serpihan)** 63,2 g
Akuades bebas CO2 500 mL
NaOH ditimbang teknis bersama gelas kimia 100 mL dengan
cepat; tuangi dengan 50 mL akuades dan aduk hingga melarut;
pindahkan ke dalam botol plastik 500 mL bertutup; lakukan
pembilasan; encerkan larutan sampai volumnya menjadi 500 mL;
tutup rapat.
Perhatian: Larutan ini mudah menyerap CO2.
* kadang disebut lindi natron.
** zat ini sangat higroskopis (sangat mudah menyerap air).

Catatan:
Untuk memperoleh larutan asam atau larutan basa dengan konsentrasi yang
tepat, larutan-larutan yang telah dibuat di atas (dari zat dengan spesifikasi
reagen) selanjutnya dapat dibakukan terhadap larutan baku. (Untuk ini lihat
bagian Pembakuan Larutan.)

B. PEMBUATAN LARUTAN/PEREAKSI UMUM

Air brom*
Br2 cair** 5,5 mL
Akuades 500 mL
Siapkan 500 mL akuades di dalam botol coklat 500 mL
bertutup; tuangi dengan brom cair; tutup rapat; kocok campuran
secara kuat; simpan di tempat yang gelap, karena adanya
cahaya menyebabkan brom, Br2 berubah menjadi hidrogen
bromida, HBr.
Perhatian:
Lakukan pembuatan pereaksi ini di kamar asam dan gunakan
pelindung (masker).
*nama lain: aqua-bromata.
**Lihat Bab 10 (cara pembuatan brom cair).

Air kapur (Lihat: kalsium hidroksida, h. 35.)

39
Air klor*
Cl2 ; gas **
Siapkan 500 mL akuades di dalam botol 500 mL bertutup;
alirkan gas klor ke dalam air ini hingga cairan berwarna kuning;
tutup; dan jauhkan penyimpanan dari cahaya terang.
Perhatian:
Lakukan pembuatan di kamar asam dan gunakan pelindung (masker).
*nama lain: aqua-chlorata
**Lihat Bab 10 (cara pembuatan gas Cl2).

Air raja*
HNO3 pekat 50 mL
HCl pekat 150 mL
Perbandingan volum ini dapat dilipatgandakan sesuai kebutuhan.
Perhatian:
Lakukan pembuatan di kamar asam; hati-hati HNO3 merusak kulit, dan
uap NO2 adalah racun kuat.
Catatan:
Bila aqua regia akan disimpan untuk persediaan maka rumus
perbandingan ditambah dengan 1 bagian volum air (HNO 3 pekat : HCl
pekat : air = 1 : 3 : 1). Agar tahan lama.
Keterangan: *nama lain aqua-regia.

Aluminium klorida 0,167 M ; 0,5 N


AlCl3 11 g
Akuades 500 mL

Aluminium nitrat 0,167 M ; 0,5 N


Al(NO3)3.9H2O 31 g
Akuades 500 mL

Aluminium sulfat 0,083 M ; 0,5 N


Al2(SO4)3.18H2O 28 g
Akuades 500 mL

Amonium asetat 3 M ; 3 N
CH3COONH4 116 g
Akuades 500 mL

40
Larutkan ke dalam akuades secukupnya. Setelah larut, jadikan
volum larutan 500 mL.)

Amonium karbonat 1,5 M


A Garam komersial* 72 g
B NH4OH 3 M 250 mL
Campurkan A ke dalam B hingga homogen, kemudian encer-
kan dengan akuades sampai volum larutan 500 mL.
*Garam ini merupakan campuran (NH4)2CO3.H2O dan NH4CO2NH2.

Amonium klorida 1 M ; 1 N
NH4Cl 26,7 g
Akuades
Larutkan dulu dengan 200 mL akuades, kemudian encerkan
sampai volum larutan 500 mL.

Amonium molibdat 0,5 M ; 1 N


A MoO murni 36 g
(atau H2MoO4 sebanyak 40,5 g)
Akuades 100 mL
NH4OH pekat 30 mL
Larutkan dulu MoO di dalam akuades kemudian tambahkan
NH4OH pekat.
B HNO3 pekat 135 mL
Akuades 200 mL
Bila larutan A telah homogen, saring; lalu tuangkan perlahan
filtratnya ke dalam campuran B sambil diaduk cepat; biarkan
semalam; kemudian encerkan dengan akuades sampai
volum larutan menjadi 500 mL.
Catatan:
Ketika akan digunakan, reagen amonium molibdat harus dalam keada-
an segar. Untuk ini sering disiapkan dalam 2 bentuk campuran berikut.
C (NH4)2MoO4 murni 50 g
Akuades 200 mL
NH4OH 15M 40 mL
Campur hingga homogen; saring bila perlu; simpan dalam
botol bertutup.

D HNO3 16 M 200 mL

41
Akuades 300 mL
Cara menggunakannya:
Tuangkan 10 mL C secara perlahan ke dalam 20 mL D sambil
diaduk (perbandingan volum 1: 2). Jumlah ini tepat untuk
mendapatkan sampai 20 mg fosfor; untuk jumlah fosfor yang
lebih tinggi, perbandingan dapat digandakan seperlunya.

Amonium nitrat 1 M ; 1 N
NH4NO3 40 g
Akuades 500 mL

Amonium oksalat 0,25 M ; 0,5 N


(NH4)2C2O4.H2O 17,8 g
Akuades
Larutkan dulu dengan 150 ml akuades, lalu encerkan sampai
volum larutan menjadi 500 mL.

Amonium sulfat 0,25 M ; 0,5 N


(NH4)2SO4 16,5 g
Akuades 500 mL

Amonium tiosianat 1,5 M ; 1,5 N


NH4SCN 57,1 g
Akuades
Masukkan ke dalam gelas ukur 500 ml; tuangi dengan 100 mL
akuades; goyang sedemikian sehingga padatan melarut;
kemudian encerkan sampai volum menjadi larutan 500 mL.

Antimon(III)klorida 0,167 M ; 0,5 N


SbCl3 19 g
Akuades 500 mL

Antimon(V)klorida 0,1 M ; 0,5 N


SbCl5 15 g
Akuades 500 mL

Aqua-bromata (Lihat: air brom)

Aqua-chlorata (Lihat: air klor)

42
Aqua-regia (Lihat: air raja)

Barium hidroksida 0,1 M ; 0,2 N


Ba(OH)2.8H2O 16 g
Akuades 500 mL
Cara membuat atau mencampurkannya, lihat: Bab 4B (barium-
hidroksida 0,2 M; 0,4 N).

Barium klorida 0,25 M ; 0,5 N


BaCl2.2H2O 30,5 g
Akuades
Masukkan ke dalam gelas ukur 600 mL berskala; tuangi 200
mL akuades; usahakan (aduk) kristal melarut semua; kemudian
encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL. Selanjutnya
simpan dalam botol pereaksi bertutup.

Barium nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Ba(NO3)2 32,7 g
Akuades 500 mL

Besi(II)amonium sulfat 0,25 M ; 0,5 N (Lihat: ferro amonium sulfat)

Besi(II)sulfat 0,5 M ; 1 N (Lihat: ferrosulfat)

Besi(III)klorida 0,5 M ; 1,5 N (Lihat: ferriklorida)

Besi(III)nitrat 0,167 M ; 0,5 N (Lihat: ferrinitrat)

Besi(III)sulfat 0,25 M ; 0,5 N (Lihat: ferrisulfat)

Bismut klorida 0,167 M ; 0,5 N


A BiCl3 26,5 g
B HCl pekat 85 mL
Akuades 415 mL
Larutkan A ke dalam campuran B.

Bismut nitrat 0,083 M ; 0,25 N

43
A Bi(NO3)3.5H2O 20 g
B HNO3 pekat 85 mL
Akuades 415 mL
Setelah campuran B diperoleh (*), larutkan A ke dalam
campuran ini.

Ferri klorida 0,5 M ; 1,5 N


A FeCl3.6H2O 67,6 g
B HCl pekat 10 mL
Akuades 40 mL
Setelah campuran B diperoleh (*), campurkan A ke dalam B
hingga melarut, lalu encerkan dengan akuades sampai volum
larutan 500 mL.

Ferri nitrat 0,167 M ; 0,5 N


Fe(NO3)3.9H2O 33,5 g
Akuades 500 mL

Ferri sulfat 0,25 M ; 0,5 N


A Fe2(SO4)3.9H2O 70,25 g
B H2SO4 pekat 50 mL
Akuades 50 mL
Larutkan dulu A ke dalam B, kemudian encerkan dengan
akuades sampai volum 500 mL.

Ferro amonium sulfat 0,5 M ; 1 M


A Fe(NH4SO4)2.6H2O 98 g
B H2SO4 pekat 5 mL
Akuades 50 mL
Campurkan A ke dalam B hingga melarut, lalu encerkan dengan
akuades sampai volum larutan 500 mL.
Catatan:
Hasil pengamatan uji akan baik bila menggunakan larutan ini
yang segar.

(*) Lakukan di ruang asam; jika tidak, lakukan di ruang terbuka.


Ferro sulfat 0,5 M ; 1 N
A FeSO4.7H2O 69,5 g

44
B H2SO4 pekat 5 mL
Akuades 50 mL

Tuangkan perlahan asam ke dalam akuades; lalu arutkan A ke


dalam B, kemudian encerkan campuran dengan akuades
sampai volum larutan 500 mL.
Catatan: Larutan tidak tahan lama.

Kadmium klorida 0,25 M ; 0,5 N ; 4,6%


CdCl2* 23 g
Akuades 500 mL
*Hati-hati senyawa ini sangat beracun.

Kadmium nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Cd(NO3)2.4H2O 38,5 g
Akuades 500 mL

Kadmium sulfat 0,25 M ; 0,5 N


CdSO4.4H2O 35 g
Akuades 500 mL

Kalium bromida 0,5 M ; 0,5 N


KBr 30 g
Akuades 500 mL

Kalium dikromat 0,125 M ; 3,7%


K2Cr2O7* 18,5 g
Akuades 500 mL
*Hati-hati senyawa ini sangat beracun.

Kalium ferrisianida 0,167 M ; 0,5 N


K3Fe(CN)6 27,5 g
Akuades 500 mL

Kalium ferrosianida 0,5 M ; 2 N


K4Fe(CN)6 105,5 g
Akuades 500 mL

45
Larutkan dulu K4Fe(CN)6 ke dalam 200 mL akuades,
kemudian encerkan dengan akuades sampai volum larutan
mencapai 500 mL.

Kalium hidroksida (Lihat: h. 35.)

Kalium iodida 0,5 M ; 0,5 N


KI 41,5 g
Akuades 500 mL

Kalium karbonat 1,5 M ; 3 N


K2CO3 103,5 g
Akuades 500 mL

Kalium klorida 0,5 M ; 0,5 N


KCl 18,5 g
Akuades 500 mL

Kalium kromat 0,25 M ; 0,5 N


K2CrO4 24,5 g
Akuades 500 mL

Kalium nitrat 0,5 M ; 0,5 N


KNO3 25,5 g
Akuades 500 mL

Kalium sianida 0,5 M ; 0,5 N


KCN 16,5 g
Akuades 500 mL

Kalium sulfat 0,25 M ; 0,5 N


K2SO4 22 g
Akuades 500 mL

Kalium tiosulfat 0,25 M ; 0,5 N


K2S2O3.1/3H2O 24,5 g
Akuades 500 mL

46
Larutkan dengan akuades dingin (setelah dididihkan) sampai
volum larutan mencapai 500 mL; biarkan semalam; ambil
larutan jernihnya.

Kalsium hidroksida (Lihat: h. 35.)

Kalsium klorida 0,25 M ; 0,5 N


CaCl2.2H2O 18,4 g
Akuades 500 mL

Kalsium nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Ca(NO3)2 20,5 g
Akuades 500 mL

Kobal(II)nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Co(NO3)2.6H2O 36,5 g
Akuades 500 mL

Kobal(II)sulfat 0,25 M ; 0,5 N


CoSO4.7H2O 35 g
Akuades 500 mL

Kobalto nitrat 0,25 M ; 0,5 N (Lihat: Kobal(II)nitrat.)

Kobalto sulfat 0,25 M ; 0,5 N (Lihat: Kobal(II)sulfat.)

Krom(III)klorida 0,167 M ; 0,5 N


CrCl3 13 g
Akuades 500 mL

Krom(III)nitrat 0,167 M ; 0,5 N


Cr(NO3)3 20 g
Akuades 500 mL

Krom(III)sulfat 0,083 M ; 0,5 N


Cr2(SO4)3.18H2O 30 g
Akuades 500 mL

47
Kupri klorida 0,25 M ; 0,5 N
CuCl2.2H2O 21,5 g
Akuades 500 mL

Kupri nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Cu(NO3)2.2H2O 35 g
Akuades 500 mL

Kupri sulfat 0,5 M ; 1 N


A CuSO4.5H2O 62,4 g
B H2SO4 pekat 2,5 mL
Akuades 100 mL
Larutkan dulu asam pekat ke dalam 100 mL akuades.
Kemudian larutkan garam ke dalam larutan B ini; encerkan
dengan akuades sampai volum larutan menjadi 500 mL.

Magnesium klorida 0,25 M ; 0,5 N


MgCl2.6H2O 25,5 g
Akuades 500 mL

Magnesium klorida ; pereaksi


A MgCl2.6H2O 25 g
NH4Cl 50 g
Akuades 250 mL
B NH4OH pekat (NH3 pekat) 5 mL
Tambahkan B ke dalam campuran A; biarkan semalam; saring
jika terbentuk endapan. Buat larutan bersuasana asam dengan
menambahkan HCl encer (gunakan indikator metilmerah);
setelah itu encerkan dengan akuades sampai volum akhir
larutan 500 mL.
Diperoleh: larutan yang mengandung MgCl2 0,25 M dan NH4Cl 2 M.
Catatan:
Larutan dapat juga diencerkan dengan 66,5 mL NH4OH pekat, lalu
tambah akuades sampai volume larutan 500 mL. Diperoleh: Larutan
mengandung MgCl2 0,25 M, NH4Cl 2 M, dan NH4OH 2 M.

Magnesium nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Mg(NO3)2.6H2O 32 g
Akuades 500 mL

48
Magnesium sulfat 0,25 M ; 0,5 N
MgSO4.7H2O 31 g
Akuades 500 mL

Mangan(II)klorida 0,25 M ; 0,5 N


MnCl2.4H2O 25 g
Akuades 500 mL

Mangan(II)nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Mn(NO3)2.6H2O 36 g
Akuades 500 mL

Mangan(II)sulfat 0,25 M ; 0,5 N


MnSO4.7H2O 34,5 g
Akuades 500 mL
Merkuri klorida 0,25 M ; 0,5 N
HgCl2* 34 g
Akuades
Larutkan dulu dalam 150 mL akuades, lalu encerkan sampai
volum larutan 500 mL.
*sublimat berupa serbuk putih yang merupakan racun kuat, dan
bersifat korosif.

Merkuri klorida ; larutan jenuh


HgCl2
Akuades
Larutkan dulu 7 g HgCl2 ke dalam 100 mL akuades; tambahkan
lagi garam sampai diperoleh larutan jenuhnya. (Larutan ini
mempunyai pH kira-kira 3,2.)

Merkuri nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Hg(NO3)2 40,5 g
Akuades 500 mL

Merkuri sulfat 0,25 M ; 0,5 N


HgSO4.7H2O 37 g
Akuades 500 mL

Merkuro nitrat

49
A HgNO3 23 g
B HNO3 pekat (bj. 1,42) 23 mL
Akuades 450 mL
Larutkan A ke dalam larutan B.

Natrium asetat 3 M ; 3 N
NaCH3COO.3H2O 204 g
Akuades
Larutkan dulu dengan 100 mL akuades, lalu encerkan sampai
volum larutan menjadi 500 mL.

Natrium hidrogenfosfat 0,167 M ; 0,5 N


Na2HPO4.12H2O 30 g
Akuades 500 mL

Natrium hidroksida (Lihat: h. 35.)

Natrium karbonat 1,5 M ; 3 N


A. Na2CO3.10H2O 215 g
(atau Na2CO3 anh.sebanyak 79,5 g)
B. Akuades
Larutkan dulu A dengan 200 mL akuades, lalu encerkan
sampai volum larutan menjadi 500 mL.

Natrium klorida 0,5 M ; 0,5 N


NaCl 14,6 g
Akuades 500 mL

Natrium kobaltinitrit 0,08 M


(Reagen untuk kalium)
A NaNO2 25 g
Akuades 75 mL
B Asam asetat glasial 2 mL
C Co(NO3)2.6H2O 2,5 g
Tambahkan B ke dalam larutan A, kemudian C. Biarkan dulu
beberapa hari, baru disaring, dan filtratnya diencerkan dengan
akuades sampai volum larutan 100 mL.
Catatan: Reagen ini kurang begitu stabil.

50
Natrium nitrat 0,5 M ; 0,5 N
NaNO3 21,5 g
Akuades 500 mL

Natrium sulfat 0,25 M ; 0,5 N


Na2SO4 18 g
Akuades 500 mL

Natrium sulfida 0,5 M ; 1 N


Na2S.9H2O 60 g
Akuades
Larutkan dulu dengan 150 mL akuades, lalu encerkan sampai
volum larutan 500 mL.

Natrium tiosulfat 0,25 M ; 0,5 N


Na2S2O3.5H2O 31,0 g
Akuades 500 mL
Larutkan dengan akuades dingin (setelah dididihkan) sampai
volum larutan mencapai 500 mL; biarkan semalam; ambil
larutan jernihnya.

Nikel klorida 0,25 M ; 0,5 N


NiCl2.6H2O 59,5 g
Akuades 500 mL
Atau:
Ni(NO3)2.6H2O 36,5 g
Akuades 500 mL

Nikel sulfat 0,25 M ; 0,5 N


NiSO4.6H2O 3g
Akuades 500 mL

Osmium tetroksida 2%*


Osmium tetroksida, OsO4 2g
Akuades 100 mL
*Kemasan OsO4 2% sering diperdagangkan berupa ampul.
**hati-hati dapat menimbulkan iritasi pada mata.

51
Perak nitrat 0,1 M ; 0,1 N
AgNO3 8,5 g
Akuades 500 mL
Masukkan perak nitrat ke dalam botol coklat 500 mL
bertutup; tuangi dengan 200 mL akuades; usahakan agar
garam ini melarut seluruhnya; lalu encerkan dengan sisa
akuades; tutup rapat botolnya; dan simpan di tempat yang
gelap atau hindarkan botol terkena langsung oleh cahaya.
Keterangan: Larutan mudah berubah oleh pengaruh cahaya.

Raksa(I)nitrat. (Lihat: merkuronitrat.)

Raksa(II)klorida 0,25 M ; 0,5 N. (Lihat: merkuriklorida.)

Raksa(II)nitrat 0,25 M ; 0,5 N. (Lihat: merkurinitrat.)

Raksa(II)sulfat 0,25 M ; 0,5 N. (Lihat: merkurisulfat.)

Seng nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Zn(NO3)2.6H2O 37 g
Akuades 500 mL

Seng sulfat 0,25 M ; 0,5 N


ZnSO4.7H2O 36 g
Akuades 500 mL

Stanni klorida 0,125 M ; 0,5 N.


SnCl4 16,5 g
Akuades 500 mL

Stanno klorida
(Untuk uji Bettendorf. Lihat: Bettendorf ; pereaksi.)

Stanno klorida 0,25 M ; 0,5 N.


SnCl2.2H2O 56,5 g
HCl pekat 85 mL
Akuades

52
Logam Sn; pita
Larutkan dulu garam ke dalam asam dalam gelas kimia pyrex;
panaskan jika perlu. Selanjutnya encerkan dengan akuades
sampai volum larutan mencapai 500 mL; terakhir tambahkan
sedikit pita logam Sn.
Catatan:
Pereaksi ini sebaiknya dibuat pada saat akan digunakan agar segar.

Strontium klorida 0,25 M ; 0,5 N.


SrCl2.6H2O 33,5 g
Akuades 500 mL

Timah(II)klorida 0,5 M ; 1 N. (Lihat: stannoklorida.)

Timah(IV)klorida 0,5 M ; 1 N. (Lihat: stanniklorida.)

Timbal(II)asetat 0,5 M ; 1 N
Pb(CH3COO)2.3H2O 95 g
Akuades
Larutkan dulu dengan 200 mL akuades, lalu encerkan sampai
volum larutan menjadi 500 mL.

Timbal(II)nitrat 0,25 M ; 0,5 N


Pb(NO3)2 41,5 g
Akuades
Larutkan dulu dengan 200 mL akuades, lalu encerkan sampai
volum larutan menjadi 500 mL. Biarkan beberapa malam, lalu
ambil larutan jernihnya.

C. PEMBUATAN LARUTAN/PEREAKSI KHUSUS (*)

Aluminon
(Uji kualitatif untuk aluminium)
Aluminon (*) 0,5 g
Akuades 500 mL
Kocok sampai garam betul-betul larut.
(*) merupakan nama dagang untuk garam ammonium dari asam

53
aurin-trikarboksilat.

Anilin-asam oksalat ; pereaksi


Asam oksalat, H2C2O4.2H2O 0,9 g
Akuades 200 mL
Anilin 1,8 mL
Ke dalam gelas kimia 400 mL yang berisi 200 mL akuades
masukkan asam oksalat; aduk agar melarut. Saat melarutkan,
tambahkan anilin; dan sambil pengadukan diteruskan.

Arseno molibdat ; pereaksi


A (NH4)2Mo7O24.4H2O 25 g
Akuades 450 mL
H2SO4 pekat 21 mL
Alirkan secara perlahan, H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia
600 mL yang berisi 450 mL akuades; kemudian tambahkan
garam, aduk sampai melarut.
B Na2HAsO4.7H2O 3,0 g
Akuades 25 mL
Larutkan garam ke dalam akuades
Tuangkan B secara perlahan sambil diaduk ke dalam A.
Pindahkan ke botol reagen coklat; simpan selama 24 jam pada
suhu 370C. Larutan harus berwarna kuning (tidak boleh ada
warna hijau).

Asam fenol sulfonat


(Penetapan nitrogen sebagai nitrat.)
A Fenol 25 g
H2SO4 pekat 150 mL
B H2SO4 berasap (SO3 15%) 75 mL

(*) Pembuatan dilakukan di ruang asam (ruang khusus).


Campurkan B ke dalam larutan A; aduk dengan baik; panaskan
selama 2 jam pada 100 C (sesekali diaduk).

Asam fosfat-asam sulfat ; campuran


A H2SO4 pekat 75 mL
H3PO4 pekat (85%) 50 mL
B Akuades

54
Alirkan akuades (B) secara perlahan ke dalam campuran A
sampai volum larutan menjadi 500 mL.

Asam fosfotungstat 10%


(Pereaksi Scheibler untuk alkaloida)
A Na-tungstat 20 g
Na-fosfat 15 g
B HNO3 pekat 1 mL
Akuades 99 mL
Larutkan dulu HNO3 dalam akuades; kemudian masukkan
kedua garam (A) sambil diaduk dalam asam ini.
Diperoleh: Pereaksi asam fosfotungstat 10% dalam air.

Asam molibdat ; pereaksi


A (NH4)6Mo7O24.4H2O 12,5 g
Akuades 250 mL
Larutkan garam ke dalam air
B H2SO4 pekat 68 mL
Akuades 180 mL
Alirkan secara perlahan lewat batang pengaduk, asam ini
ke dalam akuades sambil sesekali di aduk; kemudian
didinginkan.
Tambahkan larutan B ke dalam larutan A; buat volum larutan
menjadi 500 mL dengan menambahkan akuades.

Asam perklorat 20%


Asam perklorat, HClO4 60% 67 mL
Akuades 133 mL
Larutkan asam ke dalam akuades.

Asam pikrat ; larutan


A Asam pikrat, 15 g
NaOH 1 M 65 mL
B Bufer-asetat 0,05 M (pH 4,7) 20 mL
Larutkan dulu asam pikrat ke dalam NaOH 1 M secara
homogen; lalu tambah-kan bufer dan diaduk sebentar.
Periksa pH dari larutan ini; jika tidak mendekati 4,7 maka
sesuaikan pH-nya dengan menam-bahkan larutan NaOH atau

55
larutan HCl encer.

Asam pikrat ; pereaksi


(Pereaksi Hager untuk alkaloida, wool, dan sutera.)
Asam pikrat 2,5 g
Akuades 250 mL

Asam sulfanilat
(Pereaksi untuk nitrat)
A Asam sulfanilat 1g
B Asam asetat glasial 30 mL
C Akuades yang baru dididihkan 270 mL
Tuangkan B ke dalam C; aduk; terakhir, larutkan A ke dalam
campuran tersebut.

Asam sulfit
Natrium metabisulfit 10% 6 mL
HCl 1 N 5 mL
Akuades 100 mL
Tuangkan HCl 1 N ke dalam gelas kimia 200 mL yang berisi
natrium metabisulfit; aduk sebentar, dan setelah itu segera
tambahkan akuades.

Asam sulfomolibdat
(Pereaksi Froehde untuk alkaloida dan glukosida.)
Asam molibdat 5g
(atau natrium molibdat)
H2SO4 pekat 50 mL
Larutkan asam atau garamnya ke dalam asam pekat.

Asam Tannat
(Pereaksi untuk albumin, alkaloida, dan gelatin.)
Asam tannat 25 g
Etanol 25 mL
Campurkan kedua zat ini secara homogen, dan kemudian
encerkan dengan aquades sampai volum larutan 250 mL.
BANG ; pereaksi
(Pereaksi untuk perkiraan glukosa.)
A K2CO3 50 g

56
KCl 33 g
KHCO3 80 g
Akuades bebas CO2
Larutkan garam-garam ini sesuai urutan ke dalam 350 mL
akuades pada temperatur 30C.
B CuSO4.5H2O 2,2 g
C Akuades bebas CO2 200 mL
D KCl, larutan jenuh 400 mL
Tambahkan dulu B ke dalam campuran A; lalu encerkan
dengan C sampai volum larutan menjadi 500 mL; kocok dalam
botol tertutup agar udara tidak masuk.
Setelah 24 jam ambil 150 mL larutan ini; dan kemudian
encerkan dengan larutan D sampai volum larutan 500 mL.
Kocok dengan baik; dan gunakan setelah 24 jam.
Catatan: 50 mL pereaksi ini setara dengan 10 mg glukosa.

BARFOED ; pereaksi
(Uji untuk glukosa). Lihat: Kupriasetat

BAUDISCH ; pereaksi
(Untuk analisa besi.) Lihat: pereaksi Cupferon.

BENEDICT ; pereaksi
(Pereaksi kualitatif untuk uji glukosa)
A Na-sitrat 86,5 g
Na2CO3 50 g
Akuades 400 mL
Larutkan garam-garam tersebut ke dalam air (bantu dengan
pemanasan); saring jika perlu; dan encerkan dengan
akuades sampai volum larutan menjadi 425 mL.
B CuSO4.5H2O 8,65 g
Akuades 50 mL
Campurkan dulu garam ini ke dalam akuades sampai
seluruhnya melarut.
Tuangkan larutan B ke dalam larutan A sambil diaduk konstan;
kemudian encerkan campuran dengan akuades sampai volum
campuran menjadi 500 mL.

Benzidin-hidroklorida ; larutan
(Untuk penetapan sulfat.)

57
A Larutan HCl (bj 1,12)* 10 mL
B C12H8(NH2)2.2HCl 4g
Akuades 10 mL
Setelah benzidin-hidroklorida dibuat pasta; tambahkan HCl (bj.
1,12); dan kemudian encerkan dengan akuades sampai volum
larutan 500 mL.
Catatan: Tiap 1 mL pereaksi ini setara dengan 3,57 mg H2SO4.
Keterangan: * kira-kira HCl 24,25%(b/b); lihat Lampiran 15.

BERTRAND ; pereaksi
(Untuk memperkirakan glukosa.)
Pereaksi ini terdiri atas:
A Garam Rochelle* 100 g
NaOH 75 g
Akuades 50 mL
Larutkan NaOH ke dalam 50 mL air; kemudian
tambahkan garam ke dalamnya; dan encerkan dengan
akuades sampai volum larutan menjadi 100 mL.
*atau garam kalium natrium tartrat, KNaC4H4O6.4H2O.
B CuSO4.5H2O 20 g
H2SO4 pekat 1 mL
Akuades 50 mL
Alirkan H2SO4 pekat ke dalam akuades; masukkan
garam ke dalam larutan sambil diaduk.
C Fe2(SO4)3 25 g
H2SO4 pekat (bj.1,84) 100 mL
Akuades 50 mL
Alirkan H2SO4 pekat ke dalam 50 mL akuades
kemudian larutkan garam ferrisulfat ke dalamnya.
D KMnO4 2,5 g
Akuades 50 mL
Larutkan kristal KMnO4 pada akuades di dalam gelas
kimia 100 mL (bila perlu, bantu dengan pemanasan
kecil).
Hasil pencampuran A, B, C dan D diencerkan dengan akuades
sampai volum larutan menjadi 500 mL.

BETTENDOFF ; pereaksi.
(Untuk uji pentosa)

58
A SnCl2.2H2O 113 g
B HCl pekat 75 mL
C Pita Sn
Larutkan dulu A ke dalam B, lalu tambahkan beberapa
potongan logam Sn.

BIAL ; pereaksi
(Untuk uji pentosa)
A Orcinol, CH3C6H3(OH)2 0,5 g
B HCl pekat (36%) 210 mL
Akuades 40 mL
C FeCl3 10 % 15 tetes
Teteskan FeCl3 10% ke dalam larutan B, baru kemudian
masukkan A sambil diaduk.

BIURET ; pereaksi
A CuSO4.5H2O 0,75 g
KNaC4H4O6.4H2O (KNa-tartrat)* 3 g
Akuades** 250 mL
Isikan 250 mL akuades** ke dalam gelas kimia 600
mL; kemudian tambahkan garam; aduk sampai larut.
Keterangan:
*disebut juga garam Rochelle;
**yang telah dididihkan selama 5 menit kemudian didinginkan
(agar bebas CO2).
B NaOH 10% bebas karbonat 150 mL
Larutan ini dibuat pada saat akan digunakan. (Harus segar.)
Tuangkan B ke dalam A; aduk sebentar; buat volumnya menjadi
500 mL dengan menambahkan akuades; lalu pindahkan
pereaksi ini ke dalam botol polietilen bertutup.
Catatan:
Jangan gunakan pereaksi yang telah berubah (ditandai dengan
terbentuknya endapan merah atau hitam).

BRUCKE ; pereaksi
(Untuk pengendapan protein.); Lihat: kaliumiodida-merkuriiodida.

CLARKE ; larutan sabun (atau Metoda Baku APHA).

59
(Untuk memperkirakan kesadahan air.)
A Sabun Castil, serbuk, murni 50 g
Etanol 80%* 500 mL
Larutkan sabun ke dalam etanol 80% dan diamkan
selama semalam.
Keterangan: *campurkan 400 mL alkohol absolut dengan 100 mL air.

B Larutan baku CaCl2


Larutan baku ini dibuat dengan melarutkan 0,25 g
CaCO3 ke dalam larutan HCl (bj. 1,19), netralkan
dengan NH4OH dan buat sedikit basa; kemudian
encerkan sampai volum larutan menjadi 250 mL.
Titrasilah larutan A terhadap B. Dari hasil titrasi ini jadikanlah
larutan A di atas sedemikian sehingga setiap 1 mL larutan
sabun setara dengan 1 mL larutan baku B yakni dengan cara
mengencerkan larutan A dengan etanol 80% (kesetaraan
diambil setelah memperhitungkan faktor busa, yakni jumlah mL
larutan sabun baku yang diperlukan untuk menghasilkan busa
tetap dalam 50 mL air suling).
Catatan:
Setiap 1 mL larutan baku sabun (setelah dikurangi faktor busa) setara
dengan 1 mg CaCO3.

Cupron
Cupron (benzoin oksim) 5 g
Alkohol 95 % 100 mL
Larutkan Cupron ke dalam alkohol sambil diaduk.

Cupferron
(Pereaksi BAUDISCH untuk analisis besi.)
Cupferron* 6 g
Akuades 100 mL
Larutkan Cupferron ke dalam 100 mL akuades. Simpan di
tempat gelap; pereaksi ini berfungsi baik hanya selama 1
minggu.
*garam amonium dari nitroso-fenil-hidroksilamin.

Difenilamin
(Pereaksi untuk DNA.)
A Difenilamin 4 g

60
B Asam asetat glasial 250 mL
H2SO4 pekat 11 mL
Tuangkan secara perlahan H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia
400 mL yang berisi 250 mL Asam asetat glasial; kemudian
masukkan A; aduk perlahan sampai melarut dengan
menggunakan batang gelas.

Difenilamin
(Pereaksi untuk rayon.)
Difenilamin 0,2 g
H2SO4 pekat 100 mL
Larutkan zat ke dalam asam sambil diaduk perlahan dengan
batang gelas.

Difenilamin sulfonat
(Untuk pentitrasian besi dengan K2Cr2O7.)
A Garam barium dari asam difenilamin sulfonat 0,32 g
Akuades 100 mL
B Na2SO4 0,5 g
Larutkan garam ke dalam akuades kemudian tambahkan B;
saring agar endapan BaSO4 terpisahkan.

Difenilkarbazid
A Difenilkarbazid 0.2 g
Asam asetat glasial 10 mL
B Etanol 95%
Setelah diperoleh larutan A lalu diencerkan dengan etanol
sampai volum larutan menjadi 100 mL.

Dimetilglioksim (Diasetildioksim) ; 0,01 N


Dimetilglioksim (CH3CNOH)2 0,3 g
Etanol 95 % 250 mL
Catatan:
Pereaksi ini sangat sensitif terhadap nikel yang ditunjukkan oleh timbulnya
warna merah tua.

3,5-Dinitrosalisilat ; pereaksi
A KNa-tartrat 150 g
Akuades 250 mL
Isikan 250 mL akuades ke dalam gelas kimia 600 mL;

61
hangatkan dengan api kecil (atau dengan penangas);
kemudian tambahkan KNa-tartrat sambil diaduk sampai
melarut.
B 3,5-Dinitrosalisilat 5 g
C NaOH 8 g
Akuades 100 mL
Larutkan segera NaOH ke dalam gelas kimia 250 mL
yang berisi 100 mL akuades. (Diperoleh: 100 mL 2 M.)
Hangatkan C kemudian tambahkan B; aduk hingga B melarut
baik. Tuangkan larutan ini ke dalam A sambil diaduk hingga
homogen; kemudian encerkan dengan aquades sampai volum
total 500 mL.

Duponol C 5% (dalam alkohol-air)


A Duponol C (Na-lauril sulfat)* 10 g
B Etanol absolut 110 mL
Akuades 90 mL
Buat dulu campuran B; kemudian larutkan A ke dalam B.
Pindahkan pereaksi ini ke dalam botol reagen.
Keterangan: sebaiknya hasil kristalisasi-ulang.

Duponol C 15% ; pereaksi


A Duponol C (Na-lauril sulfat) 45 g
B Na3-C6H8O7.2H2O (Na-sitrat) 0,9 g
NaCl 2,5 g
C Akuades
Larutkan B ke dalam 150 mL akuades; kemudian tambahkan A;
dan setelah itu encerkan dengan akuades sampai volum
menjadi 300 mL.

ESBACH ; pereaksi
(Untuk perkiraan protein)
A Asam pikrat 2,5 g
B Asam sitrat 5 g
C Akuades 100 mL
Campurankan ketiga zat ini, lalu encerkan dengan akuades
sampai volum larutan menjadi 250 mL.
* Ekstrak soda; filtrat.

FEHLING ; larutan

62
(Pereaksi untuk gula yang mereduksi.)
A CuSO4.5H2O 34,66 g
H2SO4 pekat 5 mL
Akuades
Alirkan perlahan H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia berisi
100 mL akuades sambil sesekali diaduk; kemudian
masukkan garam-tembaga ke dalamnya. Setelah melarut
encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi
500 mL; dan pindahkan pereaksi ini ke dalam botol reagen.
(Disebut: larutan Fehling A; berwarna biru.)
B KNaC4H4O6.4H2O* murni 173 g
NaOH murni 50 g
Akuades
Siapkan 250 mL akuades di dalam gelas kimia 600 mL;
NaOH (setelah ditimbang) segera dilarutkan ke dalam
akuades; kemudian larutkan garam tartrat, dan encerkan
larutan ini sampai volum larutan menjadi 500 mL.
(Disebut: larutan Fehling B; tak berwarna.)
*Kalium-natrium-tartrat (atau garam Rochelle).
Campurkan Fehling A dan Fehling B dengan perbandingan
volum yang sama pada saat akan digunakan (supaya segar.)

Floroglucinol
(Pereaksi untuk pentosa.)
Floroglucinol 3 g
Etanol 95 % 125 mL
FOLIN ; campuran
(Untuk asam urat.)
A (NH4)2SO4 250 g
Akuades 325 mL
B Asam asetat glasial 3 g
C Uranium asetat 2,5 g
Larutkan dulu garam (NH4)2SO4 ke dalam akuades di dalam
gelas kimia 600 mL; tuangkan B ke dalam larutan ini sambil
diaduk; dan baru kemudian tambahkan uranium-asetat, aduk
agar melarut; encerkan dengan akuades sampai volum larutan
menjadi 500 mL.

Formaldehid 10% ; larutan


Formaldehid 40% (formalin) 25 mL

63
Akuades 75 mL

Formaldehid-Asam Sulfat
(Pereaksi MARQUIS untuk alkaloida.)
Formaldehid 10 mL
Asam sulfat pekat 50 mL
Alirkan secara perlahan, formaldehid ke dalam asam sulfat.

Formol-kalsium ; larutan pereaksi


A Formaldehid 40% (formalin) 10 mL
B CaCl2 anh. 1 g
Akuades 90 mL
Buat dulu larutan B kemudian tambahkan dengan larutan A
sambil diaduk.

FROEHDE ; pereaksi. (Lihat: Asam sulfomolibdat.)

Fuchsin ; larutan
Fuchsin 0,15 g
Akuades 100 mL

Fuchsin ; pereaksi
(Pereaksi untuk linen.)
Fuchsin 1 g
Alkohol absolut 100 mL

Fuchsin-Asam sulfit
(Pereaksi SCHIFF untuk aldehida.)
A Fuchsin 0,25 g
NaHSO3 4,5 g
Akuades 250 mL
B HCl pekat 10 mL
Larutkan fuchsin dan Na-bisulfit ke dalam akuades; segera
alirkan HCl pekat dan aduk sebentar; pindahkan ke dalam botol
pereaksi coklat, tutup rapat, dan simpan di tempat yang
terlindung dari cahaya (di tempat gelap).

GUNZBERG ; pereaksi
(Untuk mendeteksi adanya HCl di dalam getah perut.)
A Floroglucinol 4 g

64
B Vanilin 2 g
C Etanol absolut 100 mL
Larutkan dulu A ke dalam etanol, dan terakhir B.

HAGER ; pereaksi. (Lihat: Asam pikrat.)

HANUS ; larutan
(Pereaksi untuk bilangan iodium.)
A I2 (hasil resublimasi) 6,6 g
Asam asetat glasial 500 mL
Setelah I2 melarut di dalam asam asetat glasial (bila
perlu bantu melalui pemanasan). Pada keadaan dingin,
lakukan uji dikromat terhadap larutan untuk menetap-
kan adanya zat-zat yang mereduksi.
B Br2 1,5 mL
Tambahkan brom (untuk menggandakan kandungan halogen)
ke larutan A dingin (setelah uji dikromat).

Iodium-tinktur
A KI 25 g
Akuades 25 mL
B I2 35 g
C Alkohol 95%
Larutkan I2 ke dalam larutan A, kemudian encerkan dengan C
sampai volum larutan menjadi 500 mL.
Iodo-kalium iodida
(Pereaksi WAGNER untuk alkaloida.)
KI 6 g
I2 2 g
Akuades 100 mL
Larutkan padatan ke dalam akuades sesuai dengan urutan.

Kalium antimonat
(Pereaksi untuk natrium.)
A Kalium antimonat 11 g
Akuades 500 mL
B KOH 10% 17,5 mL
Didihkan kalium antimonat dalam akuades sampai hampir
seluruh garam melarut; dinginkan segera. Setelah dingin

65
tambahkan B; aduk sebentar dan diamkan selama semalam.
Saringlah campuran ini, dan pindahkan ke botol pereaksi
bertutup.

Kalium hidroksida ; penyerap


(Untuk penyerapan gas CO2.)
KOH 180 g
Akuades 500 mL
Larutkan dulu kristal KOH ke dalam sejumlah akuades,
kemudian encerkan sampai volum larutan 500 mL; simpan
dalam botol plastik bertutup rapat.
Catatan:
Per mL pereaksi ini dapat menyerap 30 mL CO2 (pada 25C; 1 atm).

Kaliumiodida-mercuriiodida
(Pereaksi BRUCKE untuk protein.)
KI 25 g
Akuades 250 mL
HgI2 60 g
Larutkan dulu KI ke dalam akuades, kemudian jenuhkan
dengan HgI2 (60 g); encerkan sampai volum larutan menjasi
500 mL.

Kalium-kadmium iodida
(Pereaksi MARME untuk alkaloida.)
A KI 8 g
Akuades 24 mL
B CdI2 4 g
C Larutan jenuh KI 24 mL
Campurkan B ke dalam larutan A mendidih. Setelah melarut,
tambahkan dengan C.

Kalium pirogalat
(Untuk penyerapan O2.)
Komposisi untuk campuran gas yang mengandung
kurang dari 28% gas O2:
A KOH 50 g
Akuades 100 mL
B Pirogallol, C6H3(OH)3 5 g
Tuangkan larutan A ke dalam B.

66
Komposisi untuk campuran gas yang mengandung
lebih dari 28% gas O2:
A KOH 120 g
Akuades 100 mL
B Pirogallol, C6H3(OH)3 5 g
Tuangkan larutan A ke dalam B.

Kobal(III)sianida. (Lihat: kobalti sianida.)

Kobalti sianida ; kertas


(Uji Rinnmann untuk Zn.)
K3Co(CN)6 4 g
KClO3 1 g
Akuades 100 mL
Kertas saring
Campurkan dulu garam-garam ke dalam akuades sampai
melarut. Celupkan kertas saring ke dalam larutan ini dan
keringkan pada suhu 100C.
Penggunaannya:
Teteskan sampel pada kertas; nyalakan di dalam cawan penguap;
warna hijau menunjukkan adanya Zn.

Kupri asetat
(Pereaksi BARFOED untuk monosakarida yang mereduksi.)
A Cu(CH3COO)2 33 g
Asam asetat glasial 5 mL
B Akuades
Ke dalam gelas kimia 600 mL, campurkan garam kupri dan
asam asetat; aduk sebentar; kemudian tuangkan sedikit
akuades sambil diaduk sehingga campuran A melarut.
Encerkan larutan hingga volum larutan menjadi 500 mL.

Kupri oksida amoniakal.


(Pereaksi SCHWEITZER; dapat melarutkan katun, linen, dan sutera kecuali wool.)
A CuSO4.5H2O 5 g
Akuades 100 mL
B NaOH pekat
C NH4OH pekat
Didihkan dulu akuades; larutkan ke dalamnya garam
CuSO4.5H2O; tambahkan sedikit-sedikit NaOH pekat ke

67
dalamnya sambil diaduk sampai diperoleh endapan secara
sempurna; saring dan cuci endapan dengan baik. Kemudian
tuangkan NH4OH pekat pada endapan; hentikan penambahan
apabila semua endapan telah melarut.

Kupri sulfat dalam gliserin-KOH


(Pereaksi untuk sutera.)
A CuSO4.5H2O 10 g
Akuades 100 mL
B Gliserin 5 g
C KOH 6 N 100 mL
Larutkan garam CuSO4.5H2O ke dalam akuades sambil diaduk;
tambahkan B, dan aduk. Kemudian tambahkan sedikit demi
sedikit KOH 6N sampai terbentuk larutan berwarna biru tua.

Kupri-tartrat alkalis
A Na2CO3; anhidrous; murni 20 g
Akuades 200 mL
B Asam tartrat 3,75 g
C CuSO4.5H2O 2,25 g
Larutan A di dalam labu ukur 500 mL ditambahi dengan B;
setelah B melarut, tambahkanlah C; kocok hingga melarut.
Selanjutnya encerkan hingga batas; pindahkan pereaksi ini ke
botol kuning bersih dan kering.

Kupro-klorida amoniakal
(Pereaksi untuk CO pada analisis gas.)
Cara 1:
Larutan CuCl bersuasana asam* 500 mL
NH4OH pekat

Larutan CuCl dinetralkan dengan NH4OH pekat sampai bau


amoniak dari larutan muncul secara menetap. (Kelebihan logam
Cu di dalam larutan harus tetap dipertahankan.)
*lihat: tembaga(I)klorida; bersuasana asam.

Cara 2:
A Larutan CuCl bersuasana asam** 325 mL
Akuades 1600 mL
B NH4OH 20 mL

68
Akuades 60 mL
Tuangkan 320 mL larutan CuCl ke dalam 1600 mL akuades;
pindahkan lapisan endapan yang terjadi ke dalam gelas ukur
100 mL sampai batas; setelah beberapa jam keluarkan cairan
bagian atas sehingga bersisa 20 mL. Tuangkan ke dalamnya
80 mL larutan B; aduk larutan agak kuat; pindahkan larutan ke
dalam botol pereaksi bertutup; dan campuran didiamkan
selama beberapa jam. (Dari larutan harus keluar sedikit bau
amoniak.)
**hasil pembuatan dengan cara Winkler. (Lihat: Kupro klorida asam.)

Kupro klorida asam


(Pereaksi untuk gas CO pada analisis gas.)
Cara 1:
A CuCl2.2H2O 170 g
HCl pekat 300 mL
B Sn 150 g
HCl pekat
Tuangi logam Sn dengan HCl pekat sedemikian
sampai tidak ada lagi logam Sn yang tersisa.
(Larutan yang diperoleh merupakan larutan jenuh SnCl2.)
Tuangkan 85 mL larutan jenuh SnCl2 ke dalam larutan A atau
sampai larutan tidak berwarna (Cu++ tereduksi.)

Cara 2 (Cara WINKLER):


A CuO 86 g
Logam Cu; serbuk 17 g
(Cu serbuk dapat dibuat dengan cara mereduksi CuO
oleh gas hidrogen.)
B HCl pekat 650 mL
Akuades 325 mL

Masukkan campuran A sedikit demi sedikit ke dalam botol gelas


bertutup ke larutan B sambil sering diaduk. Setelah semua
campuran A terpindahkan, masukkan kawat logam Cu (buat
bentuk spiral) sampai mencapai dasar botol; tutup botolnya;
kocok sekali-sekali, dan jika larutan menjadi tidak berwarna
maka pereaksi ini siap untuk digunakan.

69
Magnesia ; campuran
(Pereaksi untuk fosfat dan arsenat.)
A MgCl2 27,5 g
NH4Cl 52,5 g
B HCl pekat 2 mL
Akuades 50 mL
Larutkan garam ke dalam larutan B, kemudian encerkan sampai
volum larutan menjadi 500 mL.
Catatan: Pereaksi ini akan keruh setelah disimpan beberapa lama.

Magnesium ; pereaksi
(Lihat: SMUN & O, pereaksi.) (Uji Suitsu dan Okuma untuk Mg.)

Magnesium uranilasetat
A UO2-(C2H3O2)2.2H2O 50 g
Asam asetat glasial 30 mL
Akuades
Larutkan dulu uranilasetat ke dalam 30 mL asam asetat
glasial. Kemudian encerkan dengan akuades sampai
volum larutan menjadi 250 mL.
B Mg(C2H3O2)2.4H2O 165 g
Asam asetat glasial 30 mL
Akuades
Larutkan garam Mg ke dalam asam asetat glasial;
kemudian encerkan dengan akuades sampai volum
larutan menjadi 200 mL.
Panaskanlah kedua larutan (A dan B) ke titik didihnya sampai
larutan jernih diperoleh. Tuangkan larutan B ke dalam larutan A;
aduk; dinginkan; dan kemudian encerkan sampai volum larutan
menjadi 500 mL; biarkan selama semalam; dan saring bila perlu.

MARME ; pereaksi.
(Lihat: Kalium-kadmium iodida; pereaksi untuk alkaloida.)

MARQUIS ; pereaksi.
(Lihat: Formaldehid-Asam sulfat; pereaksi untuk alkaloida.)

MAYER ; pereaksi (*)


A HgCl2 1,358 g
Akuades 60 mL

70
B KI 5 g
Akuades 10 mL
Tuangkan larutan A ke dalam larutan B, encerkan dengan
akuades sampai volum larutan menjadi 100 mL.
(*) Pereaksi untuk hampir semua alkaloida dengan membentuk endapan putih
dalam suasana sedikit asam.)

MILLON ; pereaksi
(Pereaksi untuk albumin dan fenol.)
Raksa 10 g
HNO3 pekat (berasap) 20 mL
Akuades
Larutkan raksa ke dalam HNO3 pekat.
(Gunakan kerudung kepala, dan lakukan di ruang asam.)
Setelah raksa melarut, tambahkan akuades sebanyak 2x volum
larutan yang diperoleh; diamkan selama 12 jam; dan saring.

MOLISCH ; pereaksi. (Lihat: -Naftol.)

-Naftol 5% alkoholik
A -Naftol 0,5 g
B Etanol 95% 20 mL
Larutkan A ke dalam B; kemudian tuangkan ke dalam botol tetes.
-Naftol 15%
(Disebut Pereaksi Molisch; untuk wool.)
- Naftol 15 g
Alkohol atau kloroform 100 mL
Setelah dicampurkan, lalu dikocok; diamkan beberapa lama,
dan kemudian saring.

-Naftol
- Naftol 40 g
Alkohol 360 mL
Setelah dicampurkan, lalu dikocok; diamkan beberapa lama,
dan kemudian saring.

Natrium hidroksida
(Untuk penyerapan CO2.)
NaOH murni 165 g
Akuades (bebas CO2) 500 mL

71
Larutkan NaOH ke dalam sejumlah akuades, kemudian
encerkan sam-pai volum larutan menjadi 500 mL. Simpan
pereaksi ini dalam botol plastik bertutup rapat.
Catatan:
Serapannya sama dengan pereaksi KOH sehingga menguntungkan karena
NaOH harganya murah (lihat: kalium hidroksida; penyerap).

Natrium-kobaltinitrit ; larutan*
Cara 1:
Natrium kobaltinitrit, Na3[Co(NO2)6] p.a. 17 g
Akuades 250 mL
Cara 2:
A Kobal nitrat, Co(NO3)2.6H2O 7,5 g
Akuades 30 mL
B Natrium nitrit NaNO2 pekat 6,2 mL
Akuades 30 mL
C Asam asetat glasial 15 mL
Campurkan larutan A dan larutan B sambil diaduk kuat
beberapa lama; tambahkan C; aduk lagi; kemudian encerkan
dengan akuades sampai volum larutan menjadi 250 mL.
Biarkan campuran beberapa lama; kemudian saring.
Keterangan: *Larutan ini tidak stabil; hanya tahan selama 2-3 minggu).

Natrium metabisulfit 10%


Natrium metabisulfit* 10 g
Akuades 100 mL
*nama lain: natrium pirosulfit dengan rumus kimia Na 2S2O5.

Natrium nitrit ; 0,1%


NaNO2 0,5 g
Akuades
Larutkan ke dalam sedikit akuades, kemudian encerkan sampai
volum larutan menjadi 500 mL.

Natrium nitroprussid
(Pereaksi untuk hidrogen sulfida dan wool.)
Natriumnitroprussid 1 g
Akuades 10 mL
Pereaksi ini harus dibuat ketika akan digunakan supaya segar.

72
Natrium plumbit
(Pereaksi untuk wool.)
A NaOH 5 g
Akuades 100 mL
B PbO (litharge) 5 g
Tambahkan oksida PbO ke dalam larutan A, lalu didihkan
sampai oksida tersebut melarut.

Natrium polisulfida
A Na2S.9H2O 240 g
Akuades 250 mL
B NaOH 20 g
C Belerang 9 g
Tambahkan B ke dalam larutan A; aduk sampai B melarut.
Kemudian tambahkan C; aduk lagi sampai homogen. Encerkan
larutan dengan akuades sampai volum larutan menjadi 500 mL.

Natrium suksinat 0,5 M


Natrium suksinat 6,78 g
Akuades 50 mL
Larutkan garam ke dalam akuades.

Natrium tungstat ; 10 %
Na-tungstat ; C.P.* 10 g
Akuades 90 mL

Pereaksi ini harus dibuat netral terhadap indikator fenolftalein


(untuk ini digunakan cara dengan menambahkan tetes NaOH
0,1 N atau H2SO4 0,1 N).
*Chemically pure

Nelson A ; pereaksi
Na2CO3 anh. 12,5 g
KNa-tartrat 12,5 g
NaHCO3 10 g
Na2SO4 anh. 100 g
Akuades 350 mL
Larutkan kristal secara berurutan ke dalam gelas kimia yang

73
berisi 350 mL akuades sambil diaduk; kemudian encerkan
sampai volum larutan menjadi 500 mL. Pindahkan dalam botol
reagen bertutup.

Nelson B ; pereaksi
CuSO4.5H2O 15 g
Akuades 100 mL
H2SO4 pekat
Tambahkan dulu 3 tetes H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia 250
mL yang berisi 100 mL akuades; aduk sebentar; kemudian
masukkan sedikit-sedikit CuSO4.5H2O ke dalamnya sambil
diaduk. Pindahkan ke dalam botol reagen bertutup.

NESSLER ; pereaksi
(Untuk amoniak.)
A KI 25 g
Akuades; dingin 25 mL
B HgI2 11 g
Akuades 175 mL
(Diperoleh larutan jenuh HgI2.)
C NaOH 5N 100 mL
Sambil diaduk, tambahkan secara perlahan larutan jenuh B ke
dalam larutan A sampai berlebih sedikit yang ditandai dengan
terbentuknya endapan; kemudian tambahkan larutan C; dan
encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL; diamkan
beberapa lama, dan ambil (alirkan) cairan yang jernihnya.

Nikel(II)oksida-amoniakal
(Pereaksi untuk sutera.)
A NiSO4 ; kristal kuning 5g
(atau NiSO4.7H2O; kristal hijau; 9,1 g)
Akuades 100 mL
B NaOH 5 N 50 mL
C NH4OH pekat 25 mL
D Akuades 25 mL
Ke dalam larutan A tambahkan larutan B sampai ion nikel
terendapkan sempurna sebagai Ni(OH)2; saring; dan cuci
endapan dengan baik, kemudian larutkan endapan ini ke dalam
larutan C lalu tambahkan dengan akuades (D).

74
Ninhidrin 0,1%
Ninhidrin (triketo-hidrindehidrat) 0,1 g
Etanol 95% 100 mL

Ninhidrin ; larutan
A SnCl2.2H2O p.a. 0,4 g
B Larutan bufer sitrat; 0,2M ; pH 5* 250 mL
C Ninhidrin 10 g
Metil-cellosolve**
Tempatkan ninhidrin dalam gelas kimia 600 mL; lalu
tuangi dengan metil-cellusolve sampai mencapai volum
250 mL dan ninhidrin melarut.
Tuangkan campuran A dan B ke dalam larutan C; aduk agar
homogen; selanjutnya pindahkan ke dalam botol reagen; dan
simpan di tempat dingin (kulkas).
Keterangan:
* bufer dapat dibuat dengan cara melarutkan 4,3 g asam sitrat dan 8,7 g
Na-sitrat dalam 250 mL akuades. Tepatkan pH bufer sampai pH 5,0
dengan meneteskan NaOH 1 M atau HCl 1 M (jangan dengan NH 4OH).
** 2-metoksi etanol; CH3–O–C2H4OH.

p-Nitrobenzen-azo-resorsinol
(Pereaksi untuk magnesium.)
A p-Nitrobenzen-azo-resorcinol 0,5 g
NaOH 1 M 5 mL
B Akuades
Setelah diperoleh larutan A, kemudian encerkan dengan B
sampai volum larutan menjadi 500 mL.

Nitron
(Pendeteksian radikal nitrat.)
A Nitron (C20H16N4) 10 g
B Asam asetat glasial 5 mL
Akuades 95 mL
Larutkan A ke campuran B, dan selanjutnya simpan dalam botol
berwarna gelap.

-Nitroso--naftol
A -Nitroso--naftol
B Asam asetat glasial 50 mL

75
Akuades 50 mL
Larutkan A ke dalam larutan B sedemikian sampai diperoleh
larutan jenuhnya.
Catatan: Pereaksi ini tidak tahan lama.

NYLANDER ; pereaksi
(Untuk karbohidrat.)
A Bismut-subnitrat, Bi(OH)2NO3 10 g
Garam Rochelle 20 g
B NaOH 8% 500 mL
Campurkan A ke dalam B; dinginkan dan kemudian lakukan
penyaringan.

OBERMAYER ; pereaksi
(Untuk indoksil dalam urin.)
FeCl3 2 g
HCl (bj. 1,19)* 500 mL
Keterangan: *kira-kira HCl 40%(b/b). (Lihat: Lampiran.)

Pirogallol basa
A Asam Pirogallat 75 g
Akuades 75 mL
B KOH 500 g
Akuades 250 mL
Larutkan basa ke dalam air; dinginkan; kemudian sesuaikan
massa-jenis larutan basa ini sampai diperoleh 1,55 (melalui
penambahan KOH atau penambahan akuades).
Penggunaan:
Tuangkan 270 mL larutan B ke 30 mL larutan A.

Resorsinol ; pereaksi
(Pereaksi untuk uji formaldehid atau formalin.)
Resorsinol 0,5 g
Akuades 100 mL
Campurkan resorsinol ke dalam akuades, aduk sampai melarut.

S & O ; pereaksi
(Pereaksi magnesium; uji Suitsu & Okuma untuk Mg.)
o-p-dihidroksi-monazo-p-nitrobenzen 0,5 g

76
NaOH 0,25 M 100 mL

Sabun ; larutan
(Pereaksi untuk kesadahan dalam air.)
A Sabun castile; kering 50 g
B Etanol 80%* 500 mL
C Larutan baku Ca**
Larutkan sabun ke dalam 500 mL B (alkohol 80%); dan biarkan
larutan ini selama beberapa hari. Kemudian encerkan dengan
larutan B sedemikian sampai diperoleh dimana untuk setiap 6,4
mL larutan ini menghasilkan busa permanen terhadap 20 mL
larutan baku Ca.
* dibuat dengan mencampurkan alkohol absolut dan air (5 : 1).
** larutan baku Ca dibuat dengan rincian:
0,02 g CaCO3 dilarutkan ke dalam sedikit HCl 0,4 M; uapkan sampai
kering; tambahkan akuades sampai volum larutan menjadi 100 mL.

SCHEIBLER ; pereaksi. (Lihat: Asam Fosfotungstat.)

SCHIFF ; pereaksi
(Pereaksi untuk aldehid; lihat: Fuchsin-Asam Sulfit.)

SCHWEIZER ; pereaksi. (Lihat:Kupri Oksida Amoniakal.)

SELIWANOFF ; pereaksi.
A Resorcinol 0,15 g
B HCl pekat 34 mL
Akuades 68 mL
(atau HCl : Akuades = 1 : 2)
Larutkan A ke dalam larutan B.

Seng klorida ; larutan alkalis


(Pereaksi untuk sutera.)
A ZnCl2 200 g
Akuades 170 mL
B ZnO 8 g
Tambahkan ZnO ke dalam larutan A; panaskan sampai
diperoleh larutan sempurna.

Seng-uranilasetat
(Pereaksi untuk Na.)

77
A UO2(C2H3O2)2.2H2O 10 g
CH3COOH 30% 6 mL
Akuades
Larutkan dulu garam ke dalam CH3COOH 30% yang
disertai dengan pemanasan kecil, kemudian encerkan
dengan akuades sampai volum larutan menjadi 50 mL.
B Zn(CH3COO)2.2H2O 30 g
CH3COOH 30% 3 mL
Akuades
Larutkan dulu garam ke dalam CH3COOH 30% dan
encerkan dengan akuades sampai volum larutan menjadi
50 mL
C NaCl 50 mg
Campurkan larutan A ke dalam larutan B; aduk sambil
ditambahkan NaCl; lalu biarkan campuran ini selama semalam.
Setelah itu lakukan penyaringan.

STOKE ; pereaksi
A FeSO4 15 g
Asam tartrat 10 g
Akuades
Larutkan padatan ke dalam akuades secukupnya; lalu
encerkan sampai volum larutan menjadi 500 mL.
B NH4OH pekat
Saat sebelum pereaksi ini akan digunakan, tambahkan dulu
cairan B ke dalam larutan A sampai endapan pertama yang
terbentuk kemudian melarut.

Sukrosa ; 0,1 M
Sukrosa 17,1 g
Akuades
Larutkan sukrosa ke dalam sedikit akuades; lalu encerkan
sampai volum larutan menjadi 500 mL.
Catatan: Larutan dapat diawetkan dengan toluen.

Sukrosa ; 1%
Sukrosa 1 g
Akuades 100 mL

78
Larutan dapat diawetkan dengan toluena.

Tembaga(I)klorida amoniakal. (Lihat: Kupro klorida amoniakal.)

Tembaga(I)klorida-asam. (Lihat: Kupro klorida asam.)

Tembaga(II)asetat. (Lihat: Kupriasetat.)

Tembaga(II)oksida-amoniakal. (Lihat: Kupri oksida amoniakal.)

Tembaga(II)sulfat dalam gliserin-KOH


(Lihat: Kuprisulfat dalam gliserin-KOH.)

Tembaga(II)tartarat alkalis. (Lihat: Kupri tartrat ; alkalis.)

Trinitrofenol ; larutan
(Untuk alkaloida, wool, sutera ; lihat: Asam Pikrat ; pereaksi HAGER.)

UFFELMANN ; pereaksi
(Uji untuk asam laktat.)
A Fenol ; murni 1 g
Akuades 50 mL
B Larutan FeCl3
Tambahkan B (larutan FeCl3) ke dalam larutan A (larutan fenol
2%) sampai larutan fenol berwarna ungu.
Keterangan:
Pereaksi ini positif (adanya asam laktat) dengan memberikan warna kuning.

Urea ; 0,1 M
Urea 3 g
Akuades 500 mL

WAGNER ; larutan
(Digun. dalam analisis karang-fosfat untuk mencegah pengendapan besi dan aluminium.)
Asam sitrat 12,5 g
Asam salisilat 0,5 g
Akuades
Larutkan dulu kedua asam ke dalam sedikit akuades,
kemudian encerkan sampai volum larutan 500 mL.

79
WAGNER ; pereaksi
(Pereaksi untuk alkaloida ; lihat: Iodo-kaliumiodida.)

WIJ ; larutan iod monoklorida


(Untuk bilangan iod.)
I2 ; murni a) 6,5 g
Asam asetat glasial b) 500 mL
Cl2 c)
H2SO4 pekat (bj. 1,84)
Larutkan I2 ke dalam asam asetat glasial, dan bagi menjadi:
A 15 mL (simpan), dan sisanya,
B 485 mL.
Ke dalam larutan B alirkan gas Cl2 kering sampai warna khas
dari iodium-bebas menghilang.
Setelah itu, tuangkan sedikit demi sedikit larutan A ke dalam
larutan B bebas iodium tersebut guna menghilangkan kelebihan
klor bebas dalam B (usahakan penambahan larutan A tersebut
hanya menyebabkan adanya I2 dalam larutan B sedikit berlebih,
dan hindarkan adanya klor dalam larutan). Kemaslah pereaksi
di dalam botol kuning bertutup.
Catatan:
Jangan gunakan lagi pereaksi yang melebihi 30 hari sejak penyimpanan.
Keterangan:
a) hasil sublimasi ulang
b) telah dilakukan uji kromat guna menghilangkan zat-zat yang dapat

mereduksi.
c) harus kering dan bersih (dengan cara mengalirkan gas Cl ke dalam
2
H2SO4 pekat).

Xanthydrol ; larutan 10%


Xanthydrol 10 g
Metanol absolut 133 mL
Suspensikan campuran ini dengan mengocoknya secara kuat;
setelah 2 hari; saring dengan menggunakan kertas saring
kering ke dalam botol kuning bermulut kecil (bertutup).
Catatan: Xanthydrol dapat dibeli dari Eastmann Kodak Co.

ZIMMERMANN-REINHARDT ; pereaksi
(Untuk penetapan besi.)
A MnSO4.4H2O 35 g
Akuades 250 mL

80
B H2SO4 pekat 62,5 mL
H3PO4 85% 62,5 mL
Tuangkan secara perlahan campuran B ke dalam larutan A,
kemudian encerkan sampai volum larutan 500 mL.

Zirkonil nitrat ; pereaksi


(Untuk uji-fluorida.)
A Zirkonil nitrat, {ZrO(NO3)2.2H2O} 0,1 g
HCl pekat 20 mL
B Akuades
Encerkan larutan A dengan akuades sampai volum akhir 100 mL

Zirkonil nitrat ; pereaksi


(Untuk pemisahan fosfat.)
A Zirkonil nitrat, {ZrO(NO3)2.2H2O} p.a. 0,1 g
B HNO3 pekat 6,2 mL
Akuades
Alirkan dulu asam ke dalam 70 mL akuades pada
gelas kimia 250 mL; kemudian encerkan sampai volum
larutan menjadi 100 mL
Panaskan larutan B; kemudian larutkan garam sambil diaduk
dan dipanaskan sampai mendidih. Tutup dengan dengan kaca
arloji; biarkan selama 24 jam. Setelah itu, ambil larutan
jenihnya.



81
Ada satu kelompok senyawa yang memiliki sifat khas yakni
warnanya dapat berubah oleh perubahan pH larutannya. Sifat inilah
yang barangkali mendorong penamaan kelompok zat tersebut sebagai
indikator. Umumnya kelompok senyawa tersebut tergolong senyawa
organik.
Sumber indikator alam, umumnya berasal dari tumbuhan (akar,
daun, bunga, buah, atau biji) dan dapat dibuat melalui ekstraksi dengan
pelarutnya yang sesuai. Selain indikator alam, kini dikenal juga indikator
sintetis (dibuat secara sintetik) terutama golongan sulfonftalein dan
ftalein. Bahkan indikator sintetis lebih unggul dari indikator alam karena
mampu memberikan perubahan warna yang lebih jelas (cemerlang).
Suatu indikator memiliki kepekaan terhadap perubahan pH
larutan; ada juga kelompok indikator yang peka terhadap konsentrasi
ion-ion logam tertentu seperti ion Mg2+, ion Ca2+, ion Cu2+. Indikator
terakhir ini sering disebut sebagai indikator metalokromik dan memiliki
peran dalam titrasi kelometrik.
Selama beberapa dasa warsa tertentu, indikator telah
memberikan peran penting dalam menunjang perkembangan kimia
analitik dan bidang ilmu lainnya. Penggunaan indikator dalam suatu
analisis kini mulai berkurang (terdesak) dengan berkembangnya kimia
instrumentasi, namun dalam beberapa hal senyawa ini masih
digunakan dan masih memiliki peran cukup penting dalam beberapa
bidang ilmu.

A. MACAM INDIKATOR
Dari segi fungsinya, dikenal beberapa macam kelompok indikator
di antaranya adalah:

83
(1) Indikator Asam-basa
Contoh: lakmus, fenolftalein, fenol merah, metil jingga, metil merah,
brom-timol biru, brom-kresol hijau, brom-kresol ungu, dsb.
(2) Indikator Redoks
Contoh: metilen biru, difenil-amin, difenil-benzidin, feroin, nitroferoin,
5-metilferoin, asam difenilamin sulfonat, dsb.
(3) Indikator Kulometrik
(Berupa elektroda pembanding-indikator.)
(4) Indikator Kelometrik (indikator metalokromik)
Contoh: Eriochrome Black T, kalmagit, difenil karbazida, difenil
karbazon; natrium nitro-prusida, pirokatekol ungu, dsb.
(5) Indikator Pengendapan (Indikator Adsorpsi)
Contoh: eosin, fluoresin, diklorofluoresin, ortokrom T, ion kromat
(CrO42–), ion ferri (Fe3+), dsb.
(6) Indikator Pendar-fluor (Indikator Fluoresen)
Contoh: eosin, eritrosin, resorufin, kuinin, asam naftol-sulfonat, diazol
kuning-brilian, dsb.

Pemilihan indikator yang akan diterapkan bergantung pada perubahan


pH yang terjadi atau perubahan tertentu yang terlibat akibat dari
perubahan karakteristik/sifat dari pereaksi. Dengan demikian, selain
ketajaman perubahan warna indikator itu sendiri, ketepatan pemilihan
indikator akan sangat menentukan ketelitian dan ketepatan hasil suatu
pengamatan.

B. PEMBUATAN LARUTAN INDIKATOR

Alizarin ; larutan indikator 0,1%


Alizarin 100 mg
Metanol 100 mL
Alizarin kuning R ; larutan indikator 0,1%
Alizarin kuning R 100 mg
Akuades 100 mL
Alizarin merah S ; larutan indikator 1%
Alizarin merah S 1g
Akuades 100 mL

84
Amilum ; larutan indikator
Dapat dibuat melalui 2 cara, yaitu:
Cara 1:
A Amilum (kanji) 2g
HgI2 ; serbuk 0,01 g
Campurkan kedua zat ini dan kemudian buatlah menjadi
pasta dengan sedikit akuades.
B Akuades 1000 mL
Didihkan akuades ini.
Setelah B mendidih, masukkan pasta A ke dalamnya sedikit
demi sedikit sambil diaduk; dan teruskan pendidihan selama
beberapa menit. Larutan akan jernih bila amilum yang
digunakan tergolong mudah larut; jika tidak jernih, biarkan
semalam, dan kemudian pindahkan lapisan jernihnya ke botol
kaca bertutup.
Cara 2:
A NaCl ; larutan jenuh (saring dulu) 500 mL
Asam asetat glasial 80 mL
Akuades 20 mL
Campurkan ketiga bahan ini di dalam gelas kimia 1 L.
B Amilum 3g
Masukkan B sambil diaduk ke dalam campuran A; tutup gelas
kimia dengan piring keramik lalu panaskan dengan api sedang
sampai mendidih, dan teruskan pendidihan selama 2 menit.
Simpan dalam botol kaca bertutup.
Catatan: Larutan ini dapat bertahan lama.

Benzopurpurin 48 ; larutan indikator 0,1%


Benzopurpurin 48 100 mg
Akuades 100 mL

Besi(III)-amonium-sulfat ; larutan jenuh


Besi(III)-amonium-sulfat p.a.
HNO3 1 M 100 mL
Larutkan garam ke dalam HNO3 1 M sampai diperoleh larutan
jenuhnya.

85
Brilian-kuning ; larutan indikator 0,1%
Brillian-kuning 100 mg
Akuades 100 mL

Bromofenol biru ; larutan indikator 0,04%


A Bromofenol biru 100 mg
NaOH 0,01 M 14,9 mL
B Akuades 235,1 mL
Homogenkan dulu campuran A (sampai membentuk larutan);
kemudian encerkan dengan B.

Bromofenol merah ; larutan indikator 0,04%


A Bromofenol merah 100 mg
NaOH 0,01 M 19,5 mL
B Akuades 230,5 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian encerkan dengan B.

Bromokresol hijau ; larutan indikator 0,04%


A Bromokresol hijau 100 mg
NaOH 0,01 M 14,3 mL
B Akuades 235,7 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian encerkan dengan B.

Bromokresol merah-lembayung ; larutan indikator 0,04%


A Bromokresol ML 100 mg
NaOH 0,01 M 18,5 mL
B Akuades 231,5 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian encerkan dengan B.

Bromopirogalol merah ; larutan indikator


A. Bromopirogalol merah 0,05 g
B Etanol absolut 50 mL
Akuades 50 mL
Masukkan A ke dalam larutan B (larutan etanol 50%)
Keterangan: Titik akhir dari merah ke biru.

86
Bromotimol biru ; larutan indikator 0,04%
A Bromotimol biru 100 mg
NaOH 0,01 M 16 mL
B Akuades 234 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian encerkan dengan B.

Curcumin ; larutan indikator 0,1%


Curcumin 100 mg
Etanol 100 mL

Difenilamin sulfonat ; larutan indikator


A Ba-difenilamin sulfonat 320 mg
Akuades 100 mL
B Na2SO4 500 mg
Tambahkan B ke dalam larutan A; saring agar endapan BaSO4
dapat dipisahkan.

Difenilkarbazida
A Difenilkarbazid 0,2 mg
B Asam asetat glasial 10 mL
C Etanol 95%
Larutkan A ke dalam B, kemudian encerkan dengan C sampai
volum larutan menjadi 100 mL.

Difenilkarbazon ; larutan indikator 0,2%


Difenilkarbazon 200 mg
Etanol 100 mL
(Kemas larutan indikator ini di dalam botol berwarna kuning,
dan simpan di tempat dingin; kesegarannya berumur 1 bulan.)

2,6-Diklorofenol-indifenol ; larutan indikator 0,05%


Garam Na dari indikator 104 mg
NaHCO3 84 mg
Akuades 200 mL
Tuangkan akuades pada kedua garam sambil diaduk. Bila
perlu saring, dan simpan di tempat dingin.

87
Diklorofluoresin ; larutan indikator
Diklorofluoresin 100 mg
Etanol 70% 100 mL
Atau:
Garam Na-diklorofluoresin 100 mg
Etanol 70% 100 mL

p-Dimetilaminoazobenzen ; larutan indikator 0,1%


A p-Dimetilaminoazobenzen 100 mg
Etanol 90 mL
B Akuades 10 mL
Buat dulu campuran A menjadi larutan, dan kemudian
tambahkan B.

2-(p-Dimetilaminofenilazo)-piridin ; larutan indikator 0,1%


2-(p-Dimetilaminofenilazo)-piridin 100 mg
Etanol 100 mL

m-Dinitrobenzoilen urea ; larutan indikator


A m-Dinitrobenzoilen urea 25 g
NaOH 1 M 115 mL
B Akuades; mendidih 50 mL
C NaCl 292 mg
Akuades 100 mL
Buat dulu campuran A secara homogen; tuangkan B, dan
aduk; kemudian tambahkan ke dalamnya larutan C.

2,4-Dinitrofenol ; larutan indikator


2,4-Dinitrofenol
Akuades 100 mL
Larutkan indikator ke dalam akuades ini sampai diperoleh
larutan jenuhnya.

Eriokrom hitam T ; larutan indikator.


Eriokrom hitam T 0,5 g
Alkohol 100 mL
Larutan indikator ini dapat disimpan 6-8 minggu; setelah
itu jangan dipakai lagi.

88
Pilihan lain adalah dalam sediaan serbuk (dapat disimpan lama);
dibuat sebagai berikut.
Eriokrom hitam T 0,5 g
NaCl p.a. 10 g
Hidroksilamin hidroklorida p.a. 10 g
Campur dan gerus ketiga padatan semerata mungkin.
Catatan: gunakan 0,25 g serbuk indikator per titrasi.

Eritrosin ; larutan indikator 0,1%


Garam Na2-eritrosin 100 mg
Akuades 100 mL

Etil-bis(2,4-dimetilfenil)asetat ; larutan indikator


Etil-bis(2,4-dimetilfenil)asetat
Aseton-alkohol 50% (*)
Larutan indikator ini merupakan larutan jenuhnya dalam
aseton-alkohol 50%.
(*) Perbandingan volum 1 : 1

Etil jingga ; larutan indikator 0,1%


A Etil jingga 100 mg
B Akuades 90 mL
Etanol 10 mL
Larutkan A ke dalam larutan B.

Etil merah ; larutan indikator 0,1%


A Etil merah 100 mg
Metanol 50 mL
B Akuades 50 mL
Homogenkan dulu campuran A, dan kemudian tambahkan B
ke dalamnya.

Etil ungu ; larutan indikator 0,1%


A Etil ungu 100 mg
Metanol 50 mL
B Akuades 50 mL
Homogenkan dulu campuran A, dan kemudian tambahkan B
ke dalamnya.

89
4-Fenilazodifenilamin ; larutan indikator 0,01%
A 4-Fenilazodifenilamin 10 mg
HCl 1M 1 mL
B Etanol 50 mL
C Akuades 49 mL
Buat dulu larutan A, dan kemudian secara berurutan tambah-
kan B dan C ke dalamnya.

4-Fenilazo-1-naftilamin ; larutan indikator 0,1%


4-Fenilazo-1-naftilamin 100 mg
Etanol 100 mL

Fenol merah ; larutan indikator 0,04%


A Fenol merah* 100 mg
NaOH 0,01 M 28,2 mL
B Akuades 221,8 mL
Homogenkan dulu campuran A, dan selanjutnya tambahkan B
ke dalamnya.
* disebut juga: fenolsulfonftalein.

Fenolftalein ; larutan indikator 0,05%


A Fenolftalein 100 mg
Etanol 100 mL
B Akuades 100 mL
Homogenkan dulu campuran A, kemudian tambahkan B ke
dalamnya; dan saring jika perlu.

Fenolsulfonftalein ; larutan indikator. (Lihat: Fenol merah.)

Feroin* ; larutan indikator


A 1,10-fenantrolina hidrat
B besi(II)sulfat 0,02 M**
A dilarutkan ke dalam B (harus dihitung secara stoikiometris).
*kompleks besi(II)-1,10-fenantrolina; atau ferrofenantrolin.
**harus bebas asam.

Feroin-sulfat ; larutan indikator 1,5%


(Lihat: Ferrofenantrolin-ion ; larutan indikator 1,5%).

90
Ferric-alum ; larutan indikator
A FeNH4(SO4)2.12H2O 70 mg
Akuades; 50 C 200 mL
Setelah terbentuk larutan; dinginkan ; dan saring.
B HNO3 6 N 50 mL
Encerkan larutan A dengan larutan B sampai volum akhir
larutan 250 mL.

Ferrofenantrolin ion ; larutan indikator 1,5%


A o-Fenantrolin 1,5 g
B FeSO4.7H2O 700 mg
Akuades 100 mL
Buat dulu larutan B, lalu masukkan A, dan aduk sampai
melarut.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 4,3)


A Bromokresol hijau; garam Na-nya 0,05 g
Akuades 50 mL
B Metil jingga 0,1 g
Akuades 50 mL
Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1).
Keterangan: berubah warna pada pH 4,3 dari jingga menjadi biru-kehijauan.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 6,1)


A Bromokresol hijau; garam Na-nya 0,05 g
Akuades 50 mL
B Klorofenol merah 0,05 g
Akuades 50 mL
Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1).
Keterangan:
Berubah warna pada pH 6,1 dari hijau-pucat menjadi ungu-kebiruan.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 7,2)


A Bromotimol biru 0,05 g
Etanol 50 mL
B Klorofenol merah 0,05 g
Etanol 50 mL
Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1).
Keterangan: Berubah warna pada pH 7,2 dari merah-muda menjadi hijau.

91
Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 7,5)
A Bromotimol biru 0,05 g
Akuades 50 mL
B Klorofenol merah 0,05 g
Akuades 50 mL
Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1).
Keterangan: Berubah warna pada pH 7,5 dari kuning menjadi ungu.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 8,3)


A Timol biru; sebagai garam Na-nya 0,1 g
Akuades 100 mL
B Kresol merah; sebagai garam Na-nya 30 mg
Akuades 30 mL
Campurkan 90 mL A dan 30 mL B (3 : 1).
Keterangan: Berubah warna pada pH 8,3 dari kuning menjadi ungu.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 8,9)


A Fenolftalein 0,1 g
Etanol 100 mL
B 1-Naftalein 0,03 g
Etanol 30 mL
Campurkan 90 mL A dan 30 mL B (3 : 1).
Keterangan:
Berubah warna pada pH 8,9, dari merah muda pucat menjadi ungu.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 9,0)


A Timol biru 0,03 g
Etanol 50% 30 mL
B Fenolftalein 0,1 g
Etanol 50% 100 mL
Campurkan 30 mL A dan 90 mL B (1 : 3).
Keterangan: berubah warna pada pH 9,0 dari kuning menjadi ungu.

Indikator campuran ; larutan indikator (perubahan pada pH 9,9)


A Timolftalein 0,05 g
Etanol 50% 50 mL
B Fenolftalein 0,05 g
Akuades 50 mL
Campurkan 50 mL A dan 50 mL B (1 : 1).
Keterangan: Berubah warna pada pH 9,9 dari tak-berwarna menjadi ungu.

92
5,5-Indigodisulfonat-asam ; larutan indikator 0,1%
Garam dinatrium-indigodisulfonat 100 mg
Akuades 100 mL

Jingga IV ; larutan indikator 0,01%


Jingga IV 10 mg
Akuades 100 mL

Kalium kromat ; larutan indikator 5%


K2CrO4 p.a. 5 g
Akuades 100 mL
Catatan: Pemakaian per mL untuk 50-100 mL larutan uji.

Kalium kromat-dikromat ; larutan indikator


A K2CrO4 p.a. 4,2 g
K2Cr2O7 p.a. 0,7 g
B Akuades 100 mL
Masukkan A ke B, dan aduk sampai seluruhnya melarut.
Catatan: Merupakan pilihan indikator yang lebih baik untuk metoda Mohr.

Kalmagit ; larutan indikator 0,05%


Kalmagit 0,5 g
Akuades 100 mL
Catatan:
Perubahan warnanya lebih jelas dan lebih tajam dari indikator Solokrom-
Hitam; dan keuntungannya, larutan indikator ini stabil selama paling sedikit
12 bulan bila disimpan dalam botol politena dan tak terkena cahaya.

Kalsikrom* ; larutan indikator


A Kalsikrom 0,5 g
NaOH 0,1 M
Di dalam lumpang bersih, kalsikrom sambil ditetesi
NaOH 0,1 M sehingga membentuk pasta.
B Akuades
Pindahkan dulu pasta ke dalam botol reagen 600 mL; encerkan
dengan akuades sampai volum 500 mL.
*Asam siklotris-7-(1-azo-8-hidroksinaftalena-3,6-disulfonat).
Catatan: Bekerja baik untuk titrasi CDTA.

Kanji ; larutan indikator. (Lihat: Amilum; larutan indikator.)

93
Katekol violet ; larutan Indikator
Katekol violet 0,1 g
Akuades 100 mL
Keterangan:
Indikator ini dalam air berwarna kuning dan bersifat indikator asam-basa;
berwarna merah (pH1,5); merah (pH 2-6); violet (pH=7); biru (pH10).

Klorofenol-merah ; larutan indikator 0,04%


A Klorofenol merah 100 mg
NaOH 0,01 M 23,5 mL
B Akuades 226,5 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian tambahkan B ke dalamnya.

Komplekson timolftalein* ; bubuk indikator


Komplekson timolftalein 1 g
KNO3 100 g
Kedua zat dicampur dan digerus semerata mungkin.
*Asam timolftalein di(metil-iminadiasetat).

Kongo merah ; larutan indikator 0,5%


A Kongo merah 500 mg
Etanol 10 mL
B Akuades 90 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian tambahkan B ke dalamnya.

Kresol merah* ; larutan indikator 0,04%


A Kresol merah 100 mg
NaOH 0,01 M 26,2 mL
B Akuades 223,8 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
lalu tambahkan B ke dalamnya.
*nama lain: o-kresolsulfonftalein.

o-Kresolftalein ; larutan indikator 0,04%


o-Kresolftalein 40 mg
Etanol 10 mL

94
m-Kresolsulfonftalein ; larutan indikator
(Lihat: Metakresol Merah-lembayung ; larutan indikator.)

o-Kresolsulfonftalein ; larutan indikator


(Lihat: Kresol Merah; larutan indikator.)

Kristal ungu ; larutan indikator 0,02%


Kristal ungu 20 mg
Akuades 100 mL

Kuinaldin merah ; larutan indikator 1%


Kuinaldin merah 1 g
Etanol 100 mL

Lakmoid ; larutan indikator 0,2%


Lakmoid 200 mg
Etanol 100 mL
Lakmus ; larutan indikator 1%
Lakmus 1 g
Akuades 100 mL

Malasit hijau ; larutan indikator 1%


Malasit hijau 1 g
Akuades 100 mL

Merah netral ; larutan indikator 0,01%


A Merah netral 10 mg
Etanol 50 mL
B Akuades 50 mL
Homogenkan dulu campuran A (sampai membentuk larutan),
baru kemudian tambahkan B ke dalamnya.

Metakresol merah-lembayung* ; larutan indikator 0,04%


A Metakresol ML* 100 mg
NaOH 0,01 M 26,2 mL
B Akuades 223,8 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian tambahkan B ke dalamnya.
*nama lain: m-kresolsulfonftalein.

95
Metanil kuning ; larutan indikator 0,01%
Metanil kuning 10 mg
Akuades 100 mL

Metil biru ; larutan indikator 0,02%


Metil biru 20 mg
Akuades 100 mL

Metil hijau ; larutan indikator 0,1%


Metil hijau 100 mg
Akuades 100 mL

Metil jingga ; larutan indikator 0,01%


Metil jingga 10 mg
Akuades 100 mL
Catatan: Saring jika perlu.

Metil jingga ; larutan indikator (modifikasi)


Metil jingga 500 mg
Xylensianol FF 700 mg
Etanol 50% dalam air 250 mL

Metil merah ; larutan indikator 0,02%


A Metil merah 50 mg
Etanol 150 mL
B Akuades 100 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
baru kemudian tambahkan B ke dalamnya.

Metil merah ; larutan indikator (modifikasi)


Metil merah 250 mg
Xylensianol FF 625 mg
Etanol 90% dalam air 500 mL
Atau :
Metil merah 625 mg
Metil biru 412,5 mg
Etanol 90% dalam air 500 mL

96
Metil merah-metil biru ; larutan campuran indikator
Metil merah ; larutan 0,02% 125 mL
Metil biru ; larutan 0,01% 125 mL
Catatan:
Pada pH 5,2: larutan campuran-indikator berwarna merah;
pada pH 5,4: tak berwarna; dan pada pH 5,6: berwarna hijau.)

MO ; larutan indikator. (Lihat: Metil jingga ; larutan indikator.)

MR ; larutan indikator. (Lihat: Metil merah ; larutan indikator.)

Metil Timol biru KNO3 ; larutan indikator


Metil timol biru-jingga 20 mg
KNO3 p.a. 20 mg
Akuades 100 mL

Metil ungu ; larutan indikator


Metil ungu 40 mg
Akuades 100 mL

Mureksida-campuran ; bubuk indikator


Mureksida (C.I. 560865 0,2 g
Naftol B hijau 0,5 g
NaCl murni 100 g
Ketiga zat dicampur dan digerus sampai semerata mungkin.
Keterangan: pemakaian 0,2 g campuran per titrasi.

p-Naftolbenzen ; larutan indikator


A p-Naftolbenzen 1 g
B NaOH 0,1 M 10 mL
Akuades 90 mL
Larutkan A ke dalam larutan B.

m-Nitrofenol ; larutan indikator 0,1%


m-Nitrofenol 100 mg
Akuades 100 mL

p-Nitrofenol ; larutan indikator 0,1%


p-Nitrofenol 100 mg
Akuades 100 mL

97
Parametil merah ; larutan indikator 0,1%
Parametil merah 100 mg
Etanol 100 mL

Patton dan Reeder* ; bubuk indikator


A HHSNNA* 2 g
B Natrium sulfat p.a. 200 g
A dan B dicampur dan digerus sampai semerata mungkin.
*asam 2-hidroksil-1-(2-hidroksi-4-sulfat-1-naftilazo)-3-naftoat;
biasa disingkat: HHSNNA
Keterangan:
Pemakaian: 1 g per titrasi; dan tidak stabil dalam larutan bersuasana basa.

Pirokatekol violet ; Larutan Indikator


(Lihat: Katekol violet ; Larutan Indikator.)

Propil merah ; larutan indikator 0,1%


Propil merah 100 mg
Etanol 100 mL

Resazurin ; larutan indikator 0,1%


Resazurin 100 mg
Akuades 100 mL

Solokrom biru-tua* ; larutan indikator


Solokrom biru-tua 0,2 g
Metanol 50 mL
* Na-1-(2-hidroksi-1-naftilazo)-2-nafto-4-sulfonat;
Erikrom RC-Hitam; atau Kalkon.

Solokrom-hitam* ; larutan indikator


Xilenol jingga 20 mg
KNO3 p.a. 20 mg
Akuades 100 mL
Catatan:
Dalam larutan bersuasana asam, indikator cenderung berpolimerisasi
menjadi zat yang berwarna coklat-merah (indikator tersebut tidak baik
digunakan untuk larutan yang bersuasana asam).
pH :  5 7-11 11
Warna indikator : merah biru Jingga-kekuningan
*nama lain: Na-1(1-hidroksi-2-naftilazo)-6-nitro-2-naftol-4-sulfonat(II)

98
Sulfon F hitam permanen ; larutan indikator
Sulfon F hitam* 0,2 g
Akuades 100 mL
*garam Na dari asam 1-hidroksi-8-(2-hidroksinaftilazo)-
2-(sulfonaftilazo)-3,6-disulfonat.

Tetrabromofenolftaleinetil ester ; larutan indikator 0,1%


Tetrabromofenolftalinetil ester 100 mg
Etanol 100 mL

Timol biru ; larutan indikator 0,04%


A Timol biru 100 mg
NaOH 0,01 M 21,5 mL
B Akuades 228,5 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian baru tambahkan B ke dalamnya.

Timolftalein ; larutan indikator 0,04%


A Timolftalein 40 mg
Etanol 50 mL
B Akuades 50 mL
Homogenkan dulu campuran A sampai membentuk larutan,
kemudian tambahkan B.

4-o-Tolilazo-o-toluidin ; larutan indikator 0,01%


4-o-Tolilazo-o-toluidin 10 mg
Akuades 100 mL

1,3,5-Trinitrobenzen ; larutan indikator 0,04%


1,3,5-Trinitrobenzen 40 mg
Etanol 100 mL

2,4,6-Trinitrotoluen ; larutan indikator 0,04%


2,4,6-Trinitrotoluen 40 mg
Etanol 100 mL

99
Universal ; larutan indikator campuran (perubahan per 2 satuan pH)
A Etanol absolut 500 mL
(dalam botol reagen bertutup)
B Fenolftalein 0,1 g
Metil merah 0,2 g
Metil kuning 0,3 g
Bromotimol biru 0,4 g
Timol biru 0,5 g
Masukkan padatan indikator satu per satu ke dalam botol
berisi A; tutup; dan homogenkan sampai semua indikator
melarut. Beri label pada botolnya.
Keterangan:
Perubahan warna indikator universal ini adalah:
pH 2 pH 4 pH 6 pH 8 pH 10
merah jingga kuning hijau biru

Universal ; larutan indikator campuran (perubahan per 1 satuan pH)


A Etanol 660 mL
Akuades 340 g
Tempatkan larutan etanol 66% ini dalam botol reagen
berwarna.
B Metil jingga 0,05 g
Metil merah 0,15 g
Bromotimol biru 0,30 g
Fenolftalein 0,35 g
Masukkan padatan indikator satu per satu ke dalam botol
berisi A; tutup; dan homogenkan sampai semua indikator
melarut. Beri label pada botolnya.
Keterangan:
Perubahan warna indikator universal ini adalah:
pH 3 pH 4 pH5 pH 6 pH 7
merah merah-jingga jingga kuning hijau-kekuningan

pH 8 pH 9 pH 10 pH 11
biru-kehijauan biru violet violet-kemerahan

Viriamina biru ; larutan Indikator


Viriamina biru (C.I. 37255) 1 g
Akuades 100 mL

100
Xilenol jingga ; larutan indikator
A Xilenol jingga 0,2 g
Trietanolamina 15 mL
B Etanol absolut 5 mL
Homogenkan dulu campuran A, dan selanjutnya encerkan
dengan menambahkan B.
Catatan:
• Indikator ini hanya stabil dalam beberapa bulan.
• Larutan 0,4% dari zat warna murninya dalam metanol dapat digunakan
dengan baik selama paling sedikit 1 bulan

Zinkon ; larutan indikator


A Zinkon 0,065 g
NaOH 0,1 M 2 mL
B Akuades
Larutkan zinkon ke dalam NaOH 0,1 M kemudian encerkan
dengan akuades sampai volum akhir menjadi 100 mL



101
A. TEKNIK BIOKIMIA DALAM HISTOLOGI
Salah satu cabang Anatomi yang mempelajari bentuk atau
struktur jaringan makhluk hidup adalah Histologi. Ilmu yang
menggabungkan teknik-teknik biokimia dan histologi untuk mempelajari
struktur jaringan dan sel disebut Histokimia. Salah satu tahap dalam
melakukan studi melalui histokimia adalah membuat dan
mempersiapkan sediaan kimia untuk preparat biologis.
Pada bab ini, sebagian sediaan kimia dalam histokimia diadaptasi dari
Buku berjudul Metoda Pewarnaan.

B. PEMBUATAN LARUTAN PREPARAT BIOLOGIS

Alcian biru 0,1% ; larutan pewarna


Alcian biru 100 mg
Asam asetat glasial 3 mL
Akuades 97 mL
Larutkan dulu alcian biru ke dalam asam, dan baru kemudian
ditambahkan dengan akuades.
Atau:
Alcian biru (Michrome No.24 ) 100 mg
Etanol 95% 100 mL

Aldehida kuning ; larutan pewarna


Metanil kuning 250 mg
Asam asetat glasial 2 tetes
Akuades 100 mL
Tambahkan dulu asam ke dalam akuades kemudian terakhir dengan
zat warna.

102
Alizarin 10% ; larutan pewarna
Alizarin 10 g
Akuades 100 mL

Altmann ; larutan fiksatif


A Asam osmat 1 g
Akuades 50 mL
(Diperoleh: asam osmat 2%.)
B Kalium dikromat 2,5 g
Akuades 50 mL
(Diperoleh: kalium kromat 5%.)
Campurkan A dan B di dalam sebuah botol, tutup, dan kocok
agar homogen.

Amonium bromida-formalin ; larutan pereaksi


Amonium bromida 2 g
Akuades 85 mL
Formalin 15 mL
Larutkan amonium bromida pada akuades, dan selanjutnya
ditambahi dengan formalin.

Anilin-alkohol ; larutan
Anilin 0,5 mL
Alkohol 95% 500 mL
Kocok campuran dengan kuat.

Anilin biru-asetat ; larutan pewarna


A Anilin biru 0,5 g
Jingga G 2 g
Asam asetat glasial 8 mL
B Akuades 100 mL
Buat dulu campuran A dalam bentuk larutan di dalam botol
pereaksi, kemudian tambahkan B.

Anilin biru-jingga G ; larutan pewarna


A Anilin biru 0,5 g
Jingga G 2 g

103
B Asam fosfomolibdat(*) 1 g
Akuades 100 mL
Diperoleh: larutan asam fosfomolibdat 1%.
Larutkan A ke dalam larutan B.
(*) H3PMo12O40.14H2O

Anilin-Fuchsin asam ; larutan pewarna.


A Anilin 2 mL
Akuades 40 mL
B Fuchsin-asam 8 g
Campurkan dulu bahan A dalam botol pereaksi 50 mL; kocok
selama 2 menit; diamkan, dan kocok lagi setelah 24 jam; lalu;
kemudian saring campuran ini. Selanjutnya tambahkan B ke
dalamnya, dan kocok secara teratur dengan interval beberapa
jam.

Anilin-kristal ungu ; larutan pewarna (EHRLICH)


A Anilin 2 mL
Akuades 100 mL
B Kristal ungu 1,2 g
Etanol 95% 12 mL
Buat dulu campuran A sehomogen mungkin; selanjutnya
tuangkan campuran ini ke dalam larutan B; aduk agar campuran
menjadi homogen. Setelah disimpan selama 2 minggu, baru
larutan ini dapat digunakan.

Asam Hematin ; larutan pewarna


A Hematoksilin 50 g
KIO3* 0,5 g
Akuades 50 mL
B Asam asetat glasial 1 mL
Masaklah A sampai campurannya homogen. Segera dinginkan,
dan kemudian tambahkan B.
Catatan: Larutan ini harus disiapkan segar.
Keterangan: *dapat digunakan KIO3 1% sebanyak 1 mL.

Asam kromat 1% ; larutan fiksatif


Asam kromat* 1g
Akuades 100 mL

104
Asam kromat 10% ; larutan fiksatif
Asam kromat* 10 g
Akuades 100 mL
Keterangan:
*asam ini merupakan asam hipotetis dengan rumus kimia H 2CrO4; nama
lainnya adalah krom trioksida, CrO3 yang mudah larut dalam air, dan
bersifat dapat mengendapkan nukleoprotein.

Asam pikrat jenuh ; larutan fiksatif


Asam pikrat* 1 g
Alkohol 95% 100 mL
Isikan dulu ke dalam gelas kimia 200 mL sebanyak 100 mL
alkohol 95%; baru kemudian tambahkan asam pikrat sampai
diperoleh larutan jenuhnya.
Keterangan:
*nama lain: 2,4,6-trinitrofenol, HOC6H2(NO2)3; kristal kuning beracun
dan mudah meledak.

Aseto-orcein ; larutan pewarna


A Orcein 1 g
Asam asetat glasial 45 mL
B Akuades 55 mL
Buat dulu larutan A dengan melarutkan orcein ke dalam asam
asetat glasial panas. Setelah larut, dinginkan larutan, dan
kemudian tambahkan B sambil diaduk hingga homogen.
(Larutan dapat segera digunakan.)

Azokarmin ; larutan pewarna


A Azocarmine B 0,5 g
Akuades 100 mL
B Asam asetat glasial 1 mL
Larutkan azocarmin ke dalam akuades (bila perlu bantu dengan
pemanasan kecil). Dinginkan dan saring campuran ini;
kemudian tambahkan B pada filtratnya.

Best-carmine ; larutan pewarna (larutan baku)


A Carmine 2 g
Kalium karbonat, K2CO3 1 g
Kalium klorida, KCl 5 g
Akuades 100 mL

105
B NH4OH pekat 20 mL
Masukkan semua bahan A di dalam gelas kimia 250 mL dan
dimasak jadi satu selama 5 menit. Dinginkan; kemudian
tambahkan B, dan aduk agar bercampur merata. Pindahkan
campuran ke dalam botol reagen berwarna gelap, dan
simpanlah di kulkas.

Bismarck-cokelat ; larutan pewarna


A FeCl3 500 mg
Etanol 70% 100 mL
B Bismarck Cokelat 1,5 mL
Larutkan B ke dalam larutan A; diamkan dulu selama 1 malam,
baru kemudian disaring.

BOUIN ; larutan fiksatif


Asam pikrat jenuh (dalam akuades) 75 mL
Formaldehid 40% (formalin) 25 mL
Asam asetat glasial 5 mL
Masukkan bahan di dalam botol pereaksi 200 mL kemudian
kocok sehingga bercampur merata.

BOUIN-alkohol. (Lihat: BOUIN-DUBOSCQ; larutan fiksatif.)

BOUIN-DUBOSCQ ; larutan fiksatif


A Asam pikrat jenuh (dalam akuades) 13 mL
Formaldehid 40% 30 mL
Asam asetat glasial 7 mL
B Alkohol absolut 50 mL
C Akuades 15 mL
Buat dulu pencampuran bahan A secara homogen di dalam
botol pereaksi 150 mL. Lalu tambahkan B, kocok agar merata,
dan terakhir tambahkan C.

CARNOY ; larutan fiksatif


Alkohol absolut 60 mL
Kloroform, CHCl3 30 mL
Asam asetat glasial 10 mL
Masukkan bahan secara berurutan di dalam botol pereaksi 100
mL kemudian kocok sehingga bercampur merata.

106
Celestin biru ; larutan pewarna
Celestin biru (C.I. no. 900) 0,25 g
Besi-alum 2,50 g
Akuades 50 mL
Gliserol 7 mL
Larutkan besi-alum dalam akuades, kemudian didihkan selama
3 menit. Saring campuran, dan setelah dingin tambahkan
gliserol ke dalam filtratnya.

Colchicin 0,5% ; larutan pereaksi


Colchicin* 0,5 mL
Bufer fosfat pH 7** 100 mL
Keterangan: (*) rumus kimia: C22H25NO6; (**) Pembuatan bufer ini, lihat Bab 8.

DIETRICH ; larutan fiksatif


A Alkkohol 95% 30 mL
Formalin 12 mL
Asam asetat glasial 2 mL
B Akuades 60 mL
Campurkan bahan A ke dalam botol pereaksi 150 mL, baru
kemudian tambahkan akuades, dan kocok agar homogen.

Digitonin ; larutan pewarna 0,5%


Digitonin 0,5 g
Alkohol 50% 100 mL

Fast hijau ; larutan pewarna


Fast hijau FCF 3 g
Akuades 100 mL

Feulgen coleman ; larutan pereaksi


A Fuchsin basa 1 g
Akuades 200 mL
B Natrium metabisulfit 2 g
C HCl 1 M 10 mL
D Norit (karbon-aktif) 0,5 g
Didihkan akuades; angkat dari api, dan tambahkan fuchsin basa. Aduk
sampai fuchsin melarut, dinginkan dan saring. Ke dalam filtrat ini
tambahkan B dan C; biarkan memutih selama 24 jam. Lalu tambahkan
D; kocok selama 1 menit, dan saring. Pindahkan filtratnya (harus tak
berwarna) ke dalam botol pereaksi, dan simpan dalam kulkas.

107
Floksin B ; larutan pewarna 0,5%
Floksin B 0,5 g
Akuades 100 mL

Formaldehid 10%; larutan fiksatif


Formalin (formaldehid 40%) 10 mL
Akuades 90 mL

Fosfat-azo alkalin ; larutan pewarna


A Natrium naftilfosfat 10 g
Akuades; dingin (10 C) 5 mL
B Natrium perborat (*) ; larutan 2 mL
MgCl2 10% 10 tetes
Akuades; dingin (10 C) 40 mL
C Diazo biru B-tetraazotized-o-dianisidin 30 mg
Buat dulu larutan A dan larutan B secara terpisah; kemudian
campurkan kedua larutan ini secara homogen; dan terakhir
tambahkan C.
(*) Nama lainnya adalah natrium metaborat peroksihidrat, NaBO2.H2O2.3H2O.

Fuchsin-aldehid ; larutan pewarna


A Fuchsin-basa 500 mg
Alkohol 70% 100 mL
B Paraldehid (*) 1 mL
HCl pekat 1 mL
Tambahkan B secara berurutan ke dalam larutan A; aduk
sebentar, dan diamkan selama 24 jam pada temperatur kamar.
(Timbulnya warna ungu gelap menandakan larutan pewarna
dapat digunakan.)
(*) nama lainnya adalah: para-asetaldehid.

Fuchsin-asam ; larutan pewarna 0,5%


Fuchsin-asam* 500 mg
Akuades 100 mL
Keterangan: *rumus kimia, C20H17N3Na2O9S3.

Gallego ; larutan pewarna


Disiapkan dalam 2 bentuk:

108
Larutan Gallego No. 1:
Akuades 10 mL
HNO3 pekat 1 tetes
FeCl3 10% 1 tetes
Formalin 2 tetes
Larutkan pereaksi secara berurutan ke dalam akuades.
Larutan Gallego No. 2:
Akuades 10 mL
Asam asetat 1 tetes
Karbol-fuchsin 15 tetes
Larutkan pereaksi secara berurutan ke dalam akuades.

Gallosianin ; larutan pewarna


A Gallocyanin 3 g
B Akuades 200 mL
Krom-alum 10 g
Buatlah larutan B dengan cara melarutkan krom-alum dalam
akuades. Tambahkan A ke dalam B. Aduklah campuran ini
sambil dipanaskan perlahan dengan api sedang selama 5-10
menit. Segera dinginkan pada suhu kamar. Saring dengan
kertas saring, lalu masukkan kertas saring beserta isinya ke
dalam botol 300 mL; tambahkan akuades sampai volum menjadi
200 mL; kocok perlahan.

Gentiana-ungu ; larutan pewarna 1%


Gentiana ungu 1 g
Akuades 100 mL

Giemsa ; larutan pewarna 3%


Giemsa ; zat warna 3 g
Metanol 100 mL
Catatan:
Larutan ini hanya bertahan 1-2 hari saja; sebaiknya dibuat
pada saat akan digunakan.

Gram-iodin ; larutan pewarna


A KI 2 g
Akuades 20 mL

109
B I2 1 g
Buat campuran sampai homogen (larutan); tambahkan B, dan
kocok sampai melarut; kemudian tambahkan akuades sebanyak
280 mL.

HEIDENHEIN* ; larutan fiksatif


A HgCl2
Akuades 60 mL
Larutkan kristal HgCl2 dalam akuades sampai terbentuk
larutan jenuhnya.
B Formalin (formaldehid 40%) 20 mL
Asam asetat glasial 4 mL
Asam trikloroasetat 2 mL
Masukkan ketiga cairan ini ke dalam botol pereaksi 200
mL; kocok agar homogen.
C Akuades 30 mL
Tuangkan 50 mL larutan jenuh A ke dalam B; kocok agar
bercampur merata. Setelah itu tambahkan dengan C.
Keterangan: * disebut juga Larutan Susa.

HELLY ; larutan fiksatif. (Lihat: Zenker-formol.)

Hemalum HARRIS ; larutan pewarna


A Hematoksilin 500 mg
B Kalium-alum 5 g
Akuades 100 mL
C HgCl2 250 g
Campurkan B sehingga membentuk larutan; masukkan A; aduk
sehingga melarut; terakhir tambahkan C.

Hemalum MAYER ; larutan pewarna


A Hematoksilin 100 mg
Akuades 100 mL
B NaIO3 20 mg
C Kalium-aluminium sulfat 5 g
Masaklah hematoksilin dan 50 mL akuades beberapa menit
kemudian tuangkan campuran ini ke dalam botol 200 mL yang
berisi sisa akuades di atas. Kocok sebentar; kemudian tambah-
kan B dan C; kocok lagi dengan kuat agar bercampur sempurna.

110
Hematoksilin-alum. (Lihat: Hematoksilin CARAZZI.)

Hematoksilin-alum asam. (Lihat: Hematoksilin EHRLICH.)

Hematoksilin CARAZZI* ; larutan pewarna


A Kalium-aluminium sulfat ** 5 g
Akuades 80 mL
Larutkan kalium-alum ke dalam botol 200 mL yang
berisi akuades.
B Hematoksilin 0,1 g
C KIO3, kalium iodat 20 mg
D Gliserin 20 mL
Tambahkan secara berurutan B, C, dan D ke dalam larutan A
sambil dikocok. (Larutan ini akan rusak setelah 2-3 bulan.)
Keterangan:
*disebut juga larutan hematoksilin-alum; **atau amonium-aluminium sulfat.

Hematoksilin DELAFIELD ; larutan pewarna


A Hematoksilin 3,5 g
Alkohol absolut 100 mL
B Amonia-alum 27 g
Akuades 320 mL
C Gliserol 80 mL
Buat campuran A dan campuran B secara terpisah menjadi
homogen (larutan) dulu. Tambahkan C ke dalam larutan B, dan
aduk; kemudian terakhir tambahi dengan larutan A; tutup
dengan rapat, dan kocok sehingga homogen; dan selanjutnya
diperam selama 3 bulan.
Catatan:
Pemeraman larutan dapat dipersingkat dengan menambahkan 5 mL KMnO 4
1% sambil dikocok kuat-kuat, dan kemudian didiamkan selama 1 jam.)

Hematoksilin EHRLICH* ; larutan pewarna


A Hematoksilin 0,67 g
Alkohol absolut** 33 mL
B Akuades 33 mL
C Gliserol 33 mL
D Asam asetat glasial 3,3 mL
E Kalium-aluminium sufat 10 g

111
Campurkan dulu bahan A (hematoksilin dan alkohol absolut) di
dalam botol pereaksi 100 mL sampai hematoksilin melarut.
Setelah terbentuk larutan, tuangkan B, C, dan D ke dalam botol
tersebut; tutup, dan kocok beberapa saat. Setelah itu masukkan
E; tutup, dan kocok lagi campuran dengan kuat agar homogen.
Catatan:
(1) Larutan ini harus mengandung kalium aluminium sulfat berlebih yang
ditunjukkan oleh adanya kristal di dasar botol;
(2) larutan yang telah disimpan dalam waktu lama akan memberikan hasil
yang lebih baik; bahkan akan lebih efektif lagi bila larutan itu telah disimpan
beberapa tahun.
Keterangan:
*disebut juga hematoksilin-alum asam; **dapat juga digunakan etanol 95%.

Hematoksilin-fosfomolibdat ; larutan pewarna


A Hematoksilin 1 g
Akuades 100 mL
B Kloral-hidrat (*) 6 g
C Asam fosfomolibdat 10% (aq) 1 mL
Kocok campuran A sehingga homogen; tambahkan B dan C;
kocok lagi sampai homogen.
(*) Rumus kimianya: CCl3CH(OH)2

Hematoksilin-fosfotungstat ; larutan pewarna


A Hematoksilin 10% (dalam alkohol) 1 mL
B Asam Fosfotungstat 10%(aq) 2 g
Akuades 20 mL
(Diperoleh: Asam Fosfotungstat 10%.)
C Akuades 80 mL
B KMnO4 1%* 5 mL
Ke dalam botol pereaksi, campurkan A dan B, kocok agar
homogen; lalu C, dan kocok lagi sampai homogen. Selanjutnya
peram larutan ini setelah ditambah dengan 5 mL KMnO4 1%.
Keterangan: *dapat juga dengan menambahkan 4 tetes H2O2.

Hematoksilin GOMORI* ; larutan pewarna


A Hematoksilin 500 mg
Akuades 100 mL
B K2Cr2O7 0,1 g
H2SO4 pekat 0,1 g
Krom-alum 1,5 g

112
Homogenkan dulu campuran A, kemudian masukkan B secara
berurutan; setelah itu kocok campuran dengan kuat.
Keterangan: *Hematoksilin-krom.

Hematoksilin HARRIS ; larutan pewarna


A Hematoksilin 1 g
Alkohol absolut 10 mL
B Amonium-alum* 20 g
Akuades 200 mL
C HgO; merkuri oksida 0,5 g
Buat campuran B menjadi homogen (gunakan pemanasan agar
cepat melarut); tuangkan larutan A ke dalamnya dan
secepatnya masak campuran ini; masukkan C sambil diaduk;
kemudian lakukan pendinginan dengan cepat.
Keterangan: *atau dapat kalium-alum.

Hematoksilin HEIDENHEIN ; larutan pewarna


A Kalium-alum 10 g
Akuades 100 mL
(Gunakan pemanasan agar cepat melarut.)
B Hematoksilin 10% 5 mL
(dalam alkohol absolut)
C HgO 250 mg
D Asam asetat glasial 4 mL
Didihkan A bersama B; tambahkan C, aduk, dan angkat dari
pemanasan bila larutan telah berwarna ungu tua; kemudian
dinginkan, dan tambahkan D.

Hematoksilin-krom ; larutan pewarna. (Lihat: Hematoksilin Gomori.)

Hematoksilin-mordan DOBELL ; larutan pewarna


A Besi-alum 1 g
Alkohol 70% 100 mL
(Disebut larutan mordan.)
B Hematoksilin 1 g
Alkohol 70% 100 mL
Simpan dulu larutan ini sekurang-kurangnya 1 bulan
sebelum digunakan (lebih lama lebih baik).
Catatan:

113
Catatan:
Berfungsinya larutan pewarna di atas setelah hematin terbentuk sebagai
hasil oksidasi hematoksilin (misalnya karena penyimpanan yang lama
atau oleh oksidator yang ditambahkan.)

Hematoksilin-mordan REGAUD ; larutan pewarna


A Besi-alum 5 g
Alkohol 70% 100 mL
(Disebut larutan mordan.)
B Hematoksilin 10 g
Alkohol absolut 100 mL
Simpan dulu larutan ini sekurang-kurangnya 1 bulan
sebelum digunakan (lebih lama lebih baik).
C Gliserin 10 mL
Tambahkan gliserin ketika akan digunakan (10 mL gliserin per
100 mL larutan pewarna di atas).
Catatan:
Pewarna ini bekerja sangat lambat bila digunaan pada keadaan dingin; oleh
sebab itu, larutan mordan dan larutan pewarna, keduanya dipanaskan dulu
pada sekitar 500C sebelum digunakan.

Hematoksilin PAPAMILTIADES ; larutan pewarna


A Hematoksilin 2,5 g
Alkohol absolut 25 mL
B Amonium-alum (atau kalium-alum) 50 g
Akuades 25 mL
Larutkan amonium-alum pada akuades.
(Gunakan pemanasan agar garam cepat melarut.)
C HgO 2,5 g
D Akuades 500 mL
Tuangkan larutan A ke dalam larutan B; lalu didihkan secepat
mungkin. Setelah mendidih; angkat, dan tambahkan C sedikit
demi sedikit sambil diaduk perlahan (segera larutan berubah
menjadi berwarna merah darah). Kemudian tuangkan larutan
merah darah ini ke dalam tempat yang telah diisi 500 mL
akuades.

Hematoksilin WEIGERT ; larutan pewarna


A Hematoksilin 1 g
Alkohol 95% 100 mL

114
B Akuades 95 mL
HCl (*) 1 mL
FeCl3 29% (dalam akuades) 4 mL
Campurkan bahan ini secara berurutan agar diperoleh
larutan B.
Campurkan larutan A dan larutan B (dengan perbandingan
volum yang sama) di dalam botol pereaksi 200 mL. Larutan
pewarna ini hanya tahan paling lama 2 minggu.
Keterangan:
(*) dibuat dengan mencampurkan 2 mL HCl pekat dengan 1 mL akuades.

Hidrokuinon ; larutan pewarna


Hidrokuinon 1 g
Na2SO3 5 g
Akuades 100 mL
(Dibuat pada saat akan digunakan.)

Jingga G ; larutan pewarna


Akuades 100 mL
Asam asetat 10 tetes
Jingga G 1 g
Campurkan dulu asam ke dalam akuades, kemudian tambahkan
zat warna tersebut.

Karbol-fuchsin ; larutan pewarna


Fuchsin-basa 2 g
Asam karbolat (*) ; cairan 25 mL
Alkohol absolut 50 mL
Larutkan dulu fuchsin-basa ke dalam alkohol absolut kemudian
tambahkan asam karbolat; kocok, dan diamkan larutan ini
semalam pada 37C; dinginkan dan saring.
(*) Nama lainnya adalah fenol, atau hidroksi benzen, C6H5OH.

Karbol-tionin ; larutan pewarna


Asam karbolat 2% (dalam aquades) 4 bagian
Larutan jenuh tionin (dalam alkohol 60%) 1 bagian
(Dapat dilipatgandakan sesuai dengan kebutuhan.)

115
Karmalum MAYER
A Kalium-alum 5 g
Akuades 100 mL
B Asam Karminat* 500 mL
Buat dulu campuran A sampai homogen, baru kemudian
tambahkan dengan B.
*rumus kimianya: C22H20O13

Karmin ; stock larutan pewarna


A Karmin 2 g
K2CO3 1 g
KCl 5 g
Akuades 60 mL
B NH4OH pekat 20 mL
Masak campuran A selama 5 menit; dinginkan, dan tambahkan
B; kocok; kemas di dalam botol gelap, dan simpan di tempat
dingin (dalam kulkas).

Karmin-boraks alkoholik ; bubuk/larutan pewarna


Cara 1:
A Karmin 8 g
Boraks, Na2B4O7.10H2O 10 g
Akuades 250 mL
Ketiga bahan ini dimasak selama 30 menit; setelah
dingin disaring dengan kertas saring. Filtratnya
diuapkan sampai kering sehingga diperoleh bubuk
karmin-boraks.
B Alkohol 70%
Bubuk dituangi sedikit demi sedikit alkohol 70% sampai
diperoleh larutan jenuhnya.
Catatan:
Pencampuran bubuk dan alkohol dilakukan pada saat akan
digunakan, dan persen alkohol yang digunakan berkisar 35-70%
bergantung pada kebutuhan. Jika alkohol yang digunakan untuk
merendam bahan yang akan diwarnai, adalah alkohol 40% maka
bubuk karmin-boraks harus dilarutkan dalam alkohol yang lebih
pekat (misalnya alkohol 50-60%) untuk memperoleh larutan
jenuhnya. Agar diperoleh hasil pewarnaan yang baik yakni merah
dan jernih, bahan selanjutnya dapat dicelupkan ke dalam HCl 0,1%
(dalam alkohol 50-60%).

116
Cara 2 (lebih cepat):
A Karmin 1,5 g
Boraks, Na2B4O7.10H2O* 2 g
Akuades 50 mL
B Alkohol 70% 50 mL
Ketiga bahan pada A dimasak selama 30 menit; setelah betul-
betul dingin, tambahkan B; kocok dengan kuat; diamkan
campuran selama 2-3 hari. Setelah itu saring dengan kertas
saring; pindahkan filtratnya pada botol reagen.
Keterangan: *nama lainnya: natrium tetraborat.

Kristal ungu-anilin ; larutan pewarna (STIRLING)


A Anilin 2 mL
Akuades 88 mL
B Kristal ungu 5 g
Etanol 95% 10 mL
Buat dulu secara terpisah masing-masing campuran A dan
campuran B dengan homogen. Setelah itu tuangkan campuran
A ke dalam larutan B; kocok agar bercampur rata.

Leuko paten-biru B ; larutan pewarna 1%


A Paten-biru B 1 g
B Asam asetat glasial 2 mL
Akuades 98 mL
C Logam seng; butiran/pita
Masukkan A dan C ke dalam larutan B; didihkan sampai larutan
hampir tidak berwarna; saring campuran.

Lugol-Iodin ; larutan pewarna


A KI 2 g
Akuades 20 mL
B I2; murni 1 g
C Akuades 80 mL
Buat dulu larutan A; tambahkan I2, dan kocok cairan dengan
kuat; setelah I2 melarut, tambahkan C.

Luxol Fast Blue B ; larutan pewarna


A Luxol fast blue B 5 g
Alkohol 95% 500 mL

117
B Asam asetat 10%
Larutkan zat warna pada alkohol (diperoleh larutan 1%);
selanjutnya tambahkan 2,5 mL asam asetat per 500 mL larutan.

Magneson II ; larutan pewarna 1%


A NaOH; butiran 5 g
Akuades 100 mL
B Magneson II 1 g
Campurkan B ke dalam larutan A sampai homogen.

MAY GRUNWALD 0,25% ; larutan pewarna


Eosin-metilen Biru; serbuk 250 mg
Metanol 100 mL
Catatan:
Sebaiknya dibuat pada saat akan digunakan (hasil kurang efektif bila
menggunakan larutan yang telah disimpan dalam waktu lama).

Merah netral ; larutan pewarna


A Merah netral 100 mg
Akuades 10 mL
(Diperoleh larutan merah netral 1%.)
B Asam asetat 1% (aq) 4 tetes
C Akuades 100 mL
Teteskan dulu B ke botol pereaksi yang berisi larutan A; kocok
dulu baru kemudian tambahkan C; dan kocok lagi.

Metanil kuning ; larutan pewarna


Metanil kuning 0,25 g
Akuades 200 mL
Asam asetat glasial 2 tetes

Metilen biru-alkalis ; larutan pewarna


A Metilen biru 3 g
Alkohol absolut 30 mL
B KOH 1% (aqua) 1 mL
Akuades 99 mL
Tuangkan secara perlahan larutan B ke dalam larutan A sambil
dikocok.

118
Metil ungu ; larutan pewarna
Metil ungu 6B 500 mg
Akuades 100 mL

Mordan ; larutan
Besi-alum* 1 g
Alkohol 100 mL
*(NH4)2SO4.Fe2(SO4)3.24H2O; atau disingkat NH4.Fe(SO4)2.12H2O.

Mucicarmine ; larutan pewarna (larutan baku)


A Carmine 1 g
Al(OH)3 1 g
Etanol 50% 100 mL
B AlCl3 anh.; tepung 0,5 g
Kocok campuran ketiga bahan pada A dalam botol pereaksi 200
mL, tambahkan B (berupa serbuk halus hasil penggerusan).
Kemudian celupkan botol berisi campuran ini ke dalam air
mendidih selama 2,5 menit. Setelah itu dinginkan, dan saring.
Tampung filtratnya dalam botol reagen.
Catatan:
Larutan ini dapat diencerkan dengan akuades sesuai dengan keperluan.

Mucikarmin ; larutan pewarna (modifikasi ; larutan baku)


A Karmin 2g
AlCl3 anhidrous 1g
Campuran padat ini digerus sehomogen mungkin
berupa tepung.
B Etanol 50% 200 mL
Tambahkan tepung A ke dalam botol 500 mL yang berisi larutan
B; celupkan botol ini dalam air mendidih selama 5 menit sambil
sesekali digoyang; setelah itu didinginkan (dicelupkan pada air
dingin); kemudian disaring.
Pengenceran: larutan baku + etanol 70% (1: 9).

Naftanildiazo-biru ; larutan pewarna


Naftanildiazo-iiru B 50 mg
Bufer Veronal-asetat (pH 9,2)* 50 mL
*pembuatan bufer ini dapat dilihat pada bab 9.

119
Oil Red O ; larutan pewarna
A Oil red O 0,4 g
Aseton 5 mL
B Alkohol 80% 90 mL
Larutkan dulu oil red O dalam aseton, baru kemudian tambah-
kan B ke dalam larutan ini.

Orcein ; larutan pewarna


A Orcein 1 g
Alkohol 70% 100 mL
B HCl pekat 12 tetes
Buat dulu larutan A, dan kemudian teteskan B ke dalamnya
sambil digoyang-goyang.

Orth ; larutan fiksatif


A K2Cr2O4 (kalium dikromat) 2,5 g
Na2SO4 anh. (natrium sulfat)* 1,0 g
Akuades 100 mL
B Formalin 10 mL
Catatan: Tambahkan 10 mL formalin tepat pada saat akan digunakan.
Keterangan:
*bila menggunakan garam Glauber, Na 2SO4.10H2O maka timbang
garam ini sebanyak 2,3 g.

Perak nitrat-kloral hidrat ; larutan


Perak nitrat 20 g
Kloral hidrat 1 g
Akuades 85 mL
Larutkan zat secara berurutan ke dalam akuades di dalam botol
pereaksi coklat 150 mL.

Resorsin-fuchsin WEIGERT ; larutan pewarna


A Fuchsin-basa 2 g
Resorsin 4 g
Akuades 200 mL
B FeCl3 29% (aqua) 25 mL
C Alkohol 95% 400 mL
D HCl pekat 1 mL

120
Tempatkan campuran pada cawan email, lalu dimasak. Setelah
masak, tambahkan B; aduk, dan masak lagi selama 2-5 menit
(endapan segera terbentuk); dinginkan dan saring. Kemudian
kering-kan endapan beserta kertas saringnya. Setelah kering
sirami dengan C sisa sampai volum larutan 200 mL; dan terakhir
tambahkan D.

ROMANOWSKI ; larutan pewarna


(Lihat: Giemsa; larutan pewarna.)

ROSMANN ; larutan fiksatif


Asam pikrat 10 g
Alkohol absolut 100 mL
Formalin (formaldehid 40%) 25 mL
Masukkan ketiga bahan ke dalam botol pereaksi; kocok secara
teratur hingga homogen; diamkan dulu selama semalam, lalu
disaring.

Selestin biru ; larutan pewarna


A Besi-alum 5 g
Akuades 100 mL
B Selestin biru No.900 500 mg
C Gliserol 14 mL
Buatlah A sampai homogen (membentuk larutan). Tambahkan B
ke dalam A; didihkan campuran selama 3 menit; saring. Setelah
filtratnya dingin baru ditambahi dengan C.

Selestin biru B ; larutan pewarna


A Selestin biru B 500 mg
Besi-alum 2,5 g
Akuades 100 mL
Masak campuran A ini selama 5 menit; kemudian
didinginkan, dan saring.
B Gliserin 14 mL
H2SO4 2 N 2 mL
Tuangkan perlahan larutan B ke dalam filtrat A dingin.

Susa ; larutan fiksatif. (Lihat: Heidenhein ; larutan fiksatif.)

121
Tionin ; larutan pewarna (larutan baku)
A Tionin 1 g
Alkohol 95% 137 mL
B Akuades 113 mL
Larutkan tionin ke dalam alkohol 95%, kemudian baru
tambahkan dengan akuades.

Tionin ; larutan pewarna 0,25%


A Tionin 250 mg
Etanol 50 mL
B Akuades 50 mL
Asam sitrat 100 mg
Tuangkan perlahan B ke dalam larutan A, dan kocok.

Titan kuning ; larutan pewarna 0,2%


Titan kuning 0,2 g
Akuades 100 mL
Kocok campuran ini sehingga homogen.

Uranium nitrat-formalin ; larutan


Uranium nitrat 1 g
Akuades 85 mL
Formalin 15 mL
Larutkan uranium nitrat pada akuades, kemudian tambahkan
formalin.

Van Gieson No.1 ; larutan pewarna


Fuchsin-asam 1% (dalam akuades) 5 mL
Asam pikrat; larutan jenuh dalam aquades 100 mL

Van Gieson No.2 ; larutan pewarna


Fuchsin-asam 1% (dalam akuades) 15 mL
Asam pikrat; larutan jenuh dalam akuades 50 mL
Akuades 50 mL

VERHOEFF ; larutan pewarna


Larutan ini terdiri dari:

122
Larutan Verhoeff No. 1:
Hematoksilin 1 g
Alkohol absolut 20 mL
Campurkan keduanya dengan disertai pemanasan
kecil; kemudian saring dengan kertas filter; tampung
filtrat pada botol pereaksi.
Larutan Verhoeff No. 2:
FeCl3 10% (dalam aqua) 8 mL
Larutan Verhoeff No. 3:
KI 4 g
Akuades 100 mL
I2 2 g
Larutkan dulu KI ke dalam 20 mL akuades; tambahkan
I2; kocok dengan kuat sampai seluruh I2 melarut; dan
kemudian encerkan dengan akuades sisa.
Larutan Verhoeff diperoleh dengan mencampurkan sebanyak:
• 20 mL larutan Verhoeff no. 1, dan
• 8 mL larutan Verhoeff no. 2.
Kocok kuat keduanya sehingga homogen, kemudian tambahkan:
• 8 mL larutan Verhoeff no. 3.

WRIGHT ; larutan pewarna


Wright ; zat warna 100 mg
Metanol 60 mL
Zat warna digerus (dalam martir) sambil ditetesi sedikit demi
sedikit dengan metanol sampai seluruh metanol tertambahkan.
Kemas larutan ini dalam botol coklat dan tutup rapat.

ZENKER ; larutan fiksatif


A K2Cr2O7 2,5 g
Akuades 100 mL
Masukkan kristal ke dalam botol pereaksi 50 mL; tuangi
dengan akuades; tutup, dan kocok agar kristal melarut.
(Diperoleh: larutan K2Cr2O7 2,5%.)
B HgCl2 5 g
Na2SO4 1 g
C Asam asetat glasial 5 mL
Campurkan B ke dalam A, kocok hingga homogen.
Cairan C baru ditambahkan tepat saat pereaksi akan digunakan.

123
ZENKER-formol ; larutan fiksatif
A K2Cr2O7 2,5 g
Akuades 100 mL
Masukkan kristal ke dalam botol pereaksi 50 mL; tuangi
dengan akuades; tutup, dan kocok agar kristal melarut.
(Diperoleh: larutan K2Cr2O7 2,5%.)
B HgCl2 5 g
Na2SO4 1 g
C Formalin (formaldehid 40%) 5 mL
Campurkan B ke dalam larutan A, kocok hingga homogen.
Cairan C baru ditambahkan tepat saat pereaksi akan digunakan.



124
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk
memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi
yang ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui
pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara
kuantitatif ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut
larutan baku sekunder) setelah dibakukan jika larutan tersebut bersifat
stabil sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan
lain atau kadar suatu cuplikan.

A. PERSYARATAN ZAT BAKU PRIMER


Larutan baku primer harus dibuat seteliti dan setepat mungkin
(secara kuantitatif). Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer
harus memenuhi persyaratan seperti berikut:
• kemurniannya tinggi (pengotornya tidak melebihi 0,02%),
• stabil (tidak menyerap H2O dan CO2; tidak bereaksi dengan udara;
tidak mudah menguap; tidak terurai; mudah dan tidak berubah pada
pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia yang pasti,
dan akan memudahkan penimbangan.
• memiliki bobot molekul (BM ; Mr) atau bobot ekivalen (BE) tinggi, dan
• larutannya bersifat stabil.

Dalam hal tingkat kemurnian, reagen yang digunakan untuk analisa


kuantitatif harus mempunyai spesifikasi reagen-analar (AR).
Catatan:
Etiket/label pada botol tidaklah selalu merupakan jaminan yang menggambarkan
tingkat kemurnian dari zat kimia (reagen kimia) yang ditunjuknya; beberapa hal atau
alasan berikut dapat dijadikan bahan pertimbangan, yaitu:
1) zat pengotornya mungkin belum diuji/dibakukan oleh produsennya.

125
2) reagen kimia itu mungkin telah tercemar atau terkontaminasi karena kelalaian
misalnya: kesalahan pada saat reagen digunakan di laboratorium (antara lain
kurang rapat menutup, atau salah mengembalikan zat yang lain jenisnya ke dalam
botol), botol kemasannya cacat, atau
3) terutama pada reagen kimia padat, mungkin tingkat kekeringannya tidak mencukupi
(tergolong basah) karena keadaannya memang demikian dari pembuatnya, atau
terjadi kebocoran lewat tutup selama penyimpanan.

Selain syarat-syarat tersebut harus dipenuhi, kesalahan-


kesalahan selama proses pembuatan seperti pengeringan, pengukuran
(penimbangan), dan pemindahan zat juga harus dihindarkan kecuali
karena kesalahan alat. Dengan demikian larutan yang diperoleh akan
terukur secara teliti dan tepat, dan melalui kemasan/penyimpanan yang
baik akan bertahan lama. Zat-zat yang dapat digunakan sebagai zat
baku primer disajikan pada Lampiran 32.
Suatu zat yang memenuhi syarat-syarat di atas (syarat 1 s.d.
syarat 4), dapat dilarutkan, dan langsung menghasilkan larutan baku
(molaritas/normalitasnya dapat dipastikan melalui perhitungan sampai
desimal ke-4) disebut larutan baku primer.
Di samping larutan baku primer, dikenal juga larutan baku sekunder.
Larutan ini kebakuannya (kepastian molaritasnya) ditetapkan langsung
terhadap larutan baku primer. Jika suatu larutan baku sekunder bersifat
stabil dan dikemas/disimpan dengan benar, larutan ini dapat berfungsi
sebagai larutan baku dan langsung dapat digunakan tanpa harus
dibakukan lagi.

B. ALAT UKUR VOLUMETRIK DAN PENGGUNAANNYA


Mengenal alat-alat volumetrik baik fungsi, sifat kesalahan,
maupun cara menggunakan dan cara membacanya adalah penting
untuk menghindarkan kesalahan yang tidak perlu dan agar kita dapat
memperkirakan dengan teliti kuantitas larutan baku yang dibuat. Ada 3
alat ukur volumetrik yang utama, yaitu labu takar, buret, dan pipet
volum.
Tidak setiap alat ukur volumetrik yang diperdagangkan
memenuhi kriteria analisis kimia (harga toleransi) seperti yang
ditetapkan oleh sebuah lembaga antara lain National Institute of
Standard and Technology (NIST)* atau karena sebab-sebab lainnya.
Keterangan: *semula bernama National Bureau Standard (NBS).
Oleh karena itu, analisis kimia yang tepat dan teliti sebaiknya
mengetahui kapasitas alat ukur itu yang sebenarnya dengan cara
melaksanakan prosedur peneraan.
Toleransi untuk ketiga alat di atas diberikan menurut Tabel 7.1.

126
Tabel 7.1. Toleransi Alat Ukur Volumetrik (*)
Kapasitas Alat
Labu Takar Vol-pipet Buret
()
2 mL 0,006 mL
5 mL 0,01 mL 0,01 mL
10 mL 0,02 mL 0,01 mL
25 mL 0.03 mL 0,03 mL 0,01 mL
50 mL 0,05 mL 0,05 mL 0,01 mL
100 mL 0,08 mL
250 mL 0,11 mL
500 mL 0,15 mL
1000 mL 0,30 mL
(*) Day dan Underwood (l980).

1. Labu Takar
Labu takar berfungsi sebagai wadah bervolum tertentu dan
terukur untuk memperoleh volum larutan secara kuantitatif. Labu takar
100–1000 mL mempunyai tingkat kesalahan antara 0,02–0,05 mL.
Untuk labu takar 250 mL memiliki kesalahan baku (jarak antara
meniskus dan garis batas) kira-kira 0,03 cm pada leher labu
berdiameter 1,5 cm. Dari harga ini, kesalahan volum diperkirakan hanya
sebesar 0,05 mL (atau 0,02%) dari volum total labu.
Kristal zat baku primer yang telah dilarutkan terlebih dulu di gelas kimia
harus dipindahkan secara kuantitatif ke labu takar bersih*, dan diencer-
kan hingga hampir mendekati garis skala lalu dilanjutkan dengan
penambahan akuades secara tetes per tetes sampai garis skala labu,
tutup rapat, dan selanjutnya dihomogenkan. Lihat gambar 7.1.
*Lihat: cairan pencuci (Bab 12 h. 198).

b c d

Gbr 7.1
a. Hasil pelarutan zat.
b. Hasil pemindahan larutan (perhatikan kedudukan akhir permukaan larutan
terhadap tanda batas dan ujung corong.
c. Keadaan setelah penambahan akuades; dan dinding labu dikeringkan
dengan kertas saring tanpa menyentuh cairan.
d. Permukaan larutan dan garis batas (diperoleh dengan meneteskan akuades).

127
2. Buret
Buret berfungsi untuk memindahkan larutan dalam berbagai
ukuran volum. Kapasitas buret 25-50 mL dapat dibaca sampai 0,1 mL,
dan angka terakhir dapat ditaksir sampai 0,02 mL. Kesalahan membaca
terjadi pada menaksir angka terakhir ini.
Agar permukaan cairan menjadi lebih
jelas tampak, dapat dibantu dengan
memberikan latar belakang berupa
kertas putih persegi yang setengah-
nya dihitamkan. Warna hitam akan
terrefleksi oleh permukaan larutan
sehingga kedudukan permukaan Gbr 7.2
larutan menjadi lebih jelas teramati Melihat permukaan larutan dan mem-
baca skala tinggi permukaaannya
terhadap garis skala buret.

Kesalahan membaca buret (berskala terkecil 0,1 mL) besarnya berkisar


di antara 0,01 dan 0,02 mL. Setiap titrasi akan melibatkan 2x
pembacaan; berarti untuk volum titrasi 25 mL maka kesalahannya
tidak sebesar itu lagi (menjadi lebih besar).
Gunakanlah buret bersih yang berfungsi dengan baik; lakukan
pembilasan dengan larutan pentiter, baru isikan larutan pentiter ini
dengan bantuan corong-pendek, batang kran harus benar-benar terisi
penuh (tidak ada gelembung) dengan cara mengeluarkan larutan, dan
lanjutkan pengisian sampai mendekati garis skala nol; keringkan
dinding buret bagian atas skala dengan kertas saring; lalu bacalah
skalanya (sebagai skala awal).

3. Pipet Volum
Pipet volum atau disebut juga vol-pipet berfungsi untuk
memindahkan sevolum tertentu larutan. Oleh karena itu kapasitas
volum ukurnya tertentu, misalnya pipet-pet volum 5 mL, 10 mL, atau 25
mL. Alat ini cukup teliti dengan kesalahan 0,02 mL.
Kesalahan yang terjadi pada pengisian, misalnya pipet 25 mL harus
tidak melebihi 0,03 cm yang batang pipetnya berdiameter 0,5 cm; hal ini
memberi-kan kesalahan volumnya sebesar 0,006 mL (atau 0,024%)
dari volum total.
Larutan yang akan dipindahkan harus disedot/ditarik ke dalam
pipet sampai melewati sedikit di atas garis batas, kemudian diturunkan
tepat sampai garis batas, dan selanjutnya dialirkan/dipindahkan ke
wadah lain. Jika suatu larutan bersifat berbahaya atau beracun harus
digunakan “ball-pipette” untuk menyedotnya. Gbr 7.3 memperlihatkan

128
teknik pengukuran (pembacaan dan pemindahan) larutan. Sebelum
diterapkan, pipet bersih* harus dibilasi 2-3x dengan larutan yang akan
diukur (dipindahkan volumnya).
*Lihat: “larutan pencuci” dan cara membersihkan alat gelas volumetrik.

garis
batas

b c
a sisa cairan ini jangan
ditiup/didorong; tunggu
15 detik; baru angkat.

Gbr 7.3
(a) permukaaan larutan dan garis batas; (b) saat mengalirkan larutan;
dan (c) keadaan akhir pemindahan larutan.

C. TEKNIK PEMBUATAN LARUTAN BAKU


1. Langkah Umum
Pada umumnya ada tiga hal utama yang harus diperhatikan pada
pembuatan larutan baku primer, yaitu:
a) Menimbang
Penimbangan adalah pekerjaan yang paling dasar dalam analisis
kimia di samping mengetahui kepekaan neraca yang akan dipilih. Zat
murni ditimbang kasar** dulu (dengan neraca teknis) kemudian ditim-
bang teliti (dengan neraca analitis/elektronik). Untuk zat-zat tertentu
sebelum ditimbang ada yang harus dikeringkan dulu (zat seperti ini,
prosedur pembuatannya diberikan secara khusus).
**Pekerjaan ini ditujukan agar penakaran zat berlangsung cepat sehingga zat murni tidak
terbuka lama (kemurniannya lebih terjaga); di samping penyederhanaan penggunaan neraca
analitis/elektronik, dan neraca lebih awet.

b) Melarutkan
Tidak semua kristal segera melarut, dan umumnya proses
pelarutan menyerap kalor; sebaiknya pelarutan tidak langsung di labu
takar tetapi di wadah lain, dan setelah suhu campuran itu normal baru
kemudian dipindahkan secara kuantitatif (yakni dengan melakukan
pembilasan beberapa kali). Selanjutnya tambahkan dengan akuades
sampai tanda batas (lihat Gbr 7.1).

129
c) Mengukur/memindahkan volum larutan
Dalam analisis kimia, pengukuran volum larutan yang benar,
pemindahan, dan pengencerannya sampai pada volum tertentu adalah
sama pentingnya dengan penimbangan yang benar.
Dalam teknik volumetrik (kuantitatif), alat ukur volum yang selalu
diterapkan adalah labu takar, buret, dan pipet volum. Teknik
penggunaan alat ini secara benar yang ditunjang oleh teknik
pembersihan yang baik akan menghindarkan kesalahan yang
seharusnya tidak terjadi.
Volum larutan harus dicapai dengan menambahkan akuades kamar
sehingga suhu larutan harus tidak melebihi batas suhu labu takar.

2. Perhitungan Kuantitas Zat Baku


Sasaran akhir dari pembuatan adalah diperolehnya larutan baku
primer dengan konsentrasi yang tepat dan teliti. Tindakan yang harus
dilakukan di antaranya:
- menetapkan volum dan konsentrasi larutan yang diinginkan, dan
- memperkirakan (menghitung) massa zat yang akan ditimbang.
Setelah zat baku primer ditimbang dan dilarutkan, harga konsentrasi
larutannya diketahui melalui perhitungan. Penimbangan yang dilakukan
dengan neraca analitik yang mempunyai ketelitian sampai 0,1 mg,
maka perhitungan harus dilakukan sampai desimal ke-4. Misalnya M =
0,1044; dan bukan M = 0,104 atau bukan M = 0,104448; dst.
Konsentrasi yang dipilih/diterapkan bergantung pada sifat/jenis
reaksi yang terlibat ketika digunakan; hal ini untuk menghindarkan
kesalahan yang ditimbulkan oleh ketidaktepatan pengamatan atau oleh
penyimpangan reaksi, dan biasanya konsentrasi larutan baku primer
berkisar antara 1,00 N - 0,01 N*.
Keterangan: * 1 N = M/valensi.

D. PROSEDUR PEMBUATAN DAN SIFAT LARUTAN BAKU


Secara umum prosedur pembuatan larutan termasuk larutan
baku primer terdiri dari tahap-tahap yang hampir sama, namun di muka
telah disinggung bahwa untuk zat baku primer tertentu harus dilakukan
langkah tambahan seperti pengeringan atau pemurnian sebelum
ditimbang. Pada bagian ini, di samping membahas prosedur pembuatan
beberapa larutan baku primer juga akan disinggung beberapa
sifat/fungsinya agar diperoleh hasil pembuatan yang maksimal dan cara
pengemasan yang baik.

130
1. Larutan Baku Kalium Dikromat
Senyawa ini memiliki keterbatasan dibandingkan dengan
senyawa KMnO4 atau senyawa serium(IV), yakni daya oksidasinya
lebih lemah dan reaksinya bersifat lambat.
Kelebihannya:
Stabil; inert terhadap HCl; tidak berair-kristal; mudah diperoleh dalam
keadaan murni (mudah dikristal-ulang; setelah rekristalisasi dapat
dikeringkan pada suhu 1500–2000C); dan Mr-nya cukup tinggi. Jadi
cukup baik digunakan sebagai zat baku primer.
Kegunaan:
Larutan baku ini untuk analisis besi(III) dan pembaku yang baik untuk
Na2S2O3. (Baik untuk persediaan.)
Indikator yang digunakan adalah indikator asam difenil-amin sulfonat.

Pembuatan 500 mL K2Cr2O7 0,0l M


Ditimbang kasar:
(500)(0,01)(294,18) mg  1,5 g K2Cr2O7;
dan timbang ulang secara teliti dengan neraca elektronik.

Larutkan ke dalam gelas kimia 400 mL dengan akuades


secukupnya, setelah melarut, pindahkan secara kuantitatif ke labu
takar 500 mL. Tambahkan akuades sampai tanda batas, kocok
sampai homogen. Hitung ulang konsentrasi larutan baku ini.
Catatan:
Larutan K2Cr2O7 yang dibuat dari kristalnya dengan kemurnian
tidak cukup tinggi, dapat dibakukan terhadap besi; konsentrasinya
kemudian dihitung dari hasil pembakuan ini.

2. Larutan Baku Kaliumftalat-asam


Asam monobasa, atau biasa disingkat KH-ftalat ini disarankan
sebagai zat baku primer karena Mr-nya tinggi, anhidrous, stabil, tidak
higroskopis, dan dapat diperoleh dengan faktor kemurnian 99,95%.
Sebelum digunakan, sebaiknya zat ini dikeringkan dulu dalam oven
selama 2-3 jam pada suhu 110-1200C, dan kemudian dibiarkan
mendingin (tidak perlu dalam desikator; karena sifatnya tidak
higroskopis).

Pembuatan 500 mL KHC8H4O4 0,1 M ; 0,1 N


Ditimbang kasar:
(500)(0,l)(204,22) mg  10,2 g KHC8H4O4;
dan kemudian ditimbang-ulang secara teliti (misal a g).

131
Pindahkan garam ke labu takar 500 mL melalui sebuah corong; dorong
dengan sejumlah akuades (bebas CO2) dari botol semprot; larutkan;
tambahkan akuades sampai tanda batas; kocok sampai homogen.
Timbang-ulang wadah garam tadi (b g).
*didihkan akuades selama 5 menit; jaga pendinginan dari
penyerapan CO2 (udara).

Menghitung kemolaran larutan:


(a - b) g x (2) x (kemurnian ) 2(a - b)(kemurni an)
Molaritas = = M
(204,22) g/mol x (0,5 L) (2) (204,22)

3. Larutan Baku Natrium Arsenit *


Larutan natrium arsenit merupakan larutan baku primer yang baik
untuk larutan kalium permanganat dan larutan iodium berdasarkan
reaksi redoks.
Keterangan: * baik dibuat untuk persediaan.
Larutan baku ini dibuat dengan melarutkan arsen(III)oksida ke
dalam larutan NaOH (membentuk NaAsO2) dan kemudian dinetralkan
dengan larutan HCl dengan menggunakan indikator metil jingga atau
metil merah; dan bila suasananya betul-betul asam dapat ditambahkan
garam natrium-bikarbonat.
Arsen(III)oksida merupakan zat baku primer yang sangat baik karena
bersifat stabil, tidak higroskopis, mudah diperoleh dengan kemurnian
yang tinggi. Ketika akan digunakan sebaiknya dikeringkan pada 1100C
selama ½ jam.

Pembuatan 1 liter NaAsO2 0,1 N


Siapkan:
(a) ± 5 g As2O3 (murni) yang telah dikeringkan.
(b) 5–10 g NaOH terlarut dalam 10 mL akuades pada gelas kimia 400 mL.
(c) Larutan HCl 6 N.
(d) Serbuk garam natrium-bikarbonat.
(e) Larutan indikator metil-jingga (atau metil-merah)

(1) Timbang ulang arsen(III)oksida secara teliti; larutkan ke dalam gelas (b),
dan bila perlu tambahkan 5 mL akuades.
(2) Setelah melarut, encerkan sampai volumnya 100 mL; kemudian
netralkan dengan menambahkan HCl 6 N dengan indikator metil-jingga
atau metil-merah.
(3) Jika larutan tersebut telah benar-benar bersifat asam maka tambahkan
5 g NaHCO3.
(4) Pindahkan seluruh volum larutan secara kuantitatif ke dalam labu takar
1 L; tambahkan akuades sampai tanda batas, tutup, dan homogenkan.

132
Perhitungan normalitasnya:
(a g)(kadar) (4)(a)(kad ar)
Normalitas = = N
(1/4)(197,841g/mol)(1L) (197,841)

4. Larutan Baku Natrium-karbonat


Merupakan zat baku primer yang baik untuk larutan HCl yang
nantinya akan digunakan untuk mentitrasi sampel (seperti NaOH) yang
mengandung karbonat.
Yang digunakan adalah Na2CO3 (p.a; 99,95%) yang telah dikeringkan
selama ½ jam pada 2700–3000C. Indikator-indikator yang digunakan
dapat metil-merah, metil-jingga, metil-merah modifikasi, atau metil-
jingga modifikasi.

Pembuatan 500 mL Na2CO3 0,l M ; 0,2 N


Ditimbang kasar (setelah dikeringkan):
(500)(0,1)(105,988) mg  5,3 g Na2CO3 p.a,
dan kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal a gram).
Larutkan dengan aquades di dalam labu takar 500 mL,
tambahkan aquades sampai tanda batas, kocok sampai
homogen. Hitung ulang konsentrasi larutan baku primer ini.
Menghitung kemolaran larutan:
(a)(2)(kem urnian)
Molaritas Na2CO3 = M
(105,988)
Catatan:
Jika molaritas adalah y M, maka dalam satuan normal,
kosentrasinya adalah 2y N.

5. Larutan Baku Natrium Oksalat


Dapat diperoleh dengan kemurnian tinggi; tidak berair kristal;
tidak higroskopis; stabil pada pemanasan, dan dapat dikeringkan (pada
105 0C); dan kelarutannya 3,7 g per 100 mL akuades (200C).
Kegunaan:
Sebagai zat (larutan) baku primer yang baik untuk senyawa permanganat
(dalam suasana asam). Hanya reaksinya dengan permanganat agak
kompleks, dan berlangsung lambat pada suhu kamar. Untuk mempercepat
reaksi, biasanya larutan Na2C2O4 bersama larutan pengasamnya (6 N)
dipanaskan sampai sekitar 600C sebelum dititer.

133
Pembuatan 500 mL Na2C2O4 0,1 M ; 0,2 N
Ditimbang kasar:
(500)(0,1)(134,02) mg  6,7 g Na2C2O4.
Kemudian timbang teliti secara kuantitatif (a g)
Larutkan dulu dalam botol timbang, kemudian pindahkan secara
kuantitatif ke labu takar 500 mL secara kuantitatif; tambahkan
akuades sampai tanda batas, dan homogenkan. Hitung
konsentrasi larutan baku primer Na2C2O4.
Menghitung kemolaran larutan:
(a)(2)(kem urnian)
Molaritas Na 2C2O4 = M
(134,02)

6. Larutan Baku Natrium Tetraborat (Boraks)


Senyawa boraks ini mudah diperoleh dalam keadaan murni
sesuai dengan rumus kimia padatannya Na2B4O7.10H2O. Selain itu,
sifatnya yang cukup stabil dan memiliki Mr tinggi (= 381,647) menem-
patkan boraks sebagai zat yang memenuhi persyaratan sebagai zat
baku primer.
Dalam air, boraks melarut dan terhidrolisis menurut persamaan:
Na2B4O7 + 7 H2O  2 NaOH + 4 H3BO3.
Oleh karena itu larutannya dalam air bersifat basa kuat dan dapat
dititrasi dengan asam. Titik ekuivalensi terhadap asam kuat 0,1 M
memberikan pH sekitar 5,1; dan indikator yang dapat diterapkan adalah
metil merah atau metil jingga.

Pembuatan 500 mL Na2B4O7 0,05 M ; 0,1 N


Ditimbang kasar:
(500)(0,05)(Mr) mg = (500)(0,05)(381,647)  9,6 g Na2B4O7.10H2O;
kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal a gram).
Larutkan dulu boraks dengan sejumlah akuades dalam botol
timbang-nya (boraks lambat melarut di dalam air dingin).
Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL, dan
tambahkan akuades sampai tanda batas. Hitung konsentrasi
larutan baku primer boraks.
Menghitung kemolaran larutan:
(a)(2)(kem urnian)
Molaritas Na 2B4O7 = M
(381,647)

134
7. Larutan Baku Natrium Klorida
Natrium klorida (NaCl; Mr 58,443) yang murni bersifat tidak
higroskopis, dan dapat diperoleh di pasaran. Untuk hasil yang lebih
tepat sebagai larutan baku primer sebaiknya dilakukan pengeringan
dalam pengering-listrik pada suhu 250-3000C selama 1-2 jam dan
kemudian didinginkan dalam desikator.
Kegunaan:
Berfungsi sebagai zat (larutan) baku primer untuk larutan AgNO3 atau
penetapan kadar AgNO3.

Pembuatan 500 mL NaCl 0,1 M ; 0,1 N


Ditimbang kasar NaCl kering:
(500)(0,1)(Mr NaCl) mg = (500)(0,1)(58,443) mg  2,93 g NaCl;
kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal: a gram).

Larutkan dulu dengan sedikit akuades kemudian pindahkan


secara kuantitatif ke dalam labu takar; selanjutnya encerkan
dengan akuades sampai garis batas; dan homogenkan.
Hitung konsentrasi larutan baku primer NaCl.
Menghitung kemolaran larutan:
(a)(2)(kem urnian)
Molaritas NaCl = M
(58,443)
Catatan:
Larutan baku ini dapat disimpan untuk persediaan.

8. Larutan Baku Perak Nitrat


Perak nitrat (Mr 168,987) pro-analis mempunyai kemurnian paling
sedikit 99,9% dapat diperoleh di pasaran sehingga larutan baku dari zat
ini dapat disiapkan langsung.
Kegunaan:
Digunakan untuk penetapan kadar NaCl atau untuk penetapan
konsentrasi larutan NaCl.
Catatan:
Sebaiknya larutan AgNO3 yang dibuat ini dibakukan terhadap larutan baku
primer NaCl (yang dibuat dari NaCl murni dan kering).

Pembuatan 500 mL AgNO3 0,1 M ; 0,1 N

135
Pembuatan 500 mL AgNO 3 0,1 M ; 0,1 N
Ditimbang kasar:
(500)(0,1)(Mr AgNO3) mg = (500)(0,1)(168,987) mg  8,45 g AgNO3;
kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal a gram).
Pindahkan kristal AgNO3 dari botol timbangnya secara kuantitatif ke
dalam labu takar dengan cara pembilasan dengan akuades
secukupnya; kemudian tambahkan akuades sampai tanda batas,
tutup labu, dan homogenkan.
Hitung ulang, konsentrasi larutan baku primer AgNO3.
Menghitung kemolaran larutan:
(a)(2)(kem urnian)
Molarita AgNO 3 = M
(168,987)
Catatan:
Jika larutan yang diperoleh nantinya akan dibakukan lebih lanjut
terhadap larutan baku NaCl, penimbangan ulang tidak perlu dilakukan,
dan dapat langsung dipindahkan, kecuali bila bertujuan untuk
penetapan kadar padatannya. Larutan AgNO3 hasil pembakuan dapat
digunakan sebagai larutan baku sekunder jika dilakukan
pengemasan/penyimpanan yang baik.

9. Larutan Baku Na-EDTA


EDTA (ethylenediamintetraacetic) mempunyai rumus struktur
berikut:
HOOC–CH2 H2C–COOH
N–CH2–CH2–N
HOOC–CH2 H2C–COOH

EDTA biasanya diperdagangkan dalam bentuk garamnya sebagai


dinatrium dihidrogen etilendiamin tetraasetat, Na2H2C10H12O8N2.2H2O
(Mr = 372,238) dengan berbagai nama dagang seperti Trilon B,
Complexone III, Chelaton 3, Titriplex, Squestrene, atau Versene.
Garam ini dapat diperoleh dalam keadaan cukup murni dan digunakan
paling luas sebagai zat baku primer. Dari perdagangan, garam EDTA
biasanya mengandung sedikit air dan dapat dikeringkan dalam oven
pada suhu 80 0C selama 24 jam.
Konsentrasi larutan yang biasa digunakan adalah 0,1 M; 0,05 M; dan
0,01 M; sedangkan indikator yang diterapkan adalah Eriochrom Black T
atau calmagite.

Pembuatan 500 mL Na-EDTA 0,1 M

136
Pembuatan 500 mL Na-EDTA 0,1 M
Ditimbang kasar:
(500)(0,1)(Mr) mg = (500)(0,1)(372,238) mg  18,62 g Na-EDTA kering;
kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal a gram).
Larutkan dulu dengan sejumlah akuades* dalam botol timbangnya.
Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL, dan
tambahkan akuades sampai tanda batas. Hitung konsentrasi
larutan baku primer Na-EDTA.
*akuades sebaiknya dimurnikan lagi dengan ion-exchanger, dan air ini
pula yang digunakan untuk analisis yang melibatkan Na-EDTA.
Menghitung kemolaran larutan:
(a)(2)(kem urnian)
Molarita Na - EDTA = M
(372,238)

Larutan Na-EDTA dapat digunakan untuk:


– penetapan Mg (pemakaian per mL Na-EDTA  2,432 mg Mg), dan
– penentuan kesadahan total air (pemakaian per mL EDTA 
1,000 mg CaCO3).
Untuk memenuhi persyaratan sebagai zat baku primer, garam
Na-EDTA yang diperoleh dari pasaran sebaiknya dilakukan proses
pemurnian dengan bahan dan prosedur sebagai berikut.

Permurnian Kristal Na-EDTA Komersial


Prosedur awal:
A Na-EDTA (komersial) 20 g
Akuades 200 ml
Campurkan garam ke dalam akuades
sampai diperoleh larutan jenuh Na-EDTA.
B Etanol
C Pencuci (aseton dan dietil-eter)

Prosedur lanjutan:
1. Tambahkan etanol secara perlahan ke dalam larutan jenuh A di atas;
hentikan bila endapan tidak terbentuk lagi. Lakukan penyaringan.
2. Encerkan filtrat dengan etanol sebanyak volum etanol yang terpakai.
Selanjutnya saring endapan (dengan corong dari kaca masir).
3. Cuci endapannya dengan aseton, dan terakhir dengan dietil-eter.
4. Keringkan endapan di udara terbuka selama semalam, dan lanjutkan
dalam oven pada 800C selama 24 jam.

Kristal Na-EDTA murni yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan


untuk dibuat menjadi larutan baku primernya.

137
Selain melalui proses pemurnian terhadap kristal natrium-EDTA
komersial, agar memenuhi persyaratan sebagai zat baku primer, kristal
tersebut dapat pula dibuat langsung dalam sediaan larutannya dan
selanjutnya larutan Na-EDTA ini dibakukan (ditetapkan) terhadap
larutan baku primer kalsium klorida, CaCl2.

10. Larutan Baku Kalsium Klorida

Pembuatan 500 mL Larutan Baku CaCl2 0,01 M


1. Ditimbang kasar 0,4 g CaCO3 murni dan kering 1) dalam botol
timbang bertutup. Timbang-ulang dengan teliti (botol + zat + tutup),
dan catat beratnya (misal a gram).
2. Pindahkan isinya ke dalam labu takar 500 mL, alirkan akuades
secara memutar lewat leher labu sebanyak 100 mL, dan tutup
labunya. Timbang lagi dengan teliti (botol + zat sisa + tutup), dan
catat beratnya (misal b gram).
3. Tambahkan tetes per tetes larutan HCl (1 : 1) 2) sampai tidak
terjadi lagi gelegak (gelembung) dan larutannya menjadi jernih.
Alirkan akuades sampai 0,5 cm di bawah tanda garis, dan
keringkan leher labu. Tambahkan akuades tetes per tetes sampai
tepat tanda batas. Tutup labu, dan homogenkan.
4. Pindahkan isi labu ke botol reagen; beri label; dan simpan untuk
persediaan.
Perhitungan molaritas larutan:
 (a - b ) 
Molaritas CaCl 2 =  M
 Mr x V 
Keterangan: Mr = massa rumus (g/mol); V = volum larutan (L); dan M = molaritas.
Catatan:
1)
Setelah dikeringkan pada suhu 100 0C.
2)
Buat 10 mL larutan HCl (1 : 1) dengan cara: masukkan 5 mL akuades
ke dalam botol bersih, kemudian alirkan 5 mL HCl p.a.; tutup, dan
goyang sebentar agar homogen



138
Pada bagian ini dibatasi hanya pada titrimetri (cara titrasi) karena
cara ini berkaitan erat dengan pembuatan/penyediaan pereaksi atau
larutan baku dengan komposisi/konsentrasi tertentu untuk tujuan-tujuan
tertentu pula terutama pada laboratorium sederhana. Cara ini
diterapkan untuk memperoleh pereaksi atau larutan yang
konsentrasinya tidak dapat dipastikan dari proses pembuatannya
secara langsung dari zat padatnya. Atau dengan kata lain, pereaksi
atau larutan seperti ini, kepastian konsentrasinya hanya dapat
ditetapkan melalui proses pembakuan terhadap larutan baku primer
atau larutan baku sekunder.
Uraian tentang titrimetri pada prinsipnya dapat dikelompokkan
atas dasar reaksi yang terlibat (dengan syarat reaksi berlangsung
cukup cepat), yaitu:

(1) Titrasi penetralan (asidi/alkali-metri)


Prinsip dasarnya adalah reaksi penetralan:
H+ + OH– → H2O
asam basa netral

(2) Titrasi redoks (oksidimetri)


Prinsip dasarnya adalah reaksi redoks:
O + R → hasil
oksidator reduktor

(3) Titrasi pengendapan


Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan:
L+(aq) + X– (aq) → LX(s)
kation anion endapan

139
(4) Titrasi Pengomplekan (kompleksometri)
Prinsip dasarnya adalah reaksi akseptor-donor pasangan elektron
(reaksi kompleks ; reaksi sepit).
Mn+ + :L → [M : L]n+
ion logam ligan ion kompleks

Prinsip dasar yang diterapkan harus sesuai dengan perubahan sifat zat
atau sifat larutan yang akan ditetapkan (konsentrasi/kadarnya) di
samping persyaratan teknis pelaksanaannya. Sebenarnya untuk tujuan
ini, selain titrimetri juga dikenal beberapa cara lain seperti kolorimetri,
gravimetri, petensio/kondukto-metri, kromatografi, dan spektro(foto)-
metri. Bahkan yang terakhir ini merupakan cara instrumentasi yang kini
populer dan terus berkembang dalam kecepatan, ketelitian, maupun
dalam ketepatan hasilnya. Namun titrimetri tidak seluruhnya
ditinggalkan bahkan beberapa di antaranya masih menjadi dasar dalam
analisis spektrometrik di samping dapat memberikan nilai-nilai
pendidikan seperti nilai keterampilan dasar dan nilai intelektual.

A. PEMBAKUAN CARA ASIDI/ALKALI-METRI


Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana
pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi
asam-basa (melalui asidi/alkali-metri) di antaranya adalah:
[1] asam-asam seperti HCl, H2SO4, CH3COOH, H2C2O4; dan
[2] basa-basa seperti NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, NH4OH.
Asam atau basa tersebut memiliki sifat-sifat yang menyebabkan
konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan langsung
dari proses hasil pembuatan/pengencerannya. Oleh karena itulah
pembakuan diperlukan untuk pemastian konsentrasi larutannya.
Beberapa larutan setelah dibakukan bahkan dapat berfungsi sebagai
larutan baku sekunder dan dapat disimpan/dikemas untuk persediaan.
Berikut ini diuraikan beberapa teknik/prosedur pembuatan asam/basa,
dan pembakuannya.

1. Pembuatan Dan Pembakuan Asam Klorida

Pembuatan 1 liter HCl baku (0,1 M ; 0,1 N)


(1) Isi botol reagen 1 L dengan 1 L akuades
(2) Ukur ±9 mL HCl pekat (p.a.; 11,6 M; 36%); tuangkan
perlahan ke botol; tutup rapat, dan kocok sebentar
supaya homogen.
Diperoleh: ±1 liter HCl 0,1 M

140
Pembakuan Larutan HCl dengan Larutan Baku Boraks
(1) Pipet 25 mL Na2B4O7 0,1046 N (= 0,0523 M) dan pindahkan
ke dalam gelas Erlenmeyer 100 mL.
(2) Tambahkan 2 tetes indikator MO.
(3) Jatuhkan larutan HCl dari buret; hentikan jika warna kuning
dari campuran berubah tepat menjadi warna merah-muda.
Lakukan prosedur di atas sebanyak 3x.

Reaksi yang terjadi: Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 2 NaCl + 4 H3BO3

Perhitungan Kemolaran HCl:


MNa2B4O7 = 0,0502 M; VNa2B4O7 = 25 mL; VHCl = a mL(*); dan MHCl = ?

VHCl x MHC l mol HCl 2


= =
Vboraks x Mboraks mol boraks 1
(2)(Vboraks )(Mboraks )
MHCl =
VHCl
(Dengan demikian MHCl dapat dihitung/ditetapkan.)
Keterangan: (*) volum HCl merupakan volum rata-rata.
Catatan:
• Setelah dibakukan dapat berfungsi sebagai larutan baku
(karena memakai HCl p.a.).
• Kemas secara baik dan beri etiket lengkap dengan konsentrasinya.

Pembakuan larutan baku HCl terhadap zat primer Na2CO3


(1) Timbang kasar 0,2 g Na2CO3 kering dalam botol timbang
bertutup; kemudian timbang-ulang seluruhnya secara teliti.
(2) Pindahkan zatnya ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL, dan tutup
lagi botol timbangnya 1). Ke dalam gelas masukkan 50 mL
akuades; goyang sampai zat melarut; lalu bubuhkan 2 tetes
indikator MO 2).
Letakkan gelas ini di atas kertas/ubin putih (yang tidak
mengkilap) tepat di bawah mulut buret berisi larutan HCl.
(3) Turunkan secara perlahan, larutan HCl, sambil gelas digoyang.
Saat indikator MO berubah dari kuning ke kuning-pucat3) (kuning
samar-samar), hentikan titrasi. Semprot dinding gelas dengan
akuades.
(4) Teruskan titrasi dengan tetesan lambat; dan hentikan titrasi bila
timbul warna merah jambu muda. Catat pemakaian larutan HCl.

141
Keterangan:
1)
timbang lagi botol ini; perbedaan antara penimbangan akhir dan
awal merupakan berat zat yang terpindahkan ke gelas.
2)akan lebih baik bila menggunakan indikator campuran MO-Carmin

indigo (merah tua). Jika indikator MO berubah dari kuning ke


merah muda, maka indikator campuran tersebut berubah dari hijau
ke abu-abu netral.
3)
bila menggunakan indikator campuran, warnanya menjadi hijau pucat.
Lakukan lagi prosedur di atas minimal sebanyak 2x.

Reaksi: Na2CO3 + 2 HCl → 2 NaCl + H2O + CO2


Mr = 105,994 g/mol; dan dari 3x pembakuan diperoleh massa rata-rata
Na2CO3 (misal a gram); rata-rata volum pemakaian HCl (misal v mL;
ubah ke satuan liter, misal diperoleh V liter).
Perhitungan kemolaran larutan HCl:
VHCl x MHCl mol asam 2
= =
a/Mr mol garam 1
(2)(a) (2)(a)
MHCl = =
(1)(V)(Mr ) (1)(V)(105,994)
(Dengan demikian molaritas HCl dapat dihitung/ditetapkan.)

Larutan HCl dapat disimpan sebagai persediaan sebagai larutan baku


sekunder yang baik untuk pembakuan larutan basa yang mengandung
karbonat (seperti larutan basa kuat yang mudah menyerap CO2).
Pembaku larutan HCl dapat juga menggunakan larutan baku primer
Na2CO3 (dari persediaan).

Pembakuan Larutan HCl dengan Larutan Baku NaOH*


(1) Pipet 25 mL larutan HCl ke dalam masing-masing 3 gelas
Erlenmeyer 250 mL.
(2) Bubuhi 2 tetes indikator pp.
(3) Turunkan larutan baku NaOH 0,1000 M ke dalam gelas-1
sambil cairan dalam gelas digoyang. Ketika warna merah agak
lambat menghilang, turunkan larutan NaOH berupa tetesan.
Hentikan titrasi jika warna merah muda yang muncul tidak
menghilang (selama 15 detik) oleh pengocokan.
Ulangi prosedur serupa terhadap gelas-2, dan gelas-3.
(Diperoleh: volum rata-rata pemakaian larutan NaOH).

Reaksi: HCl + NaOH → NaCl + H2O


Perhitungan kemolaran:

142
Perhitungan kemolaran:
VHCl x MHCl mol asam 1
= =
VNaO x MNaOH mol basa 1
(1)(VNaOH )(MNaOH )
MHCl =
(1)(VHCl )
VHCl = 25,0 mL; VNaOH = volum rata-rata terpakai.
(Dengan demikian molaritas HCl dapat dihitung/ditetapkan).
Keterangan: *sebaiknya yang baru dibakukan.

2. Pembuatan Dan Pembakuan Asam Sulfat

Pembuatan 1 liter H2SO4 0,1 M ; 0,2 N


(1) Siapkan di dalam botol reagen 1 L bertutup sebanyak 1
liter akuades.
(2) Ukurlah ±6 mL H2SO4 pekat (17,8 M; 95%); tuangkan
sedikit demi sedikit (karena timbul panas) ke dalam botol
di atas; tutup rapat, dan homogenkan.
Diperoleh: ± 1 liter H2SO4 0,1 M.

Pembakuan Asam Sulfat 0,1 M ; 0,2 N


Prosedur pembakuan HCl 0,1 M terhadap larutan baku
boraks atau larutan baku sekunder NaOH dapat diterapkan
untuk pembakuan H2SO4 0,1 M; dengan mengganti larutan
HCl dengan larutan H2SO4.
Catatan:
Perbandingan mol antar H2SO4–boraks adalah
mol H2SO4 : mol boraks = 1 : 1
Atau perbandingan mol antar H2SO4–NaOH adalah
mol H2SO4 : mol NaOH = 1 : 2.

3. Pembuatan Dan Pembakuan Asam Oksalat

Pembuatan 500 mL H2C2O4 0,1 M ; 0,2 N

143
Pembuatan 500 mL H2C2O4 0,1 M ; 0,2 N
Setelah dikeringkan (dalam oven) pada suhu 110-120 0C
selama 1-2 jam; ditimbang kasar sebanyak:
(500)(0,1)(126.06) mg  6,3 g H2C2O4.2H2O p.a;
kemudian ditimbang teliti pada neraca analitik/elektronik (a g).

Larutkan dulu ke dalam gelas kimia 100 mL yang berisi 50 mL


akuades; pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500
mL; tambahkan akuades sampai tanda batas, dan homogenkan.

Diperoleh 500 mL H2C2O4 dengan konsentrasi:


(a g) 2a 2a
Molaritas = = g/mol = M
(126,07 g/mol)(0,5 L) (126,07) (126,07)

Disarankan:
Larutan dibakukan terhadap larutan baku primer yang sesuai, misalnya
dengan boraks, atau dengan larutan baku sekunder dari NaOH atau KMnO 4.
Catatan:
Setelah dibakukan, dapat berfungsi sebagai larutan baku sekunder.

Pembakuan Larutan H2C2O4


dengan Larutan Baku Sekunder KMnO4
(1) Siapkan 300 mL H2SO4 2 M; dan isikan ke dalam 3 gelas
Erlenmeyer 250 mL masing-masing sebanyak 50 mL H2SO4 2 N.
(2) Pipet 25 mL H2C2O4, dan masukkan ke dalam Gelas-1; demikian
juga terhadap gelas-2, dan gelas-3 di atas.
(3) Siapkan buret, bilas, dan isi dengan larutan baku KMnO 4 0,1000 M.
(4) Panaskan gelas-1 beserta isinya sampai 70-80 0C.
(5) Lakukan pentitrasian sambil menggoyang gelas, dan hentikan
ketika muncul warna merah muda yang menetap pada larutan.
Lakukan prosedur serupa terhadap Gelas-2, dan Gelas-3.

Reaksi:
2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 → 2MnSO4 + K2SO4 + 8H2O +10CO2
Catatan:
Untuk mendapat hasil dengan ketelitian yang signifikan,
lengkapi dengan percobaan blanko berikut.
(1) Masukkan 50 mL H2SO4 2 M ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL;
tambah akuades sampai bervolum sama dengan volum akhir
titrasi; dan panaskan hingga 70-80 0C.
(2) Lakukan pentitrasian dengan larutan KMnO4, dan hentikan
bila larutan berwarna merah muda yang tetap.
Perhitungan Molaritas:

144
Perhitungan Molaritas:
Voks. x Moks. mol oks. 5
= =
Vperm. x Mperm. mol perm. 2
(5)(Vperm. )(Mperm. )
Moks =
(2)(Voks )
Keterangan: Voksalat = 25,0 mL; Vpermanganat = (Vpemakaian – Vblanko).
 molaritas asam oksalat dapat dihitung/ditetapkan.

Pembakuan Larutan H2C2O4


dengan Larutan Baku Sekunder NaOH
(1) Pipet 25 mL H2C2O4 dari sediaan dan alirkan ke dalam gelas
Erlenmeyer 250 mL.
(2) Bubuhi 2 tetes indikator pp.
(3) Turunkan larutan NaOH 0,1 M yang telah dibakukan sambil
cairan dalam labu digoyang. Ketika warna merah mulai lambat
menghilang, turunkan larutan NaOH berupa tetesan lambat.
Hentikan titrasi jika warna merah muda yang muncul tidak
menghilang (selama 15 detik) oleh pengocokan.
Ulangi prosedur serupa sebanyak 2-3x.
Hitung volum rata-rata pemakaian larutan baku NaOH.

Perhitungan kemolaran CH3COOH


(Analog perhitungan kemolaran HCl terhadap NaOH; lihat 8A.1.)

4. Pembuatan Dan Pembakuan Asam Asetat

Pembuatan 1 liter CH3COOH 1 M ; 1 N


(1) Siapkan di dalam botol reagen 1 L bertutup sebanyak 950 mL
akuades*.
(2) Ukur 60 mL CH3COOH (17,4 M ; 99-100%); segera tuangkan
ke dalam botol reagen di atas; tutup rapat, dan homogenkan.
Diperoleh: ±1 liter CH3COOH 1 M.
*sebaiknya yang telah dididihkan.

Pembakuan:
Dengan larutan baku sekunder, NaOH (jika dari larutan hasil penyim-
panan, sebaiknya dibakukan kembali pada saat akan digunakan).
Catatan: CH3COOH dapat menguap; harus selalu tertutup.

145
Pembakuan Larutan CH3COOH 0,1 M ; 0,1 N
(1) Pipet 25 mL CH3COOH 1 M dari persediaan, alirkan ke
dalam labu takar 250 mL, encerkan sampai tanda batas; dan
homogenkan.
(2) Pipet 25 mL CH3COOH dari kemasan, alirkan ke dalam gelas
Erlenmeyer 250 mL.
(3) Bubuhi 2-3 tetes indikator pp*.
(4) Turunkan larutan NaOH 0,1 M yang telah dibakukan sambil
cairan dalam labu digoyang. Ketika warna merah agak
lambat menghilang, turunkan larutan NaOH berupa tetesan.
Hentikan titrasi jika warna merah muda yang muncul tidak
menghilang (selama 15 detik) oleh pengocokan.
Ulangi prosedur serupa sebanyak 2x.
Hitung volum rata-rata pemakaian larutan baku NaOH.
*dapat digunakan indikator timol biru (perubahan warna: merah ke kuning).

Reaksi: CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O


Perhitungan molaritas:
Vasam x Masam mol asam 1
= =
Vbasa x Mbasa mol basa 1
(1)(Vbasa )(Mbasa )
Masam =
(1)(Vasam )
Dari hubungan ini dapat dihitung molaritas larutan
CH3COOH dari kemasan (labu takar).

5. Pembakuan Natrium Hidroksida

Pembuatan l liter NaOH 0,1 M ; 0,1 N


(1) Siapkan di dalam botol plastik 1 L bertutup sebanyak 1 liter
akuades dingin (hasil pendidihan selama 5 menit).
(2) Timbang kasar bersama gelas kimia 100 mL, ±4,1 g NaOH
(p.a; butiran) secara cepat, dan segera tuangi dengan
akuades dari botol plastik di atas sebanyak 50 mL; aduk agar
segera larut; cepat tuangkan kembali cairan ini ke dalam
botol; tutup rapat; dan homogenkan.
Diperoleh: ±1 liter NaOH 0,1 M.

146
Pembuatan Larutan NaOH Bebas Karbonat
(1) Timbang 50 g NaOH p.a; pindahkan ke dalam tabung reaksi
pyrex besar; tambahkan 50 mL akuades; tutup rapat dengan
sumbat karet; dan biarkan semalam secara tegak.
(2) Siapkan 1 L akuades dingin (hasil pendidihan) di dalam
botol plastik bertutup.
(3) Secara hati-hati, ambil dengan pipet ukur, sebanyak 6-7 mL
NaOH dari tabung sediaan di atas, dan masukkan ke dalam
botol plastik (2); tutup rapat; homogenkan.
Diperoleh: ±1 liter NaOH 0,1 M bebas karbonat.
[Beri label; rapatkan tutupnya; larutan mudah menyerap CO2 [dapat berubah).]

Sediaan larutan NaOH di atas dapat dibakukan dengan (a) larutan


baku primer KH-ftalat* 0,1 M, atau (b) larutan baku sekunder HCl.
*dapat berupa kristalnya langsung.

Pembakuan NaOH 0,1 M ; 0,1 N


(1) Pipet secara teliti ke dalam 3 gelas Erlenmeyer 250 mL masing-
masing sebesar 25 mL larutan baku KH-ftalat 0,1000 M*.
(2) Tambahkan masing-masing 2 tetes indikator pp.
(3) Titrasi setiap larutan dengan larutan NaOH dari buret.
(4) Hentikan pentitrasian bila warna merah jambu muda timbul
secara menetap (15 detik) walaupun cairan digoyang.
*dapat pula digunakan kristalnya langsung dengan
menyiapkan 3 gelas Erlenmeyer yang diberi nomor urut.

Reaksi yang terjadi: KH-ftalat + NaOH → KNa-ftalat + H2O


(perbandingan mol asam : mol basa = 1 : 1)

Perhitungan molaritas larutan NaOH


(a) Konsentrasi NaOH (MNaOH) dapat ditetapkan/dihitung dengan
menerapkan rumus perbandingan (lihat Bab 7A.1).
(b) Bila yang digunakan kristal KH-ftalat, hitung rata-rata massa
kristal (misal a gram). Ubah rata-rata volum NaOH terpakai ke
dalam satuan liter (misal V liter). Substitusikan harga pada
hubungan berikut.
a/Mr mol KH - ftalat 1 (1)(a)
= =  MNaOH =
V x MNaOH mol NaOH 1 (1)(V)(204,44)
Dari hubungan ini, molaritas NaOH dapat dihitung.
Catatan:
Bila padatan NaOH yang digunakan bersifat p.a., larutannya dapat
berfungsi sebagai larutan baku sekunder (termasuk teknik penyimpanan
dan penggunaannya yang benar).

147
6. Pembuatan Dan Pembakuan Kalium Hidroksida

Pembuatan l liter KOH 0,1 M ; 0,1 N


(1) Siapkan ke dalam botol plastik 1 L bertutup sebanyak 1 liter
akuades yang telah dididihkan.
(2) Timbang kasar bersama gelas kimia 100 mL, ±5,7 g KOH
(p.a.; butiran) secara cepat, dan segera tuangi dengan ±50
mL akuades dari botol plastik di atas; aduk agar segera larut;
cepat tuangkan kembali larutan ini ke dalam botol; tutup
rapat; dan homogenkan.
Diperoleh: ±1 liter KOH 0,1 M ; 0,1 N.
(Beri label; rapatkan tutup botolnya; larutan mudah menyerap CO2.)

Larutan KOH dapat dibakukan dengan (a) larutan baku primer KH-
ftalat 0,1M, atau (b) larutan baku sekunder, seperti HCl. Prosedur
pembakuan NaOH terhadap baku primer KH-ftalat, atau terhadap
larutan baku sekunder HCl* dapat diterapkan (lihat Bab 8.A5).
*Lebih tepat jika memakai larutan HCl yang dibakukan dengan
larutan baku primer Na2CO3.

7. Pembuatan Dan Pembakuan Barium Hidroksida

Pembuatan 1 liter Ba(OH)2* 0,1 M ; 0,2 N ; jenuh


(1) Siapkan botol reagen 1 L bertutup rapat yang berisi 1 liter
akuades yang telah dididuhkan (bebas CO2).
(2) Timbanglah 32 g Ba(OH)2.8H2O; pindahkan ke dalam botol di
atas; tutup rapat, kocok beberapa kali; diamkan selama
semalam.
(3) Pindahkan secara perlahan ke dalam botol reagen lain
bertutup.
Diperoleh: 1 liter Ba(OH)2 jenuh (0,2 M ; 0,4 N).
(Beri label; rapatkan tutup botolnyanya; larutan mudah menyerap CO2.)
Keterangan: *disebut juga sebagai air barit; dan bersifat mudah menyerap CO2.

Larutan Ba(OH)2 dapat dibakukan dengan menggunakan larutan


baku HCl (setelah dibakukan dengan larutan baku primer Na2CO3;
lihat Bab 8A.5).

148
8. Pembuatan Dan Pembakuan Kalsium Hidroksida

Pembuatan 1 liter Ca(OH)2* 0,02 M ; 0,04 N ; jenuh


(1) Siapkan botol reagen 1 L bertutup rapat yang berisi 1 liter
akuades yang telah dididihkan (bebas CO2).
(2) Timbanglah 1,5 g Ca(OH)2 (lebihkan sedikit); pindahkan ke
dalam botol di atas; tutup rapat, kocok beberapa kali;
diamkan selama semalam.
(3) Pindahkan secara perlahan ke dalam botol reagen lain
bertutup.
Diperoleh: 1 liter Ca(OH)2 jenuh (0,02 M ; 0,04 N).
(Beri label; rapatkan tutup botolnya; larutan mudah menyerap CO2.)
Keterangan: *disebut juga air kapur.

Pembuatan 1 liter Ca(OH)2* 0,02 M ; 0,04 N ; jenuh


(Cara lain ; lebih murah.)
(1) Siapkan botol reagen 1,5 L bertutup yang berisi 1,2 liter
akuades.
(2) Siapkan botol reagen 1,5 L bertutup yang berisi 1,2 liter
akuades.
(3) Jadikan bubuk halus 1 bungkus gamping (kapur tohor; CaO);
masukkan ke dalam botol (1); tutup rapat, kocok secara kuat,
dan biarkan selama 1 malam. Kemudian buang seluruh
cairannya, tuangi lagi dengan 1,2 L akuades, tutup rapat,
kocok secara kuat, dan biarkan lagi selama 1 malam.
(4) Tuangkan (saring) larutan jernihnya ke dalam botol reagen 1
L lain, tutup secara rapat.
Diperoleh: 1 liter Ca(OH)2 jenuh.
(Beri label; rapatkan tutup botolnya; larutan mudah menyerap CO2.)

Larutan Ca(OH)2 dapat dibakukan dengan larutan baku HCl;


sebaiknya dengan larutan HCl yang dibakukan dengan larutan
baku primer Na2CO3.

149
9. Pembuatan Dan Pembakuan Amonium Hidroksida

Pembuatan 1 liter NH4OH 1 M ; 1 N


(1) Siapkan ke dalam botol reagen 1 L bertutup, 950 mL
akuades.
(2) Diukur 70 mL NH4OH pekat (14,8 M ; 28% NH3); segera
tuang-kan ke dalam botol (1); tutup rapat, dan homogenkan.

Diperoleh: ±1 liter NH4OH 1 M ; 1 N.


(Harus selalu tertutup; mudah terurai dengan melepaskan gas NH3.)

Pembakuan larutan NH4OH terhadap Larutan Baku HCl


(1) Pipet 25 mL larutan NH4OH 1 M dan alirkan ke dalam labu
takar 250 mL; segera alirkan akuades secara memutar pada
leher labu; dan penambahan akuades sampai 0,5 cm di
bawah tanda batas. Keringkan leher labu; tambahkan
akuades tetes per tetes sampai tanda batas; tutup; dan
homogenkan.
(2) Pipet sebanyak 3 kali @ 25 mL HCl 0,1 M; masukkan
masing-masing ke dalam 3 buah gelas Erlenmeyer 250 mL;
segera semperot dengan sedikit akuades pada dinding gelas
yang basah oleh asam. Selanjutnya tambahkan pada setiap
gelas dengan 2 tetes indikator MO*; goyang perlahan gelas
agar homogen.
*dapat juga menggunakan indikator bromofenol biru (titik akhir ditandai
oleh berubahnya warna kuning dan munculnya warna biru muda).
(3) Turunkan dari buret, larutan NH4OH (berasal dari labu takar)
ke dalam gelas Erlenmeyer-1 sambil digoyang memutar.
Ketika warna merah berubah dan mulai tampak warna kuning
samar- samar, alirkan secara memutar akuades secukupnya
(dari botol semprot) melewati leher gelas untuk menurunkan
basa yang menempel.
(4) Teruskan penambahan tetes per tetes, dan hentikan bila
muncul warna kuning muda yang lemah dan tak hilang oleh
pengocokan (15 detik). Catat pemakaian basa untuk gelas-1.

Lakukan langkah-3 dan langkah-4 ini terhadap gelas-2 dan gelas-3.


(buret harus dalam keadaan penuh.)
Catatan:
Reaksi dan perhitungan molaritas NH4OH analog dengan HCl-NaOH.

150
B. PEMBAKUAN CARA OKSIDIMETRI
Titrasi oksidimetri melibatkan beberapa oksidator dan reduktor
seperti dinyatakan menurut Tabel 8.1 berikut.
Tabel 8.1 Beberapa Oksidator dan Reduktor dalam Oksidimetri
Suasana Suasana
Oksidator larutan Hasil Reduktor larutan Hasil
MnO4– asam Mn2+ C2O42– asam CO2
Cr2O72– asam Cr3+ NO22– asam NO32–
ClO3– asam Cl– S2O32– asam/netral S4O62–
BrO3– asam Br– I– asam/netral I2
IO3– asam I– H3AsO3 asam/netral H3AsO4
H2O2 asam H2O Fe2+ asam Fe3+
Ce4+ asam Ce3+ Sn2+ asam Sn4+
Fe3+ asam Fe2+

Dari tabel di atas, reaksi redoks yang memenuhi syarat


sebagai dasar penetapan konsentrasi (analisis redoks) cukup banyak
namun pembahasan berikut dibatasi hanya tentang pembuatan
beberapa larutan dan penetapan konsentrasi yang melibatkan
permanganometri dan iodi/iodo-metri. Pola yang diperoleh dapat
dikembangkan atau diterapkan terhadap larutan lainnya.

1. Titrasi Permanganometri
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang mampu
mengoksidasi sebagian besar reduktor secara kuantitatif, selain itu
juga bahwa larutannya yang berwarna menjadikannya sekaligus
berperan sebagai indikator titik ekivalensi (kelebihan 1 tetes larutan
0,1 N sudah dapat menghasilkan warna ungu terang dalam volum
larutan yang besar). Larutan permanganat yang diterapkan biasanya
berkonsentrasi sekitar 0,1 N (atau 0,05 M). Untuk larutannya yang
lebin encer, pada titik akhir perubahan warna, ion permanganat kurang
terang, dan disarankan untuk membubuhinya dengan indikator
ortofenantrolin.

2. Pembakuan Larutan KMnO4 …

151
2. Pembuatan Larutan KMnO4 Dan Pembakuannya

Pembuatan 1 liter KMnO4 0,05 M ; 0,1 N


Ditimbang kasar di atas kaca arloji sebanyak:
(1)(0,1)(158,4)(1/5) g  3,2 g KMnO4 (p.a)
(1) Larutkan ke dalam gelas kimia berisi 1 L air suling.
(2) Tutup gelasnya, dan panaskan (*) di dalam penangas air
selama 10-15 menit; simpan larutan ini dalam keadaan
tertutup selama semalam.
(3) Saring larutan dengan menggunakan saringan kaca ke dalam
botol kaca gelap/coklat bertutup kaca.
Diperoleh: 1 liter KMnO4 0,05 M ; 0,1 N.
(Beri label, dan simpan di tempat yang gelap jika larutan
tidak dipakai; dapat berfungsi sebagai larutan baku dalam
penetapan oksalat, H2O2, dan besi.)

Keterangan:
(*) bertujuan untuk mempercepat oksidasi zat organik dalam air, dan untuk
menggumpalkan MnO2.
Catatan:
• Penyaringan jangan menggunakan kertas saring (akan teroksidasi).
• Adanya endapan coklat pada dinding dan dasar botol menunjukkan
terjadinya penguraian ion MnO4– menjadi MnO2.
• Jika larutan akan digunakan untuk menganalisis besi sebaiknya
larutan ini dibakukan dengan kawat besi.

Larutan KMnO4 dapat dibakukan terhadap larutan baku primer


Na2C2O4 atau larutan baku sekunder H2C2O4.

Pembakuan Larutan KMnO4


dengan zat baku primer Na2C2O4
(1) Siapkan 350 mL H2SO4 2 N; dan isikan ke dalam 3 gelas
Erlenmeyer 250 mL masing-masing sebanyak 75 mL H2SO4 2 N.
(2) Timbang secara teliti 3 bagian kristal Na2C2O4 kering, masing-
masing seberat 0,25 g; kemudian masukkan garam ini ke
dalam 3 gelas di atas, dan goyang sehingga melarut.
(3) Siapkan buret dan isi dengan larutan pentiter, KMnO4.
(4) Panaskan labu pertama beserta isinya sampai 70-80 0C.
(5) Lakukan pentitrasian sambil menggoyang labu, dan hentikan
ketika muncul warna merah muda yang tetap pada larutan.
Lakukan prosedur serupa terhadap labu 2 dan labu 3.

152
Catatan:
Untuk mendapat hasil dengan ketelitian yang signifikan, lengkapi dengan
percobaan blanko berikut.
(a) Panaskan 75 mL H2SO4 2 N dalam labu
Erlenmeyer 250 mL sampai 70-80 0C.
(b) Lakukan pentitrasian dengan larutan KMnO4, dan hentikan bila
larutan berwarna merah muda yang tetap.

Perhitungan Normalitas
(a)
Massa Na 2C2O4 = a g  Molek. Na 2C2O4 =
(2)(136,07)
Jika volum rata-rata KMnO4 = b mL, dan volum blanko KMnO4 = c mL maka:
(b - c)
Volum KMnO 4 terkoreksi = (b - c) mL = L.
(1000)
Hubungan yang diterapkan:
VKMnO4 x NKMnO4 = molek KMnO 4 = molek Na 2C2O 4
a/(2 x 126,07) (a)(1000)
NKMnO4 = molek/L = N.
(b - c)/1000 (b - c)(2 x 126,07)
(Keterangan: Jika blanko tidak dilakukan, maka c = 0.)

3. Titrasi Iodi/iodo-metri
Dalam cara ini dikenal 2 cara yaitu (a) iodimetri (cara
langsung), dan (b) iodometri (cara tak langsung).
Cara pertama (iodimetri), larutan I2 digunakan untuk
mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada titik ekivalennya. Namun
cara pertama ini jarang diterapkan karena I2 merupakan oksidator
lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping
dengan reduktor tadi. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan
penyimpangan hasil penetapan.
Cara tak langsung yang disebut iodometri; semua oksidator
yang akan ditetapkan konsentrasi atau kadarnya direaksikan dengan
ion iodida (I-) berlebih sehingga I2 dibebaskan. Baru kemudian I2 bebas
ini dititrasi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan indikator
amilum.
Pada analisis iodium selalu melibatkan garam KI; oleh
karenanya garam ini harus bebas dari iodat. Ion iodat (IO3-) dengan ion
iodida (I-) dalam suasana asam akan membebaskan iodium (I2) menurut
reaksi:
IO3– + 5 I– + 6 H+ → I2 + 3 H2O

153
Oleh karena itu garam KI harus bebas dari ion iodat; adanya ion iodat
dapat mempengaruhi hasil penetapan.
Dalam hal lain, larutan Na2S2O3 yang terlibat dalam analisis
iodium, padatannya berair kristal sebagai Na2S2O3.5H2O (biasanya
jumlah air kristalnya sukar diduga seperti tertulis). Ketika pembuatan
larutan (saat pelarutan) terjadi reaksi (jika ada CO2 dalam larutan):
Na2S2O3 + CO2(g) + H2O → NaHCO3 + NaHSO3 + S(s)
Larutan yang diperoleh karenanya menjadi keruh, namun larutan ini
akan jernih oleh mengendapnya belerang ke dasar bejana (dapat
didekantasi). Efek reaksi penguraian Na2S2O3 dengan adanya CO2 akan
meningkatkan konsentrasi larutan (menyebabkan penyimpangan
pemakaian larutan).
Di samping itu Na2S2O3 juga teroksidasi dengan adanya O2 dari udara:
2 Na2S2O3 + O2(g) → 2 Na2SO4 + 2 S(s)
Jadi, larutan harus dijaga dari pengaruh udara (O2 dan CO2), dan
pelarutan sebaiknya menggunakan akuades yang telah dididihkan.
Catatan:
• Larutan Na2S2O3 yang dibuat sebaiknya dibakukan terhadap larutan baku K 2Cr2O7.
• Larutan Na2S2O3 hasil pembakuan dapat berfungsi sebagai larutan baku sekunder.
Larutan ini tidak dapat disimpan dalam waktu yang agak lama karena menjadi tidak
stabil. Bakteri menyebabkan terjadinya proses metabolik dengan membentuk SO 32-,
SO42-, dan koloid belerang. Untuk mengurangi hal ini, biasanya, aquadesnya yang
disterilkan dan ditambahkan pengawet berupa boraks atau natrium karbonat.

4. Pembuatan Larutan Natrium Tiosulfat Dan Pembakuannya

Pembuatan 500 mL Na2S2O3 0,1 M


Ditimbang kasar (dengan neraca teknis) sebanyak:
(500)(0,1)(Mr) mg = (50)(248,186) mg  12,5 g Na2S2O3.5H2O
Larutkan dengan akuades dingin (setelah dididihkan) sampai volum
larutan mencapai 500 mL; biarkan semalam; ambil larutan jernihnya.
Perhitungan Normalitas
(12,5)(2)(kemurnian)
Molaritas = M
(248,186)
Diperoleh: 500 mL larutan Na2S2O3 0,1 M ; 0,2 N.
Catatan:
• Ke dalam larutan tio dapat ditambahkan kira-kira 0,2 g
natrium bikarbonat (sebagai pengawet) per 25 g tio.
• Larutan tio kemudian dibakukan dengan larutan baku primer K 2Cr2O7
(dapat juga dengan larutan baku primer I2).

154
Pada pembakuan larutan tio dengan larutan baku primer K2Cr2O7,
keberlangsungan reaksi Na2S2O3–K2Cr2O7 bergantung pada beberapa
kondisi sehingga sifat reaksinya yang pasti harus ditetapkan. Jika tidak
maka larutan tio harus dititrasi tak langsung dengan K2Cr2O7 menurut
langkah seperti berikut.

Pembakuan Larutan Na2S2O3


terhadap Larutan Baku Primer K2Cr2O7
(1) Larutkan 5 g KI dan 4 g NaHCO3 ke dalam gelas Erlenmeyer
yang berisi 300 mL akuades.
(2) Kemudian tambahkan HCl 1 M perlahan sambil digoyang
sampai tidak ada lagi gas CO2 yang keluar; lanjutkan
penambahan HCl sebanyak 10 mL.
(3) Tambahkan 25,0 mL K2Cr2O7 0,1 N; goyang perlahan gelasnya
(agar homogen); kemudian diamkan selama 10 menit.
(4) Turunkan larutan pentiter (Na2S2O3); tepat berwarna kuning
muda tambahkan 5 tetes indikator amilum, dan teruskan
pentitrasian secara perlahan. Hentikan, tepat warna biru
menghilang dan warna hijau muda (dari CrCl3) muncul.
Reaksi yang terlibat:
K2Cr2O7 + 6 KI + 14 HCl → 8 KCl + 2 CrCl3 + 3 I2 + 7 H2O
I2 + 2 Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2 NaI

Perhitungan molaritas Na2S2O3, gunakan hubungan:


VTio x NTio = VK2Cr2O7 x NK2Cr2O7
1 VK2Cr2O7 x NK2Cr2O7
Molaritas tio, MTio = x
2 VTio

5. Pembuatan Larutan Iodium Dan Pembakuannya


Iodium sedikit larut dalam air (0,34 g per liter pada 250C) tetapi
lebih mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida, I-
(bereaksi dengan membentuk kompleks ion triodida, I3-).
I2 + I– I3– K = 700 (250C)
Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi oleh O2
dari udara yang dipercepat reaksinya dalam suasana asam atau oleh
adanya cahaya, tetapi bersifat lambat dalam suasana netral.
4 I- + O2 + 4 H+ → 2 I2 + 2 H2O

155
Selain itu senyawa iodida (biasanya KI) yang digunakan
dipersyaratkan agar bebas dari iodat (karena iodat bereaksi dengan I-
dalam suasana asam dengan membentuk I2). Persyaratan ini
seharusnya dipenuhi bila larutan I2 dalam KI(aq) akan diterapkan
sebagai larutan baku.

Pembuatan 500 mL I2 0,1 M ; 0,2 N


Timbang kasar di atas kaca arloji:
(500)(0,1)(253,809) mg  13 g kristal I2 (p.a; hasil rekristalisasi);
kemudian timbang secara teliti (misal a gram).
(1) Timbang 24 g kristal KI (bebas senyawa iodat) dalam gelas
kimia kecil berisi 25 mL akuades.
(2) Larutkan kristal I2 di atas ke dalam larutan KI.
(3) Pindahkan ke dalam labu takar 500 mL; encerkan dengan
akuades sampai tanda batas, tutup, dan homogenkan.
(4) Pindahkan ke botol reagen coklat bertutup.
Perhitungan konsentrasi larutan I2:
(a)/(253,809 g/mol) (a)(2) (a)(2)(2)
= = M= N
(0,5 L) (253,809) (253,809)
Catatan:
[1] Larutan I2 yang pembuatannya memenuhi persyaratan
dapat berfungsi sebagai larutan baku primer.
[2] Larutan I2 dapat ditetapkan terhadap larutan baku primer natrium arsenit
(iodimetrik), atau terhadap larutan baku sekunder tio (iodometrik).

Pembakuan Larutan I2
terhadap Larutan Baku Primer Na-arsenit
(1) Dengan menggunakan buret*, turunkan 25,0 mL larutan baku
Na-arsenit ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
(2) Tambahkan 20-25 mL akuades, 5 g natrium bikarbonat, dan
2 mL indikator amilum. Goyang labu hingga campuran
homogen (NaHCO3 melarut).
(3) Turunkan perlahan larutan iod dari buret, dan hentikan bila
muncul warna biru muda yang menetap.
* lebih aman karena Na-arsenit sangat beracun.

156
Pilihan lain:
(1) Pipet secara hati-hati (bantu dengan ball-pipet) 25 mL larutan
iod ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
(2) Turunkan perlahan larutan Na-arsenit dari buret sambil
menggoyang labu secara perlahan, dan hentikan titrasi saat
larutan berwarna kuning-pucat.
(3) Tambahkan 2 mL indikator amilum, homogenkan, dan
teruskan titrasi secara perlahan. Hentikan titrasi bila warna
biru larutan tepat hilang.

Pembakuan Larutan I2
terhadap Larutan Baku Na-tiosulfat*
(1) Pipet 25 mL larutan I2 ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL,
dan encerkan dengan akuades sampai volumnya 100 mL.
(2) Turunkan dari buret, larutan Na2S2O3 (yang baru dibakukan),
dan hentikan bila larutan berwarna kuning-pucat.
(3) Tambahkan 2 mL indikator amilum, homogenkan, dan
teruskan titrasi secara perlahan. Hentikan titrasi bila warna
biru larutan tepat hilang.
Lakukan minimal sebanyak 3x untuk setiap prosedur yang
dipilih, dan tentukan nilai volum rata-ratanya.
*Gunakan larutan segar.

C. PEMBAKUAN CARA PENGENDAPAN

1. Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan melibatkan penggunaan beberapa larutan
baku seperti perak nitrat, natrium klorida, dan kalium/amonium-
tiosianat. Untuk menyederhanakan, bahasan berikut lebih ditujukan
pada reaksi-reaksi yang melibatkan penggunaan larutan perak nitrat
baku. Larutan baku perak nitrat digunakan pada penetapan klorida dan
bromida (metoda Mohr); penetapan klorida (metoda Volhard dan
metoda Fajans); dan penetapan campuran klorida-iodida. Larutan baku
KSCN atau NH4SCN digunakan bersama larutan baku AgNO3 dalam
metoda Volhard tak langsung pada penetapan klorida, bromida, atau
iodida; dan untuk penetapan perak.

157
2. Pembuatan Dan Pembakuan Larutan Perak Nitrat
Perak nitrat, AgNO3 p.a. mempunyai kemurnian paling sedikit
99,9% dapat diperoleh di pasaran (dan harganya sangat mahal). Jadi
senyawa ini dapat disiapkan sebagai larutan baku primer (melalui
penimbangan langsung). Larutan baku AgNO3 juga dapat diperoleh
dengan mereaksikan logam perak murni dengan asam nitrat murni,
hanya larutannya menjadi bersifat asam. Selain itu, AgNO3 teknis juga
dapat digunakan setelah dilakukan kristalisasi-ulang; dan kemudian
larutannya dibakukan terhadap larutan baku primer, misalnya terhadap
larutan baku NaCl.

Pembuatan 500 mL larutan baku AgNO3 0,1 M ; 0,1 N


Cara 1
Ditimbang kasar AgNO3 murni & kering* sebanyak:
(500 mL)(0,1 M)(Mr) = (50)(169,87) g  8,5 g AgNO3
Kemudian timbang-ulang secara teliti (misal a gram).
(1) Larutkan dengan akuades secukupnya kemudian pindahkan
secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL.
(2) Encerkan dengan akuades sampai tanda batas, dan
homogenkan.
(3) Pindahkan larutan ke dalam botol berwarna kuning-coklat
dan simpan di tempat gelap (berubah bila terkena cahaya).
*hasil kristalisasi-ulang, dan dikeringkan dalam oven listrik pada 250-3500C selama
1-2 jam, dan kemudian didinginkan dalam sebuah bejana tertutup di dalam desikator.
Catatan:
Larutan yang diperoleh sebaiknya dibakukan terhadap larutan baku primer
NaCl 0,1 M. Larutan baku AgNO3 ini bersuasana netral; jadi tepat untuk
penetapan yang memakai indikator K2CrO4 atau indikator adsorpsi.
Cara 2
Ditimbang kasar logam perak murni sebanyak 5,4 g.
Kemudian timbang-ulang secara teliti (misal p gram).
(1) Masukkan ke dalam gelas kimia 250 mL yang telah berisi 140
mL asam nitrat murni 1 M; dan tutup dengan gelas arloji.
(Lakukan reaksi ini di ruang asam.)
(2) Setelah reaksi sempurna dan suhu normal, pindahkan larutan
secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 mL. Kemudian
encerkan dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan.
(3) Pindahkan larutan ke dalam botol berwarna kuning-coklat dan
simpan di tempat gelap (larutan berubah bila terkena cahaya).
Catatan:
Larutan baku ini bersifat asam, dan tidak tepat digunakan untuk penetapan
yang memakai indikator K2CrO4 atau indikator adsorpsi.

158
Pembakuan Larutan AgNO3
terhadap Larutan Baku NaCl
Penyiapan indikator
• indikator kromat dari 5 g K2CrO4 dalam 100 mL akuades.
• indikator campuran dari 4,2 g K2CrO4 p.a. dan 0,7 g K2Cr2O7
p.a. dalam 100 mL akuades (pilihan yang lebih baik).

(1) Pipet 25 mL larutan baku NaCl 0,1000 M ke dalam labu


Erlenmeyer 250 mL yang terletak di atas
kertas/porselin putih.
(2) Tambahkan 1 mL indikator (sebaiknya menggunakan
pipet 1 mL).
(3) Turunkan larutan AgNO3 dari buret secara perlahan
sambil menggoyang cairan dalam labu.
Warna merah dari endapan mulai menghilang secara
lambat oleh penambahan setiap tetes larutan;
memberikan petunjuk bahwa AgCl sebagian besar
sudah terendapkan.
Pada saat ini turunkan larutan tetes demi tetes sampai
terjadi perubahan warna yang lemah sekali tetapi jelas.
Hentikan tetesan bila warna coklat-kemerahan yang
sangat lemah ini muncul dan tetap bertahan walaupun
dikocok dengan kuat.
(4) Lakukan koreksi blanko indikator dengan cara
tambahkan 1 mL indikator ke dalam akuades yang volum
sama dengan volum akhir campuran titrasi. Jatuhkan
berupa tetesan dari larutan AgNO3 sampai warna blanko
sama dengan warna dari larutan yang ditirasi. Hasil
titrasi blanko ini tak boleh melebihi 0,10 mL.
(5) Volum larutan AgNO3 terpakai merupakan volum titrasi
dikurangi dengan volum titrasi blanko.
Lakukan langkah serupa di atas sebanyak 2x. Perbedaan
antar hasil-akhir tidak melebihi 0,1 mL.
Catatan:
Setelah dibakukan, larutan-netral AgNO3 dapat digunakan
balik untuk pembakuan atau penetapan klorida.

159
3. Pembuatan Dan Pembakuan Larutan KSCN

Pembuatan 500 mL Larutan KSCN 0,1 M ; 0,1 N


Timbang kasar kristal KSCN p.a sebanyak:
(500 mL)(0,1 M)(Mr) = (50)(97,182) mg  4.9 g KSCN.
(1) Pindahkan dalam gelas ukur 500 mL.
(2) Tambahkan akuades secukupnya, goyang gelas agar kristal
melarut. Setelah melarut, tambahkan lagi akuades sampai
tanda batas.
(3) Pindahkan ke dalam botol reagen 500 mL bertutup.
Diperoleh: 500 mL larutan KSCN 0,1 M.
(Setelah dibakukan, larutan ini merupakan sediaan larutan baku KSCN.)
Catatan:
Prosedur yang sama dapat diterapkan untuk pembuatan
larutan amonium tiosianat, NH4SCN.

Pembakuan Larutan KSCN


terhadap Larutan Baku AgNO3
Siapkan:
[a] Larutan HNO3 (5 mL HNO3 pekat + 5 mL akuades). Bila larutannya
tampak berwarna kuning (karena adanya oksida nitrogen), maka
lakukan pendidihan sampai oksida itu hilang.
[b] Indikator Fe(III), dibuat sebagai larutan jenuh besi(III)-
amonium-sulfat p.a. dalam pelarut HNO3 1 M.
(1) Pipet 25 mL larutan baku AgNO3 0,1000 M ke dalam labu
Erlenmeyer 250 mL.
(2) Tambahkan 5 mL larutan HNO3 dan 1 mL indikator Fe(III).
(3) Turunkan larutan KSCN dengan perlahan, sambil campuran
dalam labu digoyang secara kontinu.
Muncul endapan putih yang menyebabkan cairan tampak
seperti susu. Selanjutnya, setiap tetes KSCN yang jatuh
akan memberikan endapan coklat-kemerahan yang
menyebar; namun segera hilang setelah dikocok. Suatu
saat, muncul endapan kemerahan yang lemah mirip
gumpalan yang mudah turun ke dasar labu, menunjukkan
bahwa titrasi mendekati titik akhir.
Turunkan larutan tetes per tetes; 1 tetes larutan KSCN
yang menghasilkan warna coklat-kemerahan yang lemah
dan tak hilang oleh pengocokan; menunjukkan bahwa
titik akhir telah tercapai.

160
(4) Lakukan titrasi blanko indikator:
⎯Masukkan 1 mL indikator dan 5 mL HNO3;
⎯tambahkan akuades sampai volumnya sama dengan
volum akhir campuran titrasi;
⎯kemudian jatuhkan tetesan larutan KSCN sampai
campuran berwarna kemerahan seperti pada titik akhir
di atas.
Lakukan langkah serupa sebanyak 2x.
Catatan:
Prosedur pembakuan serupa dapat diterapkan terhadap larutan NH 4SCN

D. PEMBAKUAN CARA PENGOMPLEKAN

1. Titrasi Pengomplekan
Kompleksometri dapat melibatkan reaksi pembentukan kompleks,
atau reaksi substitusi ligan (dimana ligan pada ion pusat atau logam
digantikan oleh ligan lain).
Reaksi pembentukan kompleks:
Ag+ + 2 CN– [Ag(CN)2]–
Reaksi substitusi ligan:
[M(H2O)n] + L [M(H2O)(n-1)(L)] + H2O
biru muda biru tua
n merupakan bilangan koordinasi logam, dan L dapat berupa molekul
netral atau bermuatan (ion)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi kompleks di


antaranya kestabilan ion kompleks dan kereaktifan ligan. Kestabilan ion
logam dicirikan oleh harga tetapan ketakstabilan kompleks (lihat:
Lampiran 31); sedangkan kekuatan ligan dicirikan oleh deret kekuatan
ligan (Gbr 8.1).

CN–  CO  NO  H– > CH3–  SC(NH3)2  SR2  PR3 > SO3H– >


NO2–  I–  SCN– > Br– > Cl– > py > RNH2  NH3 > OH– > H2O

Gbr 8.1 Deret Kekuatan Ligan (R = gugus alkil; py = piridin)

Salah satu reagen yang sangat serbaguna sebagai zat


pengompleks adalah EDTA atau bentuk garamnya serta tersedianya
berbagai jenis indikator ion-logam yang efektif pada pH tertentu.

161
Pada titrasi kompleksometri (terutama yang melibatkan EDTA),
pH sangat menentukan agar titik ekuivalensinya tepat; umumnya
memerlukan batas-batas sampai 1 satuan pH bahkan sampai 0,5
satuan pH. Untuk ini suatu bufer diperlukan, namun agar kerja bufer
sesuai yang dikehendaki maka larutan yang akan ditambahkan maka
bufer harus benar-benar netral; penetralan larutan harus tidak
menyebabkan terjadinya pengendapan pada pH bufer terutama jika
larutan asam dinetralkan dengan basa.
Penggunaan volum indikator harus secukupnya; tidak berlebihan.
Banyak indikator memperlihatkan dikroisme, yakni sifat indikator yang
mengalami transisi perubahan warna pada 1-2 tetes sebelum titik-akhir
yang sebenarnya. Di samping itu, dalam banyak titrasi EDTA,
perubahan warna sekitar titik-akhir, mungkin lambat; terhadap hal
seperti ini, titran sebaiknya diturunkan sedikit demi sedikit sambil
larutan terus diaduk (sebaiknya menggunakan pengaduk magnet).
CDTA {Asam trans-1,2-diaminosikloheksana-N,N,N-tetraasetat}
mem-bentuk kompleks yang lebih stabil daripada EDTA, hanya reaksi
pembentukannya lebih lambat sehingga titik akhir cenderung lambat
tercapai. EGTA {asam etilenaaglikolbis(2-aminoetil)N,N,N’,N’heksa-
asetat} sering diterapkan terutama pada penetapan Ca dalam
campuran senyawa Ca dan senyawa Mg; dan senyawa ini dianggap
lebih unggul dari EDTA pada titrasi Ca-Mg dalam air sadah.

2. Pembuatan Dan Pembakuan Larutan Na-EDTA


Jika tingkat kemurnian Na-EDTA meragukan, pembuatan larutan
dan pembakuannya dapat dilakukan sebagai berikut.

Pembuatan 1 L Larutan Na-EDTA 0,01 M


Timbang secara kasar:
4 g Na-EDTA dihidrat dan 0,1 g MgCl2.6H2O p.a.;
(1) Masukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 400 mL; tambahkan
akuades sampai kedua padatan itu membentuk larutan
(homogen).
(2) Pindahkan larutan ke dalam botol reagen 1 L bertutup dan
bersih, dan encerkan dengan aquades sampai volum larutan
1 L; tutup, dan kocok agar homogen. Beri etiket pada botol.
Diperoleh: 1 liter Na-EDTA 0,01 M

162
Pembakuan Larutan Na-EDTA
dengan Larutan Baku CaCl2
(1) Pipet 25 mL larutan baku CaCl2 0,0100 (lihat 6D.10), dan
masukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL; semprot
dengan sedikit akuades pada dinding gelas yang basah.
(2) Tambahkan 3 mL larutan bufer NH4OH-NH4Cl, dan
tambahkan 5 tetes indikator Eriokrom Hitam T; homogenkan.
(3) Turunkan larutan Na-EDTA dari buret secara perlahan
sampai warna merah anggur berubah menjadi warna biru.
Warna merah harus benar-benar hilang.
Ulangi prosedur ini hingga 2x.
Hitung rata-rata volum pemakaian larutan Na-EDTA.

Reaksi:
CaCl2 + NaH2C10H12O8N2 → NaCaC10H12O8N2 + 2 HCl
(Perbandingan molnya adalah mmol CaCl2 : mmol Na-EDTA = 1 : 1.)

Perhitungan kemolaran larutan Na-EDTA:


(1)(VCaCl2 )(MCaCl2 )
MNa -EDTA = M
(1)(VNa -EDTA )
Dengan demikian molaritas larutan Na-EDTA dapat diperoleh.

Catatan:
Air sadah mengandung salah satu dai ion Ca2+ atau ion Mg2+. Adanya ion ini
dalam air disebabkan oleh garam-garamnya dari bikarbonat, karbonat, sulfat,
dan klorida yang terlarut. Berikut ini ditunjukkan penggunaan larutan natrium-
EDTA pada penetapan air sadah.

Penetapan Air Sadah Total


(1) Pipe 25 mL sampel*, dan masukkan ke dalam gelas
Erlenmeyer 250 mL; semprot dengan sedikit akuades pada
bagian dinding yang basah.
(2) Tambahkan 3 mL larutan bufer NH4OH-NH4Cl, dan
tambahkan 5 tetes indikator Eriokrom Hitam T; homogenkan.
(3) Turunkan larutan Na-EDTA dari buret secara perlahan
sampai warna merah anggur berubah menjadi warna biru.
Warna merah harus benar-benar hilang.
Ulangi prosedur ini hingga 2x.
Hitung rata-rata volum pemakaian larutan Na-EDTA.
Keterangan:
*dapat berupa air yang akan diuji kandungan air sadahnya.

163
Reaksi: Ca2+ + NaH2C10H12O8N2 → NaCaC10H12O8N2 + 2 H+

Perhitungan kadar kesadahan total.


(1)(VNa -EDTA )(MNa -EDTA )
Mion = mmol/mL
(1)(Vion )
Jika kadar kesadahan total dinyatakan sebagai CaCO3 dalam ppm,
maka perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut.
Misal Mion = x mmol/mL maka Mion setara dengan MCaCO3.
mmol
MCaCO3 = x
mL
(x mmol)(Mr CaCO3 ) (x mmol)(100,086 mg/mmol) CaCO3
= =
mL mL
(x)(100,086) mg CaCO3
=
mL sampel
(x)(100,086) (1000) mg CaCO3
=
liter sampel

Kadar kesadahan-total dalam air adalah:


(x)(100,086)(1000) mg/L; atau (x)(100,086)(1000) ppm.
Dengan demikian, bila x berhasil ditetapkan, maka kadar kesadahan-
total dalam air dapat diketahui.



164
Larutan bufer* merupakan sistem larutan yang dapat memperta-
hankan pH lingkungannya dari pengaruh seperti oleh penambahan
sedikit asam/basa kuat, atau oleh pengenceran.
Sistem bufer terdiri atas dua komponen, yakni (1) komponen
pelarut (umumnya air), dan (2) komponen zat terlarutnya. Komponen
terakhir ini dapat berupa:
(a) asam lemah dan garam kuatnya,
(b) basa lemah dan garam kuatnya,
(c) sepasang asam-basa konyugat, atau
(d) sepasang pemberi-penerima proton.
Pada sistem bufer-asetat (CH3COOH-CH3COONa) dalam
pelarut air, reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+(aq) (9.1)
asam lemah
CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) + Na+(aq) (9.2)
garam kuat

Spesi kimia pada sistem bufer, seperti pada bufer-asetat di atas,


maka yang terlibat dalam kesetimbangan dinamiknya adalah hanya
reaksi 9.1 atau biasa disebut sebagai reaksi kesetimbangan ionisasi
asam asetat. Berdasar pada teori asam-basa Bronsted-Lowry,
persamaan reaksi kesetimbangan 9.1 dapat ditulis sebagai:
CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3COO-(aq) + H3O+(aq) (9.3)
(asam-1) (basa-1) (asam-2) (basa-2)
(pemberi proton) (penerima proton)

Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H+) menyebabkan kesetimbangan

*istilah lain: larutan dapar, atau larutan penyangga.

165
bergeser ke arah kiri (pembentukan asam lemah) sedangkan
penambahan basa (OH-) menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
arah kanan (pengurangan asam lemah). Jadi, penambahan dalam
jumlah kecil ini tidak akan mengakibatkan perubahan yang berarti
terhadap konsentrasi H+ atau pH dari larutan bufer asetat. Kerja sistem
bufer lainnya analog seperti kerja bufer asetat tersebut. Berdasarkan
pada alasan ini pula, kemampuan sistem bufer untuk mempertahankan
pH lingkungannya juga terbatas, yakni bergantung pada kuantitas dan
sifat komponen terlarutnya (yakni asam lemah/basa lemah dan garam
kuatnya; atau asam-basa konyugasinya).

A. pH LARUTAN BUFER
Pada sistem bufer-asetat seperti yang dicontohkan di atas,
persamaan tetapan kesetimbangan ionisasi asamnya adalah:
[H+ ][CH3COO− ]
Ka = (9.4)
[CH3COOH]
Dengan menganggap bahwa, CH3COO-  CH3COONa  garam,
dan CH3COOH  asam maka tetapan kesetimbangan ionisasi di
atas dapat dinyatakan sebagai,
[asam]
[H+ ] = x Ka (9.5a)
[garam]
Atau:
[asam]
pH = pKa - log (9.5b)
[garam]

Untuk sistem bufer dari basa-lemah dan garam-kuatnya, secara analog


berlaku:
[basa]
[OH− ] = x Kb (9.6a)
[garam]
Atau:
[basa]
pOH = pKb - log (9.6b)
[garam]
Keterangan:
Ka adalah tetapan ionisasi asam; dan K b adalah tetapan ionisasi basa.

Pada suhu 250C terhadap air berlaku Kw = [H+][OH-] = 10-14; dimana Kw


adalah tetapan ionisasi air. Dengan kata lain, berlaku pula hubungan:
pH + pOH = 14 (9.7)
166
Dengan demikian untuk larutan dengan pelarut air, bila nilai pH larutan
itu diketahui maka nilai pOH larutannya pun akan diketahui; demikian
pula sebaliknya.
Rumus pH larutan bufer secara umum (Henderson-
Hasselbalch) dapat dinyatakan sebagai,
[pemberi proton]
pH = pK - log (9.8a)
[penerima proton]

[asam - konyugasi]
pH = pK - log (9.8b)
[basa - konyugasi]

B. KAPASITAS DAN KEEFEKTIFAN LARUTAN BUFER


1. Kapasitas Larutan Bufer
Kapasitas suatu bufer merupakan ukuran kemampuan bufer itu
untuk mempertahankan pH lingkungannya terutama dari pengaruh-luar
oleh penam-bahan ion H+ (asam) atau ion OH- (basa). Yang paling
menentukan kemampuan bufer ialah kuantitas atau konsentrasi
masing-masing campurannya (misalnya asam/basa-lemah dan garam-
kuatnya; atau asam dan basa-konyugatnya). Makin tinggi konsentrasi
zat-zat ini, makin tinggi pula kapasitas bufer itu untuk mempertahankan
pH-nya terhadap pengaruh dari luar. (Lihat Tabel 9.1.)
Tabel 9.1
pH Bufer Dan Perubahan pH oleh Penambahan Asam/Basa

Bufer-asetat A Bufer-asetat B
25 mL CH3COOH 0,40 M 25 mL CH3COOH 0,10 M
+ +
25 mL CH3COONa 0,60 M 25 mL CH3COONa 0,15 M
pH* = 5,004 pH* = 5,004
pH = 0,073 pH = 0,324
pH = 4,931 pH = 4,931
pH = 0,072 pH = 0,281
pH** = 4,859 pH** = 4,859

Keterangan:
pH* = pH bufer setelah penambahan 1 ml NaOH 1M
pH** = pH bufer setelah penambahan 1 ml HCl 1M
pH = perbedaan pH
Kapasitas bufer didefinisikan sebagai banyaknya mol H+
(asam) yang diperlukan untuk mengubah pH 1 liter larutan bufer

167
sebesar 1 satuan pH. (Berikut ini dicontohkan perhitungan terhadap
kapasitas bufer asetat A.)

Menghitung kapasitas bufer-asetat A


Dari Tabel 9.1: volum total campurannya = 50 mL; mmol asam = 10; dan
mmol garam = 15.
Untuk bufer-asetat A, diperoleh: [asam] = 0,2; dan [garam] = 0,3
Jika Ka = 1,76 x 10-5 (Lamp. 14) maka pH dari bufer asetat A adalah 4,931.
Untuk perubahan satu satuan pH, misal diakibatkan oleh penam-
bahan x mol asam kuat, maka pH bufer akan berubah dari 4,931
menjadi (4,931 – 1) = 3,931; [asam] = 0,2 + x; dan [garam] = 0,3 – x.
Kuantitas ini disubstitusikan pada persamaan yang sesuai (yakni
persamaan 9.5b).
[asam] [asam]
pH = pKa - log  log = pKa - pH
[garam] [garam]
0,2 + x
log = 4,754 - 3,931= 0,823 
0,3 − x
0,2 + x
= 6,653  7,653 x = 1,796
0,3 − x
x = 0,235 mol .
Kapasitas bufer-asetat A adalah 0,235 mol H+.

Jika bufer-asetat A diperkirakan terhadap basa, kapasitasnya adalah


1,873 mol OH-. Analog untuk kapasitas bufer-asetat B adalah 0,059
mol H+ (asam) atau 0,464 mol OH- (basa). Berarti bufer-asetat A
memiliki kapasitas yang lebih tinggi dari bufer-asetat B di dalam
mempertahan-kan pH lingkungannya.

2. Keefektifan Larutan Bufer


Yang dimaksud dengan keefektifan bufer ialah ketepatan suatu
bufer dengan rentang perubahan pH lingkungannya oleh penambahan
maksimal suatu asam atau basa yang diinginkan.
Di bidang biologis misalnya, seorang peneliti sering berasumsi
terlebih dulu mengenai rentang perubahan pH lingkungan obyek
penelitiannya bila terkait erat dengan pH. Di bidang lain, analis
menginginkan suatu rentang perubahan pH (misalnya tidak lebih dari
0,2 satuan pH) pada penambahan sejumlah mol asam atau basa.
Justeru di bidang biokimia dan fisiologilah, sistem bufer paling banyak
dijumpai dan diterapkan, bahkan rentang perubahan pH lingkungan
biologis yang diharapkan jauh lebih kecil dari 1 satuan pH.

168
Pemahaman sifat sistem bufer yang didukung dengan
perhitungan (analisis sederhana) dapat membantu di dalam
merancang pembuatan bufer dengan ketepatan seperti yang
diinginkannya. Keuntungan lain, ketepatan sistem bufer dapat
menghindarkan pemborosan pemakaian zat/pereaksi di samping
mengurangi akibat negatif lain seperti kepekatan larutan karena dapat
menurunkan bahkan mematikan keaktifan sistem hidup.
Tabel 9.1 menunjukkan bahwa rentang perubahan pH bufer
asetat A memiliki keefektifan (ketepatan) yang berbeda antara akibat
penambahan asam dan akibat penambahan basa. Untuk
menghindarkan perbedaan ini, beberapa sumber menyarankan bahwa
pilihlah asam dengan pKa sedekat mungkin dengan pH bufernya (pH
lingkungan yang diinginkan).
Seandainya pilihan ini terpenuhi (misalnya pH bufernya  pKa), maka
perbandingan mol asam dan mol garam harus sama dengan 1. Dengan
demikian, keefektifan bufer akan maksimal di dalam mempertahankan
suasana lingkungannya akibat penambahan baik oleh ion H+ (asam)
maupun ion OH- (basa).

C. PERHITUNGAN PEMBUATAN LARUTAN BUFER


Berikut ini ditunjukkan beberapa contoh perhitungan pembuatan
larutan bufer sesuai dengan sifat bufer yang dikehendaki.

Contoh 1
Akan dibuat 250 ml larutan bufer dengan pH 10,0.
Disediakan larutan NH4OH 0,1N dan serbuk NH4Cl.
Perhitungan:
Jika pH = 10,0 maka pOH = 4,0.
Harga pKb (NH4OH) = 4,75 (dari Lampiran 17); harga Mr NH4Cl = 53,49.
Persamaan yang diterapkan:
[basa] [basa]
pOH = pKb - log  log = pKb - pOH
[garam] [garam]
[basa]
log = 4,75 - 4,0 = 0,75
[garam]
[basa]
= 0,562.
[garam]
Diperoleh perbandingan konsentrasi, [basa] : [garam] = 0,562 : 1.

Berarti untuk memperoleh bufer NH4OH-NH4Cl pH 10,0 dapat dibuat dari


berbagai perbandingan konsentrasi.
(a) Jika volum total = volum NH4OH (volum padatan garam diabaikan);
berarti kuantitas NH4OH banyaknya (250 mL)(0,1M) = 25 mmol NH4OH.

169
Massa garam dapat diperkirakan dari penerapan perbandigan di atas
pada perbandingan berikut.
25 mmol basa/250 mL 0,562
= 
x mmol garam/250 mL 1
25
x= = 44,48.
0,562
44,48 mmol NH4Cl  (44,48 mmol)(53,49 mg/mmol)
= 2379,2 mg NH4Cl = 2,379 g NH4Cl.
Timbang 2,379 g NH4Cl, dan larutkan dalam 250 mL NH4OH 0,1N.
(b) Jika volum NH4OH 0,1 N yang digunakan adalah 200 mL lalu sejumlah
garam dilarutkan, dan selanjutnya volum akhir dijadikan 250 mL dengan
menambahkan akuades, berarti:
- kuantitas NH4OH adalah (200 mL)(0,1N) = 20 mmol, dan
- jumlah garam yang harus ditimbang (dilarutkan) dihitung
berdasarkan perbandingan berikut.
20 mmol basa/250 mL 0,562 20
=  x= = 35,59.
x mmol garam/250 mL 1 0,562
40,04 mmol NH4Cl  (35,59 mmol)(53,49 mg/mmol)
= 1903,71 mg NH4Cl = 1,904 g NH4Cl.
Timbang garam NH4Cl sejumlah 1,904 g; larutkan dalam 200 mL
NH4OH 0,1 N; kemudian diencerkan dengan akuades sampai volum
total 250 mL.

Contoh 2
Diperlukan 100 ml larutan bufer pH 5,00. Yang tersedia adalah asam asetat,
asam benzoat, asam format dan garam-garamnya.
Analisis/Perhitungan
(1) Yang dipilih adalah asam dengan pK a-nya mendekati pH larutan bufer,
yaitu asam asetat.
(2) Dasar Perhitungan:
[asam] [asam]
pH = pKa - log  log = pKa - pH
[garam] [garam]
[asam]
log = 4,76 - 5,0 = - 0,24
[garam]
[asam]
= 0,575
[garam]
Diperoleh perbandingan, [asam] : [garam] = 0,575 : 1.

(3) Menentukan mmol dari asam asetat dan garamnya.


Misal tersedia CH3COOH 0,5 M; dan andaikan yang digunakan
100 mL CH3COOH 0,5 M berarti setara dengan: (100 mL)(0,5 M)
= 50 mmol CH3COOH.

170
Perbandingan (dalam mmol) antara asam dan garam adalah:
0,575 : 1 = 50 mmol : x
(1)(50 mmol)
x= = 86,957 mmol CH3COONa
0,575
= (86,957 mmol)(82,03 mg/mmol) = 7133,1mg
= 7,13 g CH3COONa.
(4) Prosedur pembuatan:
Ditimbang 7,13 g CH3COONa, dan ukur 100 mL CH3COOH 0,5 M.
Larutkan garam ke dalam larutan asam.

Contoh 3
Jika pada contoh 3, bufer yang ingin dibuat selain ber-pH 5,00 juga harus
memiliki rentang perubahan pH lingkungannya maksimal 0,10 satuan pH oleh
penambahan 1 mmol H+ atau 1 mmol OH-. Bagaimana cara membuatnya?
Analisis/Perhitungan
Gunakan perbandingan molar dari asam dan garam (lihat contoh 2).
(1) Dasar: kelipatan berapapun dari perbandingan, tetap akan memberikan
pH = 5,0. Dimisalkan:
CH3COONa awal = a mmol; dan CH3COOH awal = 0,575a mmol.
(2) Andai karena penambahan 1 mmol basa (OH -), maka setelah
penambahan terjadi perubahan mmol asam dan garam dari bufer
sebagai:
CH3COONa akhir = (a+1) mmol; dan CH3COOH akhir = (0,575a–1) mmol.
(3) Karena rentang perubahan yang dinginkan sebesar 0,10 satuan, maka
akibat penambahan basa menyebabkan pH bufer harus paling tinggi
menjadi pH = 5,10.
(4) Perhitungan mmol dari asam & garam.
(0,575a - 1)
log = 4,76 - 5,10 = - 0,24
(a + 1)
(0,575a - 1)
= 0,457.
(a + 1)
0,118a = 1,457  a = 12,347
Jadi,
mmol asam terlarut adalah 0,575a mmol = 7,10 mmol CH3COOH.
mmol garam terlarut adalah: a mmol = 12,347 mmol CH3COONa

(5) Volum asam, jika yang digunakan CH3COOH 0,5 M, besarnya adalah:
(7,10 mmol) : 0,5 M = 14,20 mL.
7,10 mmol
Volum asam = = 14,20 mL.
0,5 M

171
(6) Massa garam, banyaknya adalah:
12,347 mmol atau (12,347)(82,03 mg/mmol) = 1,013 g.

Prosedur pembuatan 100 mL bufer asetat pH 5,00 adalah,


(a) Ditimbang teliti: 1,013 g CH3COONa, dan pindahkan secara kuantitatif
ke dalam labu takar 100 mL.
(b) Turunkan 14,20 mL CH3COOH 0,5 M (gunakan buret) ke dalam labu
takar, tambahkan sekitar 25 mL akuades, dan goyang labu sehingga
garam melarut.
(c) Tambahkan akuades hingga tanda batas.

D. PEMBUATAN LARUTAN BUFER

1. Pembuatan Larutan Bufer Baku


Tabel 9.2 Pembuatan Bufer Baku*
pH pada
Larutan Bufer** 0C
20 25 0C 38 0C
KHC2O4.H2C2O4.2H2O 0,05 m 1,675 1,679 1,691
HCl 0,1M + KCl 0,09 M - 2,07 2,08
KHC4H4O6; larutan jenuh - 3,557 3,549
KHC8H4O4 0,05 m 4,002 4,008 4,030
KH2PO4 0,025 m + NaH2PO4.12H2O 0,025 m 6,881 6,865 6,840
Na2B4O7.10H2O 0,01 m 9,225 9,180 9,081
CH8COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M - 4,64 4,65
*Bufer ini cocok untuk kalibrasi pH-meter, dan untuk tujuan lain dengan
ketelitian pH yang memadai.
**Pembuatan masing-masing larutan bufer dapat ditelusuri melalui daftar indeks.

Catatan:
KHC2O4.H2C2O4.2H2O (kalium tetroksalat dihidrat); KHC4H4O6 (kalium
hidrogen tartrat); KHC8H4O4 (kalium hidrogen ftalat; KHP); KH2PO4
(kalium dihidrogen fosfat); Na2B4O7.10H2O (natrium tetraborat dekahidrat;
boraks); NaH2PO4.12H2O (natrium dihidro-gen fosfat dodekahidrat); m =
molal (mol/liter air); dan M = molar (mol/liter larutan).

2. Pembuatan Bufer CH3COONa–HCl (Bufer pH 0,65-4,76)


Tabel 9.3 Pembuatan Bufer CH3COONa–HCl (Bufer pH 0,65-4,76)
A (mL) + A (mL) + A (mL) +

172
pH x (mL) y (mL) pH x (mL) y (mL) pH x (mL) y (mL)
0,65 100,0 100,0 1,99 52,5 147,5 3,61 45,0 155,0
0,75 90,0 110,0 2,32 51,0 149,0 3,79 42,5 157,7
0,91 80,0 120,0 2,63 50,0 150,0 3,95 40,0 160,0
1,09 70,0 130,0 2,72 49,75 150,25 4,19 35,0 165,0
1,24 65,0 135,0 3,09 48,5 151,5 4,39 30,0 170,0
1,42 60,0 140,0 3,29 47,5 152,5 4,58 25,0 175,0
1,71 55,0 145,0 3,49 46,25 153,75 4,76 20,0 180,0
1,85 53,5 146,5
A (50 mL CH3COONa 1 M); B (x mL HCl 1 M); dan Y (y mL akuades)
Larutan A
(Timbang 136,080 g CH3COONa.3H2O; masukkan ke labu takar 1 liter;
tambah 300 mL akuades, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai
tanda batas)
Larutan B
(Encerkan dari larutan baku HCl yang lebih pekat hingga diperoleh HCl 1M.)
Volum akhir dari campuran adalah 250 mL.

3. Pembuatan Bufer pH 1,00-2,20 (Bufer KCl-HCl)


Tabel 9.4 Pembuatan Bufer pH 1,00-2,20 (Bufer KCl-HCl)
A (mL) + A (mL) + A (mL) +
pH pH pH
x (mL) y (mL) x (mL) y (mL) x (mL) y (mL)
1,00 67,0 8,0 1,50 20,7 54,3 1,90 8,1 66,9
1,10 52,8 22,2 1,60 16,2 58,8 2,00 6,5 68,5
1,20 42,5 32,5 1,70 13,0 62,0 2,10 5,1 69,9
1,30 33,6 41,4 1,80 10,2 64,8 2,20 3,9 71,1
1,40 26,6 48,4
A (25 mL KCl 0,2 M); B (x mL HCl 0,2 M); dan Y (y mL akuades).
Larutan A
(Timbang 7,455 g KCl; masukkan ke labu takar 500 mL; tambah akuades ¼
labu; dan homogenkan; tambahkan lagi akuades sampai tanda batas.)
Larutan B
(Encerkan larutan baku HCl yang lebih pekat hingga didapatkan HCl 0,2 M).
Volum akhir dari campuran adalah 100 mL.

4. Pembuatan Bufer pH 2,20–4,00 (Bufer KHP–HCl)


Tabel 9.5 Pembuatan Bufer pH 2,20–4,00 (Bufer KHP–HCl)
A (mL) + A (mL) + A (mL) +

173
pH x (mL) y (mL) pH x (mL) y (mL) pH x (mL) y (mL)
2,20 49,5 0,5 2,90 25,7 24,3 3,50 8,2 41,8
2,30 45,8 4,2 3,00 22,3 27,7 3,60 6,3 43,7
2,40 42,2 7,8 3,10 18,8 31,2 3,70 4,5 45,5
2,50 38,8 11,2 3,20 15,7 34,3 3,80 2,9 47,1
2,60 35,4 14,6 3,30 12,9 37,1 3,90 1,4 48,6
2,70 32,1 7,9 3,40 10,4 39,6 4,00 1,0 49,0
2,80 28,9 21,1
A (50 mL Kalium-hidrogenftalat 0,1M); B (x mL HCl 0,1M); dan Y (y mL akuades)

Larutan A (Timbang teliti: 10,222 g KHP*; masukkan ke labu takar 500 mL;
tambah akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai
tanda batas.)
Larutan B (dibuat dari pengenceran larutan HCl baku.)
Keterangan:
*KHP = kalium hidrogen ftalat; dan volum akhir dari campuran adalah 100 mL.

5. Pembuatan Bufer pH 3,4–5,5 (Bufer Asam sitrat–Natrium sitrat)*


Tabel 9.6 Pembuatan Bufer pH 3,4–5,5 (Bufer Asam sitrat–Natrium sitrat)
A B A B A B
pH (mL) (mL) pH (mL) (mL) pH (mL) (mL)
3,4 80 20 4,2 61 39 5,0 40 60
3,6 76 24 4,5 55 45 5,3 35 65
3,8 70 30 4,8 46 54 5,5 30 70
4,0 65 35

Larutan A (Larutan asam sitrat 0,2 M)


Timbang teliti: 21,014 g C6H8O7.2H2O; masukkan ke labu takar 500 mL;
tambahkan akuades ½ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai
tanda batas.
Larutan B (Larutan Na-sitrat 0,2M)
Timbang teliti; 29,412 g Na3C6H5O7.H2O; masukkan ke labu takar 500 mL;
tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi aquades sampai
tanda batas.

*disebut bufer sitrat.

6. Pembuatan Bufer pH 3,8–5,6 (Bufer CH3COOH–CH3COONa)*

Tabel 9.7 Pembuatan Bufer pH 3,8-5,6 (Bufer CH3COOH–CH3COONa)


A B A B A B
pH pH pH

174
(mL) (mL) (mL) (mL) (mL) (mL)
3,8 87 13 4,6 51 49 5,2 21 79
4,0 80 20 4,8 40 60 5,4 14,5 85,5
4,2 73 27 5,0 30 70 5,6 11 89
4,4 62 38

Larutan A
(Larutan 1,2 mL asam asetat dalam 100 mL akuades.)
Larutan B
(Larutan 2,7 g CH3COONa.3H2O dalam 100 mL akuades).
Catatan: Tambahkan dulu beberapa kristal kamfor pada kedua larutan.

*disebut bufer asetat.

7. Pembuatan Bufer pH 4,10–5,90 (Bufer KHP–NaOH)

Tabel 9.8 Pembuatan Bufer pH 4,10–5,90 (Bufer KHP–NaOH)


A(mL) + A(mL) + A(mL) +
pH x y pH x y pH x y
(mL) (mL) (mL) (mL) (mL) (mL)
4,10 1,3 48,7 4,80 16,5 33,5 5,40 34,1 15,9
4,20 3,0 47,0 4,90 19,4 30,6 5,50 36,6 13,4
4,30 4,7 45,3 5,00 22,6 27,4 5,60 38,8 11,2
4,40 6,6 43,4 5,10 25,5 24,5 5,70 40,6 9,4
4,50 8,7 41,3 5,20 28,8 21,2 5,80 42,3 7,7
4,60 11,1 38,9 5,30 31,6 18,4 5,90 43,7 6,3
4,70 13,6 36,4

A (50 mL KHP 0,1 M); B (x mL NaOH 0,1 M); dan Y (y mL akuades)

Larutan A
(Pembuatan, lihat: Bufer pH 2,20-4,00).
Larutan B
(Dibuat dengan mengencerkan larutan baku NaOH bebas karbonat
dengan akuades bebas CO2 sehingga diperoleh NaOH 0,1 M.)

8. Pembuatan Bufer pH 4,6–6,4 (Bufer Na-maleat–NaOH)


Tabel 9.9 Pembuatan Bufer pH 4,6–6,4 (Bufer Na-maleat–NaOH)
A (mL) + A (mL) + A (mL) +
pH pH pH
x (mL) y (mL) x (mL) y (mL) x (mL) y (mL)

175
4,6 0,5 49,5 5,4 4,0 46,0 6,0 10,0 40,0
4,8 1,0 49,0 5,6 5,8 44,2 6,2 12,5 37,5
5,0 1,8 48,2 5,8 7,6 42,4 6,4 14,5 35,5
5,2 2,8 47,2
A (50 mL Na-maleat asam 0,4M); B (x mL NaOH 0,1M); dan Y (y mL akuades)
Larutan A
(Dimbang 23,214 g asam maleat; masukkan ke labu takar 500 mL; tambah
akuades ½ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas).
Larutan B
(Dibuat dengan mengencerkan larutan baku NaOH bebas karbonat dengan
akuades bebas CO2 sedemikian sehingga diperoleh larutan NaOH 1 N.)

9. Pembuatan Bufer pH 5,3–8,0 (Bufer Na2HPO4–NaH2PO4)*


Tabel 9.10 Pembuatan Bufer pH 5,3–8,0 (Bufer Na2HPO4–NaH2PO4)
A B A B A B
pH (mL) (mL) pH (mL) (mL) pH (mL) (mL)
5,3 2,6 97,4 6,2 18,6 81,4 7,1 66,6 33,4
5,4 3,2 96,8 6,3 22,5 77,5 7,2 72,0 28,0
5,5 4,0 96,0 6,4 26,7 73,3 7,3 76,8 23,2
5,6 5,1 94,9 6,5 31,7 68,3 7,4 80,8 19,2
5,7 6,4 93,6 6,6 37,5 62,5 7,5 84,1 15,9
5,8 8,0 92,0 6,7 43,3 56,7 7,6 87,0 13,0
5,9 9,9 90,1 6,8 49,1 50,9 7,7 89,4 10,6
6,0 12,3 87,7 6,9 55,1 44,9 7,8 91,5 8,5
6,1 15,1 84,9 7,0 61,1 38,9 7,9 93,2 6,8
8,0 94,7 5,3
A (larutan Na2HPO4 0,1 M); dan B (larutan NaH2PO4 0,1 M)
Larutan A
(timbang: 17,799 g Na2HPO4.2H2O; masukkan ke labu takar 1 liter;
tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai
tanda batas).
Larutan B
(timbang; 15,601 g NaH2PO4.2H2O; masukkan ke labu takar 1 liter;
tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai
tanda batas).

*disebut bufer fosfat.

10. Pembuatan Bufer pH 5,8–8,0 (Bufer KH2PO4–NaOH)


Tabel 9.11 Pembuatan Bufer pH 5,8–8,0 (Bufer KH2PO4–NaOH)
A(mL) + A(mL) + A(mL) +
pH x y pH x y pH x y
(mL) (mL) (mL) (mL) (mL) (mL)

176
5,80 3,6 46,4 6,60 16,4 33,6 7,40 39,1 10,9
5,90 4,6 45,4 6,70 19,3 30,7 7,50 40,9 9,1
6,00 5,6 44,4 6,80 22,4 22,6 7,60 42,4 7,6
6,10 6,8 43,2 6,90 25,9 24,1 7,70 43,5 6,5
6,20 8,7 41,3 7,00 29,1 20,9 7,80 44,5 5,5
6,30 11,1 38,9 7,10 32,1 17,9 7,90 45,3 4,7
6,40 13,6 36,4 7,20 34,7 15,3 8,00 46,1 3,9
6,50 13,9 36,1 7,30 37,0 13,0
A (50 mL KH2PO4 0,1 M); B (x mL NaOH 0,1 M); dan y mL akuades.
Larutan A
(Timbang: 6,805 g KH2PO4; masukkan ke labu takar 500 ml; tuangi akuades
¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas.)
Larutan B
(Dibuat dengan mengencerkan larutan baku NaOH bebas karbonat dengan
akuades bebas CO2.sedemikian sehingga diperoleh larutan NaOH 0,1 M.)

11. Pembuatan Bufer pH 7,00–9,00


Tabel 12 Pembuatan Bufer pH 7,00–9,00
A(mL) + A(mL) + A(mL) +
pH x (mL) y (mL) pH x (mL) y (mL) pH x (mL) y (mL)
7,00 46,6 3,4 7,70 36,6 13,4 8,40 17,2 32,8
7,10 45,7 4,3 7,80 34,5 15,5 8,50 14,7 35,3
7,20 44,7 5,3 7,90 32,0 18,0 8,60 12,2 37,8
7,30 43,4 6,6 8,00 29,2 20,8 8,70 10,3 39,7
7,40 42,0 7,0 8,10 26,2 23,8 8,80 8,5 41,5
7,50 40,3 9,7 8,20 22,9 27,1 8,90 7,0 43,0
7,60 38,5 11,5 8,30 19,9 30,1 9,00 5,7 44,3
A {50 mL tris-(hidroksimetil)aminometana 0,1 M};
B (x mL HCl 0,1 M); dan y mL akuades.
Larutan A
(timbang 6,057 g C4H11O3N; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi akuades
¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas).
Larutan B
(Encerkan larutan baku HCl sedemikian sehingga diperoleh larutan HCl 0,1 M.)

12. Pembuatan Bufer pH 7,4–9,2 (Bufer H3BO3–Na2B4O7)


Tabel 9.13 Pembuatan Bufer pH 7,4–9,2 (Bufer H3BO3–Na2B4O7)*

pH A (mL) B (mL) pH A (mL) B (mL)


7,4 90 10 8,4 55 45

177
7,6 85 15 8,6 45 55
7,8 80 20 8,8 30 70
8,0 70 30 9,0 20 80
8,2 65 35 9,2 10 9

A (larutan H3BO3 0,2 M); dan B (larutan Na2B4O7.10H2O 0,05 M)


Larutan A
(Timbang 6,184 g H3BO3; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi
akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi aqkades sampai
tanda batas.)
Larutan B
(Timbang 9,536 g Na2B4O7.10H2O; masukkan ke labu takar 500 mL;
larutkan; kemudian tambah akuades sampai tanda batas.)

*disebut bufer borat.

13. Pembuatan Bufer pH 8,00–9,10 (Bufer Boraks–HCl)


Tabel 9.14 Pembuatan Bufer pH 8,00–9,10 (Bufer Boraks–HCl)

A (mL) + A (mL) +
pH pH
x (mL) y (mL) x (mL) y (mL)
8,00 20,5 29,5 8,60 13,5 36,5
8,10 19,7 30,5 8,70 11,6 38,4
8.20 18,8 31,2 8,80 9,6 40,4
8,30 17,7 32,3 8,90 7,1 42,9
8,40 16,6 33,4 9,00 4,6 45,5
8,50 15,2 34,8 9,10 2,0 48,0

A (50 mL Na2B4O7 0,025 M); B (x mL HCl 0,1 M); dan y mL akuades.

Larutan A
(Timbang 4,768 g Na2B4O7.10H2O; masukkan ke labu takar 500
mL; tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi
akuades sampai tanda batas.)
Larutan B
(Encerkan larutan baku HCl sedemikian sehingga diperoleh
larutan HCl 0,1 M.)

14. Pembuatan Bufer pH 7,8–10,0 (Bufer H3BO3+KCl–NaOH)


Tabel 9.15 Pembuatan Bufer pH 7,8–10,0 (Bufer H3BO3+KCl–NaOH)

A (mL) + A (mL) +
pH pH
x (mL) y (mL) x (mL) y (mL)

178
7,80 2,65 147,35 9,00 21,40 128,60
8,00 4,00 146,00 9,20 26,70 123,30
8,20 5,90 144,10 9,40 32,00 118,00
8,40 8,55 141,45 9,60 36,85 113,15
8,60 12,00 138,00 9,80 40,80 109,20
8,80 16,40 133,60 10,00 43,90 106,10
A (50 mL larutan H3BO3 + KCl); B (x mL NaOH 0,2 M); dan Y (y mL akuades)

Larutan A
(Timbang 6,1845 g H3BO3 dan 7,4555 g KCl; masukkan ke labu takar 500 mL;
tuangi akuades ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda
batas.)
Larutan B
(Enceran larutan baku NaOH bebas karbonat sedemikian sehingga diperoleh
larutan NaOH 0,2 M.)

15. Pembuatan Bufer pH 9,20-10,80 (Bufer Boraks–NaOH)


Tabel 9.16 Pembuatan Bufer pH 9,20-10,80 (Bufer Boraks–NaOH)

A (mL) + A (mL) +
pH pH
x (mL) y (mL) x (mL) y (mL)
9,20 0,9 49,1 10,10 19,5 30,5
9,30 3,6 46,4 10,20 20,5 29,5
9,40 6,2 43,8 10,30 21,3 28,7
9,50 8,8 41,2 10,40 22,1 27,9
9,60 11,1 38,9 10,50 22,7 27,3
9,70 13,1 36,9 10,60 23,3 26,7
9,80 15,0 35,0 10,70 23,8 26,2
9,90 16,7 33,3 10,80 24,25 25,75
10,00 18,3 31,7
A (50 mL Na2B4O7.10H2O 0,025 M); B (x ml NaOH 0,1 M); dan y ml akuades.

Larutan A (Pembuatan, lihat: Bufer pH 8,00-9,10.)


Larutan B (Pembuatan, lihat di bagian sebelumnya.)

16. Pembuatan Bufer pH 9,60–11,0 (Bufer NaHCO3–NaOH)*


Tabel 9.17 Pembuatan Bufer pH 9,60–11,0 (Bufer NaHCO3–NaOH)

A (mL) + A (mL) +
pH pH
x (mL) y (mL) x (mL) y (mL)

179
9,60 5,0 45,0 10,40 16,5 33,5
9,70 6,2 43,8 10,50 17,8 32,2
9,80 7,6 42,4 10,60 19,1 30,9
9,90 9,1 40,9 10,70 20,2 29,8
10,00 10,7 39,3 10,80 21,2 28,8
10,10 12,2 37,8 10,90 22,0 28,0
10,20 13,8 36,2 11,00 22,7 27,3
10,30 15,2 34,8
A (50 ml NaHCO3 0,05 M); B (x ml NaOH 0,1 M); dan Y (y ml akuades)
Larutan A
(Timbang 4,2005 g NaHCO3; masukkan ke labu takar 1 liter; tuangi
akuades bebas CO2 sampai ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi
akuades sampai tanda batas.)
Larutan B
(Pembuatan, lihat di bagian sebelumnya.)

*disebut buffer bikarbonat

17. Pembuatan Bufer pH 10,90–12,00 (Bufer Na2HPO4–NaOH)


Tabel 9.18 Pembuatan Bufer pH 10,90–12,00 (Bufer Na2HPO4–NaOH)

A (mL) + A (mL) +
pH pH
x (mL) y (mL) x (mL) y (mL)
10,90 3,3 46,7 11,50 11,1 38,9
11,00 4,1 45,9 11,60 13,5 36,5
11,10 5,1 44,9 11,70 16,2 33,8
11,20 6,3 43,7 11,80 19,4 30,6
11,30 7,6 42,4 11,90 23,0 27,0
11,40 9,1 40,9 12,00 26,9 23,1

A (50 ml Na2HPO4 0,05 M); B (x ml NaOH 0,1 M); dan y ml akuades)

Larutan A (Cara pembuatan, lihat: Bufer pH 5,3 - 8,0.)


Larutan B (Cara pembuatan, lihat di bagian sebelumnya.)

18. Pembuatan Bufer pH 12,00–13,00 (Bufer KCl–NaOH)


Tabel 9.19 Pembuatan Bufer pH 12,00–13,00 (Bufer KCl–NaOH)
A (mL) + A (mL) +
pH pH
x (mL) y (mL) x (mL) y (mL)

180
12,00 6,0 69,0 12,60 25,6 49,4
12,10 8,0 67,0 12,70 32,2 42,8
12,20 10,2 64,8 12,80 41,2 33,8
12,30 12,8 62,2 12,90 53,0 22,0
12,40 16,2 58,8 13,00 66,0 9,0
12,50 20,4 54,6
A (25 mL KCl 0,2 M); B (x mL NaOH 0,2 M); dan y mL akuades.
Larutan A
(Timbang 7,455 g KCl; masukkan ke labu takar 500 mL; tuangi akuades
sampai ¼ labu, dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas)
Larutan B (Cara pembuatan, lihat di bagian sebelumnya.)

19. Pembuatan Bufer pH 2,2–8,0 (Bufer Asam sitrat–Na2HPO4)


Tabel 9.20 Pembuatan Bufer pH 2,2–8,0 (Bufer Asam sitrat–Na2HPO4)
A B A B A B
pH (mL) (mL) pH (mL) (mL) pH (mL) (mL)
2,2 39,20 0,80 4,2 23,44 16,56 6,2 13,56 26,44
2,4 37,52 2,48 4,4 22,36 17,64 6,4 12,30 27,70
2,6 35,64 4,36 4,6 21,30 18,70 6,6 10,90 29,10
2,8 33,66 6,34 4,8 20,28 19,72 6,8 9,10 30,90
3,0 31,78 8,22 5,0 19,40 20,60 7,0 7,06 32,94
3,2 30,12 9,88 5,2 18,56 21,44 7,2 5,22 34,78
3,4 28,60 11,40 5,4 17,70 22,30 7,4 3,66 36,34
3,6 27,12 12,88 5,6 16,80 23,20 7,6 2,54 37,46
3,8 25,80 14,20 5,8 15,82 24,18 7,8 1,70 38,30
4,0 24,58 15,42 6,0 14,74 25,26 8,0 1,10 38,90

Larutan A
(Timbang teliti: 10,507 g asam sitrat, C 6H8O7.H2O; masukkan ke labu takar
500 ml; tambahkan 100 ml akuades dan kocok hingga melarut; encerkan
dengan akuades sampai tanda batas).
Larutan B
(Timbang teliti: 26,809 g Na2HPO4.7H2O; masukkan ke labu takar 500 mL;
tambahkan 100 mL, akuades dan kocok hingga garam melarut;
tambahkan lagi akuades sampai tanda batas).

20. Pembuatan Bufer pH 2,62–9,16 (Bufer Veronal–Asetat)

Tabel 9.21 Pembuatan Bufer pH 2,62–9,16 (Bufer Veronal–Asetat)

(A+B) mL + (A+B) mL +
pH pH
x mL y mL x mL y mL

181
2,62 16,0 2,0 6,99 6,0 12,0
3,20 15,0 3,0 7,25 5,5 12,5
3,62 14,0 4,0 7,42 5,0 13,0
3,88 13,0 5,0 7,66 4,0 14,0
4,13 12,0 6,0 7,90 3,0 15,0
4,33 11,0 7,0 8,18 2,0 16,0
4,66 10,0 8,0 8,55 1,0 17,0
4,93 9,0 9,0 8,68 0,75 17,25
5,32 8,0 10,0 8,90 0,50 17,50
6,12 7,0 11,0 9,16 0,25 17,75
6,75 6,5 11,5

A (5 mL larutan Veronal–asetat); B (2 mL larutan NaCl 8,5%);


C (x mL larutan HCl 0,1 M); dan y mL akuades bebas CO2).

Larutan A
- Timbang teliti:
▪ 4,857 g CH3COONa.3H2O, dan
▪ 7,357 g dietil barbiturat (veronal) murni.
- Masukkan ke dalam gelas kimia 500 mL yang berisi 225 mL
akuades bebas CO2, dan didihkan beberapa lama.
- Setelah dingin pindahkan ke labu takar 250 mL.
- Tambahkan akuades bebas CO2 sampai tanda batas.

Larutan B
(Larutkan 21,25 g NaCl p.a ke dalam 250 mL akuades bebas CO 2.)

Larutan C
(Encerkan larutan HCl baku yang lebih pekat hingga didapat HCl 0,1
M.)

21. Pembuatan Bufer pH 2,6-12,0 (Bufer Universal) pada 180C

Tabel 9.22 Pembuatan Bufer pH 2,6-12,0 (Bufer Universal) pada 180C

pH A (mL) B (mL) pH A (mL) B (mL) pH A (mL) B (mL)


2,6 100 2,3 5,8 100 36,5 9,0 100 72,7

182
2,8 100 4,3 6,0 100 38,9 9,2 100 74,0
3,0 100 6,4 6,2 100 41,2 9,4 100 74,9
3,2 100 8,3 6,4 100 43,5 9,6 100 77,6
3,4 100 10,1 6,6 100 46,0 9,8 100 79,3
3,6 100 11,8 6,8 100 48,3 10,0 100 80,8
3,8 100 13,7 7,0 100 50,6 10,2 100 82,0
4,0 100 15,5 7,2 100 52,9 10,4 100 82,9
4,2 100 17,6 7,4 100 55,8 10,6 100 83,9
4,4 100 19,9 7,6 100 58,6 10,8 100 84,9
4,6 100 22,4 7,8 100 61,7 11,0 100 86,0
4,8 100 24,8 8,0 100 63,7 11,2 100 87,7
5,0 100 27,1 8,2 100 65,6 11,4 100 89,7
5,2 100 29,5 8,4 100 67,5 11,6 100 92,0
5,4 100 31,8 8,6 100 69,3 11,8 100 95,0
5,6 100 34,2 8,8 100 71,0 12,0 100 99,6

A (100 mL larutan Universal); dan B (x mL NaOH 0,2 M)

Larutan A
(Timbang teliti: 6,008 g C6H8O7.H2O p.a; 3,893 g KH2PO4 p.a; 1,769 g H3BO3
p.a; dan 5,266 g asam dietilbarbiturat* p.a. Masukkan ke labu takar 1 liter;
tambahkan 200 mL akuades dan kocok perlahan hingga semua zat melarut;
tambahkan lagi akuades sampai tanda batas.)
Larutan B
(Dapat diperoleh dari pengenceran larutan baku NaOH 1 N bebas
karbonat dengan akuades bebas CO2.)
Keterangan: *disebut juga barbital atau veronal, C8H12N2O3.



183
Sistem koloid sebagai satu gejala dan bentuk fisik suatu
materi, kadang-kadang pembentukannya tidak dikehendaki atau harus
dihindarkan pada satu aspek kegiatan atau pada pekerjaan tertentu.
Namun pada pekerjaaan dan aspek kehidupan lain, pembentukan
sistem koloid justeru diperlukan untuk tujuan-tujuan tertentu.

A. SISTEM KOLOID
Zat yang terpecah halus di dalam suatu medium atau pelarut
disebut zat terdispersi, sedangkan pelarutnya disebut zat pendispersi
atau medium pendispersi. Sistem yang terbentuk dari dua komponen
ini disebut sistem dispersi.
Ada 3 sistem dispersi, yaitu sistem dispersi molekuler (atau disebut
sistem larutan); sistem dispersi halus (atau sistem koloid); dan
sistem dispersi kasar (atau suspensi).
Salah satu parameter yang membedakan antar ketiga sistem di
atas adalah ukuran dari partikel terdispersinya. Ukuran partikel larutan
mempunyai diameter partikel kurang dari 1 nm; diameter partikel
koloid antara 1–200 nm; sedangkan untuk partikel suspensi memiliki
diameter lebih dari 200 nm (1 nm = 10-9 m). Dapat dinyatakan bahwa
sistem koloid mempunyai sifat antara sistem larutan dan sistem
suspensi. Dapat juga dikatakan bahwa sistem koloid memiliki ciri-ciri
yang merupakan perpaduan antara kedua sistem lainnya.
Ciri-ciri sistem koloid antara lain:
• Bidang batas antar zat terdispersi dan medium pendispersi
hanya dapat dideteksi dengan bantuan mikroskop-ultra.
• Bersifat 2 fasa tetapi sukar memisah (cukup stabil).
• Tak dapat disaring dengan kertas saring biasa.

184
Tabel 10.1 Tipe Koloid Berdasarkan Fasanya

Fasa Fasa
Terdispersi Perdispersi Nama Contoh

gas cair busa cair Busa sabun; roti; hair-spray.


gas padat busa padat Karet busa; batu apung.
cair gas aerosol cair Kabut; halimun; awan.
cair cair emulsi cair Susu; krem; odol.
cair padat emulsi padat Keju; mentega; mutiara.
padat gas aerosol padat Asap; debu dalam udara.
padat cair sol cair Gelatin; jelly; agar-agar; cat; air
kanji.
padat padat sol padat Kaca warna; intan warna;
paduan logam

Beberapa istilah lain yang kadang-kadang dijumpai, misalnya


suspensoid yaitu sistem koloid dengan partikel koloidnya berupa
padatan; sementara sistem koloid dengan partikel koloidnya berupa
zat cair disebut emulsoid.
Koloid banyak dijumpai di kehidupan dan banyak diterapkan di
pelbagai bidang kehidupan seperti farmasi, kedokteran, industri cat,
industri makanan/minuman, kemiliteran, dan seterusnya.

B. PEMBUATAN KOLOID
Ukuran “partikel koloid” terletak antara ukuran dari partikel
larutan (diameter: < 1 nm) dan partikel suspensi (diameter: > 200 nm).
“Partikel larutan” pada sistem larutan dapat diubah menjadi “partikel
koloid” dengan cara memperbesar ukurannya; disebut cara
kondensasi. Cara kondensasi meliputi beberapa cara, yakni, (1) cara
pertukaran pelarut, (2) cara hidrolisis, cara redoks, dan (3) cara
dekomposisi-ganda.
Sebaliknya, “partikel suspensi” dapat diubah menjadi partikel koloid
dengan cara memperkecil ukurannya; disebut cara dispersi. Cara ini
meliputi antara lain (1) cara dispersi mekanik, (2) cara dispersi
peptisasi, dan (3) cara dispersi listrik.
Pembentukan koloid bergantung pada antara lain konsentrasi,
cara pencampuran, temperatur, dan/atau kemurnian dari komponen
pembentuknya. Faktor-faktor ini harus diperhatikan pada proses

185
pembuatan koloid, jika tidak, jenis koloid yang diharapkan tidak akan
terbentuk, tetapi justeru jenis koloid lain yang muncul. Uraian berikut
lebih menitikberatkan pada pembuatan 3 kelompok koloid dan
menunjukkan dan memperjelas bagaimana pengaruh faktor tersebut
dapat mempengaruhi jenis koloid yang terjadi. .

1. Pembuatan Emulsi

a. Pembuatan Emulsi Air/Minyak Kelapa


Bahan utama yang terlibat adalah air dan minyak kelapa.
Pencampuran kedua bahan ini dapat membentuk koloid (jenis emulsi)
namun tidak bertahan lama (tidak stabil). Oleh karena pada proses
pembentukan ditambahkan zat yang berperan dapat menstabilkan
emulsi (disebut emulgator).
Sebagai gambaran, berikut ditunjukkan contoh komposisi dan
pengaruh cara pencampuran terhadap jenis emulsi yang terbentuk.
Bahan Komposisi-1 Komposisi-2
Minyak kelapa 50 mL 2 mL
Air 2 mL 50 mL
Detergen (rinso)
(1) Terapkan komposisi-1: Larutkan sedikit detergen (rinso) ke dalam
2 mL air; kocok hingga deterjen melarut. Selanjutnya jatuhkan 2–3
tetes air rinso ini ke dalam minyak kelapa; kemudian “kocok–
berhenti–kocok” sampai beberapa kali.
Diperoleh:
Emulsi air dalam minyak kelapa (disingkat: emulsi A/MK)
(2) Terapkan komposisi-2: Larutkan detergen (rinso; 3 x dosis-1) ke
dalam 50 mL air; aduk hingga deterjen melarut. Selanjutnya
jatuhkan 2–3 tetes minyak kelapa ke dalam air rinso; kemudian
“kocok–berhenti–kocok” sampai beberapa kali.
Diperoleh:
Emulsi minyak kelapa dalam air (disingkat: emulsi MK/A).

b. Pembuatan Emulsi Air/Minyak Tanah


Emulsi ini dapat diperoleh melalui cara yang sama dengan
cara di atas (cara 1a) dengan bahan dan komposi yang sama
hanya dengan mengganti minyak kelapa dengan minyak tanah.

186
Bahan Komposisi-1 Komposisi-2
Minyak tanah 50 mL 2 mL
Air 2 mL 50 mL
Detergen (rinso)
(1) Terapkan komposisi-1: Larutkan sedikit detergen (rinso) ke dalam
2 mL air; kocok hingga deterjen melarut. Selanjutnya jatuhkan 2–3
tetes air rinso ini ke dalam minyak tanah, kemudian “kocok–
berhenti–kocok” sampai beberapa kali.
Diperoleh:
Emulsi air dalam minyak kelapa (disingkat: emulsi A/MT)
(2) Terapkan komposisi-2: Larutkan detergen (rinso; 3 x dosis-1) ke
dalam 50 mL air; aduk hingga deterjen melarut. Selanjutnya
jatuhkan 2–3 tetes minyak tanahke dalam air rinso; kemudian
“kocok–berhenti–kocok” sampai beberapa kali.
Diperoleh:
Emulsi minyak kelapa dalam air (disingkat: emulsi MT/A).

c. Pembuatan Emulsi Aspal/Air


Untuk membuat emulsi ini siapkan bahan seperti sejumlah air,
potongan aspal, dan sedikit rinso (sebagai emulgator).
Prosedur pembuatan:
Tambahkan secukupnya ke dalam wadah (kaleng) yang berisi air
(diperoleh air-rinso encer). Panaskan aspal hingga mencair; kemudian
tuangkan sedikit demi sedikit ke dalam kaleng berisi air-detergen
sambil diaduk sampai membentuk emulsi-aspal, yakni butiran aspal
dalam air (disingkat: emulsi aspal/air).
Jika penambahan aspal diteruskan maka yang terjadi adalah emulsi
bubur-aspal, yakni butiran air dalam aspal (disingkat: emulsi
air/aspal). Bubur-aspal dingin (tidak perlu dipanaskan lagi) dapat
dilaburkan langsung ke jalan. Emulsi akan pecah karena airnya
meresap atau menguap, dan yang tertinggal adalah aspalnya.

2. Pembuatan Gel
a. Pembuatan Gel Agar-agar
Bahan yang harus diapkan adalah
- Agar-agar (serbuk)
- Air
- Air panas (80-900C)

187
Prosedur pembuatan:
Tambahkan air dingin pada serbuk agar-agar sedemikian sehingga
diperoleh bentuk pastanya. Pindahkan pasta ini, dengan sendok/
batang pengaduk, ke dalam air panas (80-900C) secukupnya
sambil diaduk; kemudian dibiarkan mendingin.
Diperoleh: gel agar-agar.
Catatan:
Sifat gel ini adalah elastis; bila medium pendispersinya (air) diuapkan
maka gel akan mengerut; namun bila hasil ini ditambahkan kembali air,
gel akan mengembang.

b. Pembuatan Gel Pati


Bahan yang harus diapkan adalah
- Tepung pati*
- Air
- Air panas (80-900C)
*nama lainnya amilum.
Prosedur pembuatan:
Tambahkan air pada tepung pati sedemikian sehingga diperoleh
bentuk pastanya. Pindahkan pasta ini,dengan sendok/batang
pengaduk, ke dalam air panas (80-900C) secukupnya sambil
diaduk; kemudian dibiarkan mendingin.
Diperoleh: gel pati.
Catatan:
Sifat gel ini adalah elastis; bila diuapkan medium pendispersinya (air)
akan menguap sementara gel akan mengerut; namun bila hasil ini
ditambahkan kembali air, gel akan mengembang.

c. Pembuatan Gel Silika


Bahan yang harus diapkan adalah
A. Na2SiO3 5 M 50 mL
B. Asam asetat pekat 50 mL
(1) Tempatkan kedua bahan di dalam 2 gelas kimia terpisah.
(2) Aduk dulu cairan A agar merata, lalu tambahkan secara tiba-
tiba cairan B (sambil diaduk) sampai muncul cairan kental (gel).
Jenis koloid yang terbentuk mempunyai rumus kimia SiO2.nH2O
dengan nama gel silika atau biasa disebut silika-gel. Gel ini
menyerupai gel agar-agar; hanya gel agar-agar bersifat elastis

188
terhadap air (bersifat koloid hidrofil) sedangkan silika-gel bersifat
tak-elastis terhadap air (bersifat koloid hidrofob), artinya akan
mengerut bila airnya diuapkan, namun tidak akan kembali
mengembang bila ditambahkan air. Sifat ini menyebabkan silika-
gel dimanfaatkan sebagai bahan pengering, dan dikemas dalam
bentuk butiran atau serbuk. Dapat dipakai berulang-ulang dengan
cara mengeringkannya (sehingga air kristalnya menguap).
(Lihat juga: sol asam silikat.)

3. Pembuatan Sol
a. Pembuatan Sol Belerang
Sol belerang dapat diperoleh melalui beberapa cara yakni:
(1) cara dispersi mekanik,
(2) cara pertukaran pelarut,
(3) cara kondensasi kimia,
(4) cara redoks, dan
(5) cara peptisasi.
Prosedur pembuatan kelima sol di atas diuraikan seperti berikut.
Cara-1. Pembuatan Cara Dispersi Mekanik
Bahan-bahan:
A Belerang 20 g
B Gula 60 g
Prosedur pembuatan:
(1) Geruslah secara terpisah kedua zat padat sampai sehalus
mungkin.
(2) Ambil 1 bagian* serbuk halus belerang dan 1 bagian*
serbuk halus gula, dan kemudian masukkan keduanya ke
dalam sebuah lumpang. Campurlah kedua zat sampai
serata mungkin. (Campuran AB-1.)
(3) Tambahkan ke dalam campuran AB-1, serbuk halus gula
sebanyak total volum campuran AB-1; dan campurkan lagi
serata mungkin. Diperoleh campuran AB-2.
Keterangan: *sebagai ukuran dapat digunakan bekas tutup botol.
C Air
(4) Masukkan campuran AB-2 di atas sedikit demi sedikit ke
dalam air sambil diaduk sampai diperoleh sol belerang
dalam air (atau ditulis: sol belerang/air).

189
Cara-2. Pembuatan Cara Pertukaran Pelarut
Bahan-bahan:
A Belerang; serbuk
B Alkohol 90%; teknis 20 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Buat dulu pasta antara belerang dan alkohol; masukkan pasta
ini sedikit demi sedikit ke dalam ke dalam gelas kimia yang
berisi sisa alkohol sambil sesekali diaduk perlahan.
Diperoleh:
sol belerang dalam alkohol (atau ditulis: sol belerang/alkohol).
C Air
(2) Tuangkan A secara perlahan dan sambil diaduk, ke dalam
gelas kimia yang berisi air berlebih.
Diperoleh:
sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air).

Cara-3. Pembuatan Cara Kondensasi Kimia


Bahan-bahan:
A HCl 0,1 M 50 mL
B Na2S2O3 0,5 M 10 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Siapkan 10 mL larutan B di dalam gelas kimia.
(2) Tuangkan larutan A ke dalam gelas kimia yang berisi larutan B
sambil sesekali diaduk perlahan.
Reaksi kondensasi yang terjadi:
Na2S2O3(aq) + HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2O(l) + SO2(g) + S(s)
Diperoleh:
sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air).
(Warna kebiruan menunjukkan adanya sol belerang; namun sol ini
tidak begitu stabil; keesokan harinya sol memisah yang ditandai
dengan munculnya endapan belerang di dasar gelas.)

Cara-4. Pembuatan Cara Redoks


Bahan-bahan:
A Gas SO2 *
B Gas H2S *
C Air (150C) 50 mL

190
Prosedur pembuatan:
(1) Kemas kedua gas agar siap dan mudah untuk dialirkan.
(2) Siapkan air pada keadaan dingin (150C).
(3) Alirkan kedua gas secara bersamaan ke dalam air dingin
Reaksi kondensasi yang terjadi:
SO2(g) + 2H2S(g) → 2H2O(l) + 3S(s)
Diperoleh:
sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air).
Catatan: sol bersifat tidak stabil (lihat: cara-3).
Keterangan: * pembuatan kedua gas, dapat dilihat pada Bab 11.

Cara-5. Pembuatan Cara Peptisasi


Bahan-bahan:
A Belerang; serbuk
B Akuades 20 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Masukkan sedikit demi sedikit ke dalam akuades sampai
membentuk suspensi belerang (endapan segar belerang
dalam air).
C Gas H2S
(2) Segera alirkan gas H2S ke dalam suspensi belerang di atas.
Koloid belerang akan terbentuk yang ditandai oleh adanya
warna kebiruan.
Diperoleh:
sol belerang dalam air (atau ditulis: sol belerang/air).

b. Pembuatan Sol Asam Silikat


Cara-1 (cara dispersi mekanik)
Bahan-bahan:
A Tanah liat; berwarna kuning kecoklatan
B Air 50 ml
Prosedur pembuatan:
(1) Jika A berupa padatan kering, gerus dulu sampai menjadi
serbuk.
(2) Masukkan A sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia yang
berisi 50 mL air sampai campuran mulai terlihat agak tampak
buram (keruh).

191
Diperoleh:
Air lumpur atau sol lumpur dalam air (sifat: sol hidrofob).
Catatan:
Penambahan sedikit elektrolit (NaCl, kapur, atau tawas) menyebabkan
partikel koloidnya memisah.

Cara-2 (cara dekomposisi ganda)


Bahan-bahan:
A Na2SiO3 1 M 50 mL
B HCl 1 M 30 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Siapkan larutan A di dalam gelas kimia.
(2) Tuangkan perlahan sambil diaduk, larutanB M ke dalam gelas
kimia berisi larutan A.
Diperoleh:
Sol asam silikat, H2SiO3 (biasa ditulis sebagai sol SiO2.nH2O)
yang terbentuk bercampur dengan NaCl dan HCl yang
berlebih.
Catatan:
Sol dapat dibersihkan dari NaCl dan HCl melalui teknik dialisa; NaCl
dan HCl-nya keluar dan yang tertinggal adalah sol asam silikat murni.
Pada sol asam silikat murni, airnya dapat diuapkan, dan gel-silika
akan diperoleh. (Lihat juga: gel silika.)
Keterangan:
Rumus kimia asam silikat, H2SiO3 dapat dinyatakan dalam bentuk
amfoternya, yaitu Si(OH)4. Oleh karena itu rumus kimia yang
diterapkan sering ditulis sebagai SiO2.nH2O.

c. Pembuatan Sol Ferri Hidroksida


Cara-1 (cara hidrolisis):
Bahan-bahan:
A FeCl3 1 M 10 mL
B NaOH 1 M 50 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Isikan 50 ml B ke dalam gelas kimia.
(2) Tuangkan 10 mL A secara perlahan ke dalam gelas kimia yang
berisi 50 mL B (B berlebih).

192
Reaksi yang terjadi adalah,
FeCl3(aq) + 3 NaOH(aq)berlebih
→ Fe(OH)3(s) + 3 Na+(aq) + 3 OH-(aq) + 3Cl-(aq).
Diperoleh:
Sol bermuatan negatif; ditulis sebagai sol [Fe(OH)3]OH-.

Cara-2 (cara hidrolisis)


Bahan-bahan:
A FeCl3 1 M 10 mL
B Air panas (80-850C). 50 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Isikan 50 ml B ke dalam gelas kimia.
(2) Tuangkan A secara perlahan ke dalam gelas kimia yang berisi
larutan B sampai terbentuk sol Fe(OH)3.
Reaksi yang terjadi adalah,
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)panas → Fe(OH)3(s) + 3 H+(aq) + 3 Cl-(aq)
Diperoleh:
Sol bermuatan positif; ditulis sebagai sol [Fe(OH)3]Fe3+.

Cara-3 (cara peptisasi):


Bahan-bahan:
A FeCl3 1 M 30 mL
B NaOH 2 M 10 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Isikan 20 ml larutan A ke dalam gelas kimia.
(2) Tambahkan tetes per tetes larutan B ke dalam larutan 20 mL
A sehingga terbentuk endapan segar Fe(OH)3; disebut juga
sebagai suspensi Fe(OH)3.
(3) Saring suspensi ini; pindahkan endapannya, dan tuangi
endapan dengan air secukupnya.
(4) Tambahkan tetes per tetes larutan A ke dalam endapan di
atas sambil diaduk perlahan sehingga diperoleh sol netral
sebagai sol Fe(OH)3.
Reaksi yang terjadi adalah,
FeCl3(aq) + 3 NaOH(aq) → Fe(OH)3(s) + 3 Na+(aq) + 3Cl-(aq).
Fe(OH)3(s) + H2O(l) → suspensi Fe(OH)3
suspensi Fe(OH)3 + FeCl3(aq) → sol Fe(OH)3

193
c. Pembuatan Sol Perak Iodida
Cara-1 (cara pertukaran pelarut):
Bahan-bahan:
A NaI 0,1 M; teknis 20 mL
B AgNO3 0,1 M; teknis 20 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Isilah gelas kimia dengan 15 ml larutan B.
(2) Tambahkan secara perlahan, 18 mL larutan A ke dalam gelas
kimia di atas.
(3) Selanjutnya tambahkan sisa A ke dalam campuran ini, tetes
per tetes, sampai tidak terbentuk endapan AgI lagi.
C KI 0,1 M
(4) Saring endapan di atas, dan pindahkan endapan dari kertas
saring ke dalam gelas kimia.
(5) Tuangi endapan ini secara perlahan dengan larutan C sampai
semua endapan tepat melarut.
(6) Selanjutnya tuangkan larutan yang diperoleh ini secara
perlahan ke dalam akuades berlebih, dan sol AgI dalam air
akan terbentuk.
Diperoleh:
sol cair AgI netral; ditulis: sol AgI.

Cara-2 (Cara Dekomposisi Ganda):


Bahan-bahan:
A KI 0,1 M; teknis 35 mL
B AgNO3 0,1 M; teknis 35 mL
Prosedur pembuatan:
(1) Isilah gelas kimia dengan 35 ml larutan A.
(2) Tuangkan 25 mL B secara perlahan ke dalam gelas kimia
yang berisi larutan A sambil campuran diaduk.
Diperoleh:
sol cair AgI bermuatan negatif; ditulis: [AgI]I-.

Cara-3 (Cara Dekomposisi Ganda):


Bahan-bahan:
A KI 0,1 M; teknis 35 mL
B AgNO3 0,1 M; teknis 35 mL

194
Prosedur pembuatan:
(1) Isilah gelas kimia dengan 35 ml larutan B.
(2) Tuangkan 25 mL A secara perlahan ke dalam gelas kimia yang
berisi larutan B sambil campuran diaduk.
Diperoleh:
sol cair AgI bermuatan positif; dan ditulis: [AgI]Ag+.
Catatan:
1) Jika seujung sendok kecil AgCl padat dimasukkan ke dalam 25
mL air, dan kemudian diaduk beberapa lama, maka yang
terbentuk adalah suspensi AgCl.
Atau jika AgI padat, maka yang terbentuk adalah suspensi AgI.
2) Untuk sol cair lainnya, zat-zat di atas dapat diganti dengan zat
lain dimana hasil reaksinya berupa endapan. Misalnya campuran
antara larutan AgNO3 dan larutan NaCl. (Lihat harga KSP.)

Reaksi redoks juga dapat diterapkan pada pembuatan sol


logam seperti sol-emas; sol-perak; atau sol-platina. Masing-masing
sol pada umumnya menggunakan garamnya dan reduktor (misalnya
formaldehid, HCHO; H2; H2O2; fosfor; fosfin, PH3; hidrazin; atau
fenilhidrazin) dengan prosedur tertentu. Reduktor yang digunakan
bersifat nonelektrolit sehingga tidak memberikan ion elektrolit dalam
hasil pembuatan.
Sol-emas dapat dibuat dengan cara menambahkan 5 tetes
larutan AuCl3 1% ke dalam air, dan kemudian dipanaskan sambil
ditambahkan sedikit demi sedikit sebanyak 1 mL HCHO 1%. AuCl3
yang digunakan harus murni.
2AuCl3 + 3HCHO + 3H2O → 2Au + 3HCOOH + 6HCl
Atau, sol emas dapat diperoleh melalui pereduksian larutan AuCl3
oleh reduktor SnCl2.
2AuCl3 + 3SnCl2 → 3SnCl4 + 2Au
Sol-perak dapat dibuat dengan mengalirkan gas hidrogen
murni ke dalam larutan jenuh perak oksida, Ag2O dalam air pada suhu
500-600C.
H2 + Ag2O → H2O + 2Ag
Sol platina dapat dibuat melalui pereduksian larutan PtCl3 oleh
hidrazin (sebagai reduktor),.dan adanya senyawa natrium lisarbat
sebagai penyetabil sol emas.



195
Pembuatan beberapa gas dan brom cair di bawah ini dapat
dilakukan di laboratorium sederhana (di laboratorium sekolah) untuk
memenuhi kebutuhan atau digunakan dalam percobaan tertentu.

A. PEMBUATAN BEBERAPA GAS

1. Pembuatan Gas Hidrogen


Gas hidrogen (H2) bersifat tak berwarna, tak berbau, tak larut
dalam air, dan timbul letupan dengan api kecil (bereaksi dengan gas
O2 dari udara). Gas hidrogen dapat dibuat di laboratorium melalui
beberapa cara berikut ini.
a. Mereaksikan logam reaktif * dengan asam encer.
Caranya:
- Siapkan tabung berdiri yang telah dipenuhi dengan air kran
di dalam bak berisi air (lihat Gbr 11.1).
- Ambil tabung lain; basahi bagian dinding-dalamnya dengan
sedikit akuades; lalu hamparkan serbuk Zn sedemikian
(sehingga serbuk Zn basah dan melekat pada dindingnya).
- Alirkan larutan H2SO4 2 M setinggi 2 cm (usahakan agar
tidak menyentuh serbuk Zn).
- Tutup tabung dengan penyumbatnya (Gbr 11.1)
Secara perlahan sentuhkan larutan dengan serbuk Zn dengan cara
memiringkan tabungnya. Hentikan bila tabung penampung
dianggap telah terisi penuh oleh gas H2.
*dapat berupa logam-logam magnesium, seng, atau besi.

196
tabung penampung

Serbuk Zn

air
H2SO4 2 M

Gbr 11.1 Pembuatan gas H2

b. Elektrolisis Air
Gas hidrogen di laboratorium juga dapat dibuat melalui teknik
elekrolisis dengan menggunakan arus searah terhadap air (yang
dibubuhi 4-5 tetes H2SO4 pekat). Peralatan yang digunakan adalah
pesawat Hoffmann (Gbr 11.2) atau peralatan elektrolisis yang
dirancang sendiri (Gbr 11.3).

Gas O2 Gas H2
Gas O2 Gas H2

air
air

Elektroda C
Elektroda Pt


– +
+

Gbr 11.2 Gbr 11.3


Elektrolisis Air dengan meng- Elektrolisis Air dengan
gunakan Pesawat Hoffmann menggunakan Sel Elektrolisis

2. Pembuatan Gas Oksigen


Gas oksigen (O2) bersifat tak berwarna, tak berbau, sedikit larut
dalam air, dan menyebabkan bara api akan membara lebih terang.
Gas ini dapat dibuat melalui beberapa cara seperti di bawah ini.

197
a. Pemanasan Kalium Nitrat
2 KNO3(s) 2 KNO2(s) + O2(g)
Caranya:
Gerus serbuk KNO3 secukupnya masukkan ke dalam tabung reaksi
pyrex kering; pasanglah sumbat dan pipa pengalirnya dengan
kedudukan menurut Gbr 11.4; kemudian hamparkan padatan dan
lakukan pemanasan secara merata dengan nyala api kecil.

tabung penampung

air

KNO3

Gbr 11.4 Pembuatan gas O2

b. Pemanasan Kalium Klorat


2 KClO3(s) 2 KCl(s) + 3 O2(g)

Caranya:
Gerus 1 sendok teh KClO3 (kalium klorat) kemudian bubuhi
seujung sendok kecil (atau timbang 100 mg) bubuk batu kawi
(MnO2); campurkan keduanya serata mungkin; selanjutnya
masukkan ke dalam tabung reaksi kering dan pasanglah
sumbatnya sedemikian sehingga membentuk kedudukan seperti
ditunjukkan oleh Gbr 11.4. Lakukan pemanasan* secara merata
dengan nyala api kecil.
Keterangan: * pemanasan tinggi dapat menimbulkan ledakan.

c. Elektrolisis Air
Seperti gas hidrogen, di laboratorium gas oksigen dapat dibuat
melalui teknik elekrolisis dengan menggunakan arus searah
terhadap air (yang telah dibubuhi 4-5 tetes H2SO4 pekat sebagai
katalis). Peralatan yang digunakan adalah pesawat Hoffmann (Gbr
11.2) atau peralatan yang dirancang sendiri sebagai sel elektrolisis
(Gbr 11.3).

198
3. Pembuatan Gas Karbon Dioksida
Gas karbon dioksida, CO2 merupakan zat tak berwarna, tak
berbau, tak berasa, sedikit larut dalam air, dan mudah diserap oleh
larutan basa kuat. Pembuatannya dapat dilakukan dengan cara
memanaskan secara perlahan serbuk NaHCO3 (natrium bikarbonat;
soda kue) kering dengan set-alat menurut Gbr 11.5. Hamparkan
padatan dan lakukan pemanasan secara merata di atas nyala api
spiritus. Biarkan beberapa lama gas mengisi tabung untuk mengusir
udara yang ada, setelah itu tutup segera mulut tabung dengan sumbat
karet secara rapat.
Reaksi yang terjadi:
2 NaHCO3(s) Na2CO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

NaHCO3

 Gbr 11.5 Pembuatan gas CO2

Catatan:
Bila di lab tersedia pesawat Kipp, gas CO 2 dapat dibuat dari reaksi antara
batu pualam dan asam klorida encer berdasarkan reaksi:
CaCO3(s) + 2 HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)

4. Pembuatan Gas Amoniak


Amoniak, NH3 merupakan gas tak berwarna, berbau
merangsang (pesing), dan mudah larut dalam air (dengan membentuk
larutan basa).
Amoniak dapat dibuat dengan cara memanaskan campuran NH4Cl
(salmiak; amonium klorida) dan Ca(OH)2 (kalsium hidroksida). Reaksi
yang terjadi:
2 NH4Cl + Ca(OH)2 CaCl2 + 2 H2O + 2 NH3

199
Prosedur pembuatan gas amoniak, NH3:
- Masukkan 5 g serbuk NH4Cl dan 10 g serbuk Ca(OH)2 ke dalam
lumpang; campur dan gerus sehingga diperoleh campuran serbuk
yang merata.
- Masukkan dan hamparkan campuran serbuk pada dinding dasar
tabung.
- Hubungkan tabung dengan sumbatnya dengan kedudukan dan set
peralatan seperti ditunjukkan pada Gbr 11.6a. Selanjutnya
panaskan campuran dengan nyala api kecil.
- Tampung gas NH3 dengan menggunakan tabung reaksi biasa atau
labu dasar rata.
Catatan:
Gas NH3 bersifat mudah larut (bereaksi) dengan air membentuk larutan
amonium hidroksida, NH4OH(aq) bersifat basa, dan dengan indikator
fenolftalein (pp) memberikan warna merah. Untuk menunjukkan sifat ini,
sumbatlah labu dasar-rata yang berisi gas NH3, dengan sumbat khusus
seperti ditunjukkan oleh Gbr 11.6b. Lanjutkan segera dengan mencelupkan
ujung pipa ke dalam bak air yang telah dibubuhi 3-4 tetes indikator pp.
Keluarkan air dari pipet kecil (pada sumbat) untuk memancing semburan
air dari bak. Semburan air berupa air mancur akan berwarna merah
(menarik untuk didemonstrasikan dalam proses pembelajaran).

(a)
(b)

NH4Cl + Ca(OH)2


Gbr 11.6
(a) Pembuatan gas NH3; (b) Air mancur dan sifat NH3

5. Pembuatan Gas Oksida Nitrogen


Gas oksida nitrogen yang dapat dibuat di laboratorium adalah
gas nitrogen oksida (NO2) dan gas dinitrogen tetroksida (N2O4). Kedua

200
gas ini secara bersamaan dapat dibuat dengan cara memanaskan
secara perlahan di atas nyala api dari pembakar spiritus terhadap
senyawa timbal(II)nitrat, Pb(NO3)2 kering. Hanya, pekerjaan ini harus
dilakukan dengan cermat (karena gas bersifat racun kuat) di ruang
asam atau ruang khusus (di tempat terbuka). Peralatan yang
digunakan seperti diperlihatkan pada Gbr 11.5.
Reaksi yang terjadi:
2 Pb(NO3)2(s) 2 PbO(s) + 4 NO2(g) + O2(g)

Gas NO2 (berwarna coklat) yang dihasilkan tersebut berada


dalam keadaan berkesetimbangan dengan gas N2O4 (tak-berwarna).
2 NO2 N2O4 H = negatif
coklat tak berwarna

Jika tabung didinginkan warna gas memucat (kesetimbangan bergeser


ke arah pembentukan gas N2O4); sebaliknya bila dipanaskan warna
gas semakin tua (bergeser ke arah pembentukan gas NO2).
Perhatian: NO2 bersifat racun; pembuatannya harus dilakukan di ruang
asam, atau di tempat terbuka.

6. Pembuatan Gas Hidrogen Sulfida


Hidrogen sulfida, H2S berupa gas tak berwarna, berbau seperti
telur busuk, bersifat racun, dan sedikit larut dalam air dengan
membentuk larutan asam sulfida. Gas ini dapat dibuat dengan
melarutkan senyawa sulfida seperti FeS2 (pirit) atau Na2S ke dalam
asam kuat encer (HCl, H2SO4). Reaksi dapat dilangsungkan di dalam
pesawat Kipp (jika tersedia di lab), atau dengan alat sederhana yang
dirancang sendiri (Gbr 11.7).
Reaksi yang terjadi:
FeS(s) + 2 HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2S(g)

Prosedur pembuatan:
- Set-lah peralatan (Gbr 11.7), kemudian isi tabungnya dengan air
sampai permukaannya sedikit melampaui ujung corong.
- Masukkan pirit sampai ke dasar tabung; tutup kembali penyumbat
serapat mungkin.
- Teteskan HCl 6 M lewat mulut corong. Jumlah tetesan bergantung
pada banyaknya H2S yang dibutuhkan.

201
HCl H2SO4 pekat

H2S SO2

NaHSO3
pirit pekat

Gbr 11.7 Gbr 11.8


Pembuatan gas H2S Pembuatan gas SO2

Catatan:
FeS2 atau rumus lengkapnya FeS.Fe2S3 mempunyai nama dagang pirit
{nama kimia: ferro-ferrisulfida; sebagai campuran dari ferrosulfida dan
ferri sulfida}.

7. Pembuatan Gas Belerang Dioksida


Belerang dioksida, SO2 merupakan gas tak berwarna, berbau
merangsang, dan hanya sedikit melarut dalam air (dapat membentuk
larutan asam sulfit yang bersifat asam lemah).
Di laboratorium dapat dibuat dengan mengalirkan H2SO4 pekat ke
dalam larutan pekat natrium hidrogensulfit, NaHSO3. (Lihat: Gbr 11.8.)
Reaksi yang terjadi:
NaHSO3(aq) + H2SO4(l) → NaHSO4(aq) + H2O(l) + SO2(g)
Catatan:
Gas SO2 lebih berat 2½ kali dari udara; sehingga dapat ditampung di dalam
sebuah tabung reaksi tegak

8. Pembuatan Gas Klor


Gas klorin, Cl2 merupakan gas beracun dengan sifat di
antaranya berwarna hijau-kekuningan, dapat larut dalam air (disebut
air klor), dapat mencair bila didinginkan/dimampatkan, sangat reaktif
dengan beberapa senyawa, dan bersifat racun.
Gas klorin, Cl2 dapat dibuat di laboratorium berdasarkan pada
salah satu reaksi berikut dibawah ini :
(1) MnO2(s) + 4 HCl(aq) → MnCl2(aq) + 2 H2O(l) + Cl2(g)
(2) 2 KMnO4(s) + 16 HCl(aq) → 2 KCl(aq) + 2 MnCl2(aq) + 8 H2O(l) + 5 Cl2(g)

202
Peralatan seperti Gbr 11.7 dapat digunakan untuk pembuatan
gas Cl2 dengan cara mengganti pirit dengan padatan MnO2 atau
KMnO4; kemudian teteskan HCl 6 M lewat mulut corong.
Gas Cl2 yang terbentuk dapat langsung dialirkan ke dalam akuades
sampai jenuh (diperoleh air klor; aqua-chlorata); atau dapat ditampung
pada tabung terbalik (lihat Gbr. 11.5).
Perhatian: Gas Cl2 bersifat racun di samping reaktif; pembuatannya harus
dilakukan di ruang asam, atau di tempat terbuka.
Catatan:
Air klor harus dikemas dalam botol gelap (coklat) dan disimpan di tempat
gelap. Adanya cahaya menyebabkan terjadinya reaksi berikut:
2 Cl2(g) + 2 H2O(l) → 4 HCl(aq) + O2(g)

B. PEMBUATAN BROM
Bromin atau brom, Br2 merupakan cairan kental merah-
kecoklatan, mudah menguap dengan bau merangsang, dapat larut
dalam air (disebut air brom atau aqua-bromata), dapat larut dalam
pelarut CS2 (larutan berwarna coklat), dan bersifat reaktif (tetapi tidak
sehebat Cl2).
Brom dapat dibuat di laboratorium dengan menuangkan H2SO4 6 M ke
dalam campuran serbuk NaBr dan serbuk MnO2 (dengan
perbandingan mol sebesar 2 : 1), dan selanjutnya dipanaskan secara
perlahan.
Reaksi yang terjadi:
2 NaBr(s) + MnO2(s) + 3 H2SO4(aq) →
MnSO4(aq) + 2 NaHSO4(aq) + 2 H2O(l) + Br2(g)
Uap Br2 dapat ditampung langsung pada tabung reaksi dingin (tercelup
dalam air es). Atau dapat langsung dialirkan ke dalam botol coklat
berisi akuades (diperoleh: air brom atau aqua-bromata).

Catatan:
Air brom stabil di tempat yang gelap; adanya cahaya menyebabkan
terjadinya reaksi dengan air seperti berikut.
2 Br2(aq) + 2 H2O(l) → 4 HBr(aq) + O2(g)



203
Di laboratorium, kegiatan pencucian, umumnya ditujukan pada
peralatan/instrumen, atau benda lainnya yang terbuat dari gelas.
Pengetahuan tentang sifat dari suatu bahan atau zat (seperti daya
larut di dalam suatu pelarut, sifat kepolaran, dan kereaktifannya) serta
pengetahuan tentang berbagai tipe reaksi kimia, dapat diterapkan
dalam proses pencucian terhadap berbagai benda yang terbuat dari
gelas. Kebersihan peralatan/instrumen dari gelas yang terlibat
langsung dalam percobaan sangat menentukan sifat kejelasan data
pengamatan dan ketepatan dari kesimpulan/hasil percobaan.
Pada bagian ini yang akan dibahas adalah cairan pencuci
(pembersih), cara membuat, dan teknik penerapannya pada pencucian
peralatan (terutama peralatan gelas).

A. PERALATAN GELAS
Beberapa peralatan gelas seperti tabung reaksi, gelas kimia,
gelas Erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, vol-pipet, labu takar, buret,
bahkan botol-botol reagen serta beberapa peralatan gelas lainnya
harus bebas dari kotoran. Kotoran berupa sisa-sisa zat kimia atau
noda lainnya dapat mengaburkan data pengamatan bahkan dapat
menggagalkan percobaan atau eksperimen itu sendiri. Kesimpulan
yang diambil pun menjadi kurang tepat/teliti atau salah. Bukan itu saja,
kerugian akan dialami dalam hal waktu, tenaga, dan juga finansial
(pemborosan bahan/zat) karena akan mempertinggi biaya
pelaksanaan eksperimen dari yang seharusnya, atau karena
kegagalan harus mengulangi eksperimen serupa dari awal. Sementara
itu, pereaksi yang akan dikemas dalam botol pereaksi dapat tercemar
oleh kotoran yang menempel pada dinding-dalam botolnya.

204
Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor, atau dari
hasil pencucian yang tidak/kurang bersih akan menyukarkan proses
pencucian atau pembersihan pada saat lainnya. Semakin lama
tersimpan, semakin keras dan semakin melekat kuat kotoran itu.
Akibatnya, kotoran semakin sukar larut oleh cairan pembersih
sederhana, dan pekerjaan pembersihan dan pencucian selanjutnya
akan menjadi lebih lama dan rumit karena semakin banyak tahap dan
jenis cairan pencuci yang harus diterapkan. Jika memungkinkan,
peralatan harus segera dibersihkan saat itu juga setelah selesai
digunakan. Zat atau kotoran yang masih basah akan jauh lebih mudah
dibersihkan.
Beberapa peralatan gelas yang akan digunakan biasanya
disertai dengan penjelasan “bersih”; “kering”; atau “bersih dan kering”.
Penafsiran terhadap istilah ini menjadi penting karena penafsiran yang
salah akan memunculkan tindakan atau perbuatan yang tidak perlu
(tidak efisien) atau justeru tindakan itu dapat mengganggu proses dan
hasil percobaan.
Istilah “bersih” mempunyai arti bahwa peralatan itu harus bebas dari
zat-zat yang terlibat langsung pada hasil, atau peralatan itu harus
bebas dari zat-zat yang dapat menyebabkan perubahan pada
komposisi atau konsentrasi pereaksi.
Tabung reaksi dan alat gelas lainnya yang akan digunakan
untuk melangsungkan reaksi kimia haruslah bersih namun
dinding-dalamnya tidak perlu kering dari air jika alat gelas itu
akan digunakan untuk melangsungkan reaksi dalam pelarut air.
Ciri tabung yang bersih, setelah dibilasi dengan air suling dan
disimpan terbalik pada rak-nya, airnya akan meluncur ke bawah
dan tabung tampak transparan (lapisan air merata/seragam di
semua bagian dindingnya). Pada keadaan ini, air segera
menyusut dan tabung menjadi relatif lebih cepat mengering.
Kecuali bila disyaratkan bahwa tabung harus dalam keadaan
kering, maka tabung itu harus benar-benar kering. Tabung yang
masih basah dapat dipanaskan secara perlahan dan merata di
atas api kecil untuk menguapkan airnya.
Tabung (atau alat gelas lainnya) harus bebas air jika akan
digunakan untuk pereaksi dengan pelarut bukan-air. Tabung
atau alat gelas yang masih basah hasil pencucian dengan air,
agar cepat mengering (bebas air), selanjutnya dapat dibilasi
dengan sedikit alkohol-teknis (untuk mengikat air) dan dibiarkan
mengering. Jika dirasa perlu, lakukan pembilasan dengan
sedikit pelarut dari pereaksi yang terlibat).

205
Tampak bahwa istilah “bersih” menuntut tindakan atau perbuatan
tertentu terhadap alat gelas yang bersangkutan, dan pengertiannya
bergantung pada sifat pereaksi atau sifat percobaan. Jelaslah,
membersihkan tabung kemudian mengeringkannya dengan kertas tisu
(kertas saring atau lap) merupakan tindakan yang tidak perlu bahkan
tindakan ini dapat menyebabkan tabung justeru menjadi tidak bersih
karena adanya serat-serat yang menempel pada dinding-dalam
tabung.
Kata “bersih” untuk peralatan gelas seperti vol-pipet, labu
takar, atau buret, sama pengertiannya dengan tabung reaksi
“bersih”. Dinding bagian-dalamnya tidak perlu dikeringkan.
Hanya air-suling pembilas yang membasahi alat ukur tersebut
dapat menyebabkan jumlah zat yang akan diukur berubah
komposisi atau konsentrasinya. Sebelum difungsikan, alat ukur
tersebut harus dibilasi dulu dengan sedikit larutan yang akan
diukur volumnya.
Sedangkan istilah “kering” paling tidak memiliki pengertian
bahwa sesuatu tidak mengandung baik berupa air maupun zat
lain yang membasahinya. Alat gelas yang masih basah oleh air
dapat mengakibatkan alat gelas menjadi retak atau pecah saat
dikenai api langsung. Selain itu, adanya air (atau pembasah
lain) mungkin tidak dikehendaki karena dapat mempengaruhi
proses atau hasil reaksi. Pembasah dapat menyebabkan
reaksi yang sesungguhnya tidak terjadi, tetapi reaksi lain atau
reaksi samping yang tidak diharapkan justeru yang terjadi. Hal
ini dapat mengganggu pengamatan atau hasil percobaan.
Dengan demikian istilah “bersih dan kering” mempunyai
pengertian yang dibentuk dari pengertian yang dikandung oleh
kedua kata yang telah dijelaskan di atas.

Dapat dinyatakan bahwa pembersihan alat gelas berarti


membersihkan zat atau noda yang menempel pada alat itu.
Pembersihan alat dapat dilakukan dengan cara menguapkan zat atau
noda yang menempel (melalui pemanasan), atau dapat dilakukan
dengan cara melarutkan (mereaksikan) zat/noda itu dengan
pelarut/pencuci dan kemudian mengeluarkannya dari alat. Jelaslah
bahwa tindakan pembersihan alat gelas bergantung pada sifat
zat/noda yang menempel di samping sifat dari alat gelas yang akan
dibersihkan. Alat gelas tertentu dapat retak atau pecah jika dipanaskan
pada suhu cukup tinggi. Cara membersihkan alat gelas yang paling
umum adalah dengan menggunakan cairan pembersih, kemudian
membilasinya dengan air kran, dan terakhir dengan sedikit air suling.

206
B. PEMBUATAN CAIRAN PENCUCI DAN CARA PENGGUNAANNYA
Sifat zat atau noda yang menempel akan menentukan jenis/sifat
cairan pencuci yang dipilih. Setiap cairan pencuci hanya efektif untuk
membersihkan (melepaskan/melarutkan) zat atau noda tertentu.
Berikut diberikan beberapa jenis cairan pencuci, cara pembuatan, dan
fungsinya.

1. Larutan Detergen Dan Peggunaannya


Cairan pencuci atau cairan pembersih yang lazim diterapkan
pada tahap paling awal pencucian adalah penggunaan larutan
detergen (air-rinso). Untuk memberikan daya pembersih yang lebih
baik, larutan detergen ini dapat dibubuhi dengan sedikit asam nitrat
pekat. Cara pembuatan larutan atau air-detergen ini adalah seperti
berikut.

Larutan Detergen (cairan pencuci; CP-01)


A Serbuk detergen/rinso 1) 15 g
Air 500 mL
B HNO3 pekat 4 mL
Masukkan serbuk detergen (rinso) ke dalam botol yang berisi 500
mL air; bubuhi 4 mL HNO3 pekat; tutup, dan kocok campuran ini
sampai rinso bercampur merata. Beri label, dan simpan untuk
persediaan sebagai CP-01.
Penggunaan:
20 mL larutan detergen induk diencerkan dengan 500 mL air.
Penerapannya:
Tuangkan secukupnya cairan pencuci (CP) encer ini ke dalam
alat gelas; gosoklah seluruh dinding gelas (dengan sikat yang
sesuai) secara merata; pindahkan cairan-bekas2) ini pada gelas
berikutnya yang akan dicuci, dan lakukan tindakan serupa.
Alirkan air kran pada seluruh dinding gelas yang telah
dirinso/disikat tersebut sampai bersih. Keringkan badan alat
bagian-luar dengan lap, dan bilasi bagian-dalamnya dengan
sedikit akuades, lalu simpan pada tempatnya dan dibiarkan
mengering sendiri.
Jika gelas ukur, buret atau alat lainnya belum bersih (masih
berlemak atau masih ada noda), pembersihan dapat dilakukan
dengan cairan pembersih (CP) lainnya.

207
Keterangan:
1) jangan gunakan sabun-colek.
2) jangan langsung dibuang; karena dapat digunakan beberapa kali

terhadap beberapa alat gelas. Jika tidak dipakai lagi; encerkan dulu
cairan bekas pakai itu dengan air kran, dan buang ke dalam bak
cuci dengan air krannya mengalir beberapa saat.

2. Asam Pekat Dan Penggunaannya


Beberapa asam pekat yang dapat berfungsi sebagai cairan
pencuci (CP-02) antara lain HCl, H2SO4, atau HNO3. Asam pekat yang
digunakan sebagai CP umumnya bersifat “teknis” (agar murah) untuk
membersihkan peralatan laboratorium dari gelas (seperti tabung
reaksi, gelas kimia, gelas Erlenmeyer, labu dasar-rata, labu dasar-
bulat), dan botol-botol reagen.
Catatan:
Asam-asam pekat (CP-02) baru diterapkan dengan CP-1,
bila alat gelas masih belum bersih.
(HATI-HATI DALAM MENGGUNAKAN ASAM PEKAT.)

Pemakaian asam hanya dalam jumlah tetesan yang cukup


untuk membasahi bagian gelas yang bernoda (gunakan pipet tetes
kering), dan harus dilakukan di ruang asam. Pilih dulu HCl pekat; jika
noda belum lepas/hilang, panaskan bagian badan gelas yang
terbasahi oleh asam tadi dengan cara mencelupkannya ke dalam air
panas. Asam klorida pekat ini dapat menghilangkan noda kuning dari
senyawa besi.
Jika noda atau kotoran masih juga belum hilang dapat dicoba dengan
menggunakan asam pekat lainnya (misalnya asam sulfat atau asam
nitrat). Masih belum hilang juga, gunakan dengan sedikit “aqua-regia”
atau dengan CP (cairan pencuci) lainnya.

3. Larutan NaOH Dan Penggunaannya

Larutan NaOH 10-15% (CP-03)


NaOH teknis; pelet 10-15 g
Air 100 mL
Masukkan pelet NaOH teknis ke dalam botol plastik yang berisi
100 mL air; tutup, dan kocok campuran ini sampai NaOH larut.
Beri label; dan simpan untuk persediaan sebagai CP-03.

208
Penggunaan:
CP ini dapat diterapkan untuk menghilangkan kerak putih yang
disebabkan oleh deposit karbonat tipis yang melekat pada
dinding/dasar gelas atau botol reagen.
Cara Pencucian:
Basahi kerak sampai kerak lepas atau melarut; kemudian bilasi
gelas dengan sedikit HCl 1 M, dan terakhir dengan air kran.
(Bilasi dengan akuades, jika memang diperlukan.)
Catatan:
Selain NaOH dapat juga digunakan KOH dengan kadar yang sama.

4. Larutan NaOH-beralkohol Dan Penggunaannya

Larutan NaOH beralkohol (CP-04)


A NaOH teknis; pelet 30 g
Air 30 mL
Larutkan NaOH pada air di dalam botol plastik bertutup.
B Etanol 90% 250 mL
Encerkan larutan A dengan B sampai mencapai volum 250 mL.
Tutup, dan kocok agar homogen. Beri label dan simpan untuk
persediaan sebagai CP-04.
Penggunaan:
CP-4 terutama digunakan untuk buret yang berlemak/bervaselin.
Cara Pencucian:
Panaskan dulu 80 mL CP-04 di dalam gelas kimia sampai
bersuhu 50-600C; tuangkan sedikit-sedikit ke dalam buret tegak
lewat corong sebanyak 25 mL; letakkan gelas kimianya di
bawah buret dan segera putar kran (bila perlu gunakan sarung
tangan) agar CP keluar dan mengisi pipa ujung buret. Setelah
terisi, tutup kran, dan isi lagi buret lewat corong sampai hampir
terisi penuh. Biarkan beberapa menit (agak lama lebih baik).
Setelah itu kran dibuka; CP-nya ditampung, dan dikembalikan ke
botolnya semula.
Buret yang telah dibersihkan akan tampak transparan dan
bercahaya. Setelah dingin, bilasi buret dengan air kran hingga
bersih, dan terakhir bilasi dengan akuades. Atau jika buret akan
disimpan, bilasi dulu dengan sedikit HCl 0,1 M.

209
5. Larutan Na-dikromat Asam Dan Penggunaannya
Larutan garam dikromat terutama garam natrium dikromat dalam
suasana asam dapat diterapkan di laboratorium untuk membersihkan
peralatan gelas tertentu (misalnya pipet volum, buret, dst.) karena
sifatnya sebagai pengoksidasi. Namun larutan ini sebagai cairan
pencuci (CP) harus dikemas secara baik dan hanya digunakan secara
terbatas karena bersifat racun kuat.

Larutan Na-dikromat Asam (CP-05)


A Na2Cr2O7.2H2O; teknis 30 g
Air 15 mL
Larutkan Na-dikromat ke dalam gelas kimia pirex 600 mL yang
berisi 15 mL air sampai diperoleh larutan jenuhnya.
B H2SO4 pekat; teknis 500 mL
Alirkan asam pekat ini (secara hati-hati dan perlahan lewat
batang pengaduk) ke dalam larutan jenuh A, sambil
sesekali diaduk perlahan; demikian sampai seluruh asam
pekat terpindahkan. Setelah larutan dingin, pindahkan ke
dalam botol reagen bertutup gelas. Beri label, dan simpan
untuk persediaan sebagai CP-05.
(Encerkan segera sisa bahan pada peralatan yang
digunakan dengan air kran, dan buang ke dalam bak-cuci
dengan mengalirkan air-krannya yang cukup banyak.)

Perhatian:
• CP-05 bersifat sangat korosif; dapat merusak pakaian, kulit, dan
organ tubuh.
• Jika kulit terkena cairan ini, segeralah sirami dengan air kran
sesempurna mungkin, dan terakhir dibasahi dengan larutan
NaHCO3.
• CP-05 habis pakai harus dituang (dibuang) ke dalam botol khusus
(Di samping sifat korosif di atas, CP ini juga mengakibatkan
pencemaran berat terhadap lingkungan kehidupan.)

Penggunaan:
CP-05 akan lebih efektif bila sebelumnya dipanaskan dulu
sampai kira-kira 50-600C.

210
Cara pencucian:
 Buret/labu-takar
Isikan CP-05 (hati-hati dan secara perlahan) pada buret atau
labu takar sampai penuh; tutup bila mungkin; dan biarkan
beberapa menit (semakin lama semakin baik). CP-05 bekas
pakai dapat dituang kembali ke dalam botolnya semula.
Bilasi buret dengan air-kran, dan terakhir dengan air bersih.
Jika akan digunakan, bilasi alat tersebut dengan larutan yang
akan digunakan; atau untuk buret jika akan disimpan, bilasi
dengan sedikit larutan HCl 0,1 M.
 Pipet-ukur/volum
Pipet ukur dan vol-pipet sebaiknya direndam. Gunakan
penjepit khusus (tangkrus) untuk mengeluarkannya. Agar
aman letakkan semua alat gelas dalam bejana khusus (kalau
tidak, gunakan ember plastik besar) dan sesegera mungkin
disiram dengan air kran, dan selanjutnya dicuci sampai
bersih. Semua peralatan lainnya juga harus segera
dibersihkan.
Catatan:
Jika CP-05 berubah warna menjadi hijau (ion Cr3+); menandakan
habisnya daya kerja CP ini sehingga tidak dapat digunakan lagi, dan
harus ditampung (ditempatkan) pada botol khusus. Sebelum dibuang,
sebaiknya CP-05 bekas diproses menjadi zat lain yang tidak
membahayakan/mencemari lingkungan.

6. Aqua-regia Dan Penggunaannya


Aqua regia merupakan campuran antara 1 volum asam nitrat
pekat dan 3 volum asam klorida pekat. Cairan ini sangat reaktif; dapat
merusak berbagai bahan logam termasuk emas dan platina. Gas yang
ditimbulkannya pun bersifat merusak dan beracun. Oleh karena itu
pengerjaan yang melibatkan cairan ini harus dilakukan di ruang
khusus (ruang asam) dan mengikuti aturan yang ketat. Pengemasan
cairan sebagai cairan pencuci harus dilakukan dengan cermat
termasuk penyimpanannya.

Aqua-regia (CP-06)
HNO3 pekat; teknis 50 mL
HCl pekat; teknis 150 mL

211
Dosis volum ini merupakan perbandingan volum, dan dapat
digandakan sesuai dengan kebutuhan. Agar tahan lama,
tuangkan 1 bagian campuran di atas ke dalam 1 bagian air.
Tempatkan dalam botol reagen, beri label, dan simpan untuk
persediaan sebagai CP-06.
Perhatian:
• lakukan pencampuran ini di ruang asam (tempat terbuka);
HNO3 dapat merusak kulit; uap NO2 sangat beracun.
• CP-06 bersifat sangat korosif, dapat merusak kulit dan pakaian.
• CP-06 yang habis-pakai harus ditampung pada botol khusus.
Penggunaan:
CP-6 sangat efektif karena dapat melarutkan hampir semua zat
termasuk dapat membersihkan permukaan logam.
Caranya Penerapan:
Basahi secukupnya bagian alat gelas yang kotor (lakukan di
ruang asam); biarkan beberapa menit; encerkan dengan air
kran; buang bersama aliran air pada bak cuci.
Catatan:
Jika “volum CP-06 bekas-pekai” cukup banyak, SEGERA dimasukkan
kembali ke dalam botolnya semula; atau jika tidak (karena rusak)
tempatkan pada botol penyimpanan khusus; jangan langsung
dibuang ke bak cuci.

7. Larutan FeSO4 Encer Dan Penggunaannya

Larutan FeSO4 Encer (CP-07)


FeSO4.7H2O; teknis 50 g
H2SO4 pekat; teknis 5 mL
Air 500 mL
Tuangkan perlahan H2SO4 pekat ke dalam botol plastik yang
berisi 50 mL air; dan goyang perlahan botolnya agar
bercampur homogen. Masukkan garamnya; tutup rapat; kocok
hingga garam melarut. Selanjutnya tambahkan sisa air (450
mL); tutup rapat, beri label pada botolnya, dan simpan untuk
persediaan sebagai CP-07.
Penggunaan:
CP-07 dapat menghilangkan noda kuning/coklat pada berbagai
peralatan gelas bekas larutan KMnO4.

212
Cara Pencucian:
Gunakan CP-07 ini secukupnya untuk merendam bagian gelas
yang bernoda selama beberapa menit; atau dengan cara
merendam peralatan gelas seperti gelas ukur, pipet ukur, vol-
pipet atau buret dalam suatu wadah berisi CP ini beberapa
lama sampai noda dari larutan KMnO4 melarut/menghilang).
Kemudian bilasi alat tersebut dengan air bersih.

8. Larutan Hipo Dan Penggunaannya


Larutan Hipo (CP-08)
Na2S2O3.5H2O teknis 10 g
Air 100 mL
Masukkan garam ke dalam botol plastik yang berisi air; tutup
rapat; dan kocok hingga semua garam melarut. Kemudian beri
label pada botol ini, dan dapat simpan untuk persediaan sebagai
CP-08.
Penggunaan:
CP-08 dapat menghilangkan noda iodium yang melekat pada
peralatan atau pada bahan kain (pakaian).
Cara Pencucian:
Basahi atau rendam peralatan/pakaian yang bernoda iodium
dengan CP-08 sampai noda larut/hilang; kemudian bilasi segera
dengan air kran atau air bersih.

9. Larutan Amonium Sulfida Dan Penggunaannya

Larutan Amonium Sulfida (CP-09)


(NH4)2S; teknis 10 g
Air 100 mL
Masukkan amonium sulfida ke dalam botol reagen yang berisi
100 mL air; tutup, dan kocok hingga garam melarut. Beri label,
dan simpan untuk persediaan sebagai CP-09.
Penggunaan:
CP-09 digunakan untuk menghilangkan noda belerang.

213
10. Larutan Na-fosfat-oleum Dan Penggunaannya
Larutan Na-fosfat-oleat (CP-10)
Natrium fosfat (Na3PO4.12H2O) 15 g
Natrium-oleat (NaC18H33O2) 5 g
Air lunak* 250 mL
Masukkan kedua garam ke dalam botol plastik yang berisi 250
mL air lunak; tutup rapat, dan kocok sampai garam melarut. Beri
label, dan simpan untuk persediaan sebagai CP-10.
Keterangan: *air yang tidak mengandung sadah.
Penggunaan:
CP-10 digunakan untuk menghilangkan noda hitam dari
kerak karbon.
Caran Penerapanya:
Tuangkan CP ke dalam alat gelas sehingga merendam noda
beberapa menit. Gunakan sikat keras atau ujung batang
pengaduk untuk membantu pelepasan kerak dari dinding gelas.
Keluarkan cairan; dan bila perlu alat dibersihkan dengan CP-01,
atau alat langsung dibilasi dengan air kran.

11. Larutan Gliserin-plus Dan Penggunaannya

Larutan Gliserin-plus (CP-11)


A Gliserin; teknis 20 g
Alkohol 95%; teknis 20 g
Eter; teknis 20 g
Amoniak pekat; teknis 80 g
Campurkan zat-zat di atas secara berurutan sambil
diaduk sampai membentuk campuran homogen di
dalam gelas kimia 250 mL.
B Air 400 mL
Detergen 20 g
Campur detergen dan air di dalam gelas kimia 600 mL
sampai membentuk air-detergen.
Tuangkan campuran A ke dalam campuran B secara perlahan
sambil diaduk. Pindahkan cairan ke dalam botol plastik 600 mL;
tutup dan kocok sebentar-sebentar; beri label, dan simpan untuk
persediaan sebagai CP-11.
Penggunaan:
CP-11 digunakan untuk menghilangkan berbagai noda lemak.

214
Cara Penerapannya:
Susutkan dulu lapisan lemak/minyak yang melekat pada alat;
lalu basahi atau rendam kotoran dengan CP secukupnya
dalam waktu beberapa lama.
Atau jika mungkin cukup dengan melap lapisan lemak/minyak
itu dengan kain yang dibasahi CP-11.
Keluarkan cairan pencucinya; bersihkan alat dengan CP-01;
lalu bilasi alat dengan air bersih.
Catatan:
CP-11 dapat digunakan untuk pakaian yang terkena percikan cairan
obat, kopi, coklat, noda lemak/minyak dan noda lainnya.

12. Beberapa Cairan Pencuci Lain Dan Penggunaannya


a. Aseton
Noda berupa tinta dari spidol dapat dengan mudah dihilangkan
dengan menggosokkan kain lap yang dibasahi dengan aseton (CP-12;
teknis); jangan melakukan tindakan ini di dekat nyala api. Lemak atau
minyak dapat dihilangkan dengan cara susutkan dulu lapisan
lemak/minyak dengan kain lap sampai tinggal setipis mungkin; lalu
bersihkan dengan kain lap bersih yang dibasahi dengan pelarut
lemak/minyak yang sesuai (umumnya berupa pelarut organik seperti
alkohol atau eter). Jika lemak/minyak ini belum hilang seluruhnya,
dapat digunakan CP-11.

b. Isopropil Alkohol
Untuk membersihkan lensa dapat digunakan cairan isopropil-
alkohol 98-99% (CP-13; teknis). Basahi permukaan lensa dengan 1
tetes cairan ini kemudian sebarkan merata dengan kain-lembut (dari
bahan kaos) beberapa lama. Kemudian gosok perlahan secara
memutar dengan kain lembut bersih.
Bukan tidak mungkin, suatu kotoran atau noda tidak hilang oleh
penggunaan satu jenis CP (cairan pencuci). Untuk ini dapat diteruskan
dengan menggunakan CP lainnya sesuai dengan jenis dan sifat noda
yang diperkirakan. Penting sekali melakukan perkiraan awal tentang
jenis dan sifat kotoran atau noda yang melekat pada peralatan dari
gelas agar memudahkan untuk memilih CP yang akan diterapkan.
Dengan demikian dapat dihindarkan pemborosan dalam pemakaian
bahan, dan waktu.


215
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. SATUAN SISTEM INTERNASIONAL (SATUAN SI)

A. Satuan SI Dasar Dan Tambahan

Kuantitas Fisika Nama Satuan SI Simbol Satuan


Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu detik s
Arus listrik amper A
Temperatur termodinamik kelvin K
Intensitas cahaya candela Cd
Jumlah zat mol mol
Sudut bidang (*) radian rad
Sudut padatan (*) steradian sr

Keterangan: (*) satuan tambahan.

216
B. Satuan SI Turunan

Kuantitas Fisika Nama Satuan SI Simbol Satuan SI Simbol Dasar SI


frekuensi hertz Hz s-1
energi joule J m2 kg s-2 ; (N.m)
gaya newton N m kg s-2 ; (J/m)
daya watt W m2 kg s-3 ; (J/s)
tekanan pascal Pa m-1 kg s-2 ; (N/m2)
muatan listrik coulomb C A.s
beda potensial listrik volt V m2 kg s-3 A-1 ; (W/A)
tahanan listrik ohm  m2 kg s-3 A-2 ; (V/A)
hantaran listrik siemen S m-2 kg-1 s3 A2 ; (-1
kapasitansi listrik farad F m-2 kg-1 s4 A-2 ; (C/V)
fluks magnet weber Wb m2 kg s-2 A-1 ; (V.s)
rapat fluks magnet tesla T kg s-2 A-1 ; (Wb/m2)
(induksi magnet)
induktansi henry H m2 kg s-2 A-2 ; (Wb/A)
fluks cahaya lumen lm cd.sr
iluminasi lux lx m-2 Cd sr ; (lm/m2)

Lampiran 2. Tetapan Fisika Dan Kimia


Bilangan Avogadro N = 6,022 x 1023 mol-1
Satuan Massa Atom (s.m.a; amu} 1 sma = 1,66 x 10-27 kg
Muatan proton mp = 1,673 x 10-27 kg
Muatan elektron me = 9,110 x 10-31 kg
Muatan Listrik e = 1,602 x 10–19 C
Tetapan Faraday ƒ = N.e = 96500 C.ekuivalen-1
Tetapan Gas R = 8,314 JK-1 mol-1
= 0,082 L.atm.K-1 mol-1
= 1,987 cal.K-1 mol-1
Tetapan Boltzmann k = 1,381 x 10–23 J.K-1
Pi  = 3,142
Kecepatan Cahaya (dalam vakum) c = 2,998 x 108 m.s–1
Tetapan Planck h = 6,626 x 10–34 J.s
Tetapan Rydberg R = 1,0974 x 105 cm–1

217
Lampiran 3. Satuan Dan Konversi Satuan

Kuantitas Satuan SI Satuan Lain Faktor Konversi

Panjang meter (m) Angstrom (Å) 1 (Å) = 10-8 cm = 10-10 m


mikron () 1  = 1 m = 10-6 m
inchi (in) 1 in = 2,54 x 10-2 m
kaki (feet) I feet = 0,3048 m
mil 1 mil = 1,609 km
mil-laut 1 mil-laut = 1,852 km
Massa kilogram (kg) satuan massa atom 1 amu = 1 sma = 1,66 x 10-27 kg
(sma atau amu)
Volume meter-kubik (m3) liter (L) 1 L = 10-3 m3 = 1 dm3 = 103 cm3
galon 1 galon = 4,546 liter (Inggris)
1 galon = 3,785 liter (Amerika)
barel 1 barel = 163,655 liter (Inggris)
1 barel = 158,983 liter (Amerika)
Temperatur kelvin (K) °Celcius (°C) tC = tK - 273,15
°Fahrenheit (°F) tF = 9/5 tK - 459,7
Waktu detik (s) menit (men) 1 men = 60 s
Gaya newton (N); (kg.m/s2) dyne (dyn) 1 N = 105 dyn
Tekanan pascal; (Pa); (kg/m2) atmosfer (atm) 1 atm = 1,01325 x 105 Pa
bar 1 bar = 105 Pa
mmHg 1 mmHg = 133,322 Pa
torr 1 torr = 1 mmHg
Energi joule (J) energi (erg) 1erg = 107-7 J
kalori (cal) 1 cal = 4,184 J
elektron-volt (eV) 1 eV = 1,602 x 10-19 J
BTU 1 BTU = 1055, 056 J
Daya watt Daya kuda 1 watt = 1 J s-1
1 watt = 1,341 x 10-3 daya kuda
Hantaran Listrik siemen mho 1 mho = 1 siemen
1 siemen = 1 amper per volt = 1 ohm-1
Gelombang frekuensi fresnel 1 fresnel = 1012 Hz = 1012 s-1
Viskositas dyn cm-2 poise 1 poise = 1 dyn cm-2
Kimia mol mmol 1 mol = 1000 mmol

218
Lampiran 4. Kelipatan Dan Subkelipatan Dalam Satuan SI

kelipatan awalan simbol subkelipatan awalan simbol

10 deka da 10-1 desi d


102 hekto h 10-2 centi c
103 kilo k 10-3 milli m
106 mega M 10-6 mikro 
109 giga G 10-9 nano n
1012 tera T 10-12 piko p
1015 peta P 10-15 femto f
1018 exa E 10-18 atto a

Lampiran 5. Sifat-Sifat Air (*)

Massa jenis (g/cm 3) : 0,999870


1,000004
0,9970725
0,95838100
Panas Penguapan (kJ.mol-1) : 44,94 pada 0°C
44,02 pada 25°C
40,67 pada 100°C
Kalor jenis, cair : 4180 J.kg-1.der-1
Entalpi Pembentukan, H0f H2O(l) : –285,8 Kj.mol-1
Tetapan Dielektrik,  : 80,37 (200C)
78,54 (250C)
Tegangan Permukaan,  : 72,75 dyne/cm (200C)
71,97 dyne/cm (250C)
Viskositas,  : 0,010019 poise (200C)
Hantaran Jenis Listrik, : 5,8 x 10-6 siemen (250C)

219
Lampiran 6. Titik Didih Air terhadap Tekanan

Tekanan Titik Didih Tekanan Titik Didih Tekanan Titik Didih


( mmHg ) (°C ) ( mmHg ) (°C ) ( mmHg ) (°C )
700 97,714 735 99,067 770 100,366
705 97,910 740 99,255 775 100,548
710 98,106 745 99,443 780 100,728
715 98,300 750 99,630 785 100,908
720 98,493 755 99,815 790 101,087
725 98,686 760 100,000 795 101,264
730 98,877 765 100,184 800 101,441

Lampiran 7. Tekanan Uap Air (PH2O) dalam mmHg terhadap Suhu (0C) *

°C PH2O °C PH2O °C PH2O °C PH2O °C PH2O


0 4,58 20 17,54 29 30,04 65 187,5 96 657,6
5 6,54 21 18,65 30 31,82 70 233,7 98 707,3
10 9,21 22 19,83 35 42,2 75 289,1 100 760,0
12 10,52 23 21,07 40 55,3 80 355,1 102 815,9
14 11,99 24 22,38 45 71,9 85 433,6 104 857,1
16 13,63 25 23,76 50 92,5 90 525,8 106 937,9
17 14,53 26 25,21 55 118,0 92 567,0 108 1004,4
18 15,48 27 26,74 60 149,4 94 610,9 110 1074,6
19 16,48 28 28,35

Lampiran 8. Massa-Jenis (d) Air pada Berbagai Suhu


Suhu d Suhu d Suhu d
(0C) (g/cm3) (0C) (g/cm3) (0C) (g/cm3)
0 0,99987 35 0,99567 70 0,97781
4 1,00000 38 0,99299 75 0,97489
10 0,99999 40 0,99224 80 0,97183
15 0,99973 45 0,99025 85 0,96865
18 0,99913 50 0,98807 90 0,96534
20 0,99862 55 0,98573 95 0,96192
25 0,99823 60 0,98324 100 0,95838
30 0,99707 65 0,98059

220
Lampiran 9. Massa Jenis (d) dari Beberapa Cairan
d Suhu d Suhu
Zat Cair (g.cm-3) (0C) Zat Cair (g.cm-3) (0C)
Air 1,000 4 Asam Karbolat 0,96 15
Air laut 1,025 15 Asam Asetat 1,05 20
Metanol 0,810 0 Asam Format 1,22 20
Etanol 0,791 20 Gliserin 1,260 0
Aseton 0,792 20 Gasolin 0,67 ….
Eter 0,736 0 Kerosin 0,82 ….
Karbon disulfida 1,293 0 Terpentin 0,87 ….
Karbon tetraklorida 1,595 20 Minyak Kelapa 0,925 15
Kloroform 1,489 20 Susu 1,031 ….
Benzen 0,90 0

Lampiran 10. Kepekatan/Komposisi Beberapa Asam-Basa Anorganik

Rumus Massa-
Zat Anorganik Mr Molaritas % (b/b)
Kimia jenis
Asam Asetat Glasial CH3COOH 60,05 1,05 17,5 99-100
Asam Fluorida HF 20,01 1,17 28,9 48-51
Asam Klorida HCl 36,46 1,18 12,0 36,5-38
Asam Bromida HBr 80,93 1,5 9,0 47-49
Asam Iodida HI 127,91 1,5 5,5 47-47,5
Asam Nitrat HNO3 63,01 1,42 16,0 72
Asam Sulfat H2SO4 98,08 1,84 18,0 95-98
Asam Fosfat H3PO4 98,00 1,69 14,7 85
Amonium Hidroksida NH4OH 35,05 0,90 14,8 28-30

221
Lampiran 11.
Massa Jenis Dan Kadar/Persen dari Larutan Amonium Hidroksida pada 200C
%(b/b) %(b/b) d M %(g/L) %(g/L) d M
NH3 NH4OH (g/L) (mol/L) NH3 NH4OH (g/L) (mol/L)
0,5 1,03 0,9960 0,292 9,5 19,55 0,9575 5,352
1,0 2,06 0,9938 0,584 10,0 20,58 0,9538 5,623
1,5 3,09 0,9917 0,873 11,0 22,64 0,9502 6,161
2,0 4,12 0,9895 1,162 12,0 24,70 0,9566 6,695
2,5 5,15 0.9891 1,449 13,0 26,76 0,9466 7,226
3,0 6,17 0.9870 1,736 14,0 28,81 0,9431 7,753
3,5 7,20 0.9849 2,021 15,0 30,87 0,9396 8,276
4,0 8,23 0.9828 2,304 16,0 32,93 0,9361 8,795
4,5 9,26 0,9790 2,587 17,0 34,99 0,9327 9,311
5,0 10,29 0,9770 2,868 18,0 37,05 0,9294 9,823
5,5 11,32 0,9750 3,149 19,0 39,10 0,9261 10,332
6,0 12,35 0,9730 3,428 20,0 41,16 0,9228 10,838
6,5 13,38 0,9710 3,706 22,0 45,28 0,9164 11,839
7,0 14,41 0,9690 3,983 24,0 49,40 0,9102 12,827
7,5 15,44 0,9671 4,259 26,0 53,51 0,9040 13,802
8,0 16,47 0,9651 4,534 28,0 57,63 0,8980 14,764
8,5 17,49 0,9632 4,807 30,0 61,74 0,8920 15,713
9,0 18,52 0,9613 5,080
Keterangan: d =massa-jenis; G = massa NH3; dan M = molaritas.

Lampiran 12.
Massa Jenis Dan Persen (Kadar) dari Larutan Asam Klorida pada 200C
% d % d % d
(b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L

1 1,0032 10,03 14 1,0675 149,5 28 1,1392 319,0


2 1,0082 20,16 16 1,0776 172,4 30 1,1493 344,8
4 1,0181 40,72 18 1,0878 195,8 32 1,1593 371,0
6 1,0279 61,67 20 1,0980 219,6 34 1,1691 397,5
8 1,0376 83,01 22 1,1083 243,8 36 1,1789 424,4
10 1,0474 104,7 24 1,1187 268,5 38 1,1885 451,6
12 1,0574 126,9 26 1,1290 293,5 40 1,1980 479,2
Keterangan: d =massa-jenis; G = massa HCl.

222
Lampiran 13.
Massa Jenis Dan Kadar dari Larutan Asam Format pada 200C
% d % d % d
(b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L

1 1,0019 10,02 25 1,0609 265,2 70 1,1655 815,9


2 1,0044 20,09 26 1,0633 276,5 75 1,1769 882,7
3 1,0070 30,21 28 1,0681 299,1 80 1,1860 948,8
4 1,0093 40,37 30 1,0729 321,9 85 1,1953 1016
5 1,0115 50,58 33 1,0800 356,4 90 1,2044 1084
10 1,0246 102,5 35 1,0847 379,6 92 1,2078 1111
12 1,0296 123,6 37 1,0895 403,1 94 1,2117 1139
14 1,0345 144,8 40 1,0963 438,5 95 1,2140 1153
15 1,0370 155,6 45 1,1085 498,8 96 1,2158 1167
16 1,0393 166,3 50 1,1207 560,4 97 1,2170 1180
18 1,0441 187,9 55 1,1320 622,6 98 1,2183 1194
20 1,0488 209,8 60 1,1424 685,4 99 1,2202 1208
22 1,0537 231,8 65 1,1543 750,3 100 1,2212 1221
24 1,0585 254,0

Lampiran 14.
Massa Jenis Dan Persen Berat dari Larutan Asam Asetat pada 200C
% d % d % d
g/L g/L g/L
(b/b) (g/L) (b/b) (g/L) (b/b) (g/L)
1 0,9996 0,996 25 1,0326 358,2 70 1,0685 748,0
2 1,0012 20,02 26 1,0338 268,8 75 1,0696 802,2
3 1,0025 30,08 28 1,0361 290,1 80 1,0700 856,0
4 1,0040 40,16 30 1,0384 311,5 85 1,0689 908,6
5 1,0055 50,28 33 1,0417 343,8 90 1,0661 959,5
10 1,0125 101,3 35 1,0438 365,3 92 1,0643 979,2
12 1,0154 121,8 37 1,0459 387,0 94 1,0619 998,2
14 1,0182 142,5 40 1,0488 419,5 95 1,0605 1007
15 1,0195 152,9 45 1,0534 474,0 96 1,0588 1016
16 1,0209 163,3 50 1,0575 528,8 97 1,0570 1025
18 1,0236 184,2 55 1,0611 583,6 98 1,0549 1034
20 1,0263 205,3 60 1,0642 638,5 99 1,0524 1042
22 1,0288 226,3 65 1,0666 693,3 100 1,0498 1050
24 1,0313 247,5

223
Lampiran 15.
Massa Jenis Dan Persen Berat dari Larutan Asam Nitrat pada 200C
% d % d % d
(b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L

1 1,0036 10,04 25 1,1409 286,7 70 1,4134 989,4


2 1,0091 20,18 26 1,1534 299,9 75 1,4337 1075
3 1,146 30,44 28 1,1666 326,6 80 1,4521 1162
4 1,0201 40,80 30 1,1800 354,0 85 1,4686 1248
5 1,0256 51,28 33 1,2002 396,1 90 1,4826 1334
10 1,0543 105,4 35 1,2140 424,9 92 1,4873 1368
12 1,0661 127,9 37 1,2270 454,0 94 1,4912 1402
14 1,0781 150,9 40 1,2463 498,5 95 1,4932 1418
15 1,0842 162,6 45 1,2783 575,2 96 1,4952 1435
16 1,0963 174,4 50 1,3100 655,0 97 1,4974 1452
18 1,1026 198,5 55 1,3393 736,6 98 1,5008 1471
20 1,1150 223,0 60 1,3667 820,0 99 1,5056 1491
22 1,1276 248,1 65 1,3913 904,3 100 1,5129 1513
24 1,1404 273,7

Lampiran 16
Massa Jenis Dan Persen Berat dari Larutan Asam Sulfat pada 200C
% d % d % d
(b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L

1 1,0051 10,51 25 1,1783 294,6 70 1,6105 1127


2 1,0118 20,24 26 1,1862 308,4 75 1,6692 1252
3 1,0184 30,55 28 1,2023 336,6 80 1,7272 1382
4 1,0250 41,00 30 1,2185 365,9 85 1,7786 1512
5 1,0317 51,59 33 1,2432 410,3 90 1,8144 1633
10 1,0661 106,6 35 1,2599 441,0 92 1,8240 1678
12 1,0802 129,6 37 1,2769 472,5 94 1,8312 1721
14 1,0947 153,3 40 1,3028 521,1 95 1,8377 1742
15 1,1020 165,3 45 1,3476 606,4 96 1,8355 1762
16 1,1094 177,5 50 1,3951 697,6 97 1,8364 1781
18 1,1243 202,4 55 1,4453 794,9 98 1,8361 1799
20 1,1394 227,9 60 1,4983 899,0 99 1,8342 1816
22 1,1548 254,1 65 1,5583 1010 100 1,8305 1831
24 1,1704 280,9

224
Lampiran 17.
Massa Jenis Dan Kadar dari Larutan Asam Fosfat pada 200C
% d % d % d
(b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L

1 1,0038 10,04 22 1,1263 247,8 65 1,475 958,8


2 1,0092 20,18 24 1,1395 273,5 70 1,526 1068
4 1,0200 40,80 26 1,1529 299,8 75 1,579 1184
6 1,0309 61,85 28 1,1665 326,6 80 1,633 1306
8 1,0420 83,36 30 1,1805 354,2 85 1,689 1436
10 1,0532 105,3 35 1,216 425,6 90 1,746 1571
12 1,0647 127,8 40 1,254 501,6 92 1,770 1628
14 1,0764 150,7 45 1,293 581,9 94 1,794 1686
16 1,0884 174,1 50 1,335 667,5 96 1,819 1746
18 1,1008 198.1 55 1,379 758,5 98 1,844 1807
20 1,1134 222,7 60 1,426 855,6 100 1,870 1870

Lampiran 18.
Massa Jenis Dan Kadar dari Gliserin pada 200C
% d % d % d
(b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L (b/b) (g/L) g/L

1 1,0006 10,01 25 1,0597 264,9 70 1,1808 826,6


2 1,0030 20,06 26 1,0622 276,2 75 1,1944 895,8
3 1,0053 30,16 28 1,0674 208,9 80 1,2079 966,3
4 1,0077 40,31 30 1,0727 321,8 85 1,2214 1038
5 1,0101 50,51 33 1,0806 356,6 90 1,2347 1111
10 1,0221 102,2 35 1,0860 380,1 92 1,2401 1141
12 1,0271 123,3 37 1,0914 403,8 94 1,2455 1171
14 1,0320 144,5 40 1,0995 439,8 95 1,2482 1186
15 1,0345 155,2 45 1,1128 500,8 96 1,2508 1201
16 1,0370 165,9 50 1,1263 563,2 97 1,2534 1216
18 1,0420 187,6 55 1,1398 626,9 98 1,2559 1231
20 1,0470 209,4 60 1,1533 692,0 99 1,2584 1246
22 1,0520 231,4 65 1,1670 758,6 100 1,2609 1261
24 1,0545 242,5

225
Lampiran 19. Unsur Kimia di dalam Air Laut ** (untuk per liter air laut)
O 857,00 g C 28,00 mg P 70,00 g Sn 3,000 g
H 108,00 g Sr 8,10 mg I 60,00 g Mn 2,000 g
Cl 19,00 g B 4,60 mg Ba 30,00 g V 2,000 g
Na 10,50 g Si 3,00 mg Al 10,00 g Ag 0,300 g
Mg 1,35 g F 1,30 mg Fe 10,00 g Co 0,027 g
S 885,00 mg Ar 0,60 mg Zn 10,00 g Hg 0,003 g
Ca 400,00 mg N 0,50 mg Ni 5,40 g Pb 0,003 g
K 380,00 mg Li 0,18 mg As 3,00 g Bi 0,002 g
Br 65,00 mg Rb 0,12 mg Cu 3,00 g Au 0,001 g

Lampiran 20. Botol Plastik yang Digunakan Di Laboratorium


Suhu Terhadap REAGEN: Pelarut
Bahan Plastik Penam- tertinggi Asam Basa Organik yg.
pilan (0C) Lemah Kuat Lemah Kuat Menyerang
PTFE (teflon) B 250-300 st st st st tidak ada
Polipropilena T & ½T 120-130 st t* st st 2
TPX (polimetilpentena) T 170-180 st t* st st 1;2
Polistirena T 85 st at st st umumnya
Politena (HD) ½T & B 100-110 st t* st st 2
Politena (LD) ½T 80-90 t t* st st 1;2
PVC (polivinilklorida) T&B 50-70 t at t t 2;3;4
Nilon ½T & B 120 t Tt t at tidak ada
Polikarbonat T 120-130 t Tt at tt umumnya
Keterangan:
B = buram ; T = tembus-pandang ; ½T = setengah tembus-pandang.
st = sangat tahan ; at = agak tahan; t = tahan; t* = tahan (kecuali ada oksidator); tt = tak
tahan; 1 = hidrokarbon; 2 = klorohidrokarbon; 3 = keton; 4 = eter siklik.

Lampiran 21. Awalan dalam Tatanama Kimia

1 mono 6 heksa 11 Undeka 20 ikosa


2 di 7 hepta 12 Dodeka 21 henikosa
3 tri 8 okta 13 Trideka 22 dokosa
4 tetra 9 nona 14 tetradeka 23 trikosa
5 penta 10 deka 15 pentadeka 30 trikonta

226
Lampiran 22. Nama Gugus sebagai Ion dan sebagai Ligan

Gugus Nama Ion Nama Ligan Gugus Nama Ion Nama Ligan
F- fluorida fluoro H- hidrida hidrido (hidro)*
Cl- klorida kloro CN- sianida siano
Br- bromida bromo CNS- tiosianat tiosianato
I- iodida iodo NCS- isotiosianat isotiosianato
O-2 oksida okso NO2- nitrit nitrito
O2-2 peroksida perokso NO3- nitrat nitrato
OH- hidroksida hidrokso S2- sulfida sulfo
H2O - aquo CH3COO- asetat asetato
NH3 - ammin (COO)22- oksalat oksalato
CO - karbonil
Keterangan:
* nama hidrido dan hidro; keduanya digunakan untuk hidrogen terkoordinasi, hanya
nama hidro biasanya terbatas untuk senyawa-senyawa boron.

Lampiran 23.
Derajat Ionisasi () Larutan Dari Asam, Basa, dan Garam pada 18°C
Asam-asam  Asam-asam 
HNO3 1 N 0,82 H3BO3 0,1 M 0,0001
HCl 1 N 0,784 HCN 0,1 M 0,0001
H2SO4 1 N 0,510 HMnO4 0,5 N 0,933 *
HF 1 N 0,070 HI 0,5 N 0,901 *
H2C2O4 0,1 M 0,5 HBr 0,5 N 0,899 *
Asam Tartrat 0,1 M 0,082 HClO4 0,5 N 0,880 *
CH3COOH 1 N 0,004 HClO3 0,5 N 0,878 *
H2CO3 0,1 M 0,0017 HCl 0,5 N 0,876 *
H2S 0,1 M 0,0007 H3PO4 0,5 N 0,170

Basa-basa  Basa-basa  Basa-basa 


KOH 1N 0,77 Ba(OH)2 1N 0,69 Sr(OH)2 N/64 0,93*
NaOH 1N 0,73 LiOH 1N 0,63 Ba(OH)2 N/64 0,92*
NH4OH 1N 0,004 Ca(OH)2 N/64 0,90*

Garam yang mudah larut (0,1N) dengan tipe:


R+R- {misal KCl; NaNO3}:  = 0,86 (R+)2R2- {K2SO4; Na2CO3}:  = 0,72
R++(R-)2 {BaCl2; Ca(NO3)2}:  = 0,72 R+2R2- {CuSO4; FeSO4}:  = 0,45
* pada temperatur 25°C.

227
Lampiran 24.
Perkiraan Nilai pH Cairan pada 250C

pH Asam pH Basa
HCl 1N 0,1 NaOH 1N 14,0
0,1 N 1,1 0,1 N 13,0
0,01 N 2,0 0,01 N 12,0
H2SO4 1N 0,3 KOH 1N 14,0
0,1 N 1,2 0,1 N 13,0
0,01 N 2,1 0,01 N 12,0
H2SO3 0,1 N 1,5 Na2SiO3 0,1 N 12,6
H3PO4 0,1 N 1,5 Ca(OH)2 jenuh 12,4
H2C2O4 0,1 N 1,6 Na3PO4 0,1 N 12,0
Asam tartrat 0,1 N 2,2 Na2CO3 0,1 N 11,6
Asam sitrat 0,1 N 2,2
NH4OH 1N 11,6
HCOOH 0,1 N 2,3
0,1 N 11,1
CH3COOH 1N 2,4 0,01 N 10,6
0,1 N 2,9
0,01 N 3,4 KCN 0,1 N 11,0
Fe(OH)2 jenuh 9,5
C6H5COOH 0,01 N 3,1
CaCO3 jenuh 9,4
H2CO3 jenuh 3,8
H2S 0,1 N 4,2 Na2B4O7 0,1 N 9,2
HCN 0,1 N 5,1 NaHCO3 0,1 N 8,4
H3BO3 0,1 N 5,2

pH Cairan Biologis
darah (m) 7,3 – 7,5 air liur (m) 6,5 – 7,5
darah (h) 6,9 – 7,2 empedu (m) 6,8 – 7,0
susu (h) 6,6 – 7,6 urin (m) 4,8 – 8,4

Keterangan:
• Rumus molekul untuk:
Asam tatrat, (HOOC)(OH)HCCH(OH)(COOH)
Asam sitrat, (HOOC)(OH)C(CH2COOH)2
• m = manusia; h = hewan.

228
Lampiran 25.
Tetapan Disosiasi Asam-Asam Organik Dalam Pelarut Air (25 °C)

No. Nama Asam Organik Tahap K pK


1. Adipamat 2,35 x 10-5 4,63
2. Adipat 1 3,71 x 10-5 4,43
2 3,87 x 10-6 5,41
3. Akrilat 5,6 x 10-5 4,25
4. Alloksanat 2,3 x 10-7 6,64
5. -Aminoasetat (gliserin) 1,67 x 10-10 9,78
6. o-Aminobenzoat 1,07 x 10-7 6,97
7. m-Aminobenzoat 1,67 x 10-5 4,78
8. p-Aminobenzoat 1,2 x 10-5 4,92
9. o-Aminobenzosulfonat 3,3 x 10-3 2,48
10. m-Aminobenzosulfonat 1,85 x 10-4 3,73
11. p-Aminobenzosulfonat 5,81 x 10-4 3,24
12. Anisat 3,38 x 10-5 4,47
13. Asetat 1,76 x 10-5 4,75
14. Asetoasetat 2,62 x 10-4 3,58
15. Askorbat 1 7,94 x 10-5 4,10
2 1,62 x 10-12 11,79
16. dl-Aspartat 1 1,38 x 10-4 3,86
2 1,51x10-10 9,82

17. Barbiturat 9,8 x 10-5 4,01


18. Benzoat 6,46 x 10-5 4,19
19. Benzosulfonat 2,0 x 10-1 0,70
20. n-Butirat 1,54 x 10-5 4,81
21. iso-Butirat 1,44 x 10-5 4,84
22. Difenilasetat 1,15 x 10-4 3,94
23. Dihidroksimalat 1,12 x 10-2 1,95
24. Dihidroksitartrat 1,20 x 10-2 1,92
25. Dikloroasetat 3,32 x 10-2 1,48
26. Dikloroasetilasetat 7,8 x 10-3 2,11
27. Etilbenzoat 4,47 x 10-5 4,35
28. Etilfenilasetat 4,27 x 10-5 4,37
29. Fenilasetat 5,2 x 10-5 4,28
30. Format 1,77 x 10-4 3,75
31 o-Ftalat 1 1,3 x 10-3 2,89
2 3,9 x 10-6 5,51
32. m-Ftalat 1 2,9 x 10-4 3,54
2 2,5 x 10-5 4,60

229
No. Nama Asam Organik Tahap K pK
33. p-Ftalat 1 3,1 x 10-4 3,51
2 1,5 x 10-5 4,82
34. trans-Fumarat 1 9,30 x 10-4 3,03
2 3,62 x 105 4,44
35. Furoat 6,76x10-4 3,17
36. Gallat 3,9 x 10-5 4,41
37. Glikol 6 x 10-15 14,22
38. Glikolat 1,48 x 10-4 3,83
39. Gliserol 1,7 x 10-15 14,15
40. Glisin 1,67 x 10-10 9,78
41. Glutaramat 3,98 x 10-5 4,60
42. Glutarat 1 4,58 x 10-5 4,31
2 3,89 x 10-6 5,41
43. Hidrokuinon 4,5 x 10-11 10,35
44. Histidin 6,7 x 10-10 9,17
45. Iodoasetat 7,5 x 10-4 3,12
46. Itakonat 1 1,40 x 10-4 3,85
2 3,56 x 10-6 5,45

47. n-Kaproat 1,43 x 10-5 4,83


48. iso-Kaproat 1,46 x 10-5 4,84
49. Karbolat 1,28 x 10-10 9,89
50. Kloroasetat 1,40 x 10-3 2,85
51. o-Kresol 6,3 x 10-11 10,20
52. m-Kresol 9,8 x 10-11 10,01
53. p-Kresol 6,7 x 10-11 10,17
54. Kuinolat 3 x 10-3 2,52
55. Lysin 2,95 x 10-11 10,53
56. Malat 1 3,9 x 10-4 3,40
2 7,8 x 10-6 5,11
57. Maleat 1 1,42 x 10-2 1,83
2 8,57 x 10-7 6,07
58. Malonat 1 1,49 x 10-2 2,83
2 2,03 x 10-6 5,69
59. dl-Mandelat 1,4 x 10-4 3,85
60. Misitilenat 4,8 x 10-5 4,32
61. Mesakonat 1 8,22 x 10-4 3,09
2 1,78 x 10-5 4,75
62. Metilmalonat 1,17 x 10-4 3,07
63. Metilsuksinat 1 7,4 x 10-5 4,13
2 2,3 x 10-6 5,64
64. Naftalensulfonat 2,7 x 10-1 0,57

230
No. Nama Asam Organik Tahap K pK
65. -Naftoat 2 x 10-4 3,70
66. -Naftoat 6,8 x 10-5 4,17
67. -Naftol 4,6 x 10-10 9,34
68. -Naftol 3,1 x 10-10 9,51
69. o-Nitrofenol 6,8 x 10-8 7,17
70. m-Nitrofenol 5,3 x 10-9 8,28
71. p-Nitrofenol 7x10-8 7,15
72. Oksalat 1 5,90 x 10-2 1,23
2 6,40 x 10-5 4,19
73. Pikrat 4,2 x 10-1 0,38
74. Pimelat 3,09 x 10-5 4,71
75. Propionat 1,34 x 10-5 4,87
76. Pyrokatekol 1,4 x 10-10 9,85
77. Resorsinol 1,55 x 10-10 9,81
78. sis-Sinamat 1,3 x 10-4 3,89
79. trans-Sinamat 3,65 x 10-5 4,44
80. Sitrat 1 7,10 x 10-4 3,14
2 1,68 x 10-5 4,77
3 4,1 x 10-7 6,39

81. Suksinat 1 6,89 x 10-5 4,16


2 2,47 x 10-6 5,61
82. Sulfamilat 5,9 x 10-4 3,23
83. -Tartrat 1 1,04 x 10-3 2,98
2 4,55 x 10-5 4,34
84. meso-Tartrat 1 6 x 10-4 3,22
2 1,53 x 10-5 4,82
85. Tereftalat 3,1 x 10-4 3,51
86. Tioasetat 4,7 x 10-4 3,33
87. o-Toluat 1,22 x 10-4 3,91
88. m-Toluat 5,32 x 10-5 4,27
89. p-Toluat 4,33 x 10-5 4,36
90. Trikloroasetat 2 x 10-1 0,70
91. Triklorofenol 1 x 10-6 6,00
92. 2,4,6-Trinitrofenol 4,2 x 10-1 0,38
93. Tryptofan 4,2 x 10-10 9,38
94. Tyrosin 3,98 x 10-9 8,40
95. Urat 1,3 x 10-4 3,89
96. n-Valerat 1,51 x 10-5 4,82
97. iso-Valerat 1,7 x 10-5 4,77
98. Veronal 3,7 x 10-8 7,43
99. Vinilasetat 4,57 x 10-5 4,34

231
Lampiran 26.
Tetapan Disosiasi Basa-Basa Organik Dalam Pelarut Air (25 °C)
No. Nama Basa Organik Tahap K pK
1. Akridin 2,63x 10-6 5,58
2. -Alanin 4,52 x 10-3 2,34
3. Anilin 2,34 x 10-5 4,63
4. Arginin 1 1,51 x 10-2 1,82
2 1,01 x 10-9 8,99
5. Asetamida 2,34 x 10-1 0,63
6. Asparagin 1 6,12 x 10-3 2,21
2 1,41 x 10-9 8,85
7. Benzidin 1 2,19 x 10-5 4,66
2 2,69 x 10-4 3,57
8. Benzilamin 4,67 x 10-10 9,33
9. Dimetilamin 1,85 x 10-11 10,37
10. Etilamin 1,56 x 10-11 10,81
11. Glisilserin 1 1,04 x 10-3 2,98
2 4,17 x 10-9 8,38
12 Glisin 1 4,46 x 10-3 2,35
2 1,68 x 10-10 9,78
13 dl-Histidin 1 1,58 x 10-2 1,80
2 9,12 x 10-7 6,04
3 4,67 x 10-10 9,33
14 Imidazo 1,11 x 10-7 6,95
15 Isoleusin 1 4,81 x 10-3 2,32
2 1,74 x 10-10 9,76

16. Kuinin 1 3,02 x 10-9 8,52


2 7,41 x 10-5 4,13
17. Kuinolin 1,25 x 10-5 4,90
18. Leusin 1 4,70 x 10-3 2,33
2 1,80 x 10-10 9,74
19. Metilamin 2,70 x 10-11 10,66
20. Metionin 1 6,02 x 10-3 2,22
2 5,37 x 10-10 9,27
21. -Naftilamin 1,20 x 10-4 3,92
22. -Naftilamin 6,92 x 10-5 4,16
23. Norleusin 4,62 x 10-5 2,34
24. Penantridin 2,63 x 10-6 5,58
25. 1,10-Penantrolin 1,44 x 10-5 4,84
26. Perimidin 4,47 x 10-7 6,35
27. Piperazin 1 1,48 x 10-10 9,83
2 2,76 x 10-6 5,56

232
No. Nama Basa Organik Tahap K pK
28. Piperidin 7,53 x 10-12 11,12
29. Prolin 1 1,11 x 10-2 1,95
2 2,29 x 10-11 10,64
30. Purin 5,01 x 10-3 2,30
31. Pyrazin 2,24 x 10-1 0,65
32. Pyridazin 5,76 x 10-3 2,24
33. Pyridin 5,62 x 10-6 5,25
34. Serin 1 5,49 x 10-3 2,19
2 6,19 x 10-10 9,21
35. Sinotin 4,27 x 10-3 2,37
36. Sistin 1 1,25 x 10-2 1,90
2 5,76 x 10-9 8,24
37. Taurin 2 8,69 x 10-10 9,06
38. Tiazol 3,63 x 10-3 2,44
39. o-Toluidin 3,63 x 10-5 4,44
40. m-Toluidin 1,86 x 10-5 4,73
41. p-Toluidin 8,32 x 10-6 5,08
42. Treonin 1 8,16 x 10-3 2,09
2 7,94 x 10-10 9,10
43. Trietilamin 9,77 x 10-12 11,01
44. Trimetilamin 1,55 x 10-10 9,81
45. Triptofan 1 3,72 x 10-3 2,43
2 3,63 x 10-10 9,44
46. Tyrosin 2 7,76 x 10-10 9,11
3 7,41 x 10-11 10,13
47. Urea 7,94 x 10-1 0,1
48. Valin 1 5,17 x 10-3 2,29
2 1,91 x 10-10 9,72

233
Lampiran 27.
Tetapan Disosiasi Asam-Asam Anorganik Dalam Larutan Air (25C)

Rumus Kimia Nama Asam Tahap K pK


H3AsO4 Asam Arsenat 1 5,62 x 10-3 2,25
2 1,70 x 10-7 6,77
3 3,95 x 10-12 11,60
H3AsO3 Asam Arsenit 1 6 x 10-10 9,23
H3BO3 Asam orto-Borat 1 7,3 x 10-10 9,14
2 1,8 x 10-13 12,74
3 1,6 x 10-14 13,80

H2B4O7 Asam Tetraborat 1  10-4  4,00


2  10-9  9,00
H3PO4 Asam orto-Fosfat 1 7,52 x 10-3 2,12
2 6,23 x 10-8 7,21
3 2,2 x 10-13 12,67
H3PO3 Asam Fosfit 1 1,0 x 10-2 2,00
2 2,6 x 10-7 6,59
H4P2O7 Asam Pirofosfat 1 1,4 x 10-1 0,85
2 3,2 x 10-2 1,49
3 1,7 x 10-6 5,77
4 6 x 10-9 8,22

HIO Asam Hipoiodit 2,3 x 10-11 10,64


HIO3 Asam Iodat 1,69 x 10-1 0,77
HIO4 Asam Periodat 2,3 x 10-2 1,64
H2CO3 Asam Karbonat 1 4,30 x 10-7 6,37
2 5,61 x 10-11 10,25
HClO Asam Hipoklorit 2,95 x 10-5 4,53
HClO4 Asam Perklorat 1,78 x 10-2 1,77
H2Cr2O4 Asam Kromat 1 1,8 x 10-1 0,74
2 3,20 x 10-7 6,49
HNO2 Asam Nitrit 4 x 10-4 3,40
HCN Asam Sianida 4,93 x 10-10 9,31
H2S Asam Sulfida 1 9,1 x 10-8 7,04
2 1,1 x 10-12 11,96
H2SO3 Asam Sulfit 1 1,54 x 10-2 1,81
2 1,02 x 10-7 6,91
H2SO4 Asam Sulfat 2 1,20 x 10-2 1,92

234
Lampiran 28.
Tetapan Disosiasi Basa-Basa Anorganik Dalam Larutan Air (25C)

Basa pKb Catatan Basa pKb Catatan


NH3 4,75 B L(OH)2 Kuat H
N2H4 6,05 B Ca(OH)+ 1,2 P
N2H5+ 14 B Sr(OH)+ 0,7 P
NH2OH 8,04 B Ba(OH)+ 0,6 P
PH3 28 B;T Al(OH)3 8,3 A; C; P
LiOH 0,2 P Al(OH)2+ 9,7 A; C; P
MOH Kuat - Zn(OH)2 6,1 A; H; C; P
Be(OH)2 5,75 A; C Cd(OH)2 10,3 A; H; C; P
Be(OH)+ 8,6 A; C Hg(OH)2 11,2 H; P
Mg(OH)2 1 H; C AgOH 2 A; H
Mg(OH)+ 2,6 P; C

Keterangan:
– MOH meliputi Na, K, Rb, Cs.
– L(OH)2 meliputi Ca, Sr, Ba.
– Basa-basa dengan harga pK < 0 ditunjukkan sebagai ‘kuat’.
A = dapat bereaksi dengan basa-kuat berlebih.
B = basa Bronsted (penerima proton).
P = sangat peka terhadap medium ionis.
H = sifat basa hilang pada basa yang rendah kelarutannya.
C = disosiasi melemah (menghilang) bila terjadi pembentukan kompleks.
T = perkiraan harga yang diturunkan dari perhitungan kinetik.

235
Lampiran 29. Indikator-Indikator Asam–Basa

Indikator Perkiraan Perubahan


rentang pH warna

Alizarin 5,6 - 7,2 K ke M


11,0 - 12,4 M ke Purp
Alizarin Kuning R
10,1 - 12,0 K ke M
Asam 5-(p-nitrofenilazo)salisilat; garam Na
Alizarin Merah S 4,6 - 6,0 K ke M
Benzopurpurin 48 2,2 - 4,2 vt ke M
Brillian Kuning 6,6 - 7,8 K ke J
Bromofenol Biru 3,0 - 4,6 K ke B
3’, 3’’, 5’, 5’’-tetrabromofenolsulfonftalin
Bromokresol Hijau
3,8 – 5,4 K ke B
3’, 3’’, 5’, 5’’-tetrabromo-m-kresol-sulfonftalin
Bromokresol Merah Lembayung 5,2 - 6,8 K - ML
5’, 5’’-dibromo-o-kresolsulfonftalin
Bromotimol Biru 3’,3’’-dibromotimolsulfonftalin 6,0 - 7,6 K ke B
Curcumin 7,4 - 8,6 K ke M
p-Dimetilaminoazobenzen 10,2 - 11,8
p–Dimetilaminoazobenzen
2,8 - 4,4 M ke K
N,N-Dimetil-p-fenilazoanilin
0,2 - 1,8 K ke M
2-(p-Dimetilaminofenilazo)-piridin
4,4 - 5,8 M ke K
m-Dinitrobenzoilen urea
6,4 - 8,0 Tb ke K
6,8-Dinitro-2.4-(1H)quinazolindion

Diklorofluoresin
Eritrosin ; garam dinatriumnya 2,2 - 3,6 J ke M
Etil-bis(2,4-dimetilfenil)asetat 8,4 - 9,6 Tb - B
Etil Jingga 3,4 - 4,8 M ke K
Etil Merah 4,0 - 5,8 Tb - M
Etil Ungu 0,0 - 2,4 K ke B
4-Fenilazodifenilamin 1,2 - 2,6 M ke K
4-Fenilazo-1-naftilamin 4,0 - 5,6 M ke K
Fenolftalein 8,2 - 10,0 Tb ke Mm
Fenil Merah  Fenolsulfonftalin  6,6 - 8,0 K ke M
Feroin  Ferofenantrolin ion  - M ke B
5,5’-Indigodisulfonat ; garam dinatrium 11,4 - 13,0 B ke K

236
Perkiraan Perubahan
Indikator rentang pH warna
Jingga IV 1,4 - 2,8 M ke K
p-(p-anilinofenilazo)benzensulfonat ; garam Na 
Klorofenol Merah 3’,3’’-Diklorofenolsulfonftalin 5,2 - 6,8 K-M
Kongo Merah 3,0 - 5,0 B ke M
o-Kresolftalin 8,2 - 9,8 Tb ke M
Kresol Merah o-Kresolsulfonftalin 0,1 - 1,0 M ke K
7,0 - 8,8 K ke M
Kristal Ungu 0,0 - 1,8 K ke B
Kumaldin Merah 1,0 - 2,2 Tb ke M
Lakmoid 4,4 - 6,2 M ke B
Lakmus { azolitmin } 5,0 - 8,0 M ke B
Malasite Hijau 0,2 - 1,8 K ke HB
Merah Netral 6,8 - 8,0 M ke Amb
Metakresol Ml  m-Kresolsulfonftalin  1,2 - 2,8 M ke K
7,4 - 9,0 K ke Ml
Metanil Kuning 1,2 - 2,4 M ke K
Metil Hijau 0,2 - 1,8 K ke B
Metil Jingga  MO  3,2 - 4,4 M ke K
Metil Merah  MR  4,8 - 6,0 M ke K
Metil Ungu 0,0 - 1,6 K ke B
p-Naftolbenzen 8,2 - 10,0 J ke B
m-Nitrofenol 6,8 - 8,6 Tb ke K
p-Nitrofenol 5,4 - 6,6 Tb ke K
Parametil Merah 1,0 – 3,0 M ke K
p-(p-dimetilaminofenilazo)-benzoat ; garam Na
M ke K
Propil Merah 4,8 - 6,6 J ke U
K ke B
1,2 - 2,2
Timol Biru Timolsulfonftalin 8,0 - 9,6
M ke K

Timolftalin 9,4 - 10,6 Tb ke B


4-o-Tolilazo-o-toluidin 1,4 - 2,8 M ke K
1,3,5-Trinitrobenzen 12,0 - 14,0 Tb ke M
2,4,6-Trinitrotoluen 11,5 - 13,0 Tb ke M

237
Lampiran 30. Indikator Pendar-Fluor (Fluoresen)

pH 0 ke 2
dari pH ke pH
Benzoflavin 0,3 ; lK 1,7 ; lH
Eosin YS 0 ; wK 3,0 ; lK
Eritrosin 0 ; wK 3,6 ; lK
Eskulin 772 1,5 ; Tb 2,0 ; lB

pH 6 ke 8
Diazol Kuning-brilian 6,5 ; Tb 7,5 ; lU
5,8 ; lB 8,2 ; lH
Magnesium 8-hidrokuinolinat 6,5 ; Tb 7,5 ; lE
3-Metilumbeliferon 7,0 ; Tb 7,5 ; lB
1-Naftol-4-asam sulfonat 6,0 ; Tb 7,5 ; lB

pH 2 ke 4
Asam Salisilat 2,5 ; Tb 3,5 ; lB
Eosin YS 4 ; Tb 4,5 ; lH
-Naftilamin 3,4 ; Tb 4,8 ; lB
-Naftilamin 2,8 ; Tb 4,4 ; lU

pH 8 ke 10
Garam G 9,0 ; lBp 9,5 ; lBt
Garam R 9,0 ; lBp 9,5 ; lBt
Asam -Naftionat 9 ; lB 11 ; lH
-Naftol 8,6 ; Tb 9,5 ; lB
Asam -Naftolsulfonat 8,0 ; lBg 9,0 ; lUt
Kuinin (Tb ke 2) 9,5 ; lU 10,0 ; Tb
Natrium 1-naftol-2-sulfonat 9,0 ; lBg 10,0 ; lUt

pH 4 ke 6
Diklorofluoresin 4,0; Tb 5,0; l.H
3,6-Dioksixanton 5,4; Tb 7,6; l.BU
Eritrosin 772 4,0; Tb 4,5; l.KH
Resorufin 4,4; l.K 6,4; l.j
Asam Kuininat 4,0; w.K 5,0; l.B
Kuinin 5,0; l.B 6,0; l.U

Keterangan:
l = lapisan; w = warna; B = biru; Bg = biru-gelap; Bp = biru-pudar; Bt = biru
terang; BH = biru-hijau; BU = biru-ungu; E = emas; H = hijau; J = jingga; K = kuning;
KH = kuning-hijau; U = ungu; Ut = ungu-terang; P = putih; Tb = tak-berwarna.

238
Lampiran 31.
Tetapan Ketakstabilan Kompleks (Tetapan Disosiasi Ion Kompleks)
Rumus Kimia Rumus Kimia
Ion Kompleks Tetapan Disosiasi Ion Kompleks Tetapan Disosiasi

AlF3-6 1,4 x 10-20 HgCl42- 1,1 x 10-16


Al(OH)4- 1,3 x 10-34 Hg(CN)42- 4,0 x 10-42
Al(OH)2+ 7,1 x 10-10 HgI42- 5,3 x 10-31
Cd(NH3)42+ 7,5 x 10-8 Ni(NH3)42+ 1,0 x 10-8
Cd(CN)4-2 1,4 x 10-19 Ni(NH3)62+ 1,8 x 10-9
Co(NH3)62+ 1,3 x 10-5 Ag(NH3)2+ 6,0 x 10-8
Co(NH3)63+ 2,2 x 10-34 Ag(CN)2- 1,8 x 10-19
Cu(NH3)2+ 1,4 x 10-11 Ag(S2O3)23- 5,0 x 10-14
Cu(NH3)42+ 4,7 x 10-15 Ag(S2O3)35- 9,9 x 10-15
Cu(CN)2- 1,0 x 10-16 Zn(NH3)42+ 3,4 x 10-10
Cu(OH)+ 1,0 x 10-8 Zn(CN)42+ 1,2 x 10-18
Cu(OH)2+ 5,0 x 10-11 Zn(OH)42- 3,6 x 10-16
Fe(CN)64- 1,0 x 10-35 Zn(OH)+ 4,1 x 10-5
Fe(CN)63- 1,0 x 10-42 Pb(OH)+ 1,5 x 10-8
HgBr42- 2,3 x 10-22

Lampiran 32. Daftar Zat Baku Primer Volumetrik


BE
Zat Baku Primer Rumus BE
BM
a. asidimetri
s-Difenilguanidin HN:C(NHC6H5)2 1 211,26
Kalium bikarbonat KHCO3 1 100,12
Kalium iodat KIO3 1/6 35,67
Natrium karbonat Na2CO3 anh. 1/2 53,00
Natrium oksalat Na2C2O4 1/2 67,01
Natrium tetraborat (boraks) Na2B4O7.10H2O 1/2 190,72
b. alkalimetri
Asam benzoat C6H5COOH 1 122,12
Asam oksalat (kristal)* H2C2O4.2H2O 1/2 63,03
Kalium oksalat-asam KHC2O4 1 128,13
Kalium ftalat-asam KHC8H4O4 1 204,22
Kalium tartrat-asam KHC4H4O6 1 188,12
Natrium tetraborat (boraks) Na2B4O7.10H2O 1/2 190,72

239
BE
Zat Baku Primer Rumus BE
BM
c. oksidimetri
Asam oksalat (kristal)* H2C2O4.2H2O 1/2 63,03
Kalium ferrosianida K4Fe(CN)6.3H2O 1 422,41
Kalium iodat KIO3 1/6 35,67
Natrium oksalat Na2C2O4 1/2 67,01
d. iodometri
Arsen(III)oksida As2O3 1/4 49,455
Asam oksalat (kristal)* H2C2O4.2H2O 1/2 63,03
Iodin (resublimasi) I2 1 126,91
Kalium bromat KBrO3 1/6 27,836
Kalium dikromat K2Cr2O7 1/6 49,037
Kalium ferrisianida K3Fe(CN)6 1 329,26
Kalium iodat KIO3 1/6 35,668
Natrium tiosulfat Na2S2O3.5H2O 2 248,21
e. argentometri
Kalium bromida KBr 1 199,02
Kalium klorida KCl 1 74,56
Natrium klorida NaCl 1 58,45
Keterangan: * Sukar untuk mendapatkan 2 molekul air secara pasti,
hanya dengan pembuatan cermat baku primer ini memadai.

Lampiran 33.
Sifat Fisik Pelarut Dan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal (KF)
Massa-jenis Titik Beku Kb
Pelarut (g/mL) (0C) (der/molal)
Air 1,00 4 0,0 1,86
Asam asetat (asam etanoat) 1,05 20 / 4 16,6 3,90
Asam Format (asam metanoat) 1,22 20 / 4 8,4 2,77
Asam Stearat (asam oktadekanoat) 0,94 20 / 4 71,2 4,50
Benzen 0,88 20 / 4 5,5 4,90
Difenil (fenil benzen) 0,87 20 / 4 71 8,00
Difenilamin 1,16 20 / 4 53 8,60
Fenol 1,06 20 / 4 43 7,40
Nitrobenzen 1,20 20 / 4 5,7 7,00
Naftalen 1,14 20 / 4 80,5 6,85

240
Lampiran 34.
Sifat Fisik Pelarut Dan Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal (KB)

Massa-jenis, d Titik Didih Kb


Pelarut (g.cm-3) (0C) (der/molal) Koreksi (*)
Air - 100 0,51 0,0001
Aseton (2-propanon) 0,79 20 / 4 56,2 1,71 0,0004
Asam asetat (asam etanoat) 1,05 20 / 4 117,9 3,07 0,0008
Benzen 0,88 20 / 4 80,1 2,53 0,0007
Etanol (etil alkohol) 0,789 20 / 4 78,5 1,22 0,0003
Metanol (metil alkohol) 0,791 20 / 4 64,8 0,83 0,0002
Karbon tetraklorida 1,59 20 / 4 76,5 5,03 0,0013
Kloroform 1,48 20 / 4 61,7 3,63 0,0009
Karbon disulfida 1,26 20 / 4 46,2 2,34 0,0006
n-Heksana 0,66 20 / 4 69,0 2,75 0,0007
Sikloheksana 0,779 20 / 4 80,9 2,79 0,0007
Nitrobenzen 1,20 20 / 4 210,8 5,24 0,0013
Anilin (fenilamin) 1,02 20 / 4 184,6 3,52 0,0009
Etil asetat 0,90 20 / 4 77,1 2,77 0,0007
n-Oktana 0,703 20 / 4 125,7 4,02 0.0010
Toluen (metil benzen) 0,867 20 / 4 110,6 3,33 0,0008
Metil asetat 0,93 20 / 4 57,1 2,15 0,0005
Keterangan:
(*) Nilai koreksi pada kolom akhir merupakan nilai derajat yang berkurang untuk
setiap mmHg dari perbedaan antara nilai bacaan barometer dan nilai 760 mmHg.

241
Lampiran 35.
Daftar Kelarutan, Dan
Tetapan Hasilkali Kelarutan Senyawa (25C)

KELARUTAN KELARUTAN
RUMUS KIMIA KSP (mol per liter) (gram per liter)
Basa-basa
Ca(OH)2 4,68 x 10-6 1,054 x 10-2 7,809 x 10-1
Mg(OH)2 5,61 x 10-12 1,119 x 10-4 6,526 x 10-3
Al(OH)3 3,70 x 10-15 1,082 x 10-4 8,440 x 10-3
Mn(OH)2 2,06 x 10-13 3,721 x 10-5 3,310 x 10-3
Cd(OH)2 5,27 x 10-15 1,096 x 10-5 1,605 x 10-3
Co(OH)2 biru 5,92 x 10-15 1,140 x 10-5 1,060 x 10-3
Co(OH)2 pink 1,09 x 10-15 6,483 x 10-6 6,026 x 10-4
Ni(OH)2 5,47 x 10-16 8,178 x 10-6 7,581 x 10-4
Zn(OH)2 6,23 x 10-17 2,500 x 10-6 2,485 x 10-4
Fe(OH)2 4,87 x 10-17 2,301 x 10-6 2,068 x 10-4
Cu(OH)2 5,60 x 10-20 2,410 x 10-7 2,351 x 10-5
Pb(OH)2 1,42 x 10-20 1,525 x 10-7 3,679 x 10-5
Hg(OH)2 3,13 x 10-26 1,985 x 10-9 4,657 x 10-7
Sn(OH)2 5,45 x 10-27 1,109 x 10-9 1,694 x 10-7
Fe(OH)3 2,64 x 10-39 9,44 x 10-11 1,009 x 10-8
Garam Litium
Li2CO3 8,15 x 10-4 5,884 x 10-2 4,348
Garam Natrium
NaHCO3 1,20 x 10-3 3,464 x 10-2 2,909
Garam Magnesium
MgC2O4 8,60 x 10-5 9,274 x 10-3 1,042
MgC2O4.2H2O 4,83 x 10-6 - -
MgCO3 6,82 x 10-6 2,612 x 10-3 2,202 x 10-1
MgF2 7,42 x 10-11 2,647 x 10-4 1,649 x 10-2
Mg3(PO4)2 9,86 x 10-25 6,620 x 10-6 1,740 x 10-3
Garam Kalsium
Ca(IO3)2 6,47 x 10-6 1,174 x 10-2 4,577
Ca(IO3)2.6H2O 7,54 x 10-7 - -
CaSO4 anh. 7,10 x 10-5 8,426 x 10-3 1,147
CaF2 1,46 x 10-10 3,317 x 10-4 2,590 x 10-2
CaCO3 4,96 x 10-9 7,043 x 10-5 7,049 x 10-3
CaC2O4.H2O 2,34 x 10-9 - -
Ca3(PO4)2 2,07 x 10-33 1,139 x 10-7 3,533 x 10-5

242
KELARUTAN KELARUTAN
RUMUS KIMIA KSP (mol per liter) (gram per liter)
Garam Strontium
SrC2O4 8,60 x 10-5 9,274 x 10-3 1,795
SrCrO4 3,60 x 10-5 6,000 x 10-3 1,221
SrF2 4,33 x 10-9 1,027 x 10-3 1,290 x 10-1
SrSO4 3,44 x 10-7 5,865 x 10-4 1,077 x 10-1
SrC2O4.H2O 5,60 x 10-8 - -
SrCO3 5,60 x 10-10 2,366 x 10-5 3,449 x 10-3
Sr3(AsO4)2 4,29 x 10-19 8,314 x 10-6 1,892 x 10-3
Sr3(PO4)2 1,00 x 10-31 2,474 x 10-7 9,552 x 10-5
Garam Barium
Ba(IO3)2 4,01 x 10-9 1,001 x 10-3 4,876 x 10-1
Ba(IO3)2.H2O 1,67 x 10-9 - -
BaF2 1,84 x 10-7 3,583 x 10-3 6,282 x 10-1
BaC2O4 1,50 x 10-8 1,225 x 10-4 2,761 x 10-2
BaCO3 2,58 x 10-9 5,079 x 10-5 1,002 x 10-2
BaSO4 1,07 x 10-10 1,034 x 10-5 2,413 x 10-3
BaCrO4 1,17 x 10-10 1,082 x 10-5 2,741 x 10-3
Ba3(PO4)2 6,0 x 10-39 8,891 x 10-9 5,352 x 10-6
Garam Aluminium
AlPO4 9,83 x 10-21 9,91 x 10-11 1,21 x 10-8
Garam Seng
Zn(IO3)2 4,29 x 10-6 1,024 x 10-2 4,252
ZnC2O4 7,50 x 10-9 8,660 x 10-5 1,328 x 10-2
ZnCO3 1,19 x 10-10 1,091 x 10-5 1,368 x 10-3
Zn3(AsO4)2 3,12 x 10-28 1,236 x 10-6 5,858 x 10-4
ZnS 2,93 x 10-25 5,413 x 10-13 5,274 x 10-11
Garam Kadmium
Cd(IO3)2 2,49 x 10-8 8,538 x 10-4 3,946 x 10-1
CdC2O4.3H2O 1,42 x 10-8 - -
CdCO3 6,18 x 10-12 2,486 x 10-6 4,286 x 10-4
Cd3(PO4)2 2,53 x 10-33 1,186 x 10-7 1,186 x 10-5
Cd3(AsO4)2 2,17 x 10-33 1,150 x 10-7 7,073 x 10-5
CdS 1,40 x 10-29 3,742 x 10-15 5,406 x 10-13
Garam Timah
SnS 3,25 x 10-28 1,803 x 10-14 2,718 x 10-12

243
KELARUTAN KELARUTAN
RUMUS KIMIA KSP (mol per liter) (gram per liter)

Garam Mangan
Mn(IO3)2 4,37 x 10-7 4,781 x 10-3 1,935
MnCO3 2,24 x 10-11 4,733 x 10-6 5,441 x 10-4
MnS 4,65 x 10-14 2,156 x 10-7 1,876 x 10-5
Garam Besi
FeF2 2,36 x 10-6 1,536 x 10-3 1,441 x 10-1
FeCO3 3,07 x 10-11 5,541 x 10-6 6,420 x 10-4
FeS 1,59 x 10-19 3,987 x 10-10 3,505 x 10-8
FePO4.2H2O 9,92 x 10-29 - -
Garam Kobal
Co3(AsO4)2 6,79 x 10-29 9,114 x 10-7 4,799 x 10-4
Co3(PO4)2 2,05 x 10-35 4,525 x 10-8 1,662 x 10-5
CoS 5,00 x 10-22 2,236 x 10-11 2,035 x 10-9
Garam Nikel
Ni(IO3)2 4,71 x 10-5 2,275 x 10-2 9,293
NiCO3 1,42 x 10-7 3,768 x 10-4 4,473 x 10-2
Ni3(PO4)2 4,73 x 10-32 2,130 x 10-7 7,796 x 10-5
NiS 1,07 x 10-21 3,271 x 10-11 2,968 x 10-9
Garam Bismut
BiAsO4 4,43 x 10-10 2,105 x 10-5 7,323 x 10-3
Bi2S3 1,82 x 10-99 7,004 x 10-21 3,601 x 10-18
Garam Tembaga
CuCl 1,72 x 10-7 4,147 x 10-4 4,106 x 10-2
CuBr 6,27 x 10-9 7,918 x 10-5 1,136 x 10-2
CuC2O4 4,43 x 10-10 2,105 x 10-5 3,190 x 10-3
CuCO3 2,50 x 10-10 1,581 x 10-5 1,953 x 10-3
CuI 1,27 x 10-12 1,127 x 10-6 2,146 x 10-4
CuSCN 1,77 x 10-13 4,207 x 10-7 5,117 x 10-5
Cu3(AsO4)2 7,93 x 10-36 3,743 x 10-8 1,754 x 10-5
Cu3(PO4)2 1,39 x 10-37 1,667 x 10-8 6,344 x 10-6
Cu2S 2,26 x 10-48 8,267 x 10-17 1,583 x 10-15
CuS 1,27 x 10-36 1,127 x 10-18 1,078 x 10-16

244
KELARUTAN KELARUTAN
RUMUS KIMIA KSP (mol per liter) (gram per liter)
Garam Timbal
Pb(SCN)2 2,11 x 10-5 1,741 x 10-2 5,630
PbCl2 1,17 x 10-5 1,430 x 10-2 3,977
PbBr2 6,60 x 10-6 1,182 x 10-2 4,338
PbF2 7,12 x 10-7 5,625 x 10-3 1,379
PbI2 8,49 x 10-9 1,285 x 10-3 5,924 x 10-1
PbSO4 1,82 x 10-8 1,349 x 10-4 4,091 x 10-2
Pb(IO3)2 3,68 x 10-13 4,514 x 10-5 2,514 x 10-2
PbC2O4 8,51 x 10-10 2,917 x 10-5 8,612 x 10-3
PbCO3 1,46 x 10-13 3,382 x 10-7 9,037 x 10-5
PbS 9,04 x 10-29 9,508 x 10-15 2,275 x 10-12
Garam Raksa
HgF 3,10 x 10-6 1,761 x 10-3 3,867 x 10-1
Hg2SO4 7,99 x 10-7 5,846 x 10-3 2,907
Hg2C2O4 1,75 x 10-13 3,524 x 10-5 1,724 x 10-2
Hg2CO3 3,67 x 10-17 2,093 x 10-6 9,653 x 10-4
HgCl 1,45 x 10-18 1,204 x 10-9 2,842 x 10-7
HgSCN 3,12 x 10-20 1,766 x 10-10 4,568 x 10-8
HgI2 2,82 x 10-29 1,917 x 10-10 8,711 x 10-8
HgBr 6,41 x 10-23 8,006 x 10-12 2,246 x 10-9
HgI 5,33 x 10-29 7,301 x 10-15 2,391 x 10-12
HgS (hitam) 6,44 x 10-53 8,025 x 10-27 1,867 x 10-24
HgS (merah) 2,00 x 10-53 4,472 x 10-27 1,040 x 10-24
Garam Perak
AgCH3COO 1,94 x 10-3 4,405 x 10-2 7,353
Ag2SO4 1,20 x 10-5 1,442 x 10-2 4,496
AgBrO3 5,34 x 10-5 7,308 x 10-3 1,723
AgIO3 3,17 x 10-8 1,780 x 10-4 5,033 x 10-2
Ag2CO3 8,45 x 10-12 1,283 x 10-4 3,538 x 10-2
Ag2C2O4 5,40 x 10-12 1,105 x 10-4 3,357 x 10-2
Ag2CrO4 1,12 x 10-12 6,542 x 10-5 2,170 x 10-2
Ag3PO4 8,88 x 10-17 4,259 x 10-5 1,783 x 10-2
Ag3AsO4 1,03 x 10-22 1,400 x 10-6 6,475 x 10-4
AgCl 1,77 x 10-10 1,330 x 10-5 1,906 x 10-3
AgBr 5,35 x 10-13 7,314 x 10-7 1,374 x 10-4
AgI 8,51 x 10-17 9,225 x 10-9 2,166 x 10-6
AgSCN 1,03 x 10-12 1,015 x 10-6 1,684 x 10-4
AgCN 5,97 x 10-17 7,727 x 10-9 1,035 x 10-6
Ag2S 6,69 x 10-50 2,557 x 10-17 6,336 x 10-15

245
Lampiran 36.
Sifat-Sifat Garam (Rumus Kimia; Bobot Molekul; Bentuk Kristal; Warna; dan Kelarutannya dalam air)
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
1. AgNO3 169,87 rombik; tak-berwarna 122 0 perak nitrat
2. AlCl3 133,34 putih 69,9 15 aluminium klorida
3. AlCl3.6H2O 241,44 rombik ; tak berwarna L aluminium klorida hidrat
4. Al(NO3)3.9H2O 375,13 rombik ; tak berwarna 63,7 25 aluminium nitrat
5. Al2(SO4)3 342,14 putih ; serbuk 31,3 0 aluminium sulfat anhidrous
6. Al2(SO4)3.18H2O 666,43 monoklin ; tak berwarna 86,9 0 aluminium sulfat hidrat (alunogenit)
7. Al2O3.2SiO2.2H2O 258,16 rombik ; putih tL aluminium silikat (kaolin)
8. Ba(CH3COO)2.H2O 273,46 triklin ; tak berwarna 76,4 26 barium asetat hidrous
9. BaCl2 208,24 kubik ; tak berwarna 29 30 barium klorida anh.
10. BaCl2.2H2O 244,27 monoklin ; tak berwarna 29 30 barium klorida dihidrat
11. Ba(NO3)2 261,38 kubus ; tak berwarna 8,7 20 barium nitrat
12. Ba(OH)2.8H2O 315,47 monoklin ; tak berwarna 5,6 15 barium hidroksida oktahidrat
13. BiCl3 315,34 kristal ; putih d bismut klorida
14. Bi(NO3)2.5H2O 485,10 triklin ; tak berwarna d bismut nitrat pentahidrat
15. Ca(CH3COO)2.2H2O 194,20 jarum ; tak berwarna 34,7 0 kalsium asetat hidrat
16. Ca(NO3)2.4H2O 236,16 monoklin ; tak berwarna 660 30 kalsium nitrat hidrat
17. CaCl2.2H2O 147,03 tak berwarna ; higroskopis 279 0 kalsium klorida hidrat
18. Ca(ClO)2 142,98 serbuk purih sL kalsium hipoklorit (kaporit)
19. Ca(ClO3)2.2H2O 243,01 putih kekuningan 177,7 8 kalsium klorat hidrat
20. Ca(ClO4)2 238,98 tak berwarna 188,6 25 kalsium perklorat
21. CaBr2 199,89 jarum; tak berwarna 142 30 kalsium bromida
Keterangan: sL = sangat larut; L = larut; kL = kurang larut; tL = tidak larut; dan d = disosiasi (terurai).
246
Kelarutan dlm
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna 100 g air Nama Senyawa
22. CaCO3 100,09 rombik/heksagonal; tak berwarna 0,0014 25 kalsium karbonat anh. (marmer)
23. CaCO3.6H2O 208,16 monoklin; tak berwarna …. kalsium karbonat hidrat
24. CaC2 64,10 tetragonal; tak berwarna terurai kalsium karbida (karbit)
25. CdCl2.2½H2O 228,36 monoklin ; tak berwarna 168 20 kadmium klorida hidrous
26. Cd(NO3)2.4H2O 308,49 jarum ; putih 215 kadmium nitrat hidrat
27. CoCl2 129,84 heksagonal; biru 45 7 kobalto klorida anh.
28. CoCl2.2H2O 165,87 monoklin; ungu-kemerahan L kobalto klorida dihidrat
29. CoCl2.6H2O 237,95 monoklin; merah 76,7 0 kobalto klorida heksahidrat
30. CoCl3 165,31 kristal; merah atau kuning L kobalti klorida
31. CoBr2 218,74 heksagonal; hujau 66,7 59 kobalto bromida anh.
32. CoBr2.6H2O 626,84 prisma; ungu-kemerahan L kobalto bromida heksahidrat
33. CoSO4.7H2O 281,12 monoklin ; merah muda 60,4 3 kobalto sulfat hidrat
34. Co2(SO4)3.18H2O 730,37 jarum ; biru L;d kobalti sulfat hidrat
35. CrCl2 122,90 jarum ; putih sL krom(II)klorida
36. CrCl3 158,36 trigonal; ungu tL krom(III)klorida
37. Cr(NO3)3.7½H2O 373,15 monoklin ; coklat L krom(III)nitrat hidrat
38. Cr(NO3)3.9H2O 400,18 monoklin ; merah lembayung L krom(III)nitrat hidrat
39. CuCl2 134,45 serbuk ; coklat-kuning; higrosk. 70,6 0 kupri klorida anhidrous
40. CuCl2.2H2O 170,49 rombik ; hijau 110,4 0 kupri klorida hidrat
41. Cu(NO3)2.3H2O 241,60 kristal ; biru 138 0 kupri nitrat trihidrat
42. Cu(NO3)2.6H2O 295,65 kristal ; biru 244 0 kupri nitrat heksahidrat
43. CuSO4 159,60 rombik ; putih 14,3 0 kupri sulfat anh.
44. CuSO4.5H2O 249,50 triklin ; biru 31,6 0 kupri sulfat hidrat (terusi)
247
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
45. FeCl2 126,75 heksagonal ; hijau sp. kuning 64 10 fero klorida ahh.
46. FeCl2.2H2O 162,78 monoklin; biru …. fero klorida dihidrat
47. FeCl2.4H2O 198,83 monoklin;biru-hijau 160 10 fero klorida tetrahidrat
48. FeCl3 162,22 hitam-kecoklatan 74,4 0 feri klorida anhidrous
49. FeCl3.6H2O 270,32 kuning-coklat 91,9 20 feri klorida heksahidrat
50. Fe(NO3)2.6H2O 287,96 hijau 83,5 20 fero nitrat heksahidrat
51. Fe(NO3)3.6H2O 349,97 ungu L feri nitrat heksahidrat
52. FeS 87,92 hitam-kecoklatan kL fero sulfida
53. FeS.Fe2S3 (atau FeS2) 119,98 kuning kL ferro-ferri sulfida (pirit)
54. Fe(SCN)2.3H2O 226,07 rombik ; hijau sL fero tiosianat hidrat
55. Fe(SCN)3 230,10 hitam-kemerahan sL feri tiosianat
56. FeSO4.7H2O 278,03 monoklin ; biru-hijau 48,6 50 fero sulfat hidrat
57. Fe2(SO4)3 399,87 rombik; kuning; higroskopis kL feri sulfat anhidrous
58. Fe2(SO4)3.9H2O 562,04 rombik 440 feri sulfat hidrat
59. Hg2I2 654,99 kuning kL merkuro iodida
60. HgI2 454,40 merah 0,0125 merkuri iodida
61. HgI2 454,40 kuning ; serbuk kL merkuri iodida
62. Hg(NO3)2.½H2O 333,61 kristal ; putih kekuningan sL merkuri nitrat hidrous
63. Hg(NO3)2.H2O 342,62 putih ; serbuk L merkuri nitrat monohidrous
64. Hg2Cl2 472,09 putih ; tetragonal 0,000225 merkuro klorida (kalomel)
65. HgCl2 271,50 putih ; serbuk 6,9 20 merkuri klorida (sublimat)
66. KCH3COO 98,14 putih ; serbuk 253 20 kalium asetat
67. KF 58,10 kubus ; tak berwarna 92,3 kalium fluorida
68. KCl 74,55 kubus ; tak berwarna 34,4 kalium klorida
69. KClO3 122,55 monoklin ; tak berwarna 7,1 20 kalium klorat
248
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
70. KClO4 138,55 rombik tak berwarna 0,75 0 kalium perklorat
71. KCl.CaCl2 184,54 kubus ; tak berwarna L kalium-kalsium klorida (kloro-kalsit)
72. KCl.MgCl2.6H2O 277,85 rombik ; putih 64,5 19 kalium-magnesium klorida hidrat
(karnalit)
73. KBr 119,00 tak berwarna ; higroskopis 53,5 0 kalium bromida
74. KBrO3 167,00 trigonal ; tak berwarna 13,3 40 kalium bromat
75. KI 166,00 putih 127,5 6 kalium iodida
76. KIO3 214,00 monoklin ; tak berwarna 4,74 0 kalium iodat
77. KNO2 85,10 prisma / putih kekuningan 281 0 kalium nitrit
78. KNO3 101,10 rombik/trigonal; tak berwarna 13,3 0 kalium nitrat (niter)
79. KCN 65,12 kubus ; tak berwarna 50 kalium sianida
80. KOCN 81,12 tetragonal ; tak berwarna 75 25 kalium sianat
81. KNCS 97,18 rombik ; tak berwarna 217 20 kalium tiosianat
82. K2CO3 138,21 tak berwarna ; higroskopis 112 20 kalium karbonat anhidrous
83. K2CO3.2H2O 174,24 tak berwarna ; higroskopis 146,9 kalium karbonat hidrat
84. KHCO3 100,12 tak berwarna 22,4 kalium bikarbonat
85. K2S 110,26 kubus ; kuning coklat L kalium sulfida anhidrous
86. K2S.5H2O 200,33 rombik ; tak berwarna L kalium sulfida hidrat
87. K2SO4 174,25 rombik ; tak berwarna 12 25 kalium sulfat
88. KHSO4 136,16 rombik ; tak berwarna 36,3 0 kalium sulfat-asam ; kalium bisulfat
89. K2SO3.2H2O 194,29 heksagonal ; putih-kekuningan 100 kalium sulfit hidrat
90. KHSO3 120,16 kristal ; tak berwarna L kalium bisulfit; kalium hidrogen sulfit
91. K2S2O3.1/3H2O 196,32 monoklin ; tak berwarna 96,1 0 kalium tiosulfat
92. K2S2O5 190,10 kristal ; serbuk putih 54 20 kalium pirosulfit ; kalium metabisulfit
93. K2CrO4 194,19 rombik ; kuning 62,9 20 kalium kromat
94. K2Cr2O7 294,18 monoklin ; merah 4,9 0 kalium dikromat
249
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
95. K2MnO4 197,13 rombik ; hijau d kalium manganat
96. KMnO4 158,03 merah lembayung 6,38 20 kalium permanganat
97. KH2PO4 136,09 tetragonal ; tak berwarna 33 25 kalium-dihidrogen fosfat
98. K2HPO4 174,18 putih ; amorf 167 20 kalium-monohidrogen fosfat
99. K3PO4 212,27 rombik ; tak berwarna 90 20 kalium fosfat
100. KSb(OH)6.½H2O 271,90 butiran putih/serbuk kristal 2,8 26 kalium hidrokso-antimonat
101. KMgPO4.6H2O 266,47 monoklin ; tak berwarna d kalium-magnesium fosfat hidrat
102. K2Mg(SO4)2.6H2O 402,71 tak berwarna 25 20 kalium-magnesium sulfat hidrat
103. K2C2O4.H2O 184,23 monoklin ; putih 33 16 kalium oksalat hidrous
104. KHC2O4.H2C2O4.2H2O 254,19 triklin; tak berwarna 1,8 13 kalium tetroksalat hidrat
105. KCr(SO4)2.12H2O 499,39 merah ungu 24,4 25 kalium-krom(III)sulfat hidrat (tawas-krom)
106. KFe(SO4)2.12H2O 599,30 kubus ; ungu 20 13 kalium-ferri sulfat hidrat
107. K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O 474,38 tak berwarna 11,4 20 kalium-aluminium sulfat hidrat
{atau KAl(SO4)2.12H2O} (kalium-alum; tawas-kalium; tawas)
108. K2HgI4 atau KI.HgI2 786,40 kristal kuning sL kalium triiodo merkurat(II)
{kalium-merkuri iodida}
109. K3Fe(CN)6 329,25 monoklin ; merah 33 4 kalium ferrisianida
{ kalium heksasiano ferrat(III) }
110. K4Fe(CN)6.3H2O 422,39 monoklin ; kuning jeruk 27,8 12 kalium ferrosianida hidrat
{kalium heksasiano ferrat(II)}
111. K2[Fe(NO)(CN)5].2H2O 330,17 monoklin ; merah 100 16 kalium nitroprusid hidrat
112. K3[Co(CN)6] 332,33 putih kekuningan kL kalium kobaltisianida
{kalium heksasiano kobaltat(III)}
113. K4[Co(CN)6] 371,43 coklat kemerahan sL kalium kobaltosianida
{kalium heksasiano kobaltat(II)}
114. K3[Co(NO2)6] 452,56 prisma / kubus ; kuning 0,9 7 kalium kobaltinitrit
{kalium heksanitrito kobaltat(III) anh.}
250
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
115. K3[Co(NO2)6].H2O 470,28 kuning ; serbuk …. kalium kobaltonitrit hidrous
{kalium heksanitrito kobaltat(II) monohidrat}
116. K2C4H4O4.3H2O 248,32 rombik ; higroskopis L kalium suksinat hidrat
117. KHC4H4O4.2H2O 192,21 rombik L kalium suksinat-asam hidrat
118. K2C4H4O6.½H2O 235,28 rombik ; tak berwarna 150 14 kalium tartrat hidrous
119. KHC4H4O6.H2O 188,18 rombik ; tak berwarna 0,42 15 kalium hidrogen tartrat hidrous
120. KNaC4H4O6.4H2O 282,22 rombik ; tak berwarna 66 26 kalium-natrium tartrat hidrat; garam Rochelle
121. KC6H2N3O7 267,20 kuning kehijauan 0,5 15 kalium pikrat
122. KC7H5O3 176,21 putih ; serbuk L kalium salisilat
123. KHC8H4O4 204,44 rombik ; tak berwarna 10 25 kalium ftalat-asam (KHP)
124. KC18H35O2 322,57 kristal ; serbuk putih …. kalium stearat
125. LiCH3COO.2H2O 102,02 rombik ; putih 300 15 litium asetat hidrat
126. LiCl2.H2O 60,41 kristal ; putih 86,2 30 litium klorida hidrous
127. LiNO3 68,95 putih 89,8 27 litium nitrat
128. LiNO3.3H2O 122,99 jarum; tak berwarna 34,8 0 litium nitrat hidrat
129. Mg(CH3COO)2 142,39 kristal ; putih sL magnesium asetat anhidrous
130. Mg(CH3COO)2.4H2O 214,46 monoklin ; tak berwarna 120 15 magnesium asetat hidrat
131. MgCl2 95,21 putih 54,3 20 magnesium klorida anhidrous
132. MgCl2.6H2O 203,30 monoklin ; tak berwarna 167 25 magnesium klorida hidrat
133. Mg(NO3)2.2H2O 184,35 prisma ; tak berwarna L magnesium nitrat dihidrat
134. Mg(NO3)2.6H2O 256,41 monoklin ; tak berwarna 125 magnesium nitrat heksahidrat
71 20 magnesium sulfat hidrat
135. MgSO4.7H2O 246,47 rombik/monoklin; tak berwarna
(garam Epsom, atau garam Inggris)
251
Kelarutan dlm
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna 100 g air Nama Senyawa
136. MnCl2 125,84 kubus ; merah muda 72,3 25 mangan(II)klorida
137. MnCl2.4H2O 197,91 monoklin ; ros 151 8 mangan(II)klorida hidrat
138. Mn(NO3)2.4H2O 251,01 ros 426,4 0 mangan(II)nitrat hidrat
139. MnSO4 151,00 kemerahan 52,5 5 mangan(II)sulfat anh.
140. MnSO4.4H2O 223,06 merah muda 105,3 0 mangan(II)sulfat tetrahidrat
141. MnSO4.5H2O 241,07 ros 124 0 mangan(II)sulfat pentahidrat
139. MnSO4 151,00 kemerahan 52,5 5 mangan(II)sulfat anh.
140. MnSO4.4H2O 223,06 merah muda 105,3 0 mangan(II)sulfat tetrahidrat
141. MnSO4.5H2O 241,07 ros 124 0 mangan(II)sulfat pentahidrat
142. NaCH3COO 82,03 serbuk ; putih hijau 119 natrium asetat anhidrous
143. NaCH3COO.3H2O 136,08 monoklin ; tak berwarna 76,2 0 natrium asetat hidrat
144. NaF 41,99 kubus ; tak berwarna 4,22 18 natrium fluorida
145. NaC2H2O2F 100,02 serbuk putih 111 25 natrium fluoroasetat
146. NaCl 58,44 kubus ; tak berwarna 35,7 0 natrium klorida (garam dapur)
147. NaOCl.5H2O 164,52 tak berwarna 94,2 23 natrium hipoklorit hidrat
148. NaClO3 106,44 kubus ; tak berwarna 79 0 natrium klorat
149. NaClO4 122,44 serbuk putih L natrium perklorat
150. NaClO4.H2O 140,46 rombahedral ; tak berwarna 209 15 natrium perklorat hidrous
151. NaBr 102,89 kubus; tak berwarna; hygrosk. 116 50 natrium bromida anhidr.
152. NaBr.2H2O 138,92 monoklin ; tak berwarna 79,5 0 natrium bromida hidrat
153. NaBrO3 150,89 kubus ; tak berwarna 27,5 0 natrium bromat
154. NaI 149,89 kubus ; tak berwarna 184 25 natrium iodida
155. NaI.2H2O 185,92 monoklin ; tak berwarna 318 0 natrium iodida hidrat
156. NaIO3 197,89 rombik ; putih 9 20 natrium iodat
157. NaNO3 84,99 tak berwarna 92,1 25 natrium nitrat
252
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
158. NaNO2 69,00 kuning jernih ; higroskopis 81,5 15 natrium nitrit
159. Na2CO3.10H2O 286,14 monoklin ; putih 21,5 0 natrium karbonat hidrat (soda)
160. NaHCO3 84,01 monoklin ; putih 6,9 0 natrium bikarbonat (soda kue)
161. NaAlO2 81,97 putih ; serbuk amorf L natrium metaaluminat
162. NaAl(SO4)2.12H2O 458,27 kubus ; tak berwarna L natrium-aluminium sulfat hidrat
{natrium-alum / tawas natrium}
163. Na2SiO3.9H2O 284,20 rombik ; tak berwarna sL natrium metasilikat hidrat
164. Na2S 78,04 kristal putih 15,4 10 natrium sulfida anhidrous
165. Na2S.9H2O 240,18 tak berwarna 47,5 10 natrium sulfida hidrat
166. NaHS 56,06 rombik-tak berwarna ; butiran putih sL natrium bisulfida anh.
167. NaHS.2H2O 92,09 jarum ; tak berwarna L natrium bisulfida hidrat
168. NaHSO3 104,06 jarum; putih sL natrium bisulfit anh.
169. Na2SO3.7H2O 252,14 jarum; tak berwarna 196 40 natrium sulfit hidrat
170. NaHSO4 120,06 tak berwarna 28,6 25 natrium bisulfat ; natrium sulfat-asam
171. Na2SO4.7H2O 268,14 rombik/tetragonal ; putih 44 20 natrium sulfat heptahidrat
172. Na2SO4.10H2O 322,19 monoklin ; tak berwarna 92,7 30 natrium sulfat dekahidrat (garam glauber)
173. Na2S2O3.5H2O 248,17 monoklin ; tak berwarna 80 30 natrium tiosulfat (hipo)
174. Na2S2O5 190,10 serbuk putih 54 20 natrium pirosulfit ; natrium metabisulfit
175. Na2S2O7 222,10 kristal; putih L natrium pirosulfat
176. Na(NH4)SO4.2H2O 173,12 rombik ; putih L natrium-amonium sulfat hidrat
177. NaSCN 81,07 rombik ; tak berwarna 139,3 21 natrium tiosianat
178. NaCN 49,01 kubus ; tak berwarna 48 10 natrium sianida
179. NaOCN 65,01 jarum ; tak berwarna L natrium sianat
180. NaH2PO4.2H2O 156,01 rombik ; tak berwarna sL natrium dihidrogen fosfat dihidrat
181. Na2HPO4.2H2O 177,99 rombik 100 50 natrium monohidrogen fosfat dihidrat
182. NaHC4H4O6.H2O 190,09 rombik ; tak berwarna 29 8 natrium hidrogen tartrat
253
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
183. Na3PO4.10H2O 344,09 tak berwarna L natrium fosfat dekahidrat
184. Na4P2O7.10H2O 446,06 monoklin ; tak berwarna 5,4 0 natrium pirofosfat dekahidrat
185. NaBO2.4H2O 137,86 triklin sL natrium metaborat hidrat
natrium metaborat peroksi hidrat
186. NaBO2.H2O2.3H2O 153,86 monoklin ; tak berwarna 2,55 15 {natrium perborat}
187. Na2B4O7.7H2O 381,37 monoklin ; tak berwarna 2,01 0 natrium tetraborat (boraks)
188. NaAsO3 145,91 rombik sL natrium metaarsenat
189. NaH2AsO4.H2O 181,94 rombik/monoklin ; tak berwarna sL natrium dihidrogen ortoarsenat hidrat
190. Na2HAsO4.7H2O 312,01 monoklin ; tak berwarna 5,5 0 natrium monohidrogen ortoarsenat hidrat
191. Na2HAsO4.12H2O 429,09 monoklin ; tak berwarna 56 14 natrium monohidrogen ortoarsenat hidrat
192. Na3AsO4.12H2O 424,07 trigonal ; tak berwarna 39 16 natrium ortoarsenat hidrat
193. Na2CrO4 161,97 rombik ; kuning 87,3 30 natrium kromat anh.
194. Na2CrO4.10H2O 342,13 monoklin ; kuning 50 10 natrium kromat hidrat
195. Na2Cr2O7.2H2O 298,00 monoklin ; merah 180 20 natrium dikromat hidrat
196. Na3Fe[CN]6.H2O 298,94 kristal; merah 18,9 0 natrium ferisianida hidrous
{natrium heksasiano ferrat(III)}
197. Na4Fe[CN]6.10H2O 484,07 monoklin ; kuning-pucat 31,8 20 natrium ferosianida hidrat
{natrium heksasiano ferrat(II)}
198. Na3Co[NO2]6 403,94 serbuk kuning-kecoklatan s.L natrium kobaltinitrit
199. Na2C2O4 134,00 serbuk putih 3,7 20 natrium oksalat
200. NaC7H5O2 144,11 amorf ; putih 66 26 natrium benzoat
201. NaC3H5O3 112,06 kekuningan ; higroskopis sL natrium laktat
202. NaNH4C4H4O6.4H2O 261,16 rombik ; putih 21,09 0 natrium-amonium tartrat hidrat
203. Na2WO4.2H2O 329,86 tak berwarna 41 0 natrium tungstat
204. Na2[Fe(NO)(CN)5].2H2O 297,95 merah 40 16 natrium nitroprusid hidrat
254
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
205. NH4CH3COO 77,08 putih higroskopis 148 4 amonium asetat
206. NH4Cl 53,49 kubus; tak berwarna 29,7 0 amonium klorida (salmiak)
207. NH4ClO3 101,50 monoklin; tak berwarna 28,7 0 amonium klorat
208. NH4ClO4 117,49 rombik; tak berwarna 10,7 0 amonium perklorat
209. NH4Br 97,94 kubus ; higroskopis 97 25 amonium bromida
210. NH4Br2O3 145,96 heksagonal; tak berwarna sL amonium bromat
211. NH4NO2 64,05 putih kekuningan sL amonium nitrit
212. NH4NO3 80,05 rombik; tak berwarna 118,3 0 amonium nitrat
213. NH4CN 44,06 kubus; tak berwarna sL amonium sianida
214. NH4SCN 76,12 monoklin; tak berwarna 128 0 amonium tiosianat
215. (NH4)2CO3.H2O 114,10 kubus ; tak berwarna 100 15 amonium karbonat hidrous
216. (NH4)HCO3 79,06 rombik/monoklin; tak berwarna 11,9 0 amonium bikarbonat
217. (NH4)2S 68,15 kuning-jernih; kristalik sL amonium sulfida
218. (NH4)HSO4 115,10 rombik; tak berwarna 100 amonium sulfat-asam
219. (NH4)2SO4 132,13 rombik; tak berwarna 70,6 0 amonium sulfat
220. (NH4)2S2O6.½H2O 205,22 monoklin; tak berwarna 135 0 amonium ditionat hidrous
221. (NH4)2C2O4.H2O 142,12 rombik ; tak berwarna 2,54 0 amonium oksalat hidrous
222. (NH4)2C4H4O4 152,15 tak berwarna ; kristalik L amonium suksinat
223. NH4C6H2N3O7 246,14 rombik ; merah / kuning 1,1 20 amonium pikrat
224. NH4C7H5O3 155,15 monoklin ; tak berwarna 111 25 amonium salisilat
225. NH4Cr(SO4)2.12H2O 478,33 kubus; hijau / ungu 21,2 25 amonium-krom(III)sulfat hidrat (tawas krom)
226. (NH4)2SO4.FeSO4.6H2O 392,16 monoklin; hijau 26,9 20 amonium-fero sulfat hidrat (garam Mohr)
(NH4)2SO4.Fe2(SO4)3.24H2O
227. 482,18 kubus; ungu 124 25 amonium-feri sulfat hidrat (tawas besi)
atau NH4Fe(SO4)2.12H2O
(NH4)2SO4.Al2(SO4)3.24H2O 453,33 kubus ; tak berwarna 15 20 amonium-aluminium sulfat hidrat
228.
atau NH4Al(SO4)2.12H2O (tawas-amonium / amonium-alum)
255
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
229. (NH4)2MoO4 196,01 monoklin; tak berwarna L amonium-molibdat
230. (NH4)3P(Mo3O10) 1876,50 serbuk ; kuning kL amonium-fosfo-molibdat
231. (NH4)3P(W 3O10) 2931,27 putih kL amonium-fosfo-tungstat
232. NiCl2 129,60 kuning 64,2 20 nikel(II)klorida anhidrous
233. NiCl2.6H2O 237,69 monoklin ; hijau 254 20 nikel(II)klorida heksahidrat
234. Ni(NO3)2.6H2O 290,80 monoklin ; hijau 238,5 0 nikel(II)nitrat heksahidrat
235. NiSO4 154,75 kuning 29,3 0 nikel(II)sulfat anhidrous
236. NiSO4.6H2O 262,84 monoklin ; hijau 65,5 0 nikel(II)sulfat heksahidrat
237. NiSO4.7H2O 280,85 rombik ; hijau 75,6 16 nikel(II)sulfat heptahidrat
238. Pb(CH3COO)2 325,30 kristal putih 44,3 20 timbal(II)asetat anhidrous
239. Pb(CH3COO)2.3H2O 379,35 monoklin ; putih 45,6 15 timbal(II)asetat trihidrat
240. Pb(CH3COO)2.10H2O 505,46 kristal ; rombik s timbal(II)asetat dekahidrat
241. Pb(NO3)2 331,23 kubik/monoklin; tak berwarna 56,5 20 timbal(II)nitrat
242. PtCl3 301,44 hitam kehijauan kL platina(III)klorida
243. PtCl4 336,89 kristal ; merah coklat 58,7 25 platina(IV)klorida anhidrous
244. PtCl4.5H2O 426,97 monoklin ; merah sL platina(IV)klorida pentahidrat
245. SbCl3 228,13 rombik ; tak berwarna 601,6 0 antimon(III)klorida
246. SbCl5 299,02 monoklin ; putih L antimon(V)klorida
247. SnBr2 278,50 rombik ; kuning pucat 85,2 0 timah(II)bromida
248. SnCl2 189,60 rombik ; putih 270 15 ; d timah(II)klorida anhidrous
249. SnCl.2H2O 225,65 monoklin ; putih 119 15 ; d timah(II)klorida dihidrat
250. SnCl4.5H2O 350,61 kristal monoklin L timah(II)klorida pentahidrat
256
Kelarutan
No. Rumus Kimia Garam B.M. Bentuk Kristal ; warna dlm 100 g air Nama Senyawa
251. Sr(CH3COO)2.H2O 214,72 serbuk putih L strontium asetat hidrous
252. SrCl2 158,53 kubus ; tak berwarna 53,8 20 strontium klorida anhidrous
253. SrCl2.2H2O 194,56 serpihan taransparans …. strontium klorida dihidrat
254. SrCl2.6H2O 266,62 trigonal ; tak berwarna 106,2 0 strontium klorida heksahidrat
255. Sr(NO3)2 211,63 kubus ; tak berwarna 70,9 18 strontium nitrat anhidrous
256. Sr(NO3)2.4H2O 283,19 monoklin ; tak berwarna 60,4 0 strontium nitrat tetrahidrat
257. UO2(CH3COO)2.2H2O 424,15 rombik ; kuning 7,7 15 uranil asetat dihidrat
258. Zn(CH3COO)2.2H2O 219,50 monoklin ; tak berwarna 31,1 20 seng asetat dihidrat
259. ZnBr2 225,19 rombik; tak berwarna; higrosk. 447 20 seng bromida
260. ZnCl2 136,29 putih 432 25 seng klorida
261. Zn(NO3)2.3H2O 243,44 jarum; tak berwarna 327,3 40 seng nitrat trihidrat
262. Zn(NO3)2.6H2O 297,48 tetragonal; tak berwarna 184,3 20 seng nitrat heksahidrat
263. ZnSO4.7H2O 287,54 rombik ; tak berwarna 96,5 20 seng sulfat heptahidrat
264. Zr(SO4)2.4H2O 355,42 kristal putih ; serbuk 146 30 zirkonium sulfat tetrahidrat
265. ZrO(NO3)2 231,23 jarum; putih L zirkonil nitrat
266. ZrOCl2.8H2O 322,25 jarum; putih L zirkonil klorida oktahidrat
267. ZrOI2.8H2O 505,15 jarum; tak berwarna sL zirkonil iodida oktahidrat

257
Lampiran 37. DAFTAR UNSUR KIMIA
Simbol Nama Bobot Simbol Nama Bobot Simbol Nama Bobot
Atom Z Atom Unsur Atom Atom Z Atom Unsur Atom Atom Z Atom Unsur Atom
Ac 89 Aktinium 227,63 Cr 24 Krom 52,00 Kr 36 Kripton 83,80
Ag 47 Perak 107,87 Cs 55 Sesium 132,91 La 57 Lantanum 138,906
Al 13 Aluminium 26,98 Cu 29 Tembaga 63,55 Li 3 Litium 6,941
Am 95 Amerisium (243)* Dy 66 Disprosium 162,50 Lr 103 Laurensium (260)*
Ar 18 Argon 39,95 Er 68 Erbium 167,26 Lu 71 Lutetium 174,967
As 33 Arsen 74,92 Es 99 Einsteinium (254) Md 101 Mendelevium (258)*
At 85 Astatin (210) Eu 63 Eropium 151,57 Mg 12 Magnesium 24,305
Au 79 Emas 196,7 F 9 Fluor 19,00 Mn 25 Mangan 54,930
B 5 Boron 10,81 Fe 26 Besi 55,85 Mo 42 Molibdenum 95,94
Ba 56 Barium 137,33 Fm 100 Fermium (257) N 7 Nitrogen 14,007
Be 4 Berilium 9,01 Fr 87 Fransium (223) Na 11 Natrium 22,988
Bi 83 Bismut 208,98 Ga 31 Galium 69,72 Nb 41 Niobium 92,906
Bk 97 Berkelium (247) Gd 64 Gadolinium 157,25 Nd 60 Neodimium 144,24
Br 35 Brom 79,90 Ge 32 Germanium 72,61 Ne 10 Neon 20,179
C 6 Karbon 12,01 H 1 Hidrogen 1,0079 Ni 28 Nikel 58,69
Ca 20 Kalsium 40,08 He 2 Helium 4,0026 No 102 Nobelium (259)*
Cd 48 Cadmium 112,41 Hg 80 Raksa 200,59 Np 93 Neptunium 237,048
Ce 58 Cerium 140,12 Ho 67 Holmium 164,930 O 8 Oksigen 15,999
Cf 98 Kalifornium (251) I 53 Iodium 126,905 Os 76 Osmium 190,2
Cl 17 Klor 35,45 In 49 Indium 114,82 P 15 Fosfor 30,974
Cm 96 Kurium (247) Ir 77 Iridium 192,22 Pa 91 Protaktinium 231,036
Co 27 Kobal 58,93 K 19 Kalium 39,098 Pb 82 Timbal 207,2
258
Simbol Nama Bobot Simbol Nama Bobot Simbol Nama Bobot
Atom Z Atom Unsur Atom Atom Z Atom Unsur Atom Atom Z Atom Unsur Atom
Pd 42 Paladium 106,42 S 16 Belerang 32,07 Ti 22 Titanium 47,88
Pm 61 Prometium (145)* Sb 51 Antimon 121,76 Tl 81 Talium 204,383
Po 84 Polonium (209)* Sc 21 Skandium 44,956 Tm 69 Tulium 168,934
Pr 59 Praseodimium 140,908 Se 34 Selenium 78,96 U 92 Uranium 238,029
Pt 78 Platina 195,08 Si 14 Silikon 28,086 V 23 Vanadium 50,942
Pu 94 Plutonium (244)* Sm 62 Samarium 150,36 W 74 Wolfram 183,85
Ra 88 Radium 226,025 Sn 50 Timah 118,71 Xe 54 Xenon 131,29
Rb 37 Rubidium 85,468 Sr 38 Strontium 87,62 Y 39 Itrium 88,906
Re 75 Renium 186,207 Ta 73 Tantalum 180,948 Yb 70 Iterbium 173,04
Rf 104 Rutherfordium (261)* Tb 65 Terbium 158,925 Zn 30 Seng 65,38
Rh 45 Rhodium 102,906 Tc 43 Teknetium 98,91 Zr 40 Sirkonium 91,22
Rn 86 Radon (222)* Te 52 Tellurium 127,60
Ru 44 Rutenium 101,07 Th 90 Thorium 232,038
a Diskalakan terhadap Massa-atom relatif, Ar (12C) = 12
* Nilai dengan tanda 2 kurung menunjukkan nomor massa isotop unsurnya yang paling stabil (memiliki waktu-paro paling lama).
Catatan (padanan nama unsur):
perak (L: argentum; E: silver), emas (L: aurum; E: gold), tembaga (L: cuprum; E: copper), besi (L: ferrum; E: iron);
raksa (L: hydrargyrum; E: mercurium), timbal (L: plumbum; E: lead), antimon (L: stibium; E: antimon),
timah (L: stannum; E: tin), wolfram atau tungsten (J: wolfram; E: tungsten), dan seng (L: zincum; E: zinc).
259
Lampiran 38. Peralatan Laboratorium Kimia Sederhana

gelas-kimia corong
labu-saring tabung-U botol
tabung- labu Erlenmeyer gelas
semprot corong
reaksi labu-takar pisah

gelas cawan- kawat-nikrom


ukur gelas-arloji penguap
batang pengaduk

kaca-kobal vol-pipet
kertas saring
pipet
tetes pipet ukur

buret
cawan-
porselin
lumpang & mortir
penjepit klem
statif

klem-buret labu
penyaring labu dasar- bulat labu
hisap destilasi dasar -rata
kaki-tiga kasa

pendingin Leibieg

tang-krus
ring-corong
rak-tabung
segitiga-porselin klem-labu
ball-pipette
ukur

pembakar pembakar krus-saring corong-


kaca masir penyangga pengering
Fisher Bunsen (berpori) (desikator)

260
KEPUSTAKAAN

Basset, J. et al. (Rev.). (1991). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis


Including Elementary Instrumental Analysis. 4th Edition. London: Longman
Group UK Limited.
Brink, O.G. and Flink, R.J. (1988). Dasar-dasar Ilmu Instrumen. (Terjemahan:
Sobandi Sachri). Bandung: Penerbit Binacipta.
Chandler, J. and Barnes, D. (1991). Laboratory Experiments in General Chemistry.
Encino, California: Glencoe Publishing Co., Inc.
Clark Jr, J.M. Editor. (1983). Experimental Biochemistry. San Francisco: W.H.
Freeman and Company.
Creedy, J.A. (1979). A Laboratory Manual for Schools and Colleges. London:
Heinemann Educational Books.
Day Jr, R.A. and Underwood, A.L. (1989). Quantitative Analysis. 4th Edition. New
Delhi: Prentice Hall of India.
Hodgman, C.D. Editor in Chief. (1978). Handbook of Chemistry and Physics.
Cleveland, Ohio: Chemical Rubber Publishing Co.
Kateman, G. and Buydens, L. (1993). Quality Control in Analytical Chemistry. 2nd
ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Kolthoff, I.M. and Stenger, V.A. (1987). Volumetric Analysis. 4nh Edition. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Meites, L. Editor. (1973). Handbook of Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Partington, J.R. (1982). A Textbook of Inorganic Chemistry. 6th Edition. London:
MacMillan and Co., Ltd.
S. Handari Suntoro dan Istriyati P. (1983). Metode Pewarnaan (Histologi &
Histokimia). Jakarta: Penerbit Bharata Karya Aksara.
Skoog, D.A. and West, D.M. (1971). Principles of Instrumental Analysis. New York:
Holt, Renehart and Winston, Inc.
Vogel, A.I. (1971). A Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis. 5th Edition. London: Longmans, Green and Co., Ltd.
Weiser, H.B. (1970). Colloid Chemistry. New York: John Wiley & Sons, Inc.
West, R.C. Editor in Chief. (1994). CRC Handbook of Chemistry and Physics. 73th
Edition. Boca Raton, Florida: CRC Press, Inc.
Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Chemical_hazard_symbol).
www.chem.bris.ac.uk/safety/chemicalhazards.htm
www.chem.kuleuven.ac.be/safety/proc2sub1.html
www.ciscentres.org.
www.ilo.org/public/english/protection/euportal/en



261
amalgam, 1
A amilum (L: pati.)
ACS, 24 amilum, I*; 85
APHA (L: Clarke, Pr*.) amonium-alum(L: tawas amonium)
aerosol, 185 amonium asetat, 40
-cair, 185 amonium bromida-formalin, 103
-padat, 185 ammonium hidroksida, 36;144
air, 3 amonium hidroksida
autoionisasi-, 12 pembuatan-, 200
ionisasi-, 12 reaksi-, 200
kesadahan-, 163 rumus kimia-, 200
-lunak, 213 sifat-, 200
massa jenis, 220 amonium hidroksida baku,
-sadah, 163 -pembaku, 150
sifat-, 219 -pembakuan, 150
tekanan uap, 220 -pembuatan, 150
tetapan ionisasi-, 12 amonium karbonat, 41
titik didih-, 220 amonium klorida, 41
air barit, 38 amonium molibdat, 41
air brom; 39; 203 amonium nitrat, 42
pembuatan-, 203 amonium oksalat, 42
rumus kimia-, 203 amonium sulfat, 42
sifat-, 203 amonium sulfida; CP, 213
air kapur, 38 amonium tiosianat, 42
air klor, 40; 202 ammonium tiosianida, 157; 160
pembuatan-, 202 analyzed grade, 24
rumus kimia-, 202 anilin–alkohol, 103
sifat-, 202 anilin biru–asetat; Pw*, 103
air laut, 226 anilin biru–jingga G; Pw*, 103
air lumpur (L: sol lumpur.) anilin-asam oksalat, 51
air lunak, 214 anilin-fuchsin asam; Fik*, 104
air raja, 40 anilin–kristal ungu; Pw*, 104
air sadah, 163 antimon(III)klorida, 42
penetapan-, 163 antimon(V)klorida, 42
-total, 163 aqua-bromata, 43; 203
alat ukur volumetrik, 126-7 aqua-chlorata, 43; 202
-buret, 128; 260 aqua-regia, 43
-labu takar, 127 aqua-regia; CP, 211
-macam-, 126-130 anilin-asam oksalat, Pr*; 54
-pipet volum, 128-9; 260 arseno molibdat, Pr*, 54
-toleransi, 127 asam, 9
alcian biru; pewarna, 102 -derajat ionisasi-, 227
aldehida kuning; Pw*, 102 -ionisasi-, 14; 227
aliasi, 1 -kelarutan-,
alizarin, In*; 84 -kuat, 14; 227
alizarin 10%; Pw*, 103 -lemah, 14; 227
alizarin kuning R, In*; 84 -tetapan ionisasi-, 14; 227; 235
alizarin merah S In*; 84 asam asetat baku,
altmann; fiksatif, 103 -pembaku, 146
alu, 260 -pembakuan, 146
alugenit, 246 -pembuatan, 146
aluminium-alum; (L: tawas) -perhitungan, 146
aluminium klorida, 40 asam aurin trikarboksilat, 54
aluminium nitrat, 40 asam Bronsted-Lowry, 167
aluminium sulfat, 40 asam dietilbarbiturat (L: barbital)
aluminon, Pr*; 54 asam encer, 9
alunogenit, 246 asam fenol sulfonat, Pr*; 54

261
asam fosfat-asam sulfat, Pr*; 55 basa Bronsted-Lowry, 167
asam fosfotungstat 10%, Pr*; 55 basa encer, 9
asam hematin; Pw*, 104 basa konyugasi, 167
asam karminat, 116 basa pekat, 9, 20
asam klorida baku, batang pengaduk, 260
-pembaku, 141-142 batu kawi, 196
-pembakuan, 141-142 batu pualam, 197
-pembuatan, 140 Baudisch (L: Cupferon, Pr*.)
-perhitungan, 141-142 Bettendoff, Pr*; 59
asam konyugasi, 167 Benedict, Pr*; 57-58
asam kromat 1%; Fik*, 105 bentuk kristal, 246-257
asam kromat 10%; Fik*, 105 benzidin-hidroklorida, Pr*; 58
asam kuat, 9; 227 benzopurpurin, In*; 85
asam lemah, 9; 227 bersih, 205-6
asam maleat, 176 besi alum, 118
asam molibdat ; Pw*, 55 Bertrand, pereaksi; 58-59
asam oksalat,baku, besi(II)amonium sulfat, 43
-pembaku, 144-5 besi(II)sulfat (L: ferrosulfat)
-pembakuan, 144-5 besi(III)amonium-sulfat, In*; 85
-pembuatan, 144 besi(III)klorida,(L:ferriklorida)
-perhitungan, 145 besi(III)nitrat, (L: ferrinitrat)
asam pekat, 9; 20 besi(III)sulfat, (L: ferrisulfat)
asam perklorat 20%, Pr^; 55 best carmine; Pr*, 105
asam pikrat ; Lar*, 56 Bial, Pr*; 59
asam pikrat, Pr*; 56 biner, 2
asam pikrat jenuh; Fik*, 105 Bismarck coklat; Pw*, 106
asam sulfanilat, Pr*; 56 bismut klorida, 43
asam sulfat baku, bismut nitrat, 44
-pembaku, 143 Bial, Pr*i; 59
-pembakuan, 143 Biuret, Pr*; 59-60
-pembuatan, 143 bobot atom unsur, 258-9
-perhitungan, 143 bobot molekul, 246-257
asam sulfit, pereaksi; 56 boraks, 254
asam sulfomolibdat, Pr*; 56 boraks; LBP (L: Na-Tetraborat)
asam tannat, Pr*; 57 botol
aseton; CP, 215 jenis-, 226
aseto-orcein; Pw*, 105 -plastic, 226
asidi/alkali-metri, 139-150 -reagen, 226
awalan tatanama kimia, 226 -semprot, 260
azocarmine; Pw^, 105 Bouin; Fr*, 106
Bouin-alkohol (L: Bouin Duboscq.)
B Bouin Duboscq; Fik*, 106
b/b (L: persen massa) bpj, 4-5
bpj (l: bagian per juta) brillian kuning, In*; 86
bagian per juta, 4-5 brom cair, 39; 203
bahan, 20 pembuatan-, 203
baja, 1 reaksi-, 203
ball-pipet, 260 rumus kimia-, 203
Bang, Pr*; 57 sifat-, 203
barbital. 183 bromofenol biru, In*; 86
Barfoed (L: kupriasetat.) bromofenol merah, In*; 86
barium hidroksida, 37 bromokresol hijau, In*; 86
barium hidroksida baku bromokresol merah lembayung, I*; 86
-pembaku, 148 bromopirogalol merah, In*; 86
-pembakuan, 148 bromotimol biru, In*; 87
-pembuatan, 148 Brucke, (L: kaliumiodida-merkuriiodida.)
barium klorida, 43 bufer, 165-183
barium nitrat, 43 -asam sitrat–Na2HPO4 ; 181
basa, 9 -asam sitrat–natrium sitra, 174
-derajat ionisasi-, 227 -asetat, 168; 175
-ionisasi-, 15; 227 -baku, 172
-kelarutan-, 242 -bikarbonat, 180
-kuat, 15;227 -boraks–HCl, 178
-lemah, 15;227 -boraks–NaOH, 179
-tetapan ionisasi-, 15; 227; 234 -borat, 178

262
-CH3COOH–CH3COONa, 175 campuran dapar (L: larutan bufer)
-CH3COONa–HCl, 173 campuran homogen, 1
-fosfat, 176 cara dispersi, 186-9; 191
-H3BO3+KCl–NaOH, 179 cara hidrolisis, 192-3
-H3BO3–Na2B4O7, 178 cara redoks, 190;195
-KCl-HCl, 173 Carnoy; fiksatif, 106
-KCl–NaOH, 181 cawan penguap, 260
-KH2PO4–NaOH, 177 campuran penyangga (L: larutan bufer)
-KHP–HCl, 174 cawan porselin, 260
-KHP–NaOH, 175 CDTA, 162
-Na2HPO4–NaH2PO4, 176 celestin biru; Pw*, 107
-Na2HPO4–NaOH, 180 chemically pure, 23
-NaHCO3–NaOH, 180 ciri koloid, 184
-Na-maleat–NaOH, 176 Clarke, Pr*; 60
-pH 0,65-4,76 ; 173 colchicin, 107
-pH 1,00-2,20 ; 173 commercial grade, 23
-pH 2,20–4,00 ; 174 corong penyangga, 260
-pH 2,2–8,0 ; 181 corong pisah, 260
-pH 2,6-12,0 ; 183 corong saring, 260
-pH 2,62–9,16 ; 182 corong, 260
-pH 3,4–5,5 ; 174 corrosive, 20; 21
-pH 3,8–5,6, 175 cuplikan, 125
-pH 4,10–5,90 ; 175 cupron, Pr*; 60
-pH 4,6–6,4 ; 176 cupferron, Pr*; 61
-pH 5,3–8,0 ; 176 curcumin, In*; 87
-pH 5,8–8,0 ; 177
-pH 7,00–9,00 ; 177
-pH 7,4–9,2 ; 178 D
-pH 7,8–10,0 ; 179 daftar
-pH 8,00–9,10 ; 178 -atom unsur, 258-9
-pH 9,20-10,80 ; 179 -kelarutan senyawa, 242-245
-pH 9,60–11,0; 180 -massa atom, 258-9
-pH 10,90–12,00 ; 180 -massa molekul, 246-257
-pH 12,00–13,00 ; 181 -unsur kimia, 258-9
-sitrat, 174 -zat baku primer, 239-240
-universal, 183 dapar (L: larutan bufer.)
-veronal–asetat, 182 daya hantar listrik air, 12
buret, 128;260 dekomposisi ganda, 192; 194
-kesalahan,128 derajat ionisasi
-perlakuan, 128 -asam, 13; 227
-toleransi, 128 -basa, 15; 227
busa, 185 -garam, 17-19; 227
-cair, 185 deret ligan, 161
-padat, 185 desikator, 260
detergen; CP, 207
C diasetildioksim (L: dimetilglioksim.)
CP (L: cairan pencuci.) Dietrich; Fik*, 107
cairan pembersih (L: cairan pencuci) difenilamin, Pr*; 61
cairan pembersih difenilamin sulfonat, Pr*; 61
CP-01, 207 difenilaminsulfonat, In*; 87
CP-02, 208 difenilkarbazid, Pr*; 61
CP-03, 208 difenilkabazida, In*; 87
CP-04, 209 difenilkarbazon, In*; 87
CP-05, 210 digitonin; Pw*, 107
CP-06, 211 2,6-diklorofenol–indifenol, In*; 87
CP-07, 212 diklorofluoresen, In*; 88
CP-08, 213 dikroisme, 162
CP-09, 213 p-dimetil-amino-azobenzen, In*; 88
CP-10, 213 2-(p-dimetilaminofenilazo)-piridin, In*; 88
CP-11, 214 dimetilglioksim 0,01 N, Pr*; 62
CP-12, 215 m-dinitrobenzoilen urea, In*; 88
CP-13, 215 2,4-dinitrofenol, In*; 88
campuran, 1 dinitrogen tetroksida, 200
campuran bufer (L: larutan bufer) 3,5-dinitrosalisilat, Pr*; 62

263
disosiasi 4-fenilazo-1-naftilamin, In*; 90
-asam anorganik, 234 4-fenilazodifenilamin, In*; 90
-asam organik, 229-231 fenol merah, In*; 90
-basa anorganik, 235 fenolftalein, In*; 90
-basa organik, 232-3 fenolsulfonftalein (L: fenol merah.)
dispersi feroin, In*; 90
-halus, 184 feroin sulfat, In*; 90
-kasar, 184 ferri klorida, 44
-listrik, 185; ferri nitrat, 44
-mekanik, 188-9; 191 ferri sulfat, 44
-molekuler, 184 ferric-alum; (L: tawas besi)
sistem-, 184 ferric-alum, In*; 91
duponol C 5%, Pr*; 62 ferro amonium sulfat, 44
duponol C 15%, Pr*; 62-63 ferrofenantrolin ion, In*; 91
ferro-ferrisulfida (L: pirit)
E ferro sulfat, 45
EDTA, 136-7; 161 FeSO4; CP, 212
larutan baku-, 136 Feulgen Coleman, 107
pembuatan-, 137 flammable, 21
perhitungan-, 137 floksin B; Pw*, 108
kegunaan-, 137 floroglucinol, Pr*; 63
Pemurnian, 137 fluoresen; In*, 64; 238
efek ion-sejenis, 12 folin, 60
EGTA, 162 folin, campuran; 64
elektrolisis air, 197-8 formaldehid 10%, Fik*, 108
emulgator, 186 formaldehid 10%, Pr*; 64
emulsi, 185-187 formaldehid-asam sulfat, Pr*; 64
-air/aspal, 187 formol-kalsium, Pr*; 64
-air/minyak kelapa, 186 fosfat–azo alkalin; Pw*, 108
-air/minyak tanah, 186-7 Froehde (L: asam sulfomolibdat.)
-aspal/air, 186-7 fuchsin, Lar*; 64
-bubur-aspal, 187 fuchsin, Pr*; 64
-cair, 185 fuchsin–aldehid; Pw*, 108
-minyak kelapa/air, 186 fuchsin-asam, Pw*, 108
-minyak tanah/air, 186-7 fuchsin-asam sulfit, Pr*; 65
-padat, 185 fuchsin–asam; Pw*, 108
penyetabil-, 186
emulsi A/MK, 186 G
emulsi A/MT, 187 Gallego; Pw*, 108-9
emulsi MK/A, 186 gallosianin; Pw*, 109
emulsi MT/A, 187 garam, 10,
emulsoid, 185 -asam, 18
encer, 9 -basa, 18
endapan, 11 -derajat ionisasi-, 227
eriokrom hitam T, In*; 88 -hidrolisis-, 18
eritrosin, In*; 89 -ionisasi-, 227
Esbach, Pr*; 63 kelarutan-, 10; 246-257
etiket, 20 -kompleks, 19
etil-bis(2,4-dimetilfenil)asetat), In*; 89 -kuat, 17
etil jingga, In*; 89 larutan-, 16
etil merah, In*; 89 nama-, 246-257
etil ungu, In*; 89 -normal, 17
explossive, 21 pH-, 18
extremely flammable, 21 -rangkap, 19
rumus kimia-, 246-257
F garam dapur, 252
Fajans; 157 garam EDTA, 137;161
Farmakope Indonesi, 7 garam Epsom, 251
fasa, 184-185 garam Glauber, 116, 253
-pendispersi, 184-5 garam Inggris, 251
-terdispersi, 184-5 garam KHP, 251
fast hijau; Pw*, 107 garam Mohr, 253
Fehling A, Pr*; 63 garam Rochelle, 44; 251
Fehling B, Pr*; 63

264
gas amoniak hantaran listrik, 2
pembuatan-, 200 Hanus, Pr*; 65
reaksi-, 199 Heidenhein; Fik*, 110
rumus kimia-, 199 Helly; Fik* (L: zenker-formol.)
sifat-, 199 hemalum Harris; Pw*, 110
gas belerang dioksida hemalum Mayer; Pw*, 110
pembuatan, 202 hematoksilin, 111-114
reaksi, 202 -alum, (L: hematoksilin Carazzi.)
rumus kimia, 202 -alum asam (L: hematoksilin Ehrlich.)
sifat, 202 -Carazzi; Pw*, 111
gas hydrogen -Delafield; Pw*, 111
pembuatan, 196-7 -Ehrlich; Pw*, 111
reaksi, 197 -fosfomolibdat; Pw*, 112
rumus kimia, 196 -fosfotungstat; Pw*, 112
sifat, 196 -Gomori; Pw*, 112
gas hidrogen sulfide -Harris; Pw*, 113
pembuatan, 201 -Heidenhein; Pw*, 113
reaksi, 201 -krom (L: hematoksilin Gumori.)
rumus kimia, 201 -mordan Dobell; Pw*, 113
sifat, 201 -mordan Regaud; Pw*, 114
gas karbon dioksida -Papamiltiades, 114
pembuatan, 199 -Weigert; Pw*, 114
reaksi, 199 Henderson-Hasselbalch, 167
rumus ki,ia, 199 HHSNNA, 98
sifat, 199 hidrasi, 3
gas klor hidrokuinon; Pw*, 115
-pembuatan, 202-3 hidrolisis, 18
-reaksi, 202 -sebagian, 18
-rumus kimia, 202 -total, 18
-sifat, 202-3 higroskopis, 38; 39
gas oksigen hipo, 253
-pembuatan, 198 hipo, CP, 213
-reaksi, 198 histokimia, 102
-rumus kimia, 198 histologi, 102
-sifat, 197 Hoffmann, 197-8
gas oksida nitrogen
pembuatan, 201 I
reaksi, 201 5,5-indigodisulfonat asam, In*; 93
rumus kimia, 200 indikator, 83-101
sifat, 200-1 larutan-, 83-101
gejala keaktifan, 12 pembuatan-, 83-101
gel, 187-189 indikator adsorpsi, 84
-agar-agar, 187 indikator alam, 83
-pati 188 indikator asam–basa, 79; 236-7
-silika, 188-9 indikator campuran
silika-, 188-9 -(pH 4,3), 91
gelas arloji, 260 -(pH 6,1), 91
gelas kimia, 2608 -(pH 7,2), 91
gelas ukur, 2608 -(pH 7,5), 92
general purpose reagent, 23 -(pH 8,3), 92
gentiana ungu; Pw*, 109 -(pH 8,9), 92
Giemsa; P*, 109 -(pH 9,0), 92
gliserin, 214 -(pH 9,9), 92
gliserin-plus, CP, 214 indikator fluoresen, 84; 238
gliserol, 214 indikator kelometrik, 84
GR, 24 indikator kulometrik, 84
gram–iodin; Pw*, 109 indikator metalokromik, 84
guaranteed reagent, 24 indikator pendar-fluor, 84; 238
Gunzberg, Pr*; 65 indikator pengendapan, 84
indikator redoks, 84
H indikator sintetis, 84
Hager, (L: asam pikrat.) iodimetri, 153-157
harmful, 22 iodi/iodometri, 153

265
iodium baku, kaliumiodida-merkuriiodida, Pr*; 66
-pembaku, 156-7 kalium-kadmium iodida, Pr*; 66
-pembakuan, 156-7 kalium karbonat, 46
-pembuatan, 156 kalium klorat, 198
-perhitungan, 156 kalium klorida, 46
iodium-tinktur, Pr*; 65 kalium kromat, 46; 159
iodo-kalium iodida, Pr*; 66 kalium kromat, In*; 93
iodometri, 153-157 kalium kromat–dikromat, In*; 93
iod monoklorida, PrK*; 80 kalium nitrat, 46; 196
ionisasi kalium permanganat baku,
-air, 12 -pembaku, 152
-asam, 14, 227 -pembakuan, 152
-basa, 15; 227 -pembuatan, 152
-derajat, 227 -perhitungan, 153
-garam, 15; 227 kalium pirogalat, Pr*; 67
isopropil-alkohol; CP, 215 kalium sianida, 46
iritasi, 22 kalium sulfat, 46
irritant, 22 kalium tetroksalat, 172
kalium tiosianida; 157
J kalium tiosianida baku,
jenis botol plastik, 226 -pembaku, 160
jingga IV, In*; 93 -pembakuan, 160-161
jingga G; Pw*, 115 -pembuatan, 160
kalium tiosulfat, 47
K kalium–kadmium iodida, 66
Ka (L: tetapan ionisasi asam) kalmagit, In*; 93
Kb (L: tetapan ionisasi basa) kalomel, 248
Kw (L: tetapan ionisasi air) kalsikrom, In*; 93
kaca kobal, 260 kalsium hidroksida, 38
kaca masir, 260 kalsium hidroksida baku,
kadar zat, 215-218 -pembaku, 148
kadmium klorida, 45 -pembakuan, 149
kadmium nitrat, 45 -pembuatan, 149
kadmium sulfat, 45 kalsium karbonat, 164
kaki-tiga, 260 kalsium klorida, 47
kalium-alum (L: tawas) kalsium klorida; LBP
kalium antimonat, Pr*; 66 kegunaan, 138
kalium bromida, 45 pembuatan, 138
kalium dihidrogen fosfat, 172 perhitungan, 138
kalium dikromat, 155; 159 kalsium nitrat, 47
kalium dikromat; LBP kanji; In* (L: amilum, In*.)
kegunaan, 131 kaolin, 246
kelebihan, 131 kaporit, 246
pembuatan, 131 kapur tohor, 38
perhitungan, 131 karbit, 247
kalium ferrisianida, 45 karbol–fuchsin; Pw*, 115
kalium ferrosianida, 46 karbol–tionin; Pw*, 115
kalium hidrogen ftalat, 131;172 karmalum Mayer, 116
Kalium hidrogen ftalat, LBP karmin, 116
kegunaan, 131 karmin–boraks; bubuk, 116
kelebihan, 131 karmin–boraks; Pw*, 116-7
pembuatan, 131-2 karnalit, 249
perhitungan, 132 kasa, 260
kalium ftalat asam, 172 katekol violet, In*; 94
kalium hidrogen tartrat, 172 kawat nikrom, 260
kalium hidroksida, 38 kelarutan, 8
kalium hidroksida, Pr*; 66 -asam, 9
kalium hidroksida baku, -basa, 9; 242
-pembaku, 148 -elektrolit, 9, 242-5
-pembakuan, 148 -garam, 9-10; 246-257
-pembuatan, 148 -gas, 8-9
-perhitungan, 148 hasilkali-, 10; 242-245
kalium iodida, 46; 156 -zat, 8

266
kemurnian reagen, 125 kupri sulfat dalam gliserin-KOH, Pr*; 68
kepekatan asam-basa, 221 kupri-tartrat alkalis, Pr*; 68
kering, 197-8 kupro-klorida amoniakal, Pr*; 69
kertas saring, 260 kupro klorida asam, Pr*; 69-70
kesadahan total air, 137 kwartener, 2
KHP (L: kalium ftalat-asam)
klem buret, 260 L
klem labu, 260 label, 21
klorofenol merah, In*; 94 labu
kloro-kalsit, 249 -dasar bulat, 260
kobal(II)nitrat, 47 -dasar rata, 260
kobal(II)sulfat, 47 -Erlenmeyer, 260
kobal(III)sianida (L: kobalti sianida.) -takar, 127;260
kobalti sianida, Pr*; 67 labu takar, 126; 280
kobalto nitrat (L:kobal(II)nitrat) -kesalahan, 127
kobalto sulfat, (L: kobal(II)sulfat) -perlakuan, 127
Koloid, 185-186 -toleransi, 127
-belerang/air, 189-190 lakmoid, In*; 95
-belerang/alkohol, 190 lakmus, In*; 95
-cair/cair, 185 lambang-bahaya, 21-2
-cair/gas, 185 larutan, 1; 2
-cair/padat, 185 -baku primer, 125-6
ciri-ciri-, 184 -baku sekunder, 125
dispersi-, 184 -biner, 2
fasa-, 185 -cair, 1
-gas/cair, 185 -elektrolit, 2
-gas/padat, 185 -gas, 1
-hidrofil, 189 -indikator, 83
-hidrofob, 189 -jenuh, 2; 11
-minyak kelapa/air (L: emulsi.) -kuartener, 2
-minyak tanah/air (L: emulsi.) -lencer, 9
-padat/cair, 185 -lewat jenuh, 2; 11
-padat/gas, 185 -nonelektrolit, 2
-padat/padat, 185 -padat, 1
sistem-, 184 -pekat, 9
tipe-, 185 -penyangga (L: larutan bufer)
kompleksometri, 139; 161-164 -preparat biologis, 102-24
komplekson timolftalein, In*; 95 -tak jenuh, 2; 11
kondensasi, 190-194 -terner, 2
kongo merah, In*; 94 larutan bufer, 165
konsentrasi larutan, 4 kapasitas-, 167-8
konversi kefektifan-, 168
-satuan, 218 kerja-, 165-166
-satuan konsentrasi, 7 komponen-, 165
korosif, 20; 21 macam- (L: bufer.)
kotoran, 204-5 pembuatan-, 169
kresol merah, In*; 94 pH-, 166-167
o-kresolftalein, In*; 94 sistem-, 165-6
m-kresolsulfonftalein (L: m-kresol merah.) larutan baku primer, 125-6
o-kresolsulfonftalein (L: kresol merah.) -asam oksalat, 144-5
kristal ungu, In*; 95 -boraks (L: Na-tetraborat.)
kristal ungu–anilin; Pw*, 117 -kalium dikromat, 155
krom alum, (L: tawas-krom) -natrium arsenit, 156
krom(III)klorida, 47 -natrium karbonat, 141; 148
krom(III)nitrat, 47 -natrium klorida, 158-9
krom(III)sulfat, 48 -natrium oksalat, 152
krus saring, 260 -natrium tetraborat, 141
kuinaldin merah, In*; 95 larutan baku sekunder, 125-6
kuningan, 1 -asam klorida, 141; 144; 150
kupri asetat, Pr*; 67-68 -asam oksalat, 144-5
kupri klorida, 48 -asam sulfat, 143
kupri nitrat, 48 -kalium hidroksida, 148
kupri oksida amoniakal, 68 -kalium permanganat, 152-3
kupri sulfat, 48 -natrium hidroksida, 142; 145-7

267
-natrium tiosulfat; 154; 157 merkuri sulfat, 50
-perak nitrat; 158-9 merkuro nitrat, 50
larutan dapar (L: larutan bufer) metakresol, In*; 95
leuko-paten biru B; Pw*, 117 metanil kuning, In*; 96
ligan, 141; 161 metanil kuning; Pw*, 118
lindi kalium, 38 metil biru, In*; 96
lindi natron, 39 metil hijau, In*; 96
logam reaktif, 196 metil jingga, In*; 96
lugol–iodin; Pw*, 117 metil jingga, In*M; 96
lumpang, 260 metil merah, In*; 96
Luxol–fast blue B; Pw*, 117 metil merah, In*M; 96
metil merah–metil biru, In*; 97
M metil timol biru, In*; 97
M (L: molalitas) metil ungu, In*; 97
m (L: molalitas) metil ungu; Pw*, 119
MO (L: metil merah.) metilen biru alkalis; Pw*, 118
MR (L: metil merah.) Metode
magnesia, Pr*; 70 -Fajans; 157
magnesium klorida, 48; 162 -Mohr, 152
magnesium nitrat, 48 -pewarnaan, 102
magnesium sulfat, 49 -Volhard; 157
magnesium (L: SMUN & O, Pr*.) 2-metoksi etanol, 75
magnesium uranilasetat, Pr*; 70 Millon, Pr*; 71
Magneson II; Pw*, 118 misibel, 5
malasit hijau, In*; 95 Mohr; 157
mangan dioksida, 190 molal, 6
mangan(II)klorida, 49 molalitas, 4; 6
mangan(II)nitrat, 49 molar, 6
mangan(II)sulfat, 49 molaritas, 4-6
mangan(IV)oksida, 197 molisch (L: -naftol.)
Marme (L: kalium-kadmium iodida.) mordan, 119
marmer, 197; 247 mordan, lar*, 114
Marquis (L: formaldehid-Asam sulfat) mucicarmine; Pw*, 119
massa atom relatif, 258-9 mureksida, In*; 97
massa-jenis cairan, 222
massa-jenis larutan, 222-30 N
massa-jenis air, 218 NaOH 10-15%; CP, 208
massa-jenis dan kadar, 222-5 NaOH-alkoholik; CP, 209
-gliserin, 225 NIST, 126
-larutan amonium hidroksida, 222 NBS, 126
-larutan asam asetat, 223 naftanildiazo biru; Pw*, 119
-larutan asam fosfat, 22 5 -naftol 5% alkoholik, PrK*; 71
-larutan asam format, 223 -naftol 15%, PrK*; 72
-larutan asam klorida, 222 -naftol, PrK*; 72
-larutan asam nitrat, 224 p-naftolbenzen; , In*; 97
-larutan asam sulfat, 224 nama gugus ion-ligan, 222
massa molekul relatif, 246-257 nama unsur, 258-9
material, 20 natrium-alum (L: tawas natrium)
May Grunwald; Pw*, 118 natrium arsenit; 156; 156
Mayer, Pr*;71 natrium arsenit; LBP
medium koloid kegunaan, 132
-pendispersi, 185 kelebihan, 132
-terdispersi, 185 pembuatan, 132
melarut, 3 perhitungan, 133
melarutkan, 129 natrium asetat, 50; 164
menimbang, 129 natrium bikarbonat, 155; 156
memindahkan volum,130 natrium dihidrogen fosfat, 172
mengukur volum, 130 Na-dikromat asam; CP, 210
merah netral, In*; 95 Na-EDTA baku,
merah netral; Pw*, 118 -pembaku, 163
merkuri klorida, 49 -pembakuan, 163
merkuri nitrat, 49 -pembuatan, 162
-perhitungan, 162

268
Na-EDTA; LBP -pembuatan, 154
kegunaan, 137 natrium tungstat 10 %, PrK*; 74
kelebihan, 137 NBS, 126
pembuatan, 137 Nelson A, PrK*; 74
perhitungan, 137 Nelson B, PrK*; 74
Na-EDTA; kristal Nessler, PrK*; 74
pemurnian,, 137 nikel klorida, 51
pelarutan, 138 nikel sulfat, 51
pembakuan, 138; nikel(II)oksida-amoniakal, PrK*;75
Na-fosfat-oleum; CP, 213 nilai pH cairan, 228
natrium hidrogenfosfat, 50 ninhidrin, PrK*; 75
natrium hidroksida, 35; 146; 150 ninhidrin 0,1%, PrK*; 75
natrium hidroksida NIST, 126
kegunaan-, 147 niter, 249
larutan baku-, 146 nitrogen oksida,200
pembakuan-, 147 p-Nitrobenzen-azo-resorsinol, PrK*; 76
pembuatan-, 146-7 m-nitrofenol, In*; 97
natrium hidroksida baku, p-nitrofenol, In*; 97
-pembaku, 147 nitron, PrK*; 76
-pembakuan, 146 -nitroso--nafto, PrK*; 76
-pembuatan, 146; 147 noda, 207
-perhitungan, 147 nomor atom, 258-9
natrium hidroksida, Penyerap; 72 normalitas, 130
natrium karbonat, 50;141;148 Nylander, PrK*; 76
natrium-karbonat; LBP
kegunaan, 133 O
kelebihan, 133 Obermayer, PrK*; 76
pembuatan, 133 Oil red O; Pw*, 120
perhitungan, 133 oksidator, 22; 139; 151
natrium klorida, 50;158 oksidimetri, 139; 151-157
natrium klorida; LBP orcein; Pw*, 120
kegunaan, 135 Orth; Fik*, 120
kelebihan, 135 osmium tetroksida, 52
pembuatan, 135 oxidant, 22
perhitungan, 135
natrium klorida, PrK*; 50 P
natrium kobaltinitrit, PrK*; 50, 72 p.a., 24
natrium metabisulfit 10%, PrK*; 73 ppm (l: bagian per juta)
natrium nitrat, 51 paraldehid, 108
natrium nitrit 0,1%, PrK*;73 parametil merah, In*; 98
natrium nitroprussid, PrK*; 73 parasetaldehid, 108
natrium oksalat, 52;152 part per million, 5
natrium oksalat; LBP partikel koloid, 184
-kegunaan, 133 partikel larutan, 184
kelebihan, 133 partikel suspensi, 184
-pembuatan, 134 pati, 188
-perhitungan, 134 Patton & Reeder; In*; 98
natrium metaborat peroksihidrat; 108 pekat, 9
natrium perborat; 108 pelarut, 1
natrium plumbit, PrK*;73 pelarut universal, 3
natrium polisulfida, PrK*;73 pelarutan
natrium suksinat 0,5 M, PrK*; 73 teknik-, 26-7
natrium sulfat, 51 prosedur-, 25-6
natrium sulfida, 51 perhitungan-, 26-7
natrium tetraborat, 141 pembakar, 260
natrium tetraborat; LBP pembakar Bunsen, 260
kegunaan, 134 pembakar Fisher, 260
kelebihan, 134 pembakuan, 139
pembuatan, 134 pemberi proton, 167
perhitungan, 134 pembuatan emulsi, 186-7
natrium tiosulfat; 157 pembuatan gas, 196-202
natrium tiosulfat baku, -amoniak, 200
-pembaku, 155 -belerang dioksida, 201
-pembakuan, 155 -hidrogen, 196
-perhitungan, 155 -hidrogen sulfida, 201

269
-karbon dioksida, 199 pengering, 260
-klor, 203 pengukuran
-oksigen, 198 -massa, 129
-oksida nitrogen, 201 -volum, 127-9
pembuatan gel, 187-8 penjepit klem, 260
pembuatan koloid, 185-195 penyangga (L: larutan bufer.)
-cara dispersi, 186-9; 191 penyaring hisap, 260
-cara dispersi listrik, 185; peptisasi, 185; 191; 193
-cara dispersi mekanik, 188-9; 191 perak, 158
-cara dekomposisi ganda, 192; 194 perak nitrat, 52;157
-cara hidrolisis, 192-3 perak nitrat baku,
-cara kondensasi, 190-194 -pembaku, 159
-cara peptisasi, 185; 191; 193 -pembakuan, 159
-cara pertukaran pelarut, 188;190;194 -pembuatan, 158
-cara redoks, 190;195 perak nitrat; LBP
-sol, 189-195 kegunaan, 135
-emulsi, 186-7 kelebihan, 135
-gel, 187-8 pembuatan, 136
pembuatan asam encer, 36 perhitungan, 136
asam asetat, 36 perak nitrat–kloral hidrat, 120
asam fosfat, 36 peralatan
asam klorida, 36 -gelas, 202; 260
asam nitrat, 37 -laboratorium, 260
asam sulfat, 37 pereaksi, 20
pembuatan larutan baku, 129 permanganometri, 139; 151-153
-menimbang, 129 persen massa, 4
-melarutkan, 129 persen volum, 4
-memindahkan volum, 130 pertukaran pelarut, 188; 190; 194
-mengukur volum, 130 perunggu, 1
-perhitungan, 130 pesawat Kipp, 199
pembuatan larutan basa encer, 37 pH, 12-18
pembuatan larutan bufer, 172 -air, 12
pembuatan larutan indikator, 80-97 -bufer, 19; 165
pembuatan pereaksi khusus, 51-78 -cairan biologis, 228
pembuatan sol, 189-195 definisi-, 13
pendarfluor; In*, 64; 2308 -larutan, 13-8; 228
pendingin Leibieg, 260 -larutan asam, 13;228
pendispersi, 185 -larutan basa, 14; 228
penerima proton, 167 -larutan garam, 17
penetapan, skala-, 13
-air sadah total, 163-4 pharmaceutical grade, 23
-ammonium hidroksida, 150 pipet-tetes, 258
-asam asetat, 146 pipet-ukur, 258
-asam klorida, 141 pipet volum, 258
-asam oksalat, 144-5 pipet volum, 128;260
-asam sulfat, 143 -kesalahan,128; 260
-barium hidroksida, 148 -perlakuan, 128-9
-iodium, 156-7 -toleransi, 128
-kalium hidroksida, 148 pirit, 202; 248
-kalium permanganat, 152 pirogallol basa, PrK*; 77
-kalium tiosianida; 160-1 pirokatekol violet (L: katekol violet.)
-kalsium hidroksida, 149 pOH, 13
-natrium hidroksida, 147 ppm, 5
-natrium tiosulfat; 155 pro analysi, 24
-natrium-EDTA, 163 propil merah, Ir*; 98
-perak nitrat; 159 proses melarut, 3
pengenceran cairan; 29
-asam, 30-35 R
-basa, 31 racun, 22
perhitungan-, 30-35 rak tabung, 260
prosedur-, 29-30 raksa(I)nitrat, (L: merkuro nitrat)
tabel-, 33 raksa(II)klorida, (L: merkuro klorida)
teknik-, 29-36 raksa(II)nitrat, (L: merkuri nitrat)

270
raksa(II)sulfat, (L: merkuro sulfat) sistem dispersi (L: koloid.)
reagen, 9; 20; 125 skala Sorenson, 13
botol-, 125-6 soda, 253
spesifikasi-, 23 soda kue, 199;253
reagen-analar, 24; 125 sol, 185; 189-195
reagen-kimia, 23; 125 -[AgI]Ag+; 195
Reaksi, 139 -[AgI]I-, 194
-asam-basa (L: reaksi penetralan) -[Fe(OH)3]Fe3+, 193
-iodi/iodometri, 153 -[Fe(OH)3]OH–, 193
-kompleks, 140; 161-4 -AgI, 194
-penetralan, 139 -asam silikat, 191-2
-pengendapan, 139; 157-161 -belerang, 189-191
-redoks, 139; 153-7 -belerang/air, 189
-sepit, 140 -belerang/alkohol, 190
redoks, 185; 190; 195 -cair, 185
reduktor, 139;151;190;195 -emas; 195
resazurin, In*; 98 -Fe(OH)3, 192
resorsin–fuchsin Weigert, 120 -hidrofil, 189
resorsinol, PrK*; 77 -hidrofob, 189
ring corong, 258 -logam, 195
Romanowski (Lihat: Giemsa.) -lumpur, 192
Rosmann; Fik*, 121 -padat, 185
rumus garam, 246-257 -perak, 195
-platina, 195
S -SiO2.nH2O, 192
S & O, PrK*; 77 solokrom biru tua; In*; 98
sabun, PrK*; 77 solokrom hitam; In*; 98
sabun castil, PrK*; 60 solute, 1
salmiak, 199; 255 solution, 1
satuan, 216; 218 solvasi, 3
-SI, 216 solven, 1
-SI Dasar, 216 Sorenson, 13
-SI Tambahan, 217 spektrofotometri, 136
-SI Turunan, 216 stanni klorida, 52
kelipatan-, 219 stannoklorida, 53
konversi-, 218 statif, 258
subkelipatan-, 219 Stirling; Pw*, 113
satuan konsentrasi, 4-7 Stoke, PrK*; 79
-bpj, 5 strontium klorida, 53
-molalitas, 6 sublimat, 248
-molaritas, 6 sukrosa 0,1 M, PrK*; 79
-normalitas, sukrosa 1%, PrK*; 79
-persen, 4 sulfon F hitam; In*; 99
-ppm, 5 Susa; Fik* (L: Heidenhein.)
simbol-, 4-6 suspensi, 184
konversi-, 7 -AgCl, 190
Scheibler (L: Asam Fosfotungstat.) -AgI, 190
Schiff (L: fuchsin-asam sulfit.) -belerang, 191
Schweizer (L:kupri oksida amoniakal.) suspensoid, 185
sediaan kimia, 2
segitiga-porselin, 260 T
sel elektrolisis, 177 tabung
selestin biru; Pw*, 121 rak-, 260
selestin biru B; Pw*, 121 -reaksi, 197; 260
Seliwanoff, Pr*; 78 -U, 260
seng-klorida alkalis, PrK*; 78 tanah liat, 191
seng nitrat, 52 tang-krus, 260
seng sulfat, 52 tawas, 250
seng-uranilasetat, PrK*; 78 -tawas-aluminium, 250
sifat fisik pelarut, 240-1 -amonium, 255
sifat garam, 246-257 -besi, 255
sifat larutan baku, 134 -kalium (L: tawas)
silika-gel, 188 -krom, 250, 255
simbol atom, 258-9 -natrium, 253

271
technical grade, 22 titrimetri, 37; 139
tekanan uap air, 212 4-o-tolilazo-o-toluidin, In*; 99
teknik-pelarutan, 25-7 trinitrofenol , Pr* (L: Hager, Pr*.)
-pemindahan cairan, 130-1 1,3,5-trinitrobenzen, In*; 99
-pengenceran, 29-30 2,4,6-trinitrotoluen, In*; 99
tembaga(I)klorida amoniakal (L: kupro klorida amoniakal.) toleransi alat, 127
tembaga(I)klorida-asam. (L: kupro klorida asam.)
tembaga(II)asetat. (L: kupriasetat.) U
tembaga(II)oksida-amoniakal (L: kupri oksida amoniakal.) udara, 1
tembaga(II)sulfat (L: kuprisulfat dalam gliserin-KOH) Uffelmann, PrK*; 80
tembaga(II)tartarat (L: kupri tartrat alkalis.) ukuran kelarutan, 8
terdispersi, 185 universal; InC*, 100
terner, 2 uranium nitrat–formalin, 122
terusi, 247 urea 0,1 M, PrK*; 80
tetapan USP, 23
-autoionisasi air, 12
-disosiasi asam anorganik, 242 V
-disosiasi asam organik, 229-31 v/v (L: persen-volum)
-disosiasi basa anorganik, 235 Van Gieson No. 1, Pw*, 122
-disosiasi basa organik, 232-33 Van Gieson No. 2, Pw*, 122
-fisika dan kimia, 217 Verhoeff; Pw*, 122-123
-hasilkali kelarutan, 242-45 veronal, 183
-ionisasi air, 12 viriamina biru; In*; 100
-ionisasi asam, 14; 228 ;233 Volhard; 157
-ionisasi basa, 15; 232; 237 vol-pipet, (L: pipet volum.)
-kenaikan titik didih molal, 241
-ketakstabilan kompleks, 238 W
-penurunan ttk beku molal, 240 Wagner, LrK*; 80
tetrabromofenolftalein ester, In*; 99 Wagner (L: Iodo-kaliumiodida, PrK*.)
timah(II)klorida, (L:stannoklorida) Wij, PrK*; 80
timah(IV)klorida (L:stanniklorida) Winkler (L: kuproklorida asam.)
timbal(II)asetat, 53 Wright, Pw*, 123
timbal(II)nitrat, 53
timol biru; In*, 99 X
timolftalin; In*; 99 xanthydrol, PrK*; 81
tingkat pereaksi, 24 xilenol jingga; In*; 101
Tingkat kemurnian, 23
tingkat spesifikasi zat, 23-5 Z
-farmasi, 23 zat, 20
-komersial, 23 kemasan-, 23-24
-murni, 23 lambang-bahaya-, 21-22
-pereaksi, 24 mengenal-, 20
tingkat reagen, 24 -pendispersi, 185
tionin; Pw*, baku, 122 sifat-, 20
tionin; Pw*, 0,25%, 122 spesifikasi-, 23
titan kuning; Pw*, 122 -terdispersi, 185
titrasi, 37; 80; 139 -terlarut, 1
-argentometri, 157 zat baku; 126; 232-3
-asam-basa (L: titrasi penetralan.) -perhitungan, 126
-Ca-Mg, 162 -primer,125
-EDTA, 162 -sekunder, 125
-iodimetri, 153; 156 -syarat, 125
-iodometri, 153; 157 Zenker; Fik*, 123
-kelometrik, 83 Zenker-formol; Fik*, 124
-oksidimetri (L: titrasi redoks.) Zimmermann-Reinhardt, PrK*; 81
-penetralan, 139-150 zinkon; In*, 102
-pengendapan, 139; 157-161 zirkonil nitrat, PrK*; 81
-pengomplekan, 140; 161-4
-permanganometri, 139; 151-3 
-redoks, 139; 151-7

272
273

Anda mungkin juga menyukai